DISUSUN OLEH:
NANDA NATALIA
P1337424420036
Mengetahui,
Pembimbing Institusi
A. Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) merupakan masa yang dimulai setelah plasenta keluar
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil)
yang berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sulistyawati, 2009). . Perubahan adaptasi
fisik pada masa nifas diantaranya adalah perubahan sistem reproduksi, perubahan sistem
pencernaan, perubahan sistem perkemihan, perubahan sistem muskuloskeletal,
perubahan sistem endokrin, perubahan sistem tanda-tanda vital, perubahan sistem
kardiovaskuler, perubahan sistem hematologi (Marmi, 2017). Perubahan adaptasi
psikologi masa nifas adalah fase taking in, fase taking hold, fase letting go (Siwi &
Purwoastuti, 2015).
Apabila ibu nifas tidak bisa melewati perubahan adaptasi fisiologi dan psikologi
dengan baik maka dapat menyebabkan terjadinya komplikasi masa nifas (Sulistyawati,
2009). Komplikasi masa nifas diantaranya adalah terjadi perdarahan pervaginam (atonia
uteri, retensio plasenta, inversio uteri, robekan jalan lahir, tertinggalnya sebagian sisa
plasenta dalam uterus), terjadi infeksi masa nifas (endometritis, peritonitis, mastitis,
thrombophlebitis, infeksi luka perinium) (Maritalia, 2014).
Bidan jika tidak bisa mendeteksi komplikasi dari kehamilan sampai nifas, maka
bisa menyebabkan terjadinya angka kematian ibu (AKI) karena masa nifas adalah masa
yang rawan bagi ibu. Sekitar 60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir
50% dari kematian pada masa nifas terjadi 24 jam pertama setelah melahirkan. Selama
ini perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab kematian ibu (Siwi & Purwoastuti,
2015). Indonesia termasuk negara dengan Angka Kematian Ibu (AKI) tertinggi di Asia
dan merupakan peringkat ke-3 tertinggi di Asia Tenggara. AKI terakhir dari data Survai
Antar Sensus (SUPAS) tahun 2014 sebesar 305 per 100.000 KH (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, 2017). Jumlah kasus kematian ibu (AKI) di provinsi Jawa Tengah
pada tahun 2017 sebanyak 475 kasus (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2017).
Peran dan tanggung jawab bidan dalam asuhan masa nifas melalui kemitraan
(partnership) diantaranya dengan memberikan dukungan selama masa nifas sesuai
kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologi selama masa nifas,
mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman, membuat
kebijakan perencanaan program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak mampu
melakukan kegiatan administrasi, mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan,
memberikan konseling ibu dan keluarganya (cara mencegah perdarahan, mengenali
tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktikkan kebersihan yang
aman), melakukan manajemen asuhan, memberikan asuhan secara profesional
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Fisiologis Kunjungan I pada Ny.
Y Umur 26 tahun P1A0 6 Jam Post Partum di Puskesmas Penawangan I Kabupaten
Grobogan dengan menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah Varney?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Fisiologis Kunjungan I pada
Ny. Y Umur 26 tahun P1A0 6 Jam Post Partum di Puskesmas Pulokulon 2 Kabupaten
Grobogan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah Varney?
2. Tujuan Khusus
Diharapkan dapat melaksanakan pengkajian Asuhan Kebidanan Ibu Nifas
Fisiologis Kala I pada Ny. Y Umur 26 tahun P1A0 6 Jam Post Partum di Puskesmas
Penawangan I Kabupaten Grobogan
a. Diharapkan dapat melaksanakan identifikasi diagnosa atau masalah aktual Asuhan
Kebidanan Ibu Nifas Fisiologis Kala I pada Ny. Y Umur 26 tahun P 1A0 6 Jam Post
Partum di Puskesmas Penawangan I Kabupaten Grobogan.
b. Diharapkan dapat melaksanakan antisipasi masalah potensial Asuhan Kebidanan
Ibu Nifas Fisiologis Kala I pada Ny.Y Umur 26 tahun P1A0 6 Jam Post Partum di
Puskesmas Penawangan I Kabupaten Grobogan .
c. Diharapkan dapat melaksanakan tindakan segera atau kolaborasi Asuhan
Kebidanan Ibu Nifas Fisiologis Kala I pada Ny.Y Umur 26 tahun P 1A0 6 Jam Post
Partum di Puskesmas Penawangan I Kabupaten Grobogan.
d. Diharapkan dapat merencanakan tindakan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Fisiologis
Kala I pada Ny.Y Umur 26 tahun P 1A0 6 Jam Post Partum di Puskesmas
Penawangan I Kabupaten Grobogan.
D. Manfaat
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai dokumen dan bahan perbandingan untuk study kasus selanjutnya dan dapat
meningkatkan kualitas pendidikan.
2. Bagi Lahan Praktik
Study kasus ini dapat dijadikan gambaran informasi serta bahan untuk meningkatkan
manajemen dan mutu pelayanan kebidanan yang diharapkan oleh lahan praktik.
3. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman tentang penatalaksanaan asuhan kebidanan
serta dapat menerapkan teori praktek kebidanan pada kasus ibu nifas fisiologis.
4. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan pada masyarakat khususnya ibu
tentang pentingnya mengetahui asuhan pada ibu nifas fisiologis.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Masa Nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa Nifas atau puerperium
dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu atau 42 hari
setelah itu. Puerperium adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai
alat-alat kandungan kembali seperti prahamil (Sunarsih dkk, 2011).
Masa nifas atau purpurium dimulai sejak 1 jam setelah lahir plasenta sampai dengan
6 minggu (42hari) (Prawirohardjo, 2010).
KUNJUNGA
WAKTU ASUHAN
N
I 6-8 jam post Mencegah perdarahan masa nifas karena
partum atonia uteri
Mendeteksi dan merawat penyebab lain
pendarahan
Memberikan konseling pada ibu
mengenai bagaimana cara pencegahan
pendarahan
Pemberian ASI awal
Melakukan hubungan antara ibu dengan
bayi yang baru lahir
Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hypothermi
II 6 hari post Memastikan involusi uterus berjalan
partum normal, uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilikus dan tidak ada tanda-
tanda perdarahan abnormal
Menilai adanya tanda-tanda demam,
infeksi, perdarahan abnormal
Memastikan ibu mendapat cukup
makanan, cairan dan istirahat
Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit
Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali pusat
dan merawat bayi sehari-hari
III 2 minggu post Memastikan involusi uterus berjalan
partum normal, uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilikus dan tidak ada tanda-
tanda perdarahan abnormal
Menilai adaanya tanda-tanda demam,
infeksi, perdarahan abnormal
Memastikan ibu mendapat cukup
makan,cairan dan istirahat
Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit
Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali pusat
dan merawat bayi sehari-hari
IV 6 minggu post Menanyakan pada ibu tentang penyulit-
partum penyulit yang ia alami
Memberikan konseling untuk KB secara
dini, imunisasi, senam nifas, dan tanda-
tanda bahaya yang dialami oleh ibu dan
bayi.
(Sumber: Sulistyawati, 2009)
E. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
1. Perubahan Sistem Reproduksi
1) Uterus
Involusi uterus meliputi reorganisasi dan pengeluarandesidua/endometrium dan
eksfoliasi tempat perlekatan plasenta yang ditandai dengan penurunan ukuran dan
berat serta perubahan pada lokasi uterus juga ditandai dengan warna dan jumlah
lochea. Uterus, segera setelah pelahiran bayi, plasenta, dan selaput janin,
beratnyasekitar 1000 gram. Berat uterus menurun sekitar 500 gram pada akhir
minggu pertama pascapartum dan kembali pada berat yang biasanya pada saat tidak
hamil pada minggu kedelapan pascapartum (Varney, dkk. 2008).
Proses involusi uterus menurut Sukarni (2013) adalah sebagai berikut:
a) IskemiaMiometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah
pengeluaran plasenta membuat uterus relatif anemi dan menyebabkan serat otot
atrofi.
b) Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot
uterin. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat
mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali lebar dari semula
selama kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai pengerusakan secara langsung
jaringan hipertropi yang berlebihan hal ini disebabkan karena penurunan hormon
estrogen dan progesteron.
c)Efek Oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan
menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus.
Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta
mengurangi perdarahan.
Penyebab kelambatan involusi uterus menurut Holmes (2011) adalah:
a) Kandung kemih penuh
b) Rektum berisi
c) Infeksi uterus
d) Retensi hasil konsepsi
e) Fibroid
f) Hematoma ligamentum latum uteri
2) Lochea
Lochea adalah istilah untuk sekret dari uterus yang keluar melalui
vagina selama puerperium. Lochea mulai terjadi pada jam-jam pertama pascapatum,
berupa secret kental dan banyak. Berturut-turut, banyaknya lochea semakin
berkurang. Biasanya wanita mengeluarkan sedikit lochea saat berbaring dan
mengeluarkan darah lebih banyak atau mengeluarkan bekuan darah yang kecil saat
bangkit dari tempat tidur. Hal ini terjadi akibat pengumpulan darah di forniks vagina
atas saat wanita mengambil posisi rekumben. Pengumpulan darah tersebut berupa
bekuan darah, terutama pada hari-hari pertama setelah kelahiran.
(Varney, 2008)
3) Serviks
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek, kendor,terkulai dan berbentuk
seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi, sedangkan serviks tidak
berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus dan serviks uteri berbentuk cincin.
Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Segera setelah
bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukkan 2-3 jari dan setelah 1
minggu hanya 1 jari saja yang dapat masuk.Oleh karena hiperpalpasi dan retraksi
serviks, robekan serviks dapat sembuh. Namun demikian, selesai involusi, ostium
eksternum tidak sama waktu sebelum hamil. Pada umumnya ostium eksternum lebih
besar, tetap ada retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada
pinggir sampingnya.(Yanti. 2014)
4) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama
proses melahirkan bayi dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut,
kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan
vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih
menonjol.Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum
persalinan pertama. Meskipun demikian, latihan otot perineum dapat mengembalikan
tonus tersebut dan dapatmengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat
dilakukan pada akhir puerperium dengan latihan harian.(Nurjanah. 2013)
5) Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang
oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada postnatal hari ke-5, perineum
sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur
daripada keadaan sebelum melahirkan. Tipe penurunan tonus otot dan motilitas
traktus intestinal berlangsung hanya beberapa waktu setelah persalinan. Penggunaan
analgetik dan anastesi yang berlebihan dapat memperlambat pemulihan kontraksi dan
motilitas otot. (Nurjanah. 2013)
Proses penyembuhan luka episiotomi sama dengan luka operasi lain. Tanda-tanda
infeksi (nyeri, merah, panas, bengkak, atau rabas) atau tepian insisi tidak saling
mendekat bisa terjadi. Penyembuhan harus berlangsung dua sampai tiga minggu
(Bobak. 2005). Setelah meninjau penelitian mengenai teknik penjahitan luka
episiotomi Grant (1989) dengan yakin menganjurkan jahitan dengan teknik jelujur,
karena tingkat nyeri lebih tinggi pada wanita dengan jahitan terputus (simpul).
(Mander, Rosemary. 2004:227)
2. Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya, ibu mengalami konstipasi setelah persalinan. Hal ini disebabkan
karena pada waktu persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang
menyebabkan kolon menjadi kosong, kurangnya asupan cairan dan makanan, serta
kurangnya aktivitas tubuh. Supaya buang air besar kembali normal, dapat diatasi
dengan diet tinggi serat, peningkatan asupan cairan saat ambulasi awal. Bila ini tidak
berhasil dalam 2-3 hari dapat diberikan obat laksansia.
3. Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit untuk buang air
kecil dalam 24 jam pertama. Kemungkinan penyebab dari keadaan ini adalah terdapat
spasme sfinkter dan edema leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami
kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan
berlangsung. Kandung kemih dalam masa nifas menjadi kurang sensitif dan kapasitas
bertambah sehingga setiap kali kencing masih tertinggal urine residual (normal
kurang lebih 15cc) (Sulistyawati, 2009).
4. Perubahan Sistem Musculoskeletal
Adaptasi muskuloskeletal ini mencakup: peningkatan berat badan, bergesernya
pusat akibat pembesaran rahim, relaksasi dan mobilitas. Namun demikian, pada saat
post partum sistem muskuloskeletal akan berangsur-angsur pulih kembali. Ambulasi
dini dilakukan segera setelah melahirkan, untuk membantu mencegah kompllikasi
dan mempercepat involusi uteri (Rukiyah dkk, 2011).
5. Perubahan Sistem Endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem
endokrin. Hormon-hormon yang berperan pada proses tersebut, antara lain:
a. Hormon oksitosin
Disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Hormon oksitosin berperan
dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi sehinga mencegah
pendarahan.
b. Hormon prolactin
Menurunkan kadar ekstrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar pituitari
bagian belakang untuk mengeluarkanprolaktin, hormon ini berperan dalam
pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu.
c. Hormon estrogen dan progesterone
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun mekanismenya secara
penuh belum dimengerti (Saleha, 2009).
6. Perubahan Tanda-Tanda Vital
Pada masa nifas, tanda-tanda vital yang harus dikaji antara lain :
a. Suhu badan
24 jam post partum suhu badan akan naik sedikit (37,5 0C-380C). Sebagai
akibat kerja keras saat melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan, apabila
keadaan normal suhu badan akan biasa lagi. Pada hari ketiga suhu badan akan
naik lagi karena ada pembentukan ASI, buah dada akan menjadi bengkak,
berwarna merah karena banyaknya ASI bila suhu tidak turun kemungkinan
adanya infeksi pada endometrium, mastitis, dan lain-lain.
b. Nadi
Denyut nadi orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan biasanya
denyut nadi itu akan lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 adalah
abnormal dan hal ini mungkin disebabkan oleh infeksi atau perdarahan post
partum yang tertunda.
c. Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan akan rendah
setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada post
partum dapat menandakan terjadinya pre-eklamsi post partum.
d. Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut
nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak normal pernafasan juga akan mengikuti
kecuali ada gangguan khusus pada saluran pernafasan (Sunarsih dkk, 2011).
b. Vaginitis
Infeksi pagina bias terjadi secara langsung pada luka pagina atau melalui
perineum. Permukaan mukosa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus, serta
getah mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus. Penyebaran dapat terjadi,
tetapi pada umumnya infeksi tinggal terbatas.
c. Servisitis
Infeksi servik sering juga terjadi, tetapi biasanya tidak menimbulkan banyak
gejala. Luka servik yang dalam dan meluas dapat langsung kedasar ligamentum
latum sehingga menyebabkan infeksi menjalar keparametrium.
Gejala klinis yang dirasakan pada servisitis adalah:
Nyeri dan rasa panas pada daerah infeksi
Kadang perih bila BAK
Demam dengan suhu badan 39-40
2. Tromboflebilitis
Penyebaran infeksi melalui vena sering terjadi dan merupakan penyebab
terpenting dari kematian karna infeksi purpuralis. Radang vena golongan 1 disebut
tromboflebitis pelvis dan infeksi vena-vena golongan 2 disebut tromboflebitis
femoralis.
a. Tromboflebitis pelvis. Tromboflebitis pelvis yang sering meradang adalah vena
ovarika karena mengalirkan darah dan luka bekas plasenta di daerah fundus uteri.
b. Tromboflebitis femoralis. Tromboflebitis femolis rdapat menjadi Tromboflebitis
vena safena magna atau peradangan vena femoralis sendiri, penjalaran
tromboflebitis vena uterin, dan akibat parametritis.
c. Peritonitis. Infeksi puerpuralis melalui saluran getah bening dapat menjalar ke
peritonium hinga terjadi peritonitis atau ke parametrium menyebabkan
parametritis.
d. Parametris dapat terjadi dengan 3 cara tersebut
melalui robekan servik yang dalam.
penjalaran endometritis atau luka servik yang terinfeksi melalui saluran getah
bening.
sebagai lanjutan tromboflebitis pelvis.
3. Perdarahan dalam masa nifas
Penyebab dari pendarahan masa nifas adalah sebagai berikut.
a. Sisa plasenta dan polip plasenta
b. Endometritis purpuralis
c. Sebab-sebab pungsional
d. Perdarah luka
4. Infeksi saluran kemih
Kejadian infeksi saluran kemih pada masa nifas relative tinggi dan hal ini
dihubungkan dengan hipotoni kandung kemih akibat trauma kandung kemih waktu
persalinan, pemeriksaan dalam yang terlalu sering, kontaminasi kuman dari perineum
atau kateterisasi yang sering.
5. Putting susu lecet
kesalahan dalam teknik menyusui, bayi tidak menyusui sampai aerola tertutup oleh
mulut bayi.
monoliasis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu.
akibat dari pemakaian sabun, alcohol, krim, atau zat iritan lainnya untuk mencuci
puting susu.
pada bayi lidah yang pendek sehingga menyebabkan bayi sulit menghisap.
rasa nyeri dapat timbul apabila ibu menghentikan menyusui dengan kurang hati-
hati
6. Payudara bengkak
Pembengkakan payudara terjadi karena ASI tidak disusui dengan adekuat,
sehingga sisa ASI terkumpul pada sistem duktus yang mengakibatkan terjadinya
pembengkakan. Payudara bengkak ini sering terjadi pada hari ketiga atau keempat
sesudah melahirkan. Statis pada pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan
meningkanya tekanan intrakaudal, yang akan mempengaruhi segmen pada
payudaranya, sehingga takanan pada payudara meningkat. Akibatnya, payudara sering
terasa penuh, tegang serta nyeri. Kemudian diikuti oleh penurunan produksi ASI dan
penurunan let down. Penggunaan Bra yang ketat juga bisa menyebabkan segmental
engorgement, demikian pula puting yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan
pada duktus (Saleha, 2009).
7. Saluran susu tersumbat
Pada wanita yang kurus, gejalanya terlihat dengan jelas dan lunak pada perabaan.
Payudara pada daerah yang mengalami penyumbatan terasa nyeri dan bengkak
yang terlokalisir
8. Bendungan ASI
Bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena
peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa
nyeri disertai kenaikan suhu badan (Prawirohajo, 2009)
9. Mastitis
Mastitis adalah radang pada payudara
Bengkak, nyeri pada seluruh payudara/nyeri local.
Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya local.
Payudara keras dan berbenjol-benjol.
Panas badan dan rasa sakit umum.
10. Abses payudara
Harus dibedakan antara mastitis dan abses. Abses payudara merupakan
kelanjutan/komplikasi dari mastitis. Hal ini disebabkan karena meluanya peradangan
dalam payudara tersebut.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
Tanggal : 14 November 2022
Waktu : 20.00 WIB
Tempat : Puskesmas Penawangan I
B. IDENTITAS PASIEN
Biodata
1. Nama ibu : Ny.Y 1. Nama suami : Tn. D
2. Umur : 26 tahun 2. Umur : 26tahun
3. Suku bangsa : Jawa 3. Suku bangsa : Jawa
4. Agama : Islam 4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SMA 5. Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : Karyawan 6. Pekerjaan : Petani
7. Alamat : Ngeluk 4/2 7. Alamat: : Ngeluk 4/2
C. DATA SUBYEKTIF
1. ALASAN DATANG:
Ibu masih dalam masa observasi 6 jam post partun
2. KELUHAN UTAMA:
Ibu mengatakan asinya belum keluar
Uraian Keluhan Utama
Ibu mengatakan baru saja melahirkan anak pertamanya 6 jam yang lalu pada tanggal
14 november 2022 ,ibu mengeluh dan khawatir tidak bisa memberikan asi eksklusif
pada bayinya.
3 .RIWAYAT OBSTETRI:
a. Riwayat Haid:
Menarche : 14 tahun
Nyeri Haid : Pada hari 1-2 menstruasi
Siklus : 28 hari, teratur
Lama : 7 hari
Leukorhea : tidak ada
Banyaknya : 3x ganti pembalut
a. Riwayat Persalinan dan Nifas yang lalu
Persalinan Nifas
Kead anak
Tahun Asi
UK Jenis Penolong JK/ BB Penyulit IMD Penyulit sekarang
eksklusif
Lama
Jenis KB Keluhan Alasan Berhenti
Penggunaan
D. ANALISA
Ny.” Y “ umur 26 tahun P1 A0 6 jam postpartum dengan keluhan ASI belum keluar.
4) Memberikan motivasi (Breastfeeding self efficacy ) serta dukungan kepada ibu dan
keluarga untuk percaya diri bahwa ibu akan bisa untuk menyusui tanpa pemberian
susu tambahan. Faktor yang dapat mendukung tindakan menyusui efektif antara lain
keyakinan diri bahwa mampu untuk menyusui secara efektif. Self efficacy merupakan
rasa percaya diri yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu hal yang belum
dilakukan yang dapat meningkatkan motivasi. Breastfeeding self efficacy merupakan
rasa percaya diri yang dimiliki oleh ibu dalam hal menyusui yang dapat menjadi
predictor apakah ibu akan memutuskan untuk menyusui, sebesar apa upaya yang
akan dilakukan untuk menyusui, apakah mempunyai pola pikir membangun atau
merusak dan bagaimana cara merespons berbagai masalah dan kesulitan selama
menyusui.
Hasil : Ibu mengerti penjelasan yang diberikan dan berjanji akan berusaha
semaksimal mungkin dalam memberikan ASI kepada bayinya
5) KIE kepada ibu dan keluarga tentang nutrisi dan memenuhi kebutuhan makan yang
mengandung protein tinggi seperti telur,daging,ikan ,makanan yang mengandung zat
besi seperti sayuran berwarna hijau ,minum air putih minimal 3 liter perhari selain itu
ada salah satu cara untuk memperlancar produksi ASI yaitu dengan mengkonsumsi
sari kacang hijau, karena di dalamnya terkandung berbagai komposisi gizi,
diantaranya protein, zat besi dan vitamin B1.
Hasil : Ibu mengerti dan memahami penjelasan tentang pentingnya pemenuhan nutrisi
ibu nifas.
6) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on demand ,sesering mungkin
untuk merangsang ASI untuk keluar .Selama kurang lebih 30 menit Menganjurkan
ibu untuk membangunkan bayinya pada saat waktunya menyusui.
Hasil : Ibu mengerti penjelasan yang diberikan mengenai teknik menyusui yang
benar.
7) Menganjurkan ibu untuk melakukan personal hygiene /kebersihan
diri,menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan alat genetal yaitu dengan cara
menggunakan air dingin,dibersihkan dari atas (vulva) ke bawah (anus) ,pembalut
diganti setiap kali sudah merasa tidak nyaman
Hasil : Ibu paham dan mengerti penjelasanyang diberikan mengenai personal
hygiene.
Mengetahui,
Pembimbing Institusi
PEMBAHASAN
Pada tahap tinjauan kasus pada Asuhan Kebidanan ibu nifas fisiologis pada
Ny.”Y “ umur 26 tahun P1A0 6 jam postpartum di puskesmas penawangan I sudah
terlaksana dengan baik sesuai dengan tinjauan teori dan tidak ada hambatan dalam
memberikan asuhan pada ibu nifas tersebut
Berdasarkan data subyektif yang diperolah penulis bahwa ibu mengalami
masalah yaitu pengeluaran ASI yang tidak keluar serta ketidak percayaan ibu
tentang kemampuan memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. United Nations
Childrens Fund (UNICEF) menyatakan bahwa sebanyak 30.000 kematian bayi di
Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia pada tiap tahunnya, bisa dicegah
melalui pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan sejak tanggal
kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan kepada
bayi. Bayi yang diberi susu formula, memiliki kemungkinan atau peluang untuk
meninggal dunia pada bulan pertama kelahirannya 25 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan bayi yang disusui oleh ibunya secara eksklusif.
Hasil pemeriksaan objektif didapatkan keadaan umum ibu adalah baik,
kesadaran umum composmentis,tekanan darah ibu mencapai 120/80 mmHg,
respirasi 22x/m, nadi 84x/m, temperatur 36,4 0 C, untuk pemeriksaan obstetri
didapatkan : TFU : 3 jari dibawah pusat, Kontraksi uterus keras, Pada perineum
terdapat luka perineum sedangkan PPV terdapat pengeluaran lochea rubra.
Faktor ibu yang menjadi masalah dalam pemberian ASI adalah produksi
ASI yang sedikit, terutama pada hari-hari pertama kelahiran bayi. Hal ini
dikarenakan masih adanya sedikit hormon progesteron, esterogen, Human Placental
Lactogen (HPL) dan Prolactin Inhibiting Factor (PIF) didalam tubuh ibu, sehingga
Produksi ASI masih terhambat terlebih pada hari 2-3 setelah melahirkan (Pollard,
2016).
Masalah utama dalam kasus Ny.Y adalah kekhawatiran ibu mengenai ASI
yang belum keluar ,sehingga penulis memberikan pendidikan kesehatan ASI yang
belum keluar selama 6 jam post partum adalah hal yang normal. Menurut teori
(KEMENKES RI, 2010; Peraturan Nomor 33 tahun 2012) ASI diberikan pada bayi
sejak lahir sampai umur 6 bulan tanpa menambahkan makanan tambahan lain kecuali
obat dan vitamin. Bidan memberikan susu formula dengan alasan ASI ibu belum
keluar dan seharusnya itu tidak dilakukan karena bayi mampu bertahan selama 3 hari
tanpa ASI.
Pentingnya memberikan motivasi (Breastfeeding self efficacy ) serta dukungan
kepada ibu dan keluarga untuk percaya diri bahwa ibu akan bisa untuk menyusui
tanpa pemberian susu tambahan. Menurut Mamangkey, (2018)Dibandingkan dengan
ibu yang tidak pernah mendapat informasi atau dukungan, ibu yang mendapat
dukungan informasi berupa informasi tentangpentingnya pemberian ASI
eksklusif dalam waktu 6 bulan, seperti penyuluhan dan pendidikan dari
keluarga dan petugas kesehatan, akan terdorong untuk memberikan ASI
eksklusif. Adanya keluarga menjadikan peran keluarga sangat penting bagi
keberhasilan menyusui ASI eksklusif. Alat dukungan dari tenaga kesehatan atau
keluarga terutama orang tua atau ibu mertua meliputi memasak makanan bergizi yang
membantu menyusui, mengajari ibu cara menyusui yang benar, dan mengajari ibu
cara merawat payudara yang benar. Ibu juga akan menanyakan masalah apa yang
mereka hadapi selama menyusui, dan mendapatkan saran dari anggota keluarga atau
petugas kesehatan untuk memberikan ASI kepada bayinya, yang merupakan
dukungan evaluasi Dukungan atau support dari orang lain atau orang terdekat,
sangatlah berperan dalam sukses tidaknya menyusui. Dukungan suami dan
anggota keluarga sangat berpengaruh, seorang ibu yang tidak mendapat dukungan
dari suami, ibu, atau saudara perempuannya, atau bahkan diancam, akan terpengaruh
dan beralih ke susu formula(Mamangkey,2018)
Selain itu diberikan pendidikan kesehatan tentang personal hygiene dan menjaga
kebersihan alat genetalia dengan cara menggunakan air dingin,dibersihkan dari atas
(vulva) ke bawah (anus) ,pembealut diganti setiap kali sudah merasa tidak nyaman.
Dalam hal pencegahan infeksi, terdapat beberapa jenis bakteri yang bisa
menyebabkan infeksi pasca persalinan, dan infeksi postpartum masih menjadi
penyebab utama kesakitan dan kematian ibu. Infeksi genital merupakan
komplikasi selama masa nifas. Infeksi yang menyebar ke saluran kemih,
payudara, dan pasca operasi merupakan salah satu penyebab tingginya AKI.
Gejala umum infeksi termasuk demam dan denyut nadi cepat. Gejala lokal
mungkin termasuk kelemahan rahim atau kegagalan rahim untuk berkontraksi
dengan baik, kemerahan dan nyeri pada payudara (Widyastuti, 2016)
Selain itu pemberian sari kacang hijau juga digunakan sebagai salah satu cara
untuk memperlancar produksi ASI pada ibu nifas . Kacang hijau (vigna radiate)
merupakan tanaman yang dapat tumbuh hampir disemua tempat di Indonesia. Sari
kacang hijau mengandung Vitamin B1 (thiamin) yang berfungsi untuk mengubah
karbohidrat menjadi energi, memperkuat sistem saraf dan bertanggung jawab untuk
produksi ASI, dimana thiamin akan merangsang kerja neurotransmiter yang akan
menyampaikan pesan ke hipofisis posterior untuk mensekresi hormone oksitosin
sehingga hormon ini dapat memacu kontraksi otot polos mammae yang ada di dinding
alveolus dan dinding saluran sehingga ASI di pompa keluar, pembentukan ASI serta
pengeluran ASI lancar (Reni, 2014)
Pemberian edukasi kembali tentang ASI eksklusif pada ibu post partum sesegera
mungkin sudah didasari dengan evidence based penelitian yang banyak. Dari analisa
situasi lapangan yang dilakukan tim pengabdian masyarakat ini didapatkan hampir
lebih 50 % ASI busui tidak keluar dengan lancar mulai dari 2 jam post-partum,
pengetahuan busui dan keluarga tentang ASI eksklusif masih kurang, sedangkan teori
mengatakan pengetahuan akan mempengaruhi sikap
dan perilaku (Notoatdmodjo, 2010)
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat mengambil suatu kesimpulan dari studi kasus yang berjudul Asuhan
Kebidanan Ibu Nifas Fisiologis Kunjungan I Pada Ny.Y Umur 26 Tahun P1A0 6 jam Post
Partum di Puskesmas Penawangan I Kabupaten Grobogan, yaitu:
1. Pengkajian data terhadap Ny.Y Umur 26 Tahun P1A0 6 jam Post Partum di
Puskesmas Penawangan I Kabupaten Grobogan diperoleh data subyektif ibu
mengatakan selama kehamilan tidak mengidap suatu penyakit, dan pola kebiasaan
yang dilakukan dalam batas normal. Sedangkan pada data obyektif didapatkan
hasil pemeriksaan fisik keadaan umum baik, tekanan darah: 110/70 mmHg, nadi:
80x/menit, suhu: 36,40C, RR: 22x/menit, kontraksi uterus: keras, TFU: 3 jari
dibawah pusat.
2. Pelaksanaan yang diberikan pada Ny.Y yaitu memberitahu ibu keadaannya dan
hasil pemeriksaan, memberikan Pendidikan kesehatan yaitu menyusui bayinya
dengan ASI eksklusif, Teknik menyusui yang benar, dan menjaga kebersihan
alat genital, tanda bahaya ibu nifas dan memakan makanan dengan nutrisi
seimbang dan bergizi, serta tidak ada pantangan makan bagi ibu nifas.
3. Pelaksanaan tindakan pada Ny.Y dilakukan sesuai dengan rencana tindakan
yang telah dibuat. Pada kasus Ny.Y tidak ditemukan adanya perbedaan antara
teori dan kasus yang ada di lahan praktek.
B. Saran
1. Bagi bidan dan mahasiswa diharapkan dapat terus meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan yang diterapkan dalam asuhan yang diberikan.
2. Diharapkan adanya saling percaya antara bidan dengan klien ataupun keluarga
klien.
3. Diharapkan kepada klien untuk melakukan arahan dan yang diberikan bidan.
DAFTAR PUSTAKA