Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

RUANG POLI THT


ABSES MANDIBULA

Dosen Pembimbing :
Ns. Iham Suryana, M.Kep., Sp.kep.MB

Di susun Oleh :
Pina (4338114401210030)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


UNIVERSITAS HORIZON INDONESIA
2022/2023
Jln. Pangkal perjuangan KM 1 Raya Bypass Karawang
A. Konsep Abses Mandibula
1. Pengertian
Abses adalah kumpulan pus yang terletak dalam satu kantung yang terbentuk dalam
jaringan yang disebabkan oleh suatu infeksi oleh bakteri, parasit, atau benda asing
lainnya. Abses mandibula adalah suatu peradangan yang disertai pembentukan pus
pada daerah mandibula. (Health Encyclopedia, 2010). Ciri khas suatu abses
mandibular adalah terlokalisasinya nanah pada jaringan sekitar rahang bawah,
kemudian menyebar ke jaringan lunak bawah kulit (Dahong, 2009).

2. Etiologi
Penyebab abses mandibular paling sering diakibatkan oleh infeksi gigi, Nekrosis
pulpa karena karies dalam yang tidak terawat dan periodontal pocket dalam
merupakan jalan bakteri untuk mencapai jaringan periapikal. Ondogen dapat
menyebar melalui jaringan ikat, pembuluh darah, dan pembuluh limfe (Eric &
Gilespi, 2010). Selain itu abses mandibular dapat disebabkan oleh sialadenitis
kelenjar submandibular, limfadenitis, trauma atau pembedahan lainnya. Pada
penyakit ini biasanya disebabkan oleh bakteri staphylococcus aureus
dan streptococcus mutans (Rahardjo, 2013 & Rana, dkk., 2013).
3. Patofisiologi
Bakteri yang berperan dalam proses pembentukan abses yaitu Staphylococcus aureus
dan Stresptococcus mutans. Staphylococcus aureus memilik enzim aktif yang disebut
koagulasi yang fungsinya mendeposisi fibrin. Sedangkan Stresptococcus mutans
memiliki 3 enzim utama yang berperan dalam infeksi gigi yaitu streptokinase,
streptodornase dan hyalurodinase. Hyalurodinase adalah enzim yang merusak
jembatan antar sel. Padahal, fungsi jembatan antar sel yaitu sebagai transport nutrisi
antar sel dan jalur komunikasi antar sel serta sebagai unsur penyusun dan penguat
jaringan. Jika jembatan ini rusak, maka kelangsungan hidup jaringan sel lain akan
rusak/mati/nekrosis. Apabila jaringan rusak/mati/nekrosis akan menjadi media
perkembangbiakan bakteri yang baik, dan akhirnya bakteri akan terus merambah ke
jaringan yang lebih dalam. Adanya keterlibatan bakteri dalam jaringan periapikal,
tentunya mengundang respon keradangan pada jaringan yang terinfeksi.

Setelah jaringan rusak/mati/nekrosis maka akan terjadi pembentukan pus oleh bakteri
pembuat pus (pyogenik) yang salah satunya juga bakteri Staphylococcus aureus.
Rongga patologis yang berisi pus (abses) ini terjadi dalam daerah periapikal, yang
notabene nya adalah di dalam tulang. Sehingga untuk mencapai keluar tubuh, maka
abses ini harus menembus jaringan keras tulang, kemudian mencapai jaringan lunak,
barulah dapat keluar. Pola penyebaran abses dipengaruhi oleh 3 kondisi, yaitu
virulensi bakteri, ketahanan jaringan dan perlekat.an otot. Virulensi bakteri yang
tinggi mampu menyebabkan kemudahan bakteri bergerak ke segala arah, ketahanan
jaringan yang tidak baik menyebabkan jaringan menjadi rapuh dan mudah rusak,
sedangkan perlukaan otot mempengaruhi arah gerak abses.
4. Manifestasi Klinis
Menurut Mckellop (2010) & Murray (2011) manifetasi klinis yang terjadi :

a. Nyeri seperti di tusuk-tusuk

b. Pembengkakan terjadi pada salah satu bagian, biasanya pada bagian


yang memiliki riwayat infeksi gigi
c. Demam lebih dari 37,5oC

d. Trismus (kesulitan membuka mulut)


e. Massa pada mandibulla terasa keras
f. Tampak adanya fluktuasi

5. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi panoramic
Apabila penyebab abses mandibular berasal dari gigi

2. Pemeriksaan Darah (Leukositosis/WBC)

3. Rontgen Thoraks
Rontgen thorkas perlu dilakukan untuk evaluasi mediastinum, empisema subkutis,
obstruksi jalan napas, pneumonia akibat aspirasi abses.
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut Litha, Gadzali, dkk (2019) :

1. Drainase Abses (Insisi dan eksplorasi) SOP


2. Terapi antibiotic
Antibiotik dapat diberikan berdasarkan tes kultur dan sensitivitas. Antibiotic ini
biasanya penisilin, amoksisilin, metronidazole, metilprednisolon.

3. Terapi Analgesic

Analgesik digunakan untuk menghilangkan rasa sakit sementara sampai factor


penyebab infeksi terkendali. Obat anti inflamasi non steroid digunakan pada
nyeri ringan hingga sedang (cont : parasetamol, ibu profen dan aspirin).
Analgesik Opioid digunakan untuk sakit berat (cont : dihidrokodein, petidin)
7. Komplikasi

1. Obstruksi jalan napas

2. Penyebaran infeksi ke mediastinum

3. Pneumonia akibat aspirasi abses

4. Perikarditis

5. Sepsis
8. WOC
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, usia, status, agama, alamat, pekerjaan, dan identitas
penanggung jawab.

2) Riwayat Sakit dan Sehat

a. Keluhan utama

Klien mengeluh terdapat benjolan pada area rahang bawah yang semakin lama
membesar.
b. Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh terdapat benjolan pada area rahang bawah yang semakin lama
membesar dan terasa nyeri.
c. Riwayat penyakit dahulu
Klien pernah mengalami pembedahan dan infeksi gigi.
d. Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin ada
hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat keluarga dengan
tumor otak.
3) Pemeriksaan Fisik (ROS : Review of System)

a. Pernafasan B1 (breathing)

 Bentuk dada : simetris, pengembangan dada simetris

 Pola napas : teratur, suara napas vesikuler, sonor, tidak sesak, namun
pada kasus abses mandibular yang parah dapat menyebabkan obstruksi
jalan napas, pneumoni dan sepsis
 Batuk : tidak ada

 Retraksi otot bantu napas : tidak ada, PCH tidak ada

 Alat bantu pernapasan: tidak ada, tidak menggunakan WSD


b. Kardiovaskular B2 (blooding)

 Irama jantung : regular, CRT<3 detik,


 Nyeri dada tidak ada, siklus perifer normal

 Bunyi jantung : normal S1S2 tunggal, tidak terdapat murmur dan gallop,
tidak terdapat peningkatan JVP, CVP

 Akral : Merah, hangat, kering

 Nadi : normal 60-100 x/menit

 Tekanan darah normal 90/60-120/80 mmHg

 WBC lebih dari nilai normal


c. Persyarafan B3 (brain)

 GCS : E4V5M6, Compos mentis

 Peningkatan suhu tubuh lebih dari 37,5o

 Kepala tidak ada kelainan, tidak ada lesi, persebaran rambut teratur,
pada bagian wajah terdapat benjolan pada bagian rahang bawah.
 Mata : sclera anikterus, pupil isokor, pupil 3/3, konjungtiva anemis

 Refleks fisiologis : terdapat refleks patella, biseps, triseps


 Refleks patologis : tidak ada refleks babinsky, brudzinsky dan kernig
 Tidak terdapat peningkatan IVD, EVD dan ICP
d. Perkemihan B4 (bladder)

 Kebersihan : bersih

 Bentuk alat kelamin : simetris, tidak ada pembesaran, tidak ada lesi

 Uretra : normal, tidak ada lesi, kemampuan berkemih secara


spontan,tidak ada keluhan kencing, tidak terdapat distensi kandung
kemih, pancaran kuat
 Produksi urin: normal, warna kuning jernih, bau khas urin
e. Pencernaan B5 (bowel)

 Nafsu makan : menurun, porsi tidak habis

 Kesulitan untuk mengunyah makanan

 Mulut berbau, mukosa kering


 Tidak terdapat distensi abdomen, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
luka operasi, BAB 2 x/sehari, konsistensi lunak.
f. Muskuloskeletal B6 (bone)
 Kemampuan pergerakan sendi : bebas, tonus otot baik, tidak
ada kelemahan, tidak ada kelelahan, tidak ada kelainan ekstremitas, tidak
ada kelainan tulang belakang, tidak ada fraktur, tidak ada traksi, tidak
ada penggunaan gips, tidak ada keluhan nyeri.

2. Diagnosa
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan klien
mengeluh nyeri (D.0077)
2) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan kulit terasa
hangat, suhu tubuh diatas nilai normal (D.0130)
3) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur/bentuk tubuh
ditandai dengan respon nonverbal dan persepsi tubuh (D.0083)

3. Intervensi
NO Diagnosa Luaran Intervensi
1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen nyeri (1.08238)
agen pencedera tindakan keperawatan
Observasi
fisiologis selama 1x8 jam
ditandai dengan diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi,
klien mengeluh menurun dengan kriteria karakteristik, durasi,
nyeri (D.0077) hasil : frekuensi, kualitas dan
1. Keluhan nyeri intersitas nyeri.
menurun 2. Identifikasi skala nyeri

2. Meringis menurun 3. Identifikasi respon


nyeri nonverbal
3. Gelisah menurun
4. Identifikasi faktor
4. Sikap protektif yang
menurun
memperberat
dan memperingan nyeri

Terapeutik
1. Berikan teknik
norfarmakologi untuk
mengurangi nyeri (teknik
relaksasi napas dalam)
2. Berikan posisi yang
nyaman
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
1. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
2. Anjyrkan teknik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri (teknik
relaksasi napas dalam)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
medikasi
2 Hipertermia b.d Setelah dilakukan Manajemen Hipertermi
proses penyakit tindakan keperawatan
(1.05506)
ditandai dengan selama 1x8 jam
Observasi
dengan kulit
terasa hangat, diharapkan termoregulasi 1. Identifikasi

suhu tubuh membaik dengan kriteria penyebab hipertermi

diatas nilai hasil : (mis. Dehidrasi,

normal Terpapar lingkungan panas


(D.0130) 1. Menggigil proses inflamasi)
menurun 2. Monitor suhu tubuh
2. Kulit merah
menurun 3. Monitor krluaran urine

3. Suhu tubuh Terapeutik


normal (36,5-37,5) 1. Sediakan lingkungan yang
4. Tekanan darah dingin
normal (90/60- 2. Berikan cairan oral
120/80)
3. Lakukan
pendinginan eksternal
(mis. Kompres dingin)
4. Hindari antipiretik
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu

3 Gangguan citra Setelah dilakukan Promosi Citra Tubuh


tubuh b.d tindakan keperawatan
(1.09305)
struktur/bentuk selama 1x8 jam
tubuh ditandai diharapkan harapan Observasi :
dengan respon meningkat dengan 1. Identifikasi harapan
nonverbal dan kriteria hasil : citra
persepsi tubuh 1. Verbalisasi tubuh berdasarkan
(D.0083) perasaan negative tahap perkembangan
tentang 2. Identifikasi budaya,
Perubahan tubuh agama,
menurun jenis kelamin,
2. Verbalisasi dan
kekhawatiran pada umur terkait citra
penolakan/reaksi tubuh
orang lain 3. Identifikasi perubahan
menurun citra tubuh yang
mengakibatkan isolasi
3. Verbalisasi
perubahan gaya social
hidup
4. Monitor frekuensi
4. Respon nonverbal pernyataan
pada perubahan
tubuh membaik kritik terhadap diri sendiri
Terapeutik
5. Hubungan
social membaik 1. Diskusikan perubahan
tubuh dan fungsinya
2. Diskusikan
perbedaan penampilan
fisik terhadap harga diri
3. Diskusikan kondisi stress
yang mempengaruhi citra
tubuh (mis. Luka,
penyakit, pembedahan)
4. Diskusikan persepsi
pasien dan keluarga
tentang perubahan citra
tubuh
Edukasi
1. Jelaskan kepada keluarga
tentang perawatan
perubahan citra tubuh

2. Anjurkan mengungkapkan
gambaran diri terhadap
citra tubuh

3. Implementasi
Merupakan tahap ke empat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanakan
berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana
keperawatan. (Nursalam, 2006).
Menurut Nursalam (2006) Tindakan keperawatan mencakup tindakan independent
(mandiri), dan kolaborasi.
1. Tindakan mandiri adalah aktifitas keperawatan yang didasarkan pada kesimpulan atau
keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan
lain.
2. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama seperti
dokter dan petugas kesehatan lain.

4. Evaluasi
Tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh
diagnose keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai (nursalam,
2006)
S : Ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara obyektif oleh keluarga setelah
diberikan implementasi keperawatan
O : Keadaan subyektif yang dapat diindentifikasi oleh perawat menggunakan pengamat yang
obyektif setelah implementasi keperawatan
A : Analisis perawat setelah mengetahui respon subyektif dan masalah keluarga yang
dibandingkan dengan kriteria dan standar yang telah ditentukan mengacu pada tujuan rencana
keperawatan keluarga
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisa pada tahap ini ada 2 evaluasi yang
dapat dilaksanakan oleh perawat.
DAFTAR PUSTAKA

Dahong, F,. 2010. Abses dentogen subkutan. FKG Universitas Hasanuddin.

Eric, R., & Gilespie, MB. 2010. Deep neck space infection. In : Paul WF, Valerie JL, editors.
Cummings otolaryngology head and neck surgery. 5th edition. Philadelpia: Elsevier, p.631-52.

Health Encyclopedia. 2009. Disease and conditions: abscess – symptoms, treatment and
prevention. Available from:

Jason A, McKellop JA and Mukherji SK, 2010. Emergency Head and Neck Radiology: Neck
Infection. Available at: http://www.eMedicine Specialties//Otolaringology and facial plastic
surgery.com.

Anda mungkin juga menyukai