DISUSUN OLEH :
SRI WAHYUNI
NIM. 2021080073
Puji syukur penyusun haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala
rahmat dan anugerah-Nya sehingga Laporan Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan di RSD
Kertosonodapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak selama
menyelesaikan Laporan ini, tidak akan mungkin dapat penulis selesaikan dengan baik. Dalam
penyusunan Laporan ini, penyusun banyak mendapat bimbingan dan dukungan serta arahan
dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan rasa
terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Dra. Hj. Soelijah Hadi, M.Kes. MM.selaku Ketua STIKES Husada Jombang, yang telah
memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami sehingga laporan ini dapat terselesaikan
dengan baik.
2. Zeny Fatmawati, SST., M.PH selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan
STIKES Husada Jombang dan Pembimbing Akademik dalamPenyusunanlaporanStase II
ini.
3. Kusuma Prihartatik, SST, selaku CI Puskesmas Jatikalen
4. Keluarga saya yang senantiasa memberikan motivasi serta bantuan materiil dan spiritual
yang tiada henti.
5. Teman-teman sejawat khususnya di RSUD Kertosono yang telah membantu dan selalu
memberikan motivasi dalam penyelesaian laporan studi kasus ini.
Semoga Alloh SWT membalas budi baik semua pihak yang telah memberikan
kesempatan, dukungan dan bantuan dalam penyelesaian laporan stase I ini.
Akhir kata penyusun berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan, khususnya Ilmu Kebidanan dan pelayanan gynekologi.
Kertosono,
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.3.5 Anatomi
a. Plasenta
1)Bentuk dan ukuran
Plasenta berbentuk bundar atau oval, ukuran dari diameter 15-20 cm, tebal 2-3 cm,
berat 500-600 gram. Rata-rata plasenta atau uri berbentuk lengkap pada kehamilan
kira-kira 16 minggu, tampak ruang amnion telah mengisi seluruh rongga uterus.
2)Letak plasenta dalam uterus
Letak plasenta normal umumnya pada korpus uteri bagian depan atau belakang agak
kearah fundus uteri. Apabila letak plasenta dibagian bawah dikatakan plasenta previa
parsial,marginal dan totalis.
3)Pembagian plasenta
Plasenta terbagi dua yakni pada bagian fetal (janin) terdiri dari karion frondosom dan
vili, di bagian permukaan janin terdapat amnion yang tampak licin,sedangkan pada
bagian bawah amnion terdapat banyak cabang-cabang pembuluh darah tali pusat.
Tali pusat akan melakukan insersi pada plasenta bagian permukaan janin. Sedangkan
pada bagian maternal (ibu) terdiri atas desidua kompakta yang terbentuk dari
beberapa lobus dan kotiledo (15-20 buah). Desidua basalis plasenta matang disebut
lempeng karion dimana sirkulasi utero-plasenta berjalan ke ruang-ruang intervili
melalui tali pusat. Sehingga untuk aliran darah ibu dan janin terpisah.
3
4)Faal plasenta
Nutrisi diperlukan untuk pemberian makanan terhadap janin. Respirasi digunakan
sebagai alat penyalur zat asam dan pembuangan co2. Ekskresi sebagai alat
pengeluaran sampah metabolisme. Produksi sebagai alat penghasil hormone-hormon.
Imunisasi sebagai alat penyalur bermacam-macam antibody ke janin. Dan pertahanan
digunakan sebagai alat menyaring obat-obatan dan kuman-kuman yang dapat
melewati plasenta.
5)Hormone plasenta
Hormone-hormon yang di hasilkan plasenta yakni HCG (human chorionic
gonadotropin), plasenta lactogen (chorionic somatomamotropin), estrogen,
progeteron serta hormone lainnya.
6)Tipe plasenta
Menurut bentuknya terdiri atas plasenta normal,plasenta membranosa (tipis),
plasenta suksenturiata (1 lobus), plasenta spuria, plasenta bilobus (2 lobus), dan
plasenta trilobus (3 lobus). Menurut perlekatannya terdiri dari plasenta
adhesive(melekat),plasenta akreta (lebih melekat), plasenta ankreta (melekat sampai
ke otot polos) dan plasenta perkreta (sampai serosa) (Jannah,2012: 75).
b. Selaput ketuban
Ruang yang dilapisi oleh selaput janin (amnion dan karion) berisi air
ketuban(liquor amnii). Ciri-ciri kimiawi dari amnion yakni volume air ketuban pada
kehamilan cukup bulan kira-kira 1000-1500cc. Bila volume air ketuban < 500cc
disebut oligohidramnion,volume air ketuban >2000cc disebut polihidramnion. Air
ketuban berwarna putih keruh, berbau amis, dan berasa manis. Reaksi agak alkalis
atau netral dengan beta jenis 1,0008 dengan komposisi terdiri dari 98% air,sisanya
albumin,urea,verniks caseosa,rambut lanugo,asam urine,kreatin sel-sel epitel dan
garam anorganik. Kadar protein kira-kira 2,6% g/liter,terutama albumin.
Faal dari air ketuban yakni untuk proteksi janin,mencegah perlekatan janin
dengan amnion, janin dapat bergerak bebas, regulasi terhadap panas dan perubahan
suhu,meratakan tekanan intra uteri, membersihkan jalan lahir bila ketuban sudah
pecah, dapat mempercepat peredaran darah ibu dan perputaran cepat kira-kira 350-
500 cc.
Air ketuban berasal dari kencing janin (fetal urine), transfusi dari darah ibu,
sekresi dari epitel amnion da nasal campuran (mixed origin). Beberapa cara untuk
mengenali air ketuban di antaranya dengan lakmus yang akan berwarna biru
ketikalakmus terpapar air ketuban. Secara makroskopis akan berbau amis,adanya
lanugo,verniks caseosa dan ketuban akan bercampur mekonium. Namun secara
mikroskopis akan tampak lanugo dan rambut serta dalam pemeriksaan laboratorium
kadar urea rendah dibanding dengan air kemih (Jannah, 2012).
d. Tali pusat
Struktur tali pusat merentang dari pusat janin hingga ke plasenta bagian
permukaan fetal janin. Warna bagian luar putih merupakan tali yang terpilin dengan
panjang rata-rata 55-59 cm, diameter 1-2,5 cm. Terdiri dari zat seperti agar-agar yang
disebut jelly harton yang mencegah kompresi pembuluh darah sehingga pemberian
makanan yang kontinu untuk embrio-janin. Struktur dari tali pusat terdiri atas 2 arteri
umbilikalis (menghubungkan sistem kardiovaskuler) terbentuk kira-kira minggu ke
sepuluh) serta jelly harton (jaringa lembek yang berfungsi untuk melindungi
pembuluh darah). Adapun jenis dari tali pusat yaitu insersi sentralis (di tengah),
insersi lateralis, insersi marginal dan insersi velamentosa (Jannah, 2012:).
(7) KehamilanKembar
Kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih.
Kehamilan kembar dapat memberikan risiko yang lebih tinggi terhadap bayi
dan ibu. Oleh karena itu, dalam menghadapi kehamilan kembar harus
dilakukan pengawasan hamil yang lebih intensif. Setelah persalinan, terjadi
gangguan kontraksi otot rahim yang menyebabkan atonia uteri, retensio
plasenta, dan plasenta rest.Pada kehamilan kembar perlu di waspadai
komplikasi postpartum berupa retensio plasenta, atonia uteri, plasenta rest,
perdarahan postpartum, dan infeksi
(8) Riwayat Abortus
Abortus adalah terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum
mampu hidup di luar kandungan, usia kehamilansebelum 28 minggu, berat
janin kurang dari 1000 gram. Abortus merupakan salah satu faktor risiko
yang mempengaruhi kejadian retensio plasenta. Teori menyatakan bahwa
riwayat abortus merupakan etiologi dari terjadinya plasenta akreta karena
gangguan perlekatan plasenta pada miometrium
d. Pola KehidupanSehari-hari
1) Nutrisi
Saat proses persalinan, ibu harus di motivasi untuk minum sesuai kebutuhan.
Ibu akan mengalami dehidrasi yang akan memperlambat kontraksi jika
asupan cairan tidak adekuat atau muntah akibat tekanan kepala bayi di saluran
vagina, dengan pemberian makananringan dan asupancairan yang
cukupselamapersalinanakan memberikanenergi dan mencegahdehidrasi
2) Eliminasi
Saat persalinan, keluarnya feses adalah hal yang normal karena peningkatan
tekanan dalam perut sehingga feses bisa keluar saat ibu mengejan, tekanan
kepala bayi dan pengaruh hormonal yang tidak mempengaruhi proses
persalinan ataupun bayi. Kandung kemih penuh bisa mengganggu penurunan
bagian terendah janin atau mengurangi kontraksi uterus serta meningkatkan
risiko perdarahan pascasalin. Kaji BAK minimal setiap 1-2 jam. Ibu ingin
BAB saat fase aktif dicurigai pembukaan lengkap (Saifuddin, 2014).
3) Personal Higiene
Mengganti pakaian basah dan perlak, menjaga perineum tetap kering,
membersihkan genetalia dari depan ke belakang dan mengganti pembalut
untuk menghindari infeksi intrauteri akibat kontaminasi pada introitus vagina.
Mandi, menyikat gigi, mengeringkan dengan handuk dapat membuat ibu
merasa lebih nyaman (Varney et al., 2008)
4) Aktivitas
Saat kala I jika ketuban belum pecah, ibu boleh duduk atau berjalan, jika
berbaring sebaiknya sesuai dengan letak punggung janin, jika ketuban sudah
pecah, ibu dilarang berjalan dan harus berbaring. Saat kala II, ibu bisa
melahirkan dengan posisi litotomi, dorsal, miring, berjongkok, berdiri, atau
pada bangku kursi-lahir (Varney et al., 2008). Melarang ambulasi ke toilet
hanya pada kasus prolaps tali pusat, plasenta previa, preeklampsia atau pada
risiko tinggi (Walsh, 2012). Ambulasidinisaat kalaIV mungkin sangat
dianjurkan, kecualiadakontraindikasi. Ambulasiiniakanmeningkatkansirkulasi
dan mencegahresikotromboflebitis, meningkatkanfungsikerjaperistaltik dan
kandungkemih, sehinggahmencegahdistensi abdominal dan
konstipasi(Bahiyatun, 2013)
5) Istirahat dan Tidur
Kehilangan kemampuan koping dapat meningkatkan keletihan sehingga dapat
menurunkan kenyamanan dan ketenangan serta kemampuan koping wanita
dan semakin lamanya persalinan (Varney et al., 2008).
e. Latar Belakang Sosial Budaya
Menurut Kemenkes RI (2011), mitos pada saat hamil atau baru melahirkan tidak
memotong ayam atau bebek karena leher bayi lecet dan merah. Rumput fatimah
mengandung oksitosin sejenis hormon yang bisamerangsang kontraksi rahim
berlebihan. Itu sebabnya, konsumsi air rendaman atau rebusan tanaman ini tidak
dianjurkan oleh kalangan medis
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum
Kondisi umum baik, kesadaran komposmentis. Kondisi umum selama kala
II persalinan tergantung kondisi diakhir kala I persalinan. Wanita pada tahap
ke dua persalinan sudah kehabisan tenaga akan mengalami kesulitan untuk
mengejan, terutama primigravida (Varney et al., 2008).
2) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah
Selama terjadinya kontraksi tekanan darah akan meningkat dengan
peningkatan sistolik ±10-20 mmHg dan diastolik ±5-10 mmHg. Perasaan
nyeri, takut dan khawatir dengan jalannya proses persalinan dapat
meningkatkan tekanan darah (Rukiyah, 2010).
b) Nadi
Frekuensi denyut nadi sedikit lebih meningkat selama kontraksi
berlangsung dibanding selama periode persalinan (Rukiyah, 2010).
Frekuensi nadi meningkat >100x/ menit, mengindikasikan adanya nyeri,
infeksi, ketosis, atau perdarahan. Frekuensi nadi dihitung setiap 1-2 jam
selama awal persalinan dan setiap 30 menit jika persalinan lebih cepat
(Fraser dan Cooper, 2009)
c) Suhu
Suhu tubuh meningkat selama persalinan, tinggi selama dan segera setelah
melahirkan. Perubahan suhu normal tidak lebih dari 0,5 – 1 0C akibat
peningkatan metabolisme selama persalinan (Rukiyah, 2010).
d) Pernafasan
Selama proses persalinan frekuensi napas meningkat (Rukiyah, 2010)
b. PemeriksaanFisik
1) Muka
Menjelang persalinan, ibu tampak gelisah ketakutan dan menahan rasa sakit
akibat his, ibu dengan rabun jauh parah saat persalinan kemungkinan akan
terjadi ablasio plasenta (Saifuddin, 2014).
2) Mulut dan gigi
Wanita bersalin biasanya mengeluarkan bau napas tidak sedap, mulut dan bibir
kering, tenggorokan sakit terutama jika bersalin selama berjam-jam tanpa
minum dan perawatan mulut (Varney et al., 2008).
3) Payudara
Stimulasi puting susu bisa meningkatkan kontraksi, karena dapat memicu
pelepasan oksitosin secara ilmiah (Saifuddin, 2014).
4) Abdomen
Saat persalinan, DJJ diperiksasetelah kontraksi untuk memastikan janin tidak
bradikardi (<120)(Saifuddin, 2014). Saat kala 1 persalinan penurunan kepala
diraba dengan palpasi. Pada ibu primipara, kepala janin mengalami engagement
sebelum dimulai persalinan (Fraser & Cooper, 2009). Uterus teraba keras dan
bundar, berbentuk bulat (diskoid), TFU 3 jari bawah pusat pada kala III.
Kontraksi uterus teraba keras bundar, jika lembek kemungkinan atonia uteri
pada kala IV (Winkjosastro, 2014).
5) Genetalia
Pada kala I, robekan kecil pada serviks menyebabkan banyak keluar lendir
campur darah (Sofian, 2015). Pada beberapa kasus terjadi pengeluaran cairan
karena ketuban pecah (Manuaba, 2012). Tanda-tanda inpartu ada pengeluaran
pervaginam berupa blody slym, tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva
membuka (Manuaba, 2012). Pada kala III tampaktalipusatmenjulur di depan
vulva(Saifuddin, 2014). Pada kala IV untuk observasi perdarahan postpartum,
tampakrobekan perineum ada 4derajat.Penolong asuhan persalinan normal tidak
dibekali ketrampilan menjahit derajat 3 dan 4. Segera rujuk ke fasilitas rujukan
(IBI, 2016)
6) Anus
Pada kala II persalinan ibu mulai merasa ingin mengejan dengan anus mulai
terbuka (Manuaba, 2012). Kemajuan kepala janin menjelang persalinan
menyebabkan penonjolan pada rectum(Varney et al., 2008)
7) Ektremitas
Varises berat dikhawatirkan menyebabkan perdarahan hebat saat persalinan.
Gesekan akibat tekanan kepala bayi bisa membuat varises pecah dan
mengeluaran darah. Selain itu, saat mengejan otot vagina akan tegang sehingga
pembuluh darah bisa pecah dan menyebabkan perdarahan, lemas, yang
mengakibatkan persalinan lama dan membahayakan keselamatan ibu dan janin
(Varney et al., 2008).
c. PemeriksaanKhusus
1) Tinggi Fundus Uteri (TFU)
Mengukur TFU dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan menggunakan cm
(rumus Mc. Donald) dan menggunakan jari (Leopold) (Manuaba, 2012).
dan lamanya antara 40-60 detik. His kala II memiliki interval 3-4 menit
dengan durasi berkisar 60-90 detik (Manuaba, 2012)
panggul, dan menilai derajat penyusupan tulang kepala janin (Saifuddin,
2014).
f. PemeriksaanPenunjang
USG, Lab
g. Partograf
Partograf dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif). Petugas harus mencatat
kondisi ibu dan janin.
3. Analisa
Menurut Manuaba (2012) G1/>1PAPIAH, usia kehamilan ….minggu, janin tunggal, hidup,
intrauterin, situs bujur, habitus fleksi, punggung kiri/kanan, presentasi kepala sudah
masuk PAP, kesan jalan lahir normal, inpartu kala I fase laten/aktif (akselerasi/dilatasi
maksimal/deselerasi)/kala II/kala III/kala IV.
4. Penatalaksanaan
Kala III menurut G. H. Wiknjosastro (2014):
1) Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
2) Beritahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin 10 IU intramuskular di 1/3 paha atas
bagian distal lateral agar uterus berkontraksi baik.
3) Lakukan PTT dengan teknik dorso-kranial saat uterus berkontraksi
4) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan.
Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan
tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan. Catat waktu kelahiran
plasenta.
5) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterushingga
uterus berkontraksi (fundus teraba keras dan bundar).
6) Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput
ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantong plastik atau tempat
khusus
7) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Bila dalam 15 menit setelah injeksi Oksitosin 10 UIM tidak ada tanda-tanda plasenta
lepas atau plasenta lahir, injeksi ulang Oksitosin 10U IM dosis keduaPeriksa
kandung kemih. Bila dalam 30 menit Plasenta belum lahir, lakukan Plasenta Manual.
a. Pastikan kandung kemih kosong, jika perlu lakukan katerisasi kandung kemih.
b. jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin 10 U IM. Jika belum dilakukan pada
penanganan aktif kala III.
c. Jika Plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit pemberian oksitosin dan uterus
terasa berkontraksi, lakukan penarikan talipusat terkendali.
d. jika traksi talipusat terkendali belum selesai, cobalah untuk melakukan
pengeluaran plasenta secara manual.
1). Pasang sarung tangan DTT
2). Jepit talipusat dengan kocher dan tegangkan sejajar lantai
3). Masukkan tangan secara obstetric dengan menelusuri bagian bawah talipusat.
4). Tangan sebelah menyusuri talipusat masuk kedalam kavum uteri, sementara
itu tangan yang sebelah lagi menahan fundus uteri, sekaligus untuk mencegah
inversion uteri.
5). Dengan Bagian lateral jari-jari tangan mencari insersi pinggir Plasenta.
6). Buka tangan obstetric menjadi seperti member salam, jari-jari dirapatkan.
7). Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah
8). Gerakkan tangan kanan kekiri dan kanan samba l bergser kekranial sehingga
semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan.
9). Jikan Plasenta dapat dilepaskan dari permukaan uterus, kemungkinan plasenta
akreta, dan siapkan laparotomi untuk histerektomi supravaginal.
10). Pegang plasenta dan keluarkantangan Bersama Plasenta
11). Pindahkan tangan luar kesuprasimpisis untuk menahan uterus saat plasenta
dikeluarkan.
12). Ekplorasi untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekat pada
dinding uterus.
13). Beri oksitosin 10IU dalam 500ml cairan IV (garam fisiologik atau
RL) 60 tpm dan masase uterus untuk merangsang kontraksi.
f. jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, secret vagina yang berbau) berikan
antibiotic untuk metritis
g. Apabila plasenta dengan pengeluaran manual tidak lengkap dapat disusul dengan
kuretase. Plasenta akreta kompleta tidak dapat dilepaskan secara manual dan
memerlukan histerektomi, (Sifuddin AB, 2015).
Kala IV menurut G. H. Wiknjosastro (2014):
1) Apabila terjadi laserasi jalan lahir, lakukan hecting dengan anastesi lidokain 1% non
epinefrin.
2) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
3) Pastikan kandung kemih kosong. Jika penuh lakukan katerisasi.
4) Ajarkan ibu dan keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
5) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
6) Pantau tanda-tanda bahaya pada bayi setiap 15 menit. Pastikan bahwa bayi bernapas
dengan baik (40–60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5–37,5°C).
7) Lakukan dekontaminasi alat, bahan habis pakai dan tempat persalinan.
8) Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir, dan
darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
9) Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI dan anjurkan keluarga untuk
memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
10) Periksatekanan darah, nadi, suhu, TFU, kontraksi uterus, kandung kemih dan jumlah
darah yang keluar setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca salin dan setiap 30 menit
pada jam kedua pascasalin.
11) Lengkapi partograf, periksa TTV, dan asuhan kala IV.
12) Selanjutnya akan dilanjutkan dengan pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi hasil
D. ANALISA DATA
NY “DN” P2002 Kala III dengan Retensio Plasenta
E. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan dengan
komunikasi terapeutik
Ibudan keluarga mengerti dan bersedia untuk dilakukan tindakan
2. Memberikan dukungan kepada ibu bahwa semua akan berjalan lancar dan
menganjurkan ibu dan keluarga untuk berdoa.
Kekahwatiran ibu dan keluarga nampaksedikit berkurang setelah diberikan
support.
3. Memberitahu tentang prosedur yang akan dilakukan yaitu memberitahu ibu bahwa
ari-ari akan dikeluarkan dengan cara diambil dari rahim secara manual dengan
tangan.
Ibu mengerti bahwa ari-ari akan dilepas secara manual dengan tangan dimasukkan
ke rahim.
4. Melakukan Kolaborasi dengan dokter, advis : Manual Plasenta
5. Menjelaskan dan meminta persetujuan Tindakan kepada ibu dan suami akan
tindakan serta tujuan dilakukan manual plasenta.
Ibu dan suami sepakat untuk menandatangani form persetujuan Tindakan medis.
6. Melakukan anestesi verbal dengan menyampaikan prosedur dan beri kesempatan
ibu untuk bertanya, serta dengarkan keluhan ibu dengan memberikan jawaban
yang menenangkan, dan memberikan posisi yang nyaman untuk dilakukan
tindakan.
Ibu merasa siap untuk dilakukan tindakan manual Plasenta.
7. Menyiapkan serta menjalankan prosedur dengan pencegahan infeksi.
Tinadakan dilakukan sesuai dengan kaidah pencegahan infeksi,mulai dari cuci
tangan, pemakaian APD serta alat steril serta penyediaan sampah medis dan non
medis.
8. Memberikan asuhan saying ibu selama proses manual Plasenta , yaitu :
a. Memberikan dukungan emosional,
Anjurkan suami untuk mendampingi ibu selama proses tindakan
anjurkan mereka berperan aktif dalam mendukung dan mengenali
berbagai upaya yang mungkin sangat membantu kenyamanan ibu.
Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati ibu.
Memanggil ibu dengan Namanya
Membantu ibu bernafas secara benar pada saat tindakan dilakukan
Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman
b. Membantu pengaturan posisi, menganjurkan ibu tetap dalam posisi dorsal
recumben secara rileks selama proses tindakan berlangsung.
Ibu Kooperatif
c. Memastikan kandung kemih ibu kosong, karena kandung kemih penuh dapat
menggeser letak uterus dan menghalangi kontraksi uterus.
Kandung kemih kosong.
9. Melakukan manual plasenta dengan cara
a. Jepit tali pusat dengan pada jarak 5-10 cm dari vulva , tegangkan dengan satu
tangan sejajar dengan lantai
b. Secara obstetri masukkan tangan lainnya (punggung tangan menghadap bawah)
ke dalam vagina dengan menelusuri sisi bawah tali pusat.
c. Setelah mencapai bukaan serviks , minta seseorang penolong untuk
menegangkan klem tali pusat kemudian pindahkan tangan luar untuk menahan
fundus uteri.
d. Sambil menahan fundus uteri masukkan tangan dalam hingga kavum uteri
sehingga mencapai tempat implantasi palsenta.
e. Bentangkan tangan obstetri menjadi datar seperti memberi salam (ibu jari
merapat ke jari telunjuk dan jari-jari lain saling merapat).
f. Tentukan tempat implanatsi plasenta, temukan tepi plasenta paling bawah.
1) Bila plasenta berimplantasi di korpus belakang, talipusat tetap disebelah atas
dan sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dining uterus
dimana punggung tangan menghadap kebawah (posterior)
2) Bila di korpus depan maka pindahkan tangan kesebelah atas tali pusat dan
sisipkan ujung jari-jari tangan diantara plasenta dan dinding uterus dimana
punggung tangan menghadap ke atas (anterior ibu)
g. Setelah ujung-ujung jari masuk diantara plasenta dan dinding uterus maka
perluas pelepasan plasenta dengan jalan menggeser tangan kekanan dan kiri
samil digeserkan keatas hingga semua perlekatan plasenta terepas dari dinding
uterus.
h. Sementara tangan masih didalam kavum uteri, lakukan ekplorasi untuk menilai
tidak ada sisa plasenta tertinggal.
i. Pindahkan tangan luar dari fundus ke supra simpisis ( tahan segmen bawah
uterus) kemudian instruksikan penolong lai untuk menarik tali pusat sambil
tangan dalam membawa plasenta keluar.
j. Lakukan penekanan (dengan tangan menahan suprasimpisis) uterus kearah dorso
karnial setelah plasenta dilahirkan dan ditempatkan plasenta didalam wadah yang
telah disediakan.
Evaluasi : Plasenta berhasil dikeluarkan lengkap, hancur, ekplorasi bersih.
10. Melakukan masase fundus uteri segera setelah berhasil dilakukan manual plasenta
Maasase dilakukan dengan memutar searaha jarum jam selama 15 detik, uterus
kontraksi baik.
11. Mengecekadanya laserasi jalan lahir
Laserasi perinium derajat 2 dan dilakukan penjahitan perinium derajat 2 dengan
anestesi lidocain 1%.
12. Memeriksa perdarahan dan kontraksi ibu setelah plasenta manula berhasil
dilakukan
Uterus kontraksi bagus, tfu 2jari bawah pusat, perdarahan 300cc, sekarang
perdarahan tidak aktif.
13. Melakukan pencegahan infeksi pascatindakan
a. Mendekontamiansi sarung tangan (sebelum dilepaskan) dan peralatan lain yang
digunakan.
b. Lepaskan dan rendam sarung tangan dan peralatan lain kedalam larutan klorin
selama 10 menit.
Proses dekontaminasi sdh dilakukan didalam laritan klorin yaitu klorin dan air
dengan perbandingan 1:9, alat sudah dicuci dan bilas dikeringkan.
14. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemebrian terapi , advis :
Injeksi Amphicilin 3x1 gram
Injeksi Asam traneksamat 3x500mg
Infus RL+drip Oksitosin 20ui
15. Memberikan KIE tentang :
a. Personal Higiene
Menjaga personal higien dengan mandi 2x sehari, mengganti pakaian dan
celana dalam setiapkali terasa penuh atau lembab
b. Nutrisi
Mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat seperti ; nasi dan roti,
protein seperti telur dan daging, vitamin seperti buah-buahan dan sayur-
sayuran serta kalsium seperti susu.
c. Mobilisasi
Dengan berlatih, miring dulu duduk lalu berdiri serta jalan, sehingga peredaran
darah lancar.
d. Istirahat
Ibu sebaiknya istirahat (tidur) untuk mengembalikan energi yang telah terpakai
sebelumnya.
e. Tanda bahaya Kala IV , seperti Demam, Perdarahanaktif, bekuandarahbanyak,
pusing, lemah, kesulitanmenyusui.
16. Melakukan Observasi Keadaan umum pasien serta perdarahan.
Ku sedang, T: 110/70 mmhg. Nd : 88x/mnt Temp : 36.6C ,SPO2 : 98%.
konjungtiva pada pemeriksaan fisik mata terlihat merah , perdarahan tidak ada.
17. Melanjutkan pemantauan Kala IV tiap 15 menit pada 1 jam pertama dan tiap 30
menit pada 1 jam kedua
Lembar Pemantauan Kala IV Keadaan Umum Ibu dua jam pertama pasca persalinan
Jam ke Waktu Tekanandarah Nadi Suhu Tinggi Fundus Kontraksi Uterus JumlahUrin Jumlahdarah yang keluar
Asuhan yang diberikan pada Ny ID” usia 29 tahun melahirkan anak yang kedua
dengan lancar, partograph tidak melewati garis waspada. Klien datang jam 03.00 Wib
pembukaan 8cm. dan pada jam 05.00 Wib klien melahirkan secara spontan belakang kepala
Lahir bayi laki-laki BB 3000 gram menangis secara spontan. Setelah bayi lahir Melakukan
Pengecekan pada tinggi fundus uteri didapatkan plasenta setinggi pusat, menandakan bayi
tunggal. Kala III dilakukan manajemen aktif kala 3 dengan memberikan injeksi oksitosin 10
IU secara IM pada paha sebelah luar, dilakukan penegangan talipusat terkendali. Didapatkan
tidak ada tanda-tanda pelepasan plasenta dan plasenta belum lahir. Di berikan injeksi
Oksitosin 10U IM dosis kedua. Pada pemeriksaan didapatkan tanda-tanda, plasenta dalam 30
menit belum lahir, ada perdarahan, ada kontraksi uterus, tali pusat terlihat 15 cm di depan
vulva, tfu setinggi pusat, kandung kemih kosong. Segera melakukan KIE pada ibu dan suami/
keluarga hasil pemeriksaan dan menjelaskan tentang prosedur Tindakan yang akan dilakukan,
beserta resiko kemungkinan yang akan terjadi. Ibu dan keluarga mengerti serta bersedia untuk
dilakukan Tindakan Plasenta Manual. Suami menandatangani infomed consent. Manual
Plasenta berhasil dilakukan dan tidak terjadi perdarahan hebat yang mengakibatkan pasien
syok. Perdarahan 250,7 cc kontraksi uterus baik kondisi ibu tidak anemia. Tensi postpartum
dalam batas normal yaituT: 110/70 mmhg. Nd: 80x/mnt Temp: 36C SPO2: 98%.
Retensio plasenta ialah plasenta yang belum lahir dalam setengah jam setelah janin
lahir (Depkes, 2007). Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama
setengah jam setelah kelahiran bayi.Retensio Plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya
plasenta selama 30 menit setelah bayi lahir. Hal itu disebabkan karena plasenta belum lepas dari
dinding uterus atau plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan. Plasenta yang sukar
dilepaskan dengan pertolongan aktif kala tiga bisa disebabkan oleh adhesi yang kuat antara
plasenta dan uterus. Bila sebagian kecil plasenta masih tertinggal dalam uterus dan dapat
menimbulkan perdarahan post partum primer atau lebih sering sekunder. Proses kala III didahului
dengan tahap pelepasan atau separasi plasenta akan ditandai oleh perdarahan pervaginam (cara
pelepasan Duncan) atau plasenta sudah lepas tetapi tidak keluar pervaginam (cara pelepasan
Schultze), sampai akhirnya tahap ekspulsi, plasenta lahir. Sebagian plasenta yang sudah lepas
dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak (perdarahan kala tiga) dan harus diantisipasi
dengan segera melakukan manual plasenta, meskipun kala uri belum lewat setengah jam.
Dari kasus Ny “DN” manajemenaktif kala III sudahdilakukan yang mana ,
Manajemen aktif kala III adalah mengupayakan kala III selesai secepat mungkin dengan
melakukan langkah-langkah yang memungkinkan plasenta lepas dan lahir dengan cepat.
Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk meghasilkan kontraksi uterus yang lebih
efektif,mempersingkat waktu kala III,mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah
kala III persalinan jika dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis, sehingga dapat
mengurangi angka kematian dan angka kesakitan yang berhubungan dengan
perdarahan.Penatalaksanaan manajemen kala III dapat mencegah terjadinya kasus perdarahan
pasca persalinan yang disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta. Syarat manajemen
aktif kala III yakni janin tunggalatau memastikan tidak ada lagi janin di uterus. Dan
inisudahdilakukansebelummelakukanpemberianoksitosin 10 U IM yang pertama kali. Dengan
membuat kontraksi uterus lebih efektif dapat memberi keuntungan di antaranya persalinan
kala III lebihsingkat,mencegah perdarahan post partum dan menurunkan kejadian retensio
plasenta.Manajemen aktif kala III dalam persalinan terdapat tiga intervensi utama yakni
pemberian uterotonika setelah kelahiran bayi,penegangan talipusat terkendali dengan
menunggu pelepasan dan pengeluaran plasenta serta masase fundus uteri. Dalam halini pada
kasus Ny “ID” retensio Plasenta tidak dapat dicegah, meskipun dalam hal ini ibu tidak
termasuk kategori faktor penyebab atau predisposisi terjadinya Retensio Plasenta, upaya
Manajemen Kala III juga sudah dilakukan. Kemungkinan dari Penyebab lain yang belum
dikethaui. Mungkin dari penyebab fungsional terjadinya retensio plasenta yakni his kurang
kuat (sebab terpenting),plasenta sukar terlepas karena tempat insersi di sudut tuba, bentuknya
plasenta membranacea, plasenta anularis dan ukuran plasenta sangat kecil disebut plasenta
adhesive. Sedangkan sebab patologi anatomi klasifikasi dari perlengketan. Upaya pencegahan
dan selalu sigap saat terjadi kegawatdaruratan Maternal merupakan salah satu upaya
menurunkan AKI atau mortalitas dan morbiditasi bu. Sehingga tidak terjadi keterlambatan
dalam upaya penanganan Kegawatadarurat.Upaya Update ilmus erta update Kompetensi
melalui berbagai jalan missalnya pelatihan -pelatihan , seminar worshop sangat diperlukan
untuk kita selalu merefresh ilmu dan ketrampilan bidan yang sudah di miliki sehingga upaya
penurunan angka kematian ibu dan bayi dapat diminimalisir.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran