Anda di halaman 1dari 102

LAPORAN KASUS COC (CONTINUITY OF CARE)

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktek Kebidanan Komunitas


Semester I Profesi Bidan

Oleh :
RAUSAH S.ST
NIM:2082B0138

PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

IIK STRADA INDONESIA

2020
PERSETUJUAN

Asuhan kebidanan pada ibu hamil trimester III di BPM Rausah S.ST

Desa Pandu Senjaya Kecamatan Pangkalan Lada Kabupaten Kotawaringin Barat

telah disetujui oleh pembimbing penyusunan asuhan pada :

Hari/tanggal : Tanggal November 2020

Kediri ,

Mahasiswa

TTD

RAUSAH S.ST

MENGETAHUI

Dosen pembimbing I Pembimbing lahan II

Anggrawati wulandari S.ST,M.Kes Dasariyah S.Tr keb SKM


NIK.13.07.12.1.44 NIP.197512142005012010
ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN (COC)

PADA Ny.Ari Purnandari

1. Asuhan Kehamilan

Pengkajian

Tanggal : 01 januari 2021

Waktu : 15.15 wib WIB

Tempat :

a. Data Subjektif

1) Biodata

Nama ibu : Ny. A

Umur : 33 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : S1

Pekerjaan : Pegawai Honorer

Alamat : Ds. Pandu Senjaya RT 08/02

Identitas penanggung jawab

Nama : Tn. A

Umur : 33 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : S1

Pekerjaan : Pegawai Honorer

Alamat : Ds. Pandu.Senjaya RT 08/02


2) Alasan datang

Ibu mengatakan ingin memeriksakan Kehamilanya.

3) Keluhan utama

Ibu mengatakan sering mengalami nyeri pada punggungnya

sejak 1 minggu tanggal 01 januari 2021, jika dibuat istirahat

nyerinya masih terasa dan mengganggu aktivitas.

4) Riwayat kesehatan yang lalu :

a) Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular

seperti PMS (gonorea atau sifilis), TBC, dan hepatitis.

b) Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menahun

seperti jantung, paru-paru, dan ginjal.

c) Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun

seperti diabetes mellitus, hipertensi, asma.

d) Ibu mengatakan tidak pernah menjalani operasi apapun.

e) Ibu mengatakan tidak memiliki alergi obat maupun

makanan apapun.

5) Riwayat kesehatan keluarga :

a) Ibu mengatakan dalam keluarga ibu dan suami tidak ada

yang menderita penyakit menular seperti PMS (gonorea

atau sifilis), TBC, dan hepatitis.

b) Ibu mengatakan dalam keluarga ibu dan suami tidak ada

yang menderita penyakit menahun seperti jantung, paru-

paru dan ginjal.


c) Ibu mengatakan dalam keluarga ibu dan suami tidak ada

yang menderita penyakit menurun seperti diabetes mellitus,

hipertensi dan asma.

d) Ibu mengatakan dalam keluarga ibu dan suami tidak ada

yang memiliki keturunan kembar dan cacat bawaan.

6) Riwayat kesehatan sekarang :

a) Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menular

seperti PMS (gonorea atau sifilis), TBC dan hepatitis.

b) Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menahun

seperti jantung, paru-paru dan ginjal.

a) Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menurun

seperti diabetes mellitus, hipertensi, dan asma.

b) Ibu mengatakan tidak sedang menjalani pengobatan apapun

dan mengkonsumsi obat-obatan tertentu.

7) Riwayat pernikahan

Ibu mengatakan menikah 1 kali pada usia 26 tahun, lama

pernikahan 3 tahun, status pernikahan sah menurut agama dan

undang-undang.

8) Riwayat obstetri

a) Riwayat haid

(1) Menarche : 15 tahun


(2) Lama : ± 7 hari
(3) Siklus : ± 28 hari
(4) Jumlah : ± 3-2 kali ganti pembalut
(5) Dismenorrhoe : tidak ada
(6) Flour Albus : tidak ada
(7) HPHT : 22 April 2020
b) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

Tabel 4.1. Riwayat Kehamilan, Persalinan Dan Nifas yang Lalu


Tgl/t
Umur BBL
N h Jenis Penolon Jenis Keadaan Umur Keadaan
Kehamila (gram
o partu partus g kelamin nifas anak anak
n )
s
1. 2017 Aterm Spontan Bidan 2700 perempu Baik 3 Sehat
an tahun

c) Riwayat kehamilan sekarang

(1) GPA : Ibu mengatakan ini

kehamilan kedua, sudah

pernah melahirkan satu kali

dan belum pernah keguguran

(G2P1A0).
(2) Umur kehamilan : Ibu mengatakan usia

kehamilannya 9 bulan (37

minggu).
(3) HPL : 27 januari 2021.
(4) ANC : 10 kali, TM I 2X, TMII 5X,

TM III 3X.
(5) Tempat ANC : Bidan, Puskesmas.
(6) Imunisasi TT : TT1 : SD kelas 1 (BIAS).
TT2 : SD kelas 2 (BIAS).
TT3 : SD kelas 3 (BIAS).
TT4 : Capeng (Puskesmas)
TT5 : Hamil ini, UK 16
Minggu (Puskesmas).
(7) Keluhan hamil : Ibu mengatakan saat hamil
muda muda Mengalami mual
muntah sampai umur
kehamilan 3 bulan.
(8) Keluhan hamil tua : Ibu mengatakan sejak 1

minggu yang lalu ibu sering

mengalami nyeri pada daerah

punggungnya.
(9) Mulai merasakan : Ibu mengatakan mulai

gerakan janin merasakan gerakan janin

pada umur kehamilan 4

bulan.
(10) Jumlah gerakan : Ibu mengatakan merasakan

janin dalam 2-3 gerakan janin 2-3 kali.

jam
(11) BB sebelum hamil : 55 Kg.
(12) Terapi/obat/jamu : Ibu mengatakan hanya

yang dikonsumsi mengkonsumsi obat-obatan

dari bidan dan tidak

mengkonsumsi jamu.
(13) Pengambilan :

keputusan Suami.
(14) Kekhawatiran : Tidak ada.

khusus
(15) Pesan khusus : Tidak ada.

9) Riwayat KB :

Ibu mengatakan menggunakan alat kontrasepsi suntik 3 bulan

dan rencananya ibu ingin memakai alat kontrasepsi implan.

10) Pola kehidupan sehari-hari

a) Pola nutrisi
Tabel 4.2. Pola Nutrisi
Sebelum hamil Selama hamil
Makan : 3 X sehari 4 X sehari
Porsi : 1 piring sedang 1 piring sedang
Jenis : Nasi, sayur, lauk Nasi, sayur, lauk pauk,
pauk, dan buah dan buah
Macam : Nasi, sayur (daun Nasi, sayur
bayam, soup,kacang), (soup,bayam,kacang)
lauk (tahu, lauk (ayam,ikan
tempe,ikan), buah laut,tahu, tempe), buah
(pisang, jeruk) (jeruk, pisang, pepaya)
Keluhan : Tidak ada
Minum : Tidak ada ±8 gelas/ hari
Jenis : ±4-5 gelas/ hari Air putih, teh
Keluhan : Air putih, teh, kopi Tidak ada
Tidak ada

b) Pola eliminasi

Tabel 4.3. Pola Eliminasi


Sebelum hamil Selama hamil
BAB 2-3 hari sekali 1X sehari
Konsistensi Lembek Lembek
Warna Kekuningan Kuning kecoklatan
Bau Khas Khas
Keluhan Tidak ada Tidak ada
BAK 4-5 X sehari ±8 X sehari
Warna Bening Bening
Jumlah ±1100 cc ±1200 cc
Bau Khas Khas
Keluhan Tidak ada Tidak ada

c) Pola personal hygiene

Tabel 4.4. Pola Personal Hygiene


Sebelum hamil Selama hamil
Mandi 2 x sehari 3 x sehari
Keramas 2 hari sekali 2 hari sekali
Gosok gigi 2 x sehari 2 x sehari
Ganti pakaian 2 X sehari 3 X sehari
Ganti celana 2 X sehari 3-4 X sehari
dalam Dari depan Dari depan
Cara cebok kebelakang kebelakang

d) Pola istirahat

Tabel 4. 5. Pola Istirahat


Sebelum hamil Selama hamil
Tidur malam 9 jam 4-5 jam
1 jam 1 jam
Tidur siang Tidak ada Nyeri pada punggung
Keluhan

e) Pola aktivitas

Sebelum hamil : Ibu mengatakan aktivitas sebelum hamil

yaitu melakukan aktivitas seperti ibu rumah tangga pada

umumnya yaitu menyapu, mengepel, mencuci, memasak

dan mengurus anak tanpa di bantu oleh suami ataupun

keluarga.

Keluhan : tidak ada

Selama hamil : Ibu mengatakan selama hamil tetap

melakukan pekerjaan rumah tangga namun dibantu oleh

adik perempuannya

Keluhan :punggung ibu sering nyeri saat digunakan

untuk beraktivitas.

f) Pola hubungan seksual

Sebelum hamil : ibu mengatakan melakukan hubungan

suami istri seminggu sekali

Keluhan : tidak ada

Selama hamil : ibu mengatakan melakukan hubungan

suami istri sebulan sekali

Keluhan : tidak ada


11) Data psikologis

Ibu mengatakan senang dengan kehamilannya, suami dan

keluarga juga senang dan mendukung kehamilan ini.

12) Data sosial budaya

Ibu mengatakan hubunganya dengan suami, keluarga dan

masyarakat baik, dan ibu mengatakan tidak mengikuti tradisi

seperti menggantungkan gunting kuku pada pakaian, dan tidak

ada pantangan makanan tertentu.

13) Data ekonomi

Ibu mengatakan penghasilan suami cukup untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari dan ibu mengatakan memiliki kartu KIS

untuk persiapan pembiayaan persalinan.

14) Data pengetahuan

Ibu mengatakan sudah pernah mendapatkan mengenai tanda

bahaya kehamilan TM III, persiapan persalinan, dan ibu

mengatakan belum mengerti mengenai tanda-tanda persalinan

dan IMD.

b. Data Objektif

1) Keadaan umum : Baik.

a) Kesadaran : Composmentis.

b) Tanda-tanda vital :

Tekanan Darah : 100/60 mmHg.

Nadi : 80 x/menit.
Pernapasan : 23 x/menit.

Suhu : 36,50C.

c) Tinggi badan : 155 cm.

d) Berat badan : 63 Kg.

e) LiLA : 26 cm.

2) Status present :

a) Kepala : bentuk mesochepal, kulit kepala

bersih, tidak ada nyeri tekan, tidak

ada benjolan.

b) Rambut : hitam, bersih, tidak rontok, lurus

c) Muka : tidak pucat, tidak oedema, tidak

ikterik, tidak ada cloasma gravidarum

d) Mata : simetris, conjungtiva tidak anemis,

sclera berwarna putih (tidak ikterik),

reflek pupil kanan (+) dan kiri (+).

e) Hidung : simetris, tidak ada pembengkakan,

tidak ada secret, tidak ada nyeri tekan.

f) Mulut : bibir tidak pucat, tidak ada sariawan,

lidah bersih, tidak ada caries gigi,

tidak ada pembengkakan pada tonsil

dan tidak ada radang.


g) Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen,

tidak ada nyeri tekan, pendengaran

telinga kanan (+) dan telinga kiri (+).

h) Leher : tidak ada nyeri tekan pada leher, tidak

ada pembengkakan pada kelenjar

thyroid, limfe, parotis dan vena

jugularis.

i) Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding

dada, tidak ada nyeri tekan, tidak

terdengar ronchi ataupun whezing.

j) Payudara : simetris, areola menghitam melebar,

puting menonjol, tidak ada benjolan,

tidak ada nyeri tekan

k) Perut :

(1) Inspeksi : Perut membesar sesuai dengan usia

kehamilan, tidak ada luka bekas

operasi, terdapat strie, terdapat linea

nigra, tidak ada nyeri tekan

(2) Palpasi :

Leopold I : TFU setinggi prosessus xifoideus

teraba satu bagian bulat, lunak, tidak


melenting (kemungkinan bokong

janin)

Leopold II : kanan : teraba bagian-bagian kecil

janin (kemungkinan ekstremitas

janin)

Kiri : teraba tahanan keras

memanjang (kemungkinan punggung

janin)

Leopold III : teraba satu bagian bulat, keras,

melenting (kemungkinan kepala

janin) dan tidak bisa digoyangkan.

Leopold IV : Divergen

Penurunan bagian terbawah janin : 3/5 bagian

(3) Auskultasi : DJJ frekuensi 11-12-12, jumlah:

140x/menit, irama reguler, punctum

maximum di perut kiri bawah pusat.

(4) TFU : 24 cm.

(5) TBJ : (26 -11) x 155 = 2600 gram.

l) Punggung : tidak ada kelainan pada tulang

belakang, tidak ada nyeri ketuk pada

costo vertebra angulus tendernes

(CVAT-/-).

m) Genitalia : tidak dilakukan.

n) Anus : tidak dilakukan.


o) Ekstremitas :

(1) Atas : tidak ada edema, turgor kulit baik,

kukutidak pucat dan tidak panjang

(2) Bawah : tidak ada edema, tidak ada varises,

kuku tidak panjang dan tidak pucat,

pergerakan aktif.

(3) Patella refleks : kaki kanan (+), kaki kiri (+).

3) Pemeriksaan panggul luar : tidak dilakukan.

4) Pemeriksaan penunjang :

Pemeriksaan laboratorium tanggal 1 Januari 2021

Hb : 11 g/dl

Golongan darah : A Rhesus +

HbsAg : Negatif

Protein Urine : Negatif

Reduksi Urine : Negatif

c. Assesment

1) Diagnosis Kebidanan

G2P1A0 umur 33 tahun usia kehamilan 41 minggu tunggal

hidup intra uterin letak bujur puki preskep U.

2) Masalah

Nyeri punggung

3) Diagnosis/ masalah potensial dan antisipasi segera

Tidak ada

4) Kebutuhan terhadap tindakan segera


Tidak ada

d. PLANNING

1) Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan

2) Beri KIE tentang nyeri punggung (ketidaknyamanan ibu hamil

TM 3)

3) Ingatkan tentang tanda bahaya kehamilan lanjut

4) Ingatkan ibu kembali tentang tanda-tanda persalinan

5) Ingatkan ibu kembali tentang persiapan persalinan

6) Ingatkan ibu kembali tentang IMD

7) Anjurkan ibu untuk melanjutkan terapi yang diberikan bidan

a) Tablet FE

b) Kalk

c) Vitamin C

8) Beritahu ibu jadwal kunjungan ulang 1 minggu lagi pada tanggal

06 januari 2021 atau apabila ada keluhan.


Catatan Implementasi

Tanggal : 01 Januari 2021


Jam : 11.00 WIB

Tabel 4. 6. Catatan implementasi


JAM IMPLEMENTASI JAM EVALUASI
15.15 WIB 1. Memberitahu tentang 15.17 1. Ibu sudah mengerti
hasil pemeriksaan bahwa WIB bahwa kondisi ibu dan
kondisi ibu dan janin baik janin baik

15.20 WIB 2. Memberikan KIE tentang 15.28 2. Ibu sudah mengerti


nyeri punggung : WIB mengenai penyebab nyeri
a. Faktor- faktor yang punggung dan dapat
menyebabkan nyeri menyebutkan cara
punggung yaitu: mengatasinya
meningkatnya hormon
progesteron,
meningkatnya
lengkung tulang
belakang saat uterus
terus membesar,
penambahan ukuran
payudara, keletihan,
sikap tubuh yang
kurang baik.
b. Tanda dan gejala nyeri
punggung yaitu
nyeri/sakit yang
dirasakan pada
sepanjang punggung
bawah, bokong dan
sepanjang kaki, rasa
sakit pada punggung
yang sering saat
memutar tulang
belakang dan panggul
kearah berlawanan,
seperti saat mengganti
posisi tidur.
c. Hal-hal yang harus
diwaspadai akibat
nyeri punggung yaitu
rasa nyeri hebat di
abdomen, tidak bisa
obstruksi, rasa nyeri di
kuadran perut kanan
bawah (appendicitis),
sakit menjalar ke betis
dan kaki
d. Cara menangani nyeri
punggung yaitu
1) Postur tubuh yang
baik
2) Mekanika tubuh
yang tepat saat
mengangkat beban
3) Hindari
membungkuk
berlebihan
4) hindari berjalan
dan mengangkat
beban tanpa
istirahat.
5) miringkan
punggung
6) hindari
menggunakan
sepatu bertumit
tinggi

15.30 3. Mengingatkan tentang 15.35 3. Ibu sudah mengerti


WIB tanda bahaya pada WIB tentang tanda dan bahaya
kehamilan lanjut yaitu: kehamilan dengan tanda
gejala preeklamsia, ibu dapat menjelaskan
gerakan janin kurang, kembali penjelasan bidan.
perdarahan pervaginam,
ketuban pecah dini, dan
demam.
a. Gejala preeklmasia
yaitu pandangan mata
kabur, sakit kepala
yang berat dan
menetap, nyeri ulu
hati, bengkak pada
muka dan tangan, dan
bahayanya terhadap
ibu yaitu kejang,
kematian sedangkan
janin akan terjadi
gawat janin dan
kematian.
b. Gerakan janin yang
berkurang dari 10x/12
jam dan bahayanya
terhadap janin yaitu
gawat janin dan
kematian dalam
rahim.
c. Perdarahan
pervaginam baik
bercak maupun
mengalir yang bisa
disebabkan karena
solusio plasenta atau
terlepasnya plasenta
dari tempat
penempelanya
(disertai nyeri perut),
plasenta previa atau
plasenta menutupi
jalan lahir (tidak
disertai dengan nyeri
perut) dan bahayanya
terhadap ibu yaitu
syok
hemoragi/hipovolemik
, kematian maupun
janinnya yaitu gawat
janin dan kematian.

15.38 WIB 4. Tanda-tanda persalinan: 15.40 4. Ibu sudah mengerti


a. Perut terasa kenceng- WIB mengenai tanda-tanda
kenceng lama dan persalinan dan dapat
sering menyebutkanya serta ibu
b. Keluar lendir darah juga bersedia datang ke
c. Keluar air ketuban fasilitas kesehatan apabila
menganjurkan kepada mendapati salah satu
ibu agar segera datang ke tanda tersebut.
tempat
persalinan/fasilitas
kesehatan bila
mengalami salah satu
tanda persalinan tersebut.

15.40 5. Mengingatkan ibu 15.42 5. Ibu sudah mengerti dan


WIB mengenai persiapan WIB dapat menyebutkan
persalinan yaitu persipan persalinan dan
Hal-hal yang perlu tanda-tanda persalinan:
disiapkan menjelang a. penolong dan tempat
persalinan persalinan (bidan dan
a. Penolong persalinan puskesmas)
yang aman (bidan, b. biaya menggunakan
dokter kandungan) kartu KIS (kartu
dan tempat indonesia sehat)
persalinan yang c. alat transportasi
aman (rumah (motor pribadi)
bersalin, puskesmas, d. donor darah
rumah sakit). (keluarga)
b. Biaya untuk e. perlengkapan ibu dan
persalinan spontan bayi sudah
±500 ribu sampai 1 dimasukkan kedalam
juta, apabila operasi tas
SC dana yang f. stiker P4K sudah
dibutuhkan ±5 juta ditempel dirumah
keatas atau dapat g. ibu tidak ingin
menggunakan BPJS menggunakan alat
atau asuransi kontrasepsi.
kesehatan lainya.
c. Alat transportasi
d. Donor darah lebih
dari 1 orang yang
memiliki golongan
darah yang sama
untuk mengantisipasi
kegawatdaruratan.
e. Perlengkapan ibu
(baju ibu, jarit,
celana dalam, BH,
pembalut) dan bayi
(baju, popok,
gedong, topi, kaos
kaki, sarung tangan)
f. Memastikan stiker
P4K sudah ditempel
dirumah
g. Merencanakan ibu
untuk ikut ber KB
setelah persalinan.

15.43 6. Ingatkan ibu kembali 15.44 6. Ibu sudah mengerti


WIB tentang IMD yaitu WIB tentang IMD, dan ibu
a. Pengertian IMD : dapat menjelaskan
membiarkan bayi baru kembali tentang
lahir berada di antara penjelasan bidan.
kedua payudara ibu
untuk mencari puting
ibu secara mandiri,
kontak kulit langsung
selama 1 jam.
b. Manfaat IMD:
1) Mempertahankan
suhu bayi tetap
hangat (mencegah
hipotermia)
2) Meningkatkan daya
tahan tubuh bayi
terhadap infeksi
3) Membuat bayi
merasa tenang,
sabil dan tidak
stress
4) Mewujudkan
keberhasilan
pemberian ASI
eksklusif karena
bayi mendapatkan
kolostrum
5) Mencegah
perdarahan pada
ibu karena isapan
bayi merangsang
hormon oxytosin.
c. Langkah-langkah
IMD yaitu: Tali
pusat dipotong lalu
diikat, tanpa di
bedong bayi
langsung
ditengkurapkan
didada ibu (skin to
skin) diselimuti dan
diberi topi untuk
mencegah hipotermi,
bayi dibiarkan untuk
mencari puting ibu
sendiri.
d. Tahapan IMD yaitu
1) 30 menit pertama:
bayi beradaptasi
dengan proses
kelahirannya.
2) 30-40 menit bayi
kan mengeluarkan
suara, melakukan
gerakan
menghisap dan
memasukkan
tangan ke mulut
3) Bayi akan
mengeluarkan air
liur dan kakinya
akan menekan
perut ibu untuk
bergerak ke arah
payudara.
4) Bayi mengecap
kulit ibu dan
mendapat bakteri
baik yang ada
pada kulit ibu.
Lalu bayi
menghentak
hentakkan tangan
ke payudara ibu.
5) Bayi akan
menyusu
e. Kontraindikasi IMD
pada ibu yaitu
penyakit jantung,
eklamsia dan PEB,
infeksi akut dan
aktif, karsinoma
payudara, gangguan
psikologi, gangguan
hormon, TBC,
Hepatitis.
f. Kontraindikasi IMD
pada bayi yaitu bayi
kejang, bayi sakit
berat (jantung/paru-
paru), cacat bawaan.

15.44 7. Menganjurkan ibu untuk 15.45 7. Ibu bersedia untuk


WIB tetap melanjutkan terapi WIB melanjutkan terapi yang
(obat) yang diberikan diberikan oleh bidan
oleh bidan secara teratur secara rutin dan teratur
dan rutin sesuai anjuran bidan
a. Tablet FE 1 x 60 mg
b. Kalk 1 x 500 mg
c. Vitamin C 1 x 300 mg

15.45 8. Menganjurkan ibu untuk 15.46 8. Ibu bersedia untuk


WIB melakukan kunjungan WIB melakukan kunjungan
ulang 1 minggu lagi pada ulang 1 minggu lagi pada
tanggal 06 januari 2021 tanggal 06 januari 2021
atau apabila ibu ada atau apabila ibu ada
keluhan. keluhan
2. Asuhan Persalinan
ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN NORMAL PADA Ny. A
DI BPM RAUSAH S.ST

Tanggal : 04 januari 2021

Waktu : 17.00 WIB

Tempat : Ruang Bersalin

Tabel 4.7. Persalinan Normal


Catatan implementasi
Subjektif Objektif Assesment Planning
Pukul Implementasi Pukul Evaluasi
Ibu KU : Baik Diagnosis 1. Beritahu ibu 17.00 1. Memberitahu ibu 17.05 1. Ibu sudah
mengatakan ini Kesadaran : kebidanan bahwa WIB bahwa pembukaannya WIB mengetahui hasil
kehamilan Composmentis G2P1A0 pembukaan sudah lengkap dan pemeriksaan dan
yang kedua, TTV : usia 33 ya sudah sudah memasuki masa ibu siap untuk
pernah TD : 120/90 tahun, umur lengkap dan inpartu kala II atau persalinannya.
melahirkan mmHg kehamilan sudah persalinan.
satu kali dan N : 80 x/menit 41 minggu masuk
tidak pernah S : 36,8o C janin inpartu kala
keguguran. P : 20 x/menit tunggal, II.
hidup, intra
Ibu Status uterin, letak 2. Siap alat. 17.05 2. Menyiapkan alat 17.07 2. Alat partus set
mengatakan Obstetrikus: membujur, WIB partus set yaitu bak WIB sudah siap.
hari pertama a. Muka : tidak preskep, instrumen yang berisi
haid terakhir pucat, tidak puki, ½ kocher 1 buah,
pada tanggal oedema, ada U,inpartu gunting episiotomi 1
22 April 2020 cloasma kala II. buah, klem 2 buah,
gravidarum. gunting tali pusat 1
Ibu b. Dada : tidak ada Masalah : buah, umbilikal klem
mengatakan retraksi dinding tidak ada. 1 buah, gunting
hari perkiraan dada, tidak ada benang 1 buah, kassa
lahir pada suara tambahan steril, kateter,
tanggal 27 seperti whezing, Diagnosis bengkok 1 buah.
januari 2021. ronchi, payudara potensial : Sarung tangan pendek
membesar, tidak ada. steril, oksitosin 1
Ibu areola ampul dalam spuit 3
mengatakan menghitam, Antisipasi cc. Lidocain, jarum
mulai tidak ada Tindakan jahit, iodine (heating
merasakan benjolan, puting Segera : set). Slim seher bayi,
mulas sejak susu menonjol, tidak ada. pakaian bayi 1 setel
malam ASI berwarna yang diletakkan di
jam23.00 kekuningan atas meja yang
namun tidak (colostrum) disinari lampu 60 watt
sering dan sudah keluar ±3 dengan jarak 60 cm,
hilang timbul. cc. spuit vit K 0,1 mg,
c. Perut menyiapkan tempat
Ibu Terdapat striae plasenta (kendil), air
mengatakan gravidarum, klorin, air DTT,
mulai keluar terdapat linea waslap, diapers
darah sejak 1 nigra, tidak ada dewasa, underpad dan
jam yang lalu luka bekas kain bersih (jarit) 3
dan mulasnya operasi. buah.
semakin Leopold:
sering. Leopold I: 3. Siapkan 17.05 3. Menyiapkan fisik ibu 17.06 3. Ibu bersedia
TFU 2 jari fisik ibu WIB dengan menganjurkan WIB minum saat tidak
Ibu dibawah ibu untuk istirahat, ada kontraksi
mengatakan prosessus makan dan minum dengan bantuan
mulasnya xifoideus, saat tidak ada suami dan apabila
semakin sering teraba satu kontraksi agar ada kontraksi ibu
dan teratur bagian bulat, memiliki tenaga untuk bersedia untuk
yang dirasakan lunak, tidak meneran dan bila ada meneran
dari perut melenting kontraksi anjurkan ibu
menjalar ke (kemungkinan untuk meneran.
punggung. bokong janin)
Leopold II: 4. Siapkan 17.07 4. Menyiapkan psikis ibu 20.07 4. Suami bersedia
Ibu Kanan: teraba psikis ibu WIB dengan meminta WIB untuk
mengatakan bagian-bagian suami untuk mendampingi,
ingin buang air kecil janin mendampingi, memberikan
besar. (kemungkinan memberikan semangat,
ekstremitas semangat, motivasi motivasi selama
Ibu janin) selama proses proses persalinan.
mengatakan Kiri: teraba persalinan. Dan ibu bersedia
ada rasa ingin tahanan keras Menganjurkan ibu untuk berdoa saat
meneran. memanjang untuk berdoa saat proses persalinan
(kemungkinan proses persalinan. dengan tanda ibu
Ibu punggung dapat menirukan
mengatakan janin) doa yang
masih Leopold III: dibacakan bidan.
merasakan teraba satu 5. Siapkan diri 17.09 5. Menyiapkan diri 17.09 5. APD sudah
gerakan janin. bagian bulat, dan cuci WIB menggunakan APD WIB dikenakan dan
keras, tangan 6 (celemek, cap, sudah mencuci
Ibu melenting langkah masker, sandal tangan 6 langkah
mengatakan (kemungkinan tertutup) mencuci
makan terakhir kepala janin) tangan 6 langkah
3 jam yang Leopold IV: dengan sabun dan air
lalu. bagian bawah mengalir.
perut ibu sudah
Ibu tidak dapat 6. Anjurkan 17.10 6. Menganjurkan ibu 17.10 6. Ibu mengatakan
mengatakan digoyangkan ibu posisi WIB posisi senyaman WIB nyaman dengan
minum terakhir (divergen). senyaman mungkin untuk posisi kedua kaki
1 jam yang Bagian bawah mungkin meneran. di tekuk lalu
lalu. perut ibu sudah kedua telapak
masuk PAP, kaki menapak
Ibu Penurunan pada tempat tidur.
mengatakan bagian bawah
aktivitas janin : 1/5 7. Ajari ibu 17.12 7. Mengajari ibu cara 17.12 7. Ibu sudah
terakhirnya bagian. cara WIB meneran yang benar WIB mengerti cara
yaitu TFU : 27 cm meneran yaitu saat ada meneran yang
menemani DJJ : yang benar kontraksi, telapak kaki benar dan ibu
anak 140x/menit, saat ada menempel pada bersedia untuk
pertamanya punctum kontraksi tempat tidur, tangan makan dan
tidur. maximum dan memegang minum saat tidak
dibawah pusat menganjurk pergelangan kaki, kaki kontraksi.
Ibu kiri ibu an ibu untuk dibuka lebar, kepala
mengatakan HIS : makan, agak diangkat dan
lupa 5x/10’/55” minum saat melihat perut,
mengetahui d. Genitalia : tidak ada meneran tanpa
mengenai terdapat lendir kontraksi mengeluarkan suara
posisi dan cara darah, tidak ada seperti orang sembelit.
meneran yang tanda-tanda Dan apabila tidak ada
benar. infeksi (seperti kontraksi anjurkan ibu
sifilis dan untuk makan, minum
Ibu gonorea). dengan dibantu oleh
mengatakan Tanda inpartu suami.
baru saja kala II : 8. Pimpin ibu 17.15 8. Memimpin ibu untuk 17.15 8. Ibu meneran
mengeluarkan Perineum untuk WIB meneran saat ada WIB dengan cara yang
cairan yang menonjol meneran kontraksi dengan cara benar dan saat ada
berbau amis Vulva membuka saat ada meneran yang benar kontraksi. DJJ:
dari jalan lahir Periksa dalam kontraksi, dan posisi meneran 154x/menit.
(ngepyok). (pukul: 20.00 periksa DJJ yang baik, dan Kepala tampak 5
WIB): saat tidak memeriksa DJJ saat cm (crowning)
Vulva vagina : ada tidak ada kontraksi. divulva.
tidak ada kontraksi
oedema, tidak 9. Siapkan 17.20 9. Menyiapkan 17.22 9. Kain bersih sudah
ada varises. pertolongan WIB pertolongan bayi baru WIB disiapkan didekat
Effacement : bayi baru lahir yaitu ibu, underpad
100% lahir mendekatkan kain sudah terpasang
Pembukaan : 10 bersih di dekat ibu dibawah bokong
cm untuk mengeringkan ibu dan sarung
Kulit ketuban : bayi, memasang tangan pendek
sudah pecah (-), underpad di bawah steril sudah
air ketuban ± bokong ibu dan dikenakan.
750 cc memakai sarung
Warna ketuban tangan pendek steril.
jernih, bau khas. 10. Lakukan 17.27 10. Melakukan 17.30 10. Tidak ada lilitan
Presentasi : pertolonga WIB pertolongan bayi baru WIB tali pusat.
belakang kepala n bayi baru lahir. Lindungi Bayi lahir
POD dan posisi lahir perineum dengan spontan jenis
POD : UUK dan tangan kanan, kelamin
posisi UUK arah sedangkan tangan kiri perempuan
jarum jam 12 melindungi verteks
Penurunaan BBJ untuk mencegah
: Hodge III+ defleksi maksimal dan
Tanda – tanda membantu lahirnya
moulage : tidak kepala. Menganjurkan
ada ibu untuk meneran,
Bagian dan saat diameter
menumbung : terbesar kepala sudah
tidak ada. lahir menganjurkan
e. Anus: tidak ibu untuk bernafas
terdapat dangkal dan cepat
hemoroid, anus Memeriksa
tampak kemungkinan adanya
menonjol. lilitan tali pusat,
f. Ekstremitas: tunggu putaran paksi
1) Atas : tidak luar secara spontan.
oedema, Memegang bayi
turgor kulit secara biparietal.
baik, kuku Dengan hati- hati
tidak pucat, gerakan kepala bayi
tidak kuning. ke bawah untuk
2) Bawah : melahirkan bahu
tidak depan dan keatas
oedema, untuk melahirkan
tidak ada bahu belakang.
varises, kuku Kemudian lakukan
tidak pucat, sangga susur yaitu
tidak kuning. memindahkan tangan
kiri untuk menyusur
lengan, dada,
punggung sampai
kedua kaki bayi lahir.
11. Lakukan 17.30 11. Melakukan penilaian 17.30 11. Bayi menangis
penilaian WIB selintas yaitu: WIB kuat, bernapas
selintas - apakah bayi spontan.
menangis Bayi bergerak
kuat/bernapas tanpa aktif.
kesulitan?
- apakah bayi
bergerak dengan
aktif ?

12. Keringkan 17.30 12. Mengeringkan tubuh 17.30 12. Bayi sudah
tubuh bayi WIB bayi dari muka, WIB dikeringkan dan
kepala, dan bagian diganti kain
tubuh lainnya (kecuali kering.
kedua tangan) tanpa
membersihkan verniks
caseosa, lalu ganti
kain basah dengan
kain kering.

13. Periksa 17.30 13. Memeriksa kembali 17.30 13. Janin tunggal,
kembali WIB uterus ibu dengan cara WIB kandung kemih
uterus ibu menekan uterus untuk teraba penuh.
untuk memastikan tidak ada
memastika janin kedua.
n tidak ada
janin
kedua.
14. Beritahu 17.31 14. Memberitahu ibu akan 17.31 14. Ibu bersedia
ibu akan WIB di suntikkan okitosin WIB untuk
di agar uterus disuntikkan
suntikan berkontraksi dengan oksitosin
oksitositos baik dan mencegah
in 10 IU perdarahan.

15. Suntikan 17.31 15. Melakukan tindakan 17.31 15. Oksitosin sudah
oksitosin WIB aseptik dengan kapas WIB di suntikkan di
alkohol pada 1/3 paha paha ibu
atas lateral dan
menyuntikkan
oksitosin 10 IU secara
IM dengan sudut 900.
16. Lakukan 17.31 16. Melakukan katerisasi 17.31 16. Katerisasi telah
kateterisas WIB untuk mengeluarkan WIB di lakukan, urin
i urin ibu karena berwarna kuning
kandung kemih ibu jernih, volume ±
teraba penuh dengan 50 cc.
tujuan agar uterus
dapat berkontraksi
dengan baik dan
plasenta segera lahir.
Kateterisasi dilakukan
dengan cara tangan
kiri membuka vulva
dan tangan kanan
memasukkan selang
kateter ke dalam
uretra hingga urin
keluar dan ditampung
kedalam bengkok
setelah kandung
kemih teraba kosong
keluarkan selang
kateter secara hati-
hati.
17. Jepit, 17.32 17. Menjepit tali pusat 17.32 17. Tali pusat sudah
gunting WIB dengan umbilikal WIB digunting dan di
tali pusat klem 3 cm dari pusar ikat dengan
bayi. Dorong isi tali umbilikal klem
pusat ke arah ibu dan (umbilical cord).
jepit kembali tali
pusat dengan jarak 2
cm dari klem pertama.
Melindungi perut bayi
dengan tangan kiri,
kemudian gunting tali
pusat diantara kedua
klem.
18. Lakukan 17.32 18. Melakukan IMD 17.32 18. Bayi sedang di
IMD WIB dengan meletakkan WIB IMD kan.
bayi tengkurap di
dada ibu untuk kontak
kulit ibu dan bayi.
Luruskan bahu bayi
sehingga dada bayi
menempel didada
ibunya. Meletakkan
kepala bayi diantara
kedua payudara ibu
dengan menghadap ke
salah satu payudara
ibu. menyelimuti ibu
dan bayi dengan kain
bersih dan kering dan
memasang topi pada
bayi untuk mencegah
hipotermi.
Ibu Status Diagnosis 1. Lakukan 17.40 1. Melakukan 17.40 1. Manajemen aktif
mengatakan Obstetrikus: kebidanan : manajeme WIB manajemen aktif kala WIB kala III telah di
perutnya terasa a. Perut G2P1A0, n aktif III yaitu lakukan, terdapat
mules TFU : setinggi usia 33 kala III memindahkan klem 5- tanda-tanda
pusat tahun, 10 cm didepan vulva, pelepasan
Kontraksi : inpartu kala meletakkan tangan plasenta, yaitu:
keras III. kiri diatas perut 1) Tali pusat
b. Genitalia: bawah ibu (diatas bertambah
Vulva : tali pusat Masalah : sympisis) untuk panjang
berada di depan tidak ada. mendeteksi kontraksi. 2) Uterus
vagina, PPV : ± Setelah uterus globuler
30 cc berkontraksi tangan (membulat)
kanan memegang 3) Terdapat
klem untuk semburan
menegangkan tali darah.
pusat ke arah bawah bentuk pelepasan
sesuai dengan sumbu plasenta secara
jalan lahir (sejajar Duncan yaitu
lantai) dan tangan kiri terdapat semburan
mendorong uterus darah terlebih
kearah belakang atas dahulu sebelum
(dorso cranial) secara plasenta lahir.
hati-hati (untuk
mencegah inversio
uteri).
2. Lahirkan 17.41 2. Saat plasenta tampak 17.41 2. Plasenta lahir
plasenta WIB diintroitus vagina, WIB spontan.
lahirkan plasenta
dengan kedua tangan.
Pegang dan putar
plasenta hingga
selaput ketuban
terpilin kemudian
lahirkan dan
tempatkan plasenta
pada kendil.
3. Lakukan 17.42 3. Melakukan massase 17.42 3. TFU : 2 jari
masase WIB uterus yaitu WIB dibawah pusat
uterus meletakkan telapak PPV : darah segar
tangan difundus ± 50 cc Kontraksi
dengan gerakan : keras
melingkar lembut
hingga uterus
berkontraksi (fundus
teraba keras).
4. Cek 17.42 4. Mengecek 17.42 4. Plasenta lahir
kelengkap WIB kelengkapan plasenta WIB dengan selaput
an yaitu keadaan selaput ketuban utuh,
plasenta ketuban, jumlah kotiledon
dari sisi kotiledon, diameter lengkap, diameter
maternal plasenta, tebal ±20 cm, tebal
dan fetal plasenta, berat ±2cm, berat ±500
plasenta, insersi tali gram, insersi tali
pusat, dan panjang tali pusat lateral,
pusat. panjang tali pusat
±70 cm.
5. Cek 17.42 5. Mengecek laserasi 17.42 5. Tidak terdapat
laserasi WIB pada vagina, WIB laserasi,
dan nilai perineum dan menilai perdarahan ±10
perdaraha perdarahan cc.
n.
Ibu Keadaan umum : Diagnosis 1. Pastikan 17.42 1. Memastikan uterus 17.42 1. Kontraksi keras,
mengatakan baik kebidanan : uterus WIB berkontraksi dengan WIB tidak ada
bahwa Kesadaran : P2A0, usia berkontrak baik dengan cara perdarahan yang
perutnya masih composmentis 33 tahun, si dengan meraba bagian fundus berlebihan
terasa mulas Status Obstetri inpartu kala baik uteri dengan
Ibu Perut IV. (keras) menggunakan telapak
mengatakan TFU : 2 jari tangan.
bahwa ia dibawah pusat Masalah : 2. Bersihkan 17.43 2. Membersihkan ibu 17.43 2. Ibu dan tempat
senang dengan Kontraksi : keras tidak ada. ibu, WIB dengan waslap dan WIB bersalin sudah
kelahiran Genitalia : tidak tempat air DTT, bersih, dan alat
anaknya terdapat luka persalinan membersihkan sudah direndam
laserasi dan tempat ibu dengan klorin
PPV : darah segar rendam larutan klorin 0,5%,
± 50 cc alat merendam alat
dengan larutan klorin
0,5% selama 10
menit dengan
keadaan terbuka.
3. Pindahkan 17.43 3. Memindahkan bayi 17.43 3. Bayi sudah
bayi WIB dibawah lampu untuk WIB dipindahkan dan
dibawah mencegah hipotermi dihangatkan
lampu dan melakukan dibawah lampu
lakukan antropometri, 60 waatt dengan
antropome memberikan vitamin jarak 60 cm.
tri, baritan K1 Hasil
vit K1 dan (phytonmenadion) pemeriksaan
salep mata dengan dosis 1 mg antropometri
secara IM di paha kiri yang dilakukan:
bawah lateral untuk By. Ny. A lahir
mencegah perdarahan pukul 17.30 WIB.
pada otak bayi, Jenis kelamin:
memberikan salep perempuan
mata BB : 2700 gram
(chloramphenicol 5 PB : 47 cm
gram) pada kelopak LK : 33 cm
bawah mata kanan LD : 32 cm
dan kiri bayi dari LiLA : 10 cm
ujung dalam kelopak AS : 9-10-10
hingga arah keluar. Anus: (+),
mekonium (-),
pemberian salep
mata
(chloramphenicol)
+/+, vit K1
(phytomenadion)
1 mg.
4. Evaluasi 17.56 4. Mengevaluasi kala IV 17.56 4. Hasil evaluasi
kala IV 15 WIB 2 jam yaitu setiap 15 WIB kala IV pada 15
menit menit pada 1 jam menit pertama :
pertama (1 pertama dan setiap 30 TD 110/60
jam menit pada 1 jam mmHg
pertama) kedua N : 84 x/menit
S: 36,90C
TFU : 2 jari
dibawah pusat
Kontraksi uterus :
keras
Kandung Kemih :
kosong
PPV : 20cc.
5. Ajarkan 18.15 5. Mengajarkan ibu cara 18.15 5. Ibu sudah bisa
ibu untuk WIB melakukan masase WIB melakukan
memasase uterus dan menilai masase uterus
uterus kontraksi. sendiri

6. Evaluasi 18.30 6. Mengevaluasi kala IV 18.16 6. Hasil evaluasi


kala IV 15 WIB pada 15 menit kedua WIB kala IV pada 15
menit menit kedua :
kedua TD : 100/70
mmHg
N : 85 x/menit
TFU : 2 jari
dibawah pusat
Kontraksi : keras
Kandung kemih :
kosong
PPV : 15cc.

7. Evaluasi 18.45 7. Mengevaluasi kala IV 18.17 7. Hasil evaluasi


kala IV 15 WIB pada 15 menit ketiga. WIB kala IV pada 15
menit menit ketiga :
ketiga TD : 100/60
mmHg
N : 84 x/menit
TFU : 2 jari
dibawah pusat
Kontraksi uterus :
keras
Kandung kemih :
kosong
PPV : 15cc.
8. Evaluasi 19.00 8. Mengevaluasi kala IV 19.01 8. Hasil evaluasi
kala IV 15 WIB pada 15 menit WIB kala IV pada 15
menit keempat dan menit keempat:
keempat menyiapkan ruangan TD : 110/70
dan perawatan diruangan mmHg
persiapkan nifas N : 83 x/menit
ruang TFU : 2 jari
untuk dibawah pusat
perawatan Kontraksi uterus :
nifas keras
Kandung kemih :
kosong
PPV : 10cc
Ruangan sudah
dipersiapkan.
9. Beri 19.10 9. Memberi imunisasi 19.10 9. Imunisasi HB 0
imunisasi WIB HB 0 pada bayi WIB sudah di berikan
HB 0 dengan dosis 0,5 cc pada bayi.
di 1/3 paha atas
kanan bagian luar
(intra muskular).
10. Lengkapi 20.10 10. Mendokumentasikan 20.10 10. Dokumentasi
dokumenta WIB dan mengevaluasi WIB pada partograf
si kala IV pada 1 jam sudah dilengkapi
partograf kedua yaitu setiap 30 dan hasil
dan menit. evaluasi kala IV
evaluasi pada 30 menit
kala IV 30 pertama :
menit TD : 110/80
pertama. mmHg
(1 jam N : 86 x/menit
kedua). S : 36,50C
TFU : 2 jari
dibawah pusat
Kontraksi : keras
Kandung
kemih : kosong
Perdarahan :
10cc.
11. Evaluasi 20.40 11. Mengevaluasi kala IV 20.40 11. Hasil evaluasi
kala IV 30 WIB pada 30 menit kedua. WIB kala IV pada 30
menit menit kedua :
kedua TD : 120/70
mmHg
N : 85 x/menit
TFU : 2 jari
dibawah pusat
Kontraksi uterus
: keras
Kandung
kemih : kosong
PPV : 10cc.
3. Asuhan Nifas

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS NORMAL PADA Ny. A 8 JAM POST PARTUM
DI BPM RAUSAH S.ST
Tanggal : 08 Februari 2021
Waktu : 06.20 WIB
Tempat : BPM RAUSAH S.ST
Tabel 4.8. KF 1
SUBJEKTIF OBJEKTIF ASSESMENT PLANNING
Ibu mengatakan saat ini perutnya masih Keadaan umum : baik Diagnosis 1. Beritahu ibu
terasa mulas. Kesadaran : composmentis kebidanan : P2A0 tentang hasil
TTV : umur 33 tahun post pemeriksaan
Ibu mengatakan sudah BAK 1 kali saat 3 TD : 120/80 mmHg partum 8 jam.
jam yang lalu, berwarna kuning jernih, N : 80x/menit 2. Beri KIE tentang
tidak ada keluhan saat BAK. S : 36,8 C Masalah : tidak ada tanda bahaya nifas.
P : 21x/menit.
Ibu mengatakan belum BAB Diagnosis potensial 3. Beri KIE tentang
Ibu mengatakan mengeluarkan darah dari Status Obstetrikus: : tidak ada. ASI eksklusif.
jalan lahir seperti menstruasi, berwarna a. Muka : tidak pucat, tidak oedema, tidak ada
merah, dan ibu sudah ganti diapers 2 kali. cloasma gravidarum. Antisipasi tindakan 4. Beri KIE tentang
b. Payudara : simetris, payudara tampak segera : tidak ada teknik menyusui
Ibu mengatakan sudah makan 2 kali porsi membesar, areolla menghitam melebar, puting yang benar.
1 piring sedang jenis (nasi, sayur, lauk), susu menonjol, tidak ada benjolan, colostrum
macam (nasi putih, sayur soup,tempe), berwarna kekuningan ±5cc. 5. Beri KIE tentang
ibu mengatakan tidak ada keluhan. c. Perut : tidak ada luka bekas operasi, ada strie nutrisi ibu nifas.
gravidarum, ada linea nigra, tidak ada
Ibu mengatakan dalam budayanya pembesaran organ, tidak ada nyeri tekan, TFU 2 6. Beri therapy
terdapat pantangan makanan bagi ibu jari dibawah pusat, kontraksi keras, kandung 4) Asmef 3x1 (500
nifas seperti tidak boleh makan-makanan kemih kosong. mg)
yang berbau amis (telur, ikan, daging). d. Genitalia : bersih, tidak oedema, lochea rubra 5) SF (tablet
jumlah lochea ± 100 cc, tidak terdapat luka tambah darah)
Ibu mengatakan sudah minum 5 gelas jahitan. 3x1 (60 mg)
jenis (teh manis, air putih) dan tidak ada e. Ekstremitas : 6) Amoxcilin 3x1
keluhan. 1) Atas : kaki tidak oedema, turgor kulit baik, (500 mg)
kuku tidak pucat dan tidak kuning. 7) Vit A 200.000
Ibu mengatakan sudah minum obat yang 2) Bawah : kaki tidak oedema, tidak terdapat IU
diberikan oleh bidan sebanyak 4 buah. nyeri pada tungkai, turgor kulit baik, tidak Dan anjurkan ibu
ada varises, kuku tidak pucat dan kuning, untuk minum obat
Ibu mengatakan ASInya sudah keluar dan gerakan aktif. secara teratur.
ibu menyusui bayinya setiap kali bayi
ingin menyusu, namun ibu belum 7. Beritahu ibu bahwa
mengetahui cara menyusui yang benar akan dilakukan
dilihat dari bayi sering rewel saat akan kunjungan pada
menyusu. tanggal 10 februari
2021 atau apabila
Ibu mengatakan ibu dan keluarga senang ibu ada keluhan.
dengan kelahiran anak ke duanya.

Ibu mengatakan sudah tidur ± 2 jam


setelah melahirkan namun sering
terbangun karena bayinya menangis.

Ibu mengatakan aktivitas yang dilakukan


setelah melahirkan yaitu ibu sudah dapat
berjalan kekamar mandi sendiri dan
menyusui bayinya.

Ibu mengatakan belum mengetahui


tentang tanda bahaya nifas.
Tabel 4. 9. Catatan Implementasi KF 1
WAKT IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI
U
06.35 1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu 06.36 1. Ibu sudah mengerti tentang kondisinya.
WIB dalam kondisi baik dan nifasnya berjalan normal. WIB

06.36 2. Memberi KIE tentang tanda-tanda bahaya nifas yaitu 06.41 2. Ibu sudah mengerti tentang tanda bahaya nifas dengan
WIB a. Demam lebih dari 2 hari (infeksi). WIB tanda ibu dapat menjelaskan kembali penjelasan bidan,
b. Ibu terlihat sedih, murung dan menangis tanpa sebab yaitu nyeri dan bengkak pada payudara, keluar darah
(depresi). banyak pada kemaluan, nyeri pada perut. Dan ibu
c. Bengkak pada wajah, tangan, tungkai, sakit kepala, bersedia untuk ke tenaga kesehatan apabila menemukan
pandangan kabur dan kejang-kejang. salah satu tanda tersebut.
d. Nyeri payudara, pembengkakan payudara, luka atau
perdarahan puting.
e. Nyeri perut berat (infeksi rahim).
f. Perdarahan berlebih dari jalan lahir.
g. Keluar cairan berbau dari jalan lahir.
h. Nyeri pada tungkai, nyeri tekan, suhu meningkat,
dan bengkak pada kaki, tungkai dan paha.
Menganjurkan ibu untuk segera membawa ke tenaga
kesehatan apabila menemukan salah satu tanda bahaya
tersebut.

06.41 3. Memberikan KIE tentang ASI eksklusif : 06.48 3. Ibu sudah mengerti tentang ASI eksklusif yang ditandai
WIB a. Pengertian: WIB dengan ibu dapat menjawab pertanyaan dari bidan yaitu
ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan pengertian ASI eksklusif (ASI yang diberikan 6 bulan
selama 6 bulan, tanpa menambahkan atau mengganti dan tanpa diberi makanan lain), manfaat ASI (nutrisinya
dengan makanan atau minuman apapun. bayi terpenuhi, meningkatkan kecerdasan, lebih murah)
b. Manfaat: dan ibu bersedia untuk memberikan ASI saja pada
Bagi bayi: bayinya.
1) ASI sebagai nutrisi (komposisi ASI seimbang
sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan dan
perkembangan bayi)
2) Bayi tidak mudah sakit, karena ASI meningkatkan
daya tahan tubuh.
3) ASI meningkatkan kecerdasan.
Bagi Ibu:
1) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan.
2) Lebih murah.
c. Jenis-jenis ASI:
1) Kolostrum yaitu ASI yang berwarna kekuningan
yang keluar dari hari pertama sampai hari ke 4,
banyak mengandung protein.
2) ASI transisi/peralihan yaitu ASI peralihan dari
kolostrum sampai sebelum mature yang keluar
pada hari ke-4 sampai hari ke-10, kadar protein
rendah dan kadar karbohidrat,lemak tinggi.
3) ASI mature yaitu ASI yang keluar pada hari ke-
14 dan seterusnya, berwarna putih kekuningan,
mengandung antibodi, protein dan hormon-
hormon.
d. Komposisi ASI:
1) Foremilk : ASI yang keluar pada 5 menit
pertama, dan lebih encer.
2) Hindmilk : ASI yang keluar pada akhir
menyusui, mengandung lebih banyak lemak
sehingga mengenyangkan bayi. Saat menyusui
menggunakan payudara secara bergantian, satu
payudara ±5-7 menit.
e. Cara memperbanyak produksi ASI :
1) Pastikan bayi menyusu dengan posisi yang baik.
2) Minum setiap kali selesai menyusui.
3) Tingkatkan istirahat dan hindari stres.
06.48 4. Memberi KIE tentang teknik menyusui yang benar 06.58 4. Ibu sudah mengerti tentang teknik menyusui yang benar
WIB yaitu WIB dengan tanda ibu dapat mempraktikannya dengan benar
a. Posisi badan ibu, posisi punggung tegak sejajar sesuai penjelasan bidan dan menjawab pertanyaan bidan
dengan punggung kursi dan kaki diberi penyangga yaitu hal-hal yang dilakukan untuk memperbanyak ASI
sehingga tidak menggantung (menyusui bayi setiap kali bayi menginginkan atau 2 jam,
b. Menganjurkan ibu untuk mengoleskan sedikit ASI minum setelah menyusui dan menyusui dengan payudara
pada puting dan areola sebelum dan sesudah secara bergantian ±5-7 menit).
menyusui.
c. Posisi bayi, posisi kepala dan badan bayi berada
dalam satu garis lurus, badan bayi seluruhnya
didekap dekat dengan tubuh ibu, bayi menghadap
ke payudara dan hidung berhadapan dengan puting.
d. Menompang payudara dengan telapak tangan untuk
menyusukannya kepada bayi.
e. Perhatikan tanda-tanda perlekatan yang baik
(AMUBIDA)
f. Areola tampak lebih banyak di atas mulut bayi,
Mulut bayi terbuka lebar, Bibir bawah bayi terlipat
keluar (dower), Dagu bayi menempel ke payudara
ibu.
g. Bayi akan melepaskan sendiri isapannya jika sudah
kenyang atau dilepaskan dengan cara memasukkan
jari kelingking melalui sudut mulut bayi atau
menekan dagu bayi kebawah.
h. Mengajarkan cara menyendawakan bayi dengan
cara bayi digendong bersandar di bahu ibu atau
tengkurapkan bayi dipangkuan ibu kemudian tepuk
perlahan punggung bayi sampai bayi sendawa atau
tunggu 10-15 menit.
i. Hal- hal yang harus diperhatikan saat menyusui
yaitu menyusui bayinya setiap bayi menginginkan
(on demand) atau 2 jam sekali, susukan kedua
payudara secara bergantian masing-masing ±5-7
menit, dan menganjurkan ibu untuk minum 3
liter/hari agar dapat menggantikan cairan tubuh
yang hilang saat menyusui.

06.58 5. Memberi KIE tentang nutrisi pada ibu nifas yaitu ibu 07.05 5. Ibu sudah mengerti tentang nutrisi pada ibu nifas
WIB nifas harus makan makanan yang beraneka ragam yang WIB dengan tanda ibu dapat menjawab pertanyaan bidan
mengandung karbohidrat, protein hewani, protein yaitu pengertian nutrisi pada ibu nifas (makan makanan
nabati, sayur dan buah-buahan. yang bervariasi), akibat kekurangan nutrisi pada ibu
a. Karbohidrat berfungsi untuk sumber tenaga, dan nifas (ASInya keluarnya sedikit, mudah infeksi), dan
pembentukan jaringan baru. ibu bersedia untuk makan makanan yang beraneka
Contoh: beras, kentang, jagung, ubi, tepung terigu. ragam tanpa ada pantangan makanan apapun.
b. Protein berfungsi untuk sintesis hormon prolaktin
dan oksitosin (untuk memperbanyak produksi ASI,
memperlancar pengeluaran ASI), dan penggantian
sel-sel yang rusak serta mempercepat pengembalian
alat kandungan.
Contoh: ikan, susu, telur, kacang dan tahu.
c. Tablet tambah darah berfungsi untuk pembentukan
sel, jaringan baru dan pembentukan hemoglobin
pada sel darah merah. Dosis 1 kapsul/hari (60 mg)
selama 3 bulan pasca persalinan.
d. Asam folat berfungsi untuk pembentukan sel dan
sistem syaraf termasuk sel darah merah.
Contoh: sayuran-sayuran hijau.
e. Kalsium berfungsi untuk meningkatkan produksi
ASI dan mencegah pengeroposan tulang dan gigi.
Contoh: susu, yogurt, keju, ikan teri, brokoli.
f. Vitamin C berfungsi untuk membantu penyerapan
tablet tambah darah. Contoh: jambu biji, jeruk,
mangga.
g. Vitamin D berfungsi untuk membantu penyerapan
kalsium untuk pertumbuhan dan perkembangan
tulang bayi. Contoh: ikan, susu, telur, mentega.
h. Vitamin A berfungsi untuk sistem penglihatan,
pembentukan kekebalan. Vitamin A yang diberikan
pada ibu nifas sebanyak 2 kapsul, 1 kapsul dosisnya
200.000 IU yang diminum segera setelah lahir dan
24 jam setelahnya.
i. Air berfungsi untuk membantu pencernaan,
mambuang racun, sebagai penyusun sel, mengatur
keseimbangan asam-basa dalam tubuh.
Kebutuhan minum 6 bulan pertama 14 gelas/hari
dan 6 bulan berikutnya 12 gelas/hari.
j. Ibu nifas dilarang untuk ada pantangan makanan
apapun kecuali yang dapat menyebabkan alaergi.
k. Akibat dari kekurangan nutrisi pada masa nifas yaitu
produksi ASI berkurang, proses pengembalian rahim
terganggu, anemia, rentan infeksi.

07.05 6. Memberikan therapy 07.06 6. Ibu bersedia untuk minum obat yang diberikan oleh
WIB a. Asmef 3x1 (500 mg) WIB bidan secara teratur.
b. SF (tablet tambah darah) 1x1 (60 mg)
c. Amoxcilin 3x1 (500 mg)
dan menganjurkan ibu untuk meminumnya secara
teratur.

07.06 7. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan 07.07 7. Ibu bersedia untuk dikunjungi pada tanggal 10 februari
WIB pada tanggal 10 februari 2021 atau apabila ibu ada WIB 2021 atau apabila ibu ada keluhan.
keluhan.
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS NORMAL PADA Ny. A 6 HARI POST PARTUM
DI BPM RAUSAH S.ST

Tanggal : 10 Februari 2021


Waktu : 16.00 WIB
Tempat : Rumah Ny.A. Desa pandu senjaya rt 08/02
Tabel 4.10. KF 2.
SUBJEKTIF OBJEKTIF ASSESMENT PLANNING
Ibu mengatakan tidak ada Keadaan umum : baik Diagnosis kebidanan : 1. Beritahu ibu tentang
keluhan. Kesadaran : composmentis P2A0 umur 33 tahun post kondisinya dan hasil
TTV : partum 6 hari. pemeriksaan.
Ibu mengatakan tidak ada tanda- TD : 110/80 mmHg
tanda bahaya yang dirasakan N : 80x/menit Masalah : tidak ada 2. Anjurkan pada ibu untuk
selama nifas seperti nyeri pada S : 36,3 C cukup istirahat dan pemenuhan
payudara, nyeri perut, keluar P : 21x/menit. Diagnosis potensial : tidak cairan.
darah banyak dari kemaluan. ada
Status Obstetrikus: 3. Ingatkan ibu untuk
Ibu mengatakan hanya a. Muka : tidak pucat, tidak oedema, Antisipasi tindakan segera : melanjutkan mengkonsumsi
memberikan ASI saja pada tidak ada cloasma gravidarum. tidak ada obat yang diberikan bidan.
bayinya tanpa memberi makanan b. Payudara : simetris, payudara
tambahan apapun, menyusui tampak membesar, areolla 4. Beritahu ibu bahwa akan
setiap kali bayi menginginkan,dan menghitam melebar, puting susu dikunjungi ulang pada tanggal
dapat menyusui dengan tekhnik menonjol, tidak ada benjolan, ASI 10 februari 2021 atau apabila
yang benar dilihat dari bayi tidak sudah keluar jenis ASI peralihan ada keluhan.
sering rewel. berwarna putih kekuningan.
c. Perut : tidak ada luka bekas
Ibu mengatakan makan makanan operasi, ada strie gravidarum, ada
yang beranekaragam 3x sehari linea nigra, tidak ada pembesaran
dengan porsi 1 piring sedang, dan organ, tidak ada nyeri tekan, TFU
tidak ada pantangan makanan pertengahan pusat dengan
apapun. symfisis, kontraksi teraba keras,
kandung kemih kosong.
Ibu mengatakan minum ± 6 gelas d. Genitalia : bersih, tidak oedema,
sehari. PPV lokia sangunolenta ±5 cc,
tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
Ibu mengatakan pengeluaran e. Ekstremitas :
darah nifas sedikit, berwarna 1) Atas : tidak oedema, turgor
merah muda. kulit baik, kuku tidak picat dan
tidak kuning.
Ibu mengatakan membersihkan 2) Bawah : kaki tidak oedema,
daerah kelamin dan sering tidak terdapat nyeri pada
mengganti pembalut apabila tungkai, turgor kulit baik, tidak
dirasakan sudah tidak nyaman, ada varises, kuku tidak pucat
ibu mengganti pembalut 4-5 kali dan kuning, gerakan aktif.
sehari.

Ibu mengatakan aktivitasnya yaitu


mengurus anak. Aktivitas seperti
memasak, menyapu, mencuci
dibantu oleh adik dan orangtua.
Tabel 4.11. Catatan Implementasi KF 2.
WAKT IMPLEMENTASI WAKT EVALUASI
U U
16.11 1. Memberitahu ibu bahwa hasil pemeriksaan seluruhnya normal 16.12 1. Ibu sudah mengerti tentang kondisinya dan hasil
WIB dan keadaan ibu baik. WIB pemeriksaan.

16.12 2. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, yaitu 16.17 2. Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup dan
WIB menyarankan ibu untuk kembali ke kegiatan rumah tangga WIB minum 3 liter/hari atau setara dengan 12 gelas per
secara perlahan-lahan, sehingga tidak menyebabkan ibu hari.
kelelahan dan apabila bayi tidur ibu juga dapat istirahat.
Minum minimal 3 liter/hari atau 12 gelas per hari agar ibu
tidak kekurangan cairan dan agar produksi ASI lancar.

16.17 3. Mengingatkan ibu untuk tetap mengkonsumsi obat yang 16.18 3. Ibu bersedia untuk tetap mengkonsumsi obat yang
WIB diberikan oleh bidan yaitu SF (tablet tambah darah) 1x1 (60 WIB di berikan oleh bidan secara teratur.
mg)

16.18 4. Memberitahu ibu bahwa akan dikunjungi ulang pada tanggal 16.19 4. Ibu bersedia untuk dikunjungi ulang pada tanggal
WIB 20 februari 2021 atau apabila ibu ada keluhan. WIB 20 februari 2021 atau apabila ada keluhan.
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS NORMAL PADA Ny. A 2 MINGGU POST PARTUM
DI BPM RAUSAH S.ST

Tanggal : 20 februari 2021


Waktu : 16.00 WIB
Tempat : Rumah Ny.A. Desa Pandu Senjaya RT 08/02
Tabel 4.12. KF 3.
SUBJEKTIF OBJEKTIF ASSESMENT PLANNING
Ibu mengatakan tidak ada keluhan. Keadaan umum : baik Diagnosis kebidanan : 1. Beritahu ibu tentang
Kesadaran : composmentis P2A0 umur 33 tahun, 2 minggu kondisinya dan hasil
Ibu mengatakan tidak ada tanda TTV : post partum. pemeriksaan.
bahaya yang dirasakan ibu selama TD : 120/70 mmHg
nifas seperti nyeri perut, nyeri pada N : 80x/menit Masalah : tidak ada 2. Ingatkan ibu tentang
payudra dan mengeluarkan darah S : 36,4C nutrisi pada ibu nifas
banyak dari kemaluan. P : 21x/menit. Diagnosis potensial : tidak ada dan tidak boleh ada
pantangan makanan.
Ibu mengatakan makan 3x sehari Status Obstetrikus : Antisipasi tindakan segera : tidak
porsi 1 piring sedang . ibu a. Muka : tidak pucat, tidak oedema, ada 3. Beri konseling tentang
mengatakan tidak boleh tidak ada cloasma gravidarum. KB pasca persalinan.
mongkonsumsi kerang oleh orang b. Payudara : simetris, payudara
tuanya dan tetangga-tetangganya tampak membesar, areolla 4. Anjurkan ibu untuk
karena dapat menyebabkan ASI nya menghitam melebar, puting susu membuat akte kelahiran
amis dan bayi sering mutah. menonjol, tidak ada benjolan, ASI
sudah keluar. 5. Beritahu ibu bahwa
Ibu mengatakan lebih sering minum c. Perut : tidak ada luka bekas akan dikunjungi ulang
± 10-12 gelas sehari. operasi, tidak ada pembesaran pada tanggal 27
organ, tidak ada nyeri tekan, TFU februari 2021 atau
Ibu mengatakan mengeluarkan tidak teraba diatas symfisis, apabila ibu ada
bercak kecoklatan dan ibu kandung kemih kosong. keluhan.
mengatakan tidak ada keluhan pada d. Genitalia : bersih, tidak oedema,
jalan lahir termasuk tanda-tanda PPV lokea serosa, tidak terdapat
infeksi. tanda-tanda infeksi.
Ibu mengatakan tidak ada keluhan e. Ekstremitas :
pada pola BAB dan BAKnya, BAB 1) Atas : tidak oedema, turgor
1x sehari, BAK ± 5-6 x sehari. kulit baik, kuku tidak pucat
dan tidak kuning.
Ibu mengatakan istirahatnya cukup 2) Bawah : kaki tidak oedema,
yaitu ibu tidur apabila bayinya tidur. tidak terdapat nyeri pada
tungkai, turgor kulit baik, tidak
Ibu mengatakan aktivitasnya sehari- ada varises, kuku tidak pucat
hari seperti mencuci, menyapu dan kuning, gerakan aktif.
dibantu adiknya namun memasak
dan mengurus anak ibu melakukan
sendiri.
Tabel 4.13. Catatan Implementasi KF 3.
WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI
16.15 1. Memberitahu ibu bahwa kondisinya baik dan hasil 16.16 1. Ibu sudah mengerti tentang kondisinya dan hasil
WIB pemeriksaan normal. WIB pemeriksaan.

16.16 2. Ingatkan ibu tentang nutrisi pada ibu nifas dan 16.21 2. Ibu sudah mengerti tentang nutrisi pada ibu nifas
WIB mengingatkan kembali kepada ibu bahwa tidak boleh ada WIB dengan bukti ibu dapat menjawab pertanyaan bidan
pantangan makanan apapun selama nifas kecuali yang yaitu manfaat protein (agar ASInya lancar dan
menyebabkan alergi. Nutrisi pada ibu nifas yaitu makanan mempercepat pemulihan alat kandungan) dan ibu
yang beraneka ragam yang mengandung karbohidrat, bersedia untuk mengkonsumsi makanan yang
protein hewani, protein nabati, sayur dan buah-buahan. beraneka ragam tanpa ada pantangan makanan
Protein berfungsi untuk sintesis hormon prolaktin dan apapun.
oksitosin (untuk memperbanyak produksi ASI,
memperlancar pengeluaran ASI), dan penggantian sel-sel
yang rusak serta mempercepat pengembalian alat
kandungan.
Contoh: ikan, susu, telur, kacang dan tahu.

16.21 3. Memberi konseling tentang KB pasca persalinan yaitu 16.28 3. Ibu sudah mengerti tentang KB pasca persalinan di
WIB a. Pengertian KB pasca persalinan adalah pemilihan WIB tandai dengan ibu dapat menjawab pertanyaan dari
metode kontrasepsi langsung setelah melahirkan bidan yaitu manfaat KB (agar jarak kehamilannya
dengan prinsip pemilihan alat kontrasepsi yang tidak tidak terlalu dekat karena dapat berisiko, menjaga
mengganggu produksi ASI sehingga ibu dapat kesehatan ibu dan anak), macam-macam KB jangka
menyusui secara ekslusif. pendek (suntik, pil, kondom) dan ibu akan
b. Manfaat : mendiskusikan pada suami mengenai KB yang
Pengatur jarak dan mencegah kehamilan agar tidak akan digunakan.
terlalu dekat (minimal 2 tahun), mencegah kehamilan
yang tidak diinginkan, meningkatkan dan menjaga
kesehatan ibu, bayi, dan balita karena ibu yang terlalu
sering hamil dengan jarak dekat risikonya lebih tinggi,
selain itu ibu juga memiliki waktu dan perhatian cukup
terhadap anak dan keluarga.
c. Metode kontrasepsi :
1) Kontrasepsi jangka panjang.
a) Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR/IUD)
jangka waktu penggunaanya bisa sampai 10
tahun.
Mencegah sperma dan sel telur bertemu
sehingga tidak terjadi pembuahan.
Efek samping : akan terjadi perubahan pola
haid (akan lebih lama dan banyak, haid tidak
teratur, dan nyeri saat haid).
b) Implan/susuk jangkan waktu penggunaan bisa
sampai 3 tahun. Implan dimasukkan dibawah
kulit.
Efek samping: perubahan pola haid, haid
sedikit dan singkat, perubahan berat badan.
2) Metode kontrasepsi jangka pendek :
a) Suntik, terdapat 2 jenis suntikan yaitu suntikan
1 bulan sekali atau suntikan 3 bulan sekali.
Untuk ibu yang menyusui tidak dianjurkan
untuk menggunakan suntik yang 1 bulan sekali
karena dapat mengganggu ASI.
b) Pil KB
Pil KB diminum setiap hari
Efek samping : perubahan pola haid, perubahan
berat badan ,nyeri pada payudara. Dapat
dihentikan kapanpun oleh ibu.
c) Kondom, kondom adalah alat kontrasepsi yang
terbuat dari karet. Apabila mempunyai alergi
lateks maka tidak dianjurkan, sebelum
menggunakan harus memastikan bahwa tidak
ada kebocoran dan digunakan dengan benar.
Tidak terdapat efek samping dan dapat
mencegah penyakit menular seksual.

16.28 4. Menganjurkan ibu untuk membuat akte kelahiran untuk 16.29 4. Ibu bersedia untuk membuat akte kelahiran untuk
WIB bayinya. WIB bayinya.

16.29 16.30
WIB 5. Memberitahu ibu bahwa akan dikunjungi ulang pada WIB 5. Ibu bersedia untuk dikunjungi ulang pada tanggal
tanggal 27 februari 2021 atau apabila ibu ada keluhan. 27 februari 2021 atau apabila ibu ada keluhan.
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS NORMAL PADA Ny. A 5 MINGGU POST PARTUM

Tanggal : 27 februari 2021


Jam : 09.00 WIB
Tempat : Rumah Ny.A Desa Pandu Senjaya Rt 07/02
Tabel 4.14. KF 4.
SUBJEKTIF OBJEKTIF ASSESMENT PLANNING
Ibu mengatakan tidak ada Keadaan umum : baik Diagnosis kebidanan : 1. Beritahu ibu tentang
keluhan. Kesadaran : composmentis P2A0, umur 33 tahun, 5 minggu kondisinya dan hasil
TTV : post partum. pemeriksaan.
Ibu mengatakan makan 3x TD : 110/70 mmHg
sehari porsi 1 piring sedang N : 80x/menit Masalah : tidak ada 2. Beri konseling KB
dengan makanan yang S : 36,8C kondom.
beraneka ragam dan ibu tidak P : 20x/menit Diagnosis potensial : tidak ada
ada pantangan makanan 3. Motivasi ibu untuk tetap
apapun. Status Obstetrikus: Antisipasi tindakan segera : tidak memberikan ASI
a. Muka : tidak pucat, tidak oedema. ada eksklusif pada bayinya.
Ibu mengatakan sudah tidak b. Payudara : simetris, payudara tampak
mengeluarkan darah dari jalan membesar, areolla menghitam
lahir hanya seperti keputihan melebar, puting susu menonjol, tidak
dan ibu mengatakan tidak ada ada benjolan, ASI sudah keluar.
keluhan pada jalan lahir c. Perut : tidak ada luka bekas operasi,
termasuk tanda-tanda infeksi. tidak ada pembesaran organ, tidak ada
nyeri tekan, TFU tidak teraba,
Ibu mengatakan sudah kandung kemih kosong.
berdiskusi dengan suami d. Genitalia : bersih, tidak oedema, PPV
mengenai KB yang akan lokia alba, tidak terdapat tanda-tanda
digunakan yaitu kondom. infeksi.
e. Ekstremitas :
Ibu mengatakan tidak 1) Atas : tidak oedema, turgor kulit
menggunakan KB IUD atau baik, kuku tidak pucat dan tidak
implant karena mendengar kuning.
pengalaman tetangganya yaitu 2) Bawah : kaki tidak oedema, tidak
haid tidak teratur dan terdapat nyeri pada tungkai, turgor
mengalami kegemukan. kulit baik, tidak ada varises, kuku
tidak pucat dan kuning, pergerakan
aktif.
Tabel 4. 15. Catatan Implementasi KF 4.
WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI
09.15 1. Memberitahu ibu bahwa kondisinya baik dan hasil 09.16 1. Ibu sudah mengerti tentang kondisinya dan hasil
WIB pemeriksaan normal. WIB pemeriksaan.

09.16 2. Memberikan konseling tentang KB kondom 09.23 2. Ibu sudah mengerti tentang KB kondom, dengan
WIB a. Pengertian : WIB tanda ibu dapat menjawab pertanyaan bidan yaitu
Kondom adalah alat kontrasepsi atau alat untuk pengertian KB kondom (alat kontrasepsi yang
mencegah kehamilan pada saat bersenggama. Kondom digunakan pada pria sebelum senggama dan
biasanya terbuat dari bahan karet dan karet yang mencegah kehamilan), keuntungan menggunakan
dipakakikan pada alat kelamin pria. KB kondom (mencegah penyakit menular seksual).
b. Mekanisme :
Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan
sel telur dengan cara mengemas sperma diujung
selubung karet yang dipasang pada penis sehingga
sperma tersebut tidak tercurah kedalam saluran
reproduksi perempuan.
c. Efektivitas :
Bila digunakan dengan benar, risiko kehamilan adalah 2
diantara 100 ibu dalam 1 tahun.
d. Keuntungan bagi kesehatan:
Mencegah penularan penyakit menular seksual.
e. Risiko bagi kesehatan:
Dapat memicu alergi pada orang-orang yang alaergi
lateks.
f. Beberapa orang menyukainya dikarenakan tidak ada
efek samping hormonal, mudah didapat, dapat digunkan
untuk metode sementara atau cadangan.

09.23 3. Memotivasi ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif 09.24 3. Ibu bersedia untuk memberikan ASI saja pada
WIB pada bayinya tanpa diberi makanan apapun. WIB bayinya secara eksklusif tanpa diberi makanan
tambahan apapun sebelum 6 bulan.
4. Asuhan Bayi Baru Lahir

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. A UMUR 11 JAM


DI RAUSAH S.ST

Tanggal : 8 Februari 2021


Waktu : 06.10 WIB
Tempat : Rumah Ny.A desa pandu senjaya RT 08/02
Tabel 4.16. KN 1.
SUBJEKTIF OBJEKTIF ASSESMENT PLANNING
Ibu mengatakan baru saja KU : Baik Diagnosis Kebidanan : Bayi 1. Beritahu ibu tentang
melahirkan bayinya secara normal Kesadaran : Composmentis Ny. A umur 11 jam cukup hasil pemeriksaan.
pada tanggal 2021 pada pukul TTV : bulan.
17.30 WIB. N : 131x/menit 2. Lakukan rawat gabung
P : 34x/menit Masalah : tidak ada antara ibu dan bayi.
Ibu mengatakan baru saja S : 36.7⁰C
melahirkan bayinya yang berjenis Antropometri Diagnosis potensial : tidak 3. Beri KIE tentang tanda
kelamin perempuan dengan berat BB : 2800 gr ada bahaya BBL
badan 2800 gram, panjang badan PB : 48 cm
48 cm, menagis kuat. LK : 33 cm Antipasi tindakan segera : 4. Beritahu ibu cara
LD : 32 cm tidak ada perawatan bayi sehari-
Ibu mengatakan bayinya di IMD LiLA : 13 cm hari.
kan ±10 menit. Status present:
a. Kepala : simetris, tidak ada caput 5. Beritahu ibu bahwa
Ibu mengatakan segera setelah lahir succedanium, cepal hematom, dan ubun- akan dilakukan
bayinya diberikan vitamin K1 dan ubun datar. kunjungan ulang pada
salep mata. b. Rambut : tipis, warna hitam. tanggal 10 Februari
c. Muka : tidak pucat, tidak kuning, tidak 2021
Ibu mengatakan bayinya sudah tampak sindrom down (wajah mongoloid).
diimunisasi HB 0. d. Mata : simetris, bersih, sklera tidak
kuning, konjungtiva merah muda, tidak
Ibu mengatakan bayinya sudah ada secret.
dibedong dengan kain bersih dan e. Hidung : terdapat dua lubang +/+, hidung
kering. tampak jelas, tidak ada secret, tidak ada
pernapasan cuping hidung.
Ibu mengatakan bayinya belum f. Mulut : bibir bersih, bibir berwarna merah
dimandikan sejak setelah lahir. muda, bibir tidak sumbing, tidak pucat,
lidah bersih, tidak ada lubang di palatum,
Ibu mengatakan bayinya sudah tidak ada lendir, reflek hisap baik.
BAB 1 kali pada 3 jam setelah lahir g. Telinga : simetris, tulang rawan berbentuk
dan BAK 3 kali pada 1 jam setelah baik, tidak ada serumen berlebih, terdapat
lahir, 3 jam setelah lahir dan 8 jam lubang telinga, lanugo sedikit.
setelah lahir. h. Leher : pendek, kulit berlipat, tidak ada
pembesaran kelenjar thyroid, ataupun vena
Ibu mengatakan menyusui bayinya jugularis
setiap kali bayinya menginginkan. i. Dada : pernapasan simetris, tidak ada
retraksi dinding dada, tidak ada suara
Ibu mengatakan belum tahu tambahan seperti ronchi, stridor atau
mengenai cara menyusui dengan whezing.
benar. j. Perut : perut datar, turgor kulit baik, tidak
kembung, tidak ada pembengkakan organ,
tali pusat terbugkus kassa steril, tidak ada
tanda-tanda infeksi dan perdarahan pada
tali pusat.
k. Genitalia : jenis kelamin laki-laki, testis
sudah turun, skrotum berkerut, terdapat
lubang pada ujung penis, BAK (+),
Frekuensi 2 kali
l. Anus : terdapat lubang anus, BAB (+)
mekonium.
m.Punggung : masih terdapat lanugo, tidak
terdapat spina bifida, dan tidak terdapat
kelainan pada tulang belakang.
n. Ekstremitas :
a) Atas : masih terdapat verniks caseosa,
simetris, jari-jari lengakap, gerakan
aktif, tidak kekuningan, akral teraba
hangat.
b) Bawah : simetris, jari-jari lengkap,
gerakan aktif, telapak kaki teraba
hangat.
o. Refleks :
1) Refleks moro (+)
2) Refleks rooting (+)
3) Refleks sucking (+)
4) Refleks grasping (+)
Tabel 4.17. Catatan Implementasi KN 1.
WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI
07.25 1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa bayi 07.26 1. Ibu sudah mengerti tentang hasil pemeriksaan
WIB dalam keadaan baik. WIB bayinya.

07.26 2. Melakukan rawat gabung antara ibu dan bayi diruang 07.28 2. Bayi sudah dirawat gabung dengan ibu di ruang
WIB nifas yaitu dengan meletakkan bayi di samping ibu WIB nifas. Bayi terlihat tenang dan Ibu terlihat bahagia.

07.28 3. Memberikan KIE tentang tanda bahaya BBL yaitu 07.35 3. Ibu sudah mengerti tentang tanda bahaya pada BBL
WIB a. Bayi tidak mau menyusu, sulit minum atau malas WIB dengan tanda ibu dapat menjawab pertanyaan dari
minum. bidan tentang tanda bahaya bayi baru lahir yaitu
b. Bayi kejang. bayi diare, kulit dan mata bayi kuning, bayi tidak
c. Bayi lemah. mau menyusu, bayi rewel, dan ibu bersedia untuk
d. Bayi sesak napas atau bayi bernapas cepat. membawa bayinya ke tenaga kesehatan apabila
e. Bayi merintih atau menangis terus menerus (rewel). menemukan salah satu tanda bahaya tersebut.
f. Tali pusat kemerahan sampai ke perut, berbau atau
bernanah.
g. Bayi mengalami demam atau panas tinggi.
h. Mata bayi bernanah.
i. Bayi mengalami diare atau BAB cair lebih dari 3 kali
dalam sehari.
j. Kulit dan mata bayi kuning.
Manganjurkan ibu untuk segara membawa bayi ke tenaga
atau fasilitas kesehatan jika bayi mengalami salah satu
keluhan tersebut.
07.35 4. Memberitahu ibu tentang cara perawatan bayi sehari-hari 07.43 4. Ibu sudah mengerti mengenai cara perawatan bayi
WIB yaitu: WIB sehari-hari yaitu cara menjaga kehangatan bayi
a. Menjaga bayi tetap hangat dengan cara membedong (membedong bayi, memakaikan topi, ganti diapers
bayi dan mengenakan topi, jangan meletakkan bayi jika sudah basah, kringkan bayi setelah mandi),
didekat jendela, kipas angin dan jangan biarkan bayi perawatan tali pusat (tidak memberikan apapun
berentuhan dengan benda dingin, mengganti pada tali pusat, bersihkan dengan air bersih dan
baju/diapers jika basah, segera keringkan tubuh bayi sabun), dan cara memandikan bayinya (bayi
setelah dimandikan, menempatkan bayi dilingkungan dimandikan 2 kali sehari dengan air hangat). Ibu
hangat, jauhkan dari jendela dan pintu. bersedia untuk melakukanya dibuktikan dengan
b. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya secara on bayi sudah dipakaikan baju, bedong dan topi.
demand atau setiap 2 jam sekali.
c. Mengajarkan ibu cara merawat tali pusat bayi dengan
benar yaitu jangan membungkus puntung tali pusat,
atau memberikan cairan/ bahan apapun pada tali pusat,
lipat popok dibawah puntung tali pusat, luka tali pusat
di jaga tetap kering dan bersih sampai terlepas sendiri,
jika puntung tali pusat kotor bersihkan dengan air DTT
dan sabun lalu keringkan dengan kain bersih,
perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat.
d. Personal hygiene: memandikan bayi 2 kali sehari,
yaitu dengan cara mempersiapkan ember yang berisi
air hangat terlebih dahulu, lalu basahi tubuh bayi
dengan air hangat secara perlahan dari wajah, leher,
dada, lengan, punggung dan tungkai, berikan sabun
yang sesuai dengan PH tubuh bayi secara merata, lalu
bilas bayi hingga bersih dan keringkan dengan handuk.
Memakaikan baju yang kering dan bersih, tidak
memberikan bedak pada lipatan.

07.43 5. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan kunjungan ulang 07.44 5. Ibu bersedia untuk dikunjungi ulang pada tanggal
WIB pada tanggal 22 November 2020 atau apabila ada keluhan. WIB 22 November 2020 atau apabila ada keluhan.
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. A UMUR 4 HARI

Tanggal : 11 februari 2021


Waktu : 15.15 WIB
Tempat : Rumah Ny.A desa pandu senjaya rt 07/02
Tabel 4.18. KN 2.
SUBJEKTIF OBJEKTIF ASSESMENT PLANNING
Ibu mengatakan bayinya tidak ada 1. Keadaan umum : baik Diagnosis kebidanan: BBL 1. Beritahu ibu tentang hasil
keluhan atau tidak ada tanda 2. Kesadaran : Composmentis cukup bulan, lahir spontan, pemeriksaan.
bahaya pada bayi baru lahir 3. TTV : umur 4 hari.
seperti bayi diare, bayi rewel, N : 130x/menit 2. Ingatkan ibu untuk tetap
tidak mau menyusu, dan mata, P : 38x/menit Masalah : tidak ada menjaga kehangatan
kulit terlihat kuning. S : 37,2⁰C bayi.
4. Antropometri Diagnosis potensial : tidak
Ibu mengatakan bayinya sudah BB : 2800 gr ada 3. Anjurkan ibu untuk
dibedong dengan kain bersih dan PB : 48 cm menjaga keamanan bayi.
kering, namun bayinya ditidurkan LK : 33 cm Antisipasi tindakan segera :
didekat kipas angin dan anak LD : 32 cm tidak ada 4. Anjurkan tentang
pertamanya sering menghidupkan LiLA: 13 cm perawatan bayi sehari-
kipas angin. 5. Status Present : hari.
a. Kepala :
Ibu mengatakan saat pagi sampai Mesochepal dan ubun-ubun datar, 5. Beritahu ibu bahwa akan
sore hari bayinya ditidurka tidak ada seborrhea. dikunjungi ulang pada
dikasur depan TV, dan ibu belum b. Muka : tanggal 27 februari 2021
mempunyai kelambu untuk bayi. Tidak pucat, tidak kuning, tidak ada
miliariasis.
Ibu mengatakan bayinya hanya c. Mata :
diberi ASI saja, menyusui setiap Sklera tidak kuning, tidak ada secret
kali bayi menginginkan (tidak d. Hidung :
terjadwal) sehari ±10-12 kali atau Tidak ada napas cuping hidung, tidak
setiap 2 jam sekali apabila bayi ada secret berlebihan
tidur dan teknik menyusuinya e. Mulut : bibir berwarna merah muda,
sudah benar yaitu kepala dan tidak kering dan pucat, lidah bersih,
badan bayi berada pada satu garis tidak ada oral trush.
lurus dan perlekatan mulut bayi f. Telinga :
dengan payudara sudah baik. Simetris, tidak ada serumen, tulang
rawan sudah terbentuk sempurna.
g. Leher : leher pendek, kulit berlipat,
tidak ada pembesaran kelenjar
thyroid, ataupun vena jugularis.
h. Dada :
Tidak ada retraksi dinding dada, tidak
ada suara tambahan ronchi, stridor
atau wheezing.
i. Perut : perut datar, turgor kulit baik,
tidak kembung, tidak ada pembesaran
organ, tali pusat kering, masih
terbungkus kassa steril, tidak ada
tanda-tanda infeksi tali pusat.
j. Genitalia : testis sudah turun, skrotum
berkerut, terdapat lubang pada ujung
penis, tidak ada fimosis, tidak ada
diaper rush.
k. Punggung : tidak ada kelainan tulang
belakang, tidak ada pembengkakan
atau cekungan.
l. Ekstremitas :
a) Atas :
Gerakan aktif, kulit tidak
kekuningan, tidak ada kelainan
polidaktili, sindaktili, dan
brakidaktili, kuku tidak pucat,
teraba hangat.
b) Bawah :
geraan aktif, tidak kuning, tidak
ada kelainan polidaktili,
sindaktili, dan brakidaktili, kuku
tidak pucat.
Tabel 4. 19. Catatan Implementasi KN 2.
WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI
15.30 1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa bayi 15.31 1. Ibu sudah mengerti tentang hasil pemeriksaan
WIB dalam kondisi baik. WIB bayinya.

15.31 2. Ingatkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayinya 15.34 2. Ibu sudah mengerti mengenai hal-hal yang harus
WIB dengan cara tidak menidurkan bayi didekat kipas angin WIB dilakukan untuk menjaga kehangatan bayi yaitu
karena bayi akan mudah kedinginan apabila terpapar jangan menidurkan bayi dekat dengan jendela, kipas
langsung dengan udara sekitar yang lebih dingin. angin.
Menganjurkan ibu untuk menidurkan bayi ditempat yang jauh
dari kipas angin.

15.34 3. Menganjurkan ibu untuk menjaga keamanan bayi yaitu 15.41 3. Ibu sudah mengerti tentang menjaga keamanan bayi
WIB dengan menidurkan bayi ditempat yang aman terhindar dari WIB dengan tanda ibu dapat menjelaskan kembali
kabel listrik, mengawasi bayi apabila sedang tidur agar tidak penjelasan bidan yaitu jauhkan bayi dari asap rokok,
terjatuh, dan memasang kelambu tidur untuk bayi agar memasang klambu bayi agar tidak digigit nyamuk,
menghindari dari gigitan nyamuk. dan selalu mengawasi saat bayi tidur.
15.41 15.46
WIB 4. Menganjurkan ibu tentang perawatan bayi sehari-hari yaitu WIB 4. Ibu sudah mengerti tentang perawatan bayi sehari-
a. Pola nutrisi hari yaitu tidak memberikan cairan apapun pada tali
Memberikan ASI saja pada bayi selama 6 bulan secara on pusat, bersihkan tali pusat dengan air bersih dan
demand atau setiap 2 jam. sabun, memberikan asi eksklusif, memandikan bayi
b. Personal Hygine yaitu mandikan bayi 2 kali sehari pada 2 kali sehari. Dan ibu bersedia untuk melakukanya
pagi hari dan sore hari dengan air hangat. dirumah.
c. Perawatan tali pusat yaitu dengan jangan membungkus
puntung tali pusat, atau memberikan cairan/ bahan apapun
pada tali pusat, lipat popok dibawah puntung tali pusat,
luka tali pusat di jaga tetap kering dan bersih sampai
terlepas sendiri, jika puntung tali pusat kotor bersihkan
dengan air DTT dan sabun lalu keringkan dengan kain
bersih, perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat.
15.46 5. Memberitahu ibu bahwa akan dikunjungi ulang pada tanggal 15.47 5. Ibu bersedia untuk dikunjungi ulang pada tanggal 20
WIB 26 November 2020 atau apabila ada keluhan. WIB februari 2021 atau apabila ibu ada keluhan.
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI Ny. A UMUR 10HARI

Tanggal : 17 februari 2021


Waktu : 10.00 WIB
Tempat : Rumah Ny.A Desa Pandu Senjaya Rt 08/02
Tabel 4.20. KN 3.
SUBJEKTIF OBJEKTIF ASSESMENT PLANNING
Ibu mengatakantidak ada 1. Keadaan umum : baik Diagnosis kebidanan: Bayi 1. ibu tentang hasil
keluhan. 2. Kesadaran : Composmentis Ny. A umur 10 hari cukup pemeriksaan.
3. TTV : bulan.
Ibu mengatakan bayinya N : 128x/menit 2. Ingatkan ibu untuk
tidak rewel. P : 40x/menit Masalah : tidak ada tetap menjaga
S : 36,7⁰C keamanan bayi.
Ibu mengatakan hanya 4. Antropometri Diagnosis potensial : tidak
memberikan ASI saja tanpa BB : 2700 gr ada 3. Beri KIE tentang
makanan tambahan apapun PB : 48 cm imunisasi dasar
termasuk susu formula, dan LK : 33 cm Antisipasi tindakan segera : lengkap pada bayi.
bayinya bisa menyusu LD : 32 cm tidak ada
dengan baik. LiLA: 14 cm 4. Anjurkan ibu untuk
5. Status Present : mengimunisasi BCG,
Ibu mengatakan bayinya a. Kepala : polio pada bayinya
BAB sebanyak ±5 kali Mesochepal dan ubun-ubun datar pada tanggal 17 April
sehari, warnanya kuning, b. Muka : 2021.
encer dan seperti ada biji- Tidak pucat, tidak kuning
bijian. c. Mata :
Sklera tidak kuning, tidak ada secret
Ibu mengatakan bayinya d. Hidung :
BAK sebanyak ±10 kali Tidak ada napas cuping hidung, tidak ada
sehari, berwarna kuning secret berlebihan
jernih. e. Mulut : bibir berwarna merah muda, tidak
kering dan pucat, lidah bersih.
Ibu mengatakan tali pusat f. Telinga :
bayinya sudah lepas (puput) Simetris, tidak ada serumen, tulang rawan
pada usia 8 hari. sudah terbentuk sempurna.
g. Leher : leher pendek, kulit berlipat, tidak ada
Ibu mengatakan suaminya pembesaran kelenjar thyroid, ataupun vena
merupakan perokok aktif jugularis.
dan sering merokok didalam h. Dada :
rumah. Tidak ada retraksi dinding dada, tidak ada
suara tambahan ronchi, stridor atau wheezing.
i. Perut : perut datar, turgor kulit baik, tidak
kembung, tidak ada pembesaran organ
j. Punggung : tidak ada kelainan tulang
belakang, tidak ada pembengkakan atau
cekungan.
k. Ekstremitas :
a) Atas :
Gerakan aktif, kulit tidak kekuningan,
kuku tidak pucat, akral teraba hangat.
b) Bawah :
Geraan aktif, tidak kuning, kuku tidak
pucat, akral teraba hangat.
Tabel 4. 21. Catatan implementasi KN 3.
WAKTU IMPLEMENTASI WAKTU EVALUASI
10.15 1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa bayi 10.16 1. Ibu sudah mengerti tentang hasil pemeriksaan
WIB dalam kondisi baik WIB bayinya.

10.16 2. Mengingatkan ibu untuk tetap menjaga keamanan bayi 10.20 2. Ibu bersedia untuk menjauhkan bayi dari asap
WIB yaitu dengan WIB rokok dengan cara bayi ditidurkan dikamar dan
menjauhkan asap rokok dari bayi karena apabila sering menasihati suami agar tidak merokok didekat bayi.
terpapar rokok dapat mengakibatkan kerusakan dinding
saluran napas yang mengakibatkan terjadinya bronkitis,
asma, dan infeksi saluran napas pada bayi.
Menganjurkan ibu untuk menidurkan bayi dikamar dan
menasihati suami agar tidak merokok didekat bayi.

10.20 3. Memberikan KIE tentang imunisasi dasar lengkap pada 10.25 3. Ibu sudah mengerti tentang imunisasi dasar lengkap
WIB bayi yaitu WIB pada bayi dengan tanda ibu dapat menjawab
a. Hepatitis B (HB) 0 pada umur ≤ 7 hari. pertanyaan dari bidan yaitu waktu imunisasi BCG
b. BCG, Polio 1pada usia 1 bulan dan Polio (saat bayi umur 1 bulan), hal apa yang
c. DPT-HB-Hib 1, Polio 2 pada usia 2 bulan. perlu diperhatikan sebelum mengimunisasi bayi
d. DPT-HB-Hib 2, Polio 3 pada usia 3 bulan (bayi sehat atau tidak sedang sakit) dan ibu bersedia
e. DPT-HB-Hib 3, Polio 4 pada usai 4 bulan. untuk mengimunisasi bayinya sesuai jadwal
f. Campak pada usia 9 bulan. imunisasi.
Sebelum imunisasi pastikan bayi dalam kondisi sehat,
tidak sakit.

10.25 4. Menganjurkan ibu untuk mengimunisasi BCG, polio 1 10.32 4. Ibu sudah mengerti tentang imunisasi BCG dan
WIB pada bayinya pada tanggal 17 April 2021, adapun WIB Polio dan ibu bersedia untuk mengimunisasikan
tujuan imunisasi BCG dan Polio adalah bayinya pda tanggal 17 April 2021.
a. BCG (Basil Calmette Guerin) adalah untuk
mencegah bayi terserang penyakit TBC. Lokasi
penyuntikan BCG yaitu pada lengan kanan atas dan
pada umumnya tidak timbul efek samping setelah
penyuntikan, namun setelah penyuntikan akan timbul
benjolan kecil dan bernanah seperti bisul dan seiring
berjalannya waktu benjolan akan mengempis dan
membentuk luka parut.
b. Polio (OPV/IPV) adalah imunisasi yang bertujuan
untuk pencegahan penyakit polimielitis, pemberian
imunisasi polio dapat dengan 2 cara yaitu dengan
diteteskan ke mulut atau disuntikan. Apabila dengan
cara diteteskan dalam mulut, maka diberikan 2 tetes.
Apabila pemberian dengan cara disuntik maka
diberikan di berikan di lengan kiri.
biasanya jarang sekali terjadi efek samping setelah
pemberian imunisasi atau biasanya bengkak pada
area bekas penyuntikan 1-2 hari.
Pembahasan

Dalam melaksanakan “Asuhan kebidanan berkelanjutan (Continuity of Care) pada Ny.

A G2P1A0 di Puskesmas Cepiring yang dilakukan dengan melaksanakan manajemen

kebidanan menurut alur pikir Varney dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP, maka

penulis melakukan pembahasan untuk menemukan adanya kesenjangan antara teori dengan

studi kasus selama penulis melakukan asuhan kebidanan berkelanjutan yang meliputi:

1. Asuhan Kehamilan TM III

b. Data Subjektif

Menurut Manuaba (2008; h.210), reproduksi sehat untuk ibu hamil dan

melahirkan berkisar antara 20-35 tahun. Jika terjadi kehamilan pada usia kurang

dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun maka akan berisiko terjadinya kematian 2-4

kali lebih tinggi dari reproduksi sehat. Berdasarkan hasil anamnesis, Ny.A

mengatakan berusia 33 tahun, sehingga usia Ny.A tidak berisiko untuk hamil

maupun melahirkan.

Pada kasus Ny.A ibu mengatakan kehamilan yang lalu mengalami ketuban

pecah dini (KPD) dan persalinannya dengan induksi. Menurut Kemenkes RI (2013;

h. 123) wanita yang pernah mengalami KPD pada kehamilan atau menjelang

persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih berisiko dari wanita yang

tidak memiliki riwayat KPD karena komposisi membran yang menjadi rapuh dan

kandungan kolagen yang semakin menuru.

Menurut Kemenkes RI (2013; h. 34) kehamilan dengan masalah kesehatan

yang membutuhkan rujukan adalah kehamilan yang disertai hipertensi, penyakit

jantung, penyakit ginjal, DM, sifilis, TBC. Pada studi kasus Ny.A ibu mengatakan

tidak sedang menderita penyakit hipertensi, jantung, ginjal, DM, sifilis, dan TBC.
Sehingga kehamilan Ny.A adalah kehamilan normal yang tidak memerlukan

rujukan.

Pada studi kasus Ny.A ibu mengatakan melakukan pemeriksaan selama

kehamilan sebanyak 9 kali yaitu 2 kali pada TM I, 3 kali pada TM II dan 5 kali

pada TM III. Menurut Kemenkes RI (2013; h. 22) kunjungan pemeriksaan antenatal

minimal dilakukan 4 kali selama hamil yaitu 1 kali pada TM I, 2 kali pada TM II,

dan 2 kali pada TM III. Sehingga kunjungan antenatal pada kasus Ny.A sudah

melebihi standar dengan ketentuan minimal.

Menurut Varney (2007; h. 542) nyeri punggung bawah merupakan nyeri

punggung pada area lumbosacral, hal ini biasa terjadi pada kehamilan normal

seiring bertambahnya usia kehamilan karena uterus yang membesar. Pada

kunjungan pertama kehamilan TM III, Ny.A mengatakan nyeri pada punggungnya

sehingga mengganggu aktivitas. Keluhan yang dirasakan ibu merupakan hal yang

fisiologis yang sering terjadi pada kehamilan TM III.

Pada kunjungan kedua kehamilan TM III, Ny. A mengatakan sering BAK dan

mengganggu tidurnya. Hal ini merupakan hal yang fisiologis yang terjadi pada

kehamilan TM III karena kandung kemih dipengaruhi oleh desakan penurunan

kepala janin saat kehamilan tua yang menyebabkan kandung kemih cepat penuh

sehingga akan meningkatkan frekuensi berkemih (Manuaba, 2010; h. 94).

Menurut Kemenkes RI (2013; h. 31) pemberian imunisasi bagi ibu yang pernah

mendapatkan TT adalah apabila pernah 1 kali (TT 1) maka TT 2 dilaksanakan 4

minggu setelah TT 1, TT 3 dilaksanakan 6 bulan setelah TT 2, TT 4 dilaksanakan 1

tahun setelah TT 3, dan TT 5 dilaksankan 1 tahun setelah TT 4, apabila pernah 5


kali (TT 5) maka tidak perlu TT lagi. Imunisasi TT adalah imunisasi yang diberikan

untuk memperoleh kekebalan terhadap infeksi tetanus toksoid. Dari hasil

wawancara yang telah di lakukan, Ny. A mengatakan sudah pernah imunisasi TT 5

kali yaitu TT 1 saat SD kelas 1, TT 2 saat SD kelas 2, TT 3 saat SD kelas 3, TT 4

dilakukan saat capeng, TT 5 hamil ini saat usia kehamilan 16 minggu. Ny. N telah

mendapatkan imunisasi TT lengkap namun dengan waktu yang tidak sesuai

sehingga untuk kekebalan yang didapatkan tentu berbeda dengan imunisasi dengan

waktu yang sesuai.

c. Data Objektif

Menurut teori Kemenkes RI (2012; h. 9) kehamilan normal yaitu kehamilan

tanpa disertai tekanan darah tinggi/hipertensi, hipertensi pada kehamilan terjadi jika

tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg, preeklamsi terjadi jika hipertensi disertai

dengan oedemawajah dan proteinuria positif. Suhu normal ibu hamil yaitu 36,5-

37,50 C, apabila suhu tubuh diatas normal merupakan suatu tanda peradangan atau

infeksi. Pada studi kasus, Ny.A tidak mengalami kenaikan tekanan darah yang

signifikan dan suhu tubuh dalam batas normal, tekanan darah Ny. A berkisar 110-

120 mmHg untuk sistol, diastol 80-90 mmHg, tidak disertai edema tangan dan

wajah, dan suhu tubuh 36,3-36,5o C. Sehingga tidak ada yang mengarah pada tanda

preeklamsi, peradangan dan infeksi.

Pada kunjungan pertama saat penulis melakukan anamnesis didapatkan bahwa

ibu mengatakan berat badan sebelum hamil adalah 55 kg dan pada pengukuran

berat badan di dapatkan berat badan saat hamil 63 kg. Ny.A mengalami kenaikan

berat badan sebanyak 8 kg. Pengukuran tinggi badan pada Ny.A didapatkan hasil
156 cm, sehingga didapatkan Indeks Massa Tubuh (IMT) yaitu 25,06 dengan

kategori normal. Penambahan BB Pada kasus Ny.N tidak sesuai dikarenakan

rekomendasi penambahan berat badan ibu hamil pada kategori normal adalah 11,5-

16 kg (Cunningham, 2010; h. 110). Namun ketidak sesuaian penambahan BB ibu

tidak mempengaruhi TBJ sesuai usia kehamilan yaitu 2400 gram pada usia

kehamilan 37 minggu 5 hari. Ny. N tidak dicurigai mengalami panggul

sempit/Cephalopelvic Disproportion (CPD) karena tinggi badan tidak kurang dari

145 cm dan Ny. A sudah pernah melahirkan spontan.

Pada kasus Ny.A didapatkan hasil pengukuran LiLA yaitu 26 cm, sehingga

Ny.A tidak mengalami kekurangan energi kronik (KEK). Kekurangan energi kronik

merupakan suatu keadaan dimana status gizi seseorang buruk sehingga dapat

memberikan dampak negatif pada ibu hamil dan janin, salah satunya yaitu kematian

ibu, dan bayi dapat lahir dengan berat badan rendah. Salah satunya tandai ibu hamil

mengalami KEK yaitu dengan pemeriksaan Lingkar Lengan Atas (LiLA) yang

kurang dari 23,5 cm (Kemenkes RI, 2012; h. 21).

Pada kasus Ny.A hasil pemeriksaan TFU pada usia kehamilan 37 minggu 5

hari yaitu berada setinggi processus xipoideus. Hal ini sesuai dengan teori yang

menyatakan bahwa pada umur kehamilan 36 minggu sampai kurang dari 40

minggu, tinggi fundus uteri (TFU) berada setinggi processus xipoideus (Manuaba,

2009; h. 78).

Menurut teori Kemenkes RI (2013; h. 26) pada pemeriksaan palpasi abdomen

menggunakan manuver leopold I-IV untuk mengetahui letak janin pada uterus.

Letak janin pada kehamilan normal yaitu membujur dan presentasi kepala. Pada

kasus Ny. A didapatkan hasil pemeriksaan leopold ibu sesuai dengan letak janin
pada kehamilan normal yaitu membujur, punggung kiri dengan presentasi kepala

dan sudah masuk PAP.

Pada kunjungan pertama pemeriksaan DJJ Ny.A didapatkan hasil yaitu

frekuensi 11-12-12, jumlah 140x/menit, dan irama reguler, pada kunjungan kedua

yaitu frekuensi 11-11-12, jumlah 136x/menit dan irama reguler. Sehingga janin

Ny.A dalam kondisi baik. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa

penilaian kesejahteraan janin dapat dinilai dari pemeriksaan auskultasi DJJ,

menggunakan fetoskop maupun doppler. Dalam kehamilan normal DJJ berkisar

antara 120-160 kali per menit, bila denyut jantung bayi kurang dari 120 kali per

menit disebut bradikardia, sedangkan jika denyut jantung lebih dari 160 kali per

menit disebut takikardia yang mengindikasikan gawat janin (Manuaba, 2010; h.

120).

Menurut teori Kemenkes RI (2013; h. 27-28) pemeriksaan laboratorium

dilakukan dua kali selama kehamilan. Pemeriksaan laboratorium rutin (untuk semua

ibu hamil) pada kunjungan pertama, pemeriksaan yang dilakukan (kadar

hemoglobin, golongan darah, tes HIV, Rapid test atau apusan darah tebal dan tipis

untuk malaria, pada trimester III lakukan pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi

seperti urinalisis jika terdapat hipertensi, kadar hemoglobin pada trimester III

apabila dicurigai anemia, pemeriksaan BTA apabila mempunyai riwayat batuk > 2

minggu atau LiLA < 23,5 cm, tes sifilis dan tes gula darah puasa. Pada kasus Ny. A

berdasarkan data sekunder (buku KIA) ibu melakukan pemeriksaan laboratorium

sebanyak satu kali yaitu pada trimester I, dikarenakan ibu tidak mengetahui kapan

waktu harus dilakukannya pemeriksaan laboratorium. Hasil pemeriksaan tanggal 10

Februari HB 11 gr%, HIV (-), golongan darah A rhesus (+), protein urine (-), dan
reduksi urine (-). Sehingga terdapat ketidak sesuaian dengan teori mengenai waktu

pemeriksaan laboratorium yang hanya dilakukan satu kali dan dengan hasil yang

mengarahkan ibu mengalami anemia ringan, sesuai dengan teori Manuaba (2015; h.

38) derajat anemia pada ibu hamil yaitu anemia ringan (9-10 gr%), anemia sedang

(7-8 gr%) dan anemia berat (kurang dari 7 gr%).

d. Assesment

1) Diagnosis Kebidanan

Diagnosis ibu hamil meliputi GPA (Gravida Para Abortus),umur ibu, umur

kehamilan (dalam hitungan minggu), janin tunggal, hidup, intra uterin, letak

membujur, punggung kanan/kiri, presentasi kepala, sudah masuk PAP/belum.

Kategori kehamilan normal adalah apabila keadaan umum baik yaitu tekanan

darah kurang dari 140/90 mmHg, edema hanya pada ekstremitas, DJJ 120-160

kali/menit, dan merasakan gerakan janin (Kemenkes RI, 2013; h. 34).

Pada studi kasus, diagnosis kehamilan ditulis sesuai dengan ketentuan

format penulisan diagnosis. Pada kasus Ny. A, dilakukan 2 kali kunjungan

hamil, diagnosis kebidanan pada kunjungan pertama yaitu G2P1A0 umur 33

tahun usia kehamilan 37 minggu janin tunggal hidup intra uterin letak

membujur puki preskep U. Diagnosis pada kunjungan kedua yaitu G2PIA0

umur 26 tahun usia kehamilan 38 minggu janin tunggal hidup intra uterin letak

membujur puki preskep U. sehingga penulisan diagnosis kehamilan sesuai

dengan kriteria kehamilan normal.

2) Masalah

Masalah sering kali berkaitan dengan bagimana ibu menghadapi kenyataan

tentang diagnosisnya dan sering kali bisa diindentifikasikan berdasarkan


pengalaman bidan dalam mengenal masalah seseorang. Pada studi kasus Ny.A

didapatkan masalah pada kunjungan ke 9 kehamilan TM III, bahwa pada

kunjungan pertama Ny.A mengalami nyeri punggung hingga mengganggu

aktivitas, pada kunjungan kedua Ny.A mengalami nokturia hingga

mengganggu istirahatnya namun hal bersifat fisiologis.

3) Diagnosis potensial

Manurut Varney (2007; h. 27-28), mengidentifikasi masalah atau diagnosis

potensial lain berdasarkan rangkaian diagnosis atau masalah yang sudah

teridentifikasi. Berdasarkan temuan tersebut, bidan dapat melakukan antisipasi

agar diagnosis atau masalah tersebut tidak terjadi. Pada studi kasus Ny.A tidak

terdapat diagnosis potensial.

4) Antisipasi tindakan segera

Pada kasus Ny.A tidak perlu adanya tindakan segera karena tidak

munculnya diagnosis potensial.

e. Planning

Pada studi kasus Ny.A penulis merencanakan asuhan yang diberikan selama

melakukan dua kali kunjungan. Rencana asuhan yang diberikan penulis adalah

memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan, memberi KIE tentang keluhan nyeri

punggung dan nokturia, persiapan persalinan, tanda-tanda persalinan, IMD, serta

menganjurkan ibu untuk meminum therapy dari bidan (tablet Fe, kalk, vitamin C).

Rencana asuhan yang diberikan penulis sesuai dengan teori Kemenkes RI (2013; h.

33) yaitu memberikan therapy dan KIE sesuai kebutuhan.

Implementasi yang dilakukan penulis pada Ny.A sudah terlaksana sesuai

dengan perencanaan yang sudah dibuat. Evaluasi yang dilakukan penulis pada
kasus Ny.N dilakukan dengan dua cara yaitu segera setelah pemberian asuhan dan

pada kunjungan berikutnya. Evaluasi yang diberikan segera seperti ibu mengerti

tentang penjelasan bidan dan ibu dapat menjawab pertanyaan dari bidan, evaluasi

pada kunjungan berikutnya yaitu keluhan ibu sudah mulai berkurang.

4. Asuhan Persalinan

a. Kala II

1) Data Subjektif

Menurut Kemenkes RI (2013; h. 36) persalinan dan kelahiran dikatakan

normal jika usia kehamilan cukup bulan (37-42 minggu). Apabila usia

kehamilan kurang dari 37 minggu dinamakan preterm dan apabila lebih dari 42

minggu dinamakan postterm/serotinus. Pada studi kasus, usia kehamilan Ny.A

adalah 49 minggu 4 hari. Sehingga usia kehamilan Ny.A cukup bulan

Menurut Prawirohardjo (2009; h. 341) kala II persalinan dapat dikenali

dengan mendengar dan melihat tanda dan gejalanya yaitu ibu merasa ada

dorongan kuat dan meneran, ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat

pada rektum dan vagina, Pada studi kasus, Ny.A sudah merasakan tanda kala II

yaitu ibu mengatakan merasa mulas dan ingin BAB.

2) Data Objektif

Pada kasus Ny.A pada saat dilakukan pemeriksaan tekanan darah

didapatkan hasil 120/90 mmHg. Jika dibandingkan dengan tekanan darah

sewaktu hamil tidak mengalami peningkatan sistolik, namun mengalami

peningkatan diastolic yaitu 90 mmHg. Menurut Varney (2008; h. 287) bahwa

tekanan darah meningkat selama kontraksi disertai dengan peningkatan sistolik


rata-rata 15 mmHg (10-20 mmHg) dan diastolik rata-rata 5-10 mmHg pada

waktu diantara kontraksi tekanan darah kembali meningkat. Sehingga antara

studi kasus dengan teori terdapat perbedaan.

Menurut Kemenkes RI (2013; h. 27) letak janin normal apabila didapatkan

presentasi kepala, dan bayi dapat lahir secara normal. Pada kasus Ny.A saat

dilakukan pemeriksaan leopold didapatkan bahwa letak janin presentasi kepala.

Sehingga Ny.A dapat bersalin secara normal.

Pada pemeriksaan DJJ Ny.A didapatkan hasil yaitu 140x/menit. Sehingga

janin Ny.A dalam kondisi baik. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan

bahwa DJJ normal berkisar antara 120-160 kali per menit, bila denyut jantung

bayi kurang dari 120 kali per menit atau lebih dari 160 kali per menit

mengindikasi gawat janin (Manuaba, 2010; h. 120).

Menurut Mochtar (2011; h. 56) pada kala II his terkoordinir kuat, cepat

dan lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun dan masuk

rongga panggul sehingga terjadi penekanan pada otot-otot dasar rongga

panggul, pada waktu his kepala janin mulai terlihat, vulva membuka dan

penineum meregang. Pada studi kasus Ny. A, ibu mengalami kontraksinya

sebanyak 5x/10’/55”, saat dilakukan pemeriksaan terlihat perineum ibu tampak

menonjol, vulva dan anus ibu tampak membuka, hasil pemeriksaan dalam

didapatkan porsio tipis, effacement 100%, pembukaan 10 cm, kulit ketuban

sudah pecah, presentasi belakang kepala, POD UUK posisi jam 12, penurunan

kepala di bidang hodge III+, tidak ada tanda-tanda maulage dan tidak ada
bagian menumbung. Sehingga Ny. A dapat melakukan persalinan secara

normal.

3) Asessment

a) Diagnosis Kebidanan

Menurut Varney (2007; h. 691) diagnosis kebidanan yang dapat

ditegakkan pada persalinan normal adalah gravida, paritas, abortus, umur

ibu, umur kehamilan, jumlah janin, janin hidup atau tidak, intra uterin atau

tidak, letak janin, letak punggung, presentasi dan inpartu. Pada studi kasus

Ny. A di dapatkan diagnosis persalinan kala II yaitu G2P1A0 umur 33

tahun hamil 39 minggu 4 hari janin tunggal hidup intra uterin letak

membujur puki preskep U inpartu kala II.

b) Masalah

Dalam asuhan kebidanan digunakan istilah masalah dan diagnosis.

Kedua istilah tersebut dipakai karena beberapa masalah tidak di definisi

sebagai diagnosis, tetapi perlu pertimbangan untuk membuat rencana

secara menyeluruh (Varney, 2007; h. 27). Pada studi kasus Ny. A tidak

didapatkan masalah.

c) Diagnosis Potensial

Pada kasus Ny. A tidak ditemukan kegawatan atau komplikasi karena

tidak ada data subjektif maupun objektif yang mendukung munculnya

diagnosis potensial.
d) Antisipasi Tindakan Segera

Pada kasus Ny. A tidak dilakukan tindakan segera karena tidak ada

diagnosis potensial.

4) Planning

Menurut PPIBI (2016; h. 175) pada langkah ke 7 yaitu sebelum melakukan

periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin

penolong membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati

dari anterior (depan) ke posterior (belakang) menggunakan kapas atau kasa

yang dibasahi menggunakan air DTT. Pada studi kasus Ny. A sebelum

melakukan periksa dalam penulis tidak membersihkan vulva dan perineum

menggunakan kapas/kasa yang dibasahi air DTT, namun diganti dengan

menggusap menggunakan kain bersih.

Menurut PPIBI (2016; h. 176) pada langkah ke 18 yaitu pada saat

melakukan pertolongan melahirkan bayi, penolong memakai sarung tangan

panjang steril pada kedua tangan. Pada studi kasus Ny. A saat melakukan

pertolongan persalinan penulis tidak menggunakan sarung tangan panjang

steril, melainkan sarung tangan pendek steril dikarenakan sesuai protap

Puskesmas, sarung tangan panjang steril hanya digunakan untuk menolong

kasus kegawatdaruratan saja.

Menurut JNPK-KP (2008; h.15) memakai APD lengkap dapat melindungi

pertugas dari percikan yang dapat mengkontaminasi dan menyebabkan

penyakit. Pada studi kasus Ny. A penulis belum menggunakan APD secara

lengkap seperti sepatu boots, dikarenakan keterbatasan APD di BPM. Namun


dalam studi kasus penggunaan sepatu boots diganti menggunakan sandal yang

tertutup.

Menurut PPIBI (2016; h. 177) pada langkah 29 dalam waktu 1 menit

setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 IU (intramuskuler) di 1/3 distal lateral

paha. Pada langkah tersebut tidak berisi keterangan bahwa menggunakan

teknik aseptik sebelum dilakukan penyuntikan, dikarenakan larutan antiseptik

memerlukan beberapa menit setelah dioleskan pada permukaan tubuh untuk

menunggu kering, agar dapat mencapai manfaat yang optimal. Sehingga tidak

perlunya tindakan aseptik untuk tindakan kecil dan segera seperti penyuntikan

oksitosin. Pada studi kasus Ny.A, penulis tidak melakukan tindakan aseptik

dengan menggunakan kapas alkohol sebelum melakukan penyuntikan

oksitosin. disebabkan karena pada pelatihan APN setelah satu menit bayi lahir

maka inj oxytocin segera diberikan , mengingat waktu kadar oxytocin dalam

tubuh ibu akan menurun minimal 1 menit setelah bayi lahir

Menurut PPIBI (2016; h. 177) pada langkah 31 tali pusat diikat

menggunakan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian lingkarkan lagi

benang tersebut dan ikat tali pusat dengan simpul kunci pada sisi lainnya. Pada

studi kasus Ny. A, penulis menggunakan umbilical cord clamp untuk menjepit

tali pusat, karena sesuai protap BPM bahwa penjepitan tali pusat menggunakan

umbilical cord clamp cenderung lebih steril, dan terbuat dari plastik anti

alergen sehingga tidak menimbulkan dampak berkembang biaknya

mikroorganisme yang dapat mendorong terhadap terjadinya infeksi, sedangkan

apabila menggunakan benang DTT/steril dengan perawatan yang tidak tepat


dapat menjadi lembab dan menyebabkan berkembangnya mikroorganisme

yang dapat mendorong terjadinya infeksi.

b. Kala III

1) Data Subjektif

Menurut Mochtar (2012; h. 73), kala III (kala pengeluaran uri) yaitu

setelah bayi lahir, kontraksi rahim beristirahat sebentar. Beberapa saat

kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Pengeluaran plasenta di

sertai dengan pengeluaran darah. Pada studi kasus Ny. A saat memasuki kala

III, tanda gejala yang dirasakan ibu sesuai dengan teori yaitu ibu mengatakan

perutnya mulas dan mengeluarkan darah tiba-tiba, kala III berlangsung selama

5 menit.

2) Data Objektif

Pada studi kasus Ny. A terdapat semburan darah tiba-tiba ±50 cc dan tali

pusat memanjang. Sesuai dengan teori JNPK-KP (2008; h. 96) tanda pelepasan

plasenta yaitu semburan darah tiba-tiba, uterus tampak membulat dan tali pusat

bertambah panjang.

3) Assesment

a) Diagnosis kebidanan

Pada studi kasus Ny. A di dapatkan diagnosis persalinan G2P1A0

umur 33 tahun inpartu kala III.

b) Masalah

Pada studi kasus Ny. A tidak terdapat masalah, karena tidak ada data

yang menunjang baik dari data subjektif dan data objektif.


c) Diagnosis potensial

Pada kasus Ny. A tidak ditemukan diagnosis potensial.

d) Antisipasi tindakan segera

Pada kasus Ny. A tidak dilakukan tindakan segera karena tidak

terdapat diagnosis potensial.

4) Planning

Menurut Saifuddin (2009; h. 115) manajement aktif pada kala III

persalinan mempercepat kelahiran plasenta dan dapat mencegah atau

mengurangi perdarahan post partum, manajement aktif kala III terdiri dari tiga

langkah sebagai berikut: pemberian suntik oksitosin 1 menit setelah bayi lahir,

melakukan penegangan tali pusat terkendali, masase fundus uteri. Sesuai

dengan teori kala III, penulis melakukan penegangan tali pusat terkendali

sehingga evaluasi yang didapatkan plasenta lahir spontan, utuh, dan tidak

terjadi perdarahan.

c. Kala IV

1) Data Subjektif

Pada kala IV setelah pengeluaran plasenta, fundus uteri mulai berkontraksi

dan membuat sebagian besar myometrium tertutupi oleh serosa dan terlapisi

oleh desidua basalis. Pada ibu multipara uterus berkontraksi sangat kuat pada

interval tertentu dan menyebabkan nyeri setelah persalinan, yang mirip nyeri

saat persalinan namun lebih ringan (Cunningham, 2014; h. 101). Sesuai dengan

teori tersebut, pada kasus Ny. A ibu mengatakan masih merasakan mulas pada

perutnya.
2) Data Objektif

Menurut Mochtar (2011; h. 72) kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta

dan berakhir dua jam setelah proses tersebut. Observasi yang harus dilakukan

pada kala IV salah satunya yaitu terjadi perdarahan. Perdarahan dianggap

masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc. Pada kasus

Ny. N PPV: ±50 cc, dan tidak ada laserasi pada jalan lahir. Pada kasus Ny. N

TFU 2 jari dibawah pusat. Hal ini sesuai dengan teori Mochtar (2011; h. 87)

yang menyatakan tinggi fundus uteri setelah plasenta lahir 2 jari dibawah pusat.

3) Assesment

a) Diagnosis Kebidanan

Diagnosis kebidanan yang dapat ditegakkan Pada kasus Ny.A sesuai

dengan nifas normal yaitu para-abortus inpartu kala IV. Pada studi kasus

Ny.A didapatkan diagnosis kebidanan nifas yaitu P2A0 inpartu kala IV.

b) Masalah

Pada studi kasus Ny. A tidak terdapat masalah.

c) Diagnosis Potensial

Pada kasus Ny. A tidak ditemukan diagnosis potensial.

d) Antisipasi Tindakan Segera

Pada kasus bayi Ny.A tidak dilakukan tindakan segera karena tidak

ada diagnosis potensial.

4) Planning

Menurut Mochtar (2012; h. 74) kala IV adalah kala pengawasan selama 2

jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu, terutama terhadap
bahaya perdarahan postpartum (lebih dari 500 cc). Pada studi kasus Ny.A, kala

IV berlangsung selama 2 jam dan perdarahan ±80 cc, TFU 2 jari dibawah

pusat. Sehingga keadaan ibu normal.

Menurut PPIBI (2016; h. 177) pada langkah 32 letakkan bayi tengkurap

didada ibu untuk kontak kulit ibu-bayi. Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke

kulit didada ibu paling sedikit 1 jam, hal ini untuk mencegah

kadinginan/hypotermia pada bayi baru lahir dan lebih besar keberhasilan untuk

menyusui eksklusif. Pada studi kasus Ny.N, bayi hanya di IMD selama ±10

menit, dikarenakan di Puskesmas ada pasien baru yang datang dengan

pembukaan lengkap sehingga bidan harus mengambil tindakan segera. Bayi

Ny.N berisiko terjadi hypotermia dan lebih sedikit kemungkinan keberhasilan

menyusu eksklusif dikarenakan IMD tidak dilaksanakan secara optimal.

5. Asuhan Nifas

a. Data Subjektif

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan penulis pada kasus Ny.A didapatkan

bahwa ibu mengatakan masih merasa mulas pada 8 jam setelah persalinan. Hal ini

merupakan kondisi normal yang dialami ibu nifas. Karena rasa mulas yang

dirasakan ibu atau disebut after pains disebabkan oleh kontraksi rahim yang terus

menerus pada uterus, banyak terjadi pada multipara dan biasanya terjadi pada 2-4

hari pasca persalinan (Saifuddin, 2011; h. 89).

Lokia dalah cairan sekresi yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam

masa nifas. Menurut Sofian (2011; h. 87) lokia dibagi menjadi: 1) Lokia rubra

(cruenta) yaitu berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,
verniks caseosa, lanugo dan mekonium, selama 2 hari pasca persalinan. 2) Lokia

sanguilenta yaitu berwarna merah kuning, berisi darah dan lendir, hari ke-3 samapai

ke 7 pasca persalinan. 3) Lokia serosa yaitu berwarna kuning, cairan tidak berdarah

lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan. 4) Lokia alba yaitu cairan putih setelah 2

minggu. Pada kasus Ny. A, 8 jam post partum ibu mengatakan mengeluarkan darah

dari jalan lahirnya seperti menstruasi berwarna merah segar, pada 6 hari post

partum ibu mengatakan mengeluarkan darah berwarna kecoklatan, pada 2 minggu

post partum dan 6 minggu post partum ibu mengatakan sudah tidak mengeluarkan

sesuatu dari jalan lahir. Sehingga pengeluaran pervaginam yang ibu alami sesuai

dengan pengeluaran lokia pada masa nifas.

Ibu mengatakan bahwa ASI nya sudah keluar. Hal ini sesuai dengan teori

Sofian (2011; h. 88) bahwa produksi ASI akan banyak pada 2-3 hari pasca

persalinan.

Menurut teori Depkes RI (2013; h, 51), kebutuhan nutrisi dan gizi ibu masa

nifas yaitu mengkonsumsi tambahan 500 kalori/hari, diet makanan seimbang

(cukup protein, mineral dan vitamin), minimal minum 3 liter/hari, suplemen besi

diminum selama 3 bulan pasca bersalin, suplemen vitamin A 200.000 IU. Pada

kasus Ny. A didapatkan hasil pengkajian bahwa ibu mengatakan minum penambah

darah, ibu mengatakan minum 3 liter perhari dan ibu mengatakan diberi obat

berwarna merah (Vitamin A) setalah bersalin, ibu mengatakan telah makan porsi

sedang atau sebanyak 3 kali sehari dengan menu gizi seimbang, ibu mengatakan

dalam budayanya terdapat pantangan makanan bagi ibu nifas, pada kunjungan
ketiga ibu mengatakan tidak boleh makan kerang oleh ibu mertuanya, sehingga

pemenuhan protein tidak optimal.

b. Data Objektif

Menurut Varney (2007; h, 961) perubahan fisik pada tanda-tanda vital normal

ibu nifas adalah: Tekanan darah nifas normal adalah sistolik antara 90-120 mmHg

dan diastolik 60-80 mmHg. Tekanan darah biasanya tidak berubah kemungkinan

akan lebih rendah setelah melahirkan karena ada perdarahan atau yang lainnya.

Tekanan darah takan tinggi bila terjadi preeklamsi postpartum. Keadaan pernapasan

selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi, bila suhu dan nadi tidak normal

pernapasan juga akan mengikuti kecuali bila ada gangguan khusus pada saluran

nafas. Bila pernapasan pada masa postpartum menjadi lebih cepat, kemungkinan

ada tanda-tanda syok. Suhu badan dalam 24 jam postpartum akan meningkat sedikit

(37,5C-38C), denyut nadi normal orang dewasa 60-80 kali/menit.

Kunjungan pertama (KF I, 8 jam postpartum) pada kasus Ny. A diperoleh hasil

tekanan darah yaitu 120/80 mmHg, dimana nifas normal tidak terjadi peningkatan

tekanan darah setelah periode melahirkan. Nadi 80 kali/menit, pernapasan 22

kali/menit, suhu 36,8C. Kunjungan kedua (KF 2, 6 hari postpartum) hasil

pemeriksaan TD: 110/80 mmHg, N: 80 kali/menit, S: 36, 3 0C dan pernapasan : 21

kali/menit. Kunjungan ketiga (KF 3, 2 minggu post partum) hasil pemeriksaan TD:

120/70 mmHg, N: 80 kali/menit, S: 36, 40C dan pernapasan : 21 kali/menit.

Kunjungan keempat (KF 4, 5 minggu postpartum) hasil pemeriksaan TD: 110/70

mmHg, N: 80 kali/menit, S:36,80C dan pernapasan : 20 kali/menit. Hal ini dapat


disimpulkan bahwa tanda-tanda vital Ny. A normal (tidak ada tanda-tanda yang

menagarah pada syok).

Sesuai dengan teori Mochtar (2012; h, 87), pemeriksaan abdomen perlu dikaji

untuk mengetahui bagaimana kontraksi uterus, setelah bayi lahir tinggi fundus uteri

kira-kira setinggi pusat, setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri ada kira-kira 2 jari

dibawah pusat, setelah satu minggu postpartum menjadi pertengahan antara simfisis

dan pusat, setelah 2 minggu post partum tinggi fundus uteri tidak teraba diatas

simfisis, setelah 6 minggu post partum tinggi fundus uteri bertambah kecil dan

setelah 8 minggu post partum tinggi fundus uteri normal kembali serta usahakan

kandung kemih kosong saat pemeriksaan. Pada kasus Ny.A, KF 1 TFU berada 2

jari dibawah pusat, KF 2 TFU pertengahan antara pusat dan symfisis, KF 3 TFU

tidak teraba diatas syimfisis, KF 4 TFU tidak teraba. Sehingga tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan prakik.

c. Assesment

1) Diagnosis kebidanan.

Menurut Kemenkes RI (2013; h. 50) diagnosis nifas tidak normal adalah

apabila dalam masa nifas terdapat perdarahan berlebih, sekret vagina berbau,

demam, nyeri perut bawah, kelelahan atau sesak, bengkak pada tangan,

tungkai, sakit kepala dan pandangan kabur, nyeri payudara, pembengkakan

payudara, luka atau perdarahan puting. Pada studi kasus Ny. A, ibu tidak

mengalami salah satu tanda tersebut, sehingga nifas Ny. A adalah nifas normal.

Diagnosis kebidanan dengan nifas normal adalah para-abortus, umur ibu, nifas

hari ke, postpartum normal. Pada kasus Ny. A diagnosis yang ditegakkan

sesuai.
2) Masalah

Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Saifuddin (2009; h. 269)

masalah yang sering muncul pada ibu nifas adalah bendungan payudara,

apabila bayi belum bisa menyusu dengan baik, mastitis payudara, abses

payudara, postpartum blues dan depresi postpartum. Pada kasus Ny.A,

berdasarkan data subjektif dan objektif tidak terdapat hal-hal yang mengarah

pada masalah masa nifas, sehingga tidak terdapat masalah pada nifas Ny.A.

3) Diagnosis potensial

Pada kasus Ny. A tidak ditemukan diagnosis potensial, dikarenakan tidak

ada data yang mendukung timbulnya diagnosis potensial.

4) Antisipasi tindakan segera

Pada kasus Ny. A tidak dilakukan tindakan segera karena tidak ada

kegawatan maupun komplikasi.

d. Planning

Sesuai dengan teori Saifuddin (2011; h. N-24) asuhan yang diberikan KF I

adalah pada 6-8 jam post partum untuk mencegah perdarahan masa nifas karena

atonia uteri, mendeteksi penyebab lain perdarahan serta melakukan rujukan jika

perdarahan berlanjut. Melakukan konseling pada ibu dan keluarga jika terjadi

masalah. Memfasilitasi pemberian ASI awal. Mengajarkan cara hubungan baik

antara ibu dan bayi (bounding attachmant). Menjaga bayi tetap sehat dan hangat

dengan cara mencegah hipotermi pada bayi. Memastikan ibu merawat bayi dengan

baik (perawatan tali pusat, dan memandikan bayi).

KF II pada 6 hari post partum untuk memastikan involusi uterus dengan

normal, uterus berkontraksi baik, TFU, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau.
Mendeteksi adanya (demam, perdarahan abnormal, sakit kepala hebat. Memastikan

ibu mendapat asupan (nutrisi, hidrasi dan istirahat cukup), memastikan ibu

menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.

Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada tali pusat, menjaga bayi

tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari. Melakukan konseling KB secara

mandiri.

KF III pada 2 minggu post partum asuhan yang diberikan sama dengan asuhan

KF II. Pada KF IV 6 minggu post partum menanyakan pada ibu apakah ada

masalah atau penyulit yang dialami baik ibu maupun bayinya. Memastikan ibu

telah memilih kontrasepsi efektif atau sesuai kebutuhan.

Pada kasus Ny.A, perencanaan yang dilakukan pada KF I (8 jam post partum)

memberitahu ibu hasil pemeriksaan, memberi ibu KIE tentang tanda bahaya masa

nifas, mengajarkan ibu teknik menyusui yang baik dan benar, menganjurkan ibu

untuk memberikan ASI ekslusif, memberi KIE tentang nutrisi, mengingatkan ibu

untuk mengkonsumsi obat (asam mefenamat, tablet Fe, amoxcilin, dan vitamin A)

yang diberikan oleh bidan dan mengingatkan ibu untuk kunjungan ulang. Penulis

tidak memberikan asuhan mengenai pencegahan perdarahan dengan cara masase

uterus dikarenakan asuhan tersebut telah diberikan pada kala IV persalinan, dan

penulis memberikan KIE tentang nutrisi dikarenakan pada budaya ibu terdapat

pantangan makanan pada ibu nifas sehingga ibu perlu diberi pengertian tentang

nutrisi ibu nifas agar kebutuhan nutrisinya terpenuhi.

KF II pada 6 hari post partum, perencanaan yang dibuat oleh penulis adalah

memberitahu ibu hasil pemeriksaan, menganjurkan ibu untuk cukup istirahat dan
pemenuhan cairan, mengingatkan ibu untuk melanjutkan terapi yang diberikan,

menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang. Penulis tidak memberikan konseling

mengenai nutrisi dikarenakan pola nutrisi ibu sudah baik, penulis tidak memberikan

KIE tentang perawatan bayi sehari-hari dikarenakan KIE tersebut diberikan pada

kunjungan neonatal dan penulis belum memberi konseling KB secara mandiri pada

kunjungan KF II karena sesuai dengan peraturan PPIBI konseling tersebut bisa

diberikan pada KF III.

KF III pada 2 minggu post partum perencanaan yang dibuat oleh penulis adalah

memberitahu ibu hasil pemeriksaan, mengingatkan kembali pada ibu mengenai

kebutuhan nutrisi dan tidak boleh ada pantangan makanan dikarenakan ibu

mengatakan tidak boleh mengkonsumsi kerang oleh mertuanya dan takut untuk

makan kerang karena dapat mengakibatkan ASI amis dan bayi sering muntah,

memberi ibu KIE tentang KB pasca bersalin, menganjurkan ibu untuk segera

membuat akte kelahiran dan menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang.

Pada KF IV penulis melakukan kunjungan pada 5 minggu post partum,

perencanaan yang dibuat oleh penulis adalah memberitahu hasil pemeriksaan,

memastikan ibu untuk memilih untuk segara KB. Pada kunjungan KF IV ibu sudah

memilih KB yaitu kondom, sehingga penulis memberikan konseling KB kondom

agar ibu jauh lebih paham mengenai KB kondom.

Implementasi asuhan yang diberikan pada kasus Ny.A sudah sesuai dengan

perencanaan yang dibuat oleh penulis, evaluasi yang penulis lakukan dengan cara

langsung dan pada kunjungan berikutnya. Evaluasi secara langsung seperti ibu

paham dan dapat menjawab pertanyaan bidan, evaluasi pada kunjungan berikutnya
dibuktikan dengan ibu sudah menerapkanya sehari-hari dan dapat mengambil

keputusan secara tepat.

Menurut kemenkes RI, (2013; h. 51) kebutuhan zat besi pada ibu nifas yaitu

sampai dengan 3 bulan pasca persalinanan. Pada kasus Ny.N, ibu hanya

mendapatkan tablet Fe sebanyak 20 buah (10 buah dari Puskesmas dan 10 buah dari

kunjungan rumah bidan desa). Sehingga Ny. A tidak mendapatkan tablet Fe sesuai

kebutuhanya.

Menurut Kemenkes RI (2013; h. 51) salah satu asuhan pada ibu nifas yaitu

memberikan informasi dan mengajarkan tentang pentingnya latihan otot perut dan

otot panggul. Pada studi kasus Ny.A penulis tidak memberikan informasi dan

mengajarkan latihan otot perut dan panggul dikarenakan keterbatasan waktu saat

penulis melakukan kunjungan sore hari.

6. Asuhan Bayi Baru Lahir

a. Data Subjektif

Menurut teori Kemenkes RI (2013 : 56), setiap bayi normal tidak terdapat

tanda bahaya seperti, apakah bayi tidak mau minum atau memuntahkan ASI yang

diberikan, bayi kejang, bayi bergerak jika hanya dengan diberikan rangsangan,

apakah bayi diare. Pada kasus bayi Ny. A dari hasil anamnesis setiap kunjungan ibu

mengatakan bahwa bayinya tidak terdapat tanda bahaya. Sehingga penulis

menyimpulkan bayi dalam kondisi baik.

Pada studi kasus bayi Ny. A, ibu mengatakan bahwa bayinya sudah mendapat

suntik vitamin K1 dan sudah diberi salep mata segera setelah lahir. Sehingga bayi

Ny. A sudah terhindar dari risiko terjadinya perdarahan dan infeksi mata, Karena
sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum sempurna, maka semua bayi

akan berisiko untuk mengalami perdarahan, tidak tergantung apakah bayi

mendapatkan ASI atau susu formula, usia kehamilan dan berat badan lahir.

Sehingga untuk mencegah kejadian tersebut dianjurkan setiap BBL diberikan

suntikan vitamin K1 (Phytomenadione) sebanyak 1 mg dipaha kiri secara IM

setelah 1 jam bayi dilakukan IMD, untuk mencegah infeksi mata, salep mata atau

tetes mata diberikan segera setelah proses IMD . salep mata yang dianjurkan adalah

salep mata antibiotik tetrasiklin 1% (Kemenkes RI, 2010; h. 13). Namun pemberian

vitamin K1 dan salep mata tidak sesuai waktu yang ditentukan melainkan diberikan

setelah 15 menit setelah bayi lahir. Sehingga terdapat perbedaan antara teori dan

praktik.

Menurut Kemenkes RI (2010; h. 14) imunisasi hepatitis B pertama (HB 0)

diberikan 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1 secara IM. Imunisasi ini

bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur

penularan ibu-bayi. Pada kasus bayi Ny. N, ibu mengatakan bahwa bayinya sudah

diberi imunisasi HB 0. Sehingga bayi sudah memiliki kekebalan dari risiko

penularan infeksi hepatitis B.

Menurut teori Kemenkes (2013; h. 19), pastikan bayi akan buang air besar

(BAB) dan buang air kecil (BAK) pada 24 jam pertama. Pada kasus bayi Ny. A,

ibu mengatakan bayi sudah BAB 3 jam setelah lahir dan sudah BAK 2 jam setelah

lahir, sehingga saluran pencernaan dan perkemihan bayi dalam kondisi normal.

Pada studi kasus bayi Ny. A, kunjungan pertama ibu mengatakan bahwa

bayinya sudah dipakaikan baju, di bedong dengan kain bersih dan kering sehingga
bayi tidak kedinginan, namun pada kunjungan kedua ibu mengatakan bahwa

bayinya ditidurkan didepan TV dan dekat dengan kipas angin. Sehingga hal dapat

mengakibatkan bayi kedinginan. Sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa saat

lahir, mekanisme pengaturan suhu pada BBL belum sempurna. Oleh karena itu

apabila tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka

BBL dapat mengalami hypotermia, berisiko untuk mengalami sakit berat atau

bahkan kematian. Hypotermia mudah terjadi apabila tubuh bayi dalam kondisi

basah atau tidak segera dikeringkan dan bayi terpapar langsung dengan benda,

udara disekitar yang lebih dingin (Kemenkes RI, 2010; h. 7).

Menurut Kemenkes RI (2010; h. 13) mulai menyusui dilakukan segera setelah

lahir, jangan berikan makanan ataupun minuman lain kepada bayi (misalnya air

madu, larutan air gula, atau pengganti air susu ibu), berikan ASI eksklusif selama 6

bulan pertama hidupnya dan baru dianjurkan untuk memulai pemberian makanan

pemdamping ASI setelah periode eksklusif tersebut, berikan ASI kepada bayi

sesuai dorongan alamiah baik siang maupun malam (8-10 kali atau lebih dalam 24

jam) selama bayi menginginkan. Pada studi kasus bayi Ny. N, ibu mengatakan

bayinya hanya diberi ASI saja tanpa makanan tambahan apapun, dan disusui setiap

kali bayinya menginginkan tanpa terjadwal (±10-12 kali sehari) atau apabila bayi

tidur dibangunkan setiap 2 jam, dan bayi tidak rewel. Sehingga nutrisi pada bayi

Ny. A terpenuhi.

Menurut kemenkes RI (2010; h. 118) bayi boleh dimandikan minimal 6 jam

setelah lahir untuk memastikan bayi tetap segar dan bersih. Pada kasus bayi Ny. A,

ibu mengatakan belum memandikan bayi dikarenakan di Puskesmas tidak


tersedianya fasilitas untuk memandikan bayi, namun penulis memberikan KIE

tentang cara memandikan bayi sehingga ibu dapat segera memandikan bayi dan

bayi kebersihanya terjaga.

b. Data Objektif

Pada data objektif BBL, penulis akan membahas mengenai pemeriksaan fisik

yang dilakukan yaitu TTV bayi, antropometri bayi, dan pemeriksaan fisik bayi.

Sesuai dengan Kemenkes RI (2013; h. 18-20), ciri-ciri fisik bayi baru lahir

normal adalah frekuensi denyut jantung normal 120-160 x/menit, suhu normal

36,5C-37,5C. Berdasarkan hasil pemeriksaan objektif pada setiap kunjungan

didapatkan hasil pengukuran suhu tubuh ketiak dengan termometer adalah 36,7-

37,2 C, hasil pemeriksaan nadi 128-132 kali/menit. Sehingga bayi Ny. A tidak

mengalami hypotermia maupun demam dan bradikardi maupun takikardi.

Menurut kemenkes RI (2013; h.53) yaitu berat badan normal bayi baru lahir

adalah 2,5-4 kg. Panjang lahir 48-52 cm, lingkar kepala 33-37 cm. Dalam minggu

pertama berat bayi mungkin akan turun dahulu baru kemudian akan naik, pada usia

2 minggu umumnya telah mencapai berat lahir. Penurunan berat badan bayi baru

lahir cukup bulan maksimal 10% dari BB lahir sedangkan bayi kurang bulan

maksimal 15 %. KN I (10 jam) pada kasus bayi Ny. A didapatkan hasil

pemeriksaan antropometri berat badan lahir 2700 gram, panjang badan 48 cm,

lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 32 cm, LiLA 13 cm.

Pada KN II (hari ke-4) kasus bayi Ny. A didapatkan hasil pemeriksaan yaitu

berat badan 2700 gram, panjang 48 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 32 cm

dan LiLA 13 cm. Pada KN III (hari ke-10) hasil pemeriksaan berat badan 2700
gram, panjang badan 48 cm, lingkar kepala 34 cm, lingkar dada 35 cm, LiLA 14

cm, dapat disimpulkan BB bayi tidak mengalami penurunan pada minggu pertama

melainkan mengalami kenaikan yaitu 300 gram, dikarenakan bayi dapat menyusu

dengan baik dan produksi ASI banyak.

Menurut kemenkes RI (2013; h. 53) keadaan bayi normal adalah pada wajah,

bibir, selaput lendir, dan dada harus berwarna merah muda, tanpa adanya

kemerahan atau bisul; Tidak ada tanda-tanda infeksi pada tali pusat; Terdapat

lubang uretra pada ujung penis; Bayi memilki lubang anus; Tidak terdapat

lubang/benjolan pada tulang belakang; Perut datar dan bayi akan bergerak aktif.

Pada pemeriksaan yang sudah dilakukan terhadap bayi Ny. A didapatkan hasil

wajah, bibir dan selaput lendir bayi berwarna merah muda; Tidak ada tarikan

dinding dada bawah yang dalam; Perut bayi datar; Tali pusat tidak ada perdarahan,

dan tanda infeksi; Punggung tidak terdapat lubang dan benjolan pada tulang

belakang; Testis sudah turun ke dalam skrotum; Terlihat lubang anus; Pada

ekstremitas bayi gerakan aktif, kulit tidak kuning. Sehingga pada studi kasus bayi

Ny. A dalam keadaan normal.

c. Assesment

1) Diagnosis kebidanan

Diagnosis kebidanan yaitu diagnosis yang ditegakkan oleh bidan dalam

lingkup praktik kebidanan dan sesuai standart nomenklatur. Diagnosis bayi

baru lahir meliputi: bayi Ny, umur bayi, cukup bulan. KN 1: Bayi Ny. A umur

10 jam cukup bulan, Pada KN 2: Bayi Ny. A umur 4 jam cukup bulan, Pada
KN 3: Bayi Ny. A umur 10 hari cukup bulan. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa pada studi kasus bayi Ny. A tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktik.

2) Masalah

Menurut kemenkes RI (2010; h. 72-77) masalah yang sering dijumpai

pada bayi baru lahir BAK dan BAB pada hari-hari pertama, bayi rewel, bayi

kolok, gumoh, hidung tersumbat, craddlw cap (kerak topi normal terjadi pada

minggu pertama), mongolian spot (bercak kebiruan), milia dan miliaria. Dari

data dasar subjektif maupun objektif pada kasus bayi Ny. A tidak ada masalah

yang terjadi pada bayi baru lahir.

3) Diagnosis potensial

Pada kasus bayi Ny. A tidak ditemukan kegawatan atau komplikasi karena

tidak ada data subjektif maupun objektif yang mendukung munculnya

diagnosis potensial.

4) Kebutuhan Tindakan Segera

Menurut varney (2007; h.27-28) bidan mengidentifikasikan perlu tindakan

segera oleh bidan atau dokter untuk konsultasi atau ditangani oleh tim

kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien. Pada kasus bayi Ny. A tidak

dilakukan tindakan segera karena tidak ada diagnosa potensial.

d. Planning

Menurut Kemenkes RI (2010; h. 15) semua bayi baru lahir di fasilitas kesehatan

harus segera mendapatkan tanda pengenal berupa gelang yang dikenakan pada bayi

dan ibunya untuk menghindari tertukarnya bayi, sebaiknya dilakukan segera setelah
IMD. Gelang pengenal berupa identitas nama ibu dan ayah, tanggal, jam lahir dan

jenis kelamin. Pada kasus Ny.A penulis tidak memberikan tanda pengenal berupa

gelang karena tidak tersedianya gelang nama di BPM, sehingga antara teori dan

praktik terdapat kesenjangan. Tetapi di BPM tidak diberikan identitas apapun Karen

tidak ada bayi lain sehingga tidak mungkin bayi tertukar

Menurut Kemenkes (2013; h. 56) perencanaan yang diberikan pada BBL

meliputi memberi KIE mengenai tanda bahaya BBL, memastikan ibu memberi ASI

eksklusif, meningkatkan kebersihan dengan merawat kulit, dan tali pusat dengan

baik, mengingatkan orang tua untuk mengurus akte kelahiran bayinya, dan merujuk

bayi untuk mendapatkan imunisasi pada waktunya.

Pada kasus bayi Ny.A, penulis merencanakan asuhan antara lain melakukan

rawat gabung antara ibu dan bayi, memberikan KIE tentang tanda bahaya BBL,

KIE cara perawatan bayi sehari hari yang meliputi kebutuhan nutrisi, personal

hygine dan perawatan tali pusat, KIE tentang menjaga kehangatan dan keamanan

bayi, KIE tentang imunisasi dasar lengkap bayi. Penulis melakukan rawat gabung

antara ibu dan bayi agar bayi selalu hangat, penulis tidak mengingatkan orang tua

untuk membuat akte kelahiran dikarenakan asuhan tersebut telah diberikan penulis

pada kunjungan nifas.

Implementasi asuhan yang diberikan pada kasus Ny.A sudah sesuai dengan

perencanaan yang dibuat oleh penulis. Pada kasus ini bayi Ny. A yang dilahirkan

di BPM di pulangkan setelah 3 jam kelahiran dikarenakan pemulangan bayi di

BPM dilakukan setelah 6 jam kelahiran mengingat kondisi ibu dan bayi sudah

tidaka ada masalah dalam pemantauan 2 jam pertama. Sedangkan Menurut


Kemenkes RI (2010; h. 16) semua bayi yang lahir di fasilitas kesehatan sangat

dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama untuk

dilakukan pemantauan sehingga mencegah risiko terbesar kematian bayi baru lahir

(BBL) pada 24 jam pertama kehidupan. Namun sebelum pulang ibu dan keluarga di

beri nasihat mengenai cara mengenali tanda bahaya bayi baru lahir dan

memberitahu ibu bahwa penulis akan melakukan kunjungan ulang 1 hari kemudian.

Pada kunjungan ketiga penulis mengingatkan ibu untuk menjaga keamanan

bayi dari asap rokok dikarenakan asap rokok dapat mengakibatkan infeksi saluran

napas, asap rokok mempunyai efek toksik lebih buruk daripada asap utama

terutama dalam menimbulkan iritasi mukosa saluran napas. Sehingga orang tua

yang merokok dapat mengakibatkan anaknya rentan terhadap pnemonia dan upaya

untuk menghindari pajanan asap rokok sebaiknya dilakukan untuk mengurangi

risiko terkena infeksi saluran pernapasan (Nastiti. 2008).

Evaluasi yang dilakukan penulis yaitu secara langsung seperti ibu mengatakan

paham dan mengerti mengenai penjelasan bidan dan ibu dapat menjawab

pertanyaan dari bidan.


DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka.

Cunningham, F. G. 2012. Williams Obstetrics Volume 1. Jakarta: EGC.

________________. 2013. Williams Obstetri. Jakarta: EGC.

Depkes RI.2014. Asuhan Kebidanan Normal. Jakarta: Depkes RI.

Dinkes Provinsi Jawa Tengah. 2016. Buku Saku Kesehatan Triwulan 2 Tahun 2016. Semarang.

Fraser, Diane M. 2009. Buku Ajar Bidan (Myles Textbook for Midwives). Jakarta: EGC.

Hidayat, A. 2007. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba
Medika.

________________. 2010. Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif. Jakarta: Heath


Book.

Hernandez-Correa JC. Maternal Mortality And Risk Factors At The Community Level, Economic
Working Paper. Departement Of Economics. Michigan: Western Michigan University.
2010.

Kemenkes RI. 2010. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. Jakarta.

________________. 2013. Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar Dan


Rujukan. Jakarta.

________________. 2014. Profil Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta.

________________. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta.

________________. 2016. Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2016. Jakarta.

________________. 2015.Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta.

Kepmenkes RI Nomor 369/Menkes/SK/II/2007 Tentang Standar Profesi Bidan.


Nomor938/Menkes/SK/VIII/2007 Tentang Standar Asuhan Kebidanan.

Klein, Susan, et all. 2012. Buku Bidan, Asuhan Pada Kehamilan, Kelahiran dan Kesehatan
Wanita. Jakarta: EGC.

Manuaba, Ida Ayu. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC.

Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi. Jilid 1. Edisi 3.
Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: P.T Rineka Cipta.

Nurjasmi, Emi. 2016. Buku Acuan Midwifery Update. Cetakan 1. Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan
Bidan Indonesia.

Permenkes RI Nomor 25 Tahun 2014 Tentang Upaya Kesehatan Anak. Menteri Kesehatan
Republik Indonesia.

_______________. Nomor 97 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil,
Masa Hamil, Persalinan, Dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan
Kontrasepsi Serta Pelayanan Kesehatan Seksual. Menteri Kesehatan Republik
Indonesia.

_______________. Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

_______________. 2011. Ilmu Kandungan. Edisi 3 Cetakan 1.Jakarta: Yayasan Bina Pustakan
Sarwono Prawirohardjo.

_______________. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustakan Sarwono


Prawirohardjo.

Saifuddin, Abdul Bari. 2011. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Edisi 1 Cetakan 5. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sandall, Jane. The Contributor Of Continuity of Midwifery Care to High Quality Maternity Care.
11 April 2014. Di akses tanggal 25 Oktober 2017 pukul 21.45 didapatkan dari:
http://www.rcm.org.uk.com.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

_______________. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sanusi, Anwar. 2012. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Medika.

Sofian, Amru. 2011. Synopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta: EGC.

Varney, Kriebs, J.M. Gegor, C. L. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Volume 1. Edisi 4.
Jakarta: EGC.

_______________. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Volume 2. Edisi 4. Jakarta: EGC.

Varney, Hellen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Volume 1. Edisi 4. Jakarta: EGC.

_______________. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai