Anda di halaman 1dari 40

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA NY.

K
DENGAN MASALAH UTAMA PRE EKLAMSIA
BERAT DAN SECTIO CAESAREA DI RUANG
CILAMAYA BARU DI RSUD KARAWANG

Disusun Oleh :

Dede Tatang Kurniawan

4338114401210056

FAKULTAS ILMU KESEHATAN HORIZON KARAWANG

PRODI DIPLOMA III KEPERAWATAN

JL. Pangkal Perjuangan Km 1 By Pass Karawang 41316

Karawang 2023
KATA PENGANTAR

2
DAFTAR ISI

3
DAFTAR LAMPIRAN

4
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Preeklampsia merupakan hipertensi setelah kehamilan 20 minggu dengan tekanan


darah ≥ 140/90 mmHg diukur dua kali dengan interval 4 jam disertai dengan
proteinuria melebihi 300 mg dalam urin selama 24 jam. Preeklampsia dibagi menjadi
preeklampsia ringan dan preeklampsia berat (Erlandson, 2017).

Sectio Caesarea merupakan prosedur pembedahan untuk mengeluarkan janin melalui


insisi didinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus atau histerektomi
(Sumelung, 2014). Sectio caesarea semakin meningkat kejadiannya sebagai pilihan
melahirkan di beberapa negara dalam beberapa tahun terakhir (Sihombing, 2017).

World Health Organization (WHO) melaporkan mengenai status kesehatan nasional


pada capaian target Sustainable Development Goals (SDGs) menyatakan secara
global sekitar 830 wanita meninggal setiap hari karena komplikasi selama kehamilan
dan persalinan, dengan tingkat Angka Kematian Ibu sebanyak 216 per 100.000
kelahiran hidup sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah kehamilan, persalinan
atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio Angka Kematian Ibu masih
dirasa cukup tinggi sebagaimana ditargetkan menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2030 (WHO, 2017).

Jumlah pasien Sectio Caesarea diIndonesia, terutama rumah sakit pemerintah adalah
20 – 25% dari total persalinan, sedangkan di rumah sakit swata jumlahnya lebih tinggi
yaitu sekitar 30 – 80% dari total jumlah persalinan. Hasil penelitian ini sangat tinggi
di bandingkan dengan anjuran departemen Kesehatan bahwa persalinan dengan Sectio
Caesarea, seyogyanya tidak lebih dari 20%. Studi pendahuluan yang dilakukan di RS
PKU Muhammadiyah Cepu didapatkan data bahwa jumlah persalinan Sectio Caesarea
adalah 32% dari 100% persalinan yang dilakukan (Rekam Medis, 2017).

Provinsi Jawa Barat setiap tahunnya mengalami penurunan meski tidak signifikan.
Tahun 2015 jumlah kematian ibu sebanyak 804 kasus. Tahun 2014 mengalami
penurunan kembali sebanyak 748 kasus. Tahun 2016 sebanyak 790 kasus hipertensi

5
(2,46% terhadap jumlah penduduk ≥ 18 tahun) dengan jumlah kasus yang diperiksa
sebanyak 8,029.245 orang, tersebar di 26 kabupaten/kota dan hanya 1 kota yang tidak
melaporkan kasus hipertensi yaitu kabupaten Bandung Barat, Kasus tertinggi di Kota
Cirebon (17,18%) dan terendah Kabupaten Pangandaran (0,05%), sedangka
Kabupaten Cianjur dan kota bandung mencatat jumlah yang diperiksa tetapi tidak
ditemukan kasus hipertensi (Dinkes Jawa Barat, 2017).

Dampak preeklampsia pada ibu yaitu kelahiran prematur, oliguria, kematian,


sedangkan dampak pada janin yaitu pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion,
dapat pula meningkatkan morbiditas dan mortalitas (Ożarska, 2019).

Tindakan pencegahan gejala preeklampsia/eklamsia pada wanita hamil sangat penting


agar tidak terjadi hal berbahaya bagi ibu dan bayinya. Cara mengatasi preeklamsia
pada ibu hamil harus dengan melakukan tindakan pencegahan sebelumnya (Harli,
2018).

Jumlah kematian ibu yang disebabkan preeklampsia di Indonesia masih cukup tinggit
setiap tahunnya, pada tahun 2017 mencapai angka 33.07%. terjadi penurunan kasus
preeklampsia tahun 2018 sebanyak 25.00% dan 2019 sebanyak 23.00%. Terdapat
beberapa provinsi yang menjadi penyumbang kasus kematian ibu pada tahun 2020
diantaranya Jawa Barat dengan 715 kasus kematian ibu, Jawa Timur 535 kasus
kematian ibu, Jawa tengah 530 kasus kematian ibu, Banten 420 kasus kematian ibu
dan Sumatera Utara 187 kasus kematian ibu.

Laporan program Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang tahun 2021 terdapat 4.936
kasus rujukan dari fasilitas kesehatan pertama ke fasilitas kesehatan lanjut (rumah
sakit). Berdasarkan laporan tersebut didapatkan data 1.099 kasus (22,2%) adalah
kasus preeklampsia. Masih tingginya angka rujukan preeklampsia ke fasilitas
kesehatan lanjutan yang tercatat di Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang yaitu
sekitar (22,22%)

HASIL DATA 3 BULAN

PEMBUATAN JUDUL

6
B. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan maternitas secara langsung dan
komprhensif yang meliputi aspek biologis, psikologis, social, spiritual, dan
cultural dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan pada Ny. K P1A0
post section caesarea atas indikasi pre eklamsi berat.
b. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada Ny. K P1AO post sectio caesarea atas indikasi pre
eklamsi berat. diruang Cilamaya Baru RSUD Karawang.
b. Menganalisa dan menegakan diagnosis keperawatan pada Ny. K P1A0 post
sectio caesarea atas indikai pre eklamsi berat. diruang Cilamaya Baru RSUD
Karawang
c. Menentukan rencana asuhan keperawatan pada Ny. K P1A0 post sectio
caesarea atas indikasi pre eklamsi berat. diruang Cilamaya Baru RSUD
Karawang
d. Melakukan tindakan keperawatan pada Ny. K P1A0 post sectio caesarea atas
indikasi pre ekmlamsi berat. diruang Cilamaya Baru RSUD Karawang
e. Mengevaluasi sejauh mana hasil yang di capai dalam pelaksanaan Tindakan
keperawatan yang telah dilakukan pada Ny. K P1A0 post sectio caesarea atas
indikasi pre eklamsi berat. diruang Cilamaya Baru RSUD Karawang
f. Melakukan dokumentasi terhadap asuhan keperawatan yang di berikan pada
Ny. K P1A0 post sectio caesarea atas indikasi pre eklamsi berat. diruang
Cilamaya Baru RSUD Karawang

C. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah metode
deskriptif narasi yang berbentuk studi kasus dengan teknik pengumpulan data
meliputi:
1. Wawancara
Penulis melakukan wawancara pada klien dan keluarga klien dengan
memperhatikan aspek seperti informed concern dan kondisi pasien
2. Pemeriksaan fisik
penulis melakukan pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara infeksi, palvasi,
perkusi, dan auskultasi dengan memperhatikan privasi klien
3. Dokumentasi
penulis melakukan studi dokumentasi dengan cara melihat kasus klien di Rekam
Medis.
4. Studi kepustakaan
penulis melakukan studi kepustakaan dengan melihat berbagai referensi yang
menunjang pada masalah tentang preeklamsia.

7
D. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan penulisan,
metode penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan pustaka yang membahas konsep dasar PEB, dan asuhan
keperawatan
BAB III : Tinjauan kasus, dan pembahasan
BAB IV : Penutup yang meliputi kesimpulan dan saran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR SECSIO CAESAREA


1. PENGERTIAN
Sectio caesarea adalah persalinan janin melalui sayatan perut terbuka
(laparotomi) dan sayatan di dalam rahim (histerotomi) (Sung and Mahdy,
2020). Sectio caesarea adalah suatu pembedahan untuk melahirkan janin
melalui insisi pada dinding abdomen dan uterus Ibu.
Sectio caesarea merupakan tindakan medis yang diperlukan untuk
membantu persalinan yang tidak bisa dilakukan secara normal akibat
masalah kesehatan Ibu atau kondisi janin (Ayuningtyas dkk., 2018).

2. ETIOLOGI
Menurut Hijratun (2019) etiologi sectio caesarea sebagi berikut:
a. Panggul sempit dan dystocia mekanis: Disporposi fetopelik, panggul
sempit, ukuran bayi terlalu besar, malposisi dan mal presentasi,
difungsi uterus, dystocia jaringan lunak, neoplasma dan pertus lama.
b. Pembedahan sebelumnya pada uterus; sectio caesarea, histerektomi,
miomektomi ekstensi dan jahitan luka pada sebagian kasus dengan

8
jahitan cervical atau perbaikan ostium cervicis yang inkompeten
dikerjakan sectio caesarea.
c. Perdarahan disebabkan oleh plasenta previa dan abruption plasenta.
d. Toximea gravidarum meliputi preeklamsi dan eklamsi, hipertensi
esensial dan nephritis kronis.
e. Indikasi fetal antar lain gawat janin, catat, infusiensi plasenta,
prolapses, finiculus umbilicalis, diabetes maternal, inkompatibilitas
rhesus, post materm caesarea dan infeksi virus harpes pada traktus
genetalis.

3. PATOFISIOLOGI
Menurut buku sinopsis obstetri Mochtar (2012) Persalinan sectio caesarea
dilakukan karena adanya berbagai smasalah selama masa kehamilan,
komplikasi – komplikasi seperti fetal distress yang bisa
mengganggu perkembangan janin dan mengakibatkan tidak munculnya his
(kontraksi), plasenta previa, letak bayi melintang, letak bayi sungsang
dapat menyebabkan terhambatnya jalan lahir, disporposi sefalopalevik
dapat terjadi karena ukuran panggul ibu yang sempit, dan berat badan janin
lebih dari 4.500 g, jika terjadi rupture uteri dan dilakukan persalinan
normal dapat menyebabkan perdarahan

4. JENIS-JENIS OPERASI SECTIO CAESAREA (SC)

Jenis-jenis bedah caesar diantaranya ( Akmal M dkk, 2016):


1) Caesar jenis klasik, yaitu dengan melakukan sayatan vertikal sehingga
memungkinkan ruangan yang lebih besar untuk jalan keluar bayi.
Jenis ini sudah sangat jarang dilakukan karena sangat beresiko
terhadap terjadinya komplikasi.
2) Caesar dengan sayatan mendatar di bagian atas dari kandung kemih.
Metode ini sangat umum dilakukan sekarang ini karena
meminimalkan resiko terjadinya pendarahan dan cepat
penyembuhannya.
3) Histerektomi Caesar, yaitu bedah caesar diikuti dengan pengangkatan
rahim. Hal ini dilakukan dalam kasus-kasus ketika pendarahan sulit
tertangani atau ketika plasenta tidak dapat dipisahkan dari rahim.
9
4) Jenis lain dari bedah caesar seperti bedah caesar ekstraperitoneal,
( meminimalkan trauma pada bayi) atau bedah caesar porro ( bedah
caesar diikuti dengan pengangkatan rahim, indung telur, dan saluran
telur, dianamakan sesuai dengan pengembangan prosedur dari cara ini,
Eduardo Porro)
5) Caesar berulang yaitu bedah caesar yang dilakukan ketika pasien
sebelumnya telah pernah menjalani bedah caesar.

5. KOMPLIKASI
Menurut (Solehati, 2017) Komplikasi yang mungkin terjadi setelah
dilakukan operasi sectio caesarea:
a. Infeksi puerperal
Infeksi puerperal merupakan infeksi bakteti yang menginfeksi bagian
reproduksi setelah post partum, keguguran, atau post SC, biasanya
ditandai dengan meningkatnya suhu tubuh yang bersifat berat seperti
peritonitis, sepsis.
b. Perdarahan
Perdarahan sering terjadi karena proses pembedahan mengakibatkan
cabang-cabang arteri terbuka atau karena atonia uteri.
c. Luka pada kandung kemih, embolisme paru-paru.
Kurang kuatnya dinding uterus, sehingga pada kehamilan selanjutnya
biasanya terjadi rupture uteri.
d. Komplikasi lainnya biasanya terjadi pada bayi yaitu risiko terjadinya
depresi pernapasan disebabkan obat bius yang mengandung narkose.

6. PENATALAKSANAAN
a. Perawatan Pre Operasi Sectio Caesarea
Pre opertatif adalah istilah yang menggambarkan keragaman fungsi
yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan klien. Kata operatif
merupakan penggabungan dari tiga fase pembedahan yaitu: preopratif,
intra operatif dan pos operatif (Ninla Elmawati Falabiba, 2019).
b. Persiapan Klien
1) Klien telah dijelaskan tetang prosedur operasi yang akan dijalani.
2) Informed consent telah ditanda tangani oleh pihak keluarga klien.

10
3) Perawat memberi support kepada klien.
4) Pada daerah yang akan dilakukan penyayatan telah dibersihkan
(rambut pubis dicukur dan sekitar abdomen telah dibersihkan
dengan antiseptik).
5) Pemeriksaan laboratorium (Darah, Urine).
6) Pemeriksaan USG.
7) Paien puasa selama 6 jam sebelum dilakukan operasi.
8) Klien mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhannya.
9) Klien yang akan dilakukan operasi disiapkan secara optimal.
10) Pelaksanaan operasi berjalan dengan lancar
11) Ada indikasi yang jelas utnuk melakukan tindakan sectio caesarea
(SC) dan sesuai ketentuan jam,
12) Ada kolaborasi dengan dokter anestesi dan dokter anak untuk
pelaksanaan operasi atau dokter lain yang berkaitan dengan klien,
13) Memberi informasi ke bagian terkait (kamar operasi, ICU).
14) Ketersediaan alat:
a) Infus set.
b) DC ( Dower Catether).
c) Obat premedikasi.
d) Kasa alkohol.
e) Baju operasi dan topi.
f) Tensimeter, termometer, fetal phone.
g) Set hecting.
h) Set bayi, serta infus set, abocath.
15) Ada laporan tindakan pre operasi untuk diserahkan kepada petugas
kamar operasi.
16) Petugas harus mengirim klien ke kamar operasi 20 menit sebelum
perasi (Padila, 2015).

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut (Indriyani, 2018) Pemantau janin terhadap kesehatan janin:
a. Pemantauan EKG.
b. Jumlah Darah legkap dengan diferensial.
c. Elektrolit.

11
d. Hemoglobin/Hematokrit.
e. Golongan dan pencocokan silang darah.
f. Urinalis.
g. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai undikasi.
h. Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi.
i. Ultrasound sesuai kebutuhan

B. KONSEP DASAR PRE EKLAMSIA


1. Pengertian
Pre-eklamsia (PE) adalah penyakit dengan tanda – tanda hipertensi,
proteinuria dan oedema yang timbul karena kehamilan dan umumnya
terjadi dalam triwulan ketiga atau sebelumnya. Diagnosis pre-eklamsia
ditegakkan berdasarkan adanya hipertensi dan proteinuria pada usia
kehamilan di atas 20 minggu. Edema tidak lagi dipakai sebagai kriteria
diagnostic karena sangat banyak ditemukan pada wanita dengan kehamilan
normal (Rahyani, 2020)

2. Etiologi
Penyebab pre-eklamsia saat ini tidak diketahui secara pasti, semuanya
didasarkan pada teori yang dihubungkan dengan kejadian sehingga pre
eklamsia disebut juga disease of theory. Faktor – faktor yang berperan
yaitu faktor prostasiklin dan tromboksan, faktor imunologis dan faktor
genetik. Faktor dari ibu primigravida dimana 85% pre-eklamsia terjadi
pada kehamilan pertama. Pre-eklamsia juga bisa disebabkan karena
distensi Rahim berlebih yaitu berupa hidramnion dan gemeli (Rahyani,
2020).

3. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala preeklamsia.
a. Tanda-tanda dari preeklamsia antara lain:
1) Berat badan (BB) berlebihan, kenaikan berat badan lebih 1 kg
dalam seminggu.
2) Edema, bengkak pada muka, tangan dan kaki.

12
3) Hipertensi, tekanan darah sistolik bernilai >140 mmHg atau
tekanan darah diastolik >90 mmHg pada dua kali pengukuran
yang dilakukan pada waktu berlainan.
4) Proteinuria, konsentrasi protein dalam air kencing melebihi 0,3
g/liter dalam air kencing 24 jam.
b. Gejala dari preeklamsia yaitu:\
1) Sakit kepala yang hebat karena vasopasme atau edema otak.
2) Skotoma, gangguan penglihatan.
3) Gangguan penglihatan, seperti penglihatan menjadi kabur bahkan
kadang-kadang pasien buta.
4) Nyeri di daerah epigastrium, sakit di ulu hati karena regangan
selaput hati oleh perdarahan atau edema atau sakit karena
perubahan pada lambung.

4. Patofisiologi
Vasokonstriksi merupakan dasar pathogenesis pre-eklamsia.Vasokonstriksi
menimbulkan peningkatan total perifir resisten dan menimbulkan
hipertensi. Vasokonstriksi juga menimbulkan hipoksia pada endotel
setempat, sehingga terjadi kerusakan endotel, kebocoran ateriol disertai
perdarahan mikro pada tempat endotel. Vasokonstriksi arteri spiralis akan
menyebabkan terjadinya penurunan perfusi uteroplacenter yang
selanjutnya akan menimbulkan maladaptasi placenta (Rahyani,2020).

5. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
2) Urinalisis
3) Ditemukan protein dalam urine
4) Pemeriksaan Fungsi hati Tes kimia darah.

6. Komplikasi
Menurut (Solehati, 2017) Komplikasi yang mungkin terjadi setelah
dilakukan operasi sectio caesarea:
a. Infeksi puerperal
Infeksi puerperal merupakan infeksi bakteti yang menginfeksi bagian
reproduksi setelah post partum, keguguran, atau post SC, biasanya

13
ditandai dengan meningkatnya suhu tubuh yang bersifat berat seperti
peritonitis, sepsis.
b. Perdarahan
Perdarahan sering terjadi karena proses pembedahan mengakibatkan
cabang-cabang arteri terbuka atau karena atonia uteri.
c. Luka pada kandung kemih, embolisme paru-paru.
d. Kurang kuatnya dinding uterus, sehingga pada kehamilan selanjutnya
biasanya terjadi rupture uteri.
e. Komplikasi lainnya biasanya terjadi pada bayi yaitu risiko terjadinya
f. depresi pernapasan disebabkan obat bius yang mengandung narkose.

7. Penatalaksanaan
A. Preeklampsia berat (Hidayati et al., 2020)
1. Pemeriksaan tekanan darah menggunakan sphygmomanometry
mercury masih merupakan standar baku pengukuran tekanan darah.
Pengukuran menggunakan alat otomatis memiliki akurasi lebih rendah
dibandingkan merkuri (ISSHP, 2014).
2. Proteinuria, standar baku (gold standard) untuk mendiagnosis
proteinuria abnormal pada kehamilan adalah dengan pemeriksaan
protein urin 24 jam 2 300 mg/hari. Dalam praktik sehari-hari
pemeriksaan ini membutuhkan waktu lebih lama, sehingga sering
digantikan dengan pemeriksaan rasio protein/kreatinin urin 30
mg/mmol menunjukkan proteinuria abnormal. Jika tidak dapat
melakukan pemeriksaan ini, maka dipstick test masih dapat digunakan
dengan nilai minimal +2 (RCOG, 2010; ISSHP, 2014).
3. Pemeriksaan laboratorium lengkap harus dikerjakan untuk menilai
gangguan multi organ, termasuk menilai adanya komplikasi sindroma
HELLP (ISSHP, 2014).
4. Pemeriksaan kesejahteraan janin: USG, NST perlu dilakukan
mengingat gangguan pertumbuhan janin dapat merupakan komplikasi
preeklampsia (ISSHP, 2014).

C. KONSEP DASAR ASKEP SECSIO CAESARE DENGAN PRE


EKLAMSI BERAT

14
1. Pengkajian
Menurut Doenges, 2000 pengkajian merupakan tahap awal dan
landasan dalam proses keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan
dan ketelitian tentang masalah-masalah klien sehingga dapat
memberikan arah terhadap tindakan keperawatan. Keberhasilan proses
keperawatan sangat bergantung pada tahap ini. Tahap pengkajian
menurut Doenges, (2000) Sectio Caesarea dibagi atas
1) Identitas
Di dalam identitas meliputi nama, umur, alamat, pendidikan, no.
regristrasi, status perkawinan, agama, pekerjaan untuk mengetahui
kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap permasalahan
kesehatan.
2) Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang harus ditanyakan dengan
singkat dengan menggunakan bahasa yang dipakai pemberi
keterangana. Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan
klien datang. Menggunakan keterangan PQRST untuk pendekatan
perawat, biasanya pada kasusu post sc dengan preeklampsia berat
klien merasakan beberapa keluhan seperti nyeri bekas luka post sc.
3) Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanaya keluhan lain yaitu nafas setelah operasi yang
berupa gangguan kerja otot nafas yang tertutup dan gangguan
nyeri pada perut bagian bawah nyeri seperti di iris-isris, dan nyeri
terasa saat digerakkan. Pada kasusu preeklampsia berat ibu merasa
sakit kepala berat, terasa sakit di ulu hati/nyeri epigastrium, mual
muntah, edema ekstremitas, proteinuria normal, kenaikan berat
badan mencapai 1 kg seminggu.
4) Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian untuk menurunkan resiko pembedahan seperti
pengkajian adanya penyakit DM, tuberkolosis, kelainan
hematologi. Ibu yang menderita hipertensi sebelum kehamilan,
mempunyai riwayat preeklampsia pada riwayat kehamilan
terdahulu, ibu dengan obesitas, dan pernah menderita penyakit
ginjal kronis kemungkinan akan menigkatkan resiko terjadinya
preeklampsia.

15
1. Pemeriksaan Fisik
Menurut Prawirohardjo, S. (2008) tahap pemeriksaan fisik sectio
caesarea dengan indikasi pre eklampsia berat antara lain :
a) (Breath)
Inspeksi : bentuk dada simetris, pola nafas teratur, tidak ada
retraksi dada, tidak ada alat bantu pernafasan, tidak ada edema.
Auskultasi : suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan
seperti wheezing atau ronchi.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, vocal fremitus terdapat getaran
Perkusi : resonan atau tidak
b) (Blood)
Inspeksi : anemia mungkin terjadi karena perdarahan selama
proses persalinan sehingga ibu kehilangan darah
selama prosedur pembedahan, wajah pucat, konjungtiva anemis.
Trombosit pasien biasanya
akan turun, tekanan darah di ats 160/110 mmHg.
Auskultasi : S1 S2 tunggal, irama jantung reguler
Perkusi : dullnes (bunyi terdengar padat)
Palpasi : nadi lemah (Bradikardi)
c) (Brain)
Inspeksi : kesadaran, orientasi, kenyamanan pada poila tidur
pasien post operasi, nyeri adekuat karena bekas
operasi yang mungkin menggangu pola istirahat.
d) (Bladder)
Inspeksi : pada pasien setelah sectio caesarea akan
mengalami distensi kandung kemih menyebabkan
urine tidak teratur, ada penggunaan alat bantu
kateter untuk memudahkan pasien untuk membatasi
aktifitas pasien ke toilet berhubungan untuk
mengurangi rasa nyeri setelah operasi sectio caesarea.
verttPalpasi : efek anestesi nyeri tekan uterus yang mungkin ada.
2. Diagnosa Keperawatan

a. Resiko perfusi serebral tidak efektif

16
Definisi: beresiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke otak.
Faktor Risiko: Keeabnormalan masa protombin dan/ masa
tromboplastin parsial, penurunan kinerja vertikel kiri,
Asterosklerosis aorta, dirseksi arteri, firbilasi atrium, tumor otak,
stenosis karotis, miksoma atrium, ancurisma selebri, koagulopati
(mis, anemia sel sabit), dilatasi kardiomiopati, koagulasi
intravaskuler disminata, embolisme, cedera kepala,
hiperkolesteronomia, hipertensi, endokarditis infektif, katup
prostetik mekanis, stenosis netral, neoplasma otak, imprak miokard
akut, sindrom sick sinus, penyalahgunaan zat, terapi tombolitik,
efek samping tindakan (mis, tindakan operasi bypass).
Kondisi klinis terkait:
Stroke, cedera kepala, aterosklerotik aurotik, infark miokard akut,
diseksi arteri, endokarditis embolisme, fibralasi infektif, atrium,
hiperkolesterolemia, hipertensi, dilatasi kardiomiopati, koagulasi
intravaskular diseminata, miksoma atrium, neoplasma otak, segmen
ventrikel kiri akinetik, sindrom sick sinus, stenosis karotid, stenosis
mitral, hidrosefalus, infeksi otak (mis, meningitis, ensefalitis, abser
serebri

Tabel 2.2 Resiko Perfusi Serebral Tidak Efektif

NO TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI


KEPERAWATAN
1 Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 1x24 jam 1. Monitor tanda/gejala
diharapkan masalah dapat teratasi peningkatan TIK (mis, tekanan
dengan kriteria hasil darah meningkat, tekanan nadi
- tingkat kesadaran meningkat melebar, bradi Kardi, pola nafas
- tekanan sutra kranial menurun ireguler)
2. Monitor intake dan output
cairan
Terapeutik
1. Berikan posisi semi fowler
2. Pertahankan suhu tubuh
normal
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
diuretik, jika perlu

b. Nyeri akut (D.007)


Penyebab : Agen pencedera fisiologis (mis, inflamasi, iskemia,
neoplasma), Agen pencedera kimiawi (mis, terbakar, bahan kimia
iritan), Agen pencedera fisik (mis, abses, amputasi, terbakar,

17
terpotong. mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, Latihan
fisik berlebihan)
 Data Mayor
Subjektif: Mengeluh nyeri.
Objektif: Tampak meringis, bersikap protektif (mis, waspada, posisi
menghindar nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur.
Data Minor
Subjektif: (tidak tersedia)
Objektif Tekanan darah meningkat, pods natae berubah, natai
makan perubah proms berpikir terganggu, menarik diri, berpetus
pada diri sendiri, diaphoresis

Tabel 2.3 NYERI AKUT

NO TUJUAN & KRITERIA HASIL INTETRVENSI


KEPERAWATAN
2 Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan setelah dilakukan 1. Identifikasi
selama 1x24jam. Diharapkan lokasi, durasi,
masalah teratasi dengan kriteria hasil: kualitas nyeri
 keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala
 meringis menurun nyeri
 pola tidur membaik 3. Identifikasi
 gelisah menurun faktor yang
memperberat dan
mempringan
nyeri
Terapeutik
1. Berikan teknik
non farmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri
2. kontrol
lingkungan yang
memperberat
rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat

18
dan tidur
Edukasi
1. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu

c. Gangguan mobilitas fisik

 Definisi : keterbatasan dalam pergerakan fisik dari satu atau


ekstermitas secara mandiri.

Tabel 2.4 GANGGUAN MOBILITAS FISIK

NO TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI


KEPERAWATAN
3 Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan setelah dilakukan 1. Identifikasi
selama 1x24jam. Diharapkan adanya nyeri
masalah teratasi dengan kriteria hasil: atau keluhan
 Pergerakan ekstremitas fisik lainnya
meninigkat 2. Monitor
 Kekuatan otot meningkat kondisi umum
 Nyeri menurun selama
Kelemahan fisik menurun melakukan
mobilisasi
Terapeutik
1. Fasilitasi
melakukan
pergerakan,
jika perlu
2. Libatkan
keluarga untuk
membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan

19
Edukasi
1. Jelaskan tujuan
& prosedur
mobilisasi
Anjurkan
melakukan
mobilisasi dini

d. Menyusui Tidak Efektif


Penyebab
Fisiologis: ketidakadekuatan suplai ASt, hambatan pada
neonates(mis. prematuritas, sumbing), anomaly
payudara ibu (mis, putting yang masuk kedalam),
ketidakadekuatan refleks oksitosin, ketidakadekuatan
refleks menghisap bayi, payudara bengkak, Riwayat
oprasi payudara, kelahiran kembar.
Situasional: tidak rawat gabung, kurang terpapar
informasi tentang pentingnya menyusui dan/metode
menyusui, kurangnya dukungan keluarga,

faktor budaya
Data mayor:
Subjektif: kelelahan maternal, kecemasan maternal
Objektif bayi tidak mampu melekat pada payudara ibu,
ASI tidak menetes/memancar, bak bayi kurang dari 8
kali dalam 24 jam, nyeri dan/atau lecet terus menrus
setelah minggu kedua Data Minor
Subjektif:-
Objejktif: intake bayi tidak adekuat, bayi menghisap
tidak terus menerus, bayi menangis saat disusui, bayi
rewel dan menangis terus dalam jam-jam pertama
setelah menyusui, menolak untuk menghisap.

Tabel 2.5 MENYUSUI TIDAK EFEKTIF

20
No TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI
HASIL KEPERAWATAN
4 Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan setelah dilakukan 1. Identifikasi
selama 1x24jam. Diharapkan kesiapan dan
masalah teratasi dengan kemampuan
kriteria hasil: menerima
 Intake bayi meningkat informasi
 Suplai ASI adekuat Terapeutik
meningkat 1. Sediakan
Perlekatan bayi pada materi dan
media
payudara ibu meningkat pendidikan
kesehatan
2. Jadwalkan
pendidikan
kesehatan
sesuai
kesepakatan
3. Berikan
kesempatan
untuk bertanya
Edukasi
1. Jelaskan
manfaat
menyusui bagi
ibu dan bayi
Ajarkan perawatan
payudara post
partum

e. DEFISIT PERAWATAN DIRI


Definisi : keadaan dimana seseorang tidak mampu
melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri
secara mandiri.

Tabel 2.6 DEFISIT PERAWATAN DIRI

NO TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI


HASIL KEPERAWATAN
5 Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan setelah dilakukan 1. Monitor tingkat

21
selama 1x24jam. Diharapkan kemandirian
masalah teratasi dengan 2. Identifikasi
kriteria hasil: kebutuhan alat
 Kemampuan mandi bantu kebersihan
meningkat diri, berpakaian,
 Kemampuan ke toilet berhias, makan
BAB/BAK meningkat Terapeutik
 Mempertahankan 1. Siapkan keperluan
kebersihan diri meningkat pribadi (mis. sikat
gigi)
2. Dampingi dalam
melakukan
perawatan diri
sampai mandiri
Edukasi
Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan

f. RESIKO INFEKSI
Faktor resiko: efek prosedur invasive
Kondisi klinis terkait: Tindakan invasive

Tabel 2.7 RESIKO INFEKSI

NO TUJUAN KRITERIA & INTERVENSI


HASIL KEPERAWATAN
6 Setelah dilakukan tindakan Obsevasi
keperawatan setelah dilakukan 1. Monitor
selama 1x24jam. Diharapkan tanda/gejala
masalah teratasi dengan kriteria peningkatan TIK
hasil: (Mis, tekanan nadi
melebar, bradi
kardia, pola napas
ireguler
2. Monitor intake
dan output cairan
Terapeutik
1. Berikan posisi
semi fowler
2. Pertahankan suhu
tubuh normal
Kolaborasi

22
Kolaborasi pemberian
diuretik osmoses, jika
perlu

BAB III

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

B. Tinjauan Kasus

1. Pengkajian

a. Biodata
Ny. K umur 30 tahun beragama islam, suku bangsa sunda/indonesia. Pendidikan
terakhir SD. Alamat dusun RT001/RW001, Tenjojaya,, Cilamaya Kulon,
Kab.Karawang, Jawa Barat. Ny. K masuk ke rumah sakit pada tangal 9 Mei
2023 lalu dilakukan pengkajian pada tanggal 11 Mei 2023. No RM 085760
dengan diagnosa medis post SC (PEB)
b. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri di bagian perut karena bekas luka post SC.
P: Terdapat luka operasi di perut bagian bawah
Q: Nyeri seperti di tusuk-tusuk
R: Nyeri menetap perut bagian bawah
S: Skala nyeri 2
T: Nyeri hilang timbul
c. Riwayat Sekarang
Pasien masuk rumah sakit karena Preeklamsi berat pada malam senin dini hari.
Lalu pasien dirawat diruang cilamaya baru RSUD Karawang. Kemudian pasien
dilakukan operasi pada hari Kamis tanggal 11 Mei 2023.
d. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Yang Lalu
No Tahun Jenis Penolong Jenis Keadaan Bayi Masalah
Kelamin Persalina Waktu Lahir Kehamilan
n

23
1 2023 P Bidan SC BB bayi 2300 gr KPD
Pasien tidak memiliki pengalaman menyusui
e. Riwayat Kehamilan Saat Ini
Ketika hamil anak pertama pasien jarang melakukan pemeriksaan kehamilan,
pasien mengatakan pusing
f. Riwayat Persalinan
Jenis persalinan anak pertama spontan dengan Post SC atas indikasi prematur
kontraksi. Pasien dilakukan SC pada tanggal 10 Mei 2023 dengan jenis kelamin
bayi perempuan dengan berat badan 23000gr. Masalah persalinan Pre eklampsi
Berat

Keadaan Bayi Saat lahir


Bayi lahir tanggal 10 Mei 2023 dengan kelahiran tunggal. Berat plasenta
40gram dan panjang tali pusat 40cm

APGAR SCORE
Tanda Nilai Jumlah
0 1 2
Denyut Tidak ada < 100 < 100 2
jantung
Usaha napas Tidak ada Lambat Menangis 2
kuat
Tonus otot Lumpuh Ekstremita Gerakan 1
s fleksi aktif
sedikit
Reflek Tidak Gerakan Reaksi 1
bereaksi sedikit melawan
Warna Biru/pucat Tubuh kemerahan 1
kemerahan

g. Riwayat Ginekologi
Pasien pernah dilakukan tindakan operasi CA Mamae pada tahun 2016. Riwayat
KB pasien memakai KB suntik 3 bulan dan KB Pil

2. DATA UMUM KESEHATAN


a. Status Obstetri
Pasien dengan status obstetri NH P1 A0. Bayi tidak dirwat gabung dengan ibu,
karena bayi lahir dengan BBLR 2000gr
b. Keadaan Umum
Kesadaran pasien compos mentis. TTV= TD: 140/80mmHg
N: 84x/menit S: 36C RR: 20x/menit

3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Kepala – Leher
1) Kepala

24
 Inspeksi
Rambut pasien warna hitam, rambut bersih dan pendek
 Palpasi
Tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
2) Wajah
 Inspeksi
Tampak adanya chloasma gravidarum di pipi bagian atas pasien
 Palpasi
Tidak ada nyeri tekan di bagian dahi dan pipi
3) Mata
 Inspeksi
Sklera anikhterik, konjungtiva an anemis, tidak ada edema, pupil isokor,
reaksi terhadap cahaya miosis, fungsi penglihatan baik, pasien tidak
menggunakan kacamata.

 Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada bagian mata
4) Hidung
 Inspeksi
Hidung tampak bersih, tidak ada sinusitis
 Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada bagian hidung. Fungsi penciuman normal
5) Mulut
 Inspeksi
Mulut tampak bersih, mukosa tampak lembab, gigi bersih, tidak
menggunakan gigi palsu, tidak ada gigi tambal, tidak ada gigi berlubangm
gusi normal, lidah tampak bersih, tidak ada pembengkakan pada tonsil
6) Telinga
 Inspeksi
Telinga simestris, tidak ada pembengkakan, telinga bersih, tidak
menggunakan alat bantu dengar
 Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan, tidak teraba adanya massa. Tes rinne positif
7) Leher
 Inspeksi
Tidak tampak adanya deviasi trakea, tidak ada jaringan parut
 Palpasi
Tidak teraba adanya massa, pasien tidak mengalami kesulitan menelan,
tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
b. Dada
1) Jantung
 Inspeksi
Tidak ada pembesaran pada jantung, tidak ada luka bekas operasi
 Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
 Perkusi
Hasil perkusi normal
 Asukultasi
Bunyi jantung normal, irama jantung reguler

25
2) Paru-paru
 Inspeksi
Pergerakan dinding dada simetris
 Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya massa
 Perkusi
Hasil perkusi paru sonor
 Auskultasi
Suara paru vesikuler, irama reguler
3) Payudara
 Inspeksi
Tampak ada bekas luka operasi CA mamae. Putting susu bersih, putting
susu flatt niplle, tampak adanya hiperpigmentasi aerola, belum ada
pengeluaran ASI
c. Abdomen
1) Abdomen
 Inspeksi
Tampak adanya balutan post SC di perut bagian bawah, tampak adanya
garis linea nigra. Fungsi pencernaan: pasien belum BAB selama dirawat
 Palpasi
TFU 2 jari dibawah umbilikus, tidak teraba adanya distensi kandung
kemih. DRA? 2X1 Tidak terdapat nyeri tekan pada hepar.
 Perkusi
Hasil perkusi Dullnes
 Auskultasi
Bising usus 18x/menit
d. Perineum & Genital
Tidak ada edema pada vagina, tidak ada pembengkakan. Perineum pasien utuh.
Red : Tidak ada
Edema : Tidak ada
Echimosis : Tidak ada
Discharge : Tidak ada
Approximate : Tidak ada
Lochea rubra berapa pembalut?. Tidak ada hemoroid
3 pembalut
e. Ekstremitas
Ekstremitas atas:
Pasien tidak merasakan kesemutan, tidak ada lesi, turgor kulit elastis, terpasang
infus RL di tangan kanan. Tidak ada edema
Ekstremitas bawah:
Tidak ada edema, tidak kesemutan, turgor kulit elastis, tidak ada varises. Homan
sign negatif
Kekuatan otot:
5 0

5 1

26
Riwayat Kejang

Sebelumnya pasien pernah mengalami kejang usia 3 tahun mengalami kelumpuhan pada
ektremitas sebelah kiri atas
4. STATUS NUTRISI
a. Antopometri
TB 155cm. BB 66kg. IMT: 32,3 (obesitas)
BB saat hamil 68kg, BB saat ini 66kg. Nafsu makan pasien baik, tidak ada
keluhan mual muntah, nyeri lambung, sulit menelan. Pasien terpasang kateter

5. MOBILISASI – ISTIRAHAT
Pasien mobilisasi dengan cara dibantu oleh suaminya. Pasien tidur 2 jam di siang
hari dan 8 jam di malam hari. Pasien mengeluh perut terasa nyeri sehingga tidur
sering terbangun.
Adaptasi psikologis menurut refarubin.
Faae Taking In
Pasien senang karena sang bayi sudah lahir. Pasien juga berharap suami dapat
membantu pasien setelah bayi lahir. Kemampuan menyusui pasien baik

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Leukosit 13.51 4.40-11-30 X10^3/uL
Neutrofil 74.3 50-70 %
Limposit 16.3 25-40 %
Mev 78.1 80-100 FL

7. THERAPY
Nama Obat Dosis Rute Fungsi
Ceftriaxon 1X300 IV Antibiotik
Tramadol 2X1 IV Analgetik
Adalot 1X30 Oral Hipertensi
Sf 1X300 Oral Anemia
Keterolax 3X1 IV Meredakan nyeri
Caco3 2X500 Oral Meningkatkan kalsium

27
B. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


DS: Hipertensi
 Pasien mengatakan pusing
DO:
 Pasien tampak gelisa, pasien
di diagnosa Pre Eklamsi Penekanan pada
Berat, Kesadaran jaringan otak
Composmentis,
 TD : 140/80 mmHg
 N : 84x/menit
 S : 36°c Resiko perfusi
 RR : 20x/menit Gangguan system serebral tidak
aliran darah ke otak efektif
 Tidak terdapat edema
(D. 0017)

Peningkatan tekanan
intrakranial (Pre
Eklamsi Berat)

Resiko Perfusi
Serebral Tidak
Efektif

2 DS: Agen pencedera fisik


 Pasien mengatakan nyeri di (prosedur operasi)
perut bagian bawah saat di Nyeri akut
tekan (D. 0077)
 P : terdapat luka operasi di
perut bagian bawah Section Caesarea
 Q : nyeri seperti di tusuk- (SC)
tusuk

28
 R : daerah perut tidak
menyebar
 S : ringan dengan nilai 2
 T : sering timbul
Insisi dinding
DO: abdomen
 Pasien tampak meringis
 Terdapat luka post operasi
 Post operasi hari ke 1

Terputusnya
kontinuitas jaringan,
pembuluh darah &
saraf di sekitar
operasi

Nyeri

DS: Hambatan neonatus


 Ibu pasien mengatakan (prematuritas)
bayinya ada di ruang Menyusui Tidak
perinatologi Efektif
(D. 0029)
DO: Bayi dirawat diruang
 Posisi bayi ada di rawat perinatologi
gabung
 BB bayi 2000gr

Bayi tidak dirawat


gabung dengan ibu

Tidak ada hisapan


bayi

Prolaps ASI

BBLR

29
Menyusui tidak
efektif
4 DS: Prosedur Operasi
 Pasien mengatakan belum Defisit
gunting kuku Perawatan Diri
 Pasien mengatakan belum (D. 0109)
mandi selama dirawat Nyeri Post SC

DO:
 Kuku pasien tampak panjang
dan kotor Hambatan dalam
beraktifitas

Defisit Perawatan
Diri

5 DS: Nyeri post operasi


 Pasien mengatakan susah hari pertama
menggerakkan tangan dan
kaki Gangguan
mobilitas fisik
DO: Tidak mampu (D. 0054)
• Pasien tampak kesulitan beraktivitas
menggerakkan tangan dan
kaki

5 0 Penurunan kekuatan
otot
5 1

• Riwayat kejang usia 3 thn


Hambatan
mobilitas fisik

6 DS: Luka post operasi


• Pasien mengeluh nyeri di
bagian luka SC
• Pasien mengeluh tidak
nyaman Jaringan terbuka
D0: Risiko infeksi
• Pasien tampak gelisah (D.0142)
• Pasien tampak tidak nyaman
Terpapar dunia luar

30
Invasi bakteri

Risiko infeksi

31
C. INTEVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosa Tujuan Intervensi


1 Resiko Setelah dilakukan Observasi
perfusi tindakan keperawatan 1. Monitor tanda/gejala
serebral selama 1x24 jam peningkatan TIK (mis,
tidak diharapkan masalah dapat tekanan darah meningkat,
efektif teratasi dengan kriteria tekanan nadi melebar,
hasil bradi Kardi, pola nafas
- tingkat kesadaran ireguler)
meningkat 2. Monitor intake dan
- tekanan sutra kranial output cairan
menurun Terapeutik
1. Berikan posisi semi
fowler
2. Pertahankan suhu
tubuh normal
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
diuretik, jika perlu

2 Nyeri Akut Setelah dilakukan Observasi


(D. 0077) tindakan keperawatan 4. Identifikasi lokasi,
setelah dilakukan selama durasi, kualitas nyeri
1x24jam. Diharapkan 5. Identifikasi skala nyeri
masalah teratasi dengan 6. Identifikasi faktor
kriteria hasil: yang memperberat dan
 keluhan nyeri menurun mempringan nyeri
 meringis menurun Terapeutik
 pola tidur membaik 4. Berikan teknik non
 gelisah menurun farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
5. kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
6. Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
3. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
4. Jelaskan strategi
meredakan nyeri

32
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
3 Gangguan Setelah dilakukan Observasi
mobilitas tindakan keperawatan 3. Identifikasi adanya
fisik (D. setelah dilakukan selama nyeri atau keluhan
0054) 1x24jam. Diharapkan fisik lainnya
masalah teratasi dengan 4. Monitor kondisi
kriteria hasil: umum selama
 Pergerakan melakukan mobilisasi
ekstremitas Terapeutik
meninigkat 3. Fasilitasi melakukan
 Kekuatan otot pergerakan, jika perlu
meningkat 4. Libatkan keluarga
 Nyeri menurun untuk membantu
 Kelemahan fisik pasien dalam
menurun meningkatkan
pergerakan
Edukasi
2. Jelaskan tujuan &
prosedur mobilisasi
3. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
4 Menyusui Setelah dilakukan Observasi
Tidak tindakan keperawatan 2. Identifikasi kesiapan
Efektif (D. setelah dilakukan selama dan kemampuan
0029) 1x24jam. Diharapkan menerima informasi
masalah teratasi dengan Terapeutik
kriteria hasil: 4. Sediakan materi dan
 Intake bayi meningkat media pendidikan
 Suplai ASI adekuat kesehatan
meningkat 5. Jadwalkan pendidikan
 Perlekatan bayi pada kesehatan sesuai
payudara ibu meningkat kesepakatan
6. Berikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi
2. Jelaskan manfaat
menyusui bagi ibu dan
bayi
3. Ajarkan perawatan
payudara post partum
5 Defisit Setelah dilakukan Observasi
Perawatan tindakan keperawatan 3. Monitor tingkat
Diri setelah dilakukan selama kemandirian
1x24jam. Diharapkan 4. Identifikasi kebutuhan
masalah teratasi dengan alat bantu kebersihan
kriteria hasil: diri, berpakaian,
 Kemampuan mandi berhias, makan

33
meningkat
 Kemampuan ke toilet Terapeutik
BAB/BAK meningkat 3. Siapkan keperluan
 Mempertahankan pribadi (mis. sikat
kebersihan diri gigi)
meningkat 4. Dampingi dalam
melakukan perawatan
diri sampai mandiri
Edukasi
1. Anjurkan melakukan
perawatan diri secara
konsisten sesuai
kemampuan
6 Risiko Setelah dilakukan Obsevasi
Infeksi tindakan keperawatan 3. Monitor
setelah dilakukan selama tanda/gejala
1x24jam. Diharapkan peningkatan TIK
masalah teratasi dengan (Mis, tekanan nadi
kriteria hasil: melebar, bradi
kardia, pola napas
ireguler
4. Monitor intake
dan output cairan
Terapeutik
3. Berikan posisi
semi fowler
4. Pertahankan suhu
tubuh normal
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
diuretik osmoses,
jika perlu

34
1 Jum’at I Memberikan teknik non
12-05-2023 farmakologis teknik relaksasi nafas
08.00 dalam
Respon
DS: Pasien mengatakan mengerti
apa yang dijelaskan perawat
DO: Pasien tampak bisa mengulang
kembali apa yang sudah
dijelaskan perawat

2 Jum’at II Membantu pasien miring kanan


12-05-2023 miring kiri
09.00 Respon:
DS: Pasien mengatakan bersedia
untuk dibantu miring kanan
miring kiri oleh perawat
DO:
 Pasien tampak bisa melakukan
miring kanan miring kiri
 Pasien tampak meringis ketika
dibantu miring kanan miring kiri

Menganjurkan keluarga untuk


membantu pasien dalam mobilisasi
3 09.15 II Respon
DS: Keluarga pasien mau membantu
pasien untuk mobilisasi
DO: Keluarga pasien tampak dapat
membantu paien dalam melakukan
mobilisasi

4 Jum’at III Mengajarkan kepada pasien tentang


12-05-2023 posisi menyusui yang benar
10.00 Respon
DS: Pasien bersedia untuk
melakukan menyusui pada bayi
dengan cara yang benar
DO: Pasien tampak bisa mengulang
kembali apa yang sudah
dijelaskan perawat
5 Jum’at IV Mendampingi pasien melakukan
12-05-2023 perawatan diri
10.30 Respon:
DS: Pasien mengatakan senang
dibantu oleh perawat
DO: Pasien tampak segar setelah
didampingi oleh perawat dalam

35
melakukan perawatan diri
6 Jum'at V Mengganti balutan
12-05-2023 Respon:
10.30 DS: Pasien mengatakan nyeri
DO: Balutan terlihat kotor

36
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
N Tanggal/ D Implementasi Paraf
O Watktu X
1 Kamis Mengecek tekanan darah
11-05-2023 Respon:
08.00 I DS: Pasien mengatakan pusing
DO: Pasien terlihat pucat

Pemberian obat analgetik obat


keterolax
Respon
08.20 DS: Pasien bertanya apa itu obat
I nyeri
DO: Pasien mau untuk disuntik

2 Kamis II Mengidentifikasi adanya nyeri atau


11-05-2023 keluhan fisik lainnya
09.00 Respon
DS: Pasien mengatakan sulit
bergerak karena nyeri dibagian
perut
DO: Pasien tampak kesulitan
bergerak

09.30 Memberikan pendidikan kesehatan


mobilisasi aktif
II Respon:
DS:
 Pasien mengatakan mengerti apa
yang dijelaskan perawat
 Pasien mengatakan akan mulai
melakukan mobilisasi
DO: Pasien tampak mendengarkan
dengan seksama apa yang
dijelaskan perawat

3 Kamis III Mengidentifikasi kesiapan ibu untuk


11-05-2023 menyusui
10.00 Respon
DS: Pasien mengatakan belum bisa

37
menyusui karena sang bayi
dirawat terpisah
DO: Pasien tampak gelisah karena
belum bisa memberikan ASI
4 Kamis IV Memonitor tingkat kemandirian
11-05-2023 Respon
11.00 DS: Pasien mengatakan tidak
mampu membersihkan diri
secara mandiri
DO: Pasien tampak dibantu oleh
suami

Memonitor kebersihan diri pasien


Respon
DS: Pasien mengatakan belum
gunting kuku
DO: Kuku pasien tampak panjang
dan kotor

38
E. Evaluasi

No Tanggal/waktu No.Dx Evaluasi Paraf


1 Kamis 1 S : Pasien
11-05-2023 mengatakan
pusing
O : hipertensi
A : Resiko
perfusi serebral
tidak efektif
P : intervensi
dilanjutkan
2 Jum'at 2 S : Pasien
12-05-2023 mengatakan
nyeri di perut
bagian bawah
saat di tekan
P : terdapat luka
operasi di perut
bagian bawah
Q : nyeri seperti
di tusuk-tusuk
R : daerah perut
tidak menyebar
S : ringan dengan
nilai 2
T : sering timbul
O : Pasien
tampak meringis
A : nyeri akut
P : intervensi
dilanjutkan
3 Jum'at 3 S : ibu pasien
12-05-2023 mengatakan
bayinya ada di
ruang
perinatologi
O : terlihat hanya
keluar ASI
A : menyusui
tidak efektif
P : intervensi
dilanjutkan
4 Jum'at 4 S : pasien
12-05-2023 mengatakan
belum mandi
O : tercium tidak
sedap dari pasien

39
A : defisit
perawatan diri
P : intervensi
dilanjutkan
5 Sabtu 5 S : pasien
13-05-203 mengatakan
susah
menggerakkan
tangan dan kaki
O : pasien
tampak kesulitan
menggerakkan
tangan dan kaki
A : gangguan
mobilitas fisik
P : intervensi
dilanjutkan
6 Sabtu 6 S : pasien
13-05-2023 mengeluh nyeri
di bagian luka
SC
O : terdapat luka
operasi
A : resiko infeksi
P : intervensi
dilanjutkan

40

Anda mungkin juga menyukai