Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN PRA NIKAH DAN PRA

KONSEPSI
LAPORAN KOMPREHENSIF STASE ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Dosen Pembimbing Pendidikan : Herlin Fitriani, S.ST.,M.Kes.

Disusun oleh :
Madihah Meyrindar Huda
2010106049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2020

i
LAPORAN PRAKTIK KLINIK KEBIDANAN PRA NIKAH DAN PRA
KONSEPSI
LAPORAN KOMPREHENSIF STASE ASUHAN KEBIDANAN PRANIKAH
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Bantul, Desember 2020


Pembimbing Pendidikan Preceptor Mahasiswa
TTD TTD TTD

Herlin Fitriani, S.ST.,M.Kes Maribu Paningsih, SST Madihah Meyrindar Huda


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik
Klinik Kebidanan dengan pembuatan Laporan Komprehensif stase “ASUHAN
KEBIDANAN PRANIKAH” Penulisan laporan ini merupakan salah satu bukti
dalam pelaksanaan Praktik Klinik Kebidanan di Puskesmas Pundong.
Selesainya laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, sehingga pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada
semua pihak yang telah memberikan bimbingan dan dukungan sehingga laporan ini
dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp. Mat, selaku Rektor Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta.

2. Moh. Ali Imron, S.Sos., M.Fis, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.

3. Herlin Fitriani K, S.SiT., MKes, selaku Ketua Program Studi Pendidikan


Profesi Bidan Program Profesi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta sekaligus pembimbing PKK yang telah banyak memberikan
bimbingan dan masukan dalam penulisan laporan ini.

4. Seluruh tim praktek klinik Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Program
Profesi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.

5. Kedua orang tua, suami, keluarga, serta semua teman teman yang selalu
memberikan dukungan berupa doa dan kasih sayang kepada penulis.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi Puskesmas Pundong serta semua
pihak yang memerlukan. Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan mengingat keterbatasan dari ilmu pengetahuan, pengalaman, dan
waktu sehingga penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun
dari semua pihak.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pundong, Desember 2020

Penulis
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Guna mewujudkan kehidupan yang sejahtera dan mendapatkan pelayanan
kesehatan maka dibuat kebijakan pembangunan kesehatan yang dijamin dalam
beberapa ketetapan perundang-undangan, kebijakan-kebijakan tersebut diarahkan
pada peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dalam rangka percepatan
penurunan angka kematian ibu. Penurunan kematian ibu melahirkan sangat penting
sebab tinggi rendahnya Angka Kematian Ibu merupakan indikator penting
kesejahteraan suatu Negara (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014).
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat
keberhasilan upaya kesehatan ibu. AKI adalah rasio kematian ibu selama masa
kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan
nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan
atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran hidup. Secara umum terjadi penurunan
kematian ibu selama periode 1991-2015 dari 390 menjadi 305 per 100.000 kelahiran
hidup. Walaupun terjadi kecenderungan penurunan angka kematian ibu, namun tidak
berhasil mencapai target MDGs yang harus dicapai yaitu sebesar 102 per 100.000
kelahiran hidup pada tahun 2015. Kementerian Kesehatan memperkirakan pada tahun
2030 AKI di Indonesia turun menjadi 131 per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes
RI, 2019).
Calon pengantin merupakan kelompok sasaran yang startegis dalam upaya
peningkatan Kesehatan masa sebelum hamil. Menjelang pernikahan, banyak calon
pengantin yang tidak mempunyai cukup pengetahuan dan informasi tentang
Kesehatan reproduksi dalam berkeluarga sehingga setelah menikah kehamilan sering
tidak direncanakan dengan baik serta tidak di dukung oleh status kesehatan yang
optimal. Hal ini tentu saja dapat menimbulkan dampak negatif seperti adanya resiko
penularan penyakit, komplikasi kehamilan, kecatatan bahkan kematian ibu dan bayi.
Pemberian komunikasi informasi dan edukasi tentang kesehatan reproduksi kepada
calon pengatin sangat diperlukan untuk memastikan setiap calon pengantin
mempunyai pengetahuan yang cukup dalam merencanakan kehamilan dan
mempersiapkan keluarga yang sehat (PERMENKES, 2018).
Perencanaan kehamilan merupakan hal yang penting untuk dilakukan setiap
pasangan suami istri. Baik itu secara psikolog/mental, fisik dan finansial adalah hal
yang tidak boleh diabaikan (Kurniasih, 2010). Merencanakan kehamilan merupakan
perencanaan kehamilan untuk mempersiapkan kehamilan guna mendukung
terciptanya kehamilan yang sehat dan menghasilkan keturunan yang berkualitas yang
diinginkan oleh keluarga (Nurul, 2013).

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pranikah secara holistik.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian data secara subjektif dan objek
b. Melakukan analisa kebidanan yang meliputi diagnosa kebidanan, diagnosa
potensial, dan masalah kebidanan berdasarkan hasil pengkajian data
c. Melakukan penyusunan rencana asuhan kebidanan berdasarkan analisa
kebidanan, diagnosa kebidanan, diagnosa potensial, dan masalah kebidanan
yang telah ditetapkan
d. Melakukan asuhan kebidanan berdasarkan rencana asuhan yang telah
disusun
e. Melakukan evaluasi berdasarkan penatalaksanaan yang telah dilakukan
BAB II
TINJAUAN LITERATUR

A. Pra Nikah
1. Pengertian
Kata dasar dari pranikah ialah “nikah” yang merupakan ikatan (akad)
perkawinan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama.
Imbuhan kata pra yang memiliki makna sebelum, sehingga arti dari pranikah
adalah sebelum menikah atau sebelum adanyanya ikatan perkawinan (lahir batin)
antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri (Setiawan, 2017).
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan,
perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa dengan batas usia 19
tahun untuk laki-laki dan 16 tahun untuk perempuan. Akat tetapi, berdasarkan
UU No. 35 tahun 2014 tentang perubahan atas UU No. 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak, usia kurang dari 18 tahun masih tergolong anak-anak. Oleh
karena itu, BKKBN memberikan batasan usia pernikahan 21 tahun bagi
perempuan dan 25 tahun untuk pria. Selain itu, umur ideal yang matang secara
biologis dan psikologis adalah 20 – 25 tahun bagi wanita dan umur 25 – 30 tahun
bagi pria (BKKBN, 2017). Sedangkan, pasangan yang akan melangsungkan
pernikahan/akad perkawinan disebut calon pengantin (Setiawan, 2017).
2. Tujuan Asuhan Pra Nikah
Menurut Kemenkes (2014), penyelenggaraan pelayanan kesehatan masa
sebelum hamil (prakonsepsi) atau pranikah bertujuan untuk:
a. Menjamin kesehatan ibu sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat
dan berkualitas;
b. Mengurangi angka kesakitan dan angka kematian ibu dan bayi baru lahir;
c. Menjamin tercapainya kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak reproduksi;
dan
d. Mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan
bayi baru lahir yang bermutu, aman, dan bermanfaat sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Persiapan Pra Nikah
Menurut Kemenkes RI (2015) dan PMK No. 97 tahun 2014, kegiatan
pelayanan kesehatan masa sebelum hamil atau persiapan pranikah sebagaimana
yang dimaksud meliputi: Kemenkes RI. 2015.
a. Persiapan Fisik
1) Pemeriksaan status kesehatan :
Secara umum, seorang individu dikatakan siap secara fisik apabila
telah selesai fase pertumbuhan tubuh yaitu sekitar usia 20 tahun.
Persiapan fisik pranikah meliputi pemeriksaan status kesehatan, status
gizi, dan laboratorium (darah rutin dan yang dianjurkan).
Pemeriksaan fisik yang dilakukan minimal meliputi pemeriksaan
tanda vital (tekanan darah, suhu, nadi, dan laju nafas) dan pemeriksaan
status gizi (menanggulangi masalah kurang energi kronis (KEK) dan
pemeriksaan status anemia). Penilaian status gizi seseorang dapat
ditentukan dengan menghitung Indeks Masa Tubuh (IMT) berdasarkan
PMK RI Nomor 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang,
sebagai berikut:
BB ( kg )
IMT=
[TB ( m ) ]2
Keterangan:
BB = Berat Badan (kg)
TB = Tinggi Badan (m)
Dari hasil perhitungan tersebut dapat diklasifikasikan status gizinya
sebagai berikut:
Tabel 2.1 Klasifikasi Status Gizi berdasarkan IMT
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Sumber: Depkes, 2011; Supariasa, dkk, 2014.
Jika seseorang termasuk kategori :
1. IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan
berat badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.
2. IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan
kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK ringan (Depkes,
2011).
Menurut Supariasa, dkk (2014), pengukuran LLA pada kelompok
Wanita Usia Subur (usia 15 – 45 tahun) adalah salah satu deteksi dini
yang mudah untuk mengetahui kelompok berisiko Kekurangan Energi
Kronis (KEK). Ambang batas LLA WUS dengan risiko KEK di
Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila LLA < 23,5 cm atau dibagian merah
pita LLA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko KEK, dan
diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR), BBLR
mempunyai risiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan
perkembangan anak (Supariasa, dkk, 2014).
2) Pemeriksaan Penunjang
Pelayanan kesehatan yang dilakukan berdasarkan indikasi medis, terdiri
atas pemeriksaan darah rutin, darah yang dianjurkan, dan pemeriksaan
urin yang diuraikan sebagai berikut (Kemenkes, 2015) :
a) Pemeriksaan darah rutin
Meliputi pemeriksaan hemoglobin dan golongan darah.
Pemeriksaan hemoglobin untuk mengetahaui status anemia seseorang.
Menurut kriteria WHO anemia adalah kadar hemoglobin di bawah 13
g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita. Anemia selalu
merupakan keadaan tidak normal dan harus dicari penyebabnya
(Oehadian, 2012).
b) Pemeriksaan darah yang dianjurkan
i. Pemeriksaan Gula Darah
Kadar gula darah yang tinggi atau penyakit diabetes dapat
mempengaruhi fungsi seksual, mesnstruasi tidak teratur
(diabetes tipe 1), meningkatkan risiko mengalami Polycystic
ovarian syndrome (PCOS) pada diabetes tipe 2, inkontensia
urine, neuropati, gangguan vaskuler, dan keluhan psikologis
yang berpengaruh dalam patogenesis terjadinya penurunan
libido, sulit terangsang, penurunan lubrikasi vagina, disfungsi
orgasme, dan dyspareunia (Kurniawan, 2016).
ii. Pemeriksaan Hepatitis
Dampak hepatitis B pada kehamilan dapat menyebabkan
terjadinya abortus, premature, dan IUFD. Dapat dicegah dengan
melaksukan vaksinasi dan menghindari hal-hal yang menularkan
hepatitis B (Kemenkes, 2017).
iii. Pemeriksaan TORCH
Suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi toxoplasma gondii,
rubella, cytomegalovirus (CMV), dan herpes simplex virus II
(HSV II). Dapat ditularkan melalui:
 Konsumsi makanan dan sayuran yang tidak terlalu bersih
dan tidak dimasak dengan sempurna atau setengah matang
 Penularan dari ibu ke janin
 Kotoran yang terinfeksi virus TORCH (kucing, anjing,
kelelawar, burung
Dampak TORCH bagi kesehatan dapat menimbulkan masalah
kesuburan baik wanita maupun laki-laki sehingga menyebabkan
sulit terjadinya kehamilan, kecacatan janin, dan risiko
keguguran, kecacatan pada janin seperti kelainan pada syaraf,
mata, otak, paru, telinga, dan terganggunya fungsi motoric.
iv. Pemeriksaan Infeksi Menular Seksual (IMS)
Gejala umum infeksi menular seksual (IMS) pada perempuan:
 Keputihan dengan jumlah yang banyak, berbau, berwarna,
dan gatal
 Gatal di sekitar vagina dan anus
 Adanya benjolan, bintil, kulit, atau jerawat di sekitar vagina
atau anus
 Nyeri di bagian bawah perut yang kambuhan, tetapi tidak
berhubungan dengan menstruasi
 Keluar darah setelah berhubungan seksual
 Demam
v. Pemeriksaan HIV
c) Pemeriksaan Imunisasi
Pemberian imunisasi dilakukan dalam upaya pencegahan dan
perlindungan terhadap penyakit tetanus, sehingga akan memiliki
kekebalan seumur hidup untuk melindungi ibu dan bayi terhadap
penyakit tetanus
Status TT Interval Pemberian Lama Perlindungan
TT 1 Langkah awal pembentukan
kekebalan tubuh terhadap penyakit
Tetanus
TT II 4 minggu setelah TT 1 3 tahun
TT III 6 bulan setelah TT II 5 tahun
TT IV 1 tahun setelah TT III 10 tahun
TT V 1 tahun setelah TT IV > 25 tahun *)
d) Suplementasi gizi
Peningkatan status gizi calon pengantin terutama perempuan
melalui penanggulangan KEK (Kekurangan Energi Kronis) dan
anemia gizi besi, serta defisiensi asam folat. Dilaksanakan dalam
bentuk pemberian edukasi gizi seimbang dan tablet tambah darah.
e) Konseling/Konsultasi kesehatan pranikah
Konseling pranikah dikenal dengan sebutan pendidikan pranikah,
konseling edukatif pranikah, terapi pranikah, maupun program
persiapan pernikahan. Konseling pranikah merupakan suatu proses
konseling yang diberikan kepada calon pasangan untuk mengenal,
memahami dan menerima agar mereka siap secara lahir dan batin
sebelum memutuskan untuk menempuh suatu perkawinan
(Triningtyas, dkk, 2017).

B. Persiapan kehamilan
BKKBN (2014) mengungkapkan berbagai persiapan kehamilan yang sehat
diantaranya:
1. Pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan merupakan salah satu bagian penting dari
pelayanan kesehatan prakonsepsi yang bertujuan untuk mempersiapkan calon ibu
dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat serta
memperoleh bayi yang sehat. Pemeriksaan kesehatan dapat dilakukan di
puskesmas atau rumah sakit.
2. Menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh
Dapat dilakukan dengan cara olahraga yang teratur. Aktivitas fisik/olahraga
tidak perlu dilakukan selama berjam-jam. Cukup 3 kali dalam seminggu selama
1/2 jam, dan lakukan secara rutin. Manfaat olahraga selain menyehatkan, juga
mencegah terjadinya kelebihan berat badan.
Berat badan yang sehat membantu pembuahan dan kehamilan membuat lebih
nyaman. Diet penurunan berat badan harus benar-benar dikontrol agar dapat
aman selama kehamilan, terutama disarankan untuk wanita yang mengalami
kelebihan berat badan serius, tetapi harus disertai dengan selalu berkonsultasi
dengan dokter dan atas rekomendasi ahli gizi. Berat badan kurang dapat
mengganggu kesuburan karena kekurangan jumlah lemak yang dibutuhkan
tubuh.
3. Menghentikan kebiasaan buruk
Kebiasaan merokok, minum alkohol, atau bahkan menggunakan narkoba,
dapat menyebabkan berbagai masalah selama kehamilan, juga janin yang
dikandung, Bayi dapat lahir prematur, lahir dengan cacat bawaan hingga
kematian janin. Perempuan yang minum alkohol memiliki kemungkinan rendah
untuk bisa hamil. Sedangkan untuk kaum pria, minum alkohol dapat
mempengaruhi kualitas sperma dengan menurunkan tingkat testosteron dan bisa
menyebabkan testis layu.
Begitu pula rokok dapat menurukan kesuburan baik pada perempuan
maupun laki-laki. Racun pada rokok dapat mengakibatkan kerusakan kromosom
pada telur, dan melemahkan kemampuan untuk menghasilkan estrogen yang
sangat diperlukan untuk menyiapkan lapisan rahim menjelang kehamilan. Bagi
laki-laki, rokok berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas sperma. Kemauan
sperma membuahi sel telur dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas spermatozoa.
4. Meningkatkan asupan makanan bergizi
Saat terjadi pembuahan, janin sudah terekpos dengan nutrisi yang dimakan
ibu sejak dua mingu sebelumnya. Sehingga calon ibu harus memperhatikan
asupan makanan yang mendukung pembentukan janin sehat. Dianjurkan untuk
mengkonsumsi makanan yang mengandung :
a) Protein
Berfungsi untuk meningkatkan produksi sperma. Makanan sumber
protein seperti telur, ikan, daging, tahu dan tempe.
b) Asam folat
Berperan dalam perkembangan system saraf pusat dan darah janin,
cukup asam folat mengurangi risiko bayi lahir dengan cacat sistem saraf
sebanyak 70%. Asam folat dapat diperoleh melalui makanan, seperti
sayuran berwarna hijau tua (bayam, sawi hijau, caisim mini), asparagus,
brokoli, pepaya, jeruk, stroberi, rasberi, kacang-kacangan, alpukat, okra,
kembang kol, seledri, wortel, buah bit, dan jagung.
c) Konsumsi berbagai Vitamin
- Vitamin A
Berperan cukup penting dalam produksi sperma yang sehat. Terdapat
pada hati, mentega, margarin, telur, susu, ikan berlemak, brokoli,
wortel, bayam, dan tomat.
- Vitamin D
Kekurangan vitamin D akan menurunkan tingkat kesuburan hingga
75%. Sumber vitamin D diproduksi di dalam tubuh dengan bantuan
sinar matahari, selain itu dapat pula diperoleh dari telur, susu, hati,
minyak ikan, ikan tuna, margarin, dan ikan salmon.
- Vitamin E
Vitamin E dapat meningkatkan kemampuan sperma membuahi sel
telur dan mencegah keguguran karena perannya dalam menjaga
kesehatan dinding rahim dan plasenta. Banyak terdapat pada minyak
tumbuh-tumbuhan, bekatul gandum, dan kecambah atau tauge.
- Vitamin B6
Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan hormon, padahal keseimbangan hormon estrogen
dan progesteron penting untuk terjadinya kehamilan. Sumber vitamin
B6 antara lain ayam, ikan, beras merah, kacang kedelai, kacang
tanah, pisang, dan sayur kol.
- Vitamin C
Pada wanita, vitamin C berperan penting untuk fungsi indung telur
dan pembentukan sel telur. Selain itu, sebagai antioksidan
(bekerjasama dengan vitamin E dan beta karoten) vitamin C berperan
melindungi sel-sel organ tubuh dari serangan radikal bebas (oksidan)
yang mempengaruhi kesehatan sistem reproduksi . Vitamin C banyak
terdapat pada jambu biji, jeruk, stroberi, pepaya, mangga, sawi,
tomat, dan cabai merah.
d) Cukupi zat seng
Berperan penting dalam pertumbuhan organ seks dan juga pembentukan
sperma yang sehat. Bagi calon ibu, seng membantu produksi materi
genetik ketika pembuahan terjadi. Bagi calon ayah, melancarkan
pembentukan sperma. Sumber seng antara lain makanan hasil
laut/seafood (seperti lobster, ikan, daging kepiting), daging, kacang-
kacangan (kacang mete dan almond), biji-bijian (biji labu dan bunga
matahari), serta produk olahan susu.
e) Cukupi zat besi
Kekurangan zat besi membuat siklus ovulasi (pelepasan sel telur) ibu
tergangu. Makanan atau multivitamin yang mengandung zat besi akan
membantu dalam persiapan kehamilan dan menghindari anemia yang
sering kali dikeluhkan oleh ibu hamil. Sumbernya: hati, daging merah,
kuning telur, sayuran hijau, jeruk, dan serealia yang diperkaya zat besi.
f) Fosfor
Jika kekurangan, menurunkan kualitas sperma calon ayah. Ada di susu,
dan ikan teri.
g) Selenium (Se)
Berperan penting dalam produksi sperma yang sehat. Gejala kekurangan
selenium antara lain tekanan darah tinggi, disfungsi seksual dan
ketidaksuburan. Sumber selenium antara lain adalah beras, bawang
putih, kuning telur, seafood, jamur, dan semangka.
h) Kurangi konsumsi kandungan makanan yang berminyak
Jika memungkinkan, calon ibu dapat mengganti minyak goreng dengan
minyak zaitun. Kandungan asam lemak yang terkandung di dalam
minyak zaitun bermanfaat untuk kesehatan jantung, tubuh, serta level
kolestrol sehingga menyeimbangkan endokrin yang sehat.
i) Membatasi Kafein
Batasi konsumsi kopi dan teh dikarenakan mengandung kafein yang
dapat memperburuk kesehatan menjelang persiapan kehamilan.
Rekomendasi dari pakar kesehatan bahwa mengawali kehamilan dapat
dilakukan dengan batas mengkonsumsi kafein sebanyak 200 miligram,
hal ini juga dapat dibatasi sampai kehamilan.
j) Hindari konsumsi
 Daging mentah, karena berisiko mengandung virus penyebab
toksoplasma, parasit penyebab infeksi janin, dan bakteri E.coli yang
berbahaya bagi kehamilan dan janin.
 Sayuran mentah (lalap dan salad). Bila proses pencucian kurang
baik, dapat mengandung virus penyebab toksoplasma.
 Daging ayam dan telur ½ matang atau mentah, kemungkinan ada
bakteri salmonella penyebab diare berat.
 Ikan bermekuri. Merkuri yang terakumulasi dan tertinggal di darah
akan memengaruhi sistem saraf janin. Waspada makan ikan tuna
kalengan, tuna beku, kakap putih, bawal hitam, marlin, tongkol, dan
hiu. Meski kaya omega 3 dan 6, ikan dari sebagian perairan
Indonesia diduga tercemar merkuri melalui penurunan kualitas air
maupun rantai makanan.
C. Faktor yang mempengaruhi kesuburan
Kesuburan (fertilitas) adalah kemampuan seorang wanita (istri) untuk menjadi
hamil dan melahirkan anak hidup dari pasangan pria (suami) yang mampu
menghamilkannya (Handayani, dkk, 2010). Masa subur adalah suatu masa dalam
siklus menstruasi perempuan di mana terdapat sel ovum yang siap dibuah, sehingga
bila perempuan tersebut melakukan hubungan seksual maka dimungkinkan terjadi
kehamilan. Masa subur merupakan rentang waktu pada wanita yang terjadi “sebulan
sekali” (Indriarti, dkk, 2013). Masa subur terjadi pada hari ke-14 sebelum menstruasi
selanjutnya terjadi (Purwandari, 2011).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesuburan pasangan usia subur antara lain:
1. Umur
Pada perempuan, usia reproduksi sehat dan aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah 20-35 tahun (Prawirohardjo, 2010). Hal ini dikarenakan pada
usia <20 tahun secara fisik dan mental ibu belum kuat yang memungkinkan
berisiko lebih besar mengalami anemia, pertumbuhan janin terhambat, dan
persalinan prematur. Sedangkan pada usia ≥35 tahun kondisi fisik mulai
melemah. Meskipun pada umur 40 tahun keatas perempuan masih dapat hamil,
namun fertilitas menurun cepat sesudah usia tersebut. Usia reprodukstif
perempuan yang terbaik pada usia 20 tahunan, selanjutnya kesuburan secara
bertahap menurun pada usia 30 tahun, terutama setelah usia 35 tahun (American
Society for Reproductive Medicine, 2012).
2. Frekuensi Sengganma
Fertilisasi (pembuahan) atau peristiwa terjadinya pertemuan antara
spermatozoa dan ovum,akan terjadi bila koitus (senggama) berlangsung pada
saat ovulasi. Dalam keadaan normal sel spermatozoa masih hidup selama 1-3
hari dalam organ reproduksi wanita, sehingga fertilisasi masih mungkin jika
ovulasi terjadi sekitar 1-3 hari sesudah koitus berlangsung. Sedangkan ovum
seorang wanita umurnya lebih pendek lagi yaitu lx24 jam, sehingga bila kiotus
dilakukan-pada waktu tersebut kemungkinan besar bisa terjadi pembuahan. Hal
ini berarti walaupun suami istri mengadakan hubungan seksual tapi tidak
bertepatan dengan masa subur istri yang hanya terjadi satu kali dalam sebulan,
maka tidak akan terjadi pembuahan dan tidak akan terjadi kehamilan pada istri
(Khaidir, 2006).
3. Lama Berusaha
Penelitian mengenai lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan
kehamilan menunjukkan, bahwa 32,7% seorang istri akan hamil dalam satu
bulan pertama, 57,0% dalam tiga bulan pertama, 72.1% dalam enam bulan
pertama, 85,4% dalam 12 bulan pertama, dan 93,4% dalam 24 bulan pertama.
Waktu rata~rata yang dibutuhkan untuk menghasilkan kehamilan adaleh. 2,3-2.8
bulan. Jadi lama suatu pasangan suami istri berusaha secara teratur merupakan
faktor penentu untuk dapat terjadi kehamilan (Khaidir, 2006).

4.
BAB III
TINJAUAN KASUS

No Register : 01.0057xx
Tanggal Pengkajian : 30 November 2020, pukul 10.00 WIB
Tempat Pengkajian : Poli KIA Puskesmas Pundong

A. Subjektif
1. Identitas
Nama : Nn. A
Umur : 26 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jelapan, Seloharjo
No.Telp : 087846026xxx
2. Alasan datang
Nn. A mengatakan ingin suntik TT untuk syarat menikah
3. Keluhan Utama
Tidak ada
4. Riwayat Menstruasi
Mens teratur setiap bulan selama ±7 hari.
HPHT 03 Desember 2020.
5. Riwayat Kesehatan
Tidak sedang ataupun pernah menderita penyakit jantung, hipertensi, asma,
DM, ginjal, batuk lama (TBC atau difteri), belum pernah melakukan
pemeriksaan hepatitis, IMS dan HIV/AIDS.
a. Riwayat Pernikahan
Pasangan akan menikah tanggal 19 Desember 2020
1) Catin Wanita : pernikahan yang pertama
2) Catin Laki-laki : pernikahan yang pertama
b. Riwayat Psikososial Budaya
Keluarga dari dua belah pihak mendukung pernikahan. Kedua calon pengantin
mengatakan sudah siap secara mental untuk menikah dan tidak menunda
kehamilan setelah menikah, bahkan ingin segera memiliki anak. Tidak ada
budaya tertentu yang berhubungan dengan pernikahan.

B. Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Antropometri :
BB : 65 kg
TB : 165 cm
LILA : 26 cm
IMT : 23,88 kg/m2
d. Tanda-tanda Vital
TD : 105/70 mmHg
N : 79 x/menit
RR : 23 x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
1) Catin Wanita
(1) Bentuk tubuh : Normal
(2) Wajah : wajah tidak pucat, tidak ada kelainan yang
berkenaan dengan genetic seperti sindrom down
(3) Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
(4) Mulut : bibir tidak pucat, lembab tidak kering
(5) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
(6) Dada : tidak dilakukan
(7) Abdomen : tidak dilakukan
(8) Anogenital : tidak dilakukan
2) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 3 April 2018
Catin Wanita
 Golongan Darah :A
 Rhesus : (+)
 HB : 12 g/dL ( Normal 12 – 15 g/dL)
 PpTest : Negatif (-)
 GDS : 104
 HIV : Non Reaktif
 HbSAg : Non Reaktif
 IMS (Siphilis) : Non Reaktif

C. Analisa
Nn A Usia 26 Tahun Pranikah dengan kondisi sehat.

D. Penatalaksanaan
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada pada pasien bahwa secara umum keadaan
mereka baik, tanda- tanda vital dalam batas normal, hasil pemeriksaan
laboratorium dalam batas normal.
- Pasien mengerti dengan penjelasan yang diberikan
2. Memberikan KIE pada pasien tentang Kesehatan Reproduksi, perencanaan
kehamilan sehat, nutrisi untuk mengatasi anemia, bahaya anemia.
- Pasien mengerti dengan penjelasan yang diberikan
3. Melakukan informed consent injeksi imunisasi TT.
- Pasien memahami penjelasan dan setuju imunisasi TT
4. Melakukan injeksi imunisasi TT di lengan kiri pasien.
- Telah dilakukan injeksi imunisasi TT.
5. Melakukan kolaborasi dengan gizi untuk mendapatkan KIE tentang asupan gizi
yang dianjurkan untuk mempersiapkan kehamilan..
- Telah dilakukan.
6. Melakukan kolaborasi dengan psikolog untuk mendapatkan konseling tentang
kesiapan menikah.
- Telah dilakukan.
7. Memberikan terapi Asam Folat dan Tablet Fe sebanyak 30 butir. Dikonsumsi 1
kali sehari untuk mempersiapkan kehamilan.
- Telah diberikan.
8. Melakukan pendokumentasian baik di rekam medis dan Buku Register
- Telah dilakukan.
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan pengkajian data subyektif diperoleh bahwa Nn. A berusia 26 tahun.


Menurut BKKBN (2017), umur ideal yang matang secara biologis dan psikologis adalah
20 – 25 tahun bagi wanita. Sehingga usia Nn. A termasuk yang sudah sangat matang
atau terbilang sudah berumur untuk menikah. Hal ini dikarenakan pada usia <20 tahun
secara fisik dan mental ibu belum kuat yang memungkinkan berisiko lebih besar
mengalami anemia, pertumbuhan janin terhambat, dan persalinan prematur. Sedangkan
pada usia ≥35 tahun kondisi fisik mulai melemah yang memicu terjadinya berbagai
komplikasi pada kehamilan, persalinan, dan masa nifas.
Dalam riwayat psikososial didapatkan bahwa kedua calon pengantin sudah siap
secara mental untuk menikah dan tidak menunda kehamilan setelah menikah, bahkan
ingin segera memiliki anak. Keputusan ini sudah tepat, karena usia Nn. A yang belum
memasuki usia 30 tahun dimana menurut American Society for Reproductive Medicine
(2012) kesuburan secara bertahap menurun pada usia 30 tahun. Sehingga sangat
dianjurkan untuk segera merencakan memiliki anak jika menikah pertama kali pada usia
30 tahun.
Pada data objektif, Nn A memiliki IMT 23,88 kg/m 2 dan Lila 26 cm yang
termasuk dalam kategori normal. IMT normal ialah 18,5 – 25 kg/m 2 (Depkes, 2011).
Sedangkan, ambang batas LiLA WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm.
Apabila LLA < 23,5 cm atau IMT < 18,5 kg/m 2 , artinya wanita tersebut mempunyai
risiko KEK atau gizi kurang, dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah
(BBLR), BBLR mempunyai risiko kematian, gizi kurang, gangguan pertumbuhan, dan
perkembangan anak (Supariasa, dkk, 2014).
Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan laboratoriun dan diperoleh
hasil Hb Nn. A 12 g/dL. Menurut kriteria WHO anemia adalah kadar hemoglobin di
bawah 13 g% pada pria dan di bawah 12 g% pada wanita. Kriteria ini digunakan untuk
evaluasi anemia pada penderita dengan keganasan. Anemia merupakan tanda adanya
penyakit. Anemia selalu merupakan keadaan tidak normal dan harus dicari penyebabnya
(Oehadian, 2012). Sementara pada kasus ini, kadar hemoglobin calon pengantin berada
dalam batas normal, sehingga tidak menunjukkan adanya tanda penyakit serius lainnya.
Selain itu, hasil laboratorium Nn. A menunjukkan HIV Non Reaktif (-),HbSAg
Non Reaktif (-), dan IMS (sifilis) Non Reaktif. Pemeriksaan ini dilakukan untuk deteksi
dini ada /tidaknya penyakit menular seksual yang nantinya dapat ditularkan kepada janin
jika ibu berencana untuk hamil. Sesuai dengan panduan dari CDC (center for Disease
Control and Prevention) US bahwa deteksi dini HIV dapat rutin pada wanita dengan sex
tidak aman, dan semua wanita yang tidak memiliki risiko virus HIV, sedangkan untuk
deteksi dini hepatitis B dilakukan pada wanita yang memiliki risiko, dan belum pernah
vaksin. Penyakit HIV dan hepatitis B dapat ditularkan saat didalam kandungan melalui
aliran darah plasenta yang dapat menyebabkan abortus spontan, IUGR, kelainan
kongenital (Lisa, dkk,2015).
Setelah dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif, maka dilakukan
analisis terhadap Nn. A yaitu pasangan usia subur dengan persiapan pernikahan dan
perencanaan kehamilan. Penatalaksanaan yang diberikan pada Nn A diantaranya dengan
pemberian konseling pranikah yang didalamnya meliputi tentang kesehatan reproduksi,
khususnya persiapan kehamilan dan masa subur. Karena masa subur adalah suatu masa
dalam siklus menstruasi perempuan di mana terdapat sel ovum yang siap dibuah,
sehingga bila perempuan tersebut melakukan hubungan seksual maka dimungkinkan
terjadi kehamilan (Indriarti, dkk, 2013).
Selain itu, pemberian imunisasi TT pada Nn. A. Hal tersebut dilakukan dalam
upaya pencegahan dan perlindungan terhadap penyakit tetanus, sehingga akan memiliki
kekebalan seumur hidup untuk melindungi ibu dan bayi terhadap penyakit tetanus.
Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) dilakukan untuk mencapai status T5 hasil
pemberian imunisasi dasar dan lanjutan. Status T5 sebagaimana dimaksud ditujukkan
agar wanita usia subur memiliki kekebalan penuh. Dalam hal status imunisasi belum
mencapai status T5 saat pemberian imunisasi dasar dan lanjutan, maka pemberian
imunisasi tetanus toxoid dapat dilakukan saat yang bersangkutan menjadi calon
pengantin (Kemenkes, 2017).
Persiapan kehamilan lainnya yakni dengan menganjurkan mengkonsumsi
makanan tinggi asam folat atau suplemen asam folat 0,4 gram minimal 1 bulan sebelum
kehamilan. Berperan dalam perkembangan system saraf pusat dan darah janin, cukup
asam folat mengurangi risiko bayi lahir dengan cacat sistem saraf sebanyak 70%. Jika
seorang perempuan memiliki kadar asam folat yang cukup setidaknya 1 bulan sebelum
dan selama kehamilan, maka dapat membantu mencegah kecacatan pada otak dan tulang
belakang bayi (BKKBN, 2014).
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Nn A usia 26 tahun dengan persiapan pernikahan dan perencanaan kehamilan.
Keputusan untuk merencanakan kehamilan segera setelah menikah merupakan
keputusan yang tepat mengingat usia Nn. A. Menurut American Society for
Reproductive Medicine (2012) kesuburan secara bertahap menurun pada usia 30
tahun. Apalagi pada usia ≥35 tahun kondisi fisik mulai melemah yang memicu
terjadinya berbagai komplikasi pada kehamilan, persalinan, dan masa nifas.
Hasil analisis dari kasus ini berdasarkan hasil pengkajian data subjektif dan
objektif pada Nn. A sebagai calon pasangan pengantin, yaitu pasangan usia subur
dengan persiapan pernikahan dan perencanaan kehamilan (prakonsepsi). Sehingga,
tata laksana yang diberikan, selain persiapan pernikahan sesuai panduan calon
pengantin yang telah ditetapkan oleh Kemenkes, juga diberikan tambahan konseling
dan anjuran terkait dengan perencanaan kehamilan, seperti KIE persiapan
kehamilan, masa subur, dan anjuran konsumsi asam folat 0,4 mg minimal satu
bulan sebelum kehamilan. Sehingga, dengan tata laksana yang sesuai diharapkan
dapat membantu pasangan calon pengantin mencapai tujuan secara optimal yakni
segera memperoleh keturunan yang sehat atau generasi platinum dalam ikatan
pernikahan yang sah.
B. Saran
1. Bagi Calon Pasangan Pengantin
Diupayakan untuk terus melaksanakan anjuran yang diberikan tenaga kesehatan
agar tujuan mendapatkan keturunan sehat dapat dicapai.
2. Bagi Fasilitas Kesehatan
Pemberian asuhan kebidanan pada masa pra konsepsi harus terus
ditingkatkan,dapat dilakukan dengan cara konseling pranikah karena melahirkan
generasi yang cerdas dimulai dari dalam kandungan, dan pemberian vaksin
sebelum pranikah seperti HPV, Hepatitis B.
DAFTAR PUSTAKA.

American Society for Reproductive Medicine. 2012. Age and Fertility. Alabama:
American Society for Reproductive Medicine.

BKKBN. 2014. Modul pengajaran mempersiapkan kehamilan yang sehat. BKKBN dan
UMM. Diakses dari http://dp2m.umm.ac. id/files/ file/informasi%20progra
%20insentif%20 ristek/modul%20pengajaran%20menjaga%20 kehamila
%20sehat.pdf. tanggal 1 April 2018.
BKKBN. 2017. BKKBN: Usia Pernikahan Ideal 21 – 25 Tahun. Diunduh di
https://www.bkkbn.go.id/detailpost/bkkbn-usia-pernikahan-ideal-21-25-tahun.
Diakses pada 1 April 2018.
Depkes. 2011. Petunjuk Teknis Pemantauan Status Gizi Orang Dewasa dengan Indeks
Massa Tubuh (IMT). Jakarta: Depkes RI.
Kemenkes. 2014. Infodatin Diabetes Melitus. Jakarta: Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI.
Kemenkes. 2014. Infodatin Hipertensi. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI.
Kemenkes. 2017. Buku Saku Bagi Penyuluh Pernikahan Kesehatan Reproduksi Calon
Pengantin: Menuju Keluarga Sehat. Jakarta: Kementrian Kesehatan dan
Kementerian Agama.
Khaidir M. 2006. Penilaian Tingkat Fertilitas Dan Penatalaksanaannya Pada Pria. Jurnal
Kesehatan Masyarakat, September 2006, I (1). Page 30-34.
Kurniawan, L. B. 2016. Patofisiologi, Skrining, dan Diagnosis Laboratorium Diabetes
Melitus Gestasional. CDK-246. 43 (11): 811 – 813.
Oehadian, A. 2012. Pendekatan Klinis dan Diagnosis Anemia. CDK-194. 3 (6): 408 –
412.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 tentang
Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, Dan
Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta
Pelayanan Kesehatan Seksual. Kementrian Kesehatan RI, 2014.
Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Purwandari. 2011. Permulaan Kehidupan Manusia (Perkembangan Pranatal). Bahan
Materi Kuliah. FIP. Yogyakarta: UNY.
RSUA. 2013. Penyebab Infertilitas pada Pria dan Wanita. Artikel. Web RSUA.
Diunduh dari http://rumahsakit.unair.ac.id/dokumen/Penyebab%20 Infertilitas
%20pada%20Pria%20dan%20Wanita.pdf. pada tanggal 1 April 2018.
Setiawan, E. 2017. Kamus Besar Bahasa Indonesia Online versi 2.0. Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Kemdikbud. /. Diakses pada 1 April
2018 di https://www.kbbi.web.id.
Triningtyas, D. A., dkk. 2017. Konseling Pranikah: Sebuah Upaya Meredukasi Budaya
Pernikahan Dini di Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo. Jurnal
Konseling Indonesia. 3 (1): 28 – 32.

Anda mungkin juga menyukai