Anda di halaman 1dari 82

LAPORAN KASUS

FISIOLOGI HOLISTIK PERSALINAN

Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan

Praktik Kebidanan Fisiologi Holistik Persalinan

Program Studi Pedidikan Profesi Bidan

Disusun oleh:

Nama : SRI YUNIARTI


NIM : PO.62.24.2.20.350

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2020
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NY. S. USIA 33 TAHUN G1P0A0


HAMIL 40 MINGGU JANIN TUNGGAL HIDUP INTRA UTERINE PRESENTASI
KEPALA DENGAN PERSALINAN NORMAL DI PMB EDITH SAFARINA, S.Tr,Keb

Disusun Oleh :

Nama : SRI YUNIARTI


NIM PO.62.24.2.20.350
Kelas Pendidikan Profesi Bidan Angkatan II Semester I

Tangga Pemberian Asuhan : November 2020

Disetujui

Pembimbing Lapangan
Tanggal : Nopember 2020
Di : Kasongan
EDITH SAFARINA, S.Tr.Keb
NIP.19770829 200501 2 010
Pembimbing Institusi
Tanggal : Nopember 2020
Di : Palangka Raya

HETI IRA AYUE, SST.,M.Keb


NIP.19781027 200501 2 001

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya,
Laporan Kasus ini dapat diselesaikan.Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima
kasih kepada Pembimbing Lahan Praktek, Ibu Edith Safarina, S.Tr.Keb yang telah berkenan
mengizinkan saya praktek di PMB. Dan tidak lupa saya ucapan terima kasih kepada Dosen
Pembimbing dari Institusi, Ibu Heti Ira Ayue,SST.,M.Keb dan dan sebagai Ketua Program
Studi Sarjana Terapan Kebidanan dan Profesi Bidan, serta Ibu Ketut
Resmaniasih,SST.,M.Kes sebagai Koordinator Stase IVPraktik Kebidanan Fisiologi Holistik
Persalinan, yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada saya selama
melakukan praktek klinik ini.
Penulis berharap dengan adanya Laporan Kasus ini dapat dikembangkan dan
berguna serta bermanfaat dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dan bayi
baru lahir.Selain itu penulis juga sadar bahwa pada Laporan Kasus ini ditemukan banyak
sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran untuk dapat dikembangkan oleh penulis dimasa yang akan datang,
Akhir kata, penulis berharap Laporan Kasus ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.

Kasongan, Nopember 2020

SRIYUNIARTI
NIM.PO.62.24.2.20.350

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN...................................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................................iv
BAB I. PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Tujuan...............................................................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................3
A. Teori Asuhan Kebidanan Yang Diterapkan Pada Pra Konsepsi dan Perencanaan
Kehamilan Sehat.............................................................................................3
1. Pengetahuan Kesehatan Reproduksi...........................................................3
2. Kehamilan dan Perencanaan Kehamilan ...................................................8
3. Kondisi Yang Perlu Diwaspadai Pada PUS...............................................11
4. Kesehatan Jiwa...........................................................................................13
5. Pengetahuan Tentang Fertilitas (Masa Subur)............................................14
6. Kekerasan Dalam Rumah Tangga..............................................................21
B. Teori Evedence Based Midwifery Pada Pra Konsepsi dan Perencanaan
Kehamilan Sehat.............................................................................................25
1. Efek Ekstrak Etanol 70% Akar Saluang Balum (Lavanga sarmentosa, Blume kurz)
Terhadap Spermatogenesis dan Gambaran Histopatologik
Testis Mencit..............................................................................................25
2. Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.)
Terhadap Viabilitas Spermatozoa Tikus Putih (Rattus norvegicus)
Galur Wistar Jantan Yang Diinduksi Monosodium Glutamate (MSG).....26
3. Formulasi dan Karakteristik SNE (Self Nanoemulsion)
Buah Kurma Muda Sebagai Antiinfertilitas...............................................27
4. Preconception Care Sebagai Strategi Menurunkan Angka Kematian Ibu Di
Indonesia.....................................................................................................28

DAFTAR LAMPIRAN

Refleksi Kritis Jurnal Literatur.....................................................................................


Media KIE Poster.........................................................................................................
Jurnal Literatur.............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke
dalam jalan lahir. Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala, tanpa komplikasi, baik pada ibu maupun janin (Asri, dalam
penelitian Puspitasari, 2020).
Persalinan merupakan suatu hal yang fisiologis terjadi, namun ada sebagian ibu
yang merasa tegang, takut, dan menyakitkan dalam menghadapi proses persalinan
(Depkes RI dalam penelitian Puspitasari, 2017).
Nyeri persalinan dapat menyebabkan rasa penderitaan pada ibu, dan juga
merupakan kekhawatiran utama bagi setiap ibu. Karena jika tidak ditangani dengan
baik akan berdampak besar pada outcome dari proses kelahiran bayi. Rasa sakit saat
melahirkan bisa menjadddi salah satu penyebab stres pada ibu bersalin.Terdapat
beberapa tekhnik untuk mengurangi nyeri persalinan Kala I yaitu secara farmakologis
dan non farmakologis (Astuti, 2015 dalam penelitian Rahayu, 2020). Tekhnik untuk
mengurangi nyeri secara non farmakologis yaitu seperti akupuntur, tehnik
pernafasan, akupresure, dan terapi musik. Namun didalam laporan kasus ini penulis
ingin mengetahui cara mengurangi nyeri menggunakan tekhnik masase punggung
pada sacrum dan menggunakan tekhnik relaksasi nafas.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis ingin menulis laporan kasus
yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Ny. S. Usia 33 Tahun G1P0A0
Hamil 40 Minggu Janin Tunggal Hidup Intra Uterine Presentasi Kepala Dengan
Persalinan Normal di PMBEdith Safarina, S.Tr,Keb”

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu memberikan asuhan kebidanan pada nyeri persalinan Kala I


berdasarkan Evidence Based Midwifery.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian data subjektif dan data objektif pada nyeri
persalinan Kala I

b. Mampu menegakkan diagnosa pada nyeri persalinan Kala I


c. Mampu merencanakan asuhan kebidanan asuhan kebidanan nyeri persalinan
Kala I berdasarkan Evidence Based Midwifevery.

d. Mampu mengimplementasikan asuhan kebidanan pada nyeri persalinan Kala I


berdasarkanEvidence Based midwifery.

C. Manfaat

1. Klien

Sebagai pilihan alternatif dalam mengatasi nyeri kala I persalinan dan memenuhi
kebutuhan rasa nyaman

2. Mahasiswa

Sebagai penerapan asuhan kebidanan holistik pada kala I persalinan


berdasarkan EBM

3. Lahan Praktek

Sebagai acuan dalam memberikan asuhan kebidanan holistik pada kala I


persalinan berdasarkan EBM

4. Institusi

Sebagai referensi untuk pembelajaran dalam asuhan kebidanan holistik pada kala I
persalinan berdasarkan EBM

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Asuhan Kebidanan Yang diterapkan Pada Persalinan dan Bayi Baru
Lahir
I. Konsep Dasar Persalinan Fisiologis
1. Definisi Persalinan
a. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin
turun ke dalam jalan lahir (Saifudin, dalam Herry,2018)
b. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
dari dalam uterus melelui vagina ke dunia luar (Winkjisastro, dalam
Herry, 2018)
c. Persalinan normal adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang
kepala dengan ibu sendiri, tanpa bantuan alat – alat serta tidak melukai
ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam (Mochtar,
dalam Herry,2018).

2. Etiologi
Menurut Wiknjosastro, dalam Herry (2018) mulai dan berlangsungnya
persalinan, antara lain:
a. Teori Penurunan Hormon Progesteron
Penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron yang terjadi
antara 1–2 minggu sebelum partus dimulai. Progesteron bekerja sebagai
penenang bagi otot–otot uterus dan akan menyebabkan kekejangan
pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron turun.
Progesteron menimbulkan relaxasi otot-otot rahim, sebaliknya
estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat
keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen dalam darah, tetapi
pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his.
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu,
dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, dan pembuluh darah
mengalami penyempitan dan buntu. Produksi progesteron mengalami
penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oxitosin.
Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progesteron tertentu (Ari,2016).
b. Teori Plasenta Menjadi Tua
Villi korialis mengalami perubahan, sehingga kadar estrogen dan
progesteron menurun yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah,
hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori Berkurangnya Nutrisi Pada Janin
Jika nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera
di keluarkan.
d. Teori Oksitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst
posterior.Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone dapat
mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi
Braxton Hicks. Di akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga
oxitocin bertambah dan meningkatkan aktivitas otot-otot rahim yang
memicu terjadinya kontraksi sehingga terdapat tanda-tanda persalinan.
e. Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15
minggu yang dikeluarkan oleh desidua.Prostaglandin yang dihasilkan
oleh desidua diduga menjadi salah satu sebab permulaan
persalinan.Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2
atau E2 yang diberikan secara intravena, intra dan extra amnial
menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap umur
kehamilan.Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan
kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat keluar.Prostaglandin
dapat dianggap sebagai pemicu terjadinya persalinan. Hal ini juga
didukung dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air
ketuban maupun daerah perifer pada ibu hamil, sebelum melahirkan atau
selama persalinan.
f. Teori Ketegangan Otot Rahim
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas
tertentu.Setelah melewati batas tertentu terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat dimulai.Seperti halnya dengan Bladder dan Lambung,
bila dindingnya teregang oleh isi yang bertambah maka timbul kontraksi
untuk mengeluarkan isinya.Demikian pula dengan rahim, maka dengan
majunya kehamilan makin teregang otot-otot dan otot-otot rahim makin
rentan. Contoh, pada kehamilan ganda sering terjadi kontraksi setelah
keregangan tertentu sehingga menimbulkan proses persalinan.
g. Teori Distensi Rahim
Keadaan uterus/rahim yang terus menerus membesar dan menjadi
tegang mengakibatkan iskemia otot – otot uterus.Hal ini mungkin
merupakan faktor yang dapat menggangu sirkulasi uteroplasenter
sehingga plasenta menjadi degenerasi.
h. Pengaruh Janin
Hipofisis dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga
memegang peranan karena pada anencephalus kehamilan sering lebih
lama dari biasa, karena tidak terbentuk hipotalamus. Pemberian
kortikosteroid dapat menyebabkan maturasi janin, dan induksi (mulainya
) persalinan.
i. Teori Iritasi Mekanik
Tekanan pada ganglion servikalis dari fleksus frankenhauser yang
terletak di belakang serviks. Bila ganglion ini tertekan, kontraksi uterus
akan timbul.
j. Induksi Partus (Induction Of Labour)
Partus dapat di timbulkan dengan jalan :
1) Gagang laminaria : beberapa laminaria di masukkan dalam kanalis
servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser.
2) Amniotomi : pemecahan ketuban
3) Oksitosin drips : pemberian oksitosin menurut tetesan infus.

3. Tanda dan Gejala Persalinan


a. Tanda Persalinan Sudah Dekat
1) Lightening
Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa bahwa
keadaannya menjadi lebih enteng.Ia merasa kurang sesak, tetapi
sebaliknya ia merasa bahwa berjalan sedikit lebih sukar, dan sering
diganggu oleh perasaan nyeri pada anggota bawah.
2) Pollikasuria
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan didapatkan epigastrium
kendor, fundus uteri lebih rendah dari pada kedudukannya dan kepala
janin sudah mulai masuk ke dalam pintu atas panggul.Keadaan ini
menyebabkan kandung kencing tertekan sehingga merangsang ibu
untuk sering kencing yang disebut Pollakisuria.
3) False Labor
3-4 minggu sebelum persalinan, calon ibu diganggu oleh his
pendahuluan yang sebetulnya hanya merupakan peningkatan dari
kontraksi Braxton Hicks. His pendahuluan ini bersifat :
a) Nyeri yang hanya terasa di perut bagian bawah
b) Tidak teratur
c) Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan majunya waktu
dan bila dibawa jalan malah sering berkurang
d) Tidak ada pengaruh pada pendataran atau pembukaan servix
4) Perubahan Servix
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan cervix menunjukkan bahwa
cervix yang tadinya tertutup, panjang dan kurang lunak, kemudian
menjadi lebih lembut, dan beberapa menunjukkan telah terjadi
pembukaan dan penipisan.Perubahan ini berbeda untuk masingmasing
ibu, misalnya pada multipara sudah terjadi pembukaan 2 cm namun
pada primipara sebagian besar masih dalam keadaan tertutup.
5) Energy Sport
Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi kira-kira 24-28 jam
sebelum persalinan mulai. Setelah beberapa hari sebelumnya merasa
kelelahan fisik karena tuanya kehamilan maka ibu mendapati satu hari
sebelum persalinan dengan energi yang penuh. Peningkatan energi
ibu ini tampak dari aktifitas yang dilakukannya seperti membersihkan
rumah, mengepel, mencuci perabot rumah, dan pekerjaan rumah
lainnya sehingga ibu akan kehabisan tenaga menjelang kelahiran bayi,
sehingga persalinan menjadi panjang dan sulit.
6) Gastrointestinal Upsets
Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda seperti diare,
obstipasi, mual dan muntah karena efek penurunan hormon terhadap
sistem pencernaan.
b. Tanda Pasti Persalinan
Yang merupakan tanda pasti dari persalinan adalah sebagai berikut :
1) Timbulnya kontraksi uterus biasa juga disebut dengan his persalinan
yaitu his pembukaan yang mempunyai sifat sebagai berikut :
a) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan
b) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
c) Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan kekuatannya
makin besar
d) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan cervix
e) Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi.
Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan pada servix
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit). Kontraksi yang terjadi
dapat menyebabkan pendataran, penipisan dan pembukaan serviks.
2) Penipisan dan Pembukaan Servix
Penipisan dan pembukaan servix ditandai dengan adanya pengeluaran
lendir dan darah sebagai tanda pemula.
3) Bloody Show (Lendir Disertai Darah Dari Jalan Lahir)
Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari Canalis Cervicalis
keluar disertai dengan sedikit darah.Perdarahan yang sedikit ini
disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen
bawah rahim hingga beberapa kapiler darah terputus.
4) Premature Rupture of Membrane
Adalah keluarnya cairan banyak dengan dari jalan lahir.Hal ini terjadi
akibat ketuban pecah atau selaput janin robek.Ketuban biasanya
pecah kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap dan dalam hal
ini keluarnya cairan merupakan tanda yang lambat sekali.Tetapi
kadang-kadang ketuban pecah pada pembukaan kecil, malahan
kadang-kadang selaput janin robek sebelum persalinan. Walaupun
demikian persalinan diharapkan akan mulai dalam 24 jam setelah air
ketuban keluar.

4. Mekanisme Dalam Persalinan


a. Turunnya kepala dibagi dalam beberapa fase sebagai berikut.
1) Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul (PAP) terutama pada
primigravida terjadi pada bulan terakhir kehamilan tetapi pada
multipara biasanya terjadi pada permulaan persalinan
2) Masuknya kepala kedalam PAP biasanya dengan Sutura Sagitalis
melintang menyesuaikan dengan letak punggung (Contoh: apabila
dalam palpasi didapatkan punggung kiri maka Sutura Sagitalis akan
teraba melintang kekiri/ posisi jam 3 atau sebaliknya apabila punggung
kanan maka Sutura Sagitalis melintang ke kanan/posisi jam 9). Pada
saat itu kepala dalam posisi fleksi ringan.
3) Jika Sutura Sagitalis dalam diameter Anteroposterior dari PAP maka
masuknya kepala akan menjadi sulit karena menempati ukuran yang
terkecil dari PAP.
4) Jika Sutura Sagitalis pada posisi di tengah-tengah jalan lahir yaitu tepat
di antara Symphysis dan Promontorium, maka dikatakan dalam posisi
”Synclitismus” pada posisi tersebut Os ParietaleAnterior dan Posterior
sama tingginya.
5) Jika Sutura Sagitalis ke depan mendekati Symphisis atau ke belakang
mendekati Promontorium, maka dikatakan dalam posisi
”Asynclitismus”
6) Acynclitismus Posterior adalah posisi Sutura Sagitalis mendekati
Symphisis dan Os ParietalePosterior lebih rendah dari Os Parietale
Anterior.
7) Acynclitismus Anterior adalah posisi Sutura Sagitalis mendekati
Promontorium sehingga Os Parietale Anterior lebih rendah dari Os
Parietale Posterior
8) Pada saat kepala masuk PAP dalam posisi Asynclitismus Posterior
ringan. Pada saat kepala janin masuk PAP akan terfiksasi yang disebut
dengan Engagement.
b. Masuknya Kepala Janin
1) Pada primi gravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk ke
dalam rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II
2) Pada multi gravida majunya kepala dan masuknya kepala dalam rongga
panggul terjadi bersamaan
3) Majunya kepala bersamaan dengan gerakan-gerakan yang lain yaitu:
fleksi, putaran paksi dalam, dan ekstensi
4) Majunya disebabkan karena
a) Tekanan cairan intrauterine
b) Tekanan langsung oleh fundus uteri oleh bokong
c) Kekuatan mengejan
d) Melurusnya badan bayi oleh perubahan bentuk rahim
c. Fleksi
1) Fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang
paling kecil yaitu dengan diameter Suboccipito Bregmatikus (9,5cm)
menggantikan Suboccipito Frontalis (11cm).
2) Fleksi disebabkan karena janin didorong maju dan sebaliknya
mendapat tahanan dari pinggir PAP, cervix, dinding panggul atau dasar
panggul.
3) Akibat adanya dorongan di atas kepala janin menjadi fleksi karena
moment yang menimbulkan fleksi lebih besar daripada moment yang
menimbulkan defleksi.
4) Sampai di dasar panggul kepala janin berada dalam posisi fleksi
maksimal. Kepala turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari
belakang atas ke bawah depan.
5) Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intra uterin
yang disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan
rotasi yang disebut sebagai putaran paksi dalam.
d. Putaran Paksi Dalam
1) Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian
rupa sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan ke
bawah symphisis
2) Pada presentasi belakang kepala bagian terendah adalah daerah ubun-
ubun kecil dan bagian ini akan memutar ke depan ke bawah symphisis
3) Putaran paksi dalam mutlak diperlukan untuk kelahiran kepala, karena
putaran paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi
kepala dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan
pintu bawah panggul
4) Putaran paksi dalam terjadi bersamaan dengan majunya kepala dan
tidak terjadi sebelum kepala sampai di Hodge III, kadang-kadang baru
terjadi setelah kepala sampai di dasar panggul
5) Sebab-sebab terjadinya putaran paksi dalam:
a) Pada letak fleksi, bagian kepala merupakan bagian terendah dari
kepala
b) Bagian terendah dari kepala mencari tahanan yang paling sedikit
terdapat sebelah depan atas dimana terdapat hiatus genitalis antara
muskulus levator ani kiri dan kanan
c) Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter
anteroposterior
e. Defleksi
1) Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di dasar
panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini
disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
mengarah ke depan di atas, sehingga kepala harus mengadakan ekstensi
untuk dapat melewati pintu bawah panggul.
2) Dalam rotasi UUK akan berputar ke arah depan, sehingga di dasar
panggul UUK berada di bawah simfisis, dengan suboksiput sebagai
hipomoklion kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat
dilahirkan.
3) Pada saat ada his vulva akan lebih membuka dan kepala janin makin
tampak. Perineum menjadi makin lebar dan tipis, anus membuka
dinding rektum.
4) Dengan kekuatan his dan kekuatan mengejan, maka berturut-turut
tampak bregmatikus, dahi, muka, dan akhirnya dagu dengan gerakan
ekstensi.
5) Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi, yang disebut
putaran paksi luar

f. Ekstensi
1) Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di dasar
panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini
disebabkan karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
mengarah ke depan di atas, sehingga kepala harus mengadakan ekstensi
untuk dapat melewati pintu bawah panggul.
2) Jika tidak terjadi ekstensi maka kepala akan tertekan pada perineum
dan menembusnya.
3) Kepala bekerja dengan 2 kekuatan yaitu satu mendesak ke bawah dan
satunya lagi menolak ke atas karena adanya tahanan dasar panggul.
4) Setelah subocciput tertahan di pinggir bawah symphysis, maka yang
dapat maju adalah bagian yang berhadapan dengan subocciput
g. Putaran Paksi Luar
1) Putaran paksi luar adalah gerakan kembali sebelum putaran paksi
dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan
punggung janin.
2) Bahu melintasi PAP dalam posisi miring.
3) Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk
panggul yang dilaluinya hingga di dasar panggul, apabila kepala telah
dilahirkan bahu akan berada dalam posisi depan belakang.
4) Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dulu baru kemudian bahu
belakang, kemudian bayi lahir seluruhnya

5. Tahapan Persalinan
a. Kala I
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan
servix hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I
berlangsung 18–24 jam dan terbagi menjadi dua fase yaitu fase laten dan
fase aktif.
1) Fase Laten
a) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan servix secara bertahap
b) Pembukaan servix kurang dari 4 cm
c) Berlangsung di bawah hingga 8 jam
2) Fase Aktif
Fase ini terbagi menjadi 3 fase yaitu akselerasi, dilatasi maximal, dan
deselerasi.
a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat
(kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih
dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih
b) Servix membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan kecepatan 1 cm
atau lebih perjam hingga permbukaan lengkap (10 cm)
c) Terjadi penurunan bagian terendah janin
b. Kala II
1) Pengertian
Persalinan kala II dimulai dengan pembukaan lengkap dari serviks
dan berakhir dengan lahirnya bayi. Proses ini berlangsung 2 jam pada
primigravida dan 1 jam pada multigravida.
2) Tanda dan gejala
a) Ibu ingin meneran
b) Perineum menonjol
c) Vulva vagina dan sphincter anus membuka
d) Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat
e) His lebih kuat dan lebih cepat 2-3 menit sekali
f) Pembukaan lengkap (10 cm )
g) Pada Primigravida berlangsung rata-rata 1.5 jam dan multipara rata-
rata 0.5 jam
h) Pemantauan
(1) Tenaga atau usaha mengedan dan kontraksi uterus
(2) Janin yaitu penurunan presentasi janin dan kembali normalnya
detak jantung bayi setelah kontraksi
3) Fisiologi Kala II
a) His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 -100 detik,
frekuensinya tiap 2-3 menit
b) Ketuban pecah ditandai dengan keluarnya cairan kekuningkuningan
secara spontan dan banyak
c) Ada dorongan untuk mengedan
d) Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai di dasar
panggul, perineum menonjol, vulva membuka dan anus terbuka
e) Pada puncak his, bagian kecil kepala nampak di vulva dan hilang
lagi waktu his berhenti, begitu terus hingga nampak lebih besar
f) Pada akhirnya lingkaran terbesar kepala terlihat sepenuhnya di
muara vulva sehingga tidak bisa mundur lagi, tonjolan tulang ubun-
ubun telah lahir dan subocciput ada di bawah symphisis
g) Pada his berikutnya dengan ekstensi maka lahirlah ubun-ubun besar,
dahi dan mulut pada commissura posterior. Saat ini untuk primipara,
perineum biasanya akan robek pada pinggir depannya karena tidak
dapat menahan regangan yang kuat tersebut
h) Setelah kepala lahir dilanjutkan dengan putaran paksi luar, sehingga
kepala melintang, vulva menekan pada leher dan dada tertekan oleh
jalan lahir sehingga dari hidung anak keluar lendir dan cairan
i) Pada his berikutnya bahu belakang lahir kemudian bahu depan
disusul seluruh badan anak dengan fleksi lateral, sesuai dengan
paksi jalan lahir
j) Setelah anak lahir, sering keluar sisa air ketuban, yang tidak keluar
waktu ketuban pecah, kadang-kadnag bercampur darah
k) Lama kala II pada primi  50 menit pada multi  20 menit
c. Kala III
1) Pengertian
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir
dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban, berlangsung tidak lebih
dari 30 menit.Kala III disebut dengan kala uri atau kala pengeluaran
plasenta Pada kala III dilakukan peregangan tali pusat terkendali (PTT)
dilanjutkan pemberian oksitosin untuk kontraksi uterus dan mengurangi
perdarahan.
2) Tanda-tanda pelepasan plasenta :
a) Perubahan ukuran dan bentuk uterus
b) Uterus menjadi bundar dan uterus terdorong ke atas karena plasenta
sudah terlepas dari segmen bawah rahim
c) Tali pusat memanjang
d) Semburan darah tiba tiba
3) Fisiologi Kala III
Segera setelah bayi dan air ketuban sudah tidak lagi berada di
dalam uterus, kontraksi akan terus berlangsung dan ukuran rongga
uterus akan mengecil. Pengurangan dalam ukuran uterus ini akan
menyebabkan pengurangan dalam ukuran tempat melekatnya plasenta.
Oleh karena tempat melekatnya plasenta tersebut menjadi lebih kecil,
maka plasenta akan menjadi tebal atau mengkerut dan memisahkan diri
dari dinding uterus. Sebagian dari pembuluh-pembuluh darah yang
kecil akan robek saat plasenta lepas. Tempat melekatnya plasenta akan
berdarah terus hingga uterus seluruhnya berkontraksi. Setelah plasenta
lahir, dinding uterus akan berkontraksi dan menekan semua pembuluh-
pembuluh darah ini yang akan menghentikan perdarahan dari tempat
melekatnya plasenta tersebut. Sebelum uterus berkontraksi, wanita
tersebut bisa kehilangan darah 350-360 cc/menit dari tempat
melekatnya plasenta tersebut.Uterus tidak bisa sepenuhnya
berkontraksi hingga plasenta lahir dahulu seluruhnya. Oleh sebab itu,
kelahiran yang cepat dari plasenta segera setelah ia melepaskan dari
dinding uterus merupakan tujuan dari manajemen kebidanan dari kala
III yang kompeten.
d. Kala IV
1) Pengertian
Dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah
persalinan. Paling kritis karena proses perdarahan yang berlangsung
pada masa ini. Kala ini disebut juga kala pemantauan/observasi.
Dilakukan pada 1 jam setelah plasenta lahir, dilakukan pemantauan 15
menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta dan dilanjutkan 30
menit pada jam kedua setelah persalinan. Jika kondisi ibu tidak stabil,
perlu dipantau lebih sering. Observasi intensif karena perdarahan yang
terjadi pada masa kala IV yaitu :
a) Tingkat kesadaran ibu
b) Pemeriksaan tanda vital ibu
c) Kontraksi uterus ibu
d) Perdarahan, dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi
500cc.
2) Fisiologi Kala IV
Setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari dibawah
pusat. Otot-otot uterus berkontraksi, pembuluh darah yang ada diantara
anyaman-anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan.
3) Pemantauan Yang Dilakukan
a) Kontraksi Uterus
Kontraksi dapat diketahui dengan palpasi.Setelah plasenta lahir
dilakukan pemijatan uterus untuk merangsang uterus
berkontraksi.Dalam evaluasi uterus yang perlu dilakukan adalah
mengobservasi kontraksi dan konsistensi uterus. Kontraksi uterus yang
normal adalah pada perabaan fundus uteri akan teraba keras. Jika tidak
terjadi kontraksi dalam waktu 15 menit setelah dilakukan pemijatan
uterus akan terjadi atonia uteri.
b) Perdarahan
Perdarahan: ada/tidak, banyak/biasa
c) Kandung Kemih
Kandung kencing: harus kosong, kalau penuh ibu diminta untuk
kencing dan kalau tidak bisa lakukan kateterisasi. Kandung kemih
yang penuh mendorong uterus keatas dan menghalangi uterus
berkontraksi sepenuhnya
d) Luka Laserasi
Derajat laserasi perineum terbagi atas :
(1) Derajat I
Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior dan kulit
perineum. Pada derajat I ini tidak perlu dilakukan penjahitan,
kecuali jika terjadi perdarahan
(2) Derajat II
Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum
dan otot perineum. Pada derajat II dilakukan penjahitan dengan
teknik jelujur

(3) Derajat III


Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum,
otot perineum dan otot spingter ani external, dan dinding rectum
anterior
(4) Derajat IV
Pada derajat III dan IV segera lakukan rujukan karena laserasi
ini memerlukan teknik dan prosedur khusus
e) Uri dan selaput ketuban harus lengkap
f) Keadaan umum ibu: tensi, nadi, pernapasan, dan rasa sakit
g) Keadaan Umun Ibu, meliputi :
(1) Periksa Setiap 15 menit pada jam pertama setelah persalinan dan
setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan jika kondisi itu
tidak stabil pantau lebih sering
(2) Apakah ibu membutuhkan minum
(3) Apakah ibu akan memegang bayinya
h) Pemeriksaan tanda vital
i) Kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri: Periksa raba apakah fundus
uteri berkontraksi kuat dan berada dibawah umbilikus. Periksa fundus :
(1) 2-3 kali dalam 10 menit pertama
(2) Setiap 15 menit pada jam pertama setelah persalinan
(3) Setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan
(4) Masage fundus (jika perlu) untuk menimbulkan kontraksi
j) Pastikan bayi dalam keadaan baik

6. Partograf
a. Pengertian
Partograf merupakan alat berupa grafik pemantauan kemajuan
persalinan yang dapat menilai kondisi janin. Penilaian hasil penilaian
dalam partograf harus secara benar, karena pencatatan yang salah akan
menimbulkan kekeliruan dalam menganalisa hasil pemeriksaan dan
menetapkan diagnose yang dapat berakibat pada keterlambatan dalam
deteksi dini adanya penyulit persalinan dal pengambilan keputusan klinik
yang tepat. Serta keterlambatan dalam memberikan intervensi secara cepat
dan tepat sehingga dapat membahayakan keselamatan janin (Eliza,2017)
Salah satu penyebab kematian ibu disebabkan oleh partus lama, karena
pertolongan persalinan yang tidak terpantau kemajuannya sehingga
menimbulkan keterlambatan dalam memberikan pertolongan yang tepat.
Persalinan lama adalah persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam pada
primigravida dan 18 jam pada multigravida. Pada persalinan lama/macet
salah satu penyebabnya adalah kurang efektif pemantauan kemajuan
persalinan.Hal ini dapat diantisipasi dengan penggunaan partograf
(Rosmaladewi, 2019).

b. Tujuan
Dengan adanya partograf bertujuan untuk mencegah komplikasi pada
ibu dan janin, dengan cara deteksi dini. Observasi yang ketat harus
dilakukan selama Kala I persalinan untuk keselamatan ibu dan janin, hasil
observasi tersebut dicatat dalam partograf.Dengan adanya partograf dapat
membantu Bidan dalam mengenali apakah ibu masih dalam kondisi normal
atau mulai disertai penyulit.Dengan selalu menggunakan partograf Bidan
dapat mengambil keputusan klinik dengan cepat dan tepat.

c. Isi Partograf
Partograf dilengkapi dengan halaman depan dan belakang untuk
diketahui dengan lengkap proses persalinan Kala I sampai Kala IV. Pada
halaman depan partograf berisi informasi tentang ibu, kondisi janin,
kemajuan persalinan, jam dan waktu, kontraksi uterus, obat-obatan dan
cairan yang diberikan, kondisi ibu serta asuhan yang diberikan, dan pada
halaman belakang partograf berisi pencatatan hasil proses persalinan
sampai dengan lahirnya bayi dan tindakan yang dilakukan Bidan

7. Lima Benang Merah Dalam Asuhan Persalinan dan Neonatal


Aspek dasar yang sangat penting dalam persalinan yang bersih dan
aman, sangat melekat pada setiap persalinan, baik normal maupun patologis
disebut dengan Lima benang merah (Sulis, 2019).
a. Membuat Keputusan Klinik
Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang
akan digunakan untuk merencanakan arahan bagi ibu dan bayi baru lahir.
Langkah dalam membuat keputusan klinik adalah sebagai berikut :
1) Pengumpulan data utama dan relevan untuk membuat keputusan
2) Menginterpretasikan data dan mengidentifikasi masalah
3) Membuat diagnosis dan menentukan masalah yang terjadi
4) Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk mengatasi
masalah
5) Memantau dan mengevaluasi efektivitas asuhan atau intervensi

b. Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi


Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai
budaya, kepercayaan, dan keingian ibu. Salah satu prinsip dasarnya adalah
mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan
kelahiran bayi. Perhatian dan dukungan kepada ibu selama proses
persalinan akan mendapatkan rasa aman dan keluaran yang baik. Juga
mengurangi jumlah persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum, cunam,
dan seksio caesaria) dan persalinan akan berlangsung lebih cepat. Beberapa
asuhan sayang ibu dalam persalinan, yaitu sebagai berikut :
1) Memanggil ibu sesuai namanya, menghargainya, dan memperlakukan
sesuai martabatnya
2) Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan dilakukan pada ibu
sebelum memulai asuhan
3) Menganjurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau
khawatir ibu
4) Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu
5) Memberikan dukungan, membesarkan hatinya, dan menenteramkan
perasaan ibu selama persalinan dan kelahiran bayi
6) Mengajarkan suami dan keluarga mengenai cara memperhatikan dan
mendukung ibu selama proses persalinan dan kelahiran bayi
7) Melakukan pencegahan infeksi yang baik secara konsisten
8) Menjaga privasi ibu
9) Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan
dan kelahiran bayi
10) Menganjurkan ibu untuk minum cairan dan makan-makanan ringan
bila ibu menginginkannya
11) Menghargai dan memperbolehkan praktik tradisional yang tidak
memberikan pengaruh yang merugikan
12) Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan
(episiotomi, pencukuran, dan klisma)
13) Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera mungkin
14) Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah
kelahiran bayi
15) Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu)
16) Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik, bahan-
bahan, perlengkapan, dan obat-obatan yang diperlukan. Siap
melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi
c. Pencegahan Infeksi
Prinsip-prinsip nya yaitu :
1) Setiap orang harus dianggap dapat menularkan penyakit
2) Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi
3) Permukaan benda disekitar kita, peralatan atau benda lainnya yang akan
dan telah bersentuhan dengan permukaan kulit yang utuh, lecet selput
mukosa atau darah harus dianggap terkontaminasi, sehingga diproses
secara benar
4) Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan benda lain telah
diproses, maka semua itu harus dianggap masih terkontaminasi
5) Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, teta[I dapat dikurangi
hingga sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan pencegahan
infeksi secara benar dan konsisten.

d. Pencatatan (Rekam Medis)


Pencatatan merupakan bagian penting dalam setiap asuhan, antara lain
sebagai berikut :
1) Tanggal dan waktu asuhan tersebut diberikan
2) Identifikasi penolong persalinan
3) Paraf atau tanda tangan penolong persalinan pada semua catatan
4) Mencakup system penyimpanan catatan atau data pasien
5) Kerahasiaan dokumen medis

e. Rujukan
Meskipun sebagian ibu mengalami persalinan normal, tetapi sekitar
10-15% diantaranya akan mengalami masalah selama proses persalinan dan
kelahiran sehingga perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan. Kesiapan
merujuk ibu atau bayi ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan
tepat waktu jika penyulit terjadi.Setiap penolong di fasilitas pelayanan
kesehatan harus mengetahui lokasi fsilitas rujukan terdekat yang mampu
melayani kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir. Yang penting
dalam rujukan, antara lain sebagai berikut :
1) Bidan
2) Alat
3) Keluarga
4) Surat
5) Obat
6) Kendaraan
7) Uang
8) Darah
9) Doa

8. Enam Puluh Langkah Asuhan Persalinan Normal

I MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA


1 Mendengar dan melihat tanda kala dua persalinan

 Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran


 Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan vagina
 Perineum tampak menonjol
 Vulva dan sfingter ani membuka

II MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN

2 Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong


persalinan dan menatalasana komplikasi segera pada ibu dan bayi baru lahir

Untuk asuhan bayi baru lahir atau resusitasi → siapkan :

 Tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat


 Handuk/kain bersih dan kering (termasuk gajal bahu bayi)
 Alat penghisap lendir
 Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi

Untuk ibu :

 Menggelar kain di perut bawah ibu


 Menyiapkan oksitosin 10 unit
 Alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set

III MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN

3 Pakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan

4 Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan
sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau
handuk pribadi yang bersih dan kering
5 Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam

6 Masukan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai


sarung tangan DTT atau steril dan pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat
suntik)

III MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN

7 Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari anterior


(depan) ke posterior (belakang) menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air
DTT

 Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan


dengan seksama dari arah depan ke belakang
 Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang
tersedia
 Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan dan rendam sarung
tangan tersebut dalam larutan klorin 0,5% → langkah # 9
 Pakai sarung tangan DTT/steril untuk melaksanakan langkah lanjutan

8 Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap


 Bila selaput ketuban masih utuh saat pembukaan sudah lengkap maka lakukan
amniotomi

9 Dekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih memakai sarung


tangan kedalam larutan klorin 0,5%) lepaskan sarung tangan dalam keadaan
terbalik, dan rendam dalam klorin 0,5% selama 10 menit)

 Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan dan tutup kembali partus
set

10 Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus mereda (relaksasi)
untuk memastikan DJJ masih dalam batas normal (120 – 160x/menit)

 Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal


 Mendokumentasikan hasil-hasil periksa dalam DJJ, semua temuan
pemeriksaan dan asuhan yang diberikan ke dalam partograf

IV MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES


MENERAN

11 Beritahukan pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin cukup
baik, kemudian bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan
keinginannya

 Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran, lanjutkan


pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman
penatalaksanaan fase aktif ) dan dokumentasikan semua temuan yang ada
 Jelaskan pada anggota keluarga tentang peran mereka untuk mendukung dan
memberi semangat pada ibu dan meneran secara benar

12 Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada rasa ingin
meneran atau kontraksi yang kuat. Pada kondisi itu, ibu diposisikan setengah
duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman

13 Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran atau timbul
kontraksi yang kuat :

 Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif


 Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran
apabila caranya tidak sesuai
 Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi
berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
 Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
 Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
 Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
 Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
 Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah pembukaan
lengkap dan pimpin meneran > 120 menit (2 jam) pada primigravida atau > 60
menit (1 jam) pada multigravida

14 Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman,
jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam selang waktu 60
menit.

V PERSIAPAN UNTUK MELAHIRKAN BAYI

15 Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut bawah ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm

16 Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu

17 Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan dan bahan

18 Pakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan

VI PERTOLONGAN UNTUK MELAHIRKAN BAYI

Lahirnya Kepala

19 Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan
kering, tangan yang lain menahan belakang kepala untuk mempertahankan posisi
defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu meneran secara efektif atau
bernapas cepat dan dangkal

20 Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang sesuai jika
hal itu terjadi), segera lanjutkan proses kelahiran bayi.

Perhatikan !

 Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan lewat bagian atas
kepala bayi
 Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan
potong tali pusat di antara dua klem tersebut

21 Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan

Lahirnya Bahu

22 Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara biparietal. Anjurkan
ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala kea rah bawah
dan distal hinggal bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian
gerakkan kearah atas dan distal utuk melahirkan bahu belakang

Lahirnya Badan dan Tungkai

23 Setelah kedua bahu lahir, satu tangan menopang kepala dan bahu. Gunakan
tangan yang lain untuk menelusuri lengan dan siku sebelah atas serta menjaga
bayi terpegang baik

24 Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung,
bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukka telunjuk diantara
kedua kaki dan pegang kedua kaki dengan melingkarkan ibu jari pada satu sisi
dan jari – jari lainnya pada sisi yang lain agar bertemu dengan jari telunjuk)

VII ASUHAN BAYI BARU LAHIR

25 Lakukan penilaian (selintas) :

 Apakah bayi cukup bulan ?


 Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan ?
 Apakah bayi bergerak dengan aktif ?

Bila salah satu jawaban adalah “TIDAK” lanjutkan ke langkah resusitasi pada
bayi dengan asfiksia (Lihat Penuntun Belajar Resusitasi Bayi Asfiksia) Bila
semua jwaban adalah “YA”, lanjut ke-26

26 Keringkan tubuh bayi Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian
tubuh lainnya (kecuali kedua tangan) tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk
basah dengan handuk/kain yang kering. Pastikan bayi dalam posisi dan kondisi
aman di perut bagian bawah ibu

27 Periksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir (hamil
tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gemelli)

28 Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik

29 Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit (IM) di 1/3
distal lateral paha (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin)

30 Setelah 2 menit sejak bayi (cukup bulan) lahir, jepit tali pusat dengan klem kira-
kira 2-3cm dari pusar bayi, gunakan jari telunjuk dan tengah tangan lain untuk
mendorong isi tali pusat kearah ibu dan klem tali pusat pada sekitar 2 cm distal
dari klem pertama.

31 Pemotongan dan pengikatan tali pusat

 Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi),
dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut
 Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril ada pada satu sisi kemudian
lingkarkan lagi benang tersebut dan tali pusat dengan simpul kunci pada sisi
lainnya
 Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan

32 Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu – bayi. Luruskan
bahu bayi sehingga dada bayi menempel di dada ibunya. Usahakan kepala bayi
berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari putting susu atau
aerola mamae ibu

 Selimuti ibu – bayi dengan kain kering dan hangat, pasang topi di kepala bayi
 Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam
 Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusui dini dalam
waktu 30 – 60 menit. Menyusu untuk pertama kali akan berlangsung sekitar
10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara
 Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasill
menyusu

VIII MANAJEMEN AKTIF KALA TIGA PERSALINAN (MAK III)

33 Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva

34 Letakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu (diatas simfisis), untuk
mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem untuk menegangkan tali
pusat

35 Pada saat uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus kea rah belakang-atas (dorso cranial) secara hati-hati
(untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik,
hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya
dan ulangi kembali prosedur diatas.

 Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga
untuk melakukan stimulating puting susu

Mengeluarkan plasenta

36 Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus kea rah dorsal ternyata
diikuti dengan pergeseran tali pusat kea rah distal maka lanjutkan dorongan
kearah cranial hingga plasenta dapat dilahirkan

 Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan (jangan ditarik secara
kuat terutama jika uterus tak berkontraksi) sesuai dengan sumbu jalan lahir
(kearah bawah-sejajar lantai-atas)
 Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-
10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
 Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat :
1. Ulangi pemberian oksitosin 10 unit IM
2. Lakukan kateterisasi (gunakan teknik aseptic) jika kandung kemih penuh
3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan
4. Ulangi tekanan dorso kranial dan penegangan tali pusat 15 menit
berikutnya
5. Jika plasenta tak lahir dalam 30 menit sejak bayi lahir atau terjadi
perdarahan maka segera lakukan tindakan plasenta manual

37 Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan.
Pegang dan putar plsenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan
tempatkan plasenta pada wajah yang telah disediakan. • Jika selaput ketuban
robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa
selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem ovum DTT/Steril untuk
mengeluarkan selaput yang tertinggal

Rangsangan taktil (masase) uterus

38 Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar
dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)

 Lakukan tindakan yang diperlukan (Kompresi Bimanual Internal, Kompresi


Aorta Abdominalis, Tampon Kondom-kateter) jika uterus tidak berkontraksi
dalam 15 detik setelah rangsangan taktil/masase (lihat pelaksanaan atonia
uteri)

IX MENILAI PERDARAHAN

39 Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan


bila terjadi laserasi yang luas dan menimbulkan perdarahan. Bila ada robekan
yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan
40 Periksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan telah dilahirkan lengkap.
Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus

X ASUHAN PASCAPERSALINAN

41 Pastikan uterus ber kotraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam

42 Pastikan kandung kemih kosong. Jika penuh, lakukan kateterisasi

Evaluasi

43 Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin
0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh, lepaskan secara terbalik dan
rendam sarung tangan dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci tangan
dengan sabun dan air bersih mengalir, keringkan tangan dengan tissue atau
handuk pribadi yang bersih dan kering

44 Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi

45 Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik

46 Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

47 Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60
kali/menit).

 Jika bayi sulit bernapas, merintih, atau retraksi, diresusitasi dan segera
merujuk ke rumah sakit
 Jika bayi napas terlalu cepat atau sesak napas, segera rujuk ke RS rujukan
 Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan kembali kontak
kulit ibu bayi dan hangatkan ibu-bayi dalam satu selimut

Kebersihan dan Keamanan


48 Bersihkan ibu jari paparan darah dan cairan tubuh dengan menggunakan air DTT.
Bersihkan cairan ketuban, lendir dan darah diranjang atau disekitar ibu berbaring
menggunakan larutan klorin 0,5% lalu bilas dengan air. Bantu ibu memakai
pakaian yang bersih dan kering

49 Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga
untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya

50 Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi

51 Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai

52 Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%

53 Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%, balikan bagian dalam
keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit

54 Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan tangan
dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering

55 Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk memberikan beri salep mata profilaksis
infeksi, vitamin K₁ (1 mg) IM dipaha kiri bawah lateral dalam satu jam pertama.

56 Lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pastikan kondisi bayi baik.
Pernapasan bayi normal 40-60 kali/menit dan temperature tubuh normal 36,5 –
37,5⁰C setiap 15 menit

57 Setelah satu jam pemberian vitamin K₁ berikan suntikan imunisasi Hepatitis B


dipaha kanan bawah lateral. Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar
sewaktuwaktu dapat disusukan

58 Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam didalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit

59 Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan dengan
tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering

Dokumentasi

60 Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang)

B. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir Fisiologis


1. Pengertian
Neonatal/neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia sampai dengan 28
hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim
menjadi diluar Rahim.

2. Tujuan
Pemeriksaan bayi baru lahir bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin
kelainan pada bayi. Karena resiko terbesar kematian bayi baru lahir terjadi pada
24 jam pertama kehidupannya, sehingga jika bayi harus tetap dipantau pada 24
jam pertama.

3. Pencegahan Infeksi
Tindakan pencegahan infeksi pada bayi baru lahir. Dengan selalu mencuci tngan
sebelum dan setelah melakukan kontak dengan bayi, menurut Juliana (2019)
adalah sebagai berikut
a. Memakai semua sarung tangan bersih pada saat memegang bayi sebelum
dimandikan
b. Memastikan semua peralatan, termasuk klem dan benang tali pusat yang telah
didesinfeksi tingkat tinggi atau steril. Gunakan slem pengisap sekali pakai
c. Memastikan bahwa pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan bayi
dalam keadaan bersih
d. Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama daerah payudara, karena
akan disusui kepada bayi
e. Membersihkan muka, bokong dan tali pusat bayi dengan air bersih, hangat
dengan sabun setiap hari
f. Menjaga bayi dari orang yang menderita infeksi dan memastikan orang yang
memegang bayi sudah cuci tangan sebelumnya
Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada bayi
baru lahir adalah
a. Pencegahan infeksi tali pusat
Upaya ini dilakukan dengan cara merawat tali pusat yang berarti menjaga agar
luka tersebut tetap bersih, tidak terkena air kencing, atau kotoran bayi.
Pemakaian popok bayi sebaiknya diletakkan dibawah tali pusat.Apabila tali
pusat kotor, cuci tali pusat dengan air bersih dan sabun, serta
mengeringkannya menggunakan kain kasa steril dan kering.Tidak boleh
menggunakan ramuan atau mengoles/membubuhkan apapun pada tali
pusat.Karena beresiko untuk menyebabkan infeksi tetanus, bahkan
kematian.Tanda-tanda infeksi tali pusat adalah kulit sekitar tali pusat berwarna
kemerahan, pembengkakan, keluar cairan, dan berbau busuk.

b. Pencegahan infeksi pada mata


Cara mencegah infeksi pada mata bayi baru lahir adalah merawat mata dengan
mencuci tangan terlebih dahulu sebelum membersihkan kedua mata bayi baru
lahir dengan kapas bersih yang telah dibersihkan dengan air hangat. Pada saat
1 jam setelah lahir bayi akan diberikan salep mata antibiotik.
c. Pencegahan infeksi pada kulit
Cara mencegah terjadinya infeksi lain dengan meletakkan bayi didada ibu agar
terjadi kontak kulit dan saluran percernaan bayi dengan mikroorganisme ibu
yang bersifat non-patogen, serta adanya zat antibodi yang sudah terbentuk
dalam ASI yang diminum bayi.

4. Penilaian Awal
Untuk semua BBL, lakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan:
a. Sebelum bayi lahir:
1) apakah kehamilan cukup bulan?
2) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
b. Setelah bayi lahir, sambil meletakkan bayi di atas kain bersih dan kering yang
telah disiapkan pada perut bawah ibu, segera lakukan penilaian berikut:
1) Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?
2) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?
Dalam bagan alur manajemen bayi baru lahirterdapat penatalaksanaan bayi baru
lahir normal mulai dari persiapan, penilaian dan keputusan serta alternatif
tindakan yang sesuai dengan hasil penilaian keadaan bayi baru lahir.Untuk BBL
cukup bulan dengan air ketuban jernih yang langsung menangis atau bernapas
spontan dan bergerak aktif cukup dilakukan manajemen BBL normal.Jika bayi
kurang bulan (< 37 minggu/259 hari) atau bayi lebih bulan (≥ 42 minggu/283
hari) dan atau air ketuban bercampur mekonium dan atau tidak bernapas atau
megap-megap dan atau tonus otot tidak baik lakukan manajemen BBL dengan
Asfiksia.

5. Alur Manajemen Neonatal Normal


Bagan Alur Manajemen Bayi Baru Lahir Normal

PERSIAPAN
PENILAIAN:
Sebelum bayi lahir:
1. Apakah kehamilan cukup bulan?
2. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur
mekonium?
Segera setelah bayi lahir:
1. Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak
megap-megap?
2. Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?

1. Bayi cukup bulan 1. Bayi tidak cukup bulan


2. Ketuban jernih 2. Air ketuban bercampur mekonium
3. Bayi menangis atau bernapas 3. Bayi megap-megap atau tidak
4. Tonus otot bayi baik/bayi bergerak bernapas
4. Tonus otot bayi tidak baik/bayi lemas

Manajemen bayi baru lahir


normal Manajemen bayi baru lahir dengan
asfiksia

1. Jaga bayi tetap hangat


2. Isap lendir dari mulut dan hidung
( hanya jika perlu )
3. Keringkan
4. Pemantauan tanda bahaya
5. Klem, potong dan ikat tali pusat tanpa
membubuhi apapun
6. Lakukan Inisiasi Menyusu Dini
7. Beri suntikan vitamin K1 1 mg
intramuskular, di paha kiri anterolateral
setelah Inisiasi Menyusu Dini
8. Beri salep mata antibiotika pada kedua
mata
9. Pemeriksaan fisik
10. Beri imunisasi Hepatitis B 0,5 mL
intramuskular, di paha kanan
anteroleteral,
6. 1jam setelah pemberian
Pencegahan Kehilangan Panas
vitamin K1
Saat lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuh pada BBL,
belum berfungsi sempurna.Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan
upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka BBL dapat
mengalami hipotermia.Bayi dengan hipotermia, berisiko tinggi untuk
mengalami sakit berat atau bahkan kematian.Hipotermia mudah terjadi
pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera
dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di dalam ruangan yang
relatif hangat.Bayi prematur atau berat lahir rendah lebih rentan untuk
mengalami hipotermia. Walaupun demikian, bayi tidak boleh menjadi
hipertermia (temperatur tubuh lebih dari 37,5°C).
a. Mekanisme kehilangan panas
Neonatal dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara
berikut:
1) Evaporasi adalah kehilangan panas akibat penguapan cairan
ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri.
Hal ini merupakan jalan utama bayi kehilangan panas.
Kehilangan panas juga terjadi jika saat lahir tubuh bayi tidak
segera dikeringkan atau terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya
tidak segera dikeringkan dan diselimuti.
2) Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak
langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.
Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih
rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui
mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan di atas benda-
benda tersebut.
3) Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi
terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang dilahirkan
atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat
mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika
ada aliran udara dingin dari kipas angin, hembusan udara dingin
melalui ventilasi/pendingin ruangan.

4) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di


dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh
bayi. Bayi dapat kehilangan panas dengan cara ini karena benda-benda
tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan
secara langsung)
b. Mencegah Kehilangan Panas
1) Ruang bersalin yang hangat Suhu ruangan minimal 25°C. Tutup semua
pintu dan jendela.
2) Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks Keringkan bayi mulai
dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa
membersihkan verniks. Verniks akan membantu menghangatkan tubuh
bayi. Segera ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang kering.
3) Letakkan bayi di dada atau perut ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
Setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada atau perut ibu.
Luruskan dan usahakan ke dua bahu bayi menempel di dada atau perut ibu.
Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi sedikit
lebih rendah dari puting payudara ibu.
4) Inisiasi Menyusu Dini
5) Gunakan pakaian yang sesuai untuk mencegah kehilangan panas Selimuti
tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat yang sama dan pasang topi di
kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki permukaan yang relatif luas dan
bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak
tertutup.
c. Menjaga Bayi Tetap Hangat Setelah Bayi Dipulangkan
menjelaskan kepada ibu bahwa menjaga bayi tetap hangat adalah sangat
penting untuk menjaga bayi tetap sehat , dengan cara
1) Bayi memakai pakaian yang lembut, hangat, kering dan bersih, bila perlu
bayi memakai tutup kepala, dan kaos kaki
2) Yakinkan bayi menggunakan baju dan diselimuti
3) Bayi harus dirawat gabung dengan ibunya sehingga ibu mudah
menjangkau bayinya
4) Apabila bayi harus dipisah dengan ibunya, yakinkan bayi menggunakan
pakaian yang hangat dan diselimuti
5) Raba telapak kaki bayi, bila teraba dingin bisa dilakukan kontak kulit ke
kulit, atau ditambah selimut dan lakukan penilaian ulang
6) Jaga ruangan tetap hangat.
7. Memotong dan Merawat Tali Pusat
a. Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir. Penyuntikan
oksitosin pada ibu dilakukan sebelum tali pusat dipotong
b. Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem logam DTT 3 cm dari dinding
perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari
kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu (agar darah tidak terpancar pada
saat dilakukan pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan ke-2 dengan jarak
2 cm dari tempat jepitan ke-1 ke arah ibu.
c. Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan
tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat di
antara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting DTT atau steril
d. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci
pada sisi lainnya
e. Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam larutan
klorin 0,5%
f. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya Inisiasi Menyusu Dini.
g. Anjuran untuk ibu dan keluarga tentang perawatan tali pusat
1) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan tali pusat.
2) Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan cairan atau
bahan apapun ke tali pusat. Nasihatkan hal ini juga kepada ibu dan
keluarganya.
3) Mengoleskan alkohol atau povidon yodium masih diperkenankan apabila
terdapat tanda infeksi, tetapi tidak dikompreskan karena menyebabkan tali
pusat basah atau lembab.
4) Berikan nasihat pada ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi:
a) Lipat popok di bawah tali pusat.
b) Luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan bersih, sampai sisa tali
pusat mengering dan terlepas sendiri.
c) Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan
sabun dan segera keringkan secara seksama dengan menggunakan kain
bersih.
d) Perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat: kemerahan pada kulit sekitar
tali pusat, tampak nanah atau berbau. Jika terdapat tanda infeksi,
nasihati ibu untuk membawa bayinya ke fasilitas kesehatan.

8. Pemberian ASI
a. Mulai menyusui segera setelah lahir (dalam waktu satu jam).
b. Jangan berikan makanan atau minuman lain kepada bayi (misalnya air, madu,
larutan air gula atau pengganti susu ibu) kecuali atas alasan-alasan medis.
Sangat jarang ibu tidak memiliki air susu yang cukup sehingga memerlukan
susu tambahan.
c. Berikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama hidupnya dan baru
dianjurkan untuk memulai pemberian makanan pendamping ASI setelah
periode eksklusif tersebut.
d. Berikan ASI pada bayi sesuai dorongan alamiahnya baik siang maupun malam
(8-10 kali atau lebih, dalam 24 jam) selama bayi menginginkannya.

9. Pencegahan Perdarahan
Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum sempurna,
maka semua bayi akan berisiko untuk mengalami perdarahan tidak tergantung
apakah bayi mendapat ASI atau susu formula atau usia kehamilan dan berat badan
pada saat lahir. Perdarahan bisa ringan atau menjadi sangat berat, berupa
perdarahan pada kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) ataupun perdarahan
intrakranial. Untuk mencegah kejadian tersebut, maka pada semua bayi baru lahir,
apalagi bayi berat lahir rendah diberikan suntikan vitamin K1 (Phytomenadione)
sebanyak 1 mg dosis tunggal, intra muskular pada antero lateral paha kiri.
Suntikan Vitamin K1 dilakukan setelah proses IMD dan sebelum pemberian
imunisasi hepatitis B. Perlu diperhatikan dalam penggunaan sediaan Vitamin K1
yaitu ampul yang sudah dibuka tidak boleh disimpan untuk dipergunakan kembali.

10. Pencegahan Infeksi Mata


Salep mata untuk pencegahan infeksi diberikan segera setelah proses IMD
dan bayi sudah selesai menyusu, sebaiknya pemberian salep mata pada 1 jam
setelah lahir. Cara pemberian salep mata antibiotik :
a. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan
b. Jelaskan kepada keluarga apa yang akan dilakukan dan tujuan pemberian salep
mata
c. Tarik kelopak mata bagian bawah
d. Berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari bagian mata yang paling
dekat dengan hidung menuju ke bagian luar mata
e. Ujung tabung tidak boleh menyentuh mata
f. Jangan menghapus salep dari mata serta beritahu keluarga

11. Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan pada neonatal bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin
jika terdapat kelainan.Risiko terbesar kematian neonatal terjadi pada 24 jam
pertama, sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan dianjurkan untuk tetap
tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama. Beberapa langkah
pemeriksaan fisik, adalah sebagai berikut :
a. Anamnesa
1) Tanyakan pada ibu dan atau keluarga tentang masalah kesehatan pada ibu
apakah ada keluhan tentang bayinya
2) Penyakit ibu yang mungkin berdampak pada bayi (tuberculosis, demam
saat persalinan, KPD>18 jam, hepatitis, siphilis, HIV/AIDS, penggunaan
obat)
3) Cara, waktu, tempat bersalin, kondisi bayi saat lahir (langsung menangis
/tidak) dan tindakan yang diberikan pada bayi jika ada
4) Warna air ketuban
5) Riwayat bayi buang air kecil dan besar
6) Frekuensi bayi menyusu dan kemampuan menghisap
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang atau tidak menangis,
pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai pernapasan dan tarikan
dinding dada kedalam, denyut jantung serta perut.
1) Melihat postur, tonus dan aktivitas. Dikatakan normal jika posisi tungkai
dan lengan fleksi serta bayi sehat akan bergerak aktif.
2) Warna kulit. Wajah, bibir dan selaput lendir, dada harus berwarna merah
muda, tanpa adanya kemerahan atau bisul.
3) Hitung pernapasan dan lihat apakah ada tarikan dinding dada kedalam
ketika bayi sedang tidak menangis. Dikatakan normal jika frekuensi napas
40-60 kali/menit dan tidak ada tarikan dinding dada kedalam yang kuat
(retraksi)
4) Hitung denyut jantung dengan meletakkan stetoskop di dada kiri setinggi
apeks kordis. Dikatakan normal jika frekuensi jantung 120-160 kali/menit
5) Melakukan pengukuran suhu aksila dengan termometer. Dikatakan normal
jika suhu 36,5 - 37,5℃
6) Lihat dan raba bagian kepala. Dikatakan normal jika bentuk kepala
asimetris karena penyesuaian pada saat proses persalinan, umumnya
hilang dalam 48 jam dan ubun-ubun besar datar atau tidak menonjol (tidak
dalam keadaan menangis)
7) Pada mata, dikatakan normal jika tidak ada kotoran/secret
8) Bagian dalam mulut dengan cara memasukkan satu jari yang
menggunakan sarung tangan ke dalam mulut, raba langit-langit. Dikatakan
normal jika bibir, gusi, langit-langit utuh dan tidak ada bagian yang
terbelah. Nilai kekuatan isap bayi. Bayi akan mengisap kuat pada jari.
9) Perut dan tali pusat, dikatakan normal jika perut bayi datar, teraba lemas,
tidak ada perdarahan, pembengkakan, nanah, bau yang tidak enak pada
tali pusat atau kemerahan sekitar tali pusat
10) Punggung dan tulang belakang, dikatakan normal jika kulit terlihat utuh,
tidak terdapat lubang dan benjolan pada tulang belakang
11) Ekstremitas, dikatakan normal jika jumlah jari tangan dan kaki lengkap
apakah kaki posisinya baik, bengkok ke dalam atau keluar. Gerakan
ekstremitas simetris
12) Anus. Hindari memasukkan alat atau jari dalam memeriksa anus, cukup
dengan cara tanyakan pada ibu apakah bayi sudah buang air besar.
Dikatakan normal jika terlihat lubang anus dan periksa apakah mekonium
sudah keluar. Biasanya mekonium keluar dalam 24 jam setelah lahir
13) Lihat dan raba alat kelamin luar. Tanyakan pada ibu apakah bayi sudah
buang air kecil. Dikatakan normal bila pada bayi perempuan terlihat
cairan vagina berwarna putih, dan pada bayi laki-laki terdapat lubang
uretra pada ujung penis. Pastikan bayi sudah buang air kecil dalam 24 jam
setelah lahir.
14) Melakukan penimbangan. Berat bayi baru lahir dikatakan normal jika
2,500-4,000 gram. Pada minggu pertama, berat bayi mungkin turun
dahulu baru kemudian naik kembali dan pada usia 2 minggu umumnya
telah mencapai berat lahirnya. Penurunan berat badan maksimal untuk
bayi baru lahir cukup bulan maksimal 10%, untuk bayi kurang bulan
maksimal 15%
15) Melakukan pengukuran panjang badan, dikatakan normal jika panjang
badan 48-52 cm.
16) Melakukan pengukuran lingkar kepala, dikatakan normal jika lingkar
kepala 33-37 cm
17) Menilai cara ibu menyusui bayi. Minta ibu untuk menyusui bayinya. Ajari
ibu menyusui dengan cara kepala dan badan bayi dalam garis lurus, wajah
bayi menghadap payudara, ibu mendekatkan bayi ke tubuhnya, bibir
bawah melengkung keluar, areola berada di dalam mulut bayi. Bayi akan
mengisap dalam dan pelan kadang di sertai berhenti sesaat.
12. Pemberian Imunisasi Hepatitis B-0
Imunisasi Hepatitis pertama (HB 0) diberikan 1-2 jam setelah pemberian
vitamin K1 secara intramuskuler.Imunisasi HB 0 bermanfaat untuk mencegah
infeksi hepatitis B terhadap bayi, terutama penularan dari ibu ke bayi.Penularan
hepatitis pada bayi baru lahir dapat terjadi secara vertical (penularan ibu ke bayi
pada waktu persalinan) dan horizontal (penularan dari orang lain). Dengan begitu
bayi harus diberikan sedini mungkin. Imunisasi HB 0 harus diberikan pada bayi
umur 0-7 hari karena :
a. Sebagian ibu hamil merupakan carrier Hepatitis
b. Hampir separuh bayi dapat tertular hepatitis pada saat lahir dari ibu pembawa
virus
c. Penularan pada saat lahir berlanjut menjadi hepatitis menahun, yang kemudian
dapat berlanjut menjadi sirosis hati dan kanker hati
d. Dengan pemberian imunisasi hepatitis B sedini mungkin akan melindungi
sekitar 75% bayi dari penularan hepatitis B

13. Kunjungan Neonatal


Pelayanan kesehatan neonatal adalah pelayanan kesehatan sesuai standar
yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada neonatal sedikitnya 3 kali selama
periode 0-28 hari setelah lahir
a. Kunjungan neonatal ke-1 dilakukan 6-48 jam setelah lahir, dilakukan
pemeriksaan pernafasan, warna kulit, gerakan aktif, penimbangan, pengukuran
panjang badan, lingkar dada, lingkar kepala, pemberian salep mata, vitamin
K1, hepatitis B, perawatan tali pusat dan pencegahan kehilangan panas.
b. Kunjungan neonatal ke-2 dilakukan pada hari ke 3 sampai hari ke tujuh setelah
bayi lahir, pemeriksaan fisik, melakukan perawatan tali pusat, pemberian ASI
ekslusif, personal hygeiene, dan tanda bahaya.
c. Kunjungan neonatal ke-3 dilakukan pada hari ke 8 sampai hari ke 28 setelah
bayi lahir, dilakukan pemeriksaan pertumbuhan dengan berat badan.
Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan seharusnya dipulangkan minimal 24
jam setelah lahir apabila selama pengawasan tidak dijumpai kelainan. Pada bayi
yang lahir normal dan tanpa masalah Bidan meninggalkan tempat persalinan
paling cepat 2 jam setelah lahir. Sebelum pulang, bidan harus melakukan
pemeriksaan lengkapuntuk memastikan bayi dalam keadaan baik, dan harus
memberikan konseling tanda bahaya dan perawatan bayi baru lahir serta memberi
tahu jadwal kunjungan ulang neonatal.Tanda bahaya yang harus diperhatikan
adalah:
a. Tidak mau minum atau memuntahkan semua
b. Kejang
c. Bergerak hanya jika dirangsang
d. Napas cepat (≥ 60 kali /menit )
e. Napas lambat (< 30 kali /menit )
f. Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat
g. Merintih
h. Teraba demam (suhu aksila > 37.5 °C)
i. Teraba dingin (suhu aksila < 36 °C)
j. Nanah yang banyak di mata
k. Pusar kemerahan meluas ke dinding perut
l. Diare
m. Tampak kuning pada telapak tangan dan kaki

C. Teori Evidence Based Midwifery Pada Persalinan dan Bayi Baru Lahir
1. Persalinan
a. Tekhnik massase punggung merupakan metode untuk mengurangi rasa nyeri
persalinan kala I. Pemijatan secara lembut akan membantu ibu merasa lebih
segar, rileks dan nyaman selama persalinan. Karena dengan pijatan akan
merangsang tubuh untuk mengeluarkan hormon endorfin yang menimbulkan
efek rasa nyaman. Tekhnik ini dinamakan Efluerage yaitu tekhnik pijatan
berupa usapan lembut, lambat,dan panjang dan tidak putus-putus. Dilakukan
usapan dengan ringan dan tanpa tekanan kuat dengan cara menggosokkan
lembut dengan kedua telapak tangan dan jari pada punggung ibu bersalin
setinggi servikal 7 kearah luar menuju sisi tulang rusuk selama 30 menit
dengan frekuensi 40 kali gosokan permenit, tetapi usahakan ujung jari tidak
lepas dari permukaan kulit (Puspitasari, 2017).
b. Tekhnik relaksasi nafas dalam merupakan salah satu cara untuk mengurangi
rasa nyeri pada ibu bersalin, secara non farmakologi dengan menarik nafas
dalam-dalam pada saat ada kontraksi melalui hidung sambil menggembungkan
perut dan menghembuskan nafas melalui mulut secara perlahan sambil
mengempeskan perut. Tekhnik relaksasi nafas ini dilakukan untuk
mengendalikan rasa nyeri dengan meminimalkan aktifitas saraf simpatik
dalam sistem saraf otonom. Tekhnik ini dapat mengurangi sensasi nyeri dan
mengontrol intensitas reaksi ibu terhadap rasa nyeri (Taqwin, 2018).
c. Kompres dingin merupakan pemberian kompres pada area yang memiliki
pembuluh darah besar menggunakan air dingin. Kompres dingin dilakukan
selama 10 menit dengan suhu 10℃ - 32 ℃ mampu memberikan efek
menurunkan intensitas nyeri (Sanusi, 2015 dalam penelitan Dainty, 2019).
d. Kompres panas pada proses persalinan dapat mempertahankan komponen
sistem vaksuler dalam keadaan vasodilatasi sehingga sirkulasi yang terjadi ke
otot panggul menjadi homeostasis (Manurung, 2011dalam penelitian Dainty,
2019).
e. Terapi musik dapat memberian efek relaksasi pada tubuh sehingga
berpengaruh pada aliran darah, denyut jantung lebih stabil, dan timbul rasa
tenang. Terapi musik tidak menghilangkan nyeri seutuhnya namun terapi
musik dapat menurunkan intensitas nyeri dan mengatasi ketidaknyamanan
pada ibu selama proses persalinan (Yuliatun, 2008 dalam penelitian Rahayu,
2020).
f. Birth ball adalah bola terapi fisik yang membantu ibu inpartu kala I ke posisi
yang membantu kemajuan persalinan dan dapat digunakan dalam berbagai
posisi. Gerakannya yaitu dengan cara duduk di bola dan bergoyang-goyang
membuat rasa nyaman dan membantu kemajuan persalinan dengan
memanfaatkan gravitasi sambil meningkatkan pelepasan endorfin. Elastisitas
dan lengkungan bola merangsang reseptor di panggul yang bertanggung jawab
untuk mensekresi endorphin ( Lestari, 2020)
g. MAK III bertujuan untuk mempercepat pelepasan plasenta dengan
meningkatkan kontraksi rahim dan mencegah perdarahan postpartum karena
atonia uteri. MAK III terdiri dari pemberian uterotonika, peregangan tali pusat
terkendali. Selain itu massase fundus, rangsangan putting susu merupakan
salah satu cara untuk mendapatkan oksitosin alami (Rahmadyanti, 2018).
h. Masa nifas merupakan hal penting untuk memantau kondisi ibu terutama pada
2 jam postpartum, karena perdarahan postpartum menjadi salah satu penyebab
Angka Kematian Ibu (AKI). Maka diperlukan upaya pencegahan. Depkes
mengeluarkan kebijakan Asuhan Persalinan Normal (APN) sesuai dengan
pendekatan Making Pregnancy Safer (MPS) yang diprakarsai oleh Word
Health Organization (WHO), salah satu didalam nya adalah Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) untuk mencegah perdarahan pada kala IV. Dengan isapan pada
puting susu akan merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang membantu
rahim berkontraksi (Qonitun, 2018).

2. Bayi Baru Lahir


a. Tali pusat bayi yang baru lahir merupakan luka basah dan bisa menjadi jalan
masuknya kuman sehingga perlu dilakukan perawatan tali pusat. Sejak lama
perawatan tali pusat banyak menggunakan teknik pengobatan ditutup dengan
pemberian kompres kassa alkohol 70%. Saat ini mulai banyak dikembangkan
teknik terbuka namun hingga saat ini belum diketahui tingkat keefektifan dari
teknik kedua hingga penyembuhan lukanya. Alkohol yang sering digunakan
untuk kompres tali pusat mempunyai sifat bacterisid dan fungisid kuat,
spektrum kerjanya meliputi gram positif dan gram negatif. Daya kerja cepat
tapi singkat karena bersifat menguap, dalam lingkungan terbuka ketika alkohol
sudah menguap maka yang tersisa adalah airnya. Tali pusat yang dibiarkan
terbuka memudahkan terpapar dengan udara luar sehingga terhindar dari
suasana lembab, hal ini memudahkan proses pengeringan dan mumifikasi,
sehingga dianjurkan perawatan tali pusat terbuka karena tali pusat mengering
lebih cepat dan lepas lebih awal kalau terbuka, dan karena itu pembalutan tak
dianjurkan (Cuningham, dalam peneitian Kholidati, 2019).
b. WHO merekomendasikan penundaan penjepitan tali pusat sebagai bagian dari
manajemen aktif kala III persalinan. Setidaknya 1-3 menit setelah kelahiran
untuk semua bayi tanpa memandang usia kehamilan atau berat badan janin
dan tidak direkomendasikan penjepitan tali pusat dengan segera ((WHO,
dalam penelitian Rochmaedah, 2019). Penundaan penjepitan dan pemotongan
tali pusat juga dapat meningkatkan kadar hemoglobin pada bayi baru lahir
cukup bulan. Ditemukan bahwa kadar hemoglobin pada bayi yang dilakukan
pemotongan tali pusat dengan segera adalah 16,2 g/dL, sedangkan pada bayi
yang dilakukan penundaan pemotongan tali pusat adalah 18,3 g/dL (Lubis,
dalam penelitian Rochmaedah, 2019). Perbedaan kadar hemoglobin tersebut
terbukti signifikan dan dapat menurunkan kejadian anemia bayi baru lahir
sebesar 47% (Hutton, dalam penelitian Rechmaedah, 2019). Riksani dalam
penelitian Rochmaedah, 2019 menganjurkan untuk melakukan penjepitan dan
pemotongan tali pusat yaitu setelah tali pusat berhenti berdenyut dimana
kisaran waktu sekitar 3-5 menit setelah bayi lahir, dan penjepitan tali pusat
dini sangat tidak dianjurkan. Menurut Kemenkes RI , penjepitan tali pusat
dilakukan 2 menit setelah bayi lahir(Rochmaedah, 2019).
c. Lamanya pelepasan sisa tali pusat bervariasi, yaitu dalam waktu 3 hari, 5 hari,
7 hari, bahkan ada yang sampai 2 minggu. Semakin lama pelepasan tali pusat
menunjukkan lamanya waktu yang digunakan untuk penyembuhan luka akibat
pemotongan tali pusat, yang berarti semakin terbukanya menimbulkan infeksi
pada bayi. Banyaknya faktor yang mempengaruhi lepasnya sisa tali pusat
salah satunya yaitu cara pengikatan tali pusat. Dilihat dari sisi waktu lebih
efektif menggunakan umbilical cord clem ataukah menggunakan benang tali
pusat. Hasil penelitian terdapat perbedaan pada penelitian ini dikarenakan
adanya fakta bahwa penggunaan klem umbilical cord memiliki frekuensi
kejadian lebih banyak pada pelepasan tali pusat pada kategori cepat sedangkan
dengan teknik penggunaan benang tali pusat mempunyai frekuensi kejadian
lepasnya tali pusat lebih lama. Hal ini dikarenakan penggunaan alat penjepit
plastik, yang khusus dibuat untuk tali pusat (disposible) dapat memberikan
tekanan pada tali pusat, walaupun Jeli Wharton (Wharton's jelly) mengkerut.
Sehingga pengikatan menggunakan umbilical cord lebih efektif (Mayangsari,
2017).
d. Menyusui sejak dini mempunyai dampak yang positif baik bagi ibu maupun
bayinya. Ibu yang melakukan IMD lebih besar kemungkinannya untuk
memberikan ASI secara eksklusif karena pada hisapan dari bayi akan
mempengaruhi pengeluaran hormon oksitosin dan prolaktin, selain itu bayi
juga belajar untuk menyusu, sehingga terdapat kemungkinan menyusui sejak
dini berpengaruh terhadap produksi dan pengeluaran ASI. Ketika bayi
diletakkan di dada untuk menyusu, bayi akan merasakan kehangatan dari kulit
ibu sehingga dapat menurunkan risiko kematian karena hipotermia. Selama
menyusu, bayi akan mengkoordinasikan isapan, menelan dan bernapas. Pada
saat itu, mungkin ibu sudah mengeluarkan kolostrum. Bayi yang mendapatkan
kolostrum akan mendapatkan antibodi dan faktor pertumbuhan sel usus,
antibodi dalam ASI dapat meningkatkan ketahanan terhdap infeksi. selain itu
rangsangan hisapan dari bayi akan merangsang kelenjar hipofisis posterior
mengeluarkan hormon oksitosin untuk mempercepat pengeluaran ASI.
Walaupun ASI belum keluar, tetapi interaksi ini akan membuat bayi merasa
tenang dan nyaman, selain itu hormon oksitosin dapat mengurangi perdarahan
pasca persalinan dan mempercepat pengecilan uterus (Irawan,2017).
e. Laktasi adalah suatu proses produksi, sekresi, dan pengeluaran ASI yang
membutuhkan ibu yang siap secara psikologi dan fisik, kemudian bayi yang
telah cukup sehat untuk menyusu, serta produksi ASI yang telah disesuaikan
dengan kebutuhan bayi, dimana volume ASI 500-800 ml/hari. Ketika bayi
menghisap payudara, hormon yang bernama oksitosin membuat ASI mengalir
dari dalam alveoli melalui saluran susu menuju ke reservoir susu yang
berlokasi dibelakang aerola lalu ke dalam mulut bayi. Inisiasi menyusu dini
adalah proses alami mengembalikan bayi untuk menyusu, yaitu dengan
memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan menghisap ASI sendiri,
dalam satu jam pertama pada awal kehidupannya. Jadi, sebenarnya bayi
manusia seperti juga bayi mamalia lain yang mempunyai kemampuan untuk
menyusu sendiri. Hal ini terjadi segera setelah lahir, bayi dibiarkan kontak
kulit dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam untuk menjamin
berlangsungnya proses menyusui yang benar. Dengan tidak dilakukannya
IMD dapat mengakibatkan masalah terhadap proses menyusui serta produksi
ASI pada ibu (Roesli dalam penelitian Murti, 2017). Sekalipun pada hari
pertama ASI yang keluar hanya sedikit, ibu harus tetap menyusui. Setelah 30
menit bayi dilahirkan, bayi harus di susukan kepada ibunya. Tindakan ini
bukan dimaksudkan untuk memberikan nutrisi, tetapi agar bayi belajar
menyusui atau membiasakan menghisap puting payudara ibu, serta
mendukung produksi ASI. Isapan bayi akan merangsang produksi ASI.
Dengan isapan bayi yang lebih kuat maka produksi ASI yang dihasilkan juga
akan lebih banyak (Budiasih, dalam penelitian Murti, 2017).
BAB III

TINJAUAN KASUS

I. PERSALINAN
A. Judul Kasus
Asuhan kebidanan pada persalinan normal, Ny. S. Usia 33 Tahun G3P2A0 hamil 40
minggu janin tunggal hidup intra uterine presentasi kepala

B. Pelaksanaan Asuhan
Hari/ Tanggal : Senin, 23 November 2020
Pukul : 15.00 WIB
Tempat : PMB Edith Safarina, S.Tr.Keb

C. Identitas Pasien
I. Pengkajian
DATA SUBJEKTIF
1. Identitas/ Biodata

Nama Ibu : Ny .S Nama Suami : Tn. J


Umur : 33 Tahun Umur : 43 Tahun
Suku/bangsa : Dayak/Indonesia Suku/bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen Agama : Kristen
Pendidikan : D1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Golongan Darah : O Golongan Darah : -
Alamat : Jl.Pasar Lama Alamat : Jl. Pasar Lama
Kasongan Kasongan

2. Keluhan
Ibu mengatakan mules sejak tadi pagi dan disertai lendir darah
3. Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 Tahun
Siklus Haid : 28 Hari
Lamanya : 7 Hari
Banyaknya : 2 kali ganti pembalut
Dismenorea : Tidak ada
4. Tanda Persalinan
Kontraksi : Teratur
Frekuensi : 4 kali dalam 10 menit
Lamanya : 30 detik
Kekuatan : Sedang
5. Pengeluaran Pervaginam : Ada, Lendir darah
6. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu : G3P2A0

Hamil Tgl/Bln/Thn BBL JK Jenis Umur Penyulit Penolon Ket


ke Persalinan Kehamila Kehamila g
n n
1 05-12-2010 2.600 P Spontan 9 bulan Tidak ada Bidan H
2 21-2-2012 2.600 P Spontan 9 bulan Tidak ada Bidan H
3 Sekarang - - - - - - -

1. Riwayat Kehamilan Sekarang : G3P2A0


HPHT : 16-02-2020
TP : 22-11-2020
Umur Kehamilan : 40 Minggu
ANC : 6 Kali
Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir : 15 kali
Riwayat Imunisasi : Lengkap
Keluhan Selama Hamil :Tidak Ada
ObatYang Dikonsumsi : Tablet Tambah Darah, Kalsium
2. Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita Sekarang/ Yang Lalu

No Penyakit Keterangan
1 Hipertensi Tidak Ada
2 Jantung Tidak Ada
3 Diabetes mellitus Tidak Ada
4 Hepatitis B Tidak Ada
5 PMS Tidak Ada
6 Penyakit Lainnya Tidak Ada
3. Keturunan Kembar : Ada dari pihak ibu dan juga suami
4. Riwayat Penyakit Keluarga

No Penyakit Keterangan
1 Hipertensi Tidak Ada
2 Jantung Tidak Ada
3 Diabetes mellitus Tidak Ada
4 Hepatitis B Tidak Ada
5 PMS Tidak Ada
6 Penyakit Lainnya Tidak Ada
5. Riwayat KB
Ibu pernah menggunakan KB : Tidak ada
Lamanya : Tidak ada
Keluhan : Tidak ada
Rencana KB selanjutnya : KB suntik 3 bulan
6. Riwayat social, ekonomi, dan psikologi status perkawinan
Perkawinan : Pertama hingga sekarang
Lama Perkawinan : 12 Tahun
Menikah pada usia : 21 Tahun
Kehamilan ini direncanakan : Ya
Perasaan saat ini :Bahagia
Pengambil keputusan dalam keluarga : Suami
7. Pola Makan dan Minum
Frekuensi : Teratur 3 kali sehari
Jenis : Nasi, Ikan, Sayuran
Porsi : Sedang
Minum : Air Putih 8 gelas
Keluhan : Tidak ada
8. Pola Istirahat
Siang : 1 Jam
Malam : 8 Jam
9. Pola Eliminasi
BAB : 1 kali sehari
BAK : 8 kali sehari
Keuhan : Tidak ada
10. Personal Hygiene
Mandi : 2 kali sehari
Keramas : 2 kali sehari
Ganti Pakaian Dalam : 2 kali sehari
11. Aktivitas
Pekerjaan Sehari-Hari : Ibu melakukan aktifitas rumah tangga
HubunganSeksual : Teratur
Hubungan Seksual Terakhir : 1 minggu yang lalu
12. Kebiasaan Yang Merugikan Kehamilan : Tidak ada

DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
TandaVital
Tekanan Darah : 120/80 MmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 37 ℃
2. Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan
Berat badan sebelum hamil : 60 Kg
Berat badan sekarang : 72 Kg
Tinggi badan : 159 Cm
LILA : 27 Cm
3. Pemeriksaan Fisik
Kepala
Muka : Tidak pucat, tidak oedema
Mata : Tidak anemis
Hidung : Tidak ada pengeluaran secret
Mulut dan Gigi : Bersih, Tidak anemis
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar
Dada
Payudara : Simetris, Terdapat colostrum
Paru-paru : Normal
Bunyi Jantung : Normal
Abdomen
Inspeksi : Bulat, tidak ada luka bekas operasi
Palpasi
Leopold I : TFU 3 jari dibawah PX
Leopold II : Pu-Ka
Leopold IV : Sudah masuk PAP
Perlimaan : 3/5
DJJ : 138 x/menit
Frekuensi : 4 x/10 menit
TBBJ : 2.900 gram
His : Teratur
Ekstremitas
Atas : Tidak oedema
Bawah : Tidak oedema
Genitalia : Tidak ada varises
4. Pemeriksaan Dalam
Vulva/vagina : Ada pengeluaran lender darah
Portio : Tebal lunak
Pembukaan : 4 Cm
Ketuban : Utuh
Presentasi : Kepala
Posisi : UUK kanan depan
Molase : Tidak ada
Penurunan : Hodge II
5. Pemeriksaan Penunjang : Tidak ada
D. Manajemen Asuhan Kebidanan
KALA I
Pukul : 15.00 WIB

S :  Ibu mengatakan ini merupakan kehamilan yang ketiga dan tidak pernah
keguguran
 Ibu mengatakan HPHT 16-02-2020
 Ibu mengatakan perutnya mules sejak tadi pagi dan ada pengeluaran lendir
darah
O :  k/u : baik
 Kesadaran : compos mentis
 Tanda-tanda vital
TD : 120/80 MmHg,
N : 88 x/menit
Rr : 20 x/menit
S : 37℃
 Inspeksi : Pemeriksaan head to toe baik
 Palpasi
Leopold I : TFU 3 jari dibawah PX (31 cm)
Leopold II : Pu –Ka
Leopold III : Pres – Kep
Leopold IV : Sudah masuk PAP.
 Perlimaan : 3/5
 TBBJ : 2.945 gram
 Kontraksi :
 Frekuensi 4 kali dalam 10 menit
 Durasi 30 detik
 Intensitas sedang
 Auskultasi : DJJ 137 x/menit
 Pemeriksaan dalam (VT) : Potrio tebal lunak, Ø 4 cm, penurunan hodge I,
ketuban utuh , teraba UUK kanan depan
 Pemeriksaan penunjang : Tidak ada

A : Ny. S. usia 33 Tahun G3P2A0 hamil 40 minggu janin tunggal hidup intra
uterine pres-kep, persalinan kala I fase aktif
Masalah : Nyeri persalinan
Kebutuhan : Atasi nyeri persalinan

P :  Beritahu tentang hasil pemeriksaan


Rasional :
Hak pasien meliputi (PERMENKES RI Nomor 4 Tahun 2018) :
a. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajibannya
b. Mendapat informasi meliputi diagnosis, tata cara tindakan medis,
tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, resiko dan komplikasi yang
akan terjadi.

 Atasi nyeri persalinan Kala I


Rasional :
a. Tekhnik massase punggung merupakan metode untuk mengurangi rasa
nyeri persalinan kala I. Pemijatan secara lembut akan membantu ibu
merasa lebih segar, rileks dan nyaman selama persalinan. Karena
dengan pijatan akan merangsang tubuh untuk mengeluarkan hormon
endorfin yang menimbulkan efek rasa nyaman. Tekhnik ini dinamakan
Efluerage yaitu tekhnik pijatan berupa usapan lembut, lambat,dan
panjang dan tidak putus-putus. Dilakukan usapan dengan ringan dan
tanpa tekanan kuat dengan cara menggosokkan lembut dengan kedua
telapak tangan dan jari pada punggung ibu bersalin setinggi servikal7
kearah luar menuju sisi tulang rusuk selama 30 menit dengan frekuensi
40 kali gosokan permenit, tetapi usahakan ujung jari tidak lepas dari
permukaan kulit (Puspitasari, 2017).
b. Tekhnik relaksasi nafas dalam merupakan salah satu cara untuk
mengurangi rasa nyeri pada ibu bersalin, secara non farmakologi
dengan menarik nafas dalam-dalam pada saat ada kontraksi melalui
hidung sambil menggembungkan perut dan menghembuskan nafas
melalui mulut secara perlahan sambil mengempeskan perut. Tekhnik
relaksasi nafas ini dilakukan untuk mengendalikan rasa nyeri dengan
meminimalkan aktifitas saraf simpatik dalam sistem saraf otonom.
Tekhnik ini dapat mengurangi sensasi nyeri dan mengontrol intensitas
reaksi ibu terhadap rasa nyeri (Taqwin, 2018).

 Berikan kebutuhan dasar ibu bersalin


Rasional :
Kebutuhan dasar ibu bersalin (JNPK-KR,2017) yaitu
a. Dukungan emosional dari suami dan kerabat sangat diperlukan dalam
persalinan
b. Kebutuhan makanan dan cairan selama persalinan dengan anjurkan ibu
sesering mungkin minum dan makanan ringan
c. Kebutuhan eliminasi, kandung kemih harus dikosongkan, setiap 2 jam
atau lebih. Karena akan menghambat penurunan bagian terbawah janin
d. Mengatur posisi apapun agar ibu merasa nyaman
e. Pengurangan rasa nyeri
 Lakukan observasi persalinan kala I menggunakan partograf
Rasional :
Observasi persalinan kala I menggunakan partograf agar memudahkan
bidan dalam mengidentifikasi secara dini kasus kegawatdaruratan dan
penyulit pada ibu dan janin sehingga sehingga pengambilan keputusan
yang tepat dalam mengambil tindakan. Observasi meliputi pembukaan
serviks, penurunan janin, tekanan darah ibu, nadi ibu, suhu ibu, dan
denyut jantung janin.

Catatan Implementasi

Waktu Kegiatan
15.05 Memberitahukan tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan
WIB baik, saat ini ibu memasuki proses persalinan, dari hasil pemeriksaan
didapatkan hasil tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu tubuh ibu
normal, pada pemeriksaan dalam pembukaan rahim sudah 4 cm, selaput
ketuban utuh, bagian terbawah janin adalah kepala, dan keadaan janin ibu
baik yaitu hasil pemeriksaan denyut jantung janin normal saja. Kontraksi
yang semakin lama semakin sering dan teratur, disertai pengeluaran lendir
darah merupakan tanda – tanda pasti persalinan.
15.06 Mengajari ibu menggunakan birth ball untuk mengatasi nyeri persalinan,
namum ibu merasa tidak nyaman sehingga tidak dilanjutkan lagi.
15.07 Mengatasi nyeri persalinan kala I dengan cara memberikan massase
WIB effluerage dan menganjurkan ibu untuk melakukan tekhnik relaksasi nafas
dalam-dalam ketika ada kontraksi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi
rasa nyeri persalinan kala I yang sedang ibu rasakan.

15.08 Memberikan kebutuhan dasar ibu bersalin meliputi kebutuhan emosional


WIB yaitu dukungan dari suami dan keluarga, kebutuhan nutrisi ibu dengan
menganjurkan ibu untuk makan dan minum jika ibu mau disaat kontraksi
berkurang, kebutuhan eliminasi dengan menganjurkan BAB/BAK jika ibu
mau, kebutuhan posisi dengan cara memilih posisi yang nyaman, serta
pengurangan rasa nyeri dengan pemberian pijatan dan tekhnik relaksasi
nafas.
15.09 Melakukan observasi persalinan kala I menggunakan partograf
WIB

KALA II
PUKUL : 19.00 WIB

S :  Ibu mengatakan ada pengeluaran lendir darah yang semakin meningkat


 Ibu mengatakan kontraksi semakin kuat
 Ibu mengatakan ada dorongan ingin mengedan
O  k/u : baik
 kesadaran : Compos mentis
 inspeksi : Vulva vagina tampak membuka, perineum menonjol
 Kontraksi
Frekuensi : 5 kali dalam 10 menit, Teratur
Durasi : 45 detik
Intensitas : Kuat
 Perlimaan : 5/5
 Djj : 147 x/menit
 VT : Portio tipis lunak, Ø 10 cm, selaput ketuban pecah, penurunan
Hodge IV, UUK kanan depan

A : Ny. S. usia 33 Tahun G3P2A0 hamil 40 minggu janin tunggal hidup intra
uterine pres-kep, persalinan kala II
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Tidak ada
P :  Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan
Rasional :
Hak pasien meliputi (PERMENKES RI Nomor 4 Tahun 2018) :
c. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajibannya
d. Mendapat informasi meliputi diagnosis, tata cara tindakan medis,
tujuan tindakan medis, alternative tindakan, resiko dan komplikasi
yang akan terjadi.

 Lakukan pertolongan persalinan sesuai 60 langkah asuhan persalinan


normal (APN)
Rasional :
Menyelamatkan dan menolong ibu dan bayi baru lahir dapat dicegah atau
dihindarkan melalui upaya dan pertolongan tepat waktu dan adekuat
(Depkes RI, 2008 dalam penelitian eliza, 2017) dengan metode yang
dikenal dengan nama Asuhan Persalinan Normal (Eliza, 2017).

Catatan Implementasi

Waktu Kegiatan
19.01  Memberitahukan tentang hasil pemeriksaan yaitu pembukaan sudah
WIB lengkap, selaput ketuban sudah pecah, jika ada kontraksi ibu boleh
mengedan, dan jika tidak ada ibu boleh mengatur posisi yang nyaman.
Keadaan janin ibu baik, denyut jantung janin dalam keadaan normal.
19.02 1. Mendengar dan melihat tanda gejala kala dua persalinan
WIB a. Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran
b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan
vagina
c. Perineum tampak menonjol
d. Vulva dan sfingter ani membuka
2. Menyiapkan pertolongan persalinan
a. Memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial
untuk menolong persalinan dan penatalasanaan komplikasi segera
pada ibu dan bayi baru lahir
Untuk asuhan bayi baru lahir atau resusitasi → siapkan :
1) Tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat
2) 3 handuk/kain bersih dan kering (termasuk ganjal bahu bayi)
3) Alat penghisap lendir
4) Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi
Untuk ibu :
1) Menggelar kain di perut bawah ibu
2) Menyiapkan oksitosin 10 unit
3) Alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set
3. Memakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan
dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
5. Memakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
periksa dalam
6. Masukan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT atau steril dan pastikan tidak terjadi
kontaminasi pada alat suntik)
7. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin dengan langkah
Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari
anterior (depan) ke posterior (belakang) menggunakan kapas atau kasa
yang dibasahi air DTT
a. Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,
bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang
b. Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah
yang tersedia
c. Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan dan rendam
sarung tangan tersebut dalam larutan klorin 0,5% → langkah # 9.
Pakai sarung tangan DTT/steril untuk melaksanakan langkah
lanjutan
8. Melakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap. Bila
selaput ketuban masih utuh saat pembukaan sudah lengkap maka
lakukan amniotomi
9. Mendekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung
tangan dalam keadaan terbalik, dan rendam dalam klorin 0,5% selama
10 menit). Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan dan tutup
kembali partus set
10. Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus mereda
(relaksasi) untuk memastikan DJJ masih dalam batas normal (120 –
160x/menit)
a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
b. Mendokumentasikan hasil-hasil periksa dalam DJJ, semua temuan
pemeriksaan dan asuhan yang diberikan ke dalam partograf
11. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses meneran.
Beritahukan pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin cukup baik, kemudian bantu ibu menemukan posisi yang nyaman
dan sesuai dengan keinginannya.
a. Menunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran,
lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti
pedoman penatalaksanaan fase aktif ) dan dokumentasikan semua
temuan yang ada
b. Menjelaskan pada anggota keluarga tentang peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat pada ibu dan meneran secara
benar
12. Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada rasa
ingin meneran atau kontraksi yang kuat. Pada kondisi itu, ibu
diposisikan setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan
ibu merasa nyaman
13. Melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran
atau timbul kontraksi yang kuat :
a. Membimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
b. Mendukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara
meneran apabila caranya tidak sesuai
c. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
d. Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi
e. Menganjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu
f. Memberikan cukup asupan cairan per oral (minum)
g. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
h. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah
pembukaan lengkap dan pimpin meneran > 120 menit (2 jam) pada
primigravida atau > 60 menit (1 jam) pada multigravida
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam
selang waktu 60 menit.
15. Melakukan persiapan untuk melahirkan bayi. Letakkan handuk bersih
(untuk mengeringkan bayi) di perut bawah ibu, jika kepala bayi telah
membuka vulva dengan diameter 5-6 cm
16. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu
17. Membuka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan
dan bahan
18. Memakai sarung tangan DTT/steril pada kedua tangan
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva
maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain
bersih dan kering, tangan yang lain menahan belakang kepala untuk
mempertahankan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.
Anjurkan ibu meneran secara efektif atau bernapas cepat dan dangkal
20. Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi), segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
Perhatikan !
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan lewat
bagian atas kepala bayi
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat
dan potong tali pusat di antara dua klem tersebut
21. Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
22. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara biparietal.
menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut
gerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di
bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan kearah atas dan distal utuk
melahirkan bahu belakang
23. Setelah kedua bahu lahir, satu tangan menopang kepala dan bahu.
Gunakan tangan yang lain untuk menelusuri lengan dan siku sebelah atas
serta menjaga bayi terpegang baik
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk diantara kedua kaki dan pegang kedua kaki dengan
melingkarkan ibu jari pada satu sisi dan jari – jari lainnya pada sisi yang
lain agar bertemu dengan jari telunjuk)
25. Melakukan penilaian (selintas) :
a. Apakah bayi cukup bulan ?Hasil : bayi lahir cukup bulan dengan usia
kehamilan ibu 40 minggu
b. Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan ?
Hasil : Bayi lahir segera menangis kuat dan bernafas dengan baik
c. Apakah bayi bergerak dengan aktif ?Hasil : Bayi bergerak dengan
aktif
26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya (kecuali kedua tangan) tanpa membersihkan verniks. Ganti
handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Pastikan bayi dalam
posisi dan kondisi aman di perut bagian bawah ibu.
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir
(hamil tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gemelli). Hasil : tidak ada
janin kedua
28. Memberitahukan ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik. Hasil : ibu sudah mengetahui akan disuntik oksitosin
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit (IM)
di 1/3 distal lateral paha (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan
oksitosin).
30. Setelah 2 menit sejak bayi (cukup bulan) lahir, jepit tali pusat dengan
klem kira-kira 2-3cm dari pusar bayi, gunakan jari telunjuk dan tengah
tangan lain untuk mendorong isi tali pusat kearah ibu dan klem tali pusat
pada sekitar 2 cm distal dari klem pertama.
31. Melakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi
perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem
tersebut
b. Mengikat tali pusat dengan benang DTT/steril ada pada satu sisi
kemudian lingkarkan lagi benang tersebut dan tali pusat dengan
simpul kunci pada sisi lainnya
c. Melepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan
32. Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu – bayi.
Luruskan bahu bayi sehingga dada bayi menempel di dada ibunya.
Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih
rendah dari putting susu atau aerola mamae ibu
a. Menyelimuti ibu – bayi dengan kain kering dan hangat, pasang topi
di kepala bayi
b. Membiarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling
sedikit 1 jam
c. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusui dini
dalam waktu 30 – 60 menit. Menyusu untuk pertama kali akan
berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu
payudara
d. Membiarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi
sudah berhasill menyusu

KALA III
PUKUL : 19.32 WIB

S :  Ibu mengatakan merasa mules setelah bayi lahir

O :  K/U : baik
 Kesadaran : compos mentis
 Kontraksi uterus baik,uterus bertambah bundar
 Inspeksi : Tampak ada semburan darah secara tiba-tiba dan tali pusat
bertambah panjang

A : Ny. S. Usia 33 Tahun P3A0 , persalinan Kala III

P :  Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan


Rasional :
Hak pasien meliputi (PERMENKES RI Nomor 4 Tahun 2018) :
a. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajibannya
b. Mendapat informasi meliputi diagnosis, tata cara tindakan medis,
tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, resiko dan komplikasi yang
akan terjadi.

 Lakukan pertolongan manajemen aktif kala III dengan langkah APN


Rasional :
MAK III bertujuan untuk mempercepat pelepasan plasenta dengan
meningkatkan kontraksi rahim dan mencegah perdarahan postpartum
karena atonia uteri. MAK III terdiri dari pemberian uterotonika,
peregangan tali pusat terkendali. Selain itu massase fundus, rangsangan
putting susu merupakan salah satu cara untuk mendapatkan oksitosin
alami (Rahmadyanti, 2018).

Catatan Impementasi

Waktu Kegiatan
19.33  Memberitahukan ibu bahwa akan disuntik kan oksitosin untuk
WIB membantu rahim berkontraksi agar plasenta segera dilahirkan
 Melakukan MAK III sesuai APN
33.Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva
34.Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu (diatas
simfisis), untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem
untuk menegangkan tali pusat
35.Pada saat uterus berkontraksi, meregangkan tali pusat kearah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus kea rah belakang-atas (dorso
cranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta
tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan
tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi kembali prosedur
diatas.
a. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk melakukan stimulating puting susu
36.Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus kearah dorsal
ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat kearah distal maka
lanjutkan dorongan kearah cranial hingga plasenta dapat dilahirkan
a. Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan (jangan ditarik
secara kuat terutama jika uterus tak berkontraksi) sesuai dengan
sumbu jalan lahir (kearah bawah-sejajar lantai-atas)
b. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
kedua tangan. Pegang dan putar plsenta hingga selaput ketuban terpilin
kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wajah yang telah
disediakan.
38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan
gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus
teraba keras)
39. Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Lakukan penjahitan bila terjadi laserasi yang luas dan menimbulkan
perdarahan.
40. Memeriksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan telah
dilahirkan lengkap. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau
tempat khusus

KALA IV
PUKUL :19.35 WIB

S :  Ibu mengatakan sudah melahirkan bayi dan plasenta sudah lahir


 Ibu mengatakan perutnya mules dan terasa keras bulat di perut bawah
O :  k/u : Baik
 kesadaran : Compos mentis
 TTV
TD : 110/70 MmHg
N : 88 x/menit
Rr : 20 x/menit
S : 37,5 ℃
 Inspeksi : Perdarahan normal ± 100 cc
 Kontraksi uterus baik, TFU 1 jari dibawah pusat
 Kandung kemih kosong
A : Ny. S. Usia 33 Tahun, P3A0 persalinan kala IV
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Tidak ada
p :  Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan
Rasional :
Hak pasien meliputi (PERMENKES RI Nomor 4 Tahun 2018) :
e. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajibannya
f. Mendapat informasi meliputi diagnosis, tata cara tindakan medis,
tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, resiko dan komplikasi yang
akan terjadi.

 Lakukan pemantauan kala IV post partum


Rasional :
Masa nifas merupakan hal penting untuk memantau kondisi ibu terutama
pada 2 jam postpartum, karena perdarahan postpartum menjadi salah satu
penyebab Angka Kematian Ibu (AKI). Maka diperlukan upaya
pencegahan. Depkes mengeluarkan kebijakan Asuhan Persalinan Normal
(APN) sesuai dengan pendekatan Making Pregnancy Safer (MPS) yang
diprakarsai oleh Word Health Organization (WHO), salah satu didalam
nya adalah Inisiasi Menyusu Dini (IMD) untuk mencegah perdarahan
pada kala IV. Dengan isapan pada puting susu akan merangsang
pengeluaran hormon oksitosin yang membantu rahim berkontraksi
(Qonitun, 2018).

Catatan Implementasi

Wakt Kegiatan
u
19.37  Memberitahukan bahwa ibu dalam keadaan baik, kontraksi rahim,
WIB perdarahan, tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu dalam keadaan
normal
 Melakukan pemantauan kala IV persalinan sesuai APN yaitu :
41. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
42. Memastikan kandung kemih kosong. Jika penuh, lakukan kateterisasi.
43. Mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam
larutan klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh, lepaskan
secara terbalik dan rendam sarung tangan dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir,
keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan
kering
44. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi
45. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik
46. Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
47. Memantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
(40-60 kali/menit).
48. Membersihkan ibu jari paparan darah dan cairan tubuh dengan
menggunakan air DTT. Bersihkan cairan ketuban, lendir dan darah
diranjang atau disekitar ibu berbaring menggunakan larutan klorin 0,5%
lalu bilas dengan air. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering
49. Memastikan ibu merasa nyaman, dan membantu ibu memberikan ASI.
Serta menganjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan
yang diinginkannya
50. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi
51. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai
52. Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
53. Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%, balikan
bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit
54. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan
kering
55. Memakai sarung tangan bersih/DTT untuk memberikan beri salep mata
profilaksis infeksi, vitamin K₁ (1 mg) IM dipaha kiri bawah lateral
dalam satu jam pertama. Hasil : Salp mata, vitamin K 1 mg sudah
diberikan.
56. Melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pastikan kondisi bayi baik.
Pernapasan bayi normal 40-60 kali/menit dan temperature tubuh normal
36,5 – 37,5⁰C setiap 15 menit. Hasil : Pemeriksaan fisik bayi baru lahir
sudah dilakukan, semua dalam keadaan normal.
57. Setelah satu jam pemberian vitamin K₁ berikan suntikan imunisasi
Hepatitis B dipaha kanan bawah lateral. Letakkan bayi di dalam
jangkauan ibu agar sewaktuwaktu dapat disusukan. Hasil : Imunisasi
HB.0 sudah diberikan.
58. Melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam didalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit
59. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
60. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).
II. BAYI BARU LAHIR
A. Judul Kasus
Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Normal <6 jam Postpartum
B. Pelaksanaan Asuhan
Hari/ Tanggal : Senin, 23 November 2020
Pukul : 20.30 WIB
Tempat : PMB Edith Safarina, S.Tr.Keb

C. Identitas

Nama Bayi : By. Ny.S


Umur Bayi : 1 Jam
Tanggal : Senin, 23 Nopember 2020
Jam Lahir : 19.27 WIB
Jenis Kelamin : Perempuan
Nama Ibu : Ny .S Nama Suami : Tn. J
Umur : 33 Tahun Umur : 43 Tahun
Suku/bangsa : Dayak/Indonesia Suku/bangsa : Dayak/Indonesia
Agama : Kristen Agama : Kristen
Pendidikan : D1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Golongan Darah : O Golongan Darah : -
Alamat : Jl. Pasar Lama, Alamat Jl. Pasar Lama
Kasongan
Kasongan

D. Anamnesa
1. Riwayat kehamilan : G3P2A0 ,ANC :6x
Kenaikan BB selama hamil : 12 Kg
Imunisasi TT :2x
2. Riwayat penyakit kehamilan
a. Perdarahan : Tidak ada
b. Preeklamsi : Tidak ada
c. Eklamsi : Tidak ada
d. Penyakit kelamin : Tidak ada
e. Lain-lain : Tidak ada
3. Riwayat waktu hamil
a. Makanan : Teratur 3 kali sehari dengan menu nasi, ikan, sayuran,
dan lauk pauk
b. Obat-obatan/jamu : Tablet tambah darah dan vitamin
c. Alkohol : Tidak ada
d. Merokok : Tidak ada
e. Lain-lain : Tidak ada
4. Riwayat persalinan sekarang
a. Jenis persalinan : Spontan
b. Ditolong oleh : Bidan
c. Komplikasi persalinan
Ibu : Tidak ada
Bayi : Tidak ada
d. Keadaan BBL
Segera menangis : Ya
Intensitas : Kuat
Warna kulit : Kemerahan
IMD : Ya
Berapa menit : 60 Menit
e. Obat-obatan yang diberikan
Vitamin K : Ya
Salep mata : Ya
Imunisasi : Ya
Resusitasi - Penghisapan lendir : Tidak
Rangsangan : Ya
Masage jantung : Tidak ada
Oksigen : Tidak ada,
Terapi : Tidak ada

E. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : Baik
2. Penampilan keseluruhan : Baik
3. Kepala, badan, ekstremitas : Normal
4. Tonus otot, tingkat aktivitas : Aktif
5. Warna kulit dan bibir : Kemerahan
6. Tangis bayi : Kuat
7. Tanda Vital
a. Laju pernafasan(40-60 x/menit) : 46 x/menit
b. Laju jantung(120-160 x/menit) : 144 x/menit
c. Suhu (36,5 °c- 37,2 °c) diketiak : 36,5 ℃
8. BB normal untuk bayi cukup bulan ialah 2,5-4,0 kg : 2.900 gram
9. PB normal untuk bayi cukup bulan ialah 45-53 cm : 48 Cm
10. Kepala
a. Ubun-ubun : Datar
b. Sutura, molase : Tidak ada
c. Penonjolan/daerah yang mencekung : Tidak ada
d. Ukuran lingkar kepala : 31 cm
11. Telinga
a. Periksa dalam hubungan letak dengan mata dan kepala : Simetris
12. Mata
Ada tanda-tanda infeksi : Tidak ada
13. Hidung dan mulut
Bibir dan palatum : Normal
Periksa adanya sumbing : Tidak ada
Refleks hisap, dimulai saat bayi menyusu pada ibunya : Baik
14. Leher
Pembengkakan : Tidak ada
Kelainan : Tidak ada
15. Dada : Datar
Bentuk : Normal
Putting : Menonjol
Bunyi nafas : Normal
Bunyi jantung : Normal
16. Bahu, lengan, dan tangan
Gerakan normal : Ya
Jumlah jari : Lengkap

17. Perut
Bentuk : Normal
Penonjolan sekitar tali pusat Saat menangis : Tidak ada
Perdarahan tali pusat (tiga pembuluh) : Tidak ada
Lembek (pada saat tidak menangis : Tidak ada
Tonjolan/ ada massa : Tidak ada
18. Kelamin perempuan
Introitus vagina : Ada
Orifisium uretra : Ada
Labio minor dan labio mayor : Belum menutupi labia mayora
19. Anus
Lubang anus : Ada
20. Tungkai dan kaki
Gerakan normal : Ya
Jumlah jari : 10- Lengkap
21. Punggung
Pembengkakan/ ada cekungan : Tidak ada
22. Kulit
Vernik caseosa : Ada
Warna : Kemerahan
Pembengkakan atau bercak hitam : Tidak ada
Tanda lahir : Tidak ada

E. Refleks
1. Refleks moro : Positif
2. Refleks rooting : Positif
3. Refleks walking : Positif
4. Refleks graphs/ plantar : Positif
5. Refleks socking : Positif
6. Refleks tonic neck : Positif

F. Eliminasi

Miksi : Sudah Tanggal : 23 Nopember 2020 Pukul : 21.00 WIB


Devekasi : Sudah Tanggal : 23 Nopember 2020 Pukul : 21.02 WIB
Mekoniu : Sudah Tanggal : 23 Nopember 2020 Pukul : 19.30 WIB
m

G. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak dilakukan pemeriksaan

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR

Hari / Tanggal : Senin, 23 November 2020

Pukul : 20.30 WIB

Tempat : PMB Edith Safarina, S.Tr.Keb

S :  Ibu mengatakan bayi lahir jenis kelamin perempuan


 Ibu mengatakan bayi nya sehat
 Ibu mengatakan bayi sudah dilakukan inisiasi menyusu dini, dan sudah disusui
O :  k/u : baik
 Berat badan : 2.900 gram
 Panjang Badan : 48 cm
 Lingkar kepala :31 cm
 Lingkar dada : 32 cm
 Tanda vital :
HR :144 x/menit
Rr :44 x/menit
S : 37 ℃
 Afgar Skor : 8/9
 Inspeksi : Pemeriksaan head to toe baik
 Auskultasi : Bunyi nafas normal dan bunyi jantung normal
 Palpasi : Tidak ada pembesaran abnormal
 Anus : Mekonium sudah keluar
 Cacat : tidak ada
 Refleks : Positif

A : By. Ny.S. Bayi Baru Lahir <6 jam post partum


Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Tidak ada

P :  Beritahu hasil pemeriksaan


Rasional :
Hak pasien meliputi (PERMENKES RI Nomor 4 Tahun 2018) :
a. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajibannya
b. Mendapat informasi meliputi diagnosis, tata cara tindakan medis, tujuan
tindakan medis, alternative tindakan, resiko dan komplikasi yang akan
terjadi.
 Anjurkan ibu untuk jaga kehangatan bayi baru lahir
Rasional :
1. Ketika bayi diletakkan di dada untuk menyusu, bayi akan merasakan
kehangatan dari kulit ibu sehingga dapat menurunkan risiko kematian karena
hipotermia (Murti, 2017).
2. Menjaga agar bayi tidak kehilangan panas dengan cara mengganti kain
basah dengan kain yang kering pada bayi baru lahir. Kejadian hipotermi
pada bayi baru lahir terjadi melalui perpindahan panas tubuh ke lingkungan
sekitar berupa evaporasi yaitu kehilangan panas akibat penguapan, konduksi
melalui hubungan langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang
dingin, konveksi melalui udara dingin diruang bersalin, dan radiasi apabila
bayi diletakkan dekat dengan barang yang mempunyai suhu kurang dari
suhu tubuh bayi . Maka berdasarkan hal tersebut penting untuk menghindari
penyebabnya agar bayi tidak kehilangan panas (Zulala, 2018).

 Anjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI kepada bayinya


Rasional :
Ibu yang melakukan IMD akan akan berhasil memberikan ASI eksklusif kepada
bayi mereka.Manfaat ASI akan meningkat jika bayi hanya diberi ASI saja
selama enam bulan pertama kehidupannya. ASI Eksklusif memiliki kontribusi
yang besar terhadap tumbuh kembang dan daya tahan tubuh anak. Anak yang
diberi ASI Eksklusif akan tumbuh dan berkembang secara optimal dan tidak
mudah sakit (Irawan, 2018).

 Berikan KIE tentang perawatan tali pusat terbuka tanpa diberikan bahan apapun
Rasional :
Perawatan tali pusat dengan tehnik terbuka lebih baik karena tali pusat yang
tidak tertutup akan mengering dan puput lebih cepat dengan komplikasi yang
sedikit. Perawatan tali pusat terbuka juga menggunakan pendekatan konsep
“back to nature” (kembali ke alam) yaitu falsafah budaya merawat tali pusat
bayi tanpa bahan/zat kimia apapun, karena sesungguhnya apabila tali pusat
dijaga kebersihannya dan selalu dipastikan dalam keadaan kering maka proses
penyembuhannya akan berjalan fisiologis (Kholidati, 2019).

Catatan Implementasi

Waktu Kegiatan
20.31  Memberitahukan ibu bahwa bayi nya sehat, tidak ada kelainan. Berat badan
WIB lahir bayi 2.900 gram, panjang badan 48 cm, lingkar kepala 31 cm,dan lingkar
dada 30 cm. Refleks bayi baik.
20.32  Menganjurkan ibu untuk menjaga kehangatan bayi baru lahir dengan cara
WIB meleletakkan bayi diatas dada untuk menyusu. Dengan hal ini bayi akan
merasakan kehangatan dari kulit ibu sehingga dapat menurunkan risiko
kematian karena hipotermi. Serta menganti pakaian bayi yang basah dengan
pakaian kering, menempatkan bayi pada suhu ruangan yang hangat,
menjauhkan bayi dari lingkungan yang berangin, misal jendela, kipas angin,
AC.

20.33  Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI kepada bayinya. Karena
WIB dengan ASI Eklusif akan memiiki kontribusi besar terhadap tumbuh kembang
dan daya tahan tubuh bayi dan tidak mudah sakit.
20.34  Memberikan KIE tentang perawatan tali pusat tanpa diberikan bahan apapun
WIB dengan cara perawatan tali pusat terbuka hanya menggunakan kain kasa.
BAB IV

PEMBAHASAN

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam
jalan lahir dan proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui
vagina ke dunia luar. Persalinan normal adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang
kepala dengan ibu sendiri, tanpa bantuan alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya
berlangsung kurang dari 24 jam.

Berdasarkan laporan kasus ini hasil yang didapatkan yaitu Ny. S. Usia 33 Tahun
P3A0 dengan persalinan normal. Karena pada kala II ibu melahirkan bayi dengan letak
belakang kepala, dengan kekuatan ibu sendiri, tanpa bantuan alat, dan tidak melukai ibu
(tidak menggunakan episiotomi), dan persalinan pun berlangsung selama kurang dari 24 jam.

Pada asuhan kebidanan Evidence Based Midwifery, penulis menggunakan Tekhnik


Pijatan pada sacrum, dan Tekhnik Relaksasi Nafas untuk mengalihkan rasa nyeri ibu pada
persalinan Kala I persalinan. Dan hasilnya ibu merasa nyaman, dan aman, dengan intervensi
yang diberikan.Serta merasakan nyeri dialihkan ketika kontraksi timbul.

Sebelumnya penulis juga menganjurkan ibu untuk menggunakan birth ball sesuai
teori EBM yang didapatkan untuk mengatasi nyeri persalinan namun ibu merasa tidak
mampu, sehingga tidak dilakukan.Sehingga memilih tekhnik pijat sacrum dan tekhnik
relaksasi nafas saja.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada persalinan normal sebaiknya dilakukan beberapa asuhan kebidanan
berdasarkan EBM seperti penanganan nyeri persalinan menggunakan tekhnik pijatan
pada sacrum ibu, dan tekhnik relaksasi nafas. Walaupun banyak cara lain untuk
mengatasi nyeri persalinan tetapi, sebaiknya pilihlah cara-cara yang mampu untuk
dilakukan dan disukai ibu.

B. Saran
1. Klien
Diharapkan dapat mengatasi nyeri pada persalinan kala I dalam mengurangi nyeri
2. Mahasiswa
Diharapkan dapat menerapkan asuhan kebidanan berdasarkan EBM pada
persalinan kala I dalam mengurangi nyeri persalinan
3. Lahan Praktek
DIharapkan dapat memberikan asuhan kebidanan berdasarkan EBM pada
persalinan kala I dalam mengurangi nyeri persalinan
4. Institusi
Diharapkan dapat menjadikan sebagai bahan acuan untuk pembelajaran asuhan
kebidanan berdasarkan EBM pada persalinan kala I dalam mengurangi nyeri
persalinan

DAFTAR PUSTAKA

Juliana BR Sembiring. 2019. Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah.
Yogyakarta : CV.Budi Utama

Lestari, Lusi. Efek Penggunaan Birth Ball Untuk Ibu Hamil Dalam Persalinan : Literature
Review. Stikes Muhammadiyah Ciamis. Riset Kesehatan Masyarakat, Volume 10
Nomor 1 Februari 2020

Kurniawati, Ade. Et al .Efekivitas Latihan Birth Ball Terhadap Penurunan Nyeri Persalinan
Kala I Fase Aktif pada Primigravida.Universitas Aisyiyah Yogyakarta. Jurnal Ners
dan Kebidanan Indonesia Volume 5 No 1 Tahun 2017
Rahayu, Nova Avianti & Kurniawati, Herlin Fitriana.Efektivitas Musik Therapy Terhadap
Pengurangan Nyeri Persalinan: Sistematic Review. Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Aisyiyah Yogyakarta.Jurnal Kesehatan Vokasional Volume 5 No 2 Tahun
2020.

Puspitasari, Indah & Astuti, Dwi. Tekhnik Massage Punggung Unuk Mengurangi Nyeri
Persalinan Kala I. STIKES Muhammadyah Kudus.Jurnal Ilmu Keperawatan dan
Kebidanan Volume 8 No 2 Tahun 2017.

Naimah, Ainun, et al. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Kala I Fase Aktif Dengan
Kompres Panas Guna Mengurangi Rasa Nyeri. Stikes Pemkab Jombang. Jurnal
Ilmiah Kebidanan Volume 3 No 2 September 2017.

Rahmadhayanti, Eka et al. Pengaruh Pemberian Rangsangan Putting Susu Terhadap Lama
Kala III Pada Ibu Bersalin. STIK Siti Khadijah Palembang.Babul Ilmi Jurnal Ilmiah
Multi Science Kesehatan.Volume 9 No 2 Tahun 2018.

Qonitun, Umu & Fitri Novitasari.Studi Persalinan Kala IV Pada Ibu Bersalin Yang
Melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Diruang Mina Rumah Sakit Muhammadyah
Tuban.Stikes Nahdlatul Ulama Tuban.Jurnal Kesehatan Volume 11 Tahun 2018.

Taqwin.Pengaruh Tekhnik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Intensitas Nyeri Ibu Bersalin
Kala I Fase Laten di Praktik Bidan Mandiri Antapura. Poltekkes Kemenkes Palu.
Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 2 No 2 Tahun 2018.

Silfia, Niluh Nita. Determinan Penggunaan Partograf Dalam Persalinan Oleh Bidan Praktik
Mandiri di Kota Palu. Poltekkes Kemenkes Palu. Jurnal Bidan Cerdas Volume 2 No 2
April 2020.

Daint, Maternity. Kompres Panas Dingin Dalam Mengatasi Nyeri Kala I Persalinan Di
Rumah Sakit Pertamina Bintang Amin. Universitas Malahayati Bandar Lampung.
Jurnal Kebidanan Volume 5 No 1 Tahun 2019.

Anda mungkin juga menyukai