Anda di halaman 1dari 29

DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN

KEGAWATDARURATAN MATERNAL
PADA IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI
DI RUMAH SAKIT RATU ZALECHA
TAHUN 2023

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Kebidanan II

Dosen Pembimbing :
Erni Yuliastuti, S.SiT.,M.Kes

Oleh :
Anisa Febrianti
NIM. P07124120002

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM
DIPLOMA TIGA KEBIDANAN
TAHUN 2023
LEMBAR PERSETUJUAN BIMBINGAN KASUS

Telah di setujui dan di terima untuk pengambilan kasus asuhan dengan judul
“Dokumentasi Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Pada Ibu Bersalin
dengan Ketuban Pecah Dini Di Rumah Sakit Ratu Zalecha Tahun 2023”:
Nama : Ny. H
Umur : 23 tahun
Alamat : Jl. Pendidkan, Sekumpul
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Digunakan untuk membuat Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir Fisiologis
untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Kebidanan II oleh:
Nama : Anisa Febrianti
NIM : P07124120002
Semester : VI (Enam)
Program Studi : D3 Kebidanan
Mahasiswi Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Banjarmasin.
Lembar persetujuan dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.

Banjarbaru, Mei 2023

Menyetujui,
Pembimbing Praktik Klinik Kebidanan II Mahasiswa

Erni Yuliastuti, S.Si.T.,M.Kes Anisa Febrianti


NIP. 197407231993022001 NIM. P07124120002

i
LEMBAR PERSETUJUAN PENGAMBILAN KASUS

ii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kita panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua, sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan ”Dokumentasi Asuhan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal Pada Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini di
Rumah Sakit Ratu Zalecha Tahun 2023”.
Adapun laporan ”Dokumentasi Asuhan Kebidanan Kebidanan
Kegawatdaruratan Maternal Pada Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini di
Rumah Sakit Ratu Zalecha Tahun 2023” ini telah penulis usahakan semaksimal
mungkin dan pada kesempatan ini saya ingin menguapkan terima kasih kepada
Clinial Instructur serta dosen Pembimbing yang telah membantu saya dalam
menyelesaikan laporan ini.
Dalam penyusunan laporan asuhan kebidanan ini penulis banyak
mendapatkan arahan, bimbingan, bantuan, serta dorongan dari berbagai pihak.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Direktur Poltekkes Kemenkes Banjarmasin
2. Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Banjarmasin
3. Ketua Program Studi Diploma III Poltekkes Kemenkes Banjarmasin
4. Pembimbing laporan Asuhan Kebidanan.
5. Pembimbing Lahan Praktik Klinik Kebidanan II.
6. Ny. H selaku responden, atas partisipasi dan kerjasamanya dalam
menyelesaikan laporan Praktik Klinik Kebidanan II.

Banjarbaru, Maret 2023

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN BIMBINGAN KASUSi


LEMBAR PERSETUJUAN BIMBINGANii
KATA PENGANTARiii
DAFTAR ISIv
BAB I PENDAHULUAN1
A. Latar belakang1
B. Tujuan 3
C. Manfaat3
BAB II KONSEP DASAR5
A. Konsep Dasar Persalinan5
B. Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini20
C. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan27
E. Konsep Dokumentasi29
BAB III TINJAUAN KASUS33
A. Pengkajian33
B. Data Subjektif34
C. Data Objektif34
D. Analisa34
E. Penatalaksanaan34
BAB IV PEMBAHASAN36
BAB V PENUTUP37
A. Kesimpulan37
B. Saran38
DAFTAR PUSTAKA39

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
1. Pengertian ketuban pecah dini
Ketuban pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam
obstetrik berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan komplikasi
infeksi korioamnionitis .hingga sepsis yang meningkatkan morbiditas dan
mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu (Yaze dan Dewi, 2016).
Pecahnya selaput janin bisa terjadi bila leher rahim tertutup atau melebar.
Terkadang hal itu bisa terjadi pada kehamilan yang sangat awal (sebelum
28 minggu) atau pada trimester ketiga (antara 28 minggu dan 34 minggu).
Faktor resiko yang sangat terkait dengan ketuban pecah dini atau
premature rupture of membranes (PROM) yaitu infeksi, malpresentasion
dari fetus, multiple pregnancy and excess amniotic fluid, servical
incompetence, trauma Abdomen (Gahwagi, 2015). Masalah KPD
berkaitan keluarnya cairan berupa air air dari vagina setelah kehamilan
berusia 22 minggu, ketuban dinyatakan pecah jika terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung dan pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada
kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan
aterm (Saifuddin, 2010).
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI, 2012),
memperlihatkan bahwa 54% dari kelahiran tidak mengalami komplikasi
selama persalinan. Wanita yang mengalami persalinan lama dilaporkan
sebesar 35% kelahiran, KPD lebih dari 6 jam sebelum kelahiran dialami
oleh 15% kelahiran. Perdarahan berlebih sebesar 8% dan demam sebesar
8%. Komplikasi lainnya dan kejang dialami juga pada saat persalinan
(masing-masing 5 dan 2 %). Sementara itu, partus lama dan perdarahan
merupakan dampak yang bisa ditimbulkan oleh KPD (SDKI, 2012:131-
132). Sementara itu, menurut penelitian Yaze dan Dewi (2016), insidensi
KPD terjadi 10% pada semua kehamilan. Pada kehamilan aterm
insidensinya bervariasi 6-19%, sedangkan pada kehamilan preterm

1
insidensinya 2% dari semua kehamilan. Hampir semua KPD pada
kehamilan preterm akan lahir sebelu aterm atau persalinan akan terjadi
dalam satu minggu telah selaput ketuban pecah. 70% KPD terajadi pada
kehamilan cukup bulan. Sekitar 85% morbiditas dan morbilitas perinatal.
KPD merupakan masalah penting dalam obstetrik yang dapat
menimbulkan masalah bagi ibu pada saat persalinan sampai masa nifas,
seperti infeksi pada persalinan, infeksi masa nifas, partus lama,
meningkatnya tindakan operatif dan morbiditas dan mortalias maternal.
KPD juga bisa menimbulkan komplikasi pada neonatal seperti kelahiran
prematur, hipoksia dan asfiksia karena kompresi tali pusat, terjadinya
infeksi korioamnionitis (infeksi pada korion dan amnion) dan juga
meningkatnya insidensi seksio sesaria atau gagal persalinan normal
(Prawirohardjo, 2016). KPD termasuk dalam kehamilan beresiko tinggi.
Kesalahan dalam penatalaksanaan KPD akan membawa dampak dan
akibatnya menimbulkan meningkatnya angka kesakitan dan kematian ibu
maupun bayi. Penatalaksanaan KPD masih dilema bagi sebagian besar
ahli kebidanan. Kalau segera mengakhiri kehamilan akan menaikkan
insidensi bedah cesar dan kalau menunggu persalinan spontan akan
menaikan insidensi chorioamnionitis (infeksi pada korion dan amnion)
(Nugroho, 2012).
Peran bidan dalam penanganan KPD dengan memberikan asuhan
kebidanan pada ibu bersalin secara tepat, cepat dan komprehensif karena
jika ibu bersalin dengan KPD tidak mendapat asuhan yang sesuai maka
resikonya akan berakibat pada ibu maupun janin. Dengan harapan setelah
dilakukannya asuhan kebidanan yang cepat dan tepat,maka kasus ibu
bersalin dengan KPD dapat di tangani dengan baik, sehingga AKI di
Indonesia dapat dikurangi.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik mengambil kasus
dengan judul “Asuhan kebidanan Kegawatdaruratan Maternal pada ibu
Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Ratu Zalecha Tahun
2023”

2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan dengan pendekatan
manejemen kebidanan pada Ny. H pada kasus Bersalin dengan Ketuban
Pecah Dini menggunakan pendokumentasian SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mengumpulkan data subjektif pada Ny H pada kasus Bersalin dengan
Ketuban Pecah Dini.
b. Mengumpulkan data objektif pada Ny H pada kasus Bersalin dengan
Ketuban Pecah Dini.
c. Menganalisa diagnosa masalah potensial serta mengidentifikasi
kebutuhan terhadap tindakan segera baik mandiri dan kolaborasi.
d. Mampu merencanakan, melaksanakan serta mengevaluasi kasus
Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini.

C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat menambah wawasan dalam memberikan Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini Di Rumah
Sakit Ratu Zalecha
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Keluarga Klien
Meningkatkan pengetahuan bagi keluarga tentang pada ibu
bersalin terutama penatalaksanaan penanganan dalam memberikan
asuhan sayang ibu.
b. Bagi Bidan
Dapat dijadikan bahan masukan dan tambahan dalam
melakukan tindakan kebidanan guna meningkatkan mutu
pelayanan pada ibu bersalin dengan kegawatdaruratan.

3
c. Bagi Penulis
Sarana untuk meningkatkan kemampuan dalam pembuatan
asuhan kebidanan dan memperbanyak pendalaman dalam
memberikan dan menyusun asuhan kebidanan pada
kegawatdaruratan maternal.

4
BAB II

A. Ketuban Pecah Dini (KPD)


1. Pengertian
Premature Rupture of Membrane (PROM) atau ketuban pecah
sebelum waktunya atau pecahnya selaput ketuban pada saat sebelum
permulaan persalinan tanpa memandang usia kehamilan. Preterm
PrematureRupture of Membrane (PPROM) adalah KPD yang terjadi secara
spontan saat kehamilan kurang dari 37 minggu dan sebelum terjadinya
proses persalinan. KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari
12 jam sebelum waktunya melahirkan (Nugroho, 2012).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu (Manuaba,
2010).
Ketuban pecah dini atau Premature Rupture of Membrane (PROM)
adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan pada primi
kurang dav ri 3 cm dan multipara kurang dari 5 cm (Mochtar, 2012).
Dari pengetian diatas, dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah dini
adalah pecahnya selaput ketuban sebelum muncul tanda-tanda persalinan
atau waktunya melahirkan, pada pembukaan <4 cm atau fase laten.
2. Etiologi
Penyebab dari KPD masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan
secara pasti. Beberapa laporan menyebabkan faktor-faktor yang
berhubungan erat dengan KPD (Fadlun, 2011). Adapun beberapa penyebab
dari kejadian KPD antara lain:
a. Infeksi: infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
terjadi nya KPD.
b. Servik yang inkompetensia, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh
karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curettage).

5
c. Kelainan letak, misalnya sungsang sehingga tidak ada bagian terendah
yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi
tekanan terhadap membrane bagian bawah.
d. Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gameli.
e. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam,
maupun amniosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya
disertai infeksi.
f. Faktor predisposisi diantaranya riwayat KPD sebelumnya, polihidramnion
(cairan ketuban berlebihan), kehamilan kembar, peningkatan paritas.
Sedangkan faktor lain penyebab ketuban pecah dini menurut Nugroho
(2012) yaitu:
a. Faktor golongan darah, akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak
sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan
jaringan kulit ketuban.
b. Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu .
c. Faktor multi gravida, merokok dan perdarahan antepartum.
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala ketuban pecah dini menurut Nugroho (2012) yaitu:
a. Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina.
b. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin
cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan
bergaris warna darah.
c. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai
kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah
terletak dibawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran
untuk sementara.
d. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin
bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi.

6
4. Patofisiologi
Patofisiologi ketuban pecah dini menurut Prawirohardjo (2016) yaitu:
Ketuban pecah dini dalam persalinan secara umum disebabkan oleh
kontraksi uterus dan peregangan berulang.Selaput ketuban pecah karena
pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput
ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban
rapuh.Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraselular
matriks.Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen
menyebabkan aktifitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban
pecah. Faktor risiko untuk terjadinya ketuban pecah dini adalah:
a. Berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen.
b. Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan
struktur abnormal karena antara lain merokok.
Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metalloproteinase (MMP)
yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease.
Mendekati waktu persalinan,keseimbangan antara MMP dan TIMP-1
mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks ekstraselular dan
membrane janin.Aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat menjelang
persalinan.Pada penyakit periodontitis dimana terdapat peningkatan
MMP,cenderung terjadi ketuban pecah dini.
Ketuban pecah dini pada kehamilan prematur disebabkan oleh adanya
faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina.Ketuban
pecah dini prematur sering terjadi pada polihidramion, inkompeten serviks,
solusio plasenta.
5. Diagnosa
Menurut Manuaba (2010) KPD didiagnosis dengan:
a. Amamnesa yaitu adanya keterangan terjadi pengeluaran cairan mendadak
disertai bau yang khas.
b. Pemeriksaan fisik
1) pemeriksaan palpasi abdomen untuk menentukan volume cairan
amnion. Apabila pecah ketuban telah pasti, terdapat kemungkinan

7
mendeteksi berkurangnya cairan karena terdapat peningkatan molase
uterus dan dinding abdomen disekitar janin dan penurunan
kemampuan ballotemen dibandingkan temuan pada pemeriksaan.
2) Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati sehingga tidak banyak
manipulasi daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan infeksi
asenden dan persalinan prematuritas
c. Pemeriksaan laboratorium,
1) Uji Ferning yaitu dengan mengambil cairan yang keluar dan di cek
melalui mikroskop
2) Uji Nitazin yaitu dengan menggunakan kertas lakmus untuk
menetapkan bahwa cairan yang keluar adalah cairan ketuban.
d. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban
dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang
sedikit. Namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion.
6. Komplikasi
Menurut Marmi (2011) pengaruh KPD pada ibu dan janin adalah:
a. Bagi Ibu
1) Infeksi dalam persalinan
2) Infeksi masa nifas
3) Partus lama
4) Meningkatnya tindakan operatif
5) Morbiditas dan mortalitas maternal
b. Bagi Janin
1) Prematuritas
2) Prolaps tali pusat
3) Hipoksia dan asfiksia
4) Sindrom deformitas janin
5) Morbiditas dan mortalitas perinatal

8
Sedangkan menurut Nugroho (2012) komplikasi ketuban pecah dini
diantaranya:
1) Sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah syndrome distress
pernapasan (RDS= Respiratory Distress Syndrome), yang terjadi
pada 10-40% bayi baru lahir.
2) Resiko infeksi meningkat pada kejadian KPD.
3) Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk
kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan
amnion).
4) Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi
pada KPD.
5) Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD
preterm.
7. Penatalaksanaan
Menurut Prawirohardjo (2016) penatalaksanaan pada ketuban pecah dini
yaitu:
a. Konservatif:
1) Pengelolaan konservatif dilakukan bila tidak ada penyulit (baik
pada ibu maupun pada janin) dan harus di rawat dirumah sakit.
2) Berikan antibiotika (ampicilin 4 x 500 mg atau eritromicin bila tidak
tahan ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7hari.
3) Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air ketuban
masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.
4) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi,
berideksametason untuk pematangan paru, observasi tanda-tanda infeksi,
dan kesejahteraan janin, terminasi pada kehamilan 37 minggu.
5) Jika usia kehamilan 32-34 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi,
berikan tokolitik (salbutamol, MgsO4, nifedipin, otosiban) kegunaannya
untuk mencegah terjadinya kontraksi agak tidak terjadi kelahiran
premature, deksametason untuk pematangan paru, dan induksi sesudah
24 jam.

9
6) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beriantibiotik dan
lakukan induksi.
7) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu>38oC, leukosit normal >15.000 gram/dL,
tanda-tanda infeksi intra uterin).
8) Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memicu
kematangan parujanin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin
dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis
tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4
kali.
b. Aktif
Kehamilan > 37 minggu, diberikan misoprostol 50 mg untuk pematangan
serviks, diberikan melalui intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
1) Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan servik, kemudian induksi.
Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
2) Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam, namun bila
induksi dengan oksitosin gagal, bila gagal seksio sesarea.

C. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan


1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah suatu pendekatan yang digunakan oleh
bidan berupa proses pendekatan pemecahan masalah yang sistematis,
dimulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Dalam praktiknya, bidan harus berfikir kritis,
etis, tidak pragmatis untuk menjamin keamanan dan kepuasan klien
sebagai hasil asuhan. (Saminem, 2012).
2. Langkah dalam Manajemen Kebidanan
Langkah-langkah asuhan kebidanan menurut Varney didalam Sulfianti
(2020). Ialah sebagai berikut:
1) Langkah I (Pengumpulan Data Dasar)
Langkah ini dilakukan dengan melakukan pengkajian meliputi
pengumpulan data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan pasien

10
secara lengkap serta riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan
kebutuhan peninjauan catatan terbaru atau catatan sebelumnya, data
laboratorium dan membandingkan dengan hasil study, semua data
dikumpulkan dari semua sumber yang berhubungan dengan kondisi
pasien.
2) Langkah II (Interpretasi Data Dasar)
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi data secara benar
terhadap diagnosis atau masalah kebutuhan pasien. Masalah atau
diagnosis yang spesifik dapat ditemukan berdasarkan interpretasi yang
benar terhadap data dasar. Selain itu, sudah terpikirkan perencanaan
yang dibutuhkaan terhadap masalah.
3) Langkah III (Identifikasi Diagnosis/ Masalah Potensial Antisipasi
Penanganannya)
Pada langkah ketiga kita mengidentifikasi masalah potensial
diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/ masalah yang sudah
didentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-
siap mencegah diagnosis/ masalah potensial ini menjadi kenyataan.
Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.
4) Langkah IV (Identifikasi dan Penetapan Kebutuhan yang Memerlukan
Penanganan Segera)
Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan
menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah
ditegakkan.Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi,
kolaborasi, dan melakukan rujukan.
5) Langkah V (Menyusun Asuhan secara Menyeluruh)
Langkah VI Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan,
diperlukan perencanaan secara menyeluruh terhadap masalah dan
diagnosis yang ada. Dalam proses perencanaan asuhan secara
menyeluruh juga dilakukan identifikasi beberapa data yang tidak
lengkap agar pelaksanaan secara menyeluruh dapat berhasil.

11
6) Langkah VI (Pelaksanaan Perencanaan)
Tahap ini merupakan tahapan pelaksanaan dari semua rencana
sebelumnya, baik terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang
ditegakkan. Pelaksanaan ini dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri
maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
7) Langkah VII (Evaluasi)
Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan yakni
melakukan evaluasi dari perencanaan maupun dengan pelaksanaan yang
dilakukan bidan. Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan
terus menerus untuk meningkatkan pelayanan secara komprehensif dan
selalu berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien.

D. Konsep Dasar Dokumentasi


1. Pengertian Dokumentasi
Dokumentasi kebidanan adalah suatu bentuk sistem pencatatan dan
pelaporan informasi tentang kondisi dan perkembangan kesehatan
pasien serta kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan (Aisa dkk,
2018).
Dokumentasi kebidanan adalah suatu pencatatan dan pelaporan
yang didasari pada komunikasi tertulis lengkap dan akurat yang
dimiliki oleh bidan dalam melakukan asuhan kebidanan. Dokumentasi
kebidanan ini berguna untuk kepentingan klien, tim kesehatan,
maupung kalangan bidan sendiri (Aisa dkk,2018).
2. Tujuan Dan Fungsi Dokumetasi
Dokumentasi kebidanan harus dikerjakan oleh bidan sebagai
bentuk tanggung jawab dan gugat dalam memberikan asuhan
kebidanan. Kerena bidan menggunakan proses penatalaksanaan
kebidanan dalam membuat keputusan klinik, maka ia harus mencatat
temuan dan keputusannya. Hal ini sangat penting untuk diingat bahwa
jika temuan tidak dilaporkan, maka seolah-olah ia tidak melakukan
tindakan. Dokumentasi memberikan catatan permanen mengenai

12
manajemen pasien dan dapat dijadikan sebagai pertukaran informasi
dengan petugas lain. Pencatatan dibutuhkan oleh undang-undang (Aisa
dkk, 2018).
a. Tujuan pendokumentasian asuhan kebidanan menurut Aisa dkk
(2018):
1) Sarana komunikasi
Dokumentasi dapat digunakan sebagai alat komunikasi antar tim
kesehatan mengenai tindakan yang telah dilakukan dan yang
akan dilakukan.
2) Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat
Digunakan sebagai alat perlindungan bidan dalam melaksanakan
pelayanan kebidanan yang diterima terhadap pasien.
3) Sebagai informasi statistic
Informasi statistic dapat digunakan sebagai alat perencanaan
kebutuhan yang akan datang, baik SDM, sara sarana, prasarana
dan teknis.
4) Sarana pendidikan
Dokumentasi kebidanan yang ditulis dengan benar bisa
digunakan sebagai bahan atau referensi pendidikan.
5) Sumber data penelitian
Informasi dalam dokumentasi dapat digunakan sebagai sumber
data dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
6) Jaminan kualitas pelayanan kesehatan
Dengan adanya dokumentasi bisa digunakan sebagai alat
evaluasi dalam pelayanan kesehatan, guna peningkatan mutu
pelayanan.
b. Fungsi pendokumentasian asuhan kebidanan dilihat dari beberapa
Aspek menurut Aisa dkk (2018):
1) Aspek administrasi

13
Dalam dokumentasi terdapat catatan-catatan medis, tindakan
yang dilakukan bidan sesuai dengan wewenangnya guna
pencapaian tujuan pelayanan.
2) Aspek medis
Dokumentasi berisi catatan yang digunakan sebagai dasar
perencanaan pengobatan dan tindakan yang sudah ataupun
akan dilakukan.
3) Aspek hukum
Dokumentasi sangat bermanfaat apabila dijumpai suatu
masalah yang berhubungan dengan profesi bidan, karena
bernilai hukum dan dapat digunakan sebagai alat bukti di
pengadilan
4) Aspek keuangan
Dengan adanya dokumentasi maka dapat digunakan sebagai
dasar perincian pembiayaan pasien selama perawatan.
5) Aspek penelitian
Dokumentasi dapat digunakan sebagai dasar penelitian melalui
studi dokumentasi.
6) Aspek pendidikan
Dengan adanya dokumentasi maka dapat digunakan sebagai
sumber studi dan penelitian guna pengembangan keilmuan.
7) Aspek jaminan mutu
Dengan adanya pendokumentasian yang lengkap dan akurat
maka dapat digunakan sebagai alat evaluasi penatalaksaan
yang sudah diberikan. Hal ini guna peningkatan mutu
pelayanan.

8) Aspek akreditasi
Melalui dokumentasi akan tercermin sejauh mana keberhasilan
pemberian asuhan, dan mutu pelayanan yang sudah diberikan
bidan.

14
9) Aspek statistik
Informasi statistik dari dokumentasi dapat membantu suatu
institusi untuk mengantisipasi kebutuhan tenaga dan menyusun
rencanasesuai kebutuhan.
10) Aspek komunikasi
Dengan adanya dokumentasi maka dapat digunakan sebagai
sumebr informasi dalam koordinasi pelayanan kebidanan
dalam tim.
3. Model Dokumentasi SOAP
Dokumentasi kebidanan ditulis dengan model SOAP.
Dokumentasi model SOAP dipakai pada dokumentasi kebidanan
karena SOAP merupakan dokumentasi yang bersifat sederhana, jelas,
logis dan singkat sehingga dapat dilaksanakan oleh bidan dalam situasi
apapun (Aisa dkk, 2018).
Bidan dalam memberikan asuhan kebidanan, langkah pertama
adalah pengkajian. Pengkajian diletakkan pada langkah pertama karena
pengkajian adalah satu hal yang sangat penting disebabkan
pengkajian merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data yang
dapat dipakai untuk dasar menentukan diagnosa dan masalah
pasien. Dari pengkajian diperoleh data subyektif dan obyektif.
Keadaan pasien selalu berubah maka data subyektif maupun
obyektif juga selalu berubah. Setiap saat dapat ditemukan informasi
baru, maka pengkajian data akan menjadi sangat dinamis dan
harus terus menerus dilakukan.
SOAP menurut (Aisa dkk, 2018).
a. S adalah Data Subyektif
Data subyektif adalah data keluhan pasien, data hasil dari
anamneses dnegan pasien.
b. O adalah Data Obyektif
Data obyektif adalah data hasil pemeriksaan. Contoh data obyektif
pada ibu hamil adalah :

15
1) Hasil mengukur TTV
2) Hasil pemeriksaan palpasi Leopold
3) Hasil pemeriksaan laboratorium
4) Hasil pemeriksaan reflex patella
c. A adalah Analisa
Analisa adalah hasil analisis dan kesimpulan dari data
subyektif dan obyektif. Analisa mencatat daignosa dan
masalah kebidanan. Kalau tidak ada masalah kebidanan maka yang
ditulis hanya diagnosasaja.
d. P adalah Pentalaksanaan
Penatalaksanaan adalah rencana,tindakan dan evaluasi. Pada P
jangan lupa menuliskan waktu (tanggal,jam) karena waktu
sangat penting dalam dokumentasi.

16
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN
KEGAWATDARURATAN MATERNAL
PADA IBU BERSALIN DENGAN KETUBAN PECAH DINI
DI RUMAH SAKIT RATU ZALECHA

A. PENGKAJIAN
Hari/Tanggal : Selasa, 03 Maret 2023
Pukul : 11.00 Wita

B. IDENTITAS
Istri Suami
Nama Ny. H Tn. M

Umur 23 Tahun 26 tahun


Agama Islam Islam
Pekerjaan IRT Swasta
Pendidikan SMA SMA

Suku/Bangsa Banjar/ Indonesia Banjar/ Indonesia


Alamat Jl. Pendidikan

C. PROLOG
Ibu datang ke Rumah Sakit Ratu Zalecha di damping suami, ibu mengatakan
ini merupakan kehamilan yang pertama. HPHT 09-06-2022. TP 16-03-2023.
Ibu melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 6 kali yaitu 1x pada rimester
I, 2x pada trimester II, dan 3x pada trimester III. Hasil pemeriksaan
laboratorium pada usia kehamilan 36 minggu yaitu Hb 12, gr/dl dan hasil
pemeriksaan lab lengkap pada usia kehamilan 11 minggu yaitu protein urine
(-), HIV (NR), sifilis (NR), golongan darah (A). Ibu tidak menggunakan alat

17
kontrasepsi apapun sebelum hamil, ibu tidak memiliki riwayat alergi terhadap
obat maupun makanan serta tidak memiliki riwayat penyakit keturunan.

D. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan perut kencang-kencang disertai keluar air-air sejak kemarin
malam pukul 22.00 WITA.

E. DATA OBJEKTIF
Keadaan umum baik, Kesadaran compos mentis,BB: 63 kg, TD : 110/80
mmHg, N : 83 x/m, R : 20x/m, S : 36,00C, konjungtiva tidak anemis, sclera
tidak ikterik, tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid dan vena jugularis,
payudara tidak ada benjolan abnormal, puting susu menonjol, ada pengeluaran
kolostrum, pada abdomen tidak ada luka bekas operasi, kandung kemih
kosong, TFU 3 jari di bawah Prx (33 cm), pu-ki, let-kep kepala sudah masuk
PAP 2/5, DJJ (+) 142x/m, VT portio teraba tebal pembukaan 2 cm, ketuban
(-).

F. ANALISA
G1P0A0 hamil 38 minggu inpartu kala 1 fase laten janin tunggal hidup dengan
ketuban pecah dini

G. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu
mengalami ketuban pecah dini (KPD) yaitu pecahnya selaput ketuban
sebelum muncul tanda-tanda persalinan atau waktunya melahirkan, pada
pembukaan <4 cm. Ibu dan keluarga mengerti
2. Memberitahukan kepada ibu untuk tirah baring atau kurangi gerakan yang
tidak perlu agar cairan ketuban tidak banyak keluar, serta menganjurkan
ibu untuk miring kiri untuk mencegah penekanan pada vena cafa inferior
agar oksigen yang masuk ke janin didapatkan dengan maksimal. Ibu
bersedia melakukan sesuai anjuran.

18
3. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dan mengatur napas disaat ada kontraksi.
Ibu dapat melakukannya dengan baik.
4. Memberikan penyuluhan kepada ibu dan keluarga bahwa ketuban pecah
dini (KPD) ini bias menimbulkan masalah kepada ibu dan janin seperti
infeksi pada ibu, resiko melahirkan dengan tidakan SC dan resiko
peningkatan kesakitan pada ibu. Resiko pada janin yaitu bias
menyebabkan gawat janin. Ibu dan keluarga mengerti.
5. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu harus dilakukan rujukan
karena di khawatirkan akan terjadi komplikasi lainnya. Ibu dan keluarga
mengerti penjelasan tersebut dan bersedia untuk dilakukan rujukan.
6. Melakukan pemasangan infus RL dengan 20 tpm pada lengan kiri ibu.
Infus sudah terpasang
7. Melakukan persiapan rujukan.
8. Berkoordinasi dengan rumah sakit tujuan untuk memfasilitasi tempat dan
sarana yang di butuhkan.
9. Melakukan rujukan ke rumah sakit.

19
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal, pada bab ini


akan dibahas perbandingan antara teori dengan hasil penatalaksanaan studi kasus
dengan harapan untuk memperoleh gambaran secara nyata dan sejauh mana
asuhan kebidanan kehamilan ini diberikan pada Ny. H di Rumah Sakit Ratu
Zalecha yang dilakukan pada tanggal 07 Maret 2023 dengan pendekatan
Manajemen Kebidanan pendokumentasian SOAP.
Ny. H datang ke Rumah sakit Ratu Zalecha pada tanggal 07-03-2023
pukul 11.00 WITA ibu merasakan perut kenceng-kenceng disertai keluar air-air
sejak jam 22.00 WITA malam, dan hasil VT portio terba tebal pembukaan 2 cm.
Mochtar, (2012). Ketuban pecah dini atau Premature Rupture of
Membrane (PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila
pembukaan pada primi kurang dari 3 cm dan multipara kurang dari 5 cm.
Menurut Nugroho, (2012) KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi
lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
Diagnose Ny.”H” G1P0A0 hamil 38 minggu ketuban pecah dini
dengan. Intervensi yang akan dilakukan pada ibu adalah menganjurkan ibu
untuk tirah baring atau kurangi gerakan yang tidak perlu agar cairan
ketuban tidak banyak keluar, serta menganjuran ibu untuk miring kiri
untuk mencegah penekanan pada vena cafa inferior agar oksigen yang
masuk ke janin didapatkan dengan maksimal. Dan membantu bidan
melakukan pemberian infus ringer laktat 20 tpm
Pada pengembangan rencana implementasi dan evaluasi tidak ada
kesenjangan antara teori dengan praktek. Dimana dalam praktek Langkah-
langkah tersebut disesuaikan dengan keadaan pasien, sehingga asuhan
kebidanan pada Ny “H” G1P0A0 dapat berjalan dengan baik.

20
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan Kegawatdaruratan Maternal pada Ny. H
G1P0A0 di Rumah Sakit Ratu Zalecha Tahun 2023 dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Telah dilakukan pengkajian data subjektif dan di temukan hasil pada Ny.
H di Rumah Sakit Ratu Zalecha Tahun 2023. Ibu mengatakan merasa
perut kencang-kencang disertai keluar air-air sejak pukul 22.00 WITA.
2. Telah dilakukan pengkajian data objektif dan di temukan hasil pada Ny. H
di Rumah Sakit Ratu Zalecha Tahun 2023. Keadaan umum baik, kesadaran
compos mentis, BB :62 Kg, Tekanan Darah 110/80 mmHg, Nadi: 83x per
menit, Pernapasan 22x per menit, Suhu 36,0℃,.
3. Analisa data pada Ny. H G1P0A0 usia kehamilan 38 minggu, inpartu kala I
fase laten janin tunggal hidup dengan ketuban pecah dini.
4. Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan pada Ny. H di Rumah Sakit Ratu
Zalecha Tahun 2023.
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu
mengalami ketuban pecah dini (KPD) yaitu pecahnya selaput ketuban
sebelum muncul tanda-tanda persalinan atau waktunya melahirkan,
pada pembukaan <4 cm. Ibu dan keluarga mengerti
2. Memberitahukan kepada ibu untuk tirah baring atau kurangi gerakan
yang tidak perlu agar cairan ketuban tidak banyak keluar, serta
menganjurkan ibu untuk miring kiri untuk mencegah penekanan pada
vena cafa inferior agar oksigen yang masuk ke janin didapatkan dengan
maksimal. Ibu bersedia melakukan sesuai anjuran.
3. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dan mengatur napas disaat ada
kontraksi. Ibu dapat melakukannya dengan baik.
4. Memberikan penyuluhan kepada ibu dan keluarga bahwa ketuban pecah
dini (KPD) ini bias menimbulkan masalah kepada ibu dan janin seperti

21
infeksi pada ibu, resiko melahirkan dengan tidakan SC dan resiko
peningkatan kesakitan pada ibu. Resiko pada janin yaitu bias
menyebabkan gawat janin. Ibu dan keluarga mengerti.
5. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu harus dilakukan
rujukan karena di khawatirkan akan terjadi komplikasi lainnya. Ibu dan
keluarga mengerti penjelasan tersebut dan bersedia untuk dilakukan
rujukan.
6. Melakukan pemasangan infus RL dengan 20 tpm pada lengan kiri ibu.
Infus sudah terpasang
7. Melakukan persiapan rujukan.
8. Berkoordinasi dengan rumah sakit tujuan untuk memfasilitasi tempat
dan sarana yang di butuhkan.
9. Melakukan rujukan ke rumah sakit.

B. Saran
1. Bagi Penulis
Guna memberikan asuhan yang memperhatikan kebutuhan klien
sebaiknya kualitas asuhan kebidanan kegawatdaruratan maternal pada
Ibu bersalin lebih ditingkatkan, pengkajian dilakukan lebih mendalam
sehingga terkumpul data asuhan kebidanan yang komprehensif dan
diharapkan selalu memaksimalkan diri dalam mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh diperkuliahan selama praktek dilapangan.
2. Bagi Klien
Ibu mendapatkan asuhan dan pelayanan yang sesuai dengan
keadaan yang dia alami sekarang yaitu ketuban pecah dini.

22
DAFTAR PUSTAKA

Aisa, Sitti dkk. (2018). Panduan Penulisan


Catatan Soap Dalam Pendokumentasian. Kebidanan. Tangerang Selatan :
Universitas Terbuka.

Fadlun et.al. (2011). Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika.

Gahwagi, Milad M. M.., Musa O. Busarira., Mona Atia. (2015). Premature


Rupture of Membranes Characteristics, Determinants, and Outcomes of in
Benghazi, Libya.

JNPK-KR. (2016). Buku Acuan Persalinan Normal (APN).Penerbit Jaringan


Nasional Pelatihan Klinik-Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR): Jakarta

Manuaba, IBG.et al. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: ECG.

Marmi, (2011). Intranatal Care Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Mochtar. (2012). Sinopsis Obstetri Jilid I Edisi III.Jakarta: EGC.

Nugroho, Taufan. (2012). Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Prawirohardjo, S. (2016). Ilmu Kebidanan. PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohodjo: Jakarta

Rohani, Saswita, R & Marisah. (2013) Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan.
Salemba Medika : Jakarta.

23
Saifuddin 2010. Gambaran Karakteristik Ibu Bersalin dengan Ketuban Pecah Dini
di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang.

SDKI. (2012). Pendekatan Tentang Angka Kematian Ibu dan Balita. Jakarta:
SDKI.

Saminem. (2012) Dokumentasi Asuhan Kebidanan: Konsep & Praktik. EGC :


Jakarta.

Sari, E. Rimandini, K. (2014). Asuhan Kebidanan Persalinan. Trans Info Media :


Jakarta

Sulfianti. (2020). Asuhan Kebidanan pada Persalinan. Yayasan Kita Menulis :


Medan

Sondakh. (2013) Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir. Erlangga :
Jakarta

Yaze IU, Dewi R. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini pada Perempuan Hamil
Usia 37 Tahun. (2016)

24

Anda mungkin juga menyukai