Laili Agustini
NIM.21159010022
Keterangan
Kontrak belajar ini kemudian di break down menjadi kontrak belajar / hari, misalnya hari pertama mahasiswa mau melakukan asuhan
kebidanan pada bayi, balita dan APRAS maka,
1. Tujuannya adalah: mahasiswa dapat melakukan asuhan kebidanan pada bayi, balita dan APRAS
2. Strategi Pembelajaran : pre conferent, ronde, dan post conferen
3. Sumber pembelajaran: Pasien By “ ”,Umur bulan dengan
4. Hasil yang diharapkan: mahasiwa mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan menerapkan manajemen kebidanan
5. Waktu: disesuaikan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat tuhan YME atas segala rahmat dan hidayah-Nya
Profesi Bidan Stikes Ngudia Husada Madura untuk memenuhi target yang telah
ditetapkan. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak
Madura.
BLEGA.
Bidan.
5. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Askeb ini.
penyusunan Asuhan Kebidanan ini. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi peningkatan penyusunan
Disusun Oleh :
LAPORAN KASUS
Disusun oleh:
Nama : LAILI AGUSTINI
NIM : 21159010022
Kelas :B
Disetujui:
Kepala Ruangan
Tanggal: ___________
Di: ________________ ( SRI ANITA KUSUMA,S.Tr.Keb)
NIP.
Pembimbing Institusi
Tanggal: ___________ ( SELVIA NURUL QOMARI,S.ST,M.Keb)
Di: ________________ NIDN.
Pembimbing Kasus
Tanggal: ___________
Di: ________________ ( NIA KURNIASIH, S.ST, Bd)
NIP.
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengimplementasikan asuhan
kebidanan pada anak prasekolah dengan pertumbuhan dan perkembangan
normal melalui skrinning DDTK menggunakan pola pikir manajemen
kebidanan serta mendokumentasikan hasil asuhannya dalam bentuk VARNEY.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengkajian data pada anak prasekolah
b. Mengidentifikasi masalah dan mendiagnosa pada anak prasekolah
c. Mengidentifikasi masalah potensial pada anaak prasekolah
d. Mengidentifikasi kebutuhan dan tindakan segera pada anak prasekolah
e. Menyusun rencana asuhan kebidanan pada anak prasekolah
f. Melaksanakan rencana asuhan kebidanan sesuai dengan perencanaan yang
telah disusun pada anak prasekolah
g. Melakukan evaluasi hasil asuhan yang telah dilakukan pada anak
prasekolah
h. Mendokumentasikan Asuhan Kebidanan pada anak prasekolah
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Memberikan pengetahuan dan wawasan bagi pembaca tentang asuhan
kebidanan pada anak prasekolah
b. Sebagai sumber referensi bagi mahasiswa khususnya tentang anak
prasekolah
2. PERKEMBANGAN
Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam kemampuan :
a. Gerak kasar.
b. Gerak halus.
c. Bicara dan bahasa.
d. Serta sosialisasi dan kemandirian.
Aspek – aspek perkembangan yang dipantau adalah sebagai berikut :
a) Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan
otot-otot besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.
b) Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan dan dilakukan oleh
otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati
sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya.
c) Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara,
berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.
d) Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai
bermain), berpisah dengan dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya.
2. Perkembangan psikososial
Menurut Erikson dalam Kozier (2010) krisis perkembangan anak usia
prasekolah adalah inisiatif versus rasa bersalah. Anak prasekolah harus
memecahkan masalah sesuai hati nurani mereka. Kepribadian mereka
berkembang. Erikson memandang krisis pada masa ini sebagai sesuatu yang
penting bagi perkembangan konsep diri. Anak prasekolah harus belajar dengan
apa yang dapat mereka lakukan. Akibatnya anak prasekolah meniru perilaku, dan
imajinasi serta kreativitasnya menjadi hidup.
3. Perkembangan kognitif
Menurut Pieget dalam Kozier (2010) perkembangan kognitif anak prasekolah
merupakan fase pemikiran intuitif. Anak masih egosentrik, tetapi egosentrisme
perlahan-lahan berkurang saat anak menjalani dunia mereka yang semakin
berkembang. Anak prasekolah belajar melalui trial and error dan hanya
memikirkan 1 ide pada satu waktu. Sebagian besar anak yang berusia 5 tahun
dapat menghitung uang koin. Kemampuan membaca juga mulai berkembang pada
usia ini. Anak menyukai dongeng dan buku-buku mengenai binatang dan lainnya.
4. Perkembangan moral
Anak prasekolah mampu berperilaku prososial, yakni setiap tindakan yang
dilakukan individu agar bermanfaat bagi orang lain. Perilaku moral biasanya
dipelajari melalui upaya meniru, mula-mula orang tua dan kemudian orang
terdekat lainnya. Anak parsekolah mengontrol perilaku mereka karena mereka
menginginkan cinta dan persetujuan dari orang tua. Biasanya mereka berperilaku
baik di tatanan sosial (Kozier, 2010).
5. Perkembangan spiritual
Menurut Fowler dalam Kozier (2010) anak yang berusia 4-6 tahun berada
pada tahap perkambangan intuitif-proyektif. Pada tahap ini, kepercayaan
merupakan hasil didikan orang-orang terdekat, seperti orang tua atau guru. Anak
mulai belajar meniru perilaku religius, contohnya, menundukkan kepala saat
berdoa, meskipun mereka tidak memahami makna perilaku tersebut. Anak
prasekolah membutuhkan penjelasan sederhana mengenai masalaah spiritual
seperti yang terdapat dalam buku bergambar, anak seusia ini menggunakan
imajinasi mereka untuk mewujudkan berbagai gagasan, seperti malaikat atau
setan.
6. Perkembangan bahasa
Desiningsih (2012) mengemukakan bahwa anak usia 2-5 tahun dalam
perkembangan bahasanya berada pada fase diferensiasi. Pada fase ini
keterampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan berkembang pesat. Anak
telah mampu mempergunakan kata ganti orang “saya” untuk menyebut dirinya,
mampu mempergunakan kata dalam bentuk jamak, awalan, akhiran, dan
berkomunikasi lebih lancar lagi dengan lingkungan. Anak mulai dapat mengkritik,
bertanya, menjawab, memerintah, dan memberitahu.
7. Perkembangan emosi
Menurut Susanto (2011) yang dikutip oleh Esti (2015) Anak prasekolah
berada dalam masa perkembangan kepribadian yang unik, anak sering tampak
keras kepala, menjengkelkan, dan melawan orang tua. Anak mulai berkenalan
serta belajar menghadapi rasa kecewa saat apa yang dikehendaki tidak terpenuhi.
Rasa kecewa, marah, sedih merupakan suatu yang wajar dan natural. Pada masa
prasekolah berkembang juga perasaan harga diri yang menuntut pengakuan dari
lingkungannya. Jika lingkungannya (orang tua) tidak mengakui harga diri anak,
seperti memperlakukan anak secara keras, atau kurang menyayanginya, maka
pada diri anak akan berkembang sikap-sikap antara lain keras kepala atau
menentang, menyerah menjadi penurut, harga diri kurang, serta pemalu.
Emosi adalah reaksi internal atau perasaan, bersifat positif dan negatif, dan
menyiapkan individu untuk bertindak. Afek adalah ekspresi keluar dari emosi
melalui raut muka, gerakan tubuh, intonasi, dan vokalisasi. Emosi memiliki
peranan yang sangat penting dalam perkembangan anak, baik pada usia
prasekolah maupun pada tahap-tahap perkembangan selanjutnya, karena memiliki
pengaruh terhadap perilaku anak. Anak memiliki kebutuhan emosional, yaitu:
a. Dicintai
b. Dihargai
c. Merasa aman
d. Merasa kompeten
e. Mengoptimalkan kompetensi
Anak mengkomunikasikan emosi melalui verbal, gerakan dan bahasa tubuh.
Bahasa tubuh ini perlu kita cermati karena bersifat spontan dan seringkali
dilakukan tanpa sadar. Dengan memahami bahasa tubuh, kita dapat memahami
pikiran, ide, tingkah laku serta perasaan anak. Bahasa tubuh yang dapat diamati
antara lain :
a. Ekspresi wajah
b. Napas
c. Ruang gerak
d. Pergerakan tangan dan lengan
Pada usia prasekolah anak-anak belajar menguasai dan mengekspresikan
emosi. Pada usia 6 tahun anak-anak memahami konsep emosi yang lebih
kompleks, seperti kecemburuan, kebanggaan, kesedihan dan kehilangan, tetapi
anak-anak masih memiliki kesulitan di dalam menafsirkan emosi orang lain. Pada
tahapan ini anak memerlukan pengalaman pengaturan emosi, yang mencakup:
a. Kapasitas untuk mengontrol dan mengarahkan ekspresi emosional
b. Menjaga perilaku yang terorganisir ketika munculnya emosi-emosi yang kuat
dan untuk dibimbing oleh pengalaman emosional
Faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi anak menurut Desiningrum
(2012) yaitu:
1) Keadaan anak
Keadaan individu pada anak, misalnya cacat tubuh ataupun kekurangan pada
diri anak akan sangat mempengaruhi perkembangan emosiaonal anak,
bahkan akan berdampak pada lebih jauh pada kepribadian anak. misalnya
rendah diri, mudah tersinggung, atau menarik diri dari lingkungan.
2) Jenis kelamin anak
Perbedaan jenis kelamin akan mempengaruhi perkembangan emosi terutama
karena perbedaan hormonal antara laki-laki dan perempuan. Peran jenis
kelamin dan tuntutan sosial sesuai jenis kelamin juga akan mempengaruhi
perkembangan emosi anak.
3) Faktor belajar
Pengalam belajar anak dari lingkungan akan menentukan reaksi potensial
mana yang akan digunakan anak untuk marah.
4) Konflik-konflik dalam proses perkembangan
Setiap anak melalui berbagai konflik dalam menjalani fase-fase
perkembangan yang pada umumnya dapat dilalui dengan baik. Namun, jika
anak tidak dapat mengatasi konflik-konflik tersebut, biasanya mengalami
gangguan-gangguan emosi.
5) Lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lembaga pertama dan utama dalam kehidupan anak.
berdasarkan pengalaman berinteraksi dengan keluarga maka akan
menentukan pola perilaku anak terhadap orang lain dalam lingkungannya.
Dalam pembentukan kepribadaian anak, keluarga mempunyai pengaruh yang
besar dalam perkembangan emosi anak. Banyak faktor dalam keluarga yang
ikut berpengaruh dalam perkembangan emosi seorang anak, antaranya yaitu
pola asuh orang tua, pola komunikasi dalam keluarga, dan tingkat pendidikan
orang tua.
Pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anaknya.
Sikap orang tua ini meliputi cara orang tua memberikan aturan-aturan, hadiah
maupun hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritasnya, dan cara orang
tua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap perilaku anaknya
(Desiningrum, 2012).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap anak
menurut Hurlock (2010) yang dikutip oleh Kirana (2013) adalah :
1) Kesamaan dengan disiplin yang digunakan oleh orang tua
Jika orang tua mereka memberikan pola asuh yang baik maka akan mereka
terapkan juga pada anak mereka.
2) Penyesuaian dengan cara yang disetujui oleh kelompok
Semua orang tua lebih dipengaruhi oleh apa yang anggota keluarga katakan
sebagai cara terbaik, daripada oleh pendirian mereka sendiri mengenai apa
yang terbaik.
3) Usia orang tua
Orang tua yang lebih muda cenderung demokratis dan permisif dibandingkan
dengan mereka yang tua. Mereka cenderung kurang kendali kendali terhadap
anaknya. Kesiapan orang tua dalam menjalankan pola pengasuhan dapat
dilakukan dengan pendidikan yang baik, selain itu rentang usia orang tua
terlalu muda atau muda maka tidak dapat menjalankan peran tersebut secara
optimal karena diperlukan kekuatan fisik dan psikologis
4) Pendidikan untuk menjadi orang tua
Orang tua yang belajar cara mengasuh anak dan mengerti kebutuhan anak akan
lebih menggunakan pola asuh yang demokratis daripada orang tua yang tidak
mengerti cara pengasuhana anak.
5) Jenis kelamin
Wanita pada umumnya lebih mengerti anak dan kebutuhannya dibanding pria,
dan mereka cenderung kurang otoriter. Hal ini berlaku untuk orang tua
maupun pengasuh lainnya.
6) Status sosial ekonomi
Orang tua dari kalangan menengah ke bawah akan lebih otoriter dan memaksa
daripada mereka yang dari menengah ke atas.
Kebutuhan ekonomi sering sekali menuntut kedua orang tua terpaksa harus
bekerja dan meninggalkan anaknya untuk bisa mencukupi semua kebutuhan
keluarga, sehingga pengasuhan dan interaksi dengan anak lebih sedikit
Kaakinen, (2010) dalam Livana (2019).
7) Konsep mengenai peran orang dewasa
Orang tua yang mempertahankan konsep tradisional mengenai peran orang
tua, cenderung lebih otoriter dibandingkan orang tua yang telah menganut
konsep modern.
8) Jenis kelamin anak
Orang tua pada umumnya akan lebih keras terhadap anak perempuan daripada
terhadap anak laki-lakinya.
9) Usia anak
Pola asuh yang lebih sering digunakan oleh orang tua terhadap anak yaitu pola
asuh otoriter, karena anak-anak tidak mengerti penjelasan sehingga mereka
memusatkan perhatian pada pengendalian otoriter.
1) Penilaian langsung
a) Antropometri
Pengukuran antropometri merupakan pengukuran yang melibatkan berat badan,
tinggi/ panjang badan, serta tekanan darah. Pengukuran dengan antropometri
dapat menggunakan tiga indikator yaitu BB/U, TB/U, dan BB/TB. Dalam
melakukan pengukuran tinggi/panjang badan serta berat badan dengan
antropometri harus dikonversikan nilai standar (Zscore) WHO 2005 (Riskesdas,
2013). Penggunaan antropometri adalah untuk pengukuran ketidakseimbangan
konsumsi karbohidrat dan protein terkait dengan pertumbuhan fisik serta jaringan
tubuh seperti lemak, otot, maupun kandungan air di dalam tubuh
(Supariasa,2001).
b) Penilaian klinis
Penilaian klinis biasanya digunakan jika mengalami ketidakseimbangan gizi pada
jaringan epitel yaitu rambut,kulit, mata, mukosa mulut serta kelenjar tiroid.
Penilaian klinis digunakan untuk melakukan deteksi cepat mengenai tanda klinis
secara umum dari kelebihan maupun kekurangan gizi (Supariasa, 2001).
c) Biokimia
Penilaian biokimia merupakan penilaian dengan diuji didalam laboratorium,
jaringan tubuh yang digunakan dalam penilaian ini yaitu otot, darah, hati, tinja
serta urine. Penilaian biokimia biasanya dimanfaatkan dalam masalah kurang gizi
secara spesifik (Supariasa, 2001).
d) Biofisik
Penilaian biofisik digunakan dalam melihat kemampuan fungsi seperti perubahan
struktur dari jaringan. Penggunaannya biasanya pada kondisi tertentu antara lain
pada kasus rabun senja (Supariasa, 2001).
2) Penilaian tidak langsung
Keterangan :
Zscore : skor standar WHO 2005 dalam Kemenkes 2010
Nilai individu subjek : BB balita
Nilai median baku rujukan : nilai standar WHO-NCHS
Nilai simpang baku rujukan : selisih nilai median dengan nilai baku rujukan
BB/U balita usia 0-60 bulan :
Gizi buruk : < -3 SD
Gizi kurang (underweight) : ≥ -3 SD sampai dengan < -2 SD
Gizi baik : ≥ -2 SD sampai dengan +2 SD
Gizi lebih (overweight) : > +2 SD
TB/U balita usia 0-60 bulan :
Sangat pendek : < -3 SD
Pendek (stunting) : ≥ -3 SD sampai dengan < -2 SD
Normal : ≤ -2 SD
BB/TB balita usia 60 bulan :
Sangat kurus : < -3
Kurus : ≥ -3 SD sampai dengan < -2 SD
Normal : ≥ -2 SD sampai dengan ≤ +2 SD
Gemuk (obesitas) : > +2 SD
2.3 TEORI SKRINING DDTK
A. PENGERTIAN DDTK
Deteksi dini tumbuh kembang anak atau pelayanan SDIDTK adalah
kegiatan/pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh
kembang pada balita dan anak prasekolah. Dengan ditemukan secara dini
penyimpangan/masalah tumbuh kembang anak, maka intervensi akan lebih mudah
dilakukan, bila terlambat diketahui, maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini
akan berpengaruh pada tumbuh kembang anak.
Ada 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga
kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya, berupa:
a. Deteksi dini gangguan pertumbuhan, yaitu menentukan status gizi anak
apakah gemuk, normal, kurus dan sangat kurus, pendek, atau sangat pendek,
makrosefali atau mikrosefali.
b. Deteksi dini penyimpangan perkembangan, yaitu untuk mengetahui
gangguan perkembangan anak (keterlambatan), gangguan daya lihat,
gangguan daya dengar.
c. Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetahui
adanya masalah mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas.
Pelayanan rutin SDIDTK sesuai dengan jadwal yang tercakup pada pedoman ini
dan pada Buku KIA, namun tidak menutup kemungkinan dilaksanakan pada:
1. Kasus rujukan.
2. Ada kecurigaan anak mempunyai penyimpangan tumbuh
3. Ada keluhan anak mempunyai masalah tumbuh kembang.
2. Pengukuran Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks Massa Tubuh Menurut Umur
(IMT/U) Untuk Anak Umur 60 - 72 Bulan
25
=17,36
( 1,2 ) (1,2)
b. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
- Keadaan Umum : Baik / cukup / lemah
- Kesadaran :composmentis/ apatis/ samnolen/ delirium/sopor/ koma
- Tanda-Tanda Vital
Nadi : Di hitung berdasarkan frekuensi denyut nadi
permenit (120-140 x/menit)
Suhu : Suhu 365-375 0C
Pernapasan : 40-60 x/menit
- Antropometri
BB : sesuai degan usia mengikuti pita warna hijau di KMS
TB :
Lila : Untuk mengetahui status gizi buruk
Lika
(Soetjiningsih 1995 : 11)
b. Pemeriksaan Khusus
1) Inspeksi : Periksa pandang di mulai sejak bertemu dengan
pasien
- Kepala : kulit kepala tidak ada benjolan, rambut hitam, UUB
dan UUK menutup pada usia (UUB 1 ½ tahun, UUK 6 bulan)
- Muka : tidak odem, Tidak pucat
- Mata : Sklera ikterus/tidak, konjungtiva pucat/tidak, apabila
pucat menandakan anemia
- Hidung : Ada polip/tidak, ada sekret/tidak dan adanya kelainan
tertentu.
- Telinga : Bentuk simetris/tidak, ada serumen/tidak, ada
OMP/tidak
- Mulut : Bibir lembab/tidak, stomatitis/tidak, ginggivitis / tidak,
epulis/tidak, ada caries/tidak dan lidah bersih/tidak.
- Leher : Ada pembesaran kelenjar limfe, tyroid, vena jugularis /
tidak.
2) Palpasi
- Kepala: tidak ada benjolan
- Leher : tidak ada pembesaan kelenjar tyroid
- Perut : tidak ada nyeri tekan
- Turgor baik (kembali cepaat < 2 detik)
- Ekstremitas atas : tidak ada odem
Baawah : tidak ada odem .
3) Perkusi : reflek Patella : +/+
4) Auskultasi :
- Mendengarkan denyut jantung dengan stetoskop terukur atau
tidak
- Mendengarkan pernapasan baayi dengan stetoskop teeratur atau
tidak, adanyaa bunyi wheezing
• Kebutuhan
kebutuhan yang diperlukan sekali bagi wanita untuk mengatasi masalah
VI. Implementasi
Sesuai dengan intervensi dan kondisi pasien dengan mengarahkan /
melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman.
VII. Evaluasi
Sesuai dengan implementasi dan intervensi yang dilakukan. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya asuhan yang telah diberikan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN
Tanggal : 4 Maret 2022
Jam : 09.30 WIB
3.1 Pengkajian Data
1. Data Subyektif
a. Biodata
Nama : An.”R” Nama Ibu : Ny.”D”
Umur : 5 tahun Umur : 27 tahun
Agama : Islam Agama :Islam
Suku/Bangsa :Madura/indonesia Suku/Bangsa :Madura/indonesia
Pendidikan : Belum Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Belum Pekerjaan : IRT
Alamat : Blega Alamat : Blega
b. Alasan Datang
Untuk Mengetahui tumbuh kembang anak
c. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Anak tidak pernah dirawat di rumah sakit, tidak pernah tdak pernah alergi, dan tidak
pernah punya penyakit.
d. Riwayat Ksehatan Sekarang
Pada saat ini anak dalam keadaan sehat, tidak sedang batuk,pilek,panas attau kelainan
bawaan sejak lahir.
e. Riwayat Kehamilan, persalinan, dan Nifas
Kehamilan
ANC : TM I : 2x
TM II : 2x
TMIII: 2x
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
- Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran : composmentis
- Tanda-Tanda Vital
Nadi : 72x/menit
Suhu : 36,6o C
Pernapasan :25 x/menit
- Antropometri
BB : 18 kg
TB : 110 cm
Lila : 18 cm
Lika : 50 cm
b. Pemeriksaan Khusus
1) Inspeksi:
- Kepala : kulit kepala tidak ada benjolan, rambut hitam, UUB
dan UUK menutup
- Muka : tidak odem, Tidak pucat
- Mata : Sklera tidak ikterus, konjungtiva tidak pucat
- Hidung : tidak ada polip, tidak ada sekret dan tidak ada kelainan
tertentu.
- Telinga : Bentuk simetris, tidak ada serumen, tidak OMP
- Mulut : Bibir lembab, tidak stomatitis, tidak ginggivitis, tidak
epulis, tidak ada caries dan lidah bersih.
- Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tyroid, vena
jugularis.
2) Palpasi
- Kepala: tidak ada benjolan
- Leher : tidak ada pembesaan kelenjar tyroid
- Perut : tidak ada nyeri tekan
- Turgor : baik (kembali cepaat < 2 detik)
- Ekstremitas atas : tidak ada odem
Baawah : tidak ada odem .
4)Auskultasi :
Tanya Ibu
Apakah anak bereaksi dengan tenang dan tidak rewel Bicara dan √
(tanpa menangis atau
menggelayut pada anda) pada saat anda meninggalkannya? Bahasa
Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika perlu Gerak Kasar √
tunjukkan
caranya dan beri anak anda kesempatan melakukannya 3
kali. Dapatkah dia
mempertahankan keseimbangan dalam waktu 6 detik atau
lebih?
Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa kali tanpa Gerak Kasar
berpegangan
(lompatan dengan dua kakl tidak lkut dinilai). Apakah ia
dapat melompat 2-3
kali dengan satu kaki.
Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat Bicara dan
dengan telunjuk Bahasa
atau mata pada saat memberikan perintah berikut ini:
• "Letakkan kertas ini di atas lantal".
• "Letakkan kertas ini di bawah kursi.
• "Letakkan kertas ini di depan kamu".
• "Letakkan kertas ini di belakang kamu".
Jawab YA hanya jika anak mengerti arti “di atas”, “di
bawah", “di depan” dan
"di belakang".
TOTAL 10
3.5 Intervensi
Tanggal / Jam : 24 januari 2020 / 10.00 WIB
1. Beritahu ibu manfaat dari penilaian perkembangan dengan menggunakan metode
DDTK
R/ ibu dapat mengerti dan bisa koordinasi dengan petugas
2. Beritahu ibu hasil dari pemeriksaan perkembangan dengan menggunakan metode
DDTK
R/ ibu dapat mengetahui kondisi anaknya tentanng pertumbuhan dan
perkembangannya
3. Sarankan ibu untuk tetap memberikan stimulus/rangsangan untuk
mempertahankankan pertumbuhan dan perkembangan
R/ mempertahankan perkembangan anak sesuai degan usia
4. Beri KIE pada ibu tentang gizi dan pemberian makanan tambahan pada anak
R/ ibu dapat mengetahui dan mengerti tentng gizi yang dibutuhkan anak
5. Beri tahu ibu jadwal pemeriksaan selanjutnya
R/ agar ibu dapat memantau peertumbuhan dan perkembangan anaknya.
3.6 Implementasi
Tanggal / Jam : 24 januari 2020 / 10.00 WIB
1. Memberitahu ibu manfaat dari penilaian perkembangan dengan menggunakan metode
DDTK yaitu apabila ada keterlambatan perkembangan dapat ssegera dikonsultasikan
dan segera dapat diakukan pengobatan.
2. Memberitahu ibu hasil dari pemeriksaan perkembangan dengan menggunakan metode
DDTK
3. Menyarankan ibu untuk tetap memberikan stimulus/rangsangan untuk
mempertahankankan pertumbuhan dan perkembangan
4. Memeri KIE pada ibu tentang gizi dan pemberian makanan tambahan pada anak
5. Memberitahu ibu jadwal pemeriksaan selanjutnya yaitu 6 bulan lagi
3.7 Evaluasi
Tanggal / Jam : 24 januari 2020 / 10.00 WIB
S: - ibu mengerti dan memahami yang dijelaskan oleh bidan
Ibu mau memberkan stimulus / rangsangan kepada anak
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan kebidanan mahasiswa dapat melaksanakan pengkajian
yaaitu dalam pengkajian didapatkan dari data subyektif, anak dalam keadaan ssehat dan
dari data obyektif didaapatkan dari hasil pengamatan dan pemeriksaan melalui
pemeriksaan fisik dan DDITK yang didapatkan hassil Normal.
Kemudian ditetapkan diagnose, diagnossa yang didapatkan yaitu anak prasekolah
dengan pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai umurnya. Pada antisipasi dan
diagnosa/masalah potensial tidak ditemukan masalah sehinggatidak dilakukan kebutuhan
seggera.
Maka,dari diagnose kemudian ditetapkan intervensi sesuai dengan diaagnossa dan
mengimplementasikan rencana terssebut. Setelah diimplementaikan kemudian dilakukan
evaluasi dari tindakanyaang telah dilakukan yaitu setelahdiberikan penjelasan tetntang
hasil DDITK , ibu mengerti bahwa hasil DDITK anaknya adalah Normal.
4.2 Saran
1. Bagi profesi
bidan dapat meningkatkan pengetahuan dan mutu pelayanan yang
menyeluruh dalam melakukan asuhan kebidanan pada anak prasekolah sesuai
dengan manajemen kebidanan menurut varney
2. Bagi institusi
a) Bagi puskesmas
Diharapkan dapat mempertahankan mutu pelayanan yang optimal dalam
melaksanakan asuhan kebidanan pada anak prasekolah
b) Bagi pendidikan diharapkan bagi institusi pendidikan lebih menambah refrensi
terbaru tentang kebutuhan pada anak Prasekolah.
c) Bagi Pasien
Untuk ibu pasien hendaknya menstimulus perkembangan anak sebaik
mungkin .Bisa menjaga keseimbangan biologis, psikologis, spiritual sehingga
anak merasa amman dan nyaman dalam menghadapi kehidupannya.
DAFTAR PUSTAKA