Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN HOLISTIK PADA BAYI, BALITA,


DAN ANAK PRASEKOLAH (BD.7006)
Bayi A Usia 9 Bulan 10 Hari dengan Imunisasi Measles Rubella (MR)

di Puskesmas Kotagede I

Oleh:

Fajri Febriani Muslih


P07124519014

Pembimbing Akademik:

Yulianti Sari R, S.SiT., M. Keb


NIP. 198107272005012003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

JURUSAN KEBIDANAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN

KESEHATAN YOGYAKARTA TAHUN 2019


HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KOMPREHENSIF
“Bayi A Usia 9 Bulan 10 Hari dengan Imunisasi Measles Rubella (MR)

di Puskesmas Kotagede I ”

Disusun Oleh

Fajri Febriani Muslih


P07124519014

Telah disetujui

Pada tanggal : Desember 2019

Mengetahui.

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Yulianti Sari R, S.SiT., M. Keb Endang Hijrohwati, Amd. Keb


NIP. 198107272005012003 NIP. 196911101990032005

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Komprehensif dengan judul “Bayi A
Usia 9 Bulan 10 Hari dengan Imunisasi Measles Rubella (MR) di Puskesmas Kotagede
I”. Laporan ini dapat terwujud atas bimbingan dan pengarahan berbagai pihak yang
tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. DR. Yuni Kusmiyati, SST., MPH selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta.
2. Hesty Widyasih, S.SiT., M.Keb selaku ketua Prodi Pendidikan P r o f e s i
Bidan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta.
3. Yulianti Sari R, S.SiT., M. Keb selaku pembimbing akademik dari Jurusan
Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta
4. Endang Hijrohwati, Amd. Keb selaku pembimbing lahan dai Puskesmas
Kotagede I yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis.
5. Orang tua dan keluarga yang telah memberikan bantuan dukungan material
dan moral

Akhir kata, semoga laporan ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu
khususnya ilmu kebidanan.

Yogyakarta, 15 Desember 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Tujuan...................................................................................... 1
C. Ruang Lingkup........................................................................ 2
D. Manfaat.................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN KASUS DAN TEORI .............................................. 4


A. Tinjauan Kasus ....................................................................... 4
B. Tinjauan Teori........................................................................ 5

BAB III PEMBAHASAN ........................................................................... 14


A. Pembahasan Pengkajian .......................................................... 14
B. Pembahasan Analisa................................................................ 15
C. Pembahasan Penatalaksanaan ................................................. 15

BAB IV PENUTUP..................................................................................... 17
A. Kesimpulan .............................................................................. 17
B. Saran ......................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 18


LAMPIRAN ASKEB ......................................................................................

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Campak dan rubella merupakan penyakit infeksi menular melalui saluran
nafas yang disebabkan oleh virus campak dan rubella. Batuk dan bersin dapat
menjadi jalur masuknya virus campak maupun rubella. Campak merupakan
penyakit menular yang disebabkan oleh virus genus Morbillivirus. Rubella
merupakan masalah kesehatan yang mempunyai berbagai dampak klinis dan
dapat memberikan dampak buruk baik berupa mortalitas dan morbiditas.
Penyakit campak dan rubella dapat memberikan dampak buruk terhadap
kesehatan anak di Indonesia, sehingga pemerintah melaksanakan kampanye
vaksinasi MR. Vaksin MR memberikan manfaat seperti dapat melindungi anak
dari kecacatan dan kematian akibat komplikasi pneumonia, diare, kerusakan
otak, ketulian, kebutaan dan penyakit jantung bawaan.
Terdapat 83 kasus pasti CRS pada tahun 2015-2016 diantaranya 77%
menderita kelainan jantung, 67,5% menderita katarak dan 47% menderita
ketulian. Pada tahun 2010 sampai 2015, terdapat 23.164 kasus campak dan
30.463 kasus rubella di Indonesia.
Mengingat pentingnya imunisasi dasar sebagai pencegahan terhadap
berbagai macam penyakit, maka peran bidan untuk menurun angka kesakitan
pada bayi salah satunya dengan memberikan asuhan kebidanan yang efektif
terhadap pemberian imunisasi. Sehingga, masalah kesehatan pada bayi dapat
dicegah dan dideteksi secara dini. Oleh karena itu penulis tertarik untuk
memberikan asuhan komprehensif pada tatalaksana imunisasi MR.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan asuhan
kebidanan pada bayi menggunakan pola pikir manajemen kebidanan serta
mendokumentasikan hasil asuhannya.

1
2

2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat melaksanakan pengkajian pada kasus bayi A usia 9
bulan dengan imunisasi Measles Rubella (MR).
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi diagnosa/masalah kebidanan
berdasarkan data subyektif dan data obyektif pada kasus bayi A usia 9
bulan dengan imunisasi Measles Rubella (MR).
c. Mahasiswa dapat merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada
kasus bayi A usia 9 bulan dengan imunisasi Measles Rubella (MR.
d. Mahasiswa dapat melaksanakan tindakan untuk menangani kasus bayi
A usia 9 bulan dengan imunisasi Measles Rubella (MR).
e. Mahasiswa dapat melaksanakan evaluasi untuk menangani kasus bayi A
usia 9 bulan dengan imunisasi Measles Rubella (MR).
f. Mahasiswa dapat melakukan pendokumentasian kasus bayi A usia 9
bulan dengan imunisasi Measles Rubella (MR).

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup laporan komprehensif ini adalah pelaksanaan pelayananan
kebidanan yang berfokus pada masalah kesehatan bayi yang berkaitan dengan
imunisasi Measles Rubella (MR).

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman secara
langsung, sekaligus penanganan dalam menerapkan ilmu yang diperoleh
selama pendidikan. Selain itu, menambah wawasan dalam menerapkan
asuhan kebidanan pada kasus imunisasi Measles Rubella (MR).
3

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Mahasiswa
Dapat mengkaji teori, menjabarkan ilmu, serta mengaplikasikan
asuhan yang akan diberikan pada kasus imunisasi Measles Rubella (MR)
pada bayi.
b. Bagi Bidan Pelaksana di Puskesmas Kotagede I
Laporan komprehensif ini dapat dijadikan dokumentasi di Puskesmas
Kotagede I, dapat juga menjadi bahan update keilmuan.
BAB II
KAJIAN KASUS DAN TEORI
A. Kajian Kasus
Ny. L datang membawa anak perempuannya yaitu bayi A ke Puskesmas
Kotagede I pada hari Kamis, 12 Desember 2019 pukul 09.00 WIB. Ny. L
mengatakan ingin mengimunisasikan MR pada anaknya. Kemudian dilakukan
anamesa, Ny. L mengatakan tanggal lahir anaknya yaitu tanggal 02 Maret 2019
dan saat ini anaknya berusia 9 bulan 10 hari, beliau mengatakan imunisasi
sebelumnya yaitu DPT 3 anaknya mengalami demam selama satu hari. Ibu
mengatakan riwayat persalinan spontan ditolong oleh dokter. Tidak ada
komplikasi pada ibu dan bayi. BB lahir 2900 gram, PB lahir 49 cm, LK lahir
33 cm.
Ny. L mengatakan riwayat imunisasi HB 0 : tanggal 02-03-2019, BCG:
tanggal 18-04-2019, DPT-HB-HiB 1 dan IPV 1: 23-05-2019. DPT-HB-HiB 2 :
tanggal 20-06-2019, IPV 2 : tanggal 20-06-2019, DPT-HB-HiB 3 dan IPV 3:
tanggal 18-07-2019. Berdasarkan hasil anamnesa, Ny. L mengatakan anaknya
diberikan ASI ekslusif selama 6 bulan dan mulai diberi makanan pendamping
ASI saat berusia 6 bulan. Ibu mengatakan makanan yang dikonsumsi bayi A
yaitu ASI, makan 3 kali sehari seperti nasi tim. Bayi A tidak mengonsumsi
susu formula. Ibu mengatakan saat ini keadaan anaknya sehat, tidak dalam
keadaan demam batuk, dan pilek.
Berdasarkan hasil pemeriksaan objektif didapatkan hasil BB : 9,2 kg, PB :
70 cm, N : 97 kali/menit, S : 36,6, R : 40 kali/menit, LK : 45 cm. Dari hasil
pemeriksaan diketahui bahwa bayi A dalam keadaan sehat sehingga dapat
dilakukan imunisasi Measles Rubella (MR). Kemudian melakukan injeksi
vaksin MR, penyuntikan dilakukan pada otot deltoid di lengan kiri atas dengan
dosis 0,5 ml diberikan secara subkutan (SC). Menjelaskan Kejadian Ikutan
Pasca Imunisasi (KIPI) imunisasi MR pada Ny. R, bahwa akan terjadi demam
atau nyeri pada bagian yang disuntikkan imunisasi. Memberikan terapi obat
paracetamol yang diminumkan jika hanya anak demam, KIE nutrisi bayi, dan
jadwal imunisasi selanjutnya.

4
5

B. Kajian Teori
1. Definisi bayi
Bayi dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu bayi cukup bulan, bayi
premature, dan bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR). Bayi (Usia 0-
11 bulan) merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat
yang mencapai puncaknya pada usia 24 bulan, sehingga kerap diistilahkan
sebagai periode emas sekaligus periode kritis.
2. Imunisasi
a. Pengertian imunisasi
Imunisasi adalah memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk
mencegah terhadap suatu penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah
bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang
dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan, seperti vaksin, BCG, DPT,
campak dan melalui mulut seperti vaksin polio.
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan
kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari
penyakit. Pentingnya imunisasi didasarkan pada pemikiran bahwa
pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan
kesehatan anak.
b. Tujuan imunisasi
Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu
pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok
masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari
dunia seperti pada imunisasi cacar variola.
c. Jenis-jenis imunisasi
Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan
efek-efek yang merugikan. Imunisasi ada 2 macam, yaitu :
1) Imunisasi aktif
Merupakan suatu pemberian bibit penyakit yang telah dilemahkan
(vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan
6

memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini, sehingga ketika


terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan merespon.
2) Imunisasi pasif
Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara
pemberian zat immunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui
suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia
(kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui placenta) atau binatang
yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam
tubuh yang terinfeksi.
d. Imunisasi dasar
1) Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin)
a) Pengertian
Bacillus Calmette Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun
sehingga didapatkan hasil yang tidak virulen tetapi masih
mempunyai imunogenitas. Vaksinasi BCG menimbulkan
sensitivitas terhadap tuberkulin, tidak mencegah infeksi
tuberculosis tetapi mengurangi risiko terjadi tuberculosis berat
seperti meningitis TB.
b) Cara pemberian dan dosis:
( 1 ) Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih
dahulu. Melarutkan dengan mengggunakan alat suntik steril
Auto Distruct Scheering(ADS) 5 ml.
( 2 ) Dosisi pemberian: 0,05 ml.
( 3 ) Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas
(insertion musculus deltoideus). Dengan menggunakan Auto
Distruct Scheering (ADS) 0,05 ml.
( 4 ) Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat
3 jam.
c) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberculosis.
7

d) Kontra indikasi:
( 1 ) Adanya penyakit kulit yang berat/menahun
seperti: eksim, furunkulosis dan sebagainya.
( 2 ) Mereka yang sedang menderita TBC.
e) Efek samping
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum
seperti deman. Setelah 1-2 minggu akan timbul indurasi dan
kemerahan ditempat suntikan yang berubah menjadi pustule,
kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan, akan
sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut.
2) Vaksin DPT
a) Pengertian
Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus) adalah vaksin yang
terdiri dari toxoid difteridan tetanus yang dimurnikan serta bakteri
pertusis yang telah diinaktivasi. Difteri merupakan penyakit yang
disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheria. Difteri
bersifat ganas, mudah menular dan menyerang terutama saluran
nafas bagian atas. Penularannya bisa karena kontak langsung
dengan penderita melalui bersin atau batuk atau kontak tidak
langsung karena adanya makanan yang terkontaminasi bakteri
difteri.
Penderita akan mengalami beberapa gejala seperti demam lebih
kurang 38°C, mual, muntah, sakit waktu menelan dan terdapat
pseudomembranputih keabu-abuan di faring, laring, atau tonsil.
Pertusis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh kuman
Bordetella Pertusis. Kuman ini mengeluarkan toksin yang
menyebabkan ambang rangsang batuk yang hebat dan lama.
Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi
kuman Clostridium tetani. Tetanus dapat menyerang bayi, anak-
anak bahkan orang dewasa.
8

b) Cara pemberian dan dosis:


( 1 ) Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu
agar suspensi menjadi homogen.
( 2 ) Disuntik secara intramuskuler dengan dosis pemberian 0,5 ml
sebanyak 3 dosis.
( 3 ) Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis
selanjutnya diberikan dengan interval paling cepat 4 minggu
(1 bulan).
( 4 ) Cara memberikan vaksin ini, sebagai berikut:
(a)Letakkan bayi dengan posisi miring diatas pangkuan ibu
dengan seluruh kaki terlentang.
(b)Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi.
(c)Pegang paha dengan ibu jari dan jari telunjuk.
(d)Masukkan jarum dengan sudut 90 derajat.
(e)Tekan seluruh jarum langsung ke bawah melalui kulit
sehingga masuk kedalam otot.
c) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadap difteri,
pertusis, dan tetanus.
d) Kontra indikasi
Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau
gejala serius keabnormalan pada syaraf merupakan kontraindikasi
pertusis. Anak-anak yang mengalami gejala-gejala parah pada dosis
pertama, komponen pertusisharus dihindarkan pada dosis kedua,
dan untuk meneruskan imunisasinya dapat diberikan DT.
e) Efek samping
Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti lemas, demam tinggi,
iritabilitas, dan meracau yang biasanya terjadi 24 jam setelah
imunisasi.
9

3) Vaksin hepatitis B
a) Pengertian
Vaksin hepatitis B adalahvaksin virus rekombinan yang telah
diinaktivasikan dan bersifat in infectious, berasal dari HBsAg yang
dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorph) menggunakan
teknologi DNA rekombinan.
b) Cara pemberian dan dosis:
( 1 ) Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu
agar suspensi menjadi homogen.
( 2 ) Vaksin disuntikkan dengan dosis 0,5 ml, pemberian suntikan
secara intramuskuler sebaiknya pada anterolateral paha.
( 3 ) Pemberian sebanyak 3 dosis. Dosis pertama diberikan pada
usia 0-7 hari, dosis berikutnya dengan interval minimum 4
minggu (1 bulan).
c) Indikasi
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang
disebabkan virus hepatitis B.
d) Kontra indikasi
Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti
vaksin- vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan kepada
penderita infeksi berat disertai kejang.
e) Efek samping
Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakan
disekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan
dan biasanya hilang setelah 2 hari.
4) Vaksin IPV
a) Pengertian
Merupakan imunisasi yang bertujuan mencegah penyakit
poliomyelitis. Pemberian vaksin polio dapat dikombinasikan
dengan vaksin DPT. Inactivated Polio Vaccine (IPV = Vaksin
Salk), mengandung virus polio yang telah dimatikan dan diberikan
10

melalui suntikan. Poliomielitis adalah penyakit pada susunan syaraf


pusat yang disebabkan oleh satu dari tiga virus yang berhubungan,
yaitu virus polio tipe 1, 2, atau 3.
b) Cara pemberian dan dosis
Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I, II, III dan IV)
dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi ulangan
diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat
masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun).
Cara memberikan vaksin ini, sebagai berikut:
( 1 ) Letakkan bayi dengan posisi miring diatas pangkuan ibu
dengan seluruh kaki terlentang.
( 2 ) Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi.
( 3 ) Pegang paha dengan ibu jari dan jari telunjuk.
( 4 ) Masukkan jarum dengan sudut 90 derajat.
( 5 ) Tekan seluruh jarum langsung ke bawah melalui kulit
sehingga masuk kedalam otot.
c) Kontraindikasi
Pemberian imunisasi polio tidak boleh dilakukan pada orang yang
menderita defisiensi imunitas. Tidak ada efek yang berbahaya yang
timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit.
5) Vaksin MR
a) Pengertian
Penyakit campak dikenal juga sebagai morbili atau measles,
merupakan penyakit yang sangat menular (infeksius) yang
disebabkan oleh virus. Manusia diperkirakan satu-satunya
reservoir, walaupun monyet dapat terinfeksi tetapi tidak berperan
dalam penularan.
Penyebab rubella adalah togavirus jenis rubivirus dan termasuk
golongan virus RNA. Virus rubella cepat mati oleh sinar ultra
violet, bahan kimia, bahan asam dan pemanasan. Virus tersebut
dapat melalui sawar plasenta sehingga menginfeksi janin dan dapat
11

mengakibatkan abortus atau congenital rubella syndrome (CRS).


Penyakit rubella ditularkan melalui saluran pernapasan saat batuk
atau bersin. Virus dapat berkembang biak di nasofaring dan
kelenjar getah bening regional, dan viremia terjadi pada 4 – 7 hari
setelah virus masuk tubuh. Masa penularan diperkirakan terjadi
pada 7 hari sebelum hingga 7 hari setelah rash. Masa inkubasi
rubella berkisar antara 14 – 21 hari. Gejala dan tanda rubella
ditandai dengan demam ringan (37,2°C) dan bercak merah/rash
makulopapuler disertai pembesaran kelenjar limfe di belakang
telinga, leher belakang dan sub occipital.
Rubella pada anak sering hanya menimbulkan gejala demam
ringan atau bahkan tanpa gejala sehingga sering tidak terlaporkan.
Sedangkan rubella pada wanita dewasa sering menimbulkan
arthritis atau arthralgia. Rubella pada wanita hamil terutama pada
kehamilan trimester 1 dapat mengakibatkan abortus atau bayi lahir
dengan CRS.
Dengan pemberian imunisasi campak dan rubella dapat
melindungi anak dari kecacatan dan kematian akibat pneumonia,
diare, kerusakan otak, ketulian, kebutaan dan penyakit jantung
bawaan. Vaksin MR diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5
ml. Vaksin hanya boleh dilarutkan dengan pelarut yang disediakan
dari produsen yang sama. Vaksin yang telah dilarutkan harus
segera digunakan paling lambat sampai 6 jam setelah dilarutkan.
Pada tutup vial vaksin terdapat indikator paparan suhu panas
berupa Vaccine Vial Monitor (VVM). Vaksin yang boleh
digunakan hanyalah vaksin dengan kondisi VVM A atau B.
b) Kontraindikasi:
( 1 ) Individu yang sedang dalam terapi kortikosteroid,
imunosupresan dan radioterapi.
( 2 ) Wanita hamil.
( 3 ) Leukemia, anemia berat dan kelainan darah lainnya.
12

( 4 ) Kelainan fungsi ginjal berat Decompensatio cordis


( 5 ) Setelah pemberian gamma globulin atau transfusi darah.
( 6 ) Riwayat alergi terhadap komponen vaksin (neomicyn).
c) Pemberian imunisasi ditunda pada keadaan sebagai berikut:
( 1 ) Demam.
( 2 ) Batuk pilek.
( 3 ) Diare.
d) Cara pemberian
Berikan imunisasi MR untuk anak usia 9 bulan sampai dengan <15
tahun tanpa melihat status imunisasi dan riwayat penyakit campak
atau rubella sebelumnya. Berikut adalah langkah-langkah dalam
melakukan penyuntikan vaksin MR:
( 1 ) Imunisasi dilakukan dengan menggunakan alat suntik sekali
pakai (autodisable syringe/ADS) 0,5 ml. Penggunaan alat
suntik tersebut dimaksudkan untuk menghindari pemakaian
berulang jarum sehingga dapat mencegah penularan penyakit
HIV/AIDS, Hepatitis B dan C.
( 2 ) Pengambilan vaksin yang telah dilarutkan dilakukan dengan
cara memasukkan jarum ke dalam vial vaksin dan pastikan
ujung jarum selalu berada di bawah permukaan larutan
vaksin sehingga tidak ada udara yang masuk ke dalam spuit.
( 3 ) Tarik torak perlahan-lahan agar larutan vaksin masuk ke
dalam spuit dan keluarkan udara yang tersisa dengan cara
mengetuk alat suntik dan mendorong torak sampai pada skala
0,5 cc, kemudian cabut jarum dari vial.
( 4 ) Bersihkan kulit tempat pemberian suntikan dengan kapas
kering sekali pakai atau kapas yang dibasahi dengan air
matang, tunggu hingga kering. Apabila lengan anak tampak
kotor diminta untuk dibersihkan terlebih dahulu.
( 5 ) Penyuntikan dilakukan pada otot deltoid di lengan kiri atas.
13

( 6 ) Dosis pemberian adalah 0,5 ml diberikan secara subkutan


(sudut kemiringan penyuntikan 45o).
( 7 ) Setelah vaksin disuntikkan, jarum ditarik keluar, kemudian
ambil kapas kering baru lalu ditekan pada bekas suntikan,
jika ada perdarahan kapas tetap ditekan pada lokasi suntikan
hingga darah berhenti.
e) KIPI pada MR
Vaksin MR adalah vaksin yang sangat amat aman, namun
seperti sifat setiap obat memiliki reaksi simpang. Reaksi simpang
yang mungkin terjadi adalah reaksi lokal seperti nyeri, bengkak dan
kemerahan di lokasi suntikan dan reaksi sistemik berupa ruam atau
rash, demam, dan malaise dan reaksi simpang tersebut akan
sembuh dengan sendirinya. Reaksi alergi berat seperti reaksi
anafilaksis dapat terjadi pada setiap orang terhadap setiap obat,
kemungkinan tersebut dapat juga terjadi pada pemberian vaksin
MR.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pembahasan Pengkajian
Bayi A berusia 9 bulan , lahir pada 02-03-2019, usia bayi A saat ini adalah 9
bulan 10 hari. Menurut Depkes bayi adalah yang berada pada rentang usia 0-12
bulan. Ny. L datang dengan alasan ingin mengimunisasikan bayinya.
Kemudian dilakukan pengkajian terlebih dahulu. Pengkajian yang dilakukan
pada kasus ini sudah sesuai dengan kebutuhan, dilakukan pengkajian berupa
keluhan, riwayat kesehatan anak dan keluarga, aktivitas sehari-hari anak, dan
gaya hidup anak. Kemudian pengkajian obyektif yang dilakukan adalah
pemeriksaan BB, TB, LK. BB anak M 17 kg, TB 110 cm, dan LK 51 cm. Hasil
pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui status gizi anak. Berdasarkan
tabel berat badan/ tinggi badan diketahui status gizi anak ini adalah normal/gizi
baik. (Direktorat Gizi, 2002). Pemeriksaan suhu juga dilakukan dengan hasil
36.6 C yang menunjukkan bayi tidak dalam keadaan demam sehingga bisa
diberikan imunisasi MR. Usia bayi juga merupakan usia yang disarankan untuk
dilakukan imunisasi MR.
Berdasarkan penelitian Kaunang menunjukan bahwa terdapat hubungan
antara pemberian imunisasi dasar dengan pertumbuhan bayi berdasarkan status
gizi bayi di Puskesmas Kembes. Didapatkan OR = 15,400 artinya pemberian
imunisasi dasar lengkap mempunyai 15,4 kali peluang untuk gizi baik
dibandingkan pemberian imunisasi tidak lengkap. Imunisasi merupakan
domain yang sangat penting untuk memiliki status gizi yang baik. Imunisasi
yang lengkap biasanya menghasilkan status gizi yang baik. Sebagai contoh
adalah dengan imunisasi seorang anak tidak mudah terserang penyakit yang
berbahaya, sehingga anak lebih sehat, dengan tubuh / status sehat asupan
makanan dapat masuk dengan baik, nutrisi pun terserap dengan baik. Nutrisi
yang terserap oleh tubuh bayi dimanfaatkan untuk pertumbuhannya, sehingga
menghasilkan status gizi yang baik.

14
15

B. Pembahasan Analisa
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan, didapatkan analisa pada anak
M yaitu :
1. Bayi M usia 9 bulan dengan gizi baik. Gizi baik didapatkan bahwa
menurut direktorat gizi masyarakat TB 70 cm dengan BB 9,2 kg adalah
termasuk gizi baik atau normal (Direktorat Gizi, 2002).
2. Bayi A usia 9 bulan dengan LK normal. Hal ini disimpulkan menurut
grafik lingkar kepala oleh Nethause bahwa bayi perempuan usia 9 bulan
memiliki LK normal sekitar 43-48 cm, sedangkan bayi A LK saat ini 45
cm.
3. Bayi A usia 9 bulan dengan pemberian imunisasi MR. Hal ini juga
sesuai dengan teori bahwa imunisa MR dapat diberikan pada bayi usia 9
bulan yang tidak sedang demam/ atau sedang dalam keadaan sehat.

C. Pembahasan Penatalaksanaan
Rangkaian penatalaksanaan yang dilakukan pada asuhan bayi A sudah
sesuai dengan teori. Sebelum dilakukan imunisasi MR, dilakukan pengkajian
terlebih dahulu mengenai keadaan bayi, pemeriksaan antropometri untuk
menentukan status gizi dan status kesehatan bayi. Setelah didapatkan hasil
pemeriksaan dan bayi dalam keadaan sehat memenuhi syarat untuk pemberian
imunisasi MR maka baru dilakukan imunisasi MR pada bayi. Bidan
memberikan penjelasan mengenai imunisasi MR terkait tujuan, cara
pemberian, efek samping, dan persetujuan. Imunisasi MR disuntikkan pada
lengan kiri atas /musculus deltoid secara SC dengan dosis 0,5 ml. Bidan
menyampaikan efek samping dari pemberian imunisasi MR yaitu kemungkinan
demam dalam rentang waktu 0-1 minggu setelah pemberian imunisasi.
Memberikan obat deman dan menganjurkan ibu untuk meminumkan pada bayi
ketika bayi demam, atau juga bisa dilakukan kompres hangat pada bagian
penyuntikan untuk mengurangi efek samping yang terjadi.
16

Selain itu bidan juga mengulas mengenai pemberian nutrisi bayi, ibu sudah
memberikan nutrisi bayi dengan baik berupa nasi tim, buah dan cemilan. Bidan
menyarankan untuk meneruskan pola pemberian nutrisi dan tetap diberikan
ASI agar status gizi bayi selalu dalam keadaan normal, melakukan sedikit
rangsangan pemeriksaan tumbuh kembang, bayi sudah bisa duduk dan baru
belajar merangkak, menyarankan untuk melakukan deteksi dini tumbuh
kembang karena usia saat ini adalah usia yang pas untuk dilakukan
pemeriksaan tumbuh kembang. Bidan memberikan jadwal untuk imunisasi
selanjutnya yaitu saat usia anak 18 bulan untuk mendapatkan imunisasi
Pentabio booster. Secara keseluruhan tatalaksana pada bayi A sudah dilakukan
sesuai prosedur dan wewenang bidan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam kasus ini, kami memahami kasus secara nyata tentang asuhan yang
diberikan pada kasus imunisasi Measles Rubella (MR). Asuhan kebidanan
yang diberikan pada bayi A di Puskesmas Kotagede I berjalan sesuai teori.
Selain itu dari penatalaksanaan kasus ini kami dapat:
1. Asuhan kebidanan pada bayi A dilakukan berdasarkan pengkajian dan
pemeriksaan fisik, sehingga penanganan yang diberikan berdasarkan
kebutuhan dan kewenangan bidan.
2. Asuhan kebidanan pada bayi A dapat diidentifikasi diagnosa kebidanan
yaitu imunisasi Measles Rubella (MR).
3. Asuhan kebidanan pada bayi A dengan merencanakan tindakan yang akan
dilakukan pada kasus imunisasi Measles Rubella (MR) yaitu dengan
melakukan imunisasi MR.
4. Asuhan kebidanan pada bayi A dengan melaksanakan tindakan untuk
menangani kasus imunisasi Measles Rubella (MR) dengan melakukan
imunisasi MR.
5. Asuhan kebidanan pada bayi A dengan melakukan evaluasi untuk
menangani kasus imunisasi Measles Rubella (MR) bahwa sudah dilakukan
imunisasi MR.
6. Asuhan kebidanan pada bayi A dengan melakukan pendokumentasian kasus
imunisasi Measles Rubella (MR)
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat menambah pengalaman dalam melaksanakan asuhan
kebidanan pada bayi dengan imunisasi MR.
2. Bagi Bidan Pelaksana di Puskesmas Kotagede I
Diharapkan dapat mempertahankan mutu pelayanan dalam memberikan
asuhan kebidanan pada bayi dengan imunisasi Measles Rubella (MR) secara
optimal.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Azizah, N., Suyati, Rhmawati, E., V. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu


Tentang Pentingnya Imunisasi Dasar Dengan Kepatuhan Melaksanakan
Imunisasi Dasar. 2012.
2. Departemen Kesehatan RI. Survei Demografi Keshatan Indonesia dan Angka
Kematian Bayi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2012.
3. Fida dan Maya. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Yogyakarta: D Medika;
2012.
4. Kementterian Kesehatan RI. Permenkes Nomor 12 Tahun 2017 Tentang
Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2017.
5. Melisa. Hubungan Pemberian Imunisasi Dasar dengan Tumbuh Kembang pada
Bayi (0-1 tahun) di Puskesmas Tombakulu Kabupaten Minahasa, Vol.4. 2016.
6. Rahun, Gde., IGW. Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2016.

18
(Lampiran Askeb)

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI


Bayi A usia 9 Bulan 10 Hari dengan Imunisasi MR di Puskesmas Kotagede I

Tanggal diperiksa : 12-12-2019


Tempat : Puskesmas Kotagede I

Biodata
1. Biodata Anak
Nama : Bayi A
Tanggal lahir : 02-03-2014
Jenis kelamin : Perempuan

2. Biodata Orang Tua


Ibu Ayah
Nama Ny. L Tn G
Umur 23 tahun 24 tahun
Agama Islam Islam
Suku/Bangsa Jawa / Indonesia Jawa / Indonesia
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan IRT Swasta
Alamat Prenggan Prenggan

Data Subyektif
1. Keluhan /alasan datang saat ini
Ibu mengatakan tidak ada keluhan dan ingin mengimunisasikan anaknya yang
berusia 9 bulan.
2. Riwayat persalinan anak
Anak lahir usia kehamilan aterm, secara spontan, ditolong bidan, dan tidak ada
penyulit baik pada ibu ataupun bayi.

3. Riwayat Pemberian Nutrisi


ASI Eksklusif diberikan selama 6 bulan, MPASI diberikan ketika anak usia 6
bulan. Saat ini anak diberikan makan nasi tim buah, ASI, air putih. Anak
makan 3 kali/hari.
4. Riwayat kesehatan
Anak tidak pernah sakit parah, tidak pernah opname, biasanya hanya batuk
pilek. Keluarga tidak memiliki riwayat penyakit seperti TBC, Jantung,
Hipertensi, DM, dll.
5. Riwayat imunisasi
Imunisasi HB 0 : tanggal 02-03-2019
BCG : tanggal 18-04-2019
DPT-HB-HiB 1 dan IPV 1 : 23-05-2019
DPT-HB-HiB 2 dan IPV 2 : tanggal 20-06-2019
DPT-HB-HiB 3 dan IPV 3 : tanggal 18-07-2019.

Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Nadi 97 kali/menit, R 40 kali/menit, S 36.6 C, BB 9.2 kg, TB 70 cm, LK 45cm.
2. Pemeriksaan fisik
a. Kulit : tidak pucat
b. Kepala : rambut hitam, ubun2 sudah
menutup, tidak ada odem
c. Mata : simetris, konjungtiva merah
muda, sklera putih.
d. Abdomen : tidak ada kembung
e. Ekstremitas : bergerak bebas dan aktif
Analisa

Bayi A usia 9 bulan lebih 10 hari dengan keadaan sehat dan bisa diberikan
imunisasi MR
Diagnosa potensial : Demam akibat KIPI imunisasi MR
Kebutuhan : Imunisasi MR dan KIE penanganan KIPI imunisasi MR

Penatalaksanaan

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa status gizi anak adalah normal, BB
dan TB sesuai/ normal, LK juga normal.
Ibu mengatakan mengerti
2. Menjelaskan kepada ibu bahwa bayinya saat ini dalam keadaam sehat dan bisa
diberikan imunisasi MR. Memberitahu ibu tujuan dari imunisasi MR yaitu
untuk mencegah penyakit campak dan rubella pada bayi. Memberitahu ibu cara
pemberian imunisasi MR yaitu dengan disuntikkan ke lengan kiri atas bayi
Ibu mengerti tujuan imunisasi MR
3. Menjelaskan mengenai kemungkinan efek samping dari imunisasi MR yaitu
bengkak dan demam pada bayi. Meminta persetujuan ibu untuk dilakukan
imunisasi MR pada bayi.
Ibu bersedia anaknya diimunisasi MR
4. Menyiapkan vaksin MR sebanyak 0,5 ml menyuntikkan pada lengan kiri atas
secara SC.
Bayi sudah mendapatkan imunisasi MR dengan dosis 0,5ml.
5. Memberitahu ibu cara mengatasi kemungkinan efek yang terjadi yaitu dengan
melakukan kompres hangat pada daerah penyuntikkan agar tidak terjadi
bengkak, kemungkinan demam terjadi pada rentang waktu 0-1 minggu, apabila
bayi demam maka segera diberikan obat penurun demam.
Ibu mengerti cara menangani kemungkinan efek samping yang terjadi.
6. Menganjurkan ibu untuk meneruskan pola pemberian nutrisi yang baik dengan
tetap memberikan makan nati tim dan tetap diberikan ASI. Menganjurkan ibu
untuk memeriksakan tumbuh kembang bayinya karena usia saat ini adalah usia
pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang
Ibu bersedia
7. Memberitahu ibu jadwal imunisasi selanjutnya yaitu saat bayi berusia 18 bulan
untuk imunisasi pentabio booster. Menganjurkan ibu untuk datang pada jadwal
tersebut.
Ibu bersedia datang kembali.

Anda mungkin juga menyukai