Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN ILMIAH

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS KUNJUNGAN I


PADA NY. Y UMUR 26 TAHUN P1A0 6 JAM POST PARTUM

DI PUSKESMAS PENAWANGAN I TAHUN 2022

DISUSUN OLEH:

NANDA NATALIA
P1337424420036

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
TAHUN 2022
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Ilmiah ini disusun oleh:

Nama : Nanda Natalia


NIM : P1337424420036
Kelas : Sarjana Terapan Kebidanan Semester VI

Laporan ilmiah berjudul “ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS


KUNJUNGAN I PADA NY. Y UMUR 26 TAHUN P1A0 6 JAM POST PARTUM DI
PUSKESMAS PENAWANGAN I KABUPATEN GROBOGAN”
Dalam Rangka Praktik Klinik Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Fisiologis yang telah
diperiksa dan disetujui oleh pembimbing klinik dan pembimbing akademik Prodi Sarjana
Terapan Kebidanan dan Profesi Bidan Semarang Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Semarang Tahun 2021.

Grobogan, April 2021

Pembimbing Klinik Praktikan

Dian Amelia Hartuti,S,ST.Keb Nanda Natalia


NIP.197406191993012002 NIM. P1337424420036

Mengetahui,
Pembimbing Institusi

Listyaning Eko Martanti, S.SiT, M.Tr.Keb


NIP. 198209251008122002
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat,
berkah, dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus Praktek Kerja
Lapangan, yang berjudul “Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Usia
Prasekolah Pada Balita sakit An F umur 20 Bulan dipuskemas Penawangan I Tahun 2022”.
Penulisan laporan ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan tugas
mata kuliah Praktik Klinik MK Asuhan Kebidanan Neonatal, bayi, balita, dan anak usia
prasekolah dan Menyusui, Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Semarang Poltekkes
Kemenkes Semarang.
Dalam menyelesaikan laporan kasus ini penulis telah banyak mendapat bantuan,
bimbingan, nasehat, dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Ibu Dian Amelia Hartuti,S.S.T.Kebselaku Bidan pembimbing klinik pada Praktik
Klinik MK Asuhan Kebidanan Neonatal, bayi, balita, dan anak usia prasekolah dan
Menyusui.
2. Listyaning Eko M,S.SiT,M.Tr.Kebselaku Pembimbing akademik
3. Keluarga yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis.
4. Rekan-rekan yang mengikuti Mata Kuliah Praktik Klinik Kebidanan
5. Dan pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis sendiri pada khususnya.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penyusunan laporan ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis berharap adanya kritik,
saran dan usulan yang bersifat membangun demi perbaikan laporan yang telah penulis buat.

Grobogan, 15 November 2022


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) merupakan masa yang dimulai setelah plasenta keluar
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil)
yang berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sulistyawati, 2009). . Perubahan adaptasi
fisik pada masa nifas diantaranya adalah perubahan sistem reproduksi, perubahan sistem
pencernaan, perubahan sistem perkemihan, perubahan sistem muskuloskeletal,
perubahan sistem endokrin, perubahan sistem tanda-tanda vital, perubahan sistem
kardiovaskuler, perubahan sistem hematologi (Marmi, 2017). Perubahan adaptasi
psikologi masa nifas adalah fase taking in, fase taking hold, fase letting go (Siwi &
Purwoastuti, 2015).
Apabila ibu nifas tidak bisa melewati perubahan adaptasi fisiologi dan psikologi
dengan baik maka dapat menyebabkan terjadinya komplikasi masa nifas (Sulistyawati,
2009). Komplikasi masa nifas diantaranya adalah terjadi perdarahan pervaginam (atonia
uteri, retensio plasenta, inversio uteri, robekan jalan lahir, tertinggalnya sebagian sisa
plasenta dalam uterus), terjadi infeksi masa nifas (endometritis, peritonitis, mastitis,
thrombophlebitis, infeksi luka perinium) (Maritalia, 2014).
Bidan jika tidak bisa mendeteksi komplikasi dari kehamilan sampai nifas, maka
bisa menyebabkan terjadinya angka kematian ibu (AKI) karena masa nifas adalah masa
yang rawan bagi ibu. Sekitar 60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir
50% dari kematian pada masa nifas terjadi 24 jam pertama setelah melahirkan. Selama
ini perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab kematian ibu (Siwi & Purwoastuti,
2015). Indonesia termasuk negara dengan Angka Kematian Ibu (AKI) tertinggi di Asia
dan merupakan peringkat ke-3 tertinggi di Asia Tenggara. AKI terakhir dari data Survai
Antar Sensus (SUPAS) tahun 2014 sebesar 305 per 100.000 KH (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2017). Jumlah kasus kematian ibu (AKI) di provinsi Jawa Tengah
pada tahun 2017 sebanyak 475 kasus (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2017).
Peran dan tanggung jawab bidan dalam asuhan masa nifas melalui kemitraan
(partnership) diantaranya dengan memberikan dukungan selama masa nifas sesuai
kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologi selama masa nifas,
mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman, membuat
kebijakan perencanaan program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak mampu
melakukan kegiatan administrasi, mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan,
memberikan konseling ibu dan keluarganya (cara mencegah perdarahan, mengenali
tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktikkan kebersihan yang
aman), melakukan manajemen asuhan, memberikan asuhan secara profesional

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Fisiologis Kunjungan I pada Ny.
Y Umur 26 tahun P1A0 6 Jam Post Partum di Puskesmas Penawangan I Kabupaten
Grobogan dengan menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah Varney?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Fisiologis Kunjungan I pada
Ny. Y Umur 26 tahun P1A0 6 Jam Post Partum di Puskesmas Pulokulon 2 Kabupaten
Grobogan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah Varney?
2. Tujuan Khusus
Diharapkan dapat melaksanakan pengkajian Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Fisiologis Kala I pada Ny. Y Umur 26 tahun P1A0 6 Jam Post Partum di Puskesmas
Penawangan I Kabupaten Grobogan
a. Diharapkan dapat melaksanakan identifikasi diagnosa atau masalah aktual Asuhan
Kebidanan Ibu Nifas Fisiologis Kala I pada Ny. Y Umur 26 tahun P 1A0 6 Jam Post
Partum di Puskesmas Penawangan I Kabupaten Grobogan.
b. Diharapkan dapat melaksanakan antisipasi masalah potensial Asuhan Kebidanan
Ibu Nifas Fisiologis Kala I pada Ny.Y Umur 26 tahun P1A0 6 Jam Post Partum di
Puskesmas Penawangan I Kabupaten Grobogan .
c. Diharapkan dapat melaksanakan tindakan segera atau kolaborasi Asuhan
Kebidanan Ibu Nifas Fisiologis Kala I pada Ny.Y Umur 26 tahun P 1A0 6 Jam Post
Partum di Puskesmas Penawangan I Kabupaten Grobogan.
d. Diharapkan dapat merencanakan tindakan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Fisiologis
Kala I pada Ny.Y Umur 26 tahun P 1A0 6 Jam Post Partum di Puskesmas
Penawangan I Kabupaten Grobogan.
D. Manfaat
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai dokumen dan bahan perbandingan untuk study kasus selanjutnya dan dapat
meningkatkan kualitas pendidikan.
2. Bagi Lahan Praktik
Study kasus ini dapat dijadikan gambaran informasi serta bahan untuk meningkatkan
manajemen dan mutu pelayanan kebidanan yang diharapkan oleh lahan praktik.
3. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman tentang penatalaksanaan asuhan kebidanan
serta dapat menerapkan teori praktek kebidanan pada kasus ibu nifas fisiologis.
4. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan pada masyarakat khususnya ibu
tentang pentingnya mengetahui asuhan pada ibu nifas fisiologis.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Masa Nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa Nifas atau puerperium
dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu atau 42 hari
setelah itu. Puerperium adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai
alat-alat kandungan kembali seperti prahamil (Sunarsih dkk, 2011).
Masa nifas atau purpurium dimulai sejak 1 jam setelah lahir plasenta sampai dengan
6 minggu (42hari) (Prawirohardjo, 2010).

B. Prinsip dan Sasaran Asuhan Masa Nifas


Menurut Vivian dan Tri Sunarsih (2012), standar pelayanan kebidanan ibu
nifas meliputi :
a. Perawatan bayi baru lahir (standar 13)
b. Penanganan 2 jam pertama setelah persalinan (standar 14)
c. Pelayanan bagi ibu dan bayi masa nifas (standar 15)
Sedangkan sasaran asuhan kebidanan masa nifas meliputi :
a. Peningkatan kesehatan fisik dan psikologis
b. Identifikasi penyimpanan dari kondisi normal baik fisik maupun psikis.
c. Mendorong agar di laksanakan metode yang sehat tentang pemberian
makan anak dan peningkatan pengembangan hubungan anatara ibu dan
anak yang baik.
d. Mendukung dan memperkuat percaya diri ibu dan memungkinkan ia
melakasanakan peran ibu dalam situasi keluarga dan budaya khusus.
e. Pencegahan, diagnosis dini, dan pengobatan komplikasi ibu.
f. Merujuk ibu untuk asuhan lebih lanjut (jika perlu).
g. Imunisasi ibu terhadap tetanus
C. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Asuhan Menurut (Nugroho, 2014), tujuan asuhan masa nifas di antaranya :
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis.
b. Melaksanakan skrining secara kompehensif deteksi dini, mengobati atau
merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayi.
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
kb, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi
sehari hari.
d. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
e. Mendapatkan kesehatan emosi.
Menurut Jannah dan Nurul (2011), tujuan asuhan masa nifas di antaranya :
a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan bayi.
b. Pencegahan, diagnosis dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu.
c. Merujuk ibu ke asuhan tenaga ahli bila di perlukan.
d. Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu serta memungkinkan ibu untuk
ma mpu melaksanakan perannya dalam situasi kelurga dan budaya yang
khusus.
e. Imunisasi ibu terhadap tetanus.
f. Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makanan anak
serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak.
Jadi, tujuan asuhan masa nifas adalah mendeteksi secara dini komplikasi-komplikasi
masa nifas serta mengenali tanda bahaya pada nifas, sehingga tidak terjadi komplikasi
pada masa nifas dan masa nifas dapat berjalan dengan lancar. serta memberikan ibu
pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, kb, cara dan manfaat
menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari hari.

D. Tahapan Masa Nifas


Nifas dibagi menjadi 3 tahap:
1. Puerperium Dini
Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan untuk berjalan-jalan, Dalam agama islam
dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium Intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote Peurperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil
atau waktu persalinan memiliki komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa
berminggu-minggu, bulanan, tahunan.
4. Program dan Kebijakan Tehnis
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan
BBL, dan untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah yang terjadi antara
lain sebagai berikut:
Kunjungan I : Asuhan 6-8 jam setelah melahirkan
Kunjungan II : Asuhan 6 hari setelah melahirkan
Kunjungan III : Asuhan 2 minggu setelah melahirkan
Kunjungan IV : Asuhan 6 minggu setelah melahirkan (Sunarsih dkk, 2011).

Tabel 2.1 Asuhan Kunjungan Nifas Normal

KUNJUNGA
WAKTU ASUHAN
N
I 6-8 jam post  Mencegah perdarahan masa nifas karena
partum atonia uteri
 Mendeteksi dan merawat penyebab lain
pendarahan
 Memberikan konseling pada ibu
mengenai bagaimana cara pencegahan
pendarahan
 Pemberian ASI awal
 Melakukan hubungan antara ibu dengan
bayi yang baru lahir
 Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hypothermi
II 6 hari post  Memastikan involusi uterus berjalan
partum normal, uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilikus dan tidak ada tanda-
tanda perdarahan abnormal
 Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi, perdarahan abnormal
 Memastikan ibu mendapat cukup
makanan, cairan dan istirahat
 Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit
 Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali pusat
dan merawat bayi sehari-hari
III 2 minggu post  Memastikan involusi uterus berjalan
partum normal, uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilikus dan tidak ada tanda-
tanda perdarahan abnormal
 Menilai adaanya tanda-tanda demam,
infeksi, perdarahan abnormal
 Memastikan ibu mendapat cukup
makan,cairan dan istirahat
 Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit
 Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali pusat
dan merawat bayi sehari-hari
IV 6 minggu post  Menanyakan pada ibu tentang penyulit-
partum penyulit yang ia alami
 Memberikan konseling untuk KB secara
dini, imunisasi, senam nifas, dan tanda-
tanda bahaya yang dialami oleh ibu dan
bayi.
(Sumber: Sulistyawati, 2009)
E. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
1. Perubahan Sistem Reproduksi
1) Uterus
Involusi uterus meliputi reorganisasi dan pengeluarandesidua/endometrium dan
eksfoliasi tempat perlekatan plasenta yang ditandai dengan penurunan ukuran dan
berat serta perubahan pada lokasi uterus juga ditandai dengan warna dan jumlah
lochea. Uterus, segera setelah pelahiran bayi, plasenta, dan selaput janin,
beratnyasekitar 1000 gram. Berat uterus menurun sekitar 500 gram pada akhir
minggu pertama pascapartum dan kembali pada berat yang biasanya pada saat tidak
hamil pada minggu kedelapan pascapartum (Varney, dkk. 2008).
Proses involusi uterus menurut Sukarni (2013) adalah sebagai berikut:
a) IskemiaMiometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah
pengeluaran plasenta membuat uterus relatif anemi dan menyebabkan serat otot
atrofi.
b) Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot
uterin. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat
mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali lebar dari semula
selama kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai pengerusakan secara langsung
jaringan hipertropi yang berlebihan hal ini disebabkan karena penurunan hormon
estrogen dan progesteron.
c)Efek Oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan
menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus.
Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta
mengurangi perdarahan.
Penyebab kelambatan involusi uterus menurut Holmes (2011) adalah:
a) Kandung kemih penuh
b) Rektum berisi
c) Infeksi uterus
d) Retensi hasil konsepsi
e) Fibroid
f) Hematoma ligamentum latum uteri
2) Lochea
Lochea adalah istilah untuk sekret dari uterus yang keluar melalui
vagina selama puerperium. Lochea mulai terjadi pada jam-jam pertama pascapatum,
berupa secret kental dan banyak. Berturut-turut, banyaknya lochea semakin
berkurang. Biasanya wanita mengeluarkan sedikit lochea saat berbaring dan
mengeluarkan darah lebih banyak atau mengeluarkan bekuan darah yang kecil saat
bangkit dari tempat tidur. Hal ini terjadi akibat pengumpulan darah di forniks vagina
atas saat wanita mengambil posisi rekumben. Pengumpulan darah tersebut berupa
bekuan darah, terutama pada hari-hari pertama setelah kelahiran.
(Varney, 2008)
3) Serviks
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor,terkulai dan berbentuk
seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak
berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin.
Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Segera setelah
bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan 2-3 jari dan setelah 1
minggu hanya 1 jari saja yang dapat masuk.Oleh karena hiperpalpasi dan retraksi
serviks, robekan serviks dapat sembuh. Namun demikian, selesai involusi, ostium
eksternum tidak sama waktu sebelum hamil. Pada umumnya ostium eksternum lebih
besar, tetap ada retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada
pinggir sampingnya.(Yanti. 2014)
4) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama
proses melahirkan bayi dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut,
kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan
vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih
menonjol.Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum
persalinan pertama. Meskipun demikian, latihan otot perineum dapat mengembalikan
tonus tersebut dan dapatmengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat
dilakukan pada akhir puerperium dengan latihan harian.(Nurjanah. 2013)
5) Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang
oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada postnatal hari ke-5, perineum
sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur
daripada keadaan sebelum melahirkan. Tipe penurunan tonus otot dan motilitas
traktus intestinal berlangsung hanya beberapa waktu setelah persalinan. Penggunaan
analgetik dan anastesi yang berlebihan dapat memperlambat pemulihan kontraksi dan
motilitas otot. (Nurjanah. 2013)
Proses penyembuhan luka episiotomi sama dengan luka operasi lain. Tanda-tanda
infeksi (nyeri, merah, panas, bengkak, atau rabas) atau tepian insisi tidak saling
mendekat bisa terjadi. Penyembuhan harus berlangsung dua sampai tiga minggu
(Bobak. 2005). Setelah meninjau penelitian mengenai teknik penjahitan luka
episiotomi Grant (1989) dengan yakin menganjurkan jahitan dengan teknik jelujur,
karena tingkat nyeri lebih tinggi pada wanita dengan jahitan terputus (simpul).
(Mander, Rosemary. 2004:227)
2. Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya, ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan
karena pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang
menyebabkan kolon menjadi kosong, kurangnya asupan cairan dan makanan, serta
kurangnya aktivitas tubuh. Supaya buang air besar kembali normal, dapat diatasi
dengan diet tinggi serat, peningkatan asupan cairan saat ambulasi awal. Bila ini tidak
berhasil dalam 2-3 hari dapat diberikan obat laksansia.
3. Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air
kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat
spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami
kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan
berlangsung. Kandung kemih dalam masa nifas menjadi kurang sensitif dan kapasitas
bertambah sehingga setiap kali kencing masih tertinggal urine residual (normal
kurang lebih 15cc) (Sulistyawati, 2009).
4. Perubahan Sistem Musculoskeletal
Adaptasi muskuloskeletal ini mencakup: peningkatan berat badan, bergesernya
pusat akibat pembesaran rahim, relaksasi dan mobilitas. Namun demikian, pada saat
post partum sistem muskuloskeletal akan berangsur-angsur pulih kembali. Ambulasi
dini dilakukan segera setelah melahirkan, untuk membantu mencegah kompllikasi
dan mempercepat involusi uteri (Rukiyah dkk, 2011).
5. Perubahan Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem
endokrin. Hormon-hormon yang berperan pada proses tersebut, antara lain:
a. Hormon oksitosin
Disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Hormon oksitosin berperan
dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi sehinga mencegah
pendarahan.
b. Hormon prolactin
Menurunkan kadar ekstrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar pituitari
bagian belakang untuk mengeluarkanprolaktin, hormon ini berperan dalam
pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu.
c. Hormon estrogen dan progesterone
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun mekanismenya secara
penuh belum dimengerti (Saleha, 2009).
6. Perubahan Tanda-Tanda Vital
Pada masa nifas, tanda-tanda vital yang harus dikaji antara lain :
a. Suhu badan
24 jam post partum suhu badan akan naik sedikit (37,5 0C-380C). Sebagai
akibat kerja keras saat melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan, apabila
keadaan normal suhu badan akan biasa lagi. Pada hari ketiga suhu badan akan
naik lagi karena ada pembentukan ASI, buah dada akan menjadi bengkak,
berwarna merah karena banyaknya ASI bila suhu tidak turun kemungkinan
adanya infeksi pada endometrium, mastitis, dan lain-lain.
b. Nadi
Denyut nadi orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan biasanya
denyut nadi itu akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 adalah
abnormal dan hal ini mungkin disebabkan oleh infeksi atau perdarahan post
partum yang tertunda.
c. Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan akan rendah
setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada post
partum dapat menandakan terjadinya pre-eklamsi post partum.
d. Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut
nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal pernafasan juga akan mengikuti
kecuali ada gangguan khusus pada saluran pernafasan (Sunarsih dkk, 2011).

7. Perubahan System Kardiovakuler


Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400 CC. Bila
persalinan dengan Sectio Caesaria kehilangan darah bisa dua kali lipat. Apabila pada
persalinan pervaginam haemokonsentrasi akan naik dan pada Seksio sesarea
haemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu.
Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama masa
nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi daripada normal. Plasma darah tidak
begitu mengandung cairan dengan demikian daya koagulasi meningkat. Pembekuan
darah harus dicegah dengan penanganan yang cermat dan penekanan pada ambulasi
dini.
8. Perubahan Hematologi
Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta
faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama post partum, kadar
fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan
peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. Pada ibu
masa nifas 72 jam pertama biasanya akan kehilangan volume plasma daripada sel
darah, penurunan plasma ditambah peningkatan sel darah pada waktu kehamilan
diasosikan dengan peningkatan hematoktir dan haemoglobin pada hari ketiga sampai
tujuh hari setelah persalinan (Rukiyah dkk, 2011).

F. Proses Adaptasi Psikologi Ibu Masa Nifas


Adaptasi psikologi ibu nifas dibagi 3 yaitu:
1. Fase taking in
Fase ini adalah fase ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama sampai
hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, fokus perhatian ibu terutama pada
dirinya sendiri. Pengalaman selama proses persalinan sering berulang diceritakannya.
Kelelahan membuat ibu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur, seperti
mudah tersinggung. Pada fase ini perlu diperhatikan pemberian ekstra makanan untuk
proses pemulihannya.
2. Fase taking hold
Fase ini berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase taking hold,
ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam merawat
bayinya. Selain itu perasaannya mudah tersinggung dan komunikasinya kurang hati-
hati. Oleh karena itu ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan
kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan
bayinya sehingga tumbuh rasa percaya diri.
3. Fase leting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang
berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada
fase ini (Sunarsih dkk, 2011).

G. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas


1. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin
yang cukup
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu minum setiap kali
menyusui)
d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari
pasca bersalin
e. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada
bayinya melalui ASI nya (Saleha, 2009).
2. Ambulasi/Mobilisasi
Ambulasi dapat dilakukan dalam 2 jam setelah bersalin ibu harus sudah bisa
melakukan mobilisasi yang dapat dilakukan secara perlahan-lahan dan bertahap
diawali dengan miring kanan atau kiri terlebih dahulu, kemudian duduk dan
berangsur-angsur untuk berdiri dan jalan.
a. Manfaat mobilisasi Dini (Early mobilization) yaitu:
1) Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi puerperium
2) Mempercepat involusi alat kandungan
3) Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan
4) Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi ASI
dan pengeluaran sisa metabolisme
b. Keuntungan ambulasi dini adalah:
1) Ibu merasa lebih sehat dan kuat.
2) Fungsi usus, sirkulasi, paru-paru dan perkemihan lebih baik.
3) Memungkinkan untuk mengajarkan perawatan bayi pada ibu.
4) Mencegah thrombosis pada pembuluh tungkai (Sunarsih dkk, 2011).
3. Eliminasi BAK/BAB
Miksi disebut normal bila dapat BAK spontan tiap 3-4 jam. Ibu diusahakan
mampu buang air kecil sendiri, bila tidak dilakukan tindakan berikut ini:
a. Dirangsang dengan mengalirkan air keran di dekat klien
b. Mengompres air hangat diatas simpisis
c. Saat site bath (berendam air hangat) klien disuruh BAK
Biasanya 2-3 hari post partum masih susah BAB maka sebaiknya diberikan
laksan atau paraffin (1-2 hari post partum), atau pada hari ke-3 diberi laksa
supositoria dan minum air hangat. Berikut adalah cara agar dapat BAB dengan
teratur:
a. Diet teratur
b. Pemberian cairan yang banyak
c. Ambulasi yang baik
d. Bila takut buang air besar secara episiotomi, maka diberikan laksan suposotria
4. Kebersihan Diri/Perineum
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kemaluan dengan sabun dan
air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah disekitar vulva
terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah
sekitar anus. Nasehatkan kepada ibu untuk membersihkan vulva setiap kali buang
air besar atau buang air kecil.
c. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali
sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan
di bawah matahari atau disetrika.
d. Sarankan ibu untuk cuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya.
e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh daerah luka.
5. Istirahat
a. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
b. Sarankan ia untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-
lahan serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur
c. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :
1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
3) Menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayi dan dirinya
sendiri (Sunarsih dkk, 2011)
6. Seksual
a. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa
rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasa nyeri, aman untuk
memulai, melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap
b. Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai
masa waktu tertentu, misalnya 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan.
Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan (Saleha, 2009).
7. Perawatan Payudara
a. Sebaiknya perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil supaya puting
lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya
b. Perlu dilakukan perawatan payudara pada ibu nifas
c. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara: pembalutan payudara
sampai tertekan, pemberian obat estrogen
d. Untuk supresi LH seperti tablet Lynoral dan Pardolel (Sunarsih dkk, 2011).
e. Proses laktasi atau menyusui
8. Keluarga berencana
a. Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu
hamil kembali.
b. Biasanya ibu post partum tidak menghasilkan telur (ovum) sebelum mendapatkan
haidnya selamaa meneteki, oleh karena itu Amenore Laktasi dapat dipakai
sebelum haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan.
c. Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan dahulu
pada ibu, meliputi:
1) Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan serta metodenya
2) Kelebihan dan keuntungan
3) Efek samping
4) Kekurangannya
5) Bagaimana memakai metode itu
6) Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pasca persalinan yang
menyusui.
7) Jika pasangan memilih metode KB tertentu, ada baiknya untuk bertemu
dengannya lagi dalam 2 minggu untuk mengetahui apakah ada yang ingin
ditanyakan oleh ibu atau pasangan dan untuk melihat apakah metode tersebut
bekerja dengan baik (Rukiyah dkk, 2011)

H. Infeksi Masa Nifas


Infeksi puerpuralis adalah infeksi pada traktus genetalia setelah persalinan,
biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta (Saleha, 2009).
1. Infeksi vulva, vagina, serviks
a. Vulvitis
Pada infeksi bekas syatan episiotomy atau luka perinium jaringan sekitarnya
membengkak, tepi luka menjadi marah dan bengkak, jahitan mudah lepas, serta
luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan pus.

b. Vaginitis
Infeksi pagina bias terjadi secara langsung pada luka pagina atau melalui
perineum. Permukaan mukosa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus, serta
getah mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus. Penyebaran dapat terjadi,
tetapi pada umumnya infeksi tinggal terbatas.
c. Servisitis
Infeksi servik sering juga terjadi, tetapi biasanya tidak menimbulkan banyak
gejala. Luka servik yang dalam dan meluas dapat langsung kedasar ligamentum
latum sehingga menyebabkan infeksi menjalar keparametrium.
Gejala klinis yang dirasakan pada servisitis adalah:
 Nyeri dan rasa panas pada daerah infeksi
 Kadang perih bila BAK
 Demam dengan suhu badan 39-40
2. Tromboflebilitis
Penyebaran infeksi melalui vena sering terjadi dan merupakan penyebab
terpenting dari kematian karna infeksi purpuralis. Radang vena golongan 1 disebut
tromboflebitis pelvis dan infeksi vena-vena golongan 2 disebut tromboflebitis
femoralis.
a. Tromboflebitis pelvis. Tromboflebitis pelvis yang sering meradang adalah vena
ovarika karena mengalirkan darah dan luka bekas plasenta di daerah fundus uteri.
b. Tromboflebitis femoralis. Tromboflebitis femolis rdapat menjadi Tromboflebitis
vena safena magna atau peradangan vena femoralis sendiri, penjalaran
tromboflebitis vena uterin, dan akibat parametritis.
c. Peritonitis. Infeksi puerpuralis melalui saluran getah bening dapat menjalar ke
peritonium hinga terjadi peritonitis atau ke parametrium menyebabkan
parametritis.
d. Parametris dapat terjadi dengan 3 cara tersebut
 melalui robekan servik yang dalam.
 penjalaran endometritis atau luka servik yang terinfeksi melalui saluran getah
bening.
 sebagai lanjutan tromboflebitis pelvis.
3. Perdarahan dalam masa nifas
Penyebab dari pendarahan masa nifas adalah sebagai berikut.
a. Sisa plasenta dan polip plasenta
b. Endometritis purpuralis
c. Sebab-sebab pungsional
d. Perdarah luka
4. Infeksi saluran kemih
Kejadian infeksi saluran kemih pada masa nifas relative tinggi dan hal ini
dihubungkan dengan hipotoni kandung kemih akibat trauma kandung kemih waktu
persalinan, pemeriksaan dalam yang terlalu sering, kontaminasi kuman dari perineum
atau kateterisasi yang sering.
5. Putting susu lecet
 kesalahan dalam teknik menyusui, bayi tidak menyusui sampai aerola tertutup oleh
mulut bayi.
 monoliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu.
 akibat dari pemakaian sabun, alcohol, krim, atau zat iritan lainnya untuk mencuci
puting susu.
 pada bayi lidah yang pendek sehingga menyebabkan bayi sulit menghisap.
 rasa nyeri dapat timbul apabila ibu menghentikan menyusui dengan kurang hati-
hati
6. Payudara bengkak
Pembengkakan payudara terjadi karena ASI tidak disusui dengan adekuat,
sehingga sisa ASI terkumpul pada sistem duktus yang mengakibatkan terjadinya
pembengkakan. Payudara bengkak ini sering terjadi pada hari ketiga atau keempat
sesudah melahirkan. Statis pada pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan
meningkanya tekanan intrakaudal, yang akan mempengaruhi segmen pada
payudaranya, sehingga takanan pada payudara meningkat. Akibatnya, payudara sering
terasa penuh, tegang serta nyeri. Kemudian diikuti oleh penurunan produksi ASI dan
penurunan let down. Penggunaan Bra yang ketat juga bisa menyebabkan segmental
engorgement, demikian pula puting yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan
pada duktus (Saleha, 2009).
7. Saluran susu tersumbat
 Pada wanita yang kurus, gejalanya terlihat dengan jelas dan lunak pada perabaan.
 Payudara pada daerah yang mengalami penyumbatan terasa nyeri dan bengkak
yang terlokalisir
8. Bendungan ASI
Bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena
peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa
nyeri disertai kenaikan suhu badan (Prawirohajo, 2009)
9. Mastitis
Mastitis adalah radang pada payudara
 Bengkak, nyeri pada seluruh payudara/nyeri local.
 Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya local.
 Payudara keras dan berbenjol-benjol.
 Panas badan dan rasa sakit umum.
10. Abses payudara
Harus dibedakan antara mastitis dan abses. Abses payudara merupakan
kelanjutan/komplikasi dari mastitis. Hal ini disebabkan karena meluanya peradangan
dalam payudara tersebut.
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS KUNJUNGAN I


PADA NY.Y UMUR 26 TAHUN P1A0 6 JAM POST PARTUM
DI PUSKESMAS PENAWANGAN I KABUPATEN GROBOGAN

A. PENGKAJIAN
Tanggal : 14 November 2022
Waktu : 20.00 WIB
Tempat : Puskesmas Penawangan I

B. IDENTITAS PASIEN
Biodata
1. Nama ibu : Ny.Y 1. Nama suami : Tn. D
2. Umur : 26 tahun 2. Umur : 26tahun
3. Suku bangsa : Jawa 3. Suku bangsa : Jawa
4. Agama : Islam 4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMA 5. Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : Karyawan 6. Pekerjaan : Petani
7. Alamat : Ngeluk 4/2 7. Alamat: : Ngeluk 4/2

C. DATA SUBYEKTIF
1. ALASAN DATANG:
Ibu masih dalam masa observasi 6 jam post partun
2. KELUHAN UTAMA:
Ibu mengatakan asinya belum keluar
Uraian Keluhan Utama
Ibu mengatakan baru saja melahirkan anak pertamanya 6 jam yang lalu pada tanggal
14 november 2022 ,ibu mengeluh dan khawatir tidak bisa memberikan asi eksklusif
pada bayinya.
3 .RIWAYAT OBSTETRI:
a. Riwayat Haid:
Menarche : 14 tahun
Nyeri Haid : Pada hari 1-2 menstruasi
Siklus : 28 hari, teratur
Lama : 7 hari
Leukorhea : tidak ada
Banyaknya : 3x ganti pembalut
a. Riwayat Persalinan dan Nifas yang lalu
Persalinan Nifas
Kead anak
Tahun Asi
UK Jenis Penolong JK/ BB Penyulit IMD Penyulit sekarang
eksklusif

b. Riwayat Persalinan Sekarang


Paritas : Ini merupakan anak pertama
Tempat Persalinan : Puskesmas Penawangan I
Jenis Persalinan : Spontan
Abortus : Tidak pernah
Ditolong Oleh : Bidan
Masalah dalam Persalinan : Tidak ada masalah dalam persalinan
Keadaan Plasenta : Placenta lahir lengkap
Keadaan Tali Pusat : Tali pusat lahir lengkap
Keadaan Bayi : Sehat Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal / Jam lahir : 14-11-2022 jam 14.00 WIB
Apgar Score : 10 – 10 - 10
BB : 3200 gr, PB : 50 cm, LK : 32 cm, LD : 34 cm
Kelainan bawaan : Tidak ada
c. Riwayat Kesehatan :
 Riwayat Kesehatan Dahulu & Sekarang :
Ibu mengatakan tidak pernah merasakan gejala penyakit jantung (Jantung
berdebar-debar mengeluarkan banyak keringat), Asma (Pernafasan
berbunyi, sesak nafas pada saat cuaca dingin atau malam hari),TBC (Batuk
terus menerus), Ginjal (Sakit pinggang, sakit atau susah saat BAK, dan
sering BAK), Diabetes Melitus (Sering makan atau minum, BAK sering,
Berat badan menurun dan penyembuhan luka lama), Penyakit Menular
Seksual (PMS) (Sakit saat BAK atau berhubungan , keputihan yang berbau,
berbusa, kehijauan dan gatal atau bintil-bintil berisi cairan), Hipertensi
( Tekanan darah tinggi, pusing di daerah tengkuk).
 Riwayat penyakit dalam Keluarga (menular maupun keturunan) :
o Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang pernah mengalami
tekanan darah tinggi yang apabila digunakan istirahat tidak turun
yang mengarah ke penyakit Hipertensi
o Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yangpernah mengalami
pusing yang berlebihan dan Hb di bawah 10 mg/dl yang mengarah
ke penyakit anemia
o Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang pernah mengalami
batuk yang tidak sembuh sembuh dan disertai darah yang mengarah
ke penyakit TBC
o Ibu mengatakan dalam keluarga terdapat keturunan kembar dari
suami
d. Riwayat KB : Tidak Pernah

Lama
Jenis KB Keluhan Alasan Berhenti
Penggunaan

Rencana KB : KB suntik 3 bulan

e. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari:


a. Nutrisi
a. Nutrisi
 Jenis                            : Nasi, lauk, sayur, dan susu
 Frekuensi                     : 3X/hari
 Porsi                            : 1 piring
 Pantangan                   : Tidak ada
 Minuman : ibu minum air putih 3-4 gelas / hari
b. Eliminasi
BAB
 Frekuensi                      : 1X/hari
 Konsistensi                   : Lembek
 Warna                           : Kuning
 Masalah                        : Tidak ada
BAK
 Frekuensi                      : 6-7X/hari
 Warna                           : Kuning jernih
 Bau                               : Pesing
 Masalah                        : Tidak ada
c. Personal Hygiene
 Frekuensi mandi                       : 2-3X/hari
 Frekuensi gosok gigi                : 2-3X/hari
 Frekuensi ganti pakaian/jenis   : 2-3X/hari
d. Aktifitas     : Ibu melakukan aktifitas sebagai ibu rumah tangga
e. Tidur dan Istirahat
 Siang hari                                 : 2 jam/hari
 Malam hari                               : 8 jam/hari
 Masalah                                    : Tidak ada
f. Pola Seksual                                   : 1x seminggu
 Masalah                                    : Tidak ada

a. Kebiasaan yang merugikan kesehatan :


 Merokok : Ibu mengatakan tidak merokok
 Minuman beralkohol : Ibu mengatakan tidak minum alkohol
 Obat-obatan : Ibu mengatakan tidak mengkonsumsi obat
 Jamu : Ibu mengatakan tidak minum jamu
b. Pola menyusui :
Bayi sudah menyusu, tetapi ASI belum keluar
c. Riwayat Psikososial-spiritual
a) Riwayat Perkawinan : Ini merupakan perkawinan pertama ibu
b) Kehamilan ini : Diharapkan oleh Suami dan Keluarga
c) Mekanisme koping ( Cara pemecahan masalah ) : Ibu melakukan musyawarah
dengan keluarga besar dalam mengambil keputusan
d) Ibu Tinggal serumah dengan : suami
e) Pengambil keputusan utama dalam keluarga : Suami
f) Dalam kondisi emergency : Ibu mengambil keputusan dengan persetujuan
suami
g) Orang terdekat ibu : Suami
h) Yang Menemani ibu untuk kunjungan PNC : Suami
i) Adat istiadat yang dilakukan ibu berkaitan dengan Nifas :
Ibu hanya boleh mengkonsumsi air putih 3-4 gelas sehari agar bayi tidak pilek.
Ibu tidak diperbolehkan tidur siang selama masa nifas
j) Penghasilan Perbulan : Kurang lebih 2 juta perbulan
k) Praktik agama yang berkaitan dengan nifas : tidak ada
l) Keyakinan ibu tentang pelayanan Kesehatan :
Ibu dapat menerima segala bentuk pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
Nakes wanita maupun pria.
m) Tingkat pengetahuan Ibu :
 Hal-hal yang sudah diketahui ibu : Ibu mengerti untuk memberikan ASI
Eksklusif kepada bayinya.
 Hal-hal yang belum diketahui ibu : Ibu belum mengerti cara memperlancar
ASI
 Hal-hal yang ingin diketahui Ibu : Ibu ingin mengetahui makanan apa saja
yang dapat meningkatkan ASI dan Cara untuk memperlancar ASI
DATA OBYEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK:
a. Pemeriksaan Umum:
1.    Pemeriksaan Umum
a.    Keadaan umum         : Baik
b.    Kesadaran umum      : Composmentis
g.   Tanda-tanda vital      : TD : 110/70 mmHg  R : 22x/m
    N   : 84x/m   T: 36,4 0 C
2.    Pemeriksaan khusus
a.    Inspeksi
 Kepala         : Kepala tampak bersih tak berketombe, pertumbuhan
rambut tampak sehat dan rambut tidak rontok.
 Muka          : Tampak tidak pucat, terlihat cloasma gravidarum.
 Mata            : Bentuk simetris, tidak tampak ikterik pada
sklera,konjungtiva tampak tidak pucat, dan tidak adapembengkakan di
palpebra.
 Telinga          : Bentuk simetris, kondisi telinga baik dan tidak
ada serumen.
 Hidung        : Bentuk simetris, tidak nampak pernafasan
cupinghidung, tidak ada polip dan sekret.
 Mulut          : Bibir tidak tampak pucat,  lidah tampak bersih
gigi tidakada caries, berlubang dan gusi tidak berdarah
 Leher          : Tidak tampak ada pembengkakan vena jugularis
dan    kelenjartiroid.
 Dada           : Tampak simetris, tidak ada retraksi dinding dada.
 Tungkai    : Tidak nampak varises dan tidak ada odem pada
kaki kanan  dan   kiri
 Anus : tidak ada hemoroid
b.    Status Obstetrik
 Muka : Tidak ada oedema
 Mamae  : Bentuksimetris, tampak ada hiperpigmentasi pada 
areola,  puting susu menonjol, Pengeluaran ASI belum ada
 Abdomen    : Tidak ada bekas luka SC, TFU 3 jari dibawah pusat,
Kontraksi Uterus ada
 Genetalia   :  Lochea : Rubra
Luka Perineum : Ada

2. Pemeriksaan penunjang : Tidak dilakukan pemeriksaan

D. ANALISA
Ny.” Y “ umur 26 tahun P1 A0 6 jam postpartum dengan keluhan ASI belum keluar.

E. PELAKSANAAN Tanggal: 14 April 2021 Jam: 20.00 WIB


1) Menjelaskan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan bahwa ia dalam
keadaan baik dan normal.
Hasil : Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaannya.
2) Memberitahu ibu dan keluarga bahwa ASI yang belum keluar di 6 jam setelah
persalinan adalah normal, sehingga ibu tidak perlu memberikan Susu formula
Hasil : Ibu mengerti bahwa asi belum keluar selama 6 jamitu norma dan tidakperlu
diberikan susu formula
3) Memberikan penkes pada ibu dan mengajarkan ibu untuk menyusui bayinya secara
on demand ,sesering mungkin untuk merangsang ASI untuk keluar .Selama kurang
lebih 30 menit Menganjurkan ibu untuk membangunkan bayinya pada saat waktunya
menyusui.
Hasil : Ibu mengerti cara menyusui yang benar dan bersedia melaksanakan anjurn.

4) Memberikan motivasi (Breastfeeding self efficacy ) serta dukungan kepada ibu dan
keluarga untuk percaya diri bahwa ibu akan bisa untuk menyusui tanpa pemberian
susu tambahan. Faktor yang dapat mendukung tindakan menyusui efektif antara lain
keyakinan diri bahwa mampu untuk menyusui secara efektif. Self efficacy merupakan
rasa percaya diri yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu hal yang belum
dilakukan yang dapat meningkatkan motivasi. Breastfeeding self efficacy merupakan
rasa percaya diri yang dimiliki oleh ibu dalam hal menyusui yang dapat menjadi
predictor apakah ibu akan memutuskan untuk menyusui, sebesar apa upaya yang
akan dilakukan untuk menyusui, apakah mempunyai pola pikir membangun atau
merusak dan bagaimana cara merespons berbagai masalah dan kesulitan selama
menyusui.
Hasil : Ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan berjanji akan berusaha
semaksimal mungkin dalam memberikan ASI kepada bayinya

5) KIE kepada ibu dan keluarga tentang nutrisi dan memenuhi kebutuhan makan yang
mengandung protein tinggi seperti telur,daging,ikan ,makanan yang mengandung zat
besi seperti sayuran berwarna hijau ,minum air putih minimal 3 liter perhari selain itu
ada salah satu cara untuk memperlancar produksi ASI yaitu dengan mengkonsumsi
sari kacang hijau, karena di dalamnya terkandung berbagai komposisi gizi,
diantaranya protein, zat besi dan vitamin B1.
Hasil : Ibu mengerti dan memahami penjelasan tentang pentingnya pemenuhan nutrisi
ibu nifas.
6) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on demand ,sesering mungkin
untuk merangsang ASI untuk keluar .Selama kurang lebih 30 menit Menganjurkan
ibu untuk membangunkan bayinya pada saat waktunya menyusui.
Hasil : Ibu mengerti penjelasan yang diberikan mengenai teknik menyusui yang
benar.
7) Menganjurkan ibu untuk melakukan personal hygiene /kebersihan
diri,menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan alat genetal yaitu dengan cara
menggunakan air dingin,dibersihkan dari atas (vulva) ke bawah (anus) ,pembalut
diganti setiap kali sudah merasa tidak nyaman
Hasil : Ibu paham dan mengerti penjelasanyang diberikan mengenai personal
hygiene.

Grobogan , 14 November 2022


Pembimbing Klinik Praktikan

Dian Amelia Hartuti,S,S.T.Keb Nanda Natalia


NIP. 197306011993022006 NIM. P1337424420036

Mengetahui,
Pembimbing Institusi

Listyaning Eko M,S.Sit,M.Tr.Keb


NIP. 198209251008122002
BAB IV

PEMBAHASAN
Pada tahap tinjauan kasus pada Asuhan Kebidanan ibu nifas fisiologis pada
Ny.”Y “ umur 26 tahun P1A0 6 jam postpartum di puskesmas penawangan I sudah
terlaksana dengan baik sesuai dengan tinjauan teori dan tidak ada hambatan dalam
memberikan asuhan pada ibu nifas tersebut
Berdasarkan data subyektif yang diperolah penulis bahwa ibu mengalami
masalah yaitu pengeluaran ASI yang tidak keluar serta ketidak percayaan ibu
tentang kemampuan memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. United Nations
Childrens Fund (UNICEF) menyatakan bahwa sebanyak 30.000 kematian bayi di
Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia pada tiap tahunnya, bisa dicegah
melalui pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan sejak tanggal
kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan kepada
bayi. Bayi yang diberi susu formula, memiliki kemungkinan atau peluang untuk
meninggal dunia pada bulan pertama kelahirannya 25 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan bayi yang disusui oleh ibunya secara eksklusif.
Hasil pemeriksaan objektif didapatkan keadaan umum ibu adalah baik,
kesadaran umum composmentis,tekanan darah ibu mencapai 120/80 mmHg,
respirasi 22x/m, nadi 84x/m, temperatur 36,4 0 C, untuk pemeriksaan obstetri
didapatkan : TFU : 3 jari dibawah pusat, Kontraksi uterus keras, Pada perineum
terdapat luka perineum sedangkan PPV terdapat pengeluaran lochea rubra.
Faktor ibu yang menjadi masalah dalam pemberian ASI adalah produksi
ASI yang sedikit, terutama pada hari-hari pertama kelahiran bayi. Hal ini
dikarenakan masih adanya sedikit hormon progesteron, esterogen, Human Placental
Lactogen (HPL) dan Prolactin Inhibiting Factor (PIF) didalam tubuh ibu, sehingga
Produksi ASI masih terhambat terlebih pada hari 2-3 setelah melahirkan (Pollard,
2016).
Masalah utama dalam kasus Ny.Y adalah kekhawatiran ibu mengenai ASI
yang belum keluar ,sehingga penulis memberikan pendidikan kesehatan ASI yang
belum keluar selama 6 jam post partum adalah hal yang normal. Menurut teori
(KEMENKES RI, 2010; Peraturan Nomor 33 tahun 2012) ASI diberikan pada bayi
sejak lahir sampai umur 6 bulan tanpa menambahkan makanan tambahan lain kecuali
obat dan vitamin. Bidan memberikan susu formula dengan alasan ASI ibu belum
keluar dan seharusnya itu tidak dilakukan karena bayi mampu bertahan selama 3 hari
tanpa ASI.
Pentingnya memberikan motivasi (Breastfeeding self efficacy ) serta dukungan
kepada ibu dan keluarga untuk percaya diri bahwa ibu akan bisa untuk menyusui
tanpa pemberian susu tambahan. Menurut Mamangkey, (2018)Dibandingkan dengan
ibu yang tidak pernah mendapat informasi atau dukungan, ibu yang mendapat
dukungan informasi berupa informasi tentangpentingnya pemberian ASI
eksklusif dalam waktu 6 bulan, seperti penyuluhan dan pendidikan dari
keluarga dan petugas kesehatan, akan terdorong untuk memberikan ASI
eksklusif. Adanya keluarga menjadikan peran keluarga sangat penting bagi
keberhasilan menyusui ASI eksklusif. Alat dukungan dari tenaga kesehatan atau
keluarga terutama orang tua atau ibu mertua meliputi memasak makanan bergizi yang
membantu menyusui, mengajari ibu cara menyusui yang benar, dan mengajari ibu
cara merawat payudara yang benar. Ibu juga akan menanyakan masalah apa yang
mereka hadapi selama menyusui, dan mendapatkan saran dari anggota keluarga atau
petugas kesehatan untuk memberikan ASI kepada bayinya, yang merupakan
dukungan evaluasi Dukungan atau support dari orang lain atau orang terdekat,
sangatlah berperan dalam sukses tidaknya menyusui. Dukungan suami dan
anggota keluarga sangat berpengaruh, seorang ibu yang tidak mendapat dukungan
dari suami, ibu, atau saudara perempuannya, atau bahkan diancam, akan terpengaruh
dan beralih ke susu formula(Mamangkey,2018)
Selain itu diberikan pendidikan kesehatan tentang personal hygiene dan menjaga
kebersihan alat genetalia dengan cara menggunakan air dingin,dibersihkan dari atas
(vulva) ke bawah (anus) ,pembealut diganti setiap kali sudah merasa tidak nyaman.
Dalam hal pencegahan infeksi, terdapat beberapa jenis bakteri yang bisa
menyebabkan infeksi pasca persalinan, dan infeksi postpartum masih menjadi
penyebab utama kesakitan dan kematian ibu. Infeksi genital merupakan
komplikasi selama masa nifas. Infeksi yang menyebar ke saluran kemih,
payudara, dan pasca operasi merupakan salah satu penyebab tingginya AKI.
Gejala umum infeksi termasuk demam dan denyut nadi cepat. Gejala lokal
mungkin termasuk kelemahan rahim atau kegagalan rahim untuk berkontraksi
dengan baik, kemerahan dan nyeri pada payudara (Widyastuti, 2016)
Selain itu pemberian sari kacang hijau juga digunakan sebagai salah satu cara
untuk memperlancar produksi ASI pada ibu nifas . Kacang hijau (vigna radiate)
merupakan tanaman yang dapat tumbuh hampir disemua tempat di Indonesia. Sari
kacang hijau mengandung Vitamin B1 (thiamin) yang berfungsi untuk mengubah
karbohidrat menjadi energi, memperkuat sistem saraf dan bertanggung jawab untuk
produksi ASI, dimana thiamin akan merangsang kerja neurotransmiter yang akan
menyampaikan pesan ke hipofisis posterior untuk mensekresi hormone oksitosin
sehingga hormon ini dapat memacu kontraksi otot polos mammae yang ada di dinding
alveolus dan dinding saluran sehingga ASI di pompa keluar, pembentukan ASI serta
pengeluran ASI lancar (Reni, 2014)
Pemberian edukasi kembali tentang ASI eksklusif pada ibu post partum sesegera
mungkin sudah didasari dengan evidence based penelitian yang banyak. Dari analisa
situasi lapangan yang dilakukan tim pengabdian masyarakat ini didapatkan hampir
lebih 50 % ASI busui tidak keluar dengan lancar mulai dari 2 jam post-partum,
pengetahuan busui dan keluarga tentang ASI eksklusif masih kurang, sedangkan teori
mengatakan pengetahuan akan mempengaruhi sikap
dan perilaku (Notoatdmodjo, 2010)
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat mengambil suatu kesimpulan dari studi kasus yang berjudul Asuhan
Kebidanan Ibu Nifas Fisiologis Kunjungan I Pada Ny.Y Umur 26 Tahun P1A0 6 jam Post
Partum di Puskesmas Penawangan I Kabupaten Grobogan, yaitu:
1. Pengkajian data terhadap Ny.Y Umur 26 Tahun P1A0 6 jam Post Partum di
Puskesmas Penawangan I Kabupaten Grobogan diperoleh data subyektif ibu
mengatakan selama kehamilan tidak mengidap suatu penyakit, dan pola kebiasaan
yang dilakukan dalam batas normal. Sedangkan pada data obyektif didapatkan
hasil pemeriksaan fisik keadaan umum baik, tekanan darah: 110/70 mmHg, nadi:
80x/menit, suhu: 36,40C, RR: 22x/menit, kontraksi uterus: keras, TFU: 3 jari
dibawah pusat.
2. Pelaksanaan yang diberikan pada Ny.Y yaitu memberitahu ibu keadaannya dan
hasil pemeriksaan, memberikan Pendidikan kesehatan yaitu menyusui bayinya
dengan ASI eksklusif, Teknik menyusui yang benar, dan menjaga kebersihan
alat genital, tanda bahaya ibu nifas dan memakan makanan dengan nutrisi
seimbang dan bergizi, serta tidak ada pantangan makan bagi ibu nifas.
3. Pelaksanaan tindakan pada Ny.Y dilakukan sesuai dengan rencana tindakan
yang telah dibuat. Pada kasus Ny.Y tidak ditemukan adanya perbedaan antara
teori dan kasus yang ada di lahan praktek.

B. Saran
1. Bagi bidan dan mahasiswa diharapkan dapat terus meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan yang diterapkan dalam asuhan yang diberikan.
2. Diharapkan adanya saling percaya antara bidan dengan klien ataupun keluarga
klien.
3. Diharapkan kepada klien untuk melakukan arahan dan yang diberikan bidan.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Y. (2010). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Pustaka Rihama.


Indrayani, & Djami, M. E. U. (2013). Asuhan Persalinan dan Bayi BAru Lahir. Jakarta: CV.
Trans Info Media.
Islami, & Aisyaroh, N. (2015). Efektifitas Kunjungan Nifas Terhadap Pengangguran
Ketidaknyamanan Fisik yang Terjadi pada Ibu Selama Masa Nifas. Bahan Ajar.
Marmi. (2015). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas “Puerperium Care.” Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Pilaria, E., & Sopiatun, R. (2017). Pilaria dan Sopiatun (2017) dalam jurnalnya tentang
Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi Asi Pada Ibu Postpartum di Wilayah Kerja
Puskesmas Pejeruk Kota Mataram. JURNAL KEDOKTERAN YARSI 26 (1) : 027-
033(2018).
Rahmawati, E. S. (2013). Pengaruh Kompres Dingin Terhadap Pengurangan Nyeri Luka
Perineum Pada Ibu Nifas di BPS Siti Alfirdaus Kingking Kabupaten Tuban ( The
Influence of Cold Compress Towards Perineum Injury of Post-Partum. Jurnal Sain Med,
3(2), 43–46.
Rahmawati, E., & Triatmaja, N. T. (2015). Hubungan Pemenuhan Gizi Ibu Nifas Dengan
Pemulihan Luka Perineum. Jurnal Wiyata Peneliti Sains & Kesehatan, 2(1), 19–24.
Saleha, S. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Sari Dewi, S., Soemardini, S., & Ari Nugroho, F. (2016). Hubungan Tingkat Konsumsi
Protein, Zat Besi (Fe) dan Zinc (Zn) dengan Kondisi Penyembuhan Luka Perineum
Derajat II pada Ibu Nifas. Majalah Kesehatan, 3(3), 137–143.
https://doi.org/10.21776/ub.majalahkesehatan.003.03.4
Sulistyawati, A. (2015). Buku Ajar Asuhan Kebidanan PAda Ibu Nifas. Yogyakarta: Andi
Offset.
Sumiarty. (2017). Kebidanan Teori dan Asuhan Vol.2. Jakarta: EGC.
Timbawa, S., Kundre, R., & Bataha, Y. (2015). Hubungan Vulva Hygiene Dengan
Pencegahan Infeksi Luka Perineum Pada Ibu Post Partum Di Rumah Sakit Pancaran
Kasih Gmim Manado. Jurnal Keperawatan UNSRAT, 3(2), 108128.
Verney, H. (2012). Buku Panduan Asuhan Masa Nifas Fisiologis edisi 2. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai