Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN AKHIR

PRAKTIK KEBIDANAN HOLISTIK PRAKONSEPSI DAN


PERENCANAAN KEHAMILAN YANG SEHAT PADA
NY. RA UMUR 29 TAHUN PASANGAN USIA SUBUR
DENGAN PERENCANAAN KEHAMILAN
DI PUSKESMAS BULELENG

OLEH :

KADEK YULI ASTINI


P07124322045

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
PRODI PROFESI KEBIDANAN
JURUSAN KEBIDANAN
2022
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN AKHIR

PRAKTIK KEBIDANAN HOLISTIK PRAKONSEPSI DAN


PERENCANAAN KEHAMILAN YANG SEHAT PADA
NY. RA UMUR 29 TAHUN PASANGAN USIA SUBUR
DENGAN PERENCANAAN KEHAMILAN
DI PUSKESMAS BULELENG I

TELAH MENDAPAT PERSETUJUAN

  Pembimbing Institusi                                       Pembimbing Lapangan

   Gusti Ayu Marhaeni, SKM., M.Biomed            Ariestine Wiryadi, SST.Keb


       Nip196512311986032008                                  Nip 19780324 2006042019

MENGETAHUI
 KETUA PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN
POLTEKKES KEMENKES DENPASAR

Ni Wayan Armini SST M Keb


Nip 198101302002122001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan “Laporan Akhir
Praktik Kebidanan Fisiologis Holistik Prakonsepsi dan Perencanaan Kehamilan
Yang Sehat Pada Ny. RA Umur 29 Tahun PUS Sehat Di Puskesmas Buleleng I”
dengan baik. Dalam penyusunan laporan ini tidak lupa penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran
pembuatan laporan ini, yakni yang terhormat:
1. Dr. Ni Nyoman Budiani, S. Si.T., M.Biomed selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Denpasar
2. Ni Wayan Armini, SST., M.Keb selaku Ketua Prodi Profesi Bidan Poltekkes
Kemenkes Denpasar
3. Gusti Ayu Marhaeni, SKM.,M.Biomed selaku pembimbing Institusi dalam PK
Fisiologis Holistik Prakonsepsi dan Perencanaan Kehamilan Yang sehat
4. Ariestine Wiryadi, SST.Keb sebagai pembimbing lapangan dalam penyusunan
laporan akhir PK Fisiologis Holistik Prakonsepsi dan Perencanaan Kehamilan
Yang Sehat.
5. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu, yang telah
membantu dalam penyusunan laporan akhir ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih memiliki berbagai
kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca demi perbaikan dan kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan
ini bermanfaat bagi semua pihak.

Singaraja, Agustus 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

COVER……………………………………………………………………………i
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................................
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................................
B. Tujuan Praktik................................................................................................................
C. Waktu dan Tempat.........................................................................................................
D. Manfaat Penulisan..........................................................................................................
BAB II KAJIAN TEORI
A. Perencanaan Kehamilan.................................................................................................
B. Faktor Yang Mempengaruhi Perencanaan Kehamilan..................................................
C. Program Asuhan Prakonsepsi........................................................................................
D. Gizi Prakonsepsi............................................................................................................
BAB III TINJAUAN KASUS.............................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................................
BAB V PENUTUP
A. Simpulan.......................................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri dengan usia istri
berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun atau usia istri berumur kurang dari 15
tahun dan sudah haid atau usia istri berumur lebih dari 50 tahun tetapi masih haid
(BKKBN, 2013). Pada pasangan suami istri usia subur yang baru menikah atau
ingin mendapatkan anak lagi, kehamilan merupakan saat-saat yang paling
ditunggu. Hal itu juga merupakan saat yang menegangkan ketika sebuah
kehidupan baru bertumbuh dan berkembang di dalam rahim (Sunarsih, 2011).
Kesehatan yang baik adalah salah satu faktor yang paling penting dalam
kehamilan. Kesehatan prakonsepsi adalah cara untuk meningkatkan hasil
kehamilan yang positif dengan mendorong perempuan untuk terlibat dalam gaya
hidup yang sehat sebelum mereka hamil (Williams & Wilkins, 2012). Keadaan
yang kurang mendukung kondisi-kondisi prakonsepsi akan berdampak kurang
baik pula terhadap pembentukan terjadinya proses konsepsi.
Perawatan prakonsepsi yang dimulai sebelum kehamilan dapat menjadi
strategi efektif untuk mengurangi gangguan bawaan dan meningkatkan kesehatan
wanita usia subur (Shanon et al, 2013). Pada wanita yang menerima perawatan
prakonsepsi lebih cenderung mengadopsi perilaku sehat, sehingga memiliki hasil
kehamilan yang baik (Dean et al, 2013).
Perawatan prakonsepsi tidak hanya untuk wanita, tetapi juga untuk pria.
Perawatan prakonsepsi untuk pria juga penting yaitu untuk meningkatkan hasil
kehamilan yang sehat (Regina VT, 2011). Masalah umum dalam perawatan
prakonsepsi yaitu keluarga berencana, mencapai berat badan yang sehat, skrining
dan pengobatan untuk penyakit menular, memperbarui imunisasi yang tepat,
meninjau obat untuk efek teratogenik, konsumsi suplemen asam folat untuk
mengurangi risiko cacat tabung saraf bagi wanita yang ingin hamil, dan
pengendalian penyakit kronis sangat penting untuk mengoptimalkan hasil
kehamilan (Farahi dan Zolotor, 2013).

1
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa peristiwa-peristiwa yang terjadi di
dalam uterus, bahkan sebelum seorang wanita mengetahui dirinya sedang hamil,
mungkin memiliki dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan janin dan hasil
kehamilan (Saravelos dan Regan, 2011). Selain hal tersebut, dalam penelitian lain
menunjukkan bahwa dasar dari hasil kehamilan yang merugikan sering
disebabkan karena masa awal kehamilan selama organogenesis. Oleh karena itu,
penting untuk mengambil tindakan pencegahan sedini mungkin sebelum hamil
(Elsinga et al, 2008).
Selama ini, banyak orang yang kurang memahami pentingnya kondisi-
kondisi pada masa-masa sebelum terjadinya proses konsepsi, sehingga para calon
bapak dan ibu hanya berkonsentrasi pada persiapan proses kehamilan dan
persalinan saja. Hal ini dapat dimengerti karena pengetahuan yang kurang tentang
kondisi-kondisi prakonsepsi disebabkan tidak adanya penyuluhan-penyuluhan
terhadap mereka.
Pengetahuan, kesadaran, dan keyakinan tentang perawatan prakonsepsi
tidak mendorong wanita untuk datang pada pada praktik kesehatan prakonsepsi.
Wanita prakonsepsi muda dan wanita yang sudah mempunyai anak kurang terlibat
dalam perilaku kesehatan prakonsepsi. Oleh karena itu, diperlukan mendidik
perempuan prakonsepsi muda tentang pentingnya dan manfaat dari berlatih
perawatan prakonsepsi (Delissaint dan McKyer, 2011).
Dalam kajian asuhan kebidanan, kesehatan pranikah merupakan bagian
dari asuhan prakonsepsi. Asuhan prakonsepsi memiliki banyak keuntungan dan
variasi, diantaranya memungkinkan identifikasi penyakit medis, pengkajian
kesiapan psikologis, keuangan dan pencapaian tujuan hidup (Varney dalam
Kriebs&Gegor, 2012). Penelitian Dean et al. (2013), mengemukakan bahwa
topik-topik penting yang disarankan dalam perawatan prakonsepsi meliputi
pendidikan kesehatan paada wanita dan pasangannya (health promotion),
identifikasi faktor risiko (risk assessment) dan asuhan sesuai dengan faktor risiko
(interventions) pada wanita dan pasangannya untuk mengurangi faktor risiko yang
dapat mempengaruhi kehamilannya pada masa yang akan datang.

2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penyusun laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas akhir dari kegiatan
praktik untuk Praktik Klinik Asuhan Kebidanan Holistik Prakonsepsi dan
Perencanaan Kehamilan Yang Sehat yang dilakukan di Puskesmas Buleleng I
serta mampu melakukan asuhan kebidanan pada sasaran remaja dan pranikah
secara mandiri, secara profesional dan berkualitas dengan memperhatikan aspek
budaya lokal.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian dan mengumpulkan data secara lengkap,
jelas dan akurat pada pasangan usia subur.
b. Mampu mengkaji data subjektif pada pasangan usia subur.
c. Mampu mengkaji data objektif pada pasangan usia subur.
d. Mampu mendiagnosa masalah yang bisa terjadi pada pasangan usia subur.
e. Mampu memberikan penatalaksaan yang sesuai dengan wewenang bidan dan
kebutuhan pada pasangan usia subur.

C. Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus


Waktu pengambilan kasus pada tanggal 20 Agustus 2022 bertempat di
Puskesmas Buleleng I.

D. Manfaat Penulisan Laporan


1. Manfaat Teoritis
Laporan ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan atau
masukan untuk menambah wawasan tentang gambaran tingkat pengetahuan
pasangan pengantin tentang perawatan prakonsepsi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Calon Pengantin
Hasil laporan diharapkan dapat menambah wawasan tentang perawatan
prakonsepsi pada pasangan pengantin sehingga mempermudah mencapai tingkat
kesehatan yang optimal dan memiliki bayi yang sehat.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Perencanaan Kehamilan
Perencanaan kehamilan merupakan perencanaan berkeluarga yang optimal
melalui perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan merupakan salah
satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka kematian maternal. Menjaga
jarak kehamilan tidak hanya menyelamatkan ibu dan bayi dari sisi kesehatan,
namun juga memperbaiki kualitas hubungan psikologi keluarga (Mirza, 2008).
Perencanaan kehamilan merupakan hal yang penting untuk dilakukan setiap
pasangan suami istri. Baik itu secara psikologi atau mental, fisik dan finansial
adalah hal yang tidak boleh diabaikan (Kurniasih, 2010).
Merencanakan kehamilan merupakan perencanaan kehamilan untuk
mempersiapkan kehamilan guna mendukung terciptanya kehamilan yang sehat
dan menghasilkan keturunan yang berkualitas yang diinginkan oleh keluarga
(Nurul, 2013).

B. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan Kehamilan


Menurut Mirza (2008) ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam
merencanakan kehamilan, antara lain:
1. Kesiapan aspek psikologis
Apabila memutuskan untuk hamil, sebaiknya mulai menjalani konseling
prahamil. Konseling ini merupakan berisi saran dan anjuran, seperti dengan cara
melakukan pemeriksaan fisik (pemeriksaan umum dan kandungan) dan
laboratorium. Sebab, tujuan dari konseling prahamil ini akan mempersiapkan
calon ibu beserta calon ayah dan untuk menyiapkan kehamilan yang sehat
sehingga bisa menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Dengan begitu, bisa
segera dideteksi bila ada penyakit yang diturnkan secara genetis, misalnya:
diabetes militus, hipertensi, dan sebagainya. Konseling prahamil dilakukan untuk
mencegah cacat bawaan akibat kekurangan zat gizi tertentu atau terpapar zat
berbahaya.

4
2. Kesiapan fisik
Pengaruh fisik juga sangat mempengaruhi proses kehamilan. Tanpa ada
fisik yang bagus, kehamilan kemungkinan tidak akan terwujud dan bahkan kalau
kehamilan itu terwujud, kemungkinan fisik yang tidak prima akan memengaruhi
janin. Oleh karena itu ada beberapa hal yang harus dilakukan, antara lain:
a. Mulai menata pola hidup
Selain kondisi tubuh, gaya hidup dan lingkungan juga memengaruhi
keprimaan fisik. Akan lebih baik lagi, bila persiapan fisik ini dilakukan secara
optimal kira-kira 6 bulan menjelang konsepsi.
b. Mencapai berat badan ideal
Berat badan sangat besar pengaruhnya pada kesuburan. Karena berat
badan kurang atau berlebihan, keseimbangan homon dalam tubuh akan ikut-ikutan
terganggu. Akibatnya siklus ovulasi terganggu. Berat badan yang jauh dari ideal
juga memicu terjadinya berbagai gangguan kesehatan.
c. Menjaga pola makan
Disiplin membenahi pola makan bukannya tanpa alasan. Karena, zat-zat
gizi akan mengoptimalkan fungsi organ reproduksi, mempertahankan kondisi
kesehatan selama hamil, serta mempersiapkan cadangan energy bagi tumbuh
kembang janin. Caranya sebagai berikut:
1) Mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang. Masukkan karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, mineral, dan air dalam menu makanan sehari-hari
secara bervariasi dan dalam jumlah yang pas, sesuai kebutuhan.
2) Hindari zat pengawet atau atau tambahan pada makanan, karena dapat
menyebabkan kecacatan pada janin dan alergi.
3) Perbanyak makan-makanan yang segar dan tidak terlalu lama diolah, sehingga
kandungan zat-zat gizinya tidak hilang.
d. Olahraga secara teratur
Olahraga memang berkhasiat untuk melancarkan aliran darah. Peredaran
nutrisi dan pasokan oksigen ke seluruh organ tubuhpun jadi efisien, sebab benar-
benar bebas hambatan. Jadi, kondisi seperti ini dibutuhkan untuk pembentukan
sperma dan sel telur yang baik. Berolahraga secara rutin bisa pula memperbaiki

5
mood karena meningkatnya produksi hormon endoprin. Tubuh juga jadi sehat dan
bugar. Kalau ini yang terjadi, proses kehamilan, persalinan, serta kembalinya
bentuk tubuh ke keadaan semula jadi lebih mudah. Yang cocok dilakukan yaitu,
olahraga joging, jalan kaki, berenang, bersepeda dan senam.
e. Menghilangkan kebiasaan buruk
Kebiasaan buruk seperti merokok, minum minuman beralkohol, serta
mengkonsumsi kafein (kopi, minuman bersoda), sebaiknya dihentikan saja.
Sebab, zat yang terkandung didalamnya bisa memengaruhi kesuburan. Akibatnya,
peluang terjadinya pembuahan makin kecil.
Sering stress juga bukan kebiasaan yang baik. Apalagi, kalau sibuk kerja dan lupa
istirahat.
f. Bebas dari penyakit
Bila mengidap penyakit tertentu, seperti cacar, herpes, campak jerman,
atau penyakit berbahaya lain, sebaiknya periksakan diri ke dokter. Sebab, penyakit
tersebut bisa membahayakan diri dan janin.
g. Stop pakai kontrasepsi
Apabila memutuskan untuk hamil, hentikan penggunaan kotrasepsi. Apabila
belum berkeinginan untuk hamil maka harus memakai kontrasepsi. Misalnya, pil,
obat suntik, serta susuk KB mengandung hormone yang brtugas terjadinya
ovulasi.
h. Meminimalkan bahaya lingkungan
Lingkungan, termasuk lingkungan kerja, bisa juga berdampak buruk
sebelum hamil. Misalnya, gangguan hormonal atau gagguan pada pembentukan
sel telur. Lingkungan yang sarat mikroorganisme (jamur, bakteri, dan virus),
bahan kimia beracun (timah hitam dan pestisida), radiasi (sinar X, sinar
ultraviolet, monitor komputer, dan lainnya), dan banyak lagi.
3. Kesiapan Finansial
Persiapan finansial bagi ibu yang akan merencanakan kehamilan
merupakan suatu kebutuhan yang mutlak yang harus disiapkan, dimana kesiapan
finansial atau yang berkaitan dengan penghasilan atau keuangan yang dimiliki
untuk mencukupi kebutuhan selama kehamilan berlangsung sampai persalinan
(Kurniasih, 2010).

6
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan kesiapan finansial, diantaranya:
a. Sumber keuangan
Memiliki anak memang tidak murah. Makanya, perlu merancang
keuangan keluarga sejak jauh-jauh hari. Disadari atau tidak, anak ternyata
membutuhkan alokasi dana yang cukup besar.
b. Dana yang wajib ada
Inilah beberapa dana yang wajib disiapkan sebagai calon orang tua, yaitu:
1) Saat hamil
Yaitu biaya memeriksakan kehamilan, pemeriksaan penunjang
(laboratorium, USG, dan sebagainya), serta mengatasi penyakit (bila ada).
2) Saat bersalin
Meliputi biaya melahirkan (secara normal atau operasi caesar),
“menginap” di rumah sakit pilihan, obat-obatan, serta biaya penolong persalinan.
3) Setelah bayi lahir
Prioritas keuangan keluarga jadi berubah dan perlu memperhitungkan
masa depan anak.
4. Persiapan Pengetahuan
Dalam merencanakan kehamilan yang sehat dan aman, maka setiap
pasangan suami istri harus mengetahui hal-hal yang berpengaruh dalam
perencanaan kehamilan atau dalam kehamilan. Diantaranya:
a. Masa subur
Masa subur adalah masa dimana tersedia sel telur yang siap untuk dibuahi.
Masa subur berkaitan erat dengan menstruasi dan siklus menstruasi. Adanya
hasrat antara suami dan istri adalah sesuatu yang wajar, penyaluran hasrat tersebut
akan memulai hasil yang baik jika pertemuan antara suami dan istri diatur
waktunya.
b. Kecenderungan memilih jenis kelamin anak
Setiap pasangan yang menikah pastilah mendambakan anak di tengah
kehidupan keluarganya. Bagi yang telah mempunyai anak berjenis kelamin
tertentu, pastilah menginginkan anak dengan jenis kelamin yang belum mereka
miliki, sehingga lengkap yaitu laki-laki dan perempuan (Nurul, 2013).
5. Kesiapan aspek usia

7
Pada usia dibawah 20 tahun merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi perencanaan kehamilan, karena pada usia dibawah 20 tahun
apabila terjadi kehamilan maka akan beresiko mengalami tekanan darah tinggi,
kejang-kejang, perdarahan bahkan kematian pada ibu atau bayinya, dan beresiko
terkena kanker serviks.

C. Program Asuhan Prakonsepsi


Dalam Permenkes RI No. 97 Tahun 2014, program asuhan prakonsepsi
terdiri atas:
1. Pemeriksaan fisik, meliputi: penimbangan berat badan, pengukuran tinggi
badan, pengukuran lingkar lengan atas, dan pemeriksaan tanda-tanda vital.
2. Pemeriksaan laboratorium, meliputi: kadar hemoglobin, HBSAg, HIV, tes
kehamilan, dan golongan darah (jika belum diketahui).
3. Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid.
4. Pemberian suplementasi gizi (Fe) bila diperlukan.
5. Pemberian Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) pranikah, meliputi:
kesehatan reproduksi dan pendekatan siklus hidup, hak reproduksi, dan
persiapan yang perlu dilakukan dalam persiapan pranikah.

D. Gizi Prakonsepsi
1. Pengertian Gizi Prakonsepsi
Masa prakonsepsi merupakan periode kritis dalam mencapai hidup yang
sehat, terutama bagi pasangan yang akan membangun rumah tangga. Prakonsepsi
terdiri atas dua kata, yaitu pra dan konsepsi. Pra berarti sebelum dan konsepsi
berarti pertemuan sel ovum dan sel sperma sehingga terjadi pembuahan. Secara
harfiah prakonsepsi adalah periode sebelum terjadinya pembuahan yaitu
pertemuan sel sperma dengan ovum. Periode prakonsepsi memiliki rentang waktu
dari tiga bulan hingga satu tahun sebelum konsepsi, tetapi idealnya harus
mencakup waktu saat ovum dan sperma matur, yaitu 100 hari sebelum konsepsi.
Status gizi dalam kurun waktu tiga sampai enam bulan pada masa
prakonsepsi merupakan penentu bagi kondisi bayi yang akan dilahirkan. Wanita
prakonsepsi diasumsikan sebagai wanita dewasa atau wanita usia subur (WUS)

8
yang sudah siap menjadi seorang ibu. Pada masa prakonsepsi kebutuhan gizi pada
WUS tentunya berbeda dengan kelompok remaja, anak-anak maupun lansia.
Prasyarat gizi sempurna pada masa prakonsepsi merupakan kunci kelahiran bayi
normal dan sehat (Susilowati, dkk 2016).
2. Pentingnya Gizi Prakonsepsi
Gizi yang optimal pada masa prakonsepsi berperan sangat penting dalam
proses pembuahan dan kehamilan. Keadaan kesehatan dan status gizi ibu hamil
sesungguhnya ditentukan jauh sebelumnya, yaitu pada masa dewasa dan masa
sebelum hamil (prakonsepsi) atau selama menjadi wanita usia subur (WUS)
(Indriani dkk. 2013).
Kecukupan gizi ibu hamil akan mempengaruhi kondisi janin dalam
tumbuh kembangnya selama kehamilan, menurunkan risiko kesakitan pada bayi,
menunjang fungsi optimal dari alat-alat reproduksi dan meningkatkan produksi sel
telur dan sperma yang berkualitas. Menurut Bappenas (2011) status gizi janin
dalam kandungan dipengaruhi oleh status gizi ibu hamil, bahkan status gizi ibu
pada saat sebelum hamil. Kurang gizi pada janin akan menyebabkan bayi berat
lahir rendah
(BBLR) karena sejak dalam kandungan janin sudah mengalami kegagalan
pertumbuhan (foetal growth retardation). Bayi dengan kondisi kekurangan gizi
apabila asupan gizinya tidak segera diperbaiki maka akan berdampak pada
pertumbuhan dan perkembangannya, kondisi ini akan berlanjut sampai dewasa.
Salah satu cara untuk memutus siklus ini adalah dengan cara perbaikan gizi pada
masa prakonsepsi (Susilowati, dkk. 2016).
Pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya mengonsumsi sumber
makanan yang bergizi selama masa prakonsepsi adalah satu penyebab kekurangan
gizi pada calon ibu. Kurangnnya pengetahuan dan kesadaran seimbang, pola
makan yang tidak teratur, konsumsi berlebihan terhadap satu atau beberapa jenis
makanan, konsumsi junkfood dan diet berlebihan pada masa prakonsepsi harus
dihindari sebelum terlambat (Susilowati, dkk. 2016).
3. Kebutuhan Gizi pada Masa Prakonsepsi
Wanita prakonsepsi adalah wanita yang sudah memasuki usia dewasa, atau
dapat dikatakan wanita usia subur (WUS). Kementerian Kesehatan RI (2010)

9
mengklasifikasikan rentang usia WUS adalah 15-49 tahun. Kebutuhan gizi pada
WUS tentunya mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan kebutuhan
semasa bayi dan anak-anak (Patimah, 2017). Gizi yang mempengaruhi pada masa
prakonsepsi adalah karbohidrat, lemak, protein, asam folat, beberapa kelompok
vitamin seperti vitamin A, E, dan B12, serta mineral seperti zinc, besi, kalsium,
dan omega-3. Asupan gizi yang cukup dan status gizi yang baik dari ibu penting
untuk perkembangan optimal janin. Konsumsi sumber
makanan yang bervariasi adalah penting sebelum pembuahan dan selama
kehamilan.
4. Permasalahan Gizi pada Masa Prakonsepsi
Masalah gizi yang terjadi pada wanita usia subur (WUS) dapat berakibat
intergenerasi. Siklus intergenerasi dari gagal tumbuh, pertama kali dijelaskan oleh
The Second Report on The World Nutrition Situation yang menjelaskan bahwa
bagaimana siklus gagal tumbuh berawal dari keadaan gizi calon ibu yang buruk.
Teori tersebut menyebutkan bahwa Wanita Usia Subur (WUS) yang mengalami
Kurang Energi Kronik (KEK) akan memiliki resiko untuk melahirkan bayi BBLR
daripada wanita yang tidak KEK. Anak yang lahir dengan kondisi BBLR akan
mengalami kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Demikian
halnya dengan anak perempuan yang lahir dengan kondisi BBLR maka
kemungkinan memiliki postur tubuh pendek lebih besar. Cara untuk memutus
mata rantai tersebut adalah dengan memperbaiki status gizi WUS sehingga bayi
yang dilahirkan nantinya akan sehat dan normal. Kerusakan di awal kehidupan
akan menimbulkan gangguan permanen, juga dapat mempengaruhi generasi
berikutnya, dimana perempuan yang memiliki postur tubuh pendek, kelak akan
melahirkan bayi BBLR pula nantinya (Patimah, 2017). Berat-ringannya gagal
tumbuh bergantung pada status gizi sebelum dan selama kehamilan, keadaan
kekurangan zat gizi, serta lamanya WUS itu sendiri mengalami kekurangan gizi.
Gagal tumbuh dapat menyebabkan BBLR, kurangnya jumlah sel-sel otak dan
ukuran kepala, rendahnya ukuran organ-organ tubuh yang lain, perubahan sel-sel
utama tubuh, dan
perubahan proses biokimia, serta kematian. Namun jika anak tersebut lahir dan
bertahan hidup, maka perubahan yang bersifat permanen terhadap struktur tubuh,

10
fisiologi dan metabolisme akan menjadi predisposisi untuk mengalami penyakit
kardiovaskular (jantung, hipertensi), gangguan metabolik dan endokrin pada saat
usia dewasa.
Nutrisi yang tidak adekuat pada WUS akan mengakibatkan manifestasi
penyakit seperti kurang energi protein (KEK) yang akan mengakibatkan anemia
dan defisiensi zat mikronutrien, sehingga akan berdampak buruk bagi calon ibu,
janin, maupun bayi yang akan dilahirkan. Dampak selanjutnya adalah tingginya
risiko terjadinya pendarahan, osteomalasia, dan kelelahan yang berlebihan serta
mudah terkena infeksi selama kehamilan (Fauziyah, 2012). Kurang energi kronik
(KEK) didefinisikan sebagai suatu keadaan kekurangan energi dalam kurun waktu
yang lama yang ditandai dengan ukuran lingkar lengan atas (LILA) <23,5 cm
(Almatsier, 2011). Kekurangan energi kronik mengakibatkan perawakan tubuh
yang pendek (tinggi badan <145cm) merupakan penyebab terjadinya hambatan
pertumbuhan dan maturasi, memperbesar risiko obstetrik (kandungan), dan
berkurangnya kapasitas kerja. WUS yang kekurangan akan berisiko mengalami
komplikasi kehamilan seperti persalinan macet akibat pangul yang sempit, janin
yang dikandung mengalami gangguan pertumbuhan (intra uterine growth
retardation), bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR) hingga tiga generasi
berikutnya, bayi lahir prematur, lahir mati (stillbirths), dan kematian dimasa
neonatal (dari lahir-28 hari kelahiran) (Patimah, 2017).
5. Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
Secara umum, status gizi dipengaruhi oleh tingkat asupan dan penyakit
infeksi yang menganggu proses metabolisme, absorpsi, dan utilasi zat gizi oleh
tubuh. Status gizi wanita usia subur (WUS) merupakan kondisi tubuh yang
muncul diakibatkan adanya kesinambungan antara konsumsi dan defisiansi zat
gizi. Masalah gizi yang terjadi pada remaja merupakan manifestasi dari masalah
gizi pada usia anak, yaitu anemia zat besi, serta kekurangan maupun kelebihan
berat badan. WUS yang secara fisik tidak ideal akan berisiko melahirkan bayi
berat badan rendah, jika janin yang dikandung tumbuh normal, jalan lahir
kemudian yang menjadi masalah. Karena ukuran panggul yang sempit dapat
menyebabkan partus

11
macet. Ketidakberhasilan janin melewati lorong kelahiran secara alami tidak
jarang menyebabkan kematian (Patimah, 2017). Selain ada beberapa faktor yang
mempengaruhi status gizi WUS sebelum memasuki masa kehamilan, diantaranya:
a. Umur
Umur WUS pada saat pertama kali hamil kurang dari 20 tahun dan lebih
dari 35 tahun merupakan kehamilan yang beresiko. Hal ini dapat dijelaskan,
bahwa pada usia yang masih muda pertumbuhan seorang wanita belum sempurna,
perkembangan alat reproduksi belum optimal, dan secara psikologis kejiwaan
masih belum siap untuk memasuki masa kehamilan (Sharon, dkk 2017).
Selain itu, Kehamilan di usia muda menjadi sebuah masalah karena akan
memberikan konsekuensi terhadap gangguan obstetric dan outcome neonatal
secara biologi hal ini disebabkan kebutuhan zat gizi yang seharusnya hanya untuk
pertumbuhan WUS maka apabila sedang hamil akan terbagi dengan janin yang
dikandungnya, akibatnya WUS akan berisiko mengalami komplikasi kehamilan
(Baker, et al, 2009). Adapun kehamilan diatas umur 35 tahun, terjadinya
komplikasi seperti anemia disebabkan oleh kemunduran fungsi faal tubuh dan
kemungkinan berisiko hipertensi, diabetes, dan beberapa penyakit lainnya
sehingga dapat menyebabkan terjadinya gangguan terhadap pendarahan, serta
turunnya metabolisme tubuh dan kemampuan absorpsi tubuh terhadap zat besi
(Patimah, 2017).
b. Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu faktor yang memengaruhi persepsi seseorang
agar mereka dapat menerima ide-ide baru. Bagi seorang wanita, pendidikan
adalah sebuah media yang sangat memengaruhi perubahan seperti pengendalian
status kesehatan dan fertilitasnya. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang
makan akan semakin mudah menerima informasi yang ada termasuk mengenai
gizi. Fauziyah (2012) menyatakan dalam penelitiannya bahwa semakin lama
seorang wanita menerima pendidikan maka semakin besar kemungkinan untuk
menerapkan praktik hidup sehat.
c. Status Gizi
Status gizi WUS pada masa prakonsepsi meruoakan faktor utama yang
mempengaruhi hasil konseps, selain multiparitas, jarak kehamilan, dan keadaan

12
kesehatan ibu. WUS yang sebelum masa kehamilannya memiliki status gizi baik
maka akan lebih mudah untuk menjalani dan memelihara kemailan, dibandingkan
dengan WUS yang kurus atau obesitas. Akan tetapi di Indonesia masih banyak
WUS yang mengalami masalah gizi seperti anemia dan KEK (Fauziyah, 2012).
Anemia yang dialami oleh WUS sebelum memasuki masa prakonsepsi biasanya
adalah anemia yang disebabkan karena defisit zat besi dan berdasarkan Riskesdas
(2013) sebanyak 35,3% WUS menderita anemia. Anemia defisiensi besi ditandai
dengan hemoglobin kurang dari 12 gram/dl dan konsentrasi serum ferritin kurang
dari 12 mcq/dl, secara fisik seseorang yang anemia akan mengalami kondisi
rambut rapuh, kuku tipis. Mudah patah dan berbentuk seperti sendok (koilonika),
lidah tampak pucat hal ini disebabkan oleh atropi yang terjadi pada papila lidah,
serta bibir pecah-pecah.
Kurang energi kronik (KEK) adalah masalah gizi utama ynag dialami
wanita, sebanyak 20,97% WUS di Indonesia mengalami KEK (IPKM, 2013). Ciri
utama wanita yang mengalami KEK adalah ukuran lingkar lengan atas (LILA)
kurang dari 23,5 cm. WUS yang menderita KEK akan berisiko melahirkan bayi
berat lahir rendah. Dampak lain yang akan dialami adalah cepat lelah, penurunan
daya tahan tubuh terhadap infeksi hingga munculnya penyakit degeneratif.

13
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN FISIOLOGIS HOLISTIK PRAKONSEPSI DAN


PERENCANAAN KEHAMILAN YANG SEHAT NY. RA USIA 29 TAHUN
PASANGAN USIA SUBUR SEHAT
DI PUSKESMAS B
TANGGAL 20 AGUSTUS 2022

Tempat Pelayanan : Puskesmas Buleleng I


Tanggal/Jam Pengkajian : 20 Agustus 2022, Pkl. 10.00 WITA

A. DATA SUBJEKTIF

1. Identitas
Ibu Suami

Nama : Ny. RA Tn. KS

Umur : 29 tahun 32 tahun

Agama : Hindu Hindu

Suku/Bangsa : Bali Bali

Pendidikan : SMA SMA

Pekerjaan : IRT Pegawai Swasta

Alamat : Jalan Pulau Bali Gang I D no 5, Kel. Kampung Baru

No. Telepon : 081238609xxx

Jaminan : BPJS
Kesehatan

2. Keluhan Utama

14
Ibu mengatakan ingin lepas KB IUD dan ingin merencanakan kehamilan anak
kedua.

3. Riwayat Menstruasi
Ibu mengatakan siklus mentruasi ibu teratur 28-30 hari dengan HPHT tanggal
9-08-2022. Menarch umur 14 tahun, keluhan saat haid tidak ada, Volume darah
saat haid 3-4 kali ganti pembalut/hari, sifat darah encer.

4. Riwayat Pernikahan
Ibu menikah 1 kali status perkawinan sah secara agama dan negara, lama
pernikahan 6 tahun.
5. Riwayat Obstetri
Ibu melahirkan anak pertama tgl 5 Januari 2017, di PMB, usia kehamilan
aterm, PsptB, BBL : 2900 gr, PB : 50 cm Jk : Perempuan.
6. Riwayat Kontrasepsi
Ibu menggunakan alat kontrasepsi IUD selama 5 tahun, tidak ada keluhan dan
ibu ingin melepasnya karena ingin memiliki anak kedua.
7. Riwayat Kesehatan Lalu dan Sekarang
a. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit yang pernah diderita seperti
kardiovaskuler, asma, TBC, hipertensi, hepatitis, epilepsi, PMS, alergi dan
DM
b. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit yang sedang diderita seperti
kardiovaskuler, asma, TBC, hipertensi, hepatitis, epilepsi dan PMS
c. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti kanker, asma,
hipertensi, hepatitis, DM, epilepsi dan alergi
d. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit kandungan seperti kista, mioma, PID
dan ca serviks
e. Ibu tidak pernah mengalami keguguran/aborsi
f. Ibu tidak mengalami ketergantungan pada obat-obatan, makanan dan
minuman beralkohol

15
g. Ibu menuju fasilitas pelayanan kesehatan yaitu Bidan Praktik Mandiri
pertama kali jika mengalami keluhan
8. Riwayat Penyakit Keluarga (Ayah, Ibu, Kakak, Adik, Paman, Bibi)
a. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti kanker, asma,
hipertensi, hepatitis, DM, epilepsi dan alergi
b. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit menular seperti TBC, hepatitis dan
PMS/HIV/AIDS
c. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit kandungan seperti infertilitas, mioma,
endometriosis, servisitis kronis, polip serviks, kanker kandungan dan
operasi kandungan.
9. Riwayat Pemenuhan Kebutuhan
a. Biologis
1) Nutrisi : Pola makan teratur 3 kali/hari, porsi sedang menu
bervariasi tiap hari.
2) Eliminasi : BAB 1 kali/hari, warna kecoklatan, konsistensi
lembek, BAK ± 5 kali/hari warna jernih, konsistensi cair. Tidak ada
keluhan saat BAB dan BAK.
3) Personal Hygiene : Mandi 2 kali/hari, keramas 3 kali/minggu, sikat
gigi 2 kali/hari, mengganti pakaian dalam 2 kali/hari, rutin melakukan
cebok pada saat selesai BAK dengan arah dari depan ke belakang. Selain
itu ibu juga rajin mencuci tangan sebelum dan sesudah makan serta
setelah melakukan aktivitas serta saat mengambil sesuatu.
4) Pola Seksual : Ibu melakukan hubungan seksual 2-3 kali
seminggu.
b. Psikologis
Ibu sudah siap mental untuk merencanakan kehamilannya,ibu mengatakan
ia dan suami ingin mempunyai anak laki-laki
c. Riwayat Sosial Ekonomi
1) Hubungan dengan keluarga baik
2) Hubungan dengan lingkungan tempat tinggal baik
3) Pengambil keputusan bersama suami
4) Tidak pernah mengalami kekerasan fisik maupun seksual

16
d. Riwayat Spiritual
Ibu mengatakan ibadah sesuai dengan keyakinan agama hindu tidak ada
keluhan saat beribadah

10. Pengetahuan
a. Ibu belum mengetahui persiapan kehamilan meliputi persiapan fisik dan
persiapan pengetahuan.
b. Ibu belum mengetahui nutrisi yang baik dalam merencanakan kehamilan
yang sehat.

B. DATA OBJEKTIF
IBU SUAMI
Keadaan Umum : Baik Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : CM Kesadaran : CM
BB : 62 kg BB : 58 kg
TB : 160 cm TB : 160 cm
Lila : 30 cm
Suhu : 36,50C Suhu : 36,70C
TD : 120/70 mmHg TD : 120/80 mmHg
Nadi : 79x/menit Nadi : 80x/menit
Respirasi : 20x/menit Respirasi : 21x/menit
1. Pemeriksaan Fisik
Kepala : tidak ada kelainan
Rambut : bersih, tidak mudah rontok
Wajah : tidak ada kelainan
Mata : tidak ada kelainan, sklera putih, konjungtiva merah muda
Bibir dan Mulut: tidak ada kelainan, mukosa mulut lembab, bibir segar
Gigi : bersih, tidak ada karies dan tidak berlubang
Telinga : bersih dan tidak ada gangguan pendengaran

17
Leher : normal, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, pembesara
kelenjar tiroid dan pelebaran vena jugularis
Dada dan Aksila: tidak ada kelainan, simetris, tidak ada retraksi, benjolan
patologis pada payudara, payudara tampak bersih
Abdomen : tidak ada kelainan, terdapat nyeri tekan pada perut bagian
bawah
Vulva : tidak ada kelainan
Anus : tidak ada kelainan, hemoroid (-)
Ekstremitas : tidak ada kelainan, kuku merah muda, varicaes (-)

2. Pemeriksaan Penunjang: Hb: 11 gr/dl

C. ANALISA
PUS Sehat
Masalah :
1. Ibu belum mengetahui persiapan yang diperlukan untuk proses
kehamilannya.
2. Ibu belum mengetahui nutrisi yang baik dalam merencanakan kehamilan
yang sehat.

D. PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan bahwa pemeriksaan ibu dan suami semua
dalam batas normal, ibu dan suami mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
2. Menginformasikan mengenai hal yang harus disiapkan untuk perencanaan
kehamilan yang sehat yaitu kesiapan diri secara fisik dan psikis serta persiapan
dana yang dibutuhkan dalam melalui proses kehamilan, Ibu mengerti dengan
penjelasan yang diberikan.
3. Memberikan KIE untuk melakukan pemeriksaan laboratorium ke Puskesmas
dan melakukan pemeriksaan penunjang ke Dokter SpOG bila ibu berkenan
untuk mengetahui keadaan tubuhnya secara lebih terperinci pada saat hamil.
Ibu mengerti dan bersedia.

18
4. Memberikan KIE mengenai nutrisi yang dibutuhkan selama masa perencanaan
kehamilan seperti asam folat, zat besi, vitamin, protein dan lainnya, ibu paham
dengan penjelasan yang diberikan.
5. Memberi tahu ibu mengenai perilaku membahayakan yang harus dihindari
selama merencanakan kehamilan seperti merokok, minum minuman keras,, dan
lainnya, ibu paham dengan infotmasi yang diberikan
6. Memberikan KIE agar ibu tetap menjaga kebersihan diri khususnya kebersihan
organ reproduksi agar tetap sehat serta menjaga organ reproduksi tetap kering
untuk menghindari tumbuhnya jamur, ibu mengerti dengan penjelasan yang
diberikan.
7. Memberikan KIE kepada ibu dan suami tentang pentingnya menjaga kualitas
sperma diantaranya dengan menghindari penggunaan celana yang ketat, tidak
minum minuman keras, tidak merokok dan istirahat yang cukup, suami
mengerti, dan bersedia melakukannya.
8. Memberikan KIE kepada ibu tentang cara menentukan masa subur dengan
melihat perubahan kondisi lendir vagina dan peningkatan suhu tubuh ibu serta
ibu merasa lebih bergairah, menghitung puncak masa subur dan menyarabkan
ibu untuk melakukan hubungan seksual pada tanggal yang mendekati puncak
masa subur yaitu hari ke- 14 dari hari pertama siklus haid, ibu mengerti
dengan penjelasan yang diberikan dan bersedia melakukannya.
9. Memberikan tablet SF 60 mcg 1x1 sebagai suplemen tambah darah untuk
mencegah terjadinya anemia serta tablet asam folat 400 mcg 1x1 yang untuk
membantu persiapan pembentukan kehamilan yang sedang direncanakan, ibu
paham dan bersedia melakukan anjuran yang diberikan
10. Melakukan dokumentasi, dokumentasi sudah dilakukan.

19
BAB IV
PEMBAHASAN

Asuhan prakonsepsi memiliki banyak keuntungan dan variasi, diantaranya


memungkinkan identifikasi penyakit medis, pengkajian kesiapan psikologis,
keuangan dan pencapaian tujuan hidup (Kriebs dan Gegor, 2012). Dalam
melakukan asuhan kebidanan prakonsepsi ini, dilakukan pendekatan dengan
metode SOAP, yaitu dari data subyektif, data obyektif, analisa dan
penatalaksanaan. Langkah pertama dari asuhan kebidanan adalah mengumpulkan
data subyektif dari pasien yaitu dengan cara wawancara.
Pengkajian data subjektif menggambarkan pendokumentasian hasil
pengumpulan data pasien melalui anamnesa, Berdasarkan anamanesa yang
dilakukan ibu ingin merencanakan kehamilan yang kedua. Perencanaan kehamilan
merupakan perencanaan berkeluarga yang optimal melalui perencanaan kehamilan
yang aman, sehat dan diinginkan merupakan salah satu faktor penting dalam
upaya menurunkan angka kematian maternal. Perencanaan kehamilan merupakan
hal yang penting untuk dilakukan setiap pasangan suami istri. Baik itu secara
psikolog atau mental, fisik dan finansial adalah hal yang tidak boleh diabaikan
(Kurniasih, 2010).
Ny. RA mengatakan tidak mengetahui mengenai tentang asuhan
prakonsepsi. Penelitian (Dean, 2013), mengemukakan bahwa asuhan prakonsepsi
berguna untuk mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan masalah kesehatan,
kebiasaan gaya hidup, atau masalah sosial yang kurang baik yang memungkinkan
mempengaruhi kehamilan. Topik-topik penting yang disarankan dalam perawatan
prakonsepsi meliputi pendidikan kesehatan pada wanita dan pasangannya (health
promotion), identifikasi faktor risiko (risk assessment) dan asuhan sesuai dengan

20
faktor risiko (interventions) pada wanita dan pasangannya untuk mengurangi
faktor risiko yang dapat mempengaruhi kehamilannya pada masa yang akan
datang.
Selain itu Ny. R A tidak mengetahui program asuhan prakonsepsi,
Menurut (Kemenkes RI, 2014) pelayanan kesehatan masa sebelum hamil
dilakukan untuk mempersiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan dan
persalinan yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang sehat. Program
asuhan prakonsepsi adalah program yang berguna untuk mengidentifikasi hal-hal
yang berkaitan dengan masalah kesehatan, kebiasaan gaya hidup, atau masalah
sosial yang kurang baik yang mungkin mempengaruhi kehamilan. Dalam
Permenkes RI No. 97 Tahun 2014, program asuhan prakonsepsi ini terdiri atas:
pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, pemberian imunisasi Tetanus
Toxoid, pemberian suplementasi gizi (Fe) bila diperlukan dan pemberian
Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) pranikah, meliputi: kesehatan
reproduksi dan pendekatan siklus hidup, hak reproduksi, dan persiapan yang perlu
dilakukan dalam persiapan pranikah.
Berdasarkan data objektif keadaan umum ibu baik, hasil pemeriksaan fisik
dalam batas normal dan tidak ada permasalahan. Penatalaksaan yang diberikan
untuk mengatasi masalah yang dilakukan untuk mengatasi keluhan Ny. PA Usia
30 Tahun PUS sehat sudah sesuai dengan teori yaitu dengan memberikan KIE
mengenai hal yang harus disiapkan untuk perencanaan kehamilan yang sehat yaitu
kesiapan diri secara fisik dan psikis serta persiapan dana yang dibutuhkan dalam
melalui proses kehamilan. Persiapan fisik disini bisa dilakukan dengan
memperbaiki pola makan, minum, istirahat dan olahraga. Ibu diharapkan banyak
makan sayur dan buah-buahan untuk menjaga agar tidak mudah sakit, menambah
minum miniman 7-8 gelas atau 2 liter per hari, memperbaiki pola tidur dengan
tidur cukup 7-8 jam pada malam hari serta melakukan olahraga ringan untuk
meningkatkan sistem imun. Berat badan yang Optimal sangat diperlukan dalam
mempersiapkan kehamilan. Berat Badan berlebih dapat meningkatkan resiko
tekanan darah tinggi dan gangguan kesehatan lainnya. Hal lain yang dapat
dilakukan ibu yaitu mengkonsumsi suplemen vitamin dan asam folat karena
suplemen tersebut dapat membantu pada proses pembentukan janin sehingga

21
dianjurkan meminum asam folat saat merencanakan kehamilan. Persiapan
psikologis atau mental yang dapat dilakukan ibu yaitu menjaga agar tidak terlalu
memikirkan hal-hal yang negatif. Persiapan lain yang dapat dilakukan yaitu
menyiapkan biaya, biaya yang disiapkan bukan hanya untuk melakukan
persalinan secara normal melainkan persiapan untuk tindakan lain jika nantinya
tidak bisa melahirkan dengan normal serta persiapan untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan ke PMB, Dokter SpOG atau ke Puskesmas. Selain itu
bidan juga memberikan KIE untuk melakukan pemeriksaan laboratorium ke
Puskesmas dan melakukan pemeriksaan penunjang ke Dokter SpOG bila ibu
berkenan untuk mengetahui keadaan tubuhnya secara lebih terperinci, memberi
tahu ibu untuk mengonsumsi asam folat agar kondisi menjadi segar serta tablet
asam folat yang diminum 1x1 untuk membantu pertumbuhan serta menjelaskan
cara meminumnya, serta mengajarkan ibu cara menghitung puncak masa subur
ibu dan menyarankan ibu untuk melakukan hubungan seksual tanggal yang
mendekati puncak masa subur yaitu pada hari ke-14 dari hari pertama haid siklus
terakhir.
Selain berhubungan sedekat mungkin dengan masa subur, penetrasi dalam
menjadi faktor yang penting apabila sedang program anak laki-laki.pilihlah posisi
– posisi yang dapat memperdalam penetrasi, seperti doggy style (bertumpu di
kedua tangan dan lutut lalu pasangan memasukkan dari belakang), posisi berdiri
atau duduk diatas pasangan(posisi ini memberikan kontrol atas kedalaman
penetrasi). Selain posisi berhubungan, celana laki laki dapat mempengaruhi
jumlah produksi sperma. Celana dalam yang ketat dapat membuat temperatur
skrotum menjadi lebih tinggi dan mengurangi jumlah sperma yang diproduksi,
Jika sedang program anak laki –laki, maka diharapkan suami memakai celana
yang longgar seperti boxer.

22
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Selama ini, banyak orang yang kurang memahami pentingnya kondisi-
kondisi pada masa-masa sebelum terjadinya proses konsepsi, sehingga para calon
bapak dan ibu hanya berkonsentrasi pada persiapan proses kehamilan dan
persalinan saja. Hal ini dapat dimengerti karena pengetahuan yang kurang tentang
kondisi-kondisi prakonsepsi disebabkan tidak adanya penyuluhan-penyuluhan
terhadap mereka. Pengetahuan, kesadaran, dan keyakinan tentang perawatan
prakonsepsi tidak mendorong wanita untuk datang pada pada praktik kesehatan
prakonsepsi. Oleh karena itu, diperlukan mendidik perempuan prakonsepsi muda
tentang pentingnya dan manfaat dari berlatih perawatan prakonsepsi.

B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat memahami dengan baik teori dan melatih
diri dalam melakukan Asuhan Kebidanan Pada Prakonsepsi dan Perencanaan
Kehamilan Yang Sehat sehingga nantinya dapat menerapkan asuhan sesuai
dengan prosedur yang ada.
2. Bagi PUS

23
Diharapkan bagi setiap PUS agar bekerjasama dengan bidan dan antusias
mengikuti saran bidan dengan baik sehingga tidak terjadi sesuatu yang tidak
diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier Sunita, Susirah Soetardjo dan Moesijanti Soekarti. 2011. Gizi Dalam
Daur Kehidupan. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Baker, PN., et al. 2009. A Prospective Study of Micronutrient Status in


Adolescent Pregnancy. American Journal of Clinical Nutrition, Vol. 89 (4);
1114-1124.

BKKBN, 2013. Pemantauan Pasangan Usia Subur Melalui Mini Survei


Indonesia. Jakarta: BKKBN

Dean S, Imam A, Lassi Z, Bhutta Z. 2013. Importance Of Intervening In The


Preconception Period To Impact Pregnancy Outcomes. Nestle Nutr Inst
Workshop Ser. Vol 47,pp 63-73.

Delissaint, Dieula, & J.McKyer, E. Lisako. 2011. A Systematic Review Of


Factors Utilizied In Preconception Health Behavior Research. Family
Practice, Vol. 36(6),603-616.

Dewi, Sunarsih. 2011. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba


Medika.

Elsinga, et al. 2008. The Effect of Preconception Counselling on Lifestyle and


Other Behaviour Before and During Pregnancy. Diakses dari
http://www.whijournal.com/article/S1049-3867(08)00137-0/abstract.

Farahi., Zolotor. 2013. Recommendations For PreConception Counseling and


Care. Family Physician. Vol. 88(8): 499-506

24
Fauziyah, Anny. 2012. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Nutrisi
Prakonsepsi Terhadap Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Praktik Konsumsi
Makanan Sehat Wanita Pranikah di Kota Tegal. Tesis. Jakarta: Universitas
Indonesia.
Gunawan Surya. 2010.Mau Anak Laki –Laki Atau Perempuan Bisa Diatur.
Jakarta : Agromedia Pustaka

Indriani Yaktiworo, Reni Zuraida dan Rabiatul Adawiyah. 2013. Pola Makan Dan
Tingkat Kecukupan Gizi Wanita Usia Subur Pada Rumah Tangga Miskin.
Seminar Nasional Sains & Teknologi V Lembaga Penelitian. Universitas
Lampung.

IPKM. 2014. Badan Penelitian dan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.


Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan


Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Jakarta: 2013.

Kemenkes RI, 2014. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 97 Tahun 2014


Tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil,
Persalinan, Dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan
Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.

Kriebs JM., Gegor CL. 2012. Asuhan Kebidanan Varney, Edisi 2. Jakarta: EGC.

Kurniasih, D. 2010. Sehat dan Bugar Berkat Gizi Seimbang. Jakarta: Kompas
Gramedia.

Mirza , Maulana. 2008. Panduan lengkap kehamilan. Jogjakarta: Kata Hati.

Patimah, Sitti. 2017. Gizi Remaja Putri Plus 1000 Hari Pertama Kehidupan.
Bandung: PT Refika Aditama

Regina, V.T. 2011. Keperawatan Maternitas. Bogor: Ghalia Indonesia

Saravelos, Sotirios H., dan Regan, Lesley. 2011.The Importance Of Preconception


Counseling And Early Pregnancy Monitoring.Department Of Obstetrics
And
Gynaecology. Journal Of Obstetrics And Gynaecology. Vol. 29(6):557-568.

Shanon, C., et al. 2013. PreConception Healthcare and Congenital Disorders:


Systematic Review of The Effectiveness of PreConception Care Programs In
The Prevention of Congenital Disorders. Available at
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/

25
Susilowati. Kuspriyanto. 2016. Gizi dalam Daur Kehidupan. Bandung: PT Refika
Aditama.

Williams, et al. 2012 Associations Between PreConception Counseling and


Maternal Behaviours Before and During Pregnancy. Maternal and Health
Journal. Vol. 16(9) :1854-1861

Lampiran Dokumentasi

26
27

Anda mungkin juga menyukai