Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA PRA KONSEPSI DAN


PERENCANAAN KEHAMILAN SEHAT
DI PMB YULLIES EKA F., S.Tr. Keb. Bdn

Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Praktik Fisiologi Holistik Pada Pra Konsepsi dan Perencanaan Kehamilan Sehat
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Disusun oleh :

Nama : Sandra Linda Azizah

NIM : PO.62.24.2.21.526

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
PRODI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2021
HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA PRA KONSEPSI DAN


PERENCANAAN KEHAMILAN SEHAT
DI PMB YULLIES EKA F., S.Tr. Keb. Bdn

Disusun oleh :
Nama : Natasha Priskila
NIM : PO.62.24.2.21.518
Kelas : Pendidikan Profesi Bidan Angkatan III Semester I

Tanggal Pemberian Asuhan : 14 September 2021

Disetujui :

Pembimbing Lapangan
Tanggal :
Di : Yullies Eka F., STr. Keb. Bdn
NIP. 19800706 200604 2 032

Pembimbing Institusi
Tanggal :
Di : Riny Natalina, SST., M. Kes
NIP.19791225 200212 2 001

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Praktik Kebidanan Fisiologi Holistik Pada Pra Konsepsi dan
Perencanaan Kehamilan Sehat
Telah disahkan tanggal :

Mengesahkan,
Pembimbing Institusi,

Riny Natalina, SST., M. Kes


NIP.19791225 200212 2 001

Mengetahui,

Ketua Prodi Sarjana Terapan Koordinator MK. Praktik Kebidanan


Kebidanan Dan Pendidikan Profesi Fisiologi Holistik
Bidan

Heti Ira Ayue, SST., M.Keb Riny Natalina, SST., M. Kes


NIP. 19781027 200501 2 001 NIP.19791225 200212 2 001

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri dengan usia istri
berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun atau usia istri berumur kurang dari
15 tahun dan sudah haid atau usia istri berumur lebih dari 50 tahun tetapi
masih haid (BKKBN, 2013). Pada pasangan suami istri usia subur yang baru
menikah atau ingin mendapatkan anak lagi, kehamilan merupakan saat-saat
yang paling ditunggu. Hal itu juga merupakan saat yang menegangkan ketika
sebuah kehidupan baru bertumbuh dan berkembang di dalam rahim (Sunarsih,
2011).
Kehamilan merupakan suatu keadaan membahagiakan bagi seorang wanita
karena didalam kandungannya ada embrio yang dinantikan hingga kelak
lahirnya janin, yang diperkirakan sekitar 40 minggu kemudian (Kuswanti,
2014). Ketika seorang wanita menginginkan kehamilan, disitulah dimulainya
sebuah komitmen untuk menjalani hidup sehat. Pola hidup sehat ketika hamil
menjadi perhatian serius karena akan berpengaruh terhadap kelangsungan
kesehatan ibu, pertumbuhan dan perkembangan janin, proses persalinan, serta
mengurangi resiko kelahiran abnormal pada janin. Kehamilan yang sehat
didukung dengan adanya pemeriksaan kesehatan sebelum kehamilan.
Pemeriksaan ini penting karena akan membantu mengatasi kemungkinan
terjadinya kelainan genetik pada janin dalam kandungan (Pujiastuti, 2014).
Kondisi kesehatan calon ibu pada masa awal kehamilan akan
mempengaruhi kesehatan kehamilan serta kondisi status kesehatan calon bayi
yang masih didalam rahim, sehingga selama masa prakonsepsi disarankan
agar calon ibu dapat menjaga pola hidup sehat (Johnson, 2016). Prakonsepsi
adalah perawatan sebelum terjadi kehamilan dengan rentang waktu dari tiga
bulan hingga satu tahun sebelum konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup
waktu saat ovum dan sperma matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi
bagi seorang ibu. Sangatlah penting untuk mempersiapkan kehamilan,
khususnya pengetahuan calon ibu terkait nutrisi, kebiasaan yang dapat
menganggu kehamilan seperti merokok, minuman keras, polusi, lingkungan
sehari- hari, pekerjaan ibu, olahraga yang dilakukan, dan tingkat stress.
Kesiapan ibu dalam menghadapi kehamilan sangat bermanfaat untuk
mencegah malnutrisi, menyiapkan tubuh pada perubahan-perubahan pada saat
hamil, mencegah obesitas, mencegah risiko keguguran, persalinan premature,
berat bayi lahir rendah, menghindari stress, kematian janin mendadak, dan
mencegah efek dari kondisi kesehatan yang bermasalah pada saat hamil
(Chandranipapongse dan Koren, 2013).
Masa prakonsepsi merupakan masa sebelum kehamilan. Periode
prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu tahun sebelum
konsepsi dan idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan sperma matur,
yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi. Status gizi WUS atau wanita pranikah
selama tiga sampai enam bulan pada masa prakonsepsi akan menentukan
kondisi bayi yang dilahirkan. Prasayarat gizi sempurna pada masa prakonsepsi
merupakan kunci kelahiran bayi normal dan sehat (Susilowati dkk. 2016).
Kondisi kesehatan calon ibu pada masa awal kehamilan akan mempengaruhi
kesehatan kehamilan serta kondisi status kesehatan calon bayi yang masih
didalam rahim, sehingga selama masa prakonsepsi disarankan agar calon ibu
dapat menjaga pola hidup sehat (Johnson, 2016).
Adapun pentingnya menjaga kecukupan gizi bagi wanita pranikah sebelum
kehamilan disebabkan karena gizi yang baik akan menunjang fungsi optimal
alat-alat reproduksi seperti lancarnya proses pematangan telur, produksi sel
telur dengan kualitas baik, dan proses pembuahan yang sempurna. Gizi yang
baik juga dapat berperan penting dalam penyediaan cadangan gizi untuk
tumbuh-kembang janin. Bagi calon ibu, gizi yang cukup dan seimbang akan
memengaruhi kondisi kesehatan secara menyeluruh pada masa konsepsi dan
kehamilan serta akan dapat memutuskan mata rantai masalah kekurangan gizi
pada masa kehamilan (Susilowati dkk. 2016).
Beberapa Studi di Eropa dan AS menunjukkan bahwa wanita yang
merencanakannya kehamilan lebih cenderung mengadopsi perilaku
prakonsepsi yang lebih sehat,termasuk asupan asam folat, berhenti merokok,
dan mengurangi konsumsi alkohol (Backhausen et al, 2014). Sebuah
penelitian cross-sectional Denmark dengan 258 wanita hamil menemukan
bahwa wanita dengan kehamilan yang terencana lebih mungkin untuk
mengkonsumsi asam folat (57% berbanding 2%) dan melaporkan lebih sedikit
mengkonsumsi minuman keras (20% berbanding 31%). Studi ini menemukan
perbedaan yang signifikan dalam perilaku kesehatan prakonsepsi antara
kehamilan yang direncanakan dan tidak direncanakan (Stern et al, 2016).
Pada prosedur prakonsepsi, tenaga medis/bidan akan melakukan tanya
jawab, pemeriksaan dan pemeriksaan penunjang untuk mengidentifikasi
resiko-resiko yang ada, guna untuk melakukan upaya preventif, kuratif, dan
rehabilitatif. Untuk kehamilan tanpa komplikasi, dan kelahiran bayi yang
sehat, persiapan harus dimulai sebelum kehamilan. Perawatan prakonsepsi
menjadi semakin penting karena banyak pasangan menunda usia untuk
mengandung sampai memasuki usia tiga puluhan. Status kesehatan
prakehamilan dan gaya hidup memiliki dampak pada kelangsungan dan hasil
kehamilan.
Perawatan prakonsepsi bertujuan untuk mengenali dan memodifikasi
risiko medis, perilaku dan sosial pada kesehatan atau hasil kehamilan Anda.
Perawatan biasanya mencakup pemeriksaan risiko (skrining), penilaian fisik,
vaksinasi dan konseling. Kunjungan konseling yang dilakukan tenaga
kesehatan/bidan pada prakonsepsi adalah waktu yang ideal untuk
mengevaluasi pasien dan kehamilan (Lanik, 2012). Public Health Service
Expert Panel on the Content of Prenatal Care menyatakan bahwa kunjungan
prakonsepsi mungkin merupakan satu-satunya kunjungan perawatan kesehatan
terpenting. Hal tersebut dilihat dari konteks dampaknya terhadap kehamilan.
Pelaksanaan skrining prakonsepsi di Indonesia di atur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan No 97 Tahun 2014 Tentang pelayanan kesehatan masa
sebelum hamil, masa hamil, persalinan, dan masa sesudah melahirkan,
penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi, serta pelayanan kesehatan seksual.
Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil dilakukan untuk mempersiapkan
perempuan dalam menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat dan selamat
serta memperoleh bayi yang sehat.
Sasaran pelayanan kesehatan masa sebelum hamil berdasarkan Permenkes
No.97 Tahun 2014 adalah remaja, calon pengantin dan pasangan usia subur.
Berdasarkan hasil pengkajian di Puskesmas Tegalrejo, pelayanan skrining
prakonsepsi di Puskesmas Tegalrejo terutama di tekankan kepada calon
pengantin untuk mempersiapkan kesehatan calon pengantin secara fisik dan
mental dalam menghadapi kehamilan sebagai upaya menyiapkan ibu hamil
sehat, menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian dari Dean, et al (2014) bahwa fungsi dari skrining prakonsepsi
adalah untuk mengetahui status kesehatan fisik dan emosional ibu dan
pasangan sehingga dapat menjadi dasar dalam pemberian intervensi untuk
menyiapkan kehamilan yang optimal. Mayoritas pasangan yang memang
merencanakan kehamilan dapat merasakan manfaat skrining prakonsepsi, baik
bagi mereka yang hanya ingin memberikan yang terbaik bagi bayinya maupun
sebagai upaya mengurangi kondisi yang dapat membahayakan kehamilan.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan permasalahan yang ditemukan dalam latar belakang yang telah
diuraikan, maka rumusan masalah dalam laporan ini adalah “ Bagaimana
menerapkan pola hidup sehat dalam perencanaan kehamilan ? ”
C. TUJUAN
1. Umum
Adapun tujuan penyusunan laporan ini adalah mahasiswa diharapkan
mampu untuk menerapkan pengetahuan dalam Praktik Fisiologi Holistik
Pada Pra Konsepsi dan Perencanaan Kehamilan Sehat
2. Khusus
Diharapkan mampu untuk menerapkan pengetahuan dalam Praktik
Fisiologi Holistik terutama dalam asuhan kebidanan pada Pra Konsepsi
dan Perencanaan Kehamilan Sehat
D. MANFAAT
1. Bagi Klien
Hasil laporan ini diharapkan dapat berguna untuk menambah wawasan
klien akan pentingnya penerapan pola hidup sehat sebelum masa
kehamilan
2. Bagi Mahasiswa
Manfaat laporan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
membuka wawasan berpikir mahasiswa mengenai Praktik Fisiologi
Holistik pada Pra Konsepsi dan Perencanaan Kehamilan Sehat
3. Bagi Lahan Praktik
Hasil laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi lahan praktik sebagai
masukan dan pertimbangan dalam menyikapi masalah yang berhubungan
dengan Praktik Fisiologi Holistik pada Pra Konsepsi dan Perencanaan
Kehamilan Sehat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Asuhan Kebidanan yang Diterapkan pada Pasangan Usia Subur


1. Asuhan Pra Konsepsi
a. Pengertian Prakonsepsi
Prakonsepsi terdiri dari dua kata yaitu pra dan konsepsi. Pra berarti
sebelum dan konsepsi berarti pertemuan sel ovum dengan sperma
sehingga terjadi pembuahan. Jadi prakonsepsi berarti sebelum terjadi
pertemuan sel sperma dengan ovum atau pembuahan atau sebelum
hamil. Periode prakonsepsi adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga
satu tahun sebelum konsepsi, tetapi idealnya harus mencakup waktu
saat ovum dan sperma matur, yaitu sekitar 100 hari sebelum konsepsi.
Asuhan yang diberikan pada perempuan sebelum terjadi konsepsi
(Neneng Siti Lathifah, 2021).
b. Tujuan Asuhan Prakonsepsi
Tujuan asuhan prakonsepsi adalah memastikan bahwa ibu dan
pasangannya berada dalam status kesehatan fisik dan emosional yang
optimal saat dimulainya kehamilan. Tujuan lainnya adalah memberikan
serangkaian pilihan yang mungkin tidak tersedia saat kehamilan
dikonfirmasikan kepada calon orang tua. Meskipun kehamilan bagi
beberapa pasangan mungkin tidak direncanakan, mayoritas pasangan
yang memang merencanakan kehamilan dapat memperoleh manfaat
dari asuhan prakonsepsi, baik bagi mereka yang hanya ingin
memberikan yang terbaik bagi bayinya maupun sebagai upaya
mengurangi kondisi yang dapat membahayakan kehamilan (Neneng Siti
Lathifah, 2021).
c. Manfaat Asuhan Prakonsepsi
Manfaat adanya asuhan prakonsepsi adalah adanya kesiapan secara
fisik dan emosional yang optimal saat memasuki masa konsepsi.
Melalui asuhan prakonsepsi, ibu dan pasangan dapat mengetahui hal-
hal yang dapat mendukung persiapan saat prakonsepsi. Selain itu, ibu
dan pasangan dapat mengetahui hal apa saja yang menghambat
suksesnya proses konsepsi, sehingga ibu dan pasangan dapat melakukan
upaya yang maksimal agar bayi dapat lahir dengan sehat. Selain itu
asuhan pra konsepsi juga bermanfaat untuk
1) Identifikasi keadaan penyakit
2) Penilaian keadaan psikologis
3) Kesiapsiagaan keuangan dan tujuan hidup
Memberikan banyak informasi bagi perempuan dan pasangannya untuk
membantu membuat keputusan tentang persalinan yang akan di
hadapinya (Neneng Siti Lathifah, 2021).
d. Langkah- langkah yang dilakukan dalam Pra Konsepsi
1) Melakukan medical chek up sebelum terjadi konsepsi, sehingga
tenaga kesehatan dapat menilai keadaan kesehatan perempuan dan
mengidentifikasi faktor resikonya.
2) Pemeriksan laboratorium rutin. Pemeriksaan laboratorium rutin
artinya bahwa pemeriksaan ini dilakukan pada setiap wanita yang
akan hamil antara lain : pemeriksaan darah lengkap, golongan darah,
titer virus Rubella, hepatitis B, pap smear, clamidia, HIV, dan GO.
3) Pemberian imunisasi sebelum konsepsi
4) Usahakan BB ideal karena underweight dan overweight merupakan
penyebab banyak masalah dalam kehamilan.
5) Identifikasi riwayat kesehatan keluarga ( kesulitan dalam kehamilan,
persalinan, nifas maupun kecacatan )
6) Anjurkan untuk melakukan gaya hidup sehat sebelum terjadinya
konsepsi (olah raga, hindari minum alcohol, merokok atau
penggunaan obat-obat terlarang/ hentikan bila ibu sudah terbiasa )
7) Identifikasi masalah kesehatan (DM, epilepsy,hipertensi dll), berikan
penanganan dan observasi sebelum terjadi konsepsi.
8) Diet makanan bergizi seimbang. Jangan makan makanan setengah
matang, dan yang mengandung kotoran kucing karena dapat
menyebabkan toxoplasmosis yang dapat mempengaruhi tumbuh
kembang janin.
9) Membersihkan lingkungan dari bahan kimia.
Michael C. LU, MD, MPH, David Geffen dalam Recommendations
for Preconception Care tahun 2007 menyatakan beberapa model
asuhan prakonsepsi telah dikembangkan. The American Academy of
Pediatrics dan American College of Obstetricians dan Gynecologists
mengklasifikasikan komponen utama asuhan prakonsepsi menjadi
empat kategori: penilaian fisik, skrining risiko, vaksinasi, dan
konseling (Neneng Siti Lathifah, 2021).

Table 1. Komponen-komponen dalam asuhan prakonsepsi


Komponen-komponen dalam asuhan prakonsepsi
Identifikasi risiko
Reproduksi rencana hidup Minta pasien jika ia berencana
untuk memiliki anak (atau anak-
anak tambahan jika dia sudah
menjadi ibu) dan berapa lama ia
berencana untuk menunggu sampai
ia menjadi hamil; membantunya
mengembangkan rencana,
berdasarkan nilai-nilai dan sumber
daya, untuk mencapai tujuan
tersebut
Riwayat reproduksi Tinjau sebelumnya hasil kehamilan
yang merugikan (misalnya,
kematian bayi, kematian janin,
cacat lahir, berat badan lahir
rendah, kelahiran prematur) dan
menilai risiko biobehavioral
berkelanjutan yang dapat
menyebabkan kekambuhan pada
kehamilan berikutnya
Riwayat kesehatan Tanyakan apakah pasien memiliki
riwayat kondisi yang dapat
mempengaruhi kehamilan
berikutnya (misalnya, penyakit
jantung rematik, tromboemboli,
penyakit autoimun); layar untuk
kondisi kronis yang sedang
berlangsung seperti hipertensi dan
diabetes
Obat digunakan Meninjau penggunaan saat pasien
obat; menghindari FDA kehamilan
kategori X obat dan sebagian obat
kategori D kecuali potensi manfaat
lebih besar daripada risiko janin
ibu; meninjau penggunaan obat
tanpa resep, jamu, dan suplemen
Infeksi dan imunisasi Skrining untuk periodontal,
urogenital, dan infeksi menular
seksual seperti yang ditunjukkan;
memperbarui imunisasi hepatitis B,
rubella, varicella, Tdap, human
papillomavirus, dan vaksin
influenza yang diperlukan; nasihat
pasien tentang mencegah infeksi
TORCH
Skrining genetik dan riwayat Menilai risiko pasien dari kelainan
keluarga kromosom atau genetik berdasarkan
riwayat keluarga, etnis latar
belakang, dan usia; menawarkan
cystic fibrosis dan skrining operator
lain seperti yang ditunjukkan;
mendiskusikan pengelolaan
kelainan genetik yang dikenal
(misalnya, fenilketonuria,
trombofilia) sebelum dan selama
kehamilan
Penilaian gizi Menilai ABCDs gizi: faktor
antropometri (misalnya, BMI),
faktor biokimia (misalnya, anemia),
faktor klinis, dan risiko diet
Penyalahgunaan zat Tanyakan pada pasien tentang
tembakau, alkohol, dan penggunaan
narkoba; menggunakan CAGE atau
T-ACE kuesioner untuk layar untuk
alkohol dan penyalahgunaan zat
Racun dan agen teratogenik Menasihati pasien tentang
kemungkinan racun dan paparan
agen teratogenik di rumah, di
lingkungan, dan di tempat kerja
(misalnya, logam berat, pelarut,
pestisida, endokrin, alergen);
meninjau Material Safety Data
Sheets dan berkonsultasi dengan
spesialis informasi teratologi lokal
yang diperlukan
Kekhawatiran psikososial Skrining untuk depresi, kecemasan,
kekerasan dalam rumah tangga, dan
stressor psikososial utama
Pemeriksaan fisik Fokus pada periodontal, tiroid,
jantung, payudara, dan pemeriksaan
panggul
Pengujian laboratorium Pengujian harus mencakup jumlah
darah lengkap; urinalisis; skrining
golongan darah; dan, jika
diperlukan, skrining untuk rubella,
sifilis, hepatitis B, virus human
immunodeficiency, gonore,
klamidia, dan diabetes dan sitologi
serviks; mempertimbangkan
pengukuran tiroid merangsang
kadar hormone
Promosi Kesehatan
Rencana keluarga Mempromosikan keluarga
berencana berdasarkan rencana
hidup reproduksi pasien; bagi
wanita yang tidak berencana untuk
hamil, mempromosikan
penggunaan kontrasepsi yang
efektif dan mendiskusikan
kontrasepsi darurat
Berat badan yang sehat dan Mempromosikan berat badan
gizi sebelum hamil yang sehat (ideal
BMI adalah 19,8-26,0 kg per m2)
melalui latihan dan mendiskusikan
nutrisi; makro dan mikro, termasuk
mendapatkan "lima sehari" (yaitu,
dua porsi buah dan tiga porsi
sayuran) dan mengonsumsi
multivitamin harian yang
mengandung asam folat
Perilaku sehat Mempromosikan perilaku sehat
seperti nutrisi, olahraga, seks yang
aman, penggunaan kontrasepsi yang
efektif, flossing gigi, dan
penggunaan pelayanan kesehatan
preventif; mencegah perilaku
berisiko seperti douching, tidak
mengenakan sabuk pengaman,
merokok (misalnya, menggunakan
lima A [Ask, Advise, Assess,
Assist, Arrange] untuk berhenti
merokok), dan alkohol dan
penyalahgunaan zat
Ketahanan stress Promosikan nutrisi, olahraga, tidur
yang cukup, dan teknik relaksasi;
mengatasi stres yang sedang
berlangsung (misalnya, kekerasan
dalam rumah tangga);
mengidentifikasi sumber daya
untuk membantu pasien
mengembangkan pemecahan
masalah dan resolusi konflik
keterampilan, kesehatan mental
yang positif, dan hubungan yang
kuat
Lingkungan yang sehat Diskusikan rumah tangga,
lingkungan, dan paparan pekerjaan
untuk logam berat, pelarut organik,
pestisida, endokrin, dan alergen;
memberikan tips praktis seperti
bagaimana untuk menghindari
paparan
Asuhan Interconception Mempromosikan menyusui,
menempatkan bayi di punggung
mereka untuk tidur untuk
mengurangi risiko sindrom
kematian bayi mendadak, perilaku
pengasuhan yang positif, dan
pengurangan risiko biobehavioral
berkelanjutan

Identifikasi risiko, Intervensi medis dan psikososial


Intervensi harus mengatasi risiko medis dan psikososial diidentifikasi;
contoh termasuk suplemen asam folat, pengujian untuk rubella
seronegativity dan vaksinasi jika diindikasikan, kontrol ketat diabetes
pragestasional, manajemen hati-hati hipotiroidisme, dan menghindari
agen teratogenik (Misalnya, isotretinoin [Accutane], warfarin
[Coumadin], beberapa obat anti kejang, alkohol, tembakau)
FDA = U.S. Food and Drug Administration; Tdap = tetanus toxoid,
reduced diphtheria toxoid, and acellular pertussis; TORCH
=Toxoplasmosis, Other viruses, Rubella, Cytomegaloviruses, Herpes
(simplex) viruses; BMI = body mass index; CAGE = Cut down on
drinking, Annoyance with criticisms  about drinking, Guilt about
drinking, and using alcohol as an Eye opener; T-ACE = Tolerance,
Annoyance, Cut down, Eye-opener

2. Perencanaan Kehamilan
a. Resiko Tinggi Kehamilan Usia Kurang dari 20 tahun
1) Mengalami perdarahan
Perdarahan pada saat melahirkn antara lain disebabkan
karena otot rahim yang terlalu lemah dalam proses involusi. Selain
itu juga dosebabkan selaput ketuban stosel (bekuan darah yang
tertinggal didalam rahim). Kemudian proses pembekuan darah yang
lambat dan juga dipengaruhi oleh adanya sobekan pada jalan lahir
(Herizasyam, 2016).
2) Kemungkinan keguguran / abortus
Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi
keguguran. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor alamiah dan juga
abortus yang disengaja, baik dengan obat-obatan maupun memakai
alat (Herizasyam, 2016).
3) Persalinan yang lama dan sulit
Persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun janin.
Penyebab dari persalinan lama sendiri dipengaruhi oleh kelainan
letak janin, kelainan panggul, kelainan kekuatan his dan mengejan
serta pimpinan persalinan yang salah dapat mengakibatkan
kematian ibu (Herizasyam, 2016).
4) Mudah terjadi infeksi
Keadaan gizi buruk, tingkat social ekonomi rendah, dan
stress memudahkan terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas
(Herizasyam, 2016).
5) Anemia kehamilan / kekurangan zat besi
Penyebab anemia pada saat hamil di usia muda disebabkan
kurang pengetahuan akan pentingnya gizi pada saat hamil di usia
muda. Karena pada saat hamil mayoritas seorang ibu mengalami
anemia. Tambahan zat besi dalam tubuh fungsinya untuk
meningkatkan jumlah sel darah merah, membentuk sel darah
merahjanin dan plasenta. Lama kelamaan seorang yang kehilangan
sel darah merah akan menjadi anemis (Herizasyam, 2016).
6) Kanker leher rahim
Yaitu kanker yang terdapat dalam rahim, hal ini erat
kaitannya dngan belum sempurnanya perkembangan dinding
rahim. Pada usia remaja (12-20 tahun) organ reproduksi wanita
sedang aktif berkembang. Rangsangan penis/sperma dapat memicu
perubahan sifat sel mnjadi tidak normal, apalagi bila terjadi luka
saat berhubungan seksual dan kemudian infeksi virus HPV. Sel
abnormal yang berpotensi tinggi menyebabkan kanker servik.
Wanita yang hamil pertama pada usia dibawah 17 tahun hampir
selalu 2x lebih mungkin terkena kanker servik di usia tuanya,
daripada wanita yang menunda kehamilan hingga usia 25 tahun atau
lebih tua. Berhubungan seksual sebelum umur 20 tahun, akan
meningkatkan risiko kanker leher rahim (BKKBN, 2015).
b. Hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam perencaan kehamilan sehat
1) Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan kesehatan sangat penting bagi calon ibu
sebelum hamil. Masa ini disebut prakonsepsi. Waktunya adalah
antara 3 – 6 bulan sebelum hamil. Dengan demikian, insya Allah,
calon ibu siap menerima kehadiran janin dan sehat selama
kehamilannya. Pemeriksaan kesehatan secara teratur termasuk
pengobatan penyakit yang diderita sebelum hamil sampai
dinyatakan sembuh atau diperbolehkan hamil oleh dokter dan
dalam pengawasan. Pemeriksaan kesehatan ini juga bisa meliputi
diantaranya , (Herizasyam, 2016) pemeriksaan Penyakit dan Virus :
 Pemeriksaan virus rubella, sitomeglovirus, herpes, varicella
zoster untuk menghindari terjadinya kecacatan pada janin.
 Pemeriksaan virus hepatitis dan virus HIV untuk
menghindari diturunkan penyakit akibat virus-virus tersebut
kepada janin.
 Pemeriksaan penyakit toksoplasmosis, karena penyakit ini
dapat menyebabkan kecacatan dan keguguran.
 Pemeriksaan penyakit seksual menular, karena hal ini
dapat menyebabkan kematian ibu, janin, maupun bayi yang akan
dilahirkan. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan terhadap
penyakit yang sedang diderita seperti asthma, diabetes mellitus
dan jantung. Pada Wanita hamil penyakit-penyakit seperti ini
dapat, bertambah berat dan membahayakan jika tidak dilakukan
perawatan dan pengobatan yang teratur. Untuk menghindari
kondisi yang membahayakan, dokter biasanya akan memantau
pasiennya dan menentukan kapan waktu yang paling tepat untuk
hamil.
 Pemeriksaan penyakit akibat kekurangan zat-zat tertentu
seperti kekurangan zat besi. kekurangan zat besi dapat
menyebabkan anemia. Hal ini dapat menyebabkan kelahiran
prematur dan keguguran (Herizasyam, 2016).
2) Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan golongan darah dan rhesus/Rh darah (unsur
yang mempengaruhi antibodi yang terkandung di dalam sel darah
merah) pada pasangan suami isteri dilakukan untuk mengantisipasi
perbedaan golongan darah dan rhesus antara darah ibu dan bayinya.
Perbedaan golongan darah dan rhesus darah ini dapat mengancam
janin dalam kandungan (Herizasyam, 2016).
3) Pemeriksaan Faktor Genetika
Inti dari pemeriksaan atau tes genetika ini adalah untuk
mengetahui penyakit dan cacat bawaan yang mungkin akan
dialami bayi akibat secara genetis dari salah satu atau kedua
orangtuanya. Khususnya apabila pasangan suami isteri masih
terkait hubungan persaudaraan. Tes ini idealnya dilakukan sebelum
kehamilan untuk mendapatkan informasi yang selengkap-
lengkapnya. Jikalau diperlukan, anda harus mengumpulkan suluruh
catatan-catatan medis yang dimiliki oleh pihak suami maupun
isteri, termasuk keluarga. Sehingga jika telah diketahui data medis
secara lengkap, dapat diketahui secara dini apabila memang ada
kelainan pada janin atau calon orang tua, sehingga bisa membuat
keputusan yang lebih bijak (Herizasyam, 2016).
4) Menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh
Menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh dengan olahraga
teratur. Selama masa prakonsepsi, pastikan Anda cukup berolahraga.
Aktivitas fisik ini tidak perlu dilakukan selama berjam-jam. Cukup 3
kali dalam seminggu selama 1/2 jam, dan lakukan secara rutin. Olah
raga selain menyehatkan, juga mencegah terjadinya kelebihan berat
badan. Fisik seorang wanita sehat saat akan hamil dan pada waktu
hamil diharapkan tidak terlalu gemuk maupun tidak terlalu kurus
alias normal. Berusaha untuk menurunkan berat badan bila obesitas
(kegemukan) dan menambah berat badan bila terlalu kurus. Anda
bisa berkonsultasi dengan bidan dan dokter untuk dilakukan
penilaian BMI atau indeks massa tubuh. Untuk menemukan berat
tubuh yang ideal juga harus dengan memperhitungkan faktor tinggi
badan. Berat badan ideal dapat dihitung dengan menggunakan rumus
90% dikali dengan (tinggi badan seseorang lalu dikurangi 100).
Namun, apabila tinggi badan perempuan tersebut kurang dari 150
sentimeter, maka rumusnya tinggi badannya dikurangi 100. Selain
berat badan, hal lain dari persiapan fisik sang ibu adalah soal Indeks
Massa Tubuh (Herizasyam, 2016).
Pastikan IMT normal sebelum hamil atau saat
mempersiapkan kehamilan. Adapun cara yang digunakan untuk
menghitung IMT tersebut yakni berat badan dibagi dengan tinggi
badan dalam ukuran satuan meter kuadrat (BMI = (BB) / [(TB) x
(TB)]. Apabila hasil dari IMT antara 18,5-22,9, maka bisa
dikatakan IMT Anda normal. Misalnya: BB = 45 kg dan TB = 165
cm, maka BMI = (45) / [(1.65) x (1.65)] = 16.5. Apakah Anda
termasuk kurus, normal, atau overwight? Lihat patokan di bawah ini:
 BMI < 18.5 = berat badan kurang (underweight)
 BMI 18.5 – 24 = normal
 BMI 25 – 29 = kelebihan berat badan (overweight)
 BMI > 30 = obesitas
Berat badan yang sehat membantu pembuahan dan
kehamilan membuat lebih nyaman. Diet penurunan berat badan
harus benar-benar dikontrol agar dapat aman selama kehamilan,
terutama disarankan untuk wanita yang mengalami kelebihan
berat badan serius, tetapi harus disertai dengan selalu
berkonsultasi dengan dokter Anda yang mungkin menyarankan
rujukan ke ahli gizi.Berat badan kurang bisa membuat Anda
kurang subur, orang terlalu kurus karena kekurangan lemak
yang dapat mendukung. Sementara kelebihan berat badan
menempatkan Anda pada risiko lebih besar untuk mengalami
komplikasi, seperti tekanan darah tinggi dan diabetes selama
kehamilan. Ada juga risiko tinggi komplikasi selama
persalinan dan kelahiran dan orang yang terlalu gemuk akan
mengalami proses ovulasi tidak teratur (Herizasyam, 2016).
5) Menghentikan kebiasaan buruk
Menghentikan kebiasaan buruk misalnya perokok berat,
morfinis, pecandu narkotika dan obat terlarang lainnya, kecanduan
alkohol, gaya hidup dengan perilaku seks bebas. Kebiasaan
merokok, minum alkohol, atau bahkan menggunakan narkoba, dapat
menyebabkan berbagai masalah selama kehamilan, juga janin yang
dikandung, Bayi dapat lahir prematur, lahir dengan cacat bawaan
hingga kematian janin. Penelitian menyebutkan kebiasaan
mengkonsumsi alkohol akan mengganggu kesuburan oleh karena
itu mengkonsumsi alkohol sebelum dan selama kehamilan akan
memperburuk kondisi kesehatan ibu dan janin. Perempuan yang
minum alkohol memiliki kemungkinan rendah untuk bisa hamil.
Sedangkan untuk kaum pria, minum alkohol dapat
mempengaruhi kualitas sperma dengan menurunkan tingkat
testosteron dan bisa menyebabkan testis layu. Hentikan kebiasaan
merokok secara total ketika merencanakan kehamilan dan juga
selama kehamilan. Perokok pasif sama bahayanya dengan perokok
aktif oleh karena itu sebaiknya minta suami anda untuk
menghentikan kebiasaan merokok. Perempuan merokok secara
langsung menurunkan kesuburan. Racun pada rokok sangat
berbahaya bagi tuba falopi, dapat mengakibatkan kerusakan
kromosom telur, dan melemahkan kemampuan untuk menghasilkan
estrogen yang sangat diperlukan untuk menyiapkan lapisan rahim
menjelang kehamilan. Sebuah studi di Finlandia menemukan,
bahwa 41,9% pria perokok tidak subur dibandingkan dengan
27,8% pria yang tidak merokok (Herizasyam, 2016).
Pria perokok memiliki lebih sedikit sperma ketika
ejakulasi. Dan secara medis, merokok terbukti menyebabkan
impotensi. Orang tua perokok juga memiliki kemungkinan untuk
menghasilkan anak cacat genetik dan memiliki dua kali risiko
lebih besar untuk mengidap kanker anak. Tentu saja Anda tidak
bisa menggantikan alkohol dan rokok dengan ganja atau kokain.
Karena narkoba jauh lebih berbahaya dampaknya bagi pemakai dan
janin yang akan dikandungnya kelak. Yang tidak kalah penting
adalah biasakan berhubungan seks. Selalu melakukan seks aman.
Kecuali jika Anda yakin bahwa pasangan terhindar dari penyakit
menular seksual, kondom adalah alat pengaman yang baik untuk
mencegah ancaman pada kesuburan, seperti Chlamydia/jamur yang
dapat menyebabkan kemandulan. Selain itu lakukanlah hubungan
seks di saat yang tepat. Tentu saja ini sudah jelas, akan tetapi yang
perlu dicatat adalah bahwa seks yang teratur meningkatkan
kesempatan untuk hamil. Manfaatkan waktu yang paling subur dan
pastikan Anda bercinta secara teratur sekitar tanggal tersebut.
Wanita kebanyakan berovulasi satu kali selama setiap siklus, dan
waktu yang paling mungkin untuk konsepsi/pembuahan adalah 14
hari sebelum menstruasi berikutnya. Juga periksa cairan
vagina/kemaluan Anda, ia akan memiliki konsistensi yang
berbeda ketika berada di masa paling subur. Anda akan mengetahui
apa yang terlihat dan terasa normal bagi Anda, dan bisa melihat
perubahannya, jika Anda melakukan ini secara teratur (Herizasyam,
2016).

6) Meningkatkan asupan makanan bergizi


Persiapan kehamilan sehat memang sangat penting
terkait dengan makanan dan nutrisi yang Anda konsumsi.
Memperbanyak konsumsi buah dan sayuran merupakan salah satu
solusi. Sebaliknya, hindari makanan yang mengandung zat-zat aditif
seperti penyedap, pengawet, pewarna dan sejenisnya.
Kandungan radikal bebas dari zat aditif tersebut dapat memicu
terjadinya mutasi genetik pada anak sehingga menyebabkan
kelainan. Pastikan pada saat hamil mengkonsumsi makanan yang
sehat dan tidak berlebihan pada satu gizi tertentu saja. Misalnya jika
mengkonsumi protein terlalu tinggi pada masa kehamilan, maka
akan menyebabkan janin di dalam kandungan akan tumbuh
terlalu besar, badan menjadi bengkak di bagian kaki dan
sebagainya. Maka proporsional lah dalam mengkonsumsi suatu
menu dan gizi tertentu. Untuk makanan ibu hamil biasanya
disesuaikan dengan usia kehamilan. Ini akan berpengaruh terhadap
faktor perkembangan janin. Saat terjadi pembuahan, janin sudah
terekpos apa yang dimakan ibu sejak dua mingu sebelumnya.
Pilih makanan sehat, dan memperhatikan asupan makanan yang
mendukung pembentukan janin sehat. Sebaiknya konsumsi makanan
yang mengandung (Badriah, 2011).
Protein, meningkatkan produksi sperma. Makanlah telur,
ikan, daging, tahu dan tempe. Asam folat, penting bagi calon
bunda sejak prakonsepsi sampai kehamilan trimester pertama.
Berperan dalam perkembangan system saraf pusat dan darah janin,
cukup asam folat mengurangi risiko bayi lahir dengan cacat
sistem saraf sebanyak 70%. Makanlah sayuran hijau tua, jeruk,
avokad, hati sapi, kedelai, tempe, dan serealia. Minum 400
mikrogram asam folat setiap hari, jika seorang wanita memiliki
kadar asam folat yang cukup setidaknya 1 bulan sebelum dan
selama kehamilan, dapat membantu mencegah kecacatan pada otak
dan tulang belakang bayi. Asam folat dapat diperoleh melalui
makanan, seperti sayuran berwarna hijau tua (bayam, sawi hijau,
caisim mini), asparagus, brokoli, papaya, jeruk, stroberi,
rasberi, kacang-kacangan, alpukat, okra, kembang kol, seledri,
wortel, buah bit, dan jagung. Sebagian susu untuk ibu hamil pun
mengandung asam folat cukup tinggi, sehingga dapat membantu
memenuhi kebutuhan Ibu. Ibu dapat memilih susu untuk ibu hamil
yang rasanya enak untuk mengurangi rasa mual, serta tentu
merupakan produk yang berkualitas tinggi (Badriah, 2011).
7) Konsumsi berbagai Vitamin
 Vitamin A, Berperan cukup penting dalam produksi sperma
yang sehat. Terdapat pada hati, mentega, margarin, telur,
susu, ikan berlemak, brokoli, wortel, bayam, dan tomat.
 Vitamin D. Kekurangan vitamin D akan menurunkan tingkat
kesuburan hingga 75%. Sumber vitamin D diproduksi di dalam
tubuh.
 Vitamin E dapat meningkatkan kemampuan sperma membuahi
sel telur dan mencegah keguguran karena perannya dalam
menjaga kesehatan dinding rahim dan plasenta. Banyak terdapat
pada minyak tumbuh-tumbuhan, bekatul gandum, dan kecambah
atau tauge.
 Vitamin B6, Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan
terjadinya ketidakseimbangan hormon, padahal keseimbangan
hormon estrogen dan progesteron penting untuk terjadinya
kehamilan. Sumber vitamin B6 antara lain ayam, ikan, beras
merah, kacang kedelai, kacang tanah, pisang, dan sayur kol.
Vitamin C, Pada wanita, vitamin bantuan sinar matahari,
selain itu dapat pula diperoleh dari telur, susu, hati, minyak
ikan, ikan tuna, margarin, dan ikan salmon (Badriah, 2011).
8) Hindari konsumsi:
 Daging mentah, karena mengandung Toksoplasma, parasit
penyebab infeksi janin, dan bakteri E.coli yang berbahaya bagi
kehamilan dan janin.
 Sayuran mentah (lalap dan salad). Bila proses pencucian kurang
baik, dapat mengandung toksoplasma.
 Daging ayam dan telur ½ matang atau mentah,
kemungkinan ada bakteri salmonella penyebab diare berat.
 Ikan bermekuri. Merkuri yang terakumulasi dan tertinggal di
darah akan memengaruhi sistem saraf janin. Waspada makan
ikan tuna kalengan, tuna beku, kakap putih, bawal hitam, marlin,
tongkol, dan hiu. Meski kaya omega 3 dan 6, ikan dari sebagian
perairan Indonesia diduga tercemar merkuri melalui penurunan
kualitas air maupun rantai makanan. e) Keju lunak (brie,
camembert, blueveined cheese, keju dari susu kambing dan
domba). Berisiko membawa bakteri listeria.
 Kafein, menghambat kehamilan dan mengurangi penyerapan zat
besi. Sebuah studi di Amerika menemukan bahwa minum kopi
tiga cangkir sehari dengan kandungan cafein sekitar 300 mg,
dapat menurunkan kemungkinan wanita hamil sekitar 27%
dibanding mereka yang bukan peminum kopi (Badriah, 2011).
9) Persiapan secara psikologis dan mental
Ibu dapat mulai merencanakan kehamilan dengan
memikirkan tujuan memiliki anak atau tidak memiliki anak, dan
bagaimana mencapai tujuan ini. Hal ini disebut dengan rencana
hidup reproduktif. Misalnya bila Ibu berpikir ingin menunda
kehamilan, pilihlah kontrasepsi yang sesuai untuk mencapai
tujuan tersebut. Jika Ibu berpikir untuk hamil, sangatlah penting
untuk mengambil langkah-langkah agar Ibu dapat hamil sehat dan
melahirkan bayi yang sehat pula. Anda dapat memperkaya
pengetahuan seputar kehamilan yang berhubungan dengan
perencanaan, perawatan selama kehamilan, menjelang persalinan,
pasca persalinan dan juga perawatan bayi dari berbagai sumber yang
terpercaya. Apabila diperlukan anda langsung dapat bertanya
dengan ahlinya sehingga anda dapat mempersiapkan langsung
kehamilan anda secara sehat. Agar kehamilan yang akan dijalani
tidak menimbulkan ketegangan. Hindari hal– hal yang akan
memberi pengaruh buruk dalam keseimbangan hormonal. Stres
dapat merusak siklus bulanan, dan mencegah proses ovulasi. Sebuah
studi membuktikan, wanita dengan tingkat stres tinggi umumnya
sulit hamil. Jadi sangat baik jika Anda mulai belajar mengatasi stres
sehingga tidak mempengaruhi siklus Anda. Anda dapat menyiapkan
kesiapan secara psikis termasuk perubahan yang akan terjadi pada
saat kehamilan anda akan berlangsung. Anda dapat mendapatkan
dukungan selama kehamilan dari orang terdekat seperti dari suami
dan keluarga besar sehingga kesiapan anda dalam menjadi ibu baru
semakin siap (Wulandari, 2009).
Selain itu, kondisi kejiwaan bisa sangat mempengaruhi
kandungan, oleh karena itu orang tua harus mempersiapkan diri
secara mental untuk menghadapi proses ini. Selama sembilan bulan
masa kehamilan, biasanya terjadi perubahan-perubahan psikologis
tidak hanya pada ibu tetapi juga pada ayah calon bayi. Selama
sembilan bulan, emosi kita dapat terperas olehnya. Usahakan untuk
mengkondisikan pikiran dan bathin kedua orang tua agar jauh dari
pikiran-pikiran negatif. Selalu ingatlah bahwa segalanya
dikendalikan oleh pikiran anda. Terimalah kenyataan yang ada,
yang terbaik adalah selalu bersyukur dan memasrahkan segalanya
pada Tuhan. Selain itu, selalu komunikasin segala sesuatunya,
berusahalah untuk selalu terbuka dan membicarakan perasaan
masing- masing sehingga dapat mencari solusi sehingga kesulitan-
kesulitan yang timbul dapat teratasi (Wulandari, 2009).
Lengkapi diri anda dengan berbagai informasi dan
sumber mengenai kehamilan, termasuk mencari tahu dari
pengalaman-pengalaman teman atau orang dekat yang sudah
mengalami kehamilan. Dan yang tak kalah penting adalah dukungan
suami kepada isteri sangat dibutuhkan. Usahakan untuk
menumbuhkan rasa percaya diri pada isteri, sehingga mentalnya
cukup kuat dalam menghadapi proses kehamilan. Membantu isteri
dalam menyiapkan kebutuhan bayi, dan memperhaitkan secara detil
kebutuhan sang isteri ketika hamil akan menumbuhkan rasa
percaya diri dan rasa aman pada diri sang isteri (Wulandari,
2009).
10) perencanaan financial/keuangan
Persiapan financial/ keuangan yang matang untuk
persiapan pemeliharaan kesehatan dan persiapan menghadapi
kehamilan dan persalinan. Masalah ini menjadi salah satu faktor
penting karena timbulnya ketegangan psikis serta tidak terpenuhinya
kebutuhan gizi yang baik pada saat kehamilan tak jarang timbul
akibat ketidaksiapan pasangan dalam hal financial/keuangan
(Wulandari, 2009).
Kehamilan merupakan hal yang dapat diperkirakan
termasuk biayanya. Biaya kehamilan ini dapat di diskusikan
antara suami dan isteri. Biaya kehamilan merupakan bagian
dari biaya kehidupan berumah tangga. Anda tentunya
menginginkan anak anda mendapatkan sesuatu yang terbaik dalam
bidang apapun. Adapun biaya yang perlu diperhatikan guna
persiapan kehamilan ini, diantaranya mencakup biaya kesehatan
(biaya konsultasi, pemeriksaan, obat dan melahirkan), biaya-biaya
pasca melahirkan (tempat tidur bayi, pakaian bayi, popok, selimut,
dll) dan persiapkan pula biaya untuk hal-hal yang tak terduga
(Wulandari, 2009).
11) Jangan malu bertanya dan berkonsultasi
Berkonsultasilah dengan dokter/bidan/tenaga kesehatan
lain nya mengenai kesehatan reproduksi Ibu. Diskusikan mengenai
riwayat dan kondisi medis saat ini yang mungkin dapat
memengaruhi masa kehamilan nantinya. Dokter / bidan juga
dapat memberikan saran mengenai masalah dalam kehamilan
sebelumnya, obat apa yang saat ini sedang dikonsumsi Ibu, serta
menganjurkan vaksinasi yang diperlukan dan beberapa langkah
sehat yang dapat dilakukan sebelum masuk masa kehamilan guna
mencegah kecacatan pada bayi. Buat daftar pertanyaan yang akan
didiskusikan dengan dokter / bidan. Konsultasikan pada dokter
mengenai riwayat kesehatan keluarga yang perlu mendapat
perhatian. Mungkin dokter akan menyarankan untuk konsultasi
lebih lanjut dengan ahli genetik, sehingga dapat mengurangi risiko
keguguran, kematian janin, ketidaksuburan atau kesulitan mendapat
keturunan atau kondisi lain/cacat lahir yang diturunkan secara
genetik. Selain itu, konsultasi tersebut dapat menjadi panduan untuk
mempersiapkan kehamilan yang akan dijalani oleh Ibu (Wulandari,
2009).
Mintalah bantuan bila terjadi kekerasan dalam rumah
tangga (KDRT). KDRT dapat menyebabkan cedera hingga
kematian, termasuk selama kehamilan. Banyak wanita yang
bertahan dari KDRT mengalami trauma fisik dan mental.
Mintalah bantuan bila Ibu mengalami KDRT, karena kekerasan
dapat menghancurkan hubungan dalam keluarga. Tak hanya calon
ibu yang harus mempersiapkan kehamilan, calon ayah juga harus
ikut andil didalamnya. Karena keberhasilan kehamilan yang sehat
merupakan kerjasama dan tanggung jawab bersama antar sang calon
ibu dan calon ayah berikut persiapan kehamilan bagi calon ayah
(Wulandari, 2009) :
 Berhenti merokok.
 Berhenti meminum minuman beralkohol.
 Minimalisir stress.
 Jaga suhu tubuh
 Makan makanan yang bergizi
 Dan yang tak kalah penting, tunjukkan dukungan untuk istri.

B. Evidence Based Midwifery Asuhan Kebidanan Holistic Pada Pra


Konsepsi dan Perencanaan Kehamilan Sehat

1. Lusiana El Sinta B dkk, tahun 2017 tentang Pengaruh Pendidikan


Kesehatan Metode Peer Education Mengenaik Skrining Pra
Konsepsi Terhadap Sikap dan Motivasi wanita Usia Subur.
Kesehatan prakonsepsi merupakan bagian dari kesehatan secara
keseluruhan selama masa reproduksi yang berguna untuk mengurangi
risiko dan mempromosikan gaya hidup sehat untuk mempersiapkan
kehamilan sehat dan meningkatkan kemungkinan memiliki bayi yang
sehat.
Kesehatan reproduksi menjadi titik awal perkembangan kesehatan
ibu dan anak yang dapat dipersiapkan sejak dini, bahkan sebelum seorang
perempuan hamil dan menjadi ibu. Kesehatan prakonsepsi merupakan
bagian dari kesehatan secara keseluruhan antara perempuan dan laki-laki
selama masa reproduksinya. Kesehatan prakonsepsi berguna untuk
mengurangi risiko dan mempromosikan gaya hidup sehat untuk
mempersiapkan kehamilan sehat. Perawatan kesehatan prakonsepsi
mengacu pada intervensi biomedis, perilaku, dan preventif sosial yang
dapat meningkatkan kemungkinan memiliki bayi yang sehat. Untuk dapat
menciptakan kesehatan prakonsepsi dapat dilakukan melalui skrining
prakonsepsi. Skrining prakonsepsi sangat berguna dan memiliki efek
positif terhadap kesehatan ibu dan anak. Penerapan kegiatan promotif,
intervensi kesehatan preventif dan kuratif sangat efektif dalam
meningkatkan kesehatan ibu dan anak sehingga membawa manfaat
kesehatan untuk remaja, baik perempuan dan laki-laki selama masa
reproduksinya baik sehat secara fisik, psikologis dan sosial, terlepas dari
rencana mereka untuk menjadi orang tua (WHO, 2013).
Skrining prakonsepsi ini telah dijalankan dengan baik di beberapa
negara, baik yang berpenghasilan tinggi seperti Italia, Belanda dan
Amerika Serikat, atau negara yang berpenghasilan rendah dan menengah
negara, seperti Bangladesh, Filipina dan Sri Lanka. WHO menyebutkan
bahwa 4 dari 10 wanita mengalami kehamilan yang tidak direncanakan
sehingga mengakibatkan kebutuhan kesehatan essensial saat kehamilan
akan berkurang hingga 40%.(WHO, 2013).
Intervensi dengan diadakan pendidikan kesehatan menggunakan
metode peer education mengenai skrining pra konsepsi. Cara penelitian
ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode quasi eksperiment
design dan bentuk rancangan two group pretest-posttest terhadap 62
WUS yang akan menikah di wilayah Kabupaten Agam Timur pada bulan
September - November 2016. Adanya pretest dan post test sebelum dan
sesudah diadakannya pendidikan kesehatan dengan metode peer
education terhadap kelompok intervensi. Semua data diolah
menggunakan SPSS dengan uji-t berpasangan. Rekomendasi Disarankan
kepada seluruh institusi kesehatan dan KUA agar rutin melakukan
skrining pranikah pada pasangan calon pengantin dan diperlukan
surveilans berkelanjutan terhadap skrining yang telah dilakukan.

2. Ana Permata Sari tahun 2018 tentang Konseling Pra Konsepsi Pada
Calon Suami Berpengaruh Terhadap Dukungan Persiapan
Kehamilan Di Kecamatan Sedayu
Pada penelitian yang dilakukan oleh Ana Permata Sari (2018),
Berdasarkan SDKI Angka Kematian Ibu (AKI) pada tahun 2012 yaitu
sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup dan berdasarkan data Survey
Penduduk Antar Sensus (SUPAS) menunjukan penurunan pada tahun
2015 yaitu menjadi 305/100.000 kelahiran hidup. Hal ini masih jauh dari
target Sustainable Development Goals (SDGs) 2015-2030 yaitu dengan
target menurunkan AKI menjadi 70 per 100.000 kelahiran hidup. AKI di
Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2013 yaitu sebanyak 46
kematian ibu dan terjadi penurunan pada tahun 2014 yaitu menjadi 40
kematian ibu. Di Kabupaten Bantul pada tahun 2016 terjadi kenaikan
dibandingkan tahun 2015 yaitu dari 87,5/100.000 kelahiran hidup
sebanyak 11 kasus menjadi 97,65/100.000 kelahiran hidup yaitu 12
kasus. Di kabupaten Bantul penyebaran kasus kematian ibu terjadi pada
beberapa wilayah kecamatan, dengan jumlah kasus terbanyak dilaporkan
terjadi di Banguntapan 1, Jetis 1, dan dipuskesmas Sedayu II. Angka
Kematian Ibu (AKI) di Indonesia di sebabkan oleh perdarahan (28%),
eklamsi (24%), infeksi (11%), abortus (5%), partus lama (5%), emboli
(3%) dan komplikasi nifas (8%) dimana penyebab tersebut dapat dicegah
jauh- jauh hari dengan cara mempersiapkan kehamilan baik untuk calon
ayah maupun calon ibu yaitu melalui konseling pra konsepsi. Calon
suami juga mempunyai peran penting dalam mempersiapkan kehamilan,
guna mendukung calon istri dan memenuhi segala kebutuhan istri saat
hamil. Namun, pada kenyataannya suami sering kali kurang
memperhatikan kesehatan istri sebelum hamil dan selama hamil.
Konseling pra konsepsi merupakan suatu konseling yang diberikan
sebelum terjadinya kehamilan untuk pasangan usia subur. Konseling pra
konsepsi berisi tentang saran dan anjuran mengenai segala sesuatu yang
perlu diupayakan untuk persiapan menuju terjadinya proses konsepsi atau
pembuahan. Persiapan kehamilan merupakan segala persiapan
pemeliharaan hidup sehat sebelum terjadinya kehamilan diperkirakan 3-
6 bulan sebelum terjadi kehamilan. Persiapan fisik dan mental
merupakan suatu hal yang penting yang harus dipersiapkan sebelum
terjadinya kehamilan, untuk mencegah terjadinya komplikasi-komplikasi
obstetrik yang membahayakan keadaan ibu maupun janin, persiapan fisik
yang harus dipersiapkan adalah menentukan usia reproduksi yang sehat,
melakukan imunisasi TT, mengkonsumsi tablet penambah darah dan
asam folat, serta menjaga pola nutrisi yaitu mengkonsumsi makan-
makanan yang mengandung gizi tinggi.
Subjek dalam penelitian ini adalah calon suami atau calon
pengantin laki-laki yang memiliki kriteria inklusi yaitu calon pengantin
laki-laki yang mendaftarkan diri untik menikah di KUA Sedayu, calon
pengantin laki-laki yang calon istrinya tidak betempat tinggal di Sedayu
dan kriteria ekslusi yaitu calon pengantin laki-laki yang sudah pernah
menikah, calon pengantin laki-laki yang calon istrinya sudah hamil.
Penelitian ini merupakan penelitian payungan yang meneliti tentang
persiapan kehamilan adapaun yang diteliti meliputi, tinggat
pengetahuannya, perilakunya, kepuasannya dan dukungannya.
Penelitian ini dengan cara memberikan konseling persipan pra
konsepsi selama 1 minggu pertama sekaligus memberikan pretest dan
memberikan posttest 2 minggu kemudian. Alat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuesioner Dukungan Persiapan Kehamilan yang
dibuat oleh peneliti dengan uji validitas menggunakan uji pakar 7 dosen
Universitas Alma Ata. Rekomendasi Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan diharapkan dapat memberikan informasi, pengetahuan,
wawasan dan tambahan refrensi untuk perkembangan ilmu kesehatan
khususnya ilmu kebidanan tentang pengaruh konseling pra konsepsi pada
calon suami terhadap dukungan persiapan kehamilan.

3. Lusyana Gloria Doloksaribu tahun 2019 tentang Pengaruh


Konseling Gizi Prakonsepsi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap
Wanita Pranikah Di Kecamatan Batang Kuis
Masa pranikah dapat dikaitkan dengan masa prakonsepsi, karena
setelah menikah wanita akan segera menjalani proses konsepsi. Masa
prakonsepsi merupakan masa sebelum kehamilan. Periode prakonsepsi
adalah rentang waktu dari tiga bulan hingga satu tahun sebelum konsepsi
dan idealnya harus mencakup waktu saat ovum dan sperma matur, yaitu
sekitar 100 hari sebelum konsepsi. Status gizi WUS atau wanita pranikah
selama tiga sampai enam bulan pada masa prakonsepsi akan menentukan
kondisi bayi yang dilahirkan. Prasayarat gizi sempurna pada masa
prakonsepsi merupakan kunci kelahiran bayi normal dan sehat
(Susilowati dkk. 2016).
Adapun pentingnya menjaga kecukupan gizi bagi wanita pranikah
sebelum kehamilan disebabkan karena gizi yang baik akan menunjang
fungsi optimal alat-alat reproduksi seperti lancarnya proses pematangan
telur, produksi sel telur dengan kualitas baik, dan proses pembuahan
yang sempurna. Gizi yang baik juga dapat berperan penting dalam
penyediaan cadangan gizi untuk tumbuh-kembang janin. Bagi calon ibu,
gizi yang cukup dan seimbang akan memengaruhi kondisi kesehatan
secara menyeluruh pada masa konsepsi dan kehamilan serta akan dapat
memutuskan mata rantai masalah kekurangan gizi pada masa kehamilan
(Susilowati dkk. 2016).
Hasil penelitian menunjukkan, peran konseling gizi prakonsepsi
selama satu minggu dengan tiga kali pengulangan materi mampu
meningkatkan pengetahuan sampel secara signifikan. Berdasarkan uji
Wilcoxon Signed Ranks Test didapatkan hasil bahwa ada perbedaan
pengetahuan sebelum dan sesudah pemberian intervensi berupa
konseling. Hasil analisis menunjukkan bahwa terjadi peningkatan rata-
rata pengetahuan sampel sebelum dan sesudah diberikan konseling.
Dengan nilai signifikan diperoleh p = 0,001<0,05 yang artinya ada
pengaruh konseling gizi prakonsepsi terhadap pengetahuan sampel.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fauziyah
(2012) bahwa pemberian intervensi berupa pendidikan kesehatan dapat
meningkatkan pengetahuan wanita pranikah mengenai gizi prakonsepsi,
dengan hasil yang signifikan p=0,001. Penelitian ini juga menghasilkan
kesimpulan yang sama dengan Azzahra (2015) bahwa metode konseling
dapat meningkatkan pengetahuan ibu terhadap pemberian MP-ASI.

4. Zahra Zare Tahun 2019 tentang Fertility Motivations and Its


Related Factors in Women of Reproductive Age Attended Health
Centers in Sabzevar, Iran
Perubahan demografis baru-baru ini telah menyebabkan penurunan
tingkat kesuburan yang belum pernah terjadi sebelumnya di semua
wilayah dunia. Iran telah mengalami penurunan kesuburan yang tajam.
Telah terjadi penurunan lebih dari 50% tingkat kesuburan tidak hanya di
negara-negara Muslim, seperti Iran, tetapi juga di seluruh dunia. Sensus
dan statistik Iran menunjukkan bahwa angka kesuburan total mencapai
1,2 pada tahun 2011 dari 6,3 anak per wanita pada tahun 1986. Menurut
Bank Dunia, pertumbuhan penduduk Iran akan menjadi kurang dari 1%
pada tahun 2025, dan populasi Iran akan menurun menjadi 0,99% pada
tahun 2025. Laporan PBB terbaru juga memperingatkan; dan menurut
skenario pertumbuhan populasi yang rendah dari PBB pada tahun 2010,
jika Iran terus mengejar substitusi demografis dan tidak berencana untuk
menyeimbangkannya,itu akan mengalami populasi 31 juta dalam 80
tahun ke depan dengan 47% orang lanjut usia di atas 60. Penurunan
tingkat kesuburan yang cepat, serta mengubah keseimbangan piramida
usia, dapat menyebabkan kerusakan ekonomi dan sosial yang tidak dapat
diperbaiki di Iran. Oleh karena itu, penurunan kecenderungan melahirkan
anak saat ini merupakan masalah sosial penting yang harus diselesaikan
di Iran .
Dari perspektif demografis, kesuburan adalah penentu terpenting dari
fluktuasi populasi (jenis kelamin dan struktur usia populasi); Oleh karena
itu, investigasi kesuburan lebih penting daripada fenomena demografis
lainnya (kematian dan migrasi). Fertilitas dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor budaya, sosial, dan ekonomi yang tentunya
mempengaruhi berbagai masyarakat dengan cara yang berbeda. Masalah
demografis begitu luas sehingga tidak dapat diringkas dalam satu teori
atau rumus tertentu. Akibatnya, pergerakan penduduk memiliki hasil
yang beragam dan kontradiktif di waktu dan tempat yang berbeda. Zhang
(2017) menekankan pada kecenderungan memiliki anak laki-laki, status
pendapatan, tingkat pendidikan, dan jumlah persalinan sebagai faktor
utama yang mempengaruhi kecenderungan perempuan terhadap fertilitas
di Tiongkok. Dalam sebuah studi oleh Rad et al. (2015) di
Tabriz,keyakinan agama dilaporkan sebagai faktor terpenting dalam
kecenderungan wanita menikah menuju kesuburan. Motlagh (2016) juga
menganggap usia perempuan, masalah ekonomi, dan oposisi laki-laki
sebagai alasan utama keengganan untuk memiliki anak.
Posisi perempuan juga berubah karena adanya perubahan fungsi
keluarga. Urbanisasi dan pendidikan tinggi perempuan memberi mereka
kesempatan untuk mencari pekerjaan di luar rumah dan membantu
mereka menjadi mandiri sebelum dan sesudah menikah. Saat ini, wanita
memiliki kebebasan yang lebih besar dalam membuat keputusan tentang
melahirkan dan mengasuh anak. Promosi status sosial ekonomi
perempuan telah menyadarkan mereka tentang berbagai cara untuk
mencapai pengendalian kelahiran dengan memperoleh pengetahuan yang
diperlukan tentang masalah ini.
Menurut penelitian terbaru, kesuburan berada di bawah pengaruh
pilihan individu, serta norma sosial, nilai, dan budaya. Motivasi
kesuburan adalah masalah yang rumit dengan akar budaya, perilaku, dan
kepercayaan. Hal tersebut dipengaruhi oleh perubahan konteks transisi
demografi, serta pembangunan ekonomi dan sosial. Motivasi kesuburan
memiliki dua dimensi yaitu positif dan negatif. Motivasi kesuburan yang
positif mencakup alasan pribadi siapa pun untuk memiliki anak dan
kenikmatan kesuburan, kelahiran dan masa kanak-kanak, sudut pandang
tradisional, kepuasan dalam mengasuh anak, rasa kebutuhan dan
kelangsungan hidup, dan nilai-nilai instrumental seorang anak. Motivasi
kesuburan yang negatif memerlukan alasan untuk tidak memiliki anak,
seperti ketakutan menjadi orang tua, stres orang tua, dan tantangan
perawatan anak.
Menurut sebuah studi yang dilakukan oleh Miller di AS, motivasi
kesuburan yang positif dapat menyebabkan kecenderungan yang lebih
tinggi untuk melahirkan, jumlah anak yang lebih banyak, dan interval
antar kelahiran yang lebih rendah. Khadivzadeh (2014) juga menemukan
bahwa terdapat hubungan langsung yang positif antara motivasi
kesuburan yang positif pada pasangan dengan kecenderungan melahirkan
dan jumlah anak ideal. Mengingat cepatnya penurunan tingkat kesuburan
di Iran, prospek kebijakan kependudukan harus fokus pada faktor
langsung dan tidak langsung dari peningkatan kesuburan untuk
mengatasi tantangan masa depan negara dengan menentukan faktor-
faktor yang mempengaruhi kesuburan dan mengadopsi kebijakan
demografis yang sesuai. Peneliti demografi dan pembuat kebijakan
menghadapi tantangan perkembangan kesuburan dan penentu perilaku
kesuburan untuk masa depan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
faktor usia, tingkat pendidikan, jumlah kehamilan dan anak, tingkat
pendapatan, pekerjaan pasangan dan akomodasi dapat mempengaruhi
motivasi kesuburan. Kebijakan kependudukan dapat meningkatkan angka
fertilitas dengan meningkatkan motivasi fertilitas.
Kaitannya dengan pra konsepsi dan perencanaan kehamilan sehat
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Miller di AS, motivasi
kesuburan yang positif dapat menyebabkan kecenderungan yang lebih
tinggi untuk melahirkan, jumlah anak yang lebih banyak, dan interval
antar kelahiran yang lebih rendah. Khadivzadeh (2014) juga menemukan
bahwa terdapat hubungan langsung yang positif antara motivasi
kesuburan yang positif pada pasangan dengan kecenderungan melahirkan
dan jumlah anak ideal. Mengingat cepatnya penurunan tingkat
kesuburan, prospek kebijakan kependudukan harus fokus pada faktor
langsung dan tidak langsung dari peningkatan kesuburan untuk
mengatasi tantangan masa depan negara dengan menentukan faktor-
faktor yang mempengaruhi kesuburan dan mengadopsi kebijakan
demografis yang sesuai. Oleh karena itu perlu dilakukan motivasi
kesuburan untuk perencaan sebuah kehamilan sehat.

5. Judith.stephenson dkk tahun 2018 tentang Before the beginning:


nutrition and lifestyle in the preconception period and its importance
for future health (Sebelum Memulai: Nutrisi Dan Gaya Hidup Pada
Periode Prakonsepsi Dan Pentingnya Untuk Kesehatan Masa
Depan)
Seorang wanita yang sehat pada saat pembuahan cenderung
memiliki kehamilan yang sukses dan anak yang sehat. Kami meninjau
bukti yang dipublikasikan dan menyajikan data baru dari negara
berpenghasilan tinggi, rendah dan menengah tentang waktu dan
pentingnya kesehatan prakonsepsi untuk kesehatan ibu dan anak
selanjutnya. Kami menjelaskan sejauh mana kehamilan direncanakan,
dan apakah perencanaan terkait dengan perilaku kesehatan prakonsepsi.
Studi observasi menunjukkan hubungan yang kuat antara
kesehatan sebelum kehamilan dan hasil kesehatan ibu dan anak, dengan
konsekuensi yang dapat meluas dari generasi ke generasi, tetapi
kesadaran tentang hubungan ini tidak tersebar luas. Gizi yang buruk dan
obesitas tersebar luas di antara wanita usia subur, dan perbedaan antara
negara berpenghasilan tinggi dan rendah menjadi semakin tidak terlihat,
dengan pola makan yang khas jauh dari rekomendasi nutrisi di kedua
rangkaian dan terutama di kalangan remaja.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa suplementasi
mikronutrien yang dimulai sejak kehamilan dapat memperbaiki
kekurangan gizi ibu yang penting, tetapi efeknya pada kesehatan anak
mengecewakan. Intervensi lain untuk meningkatkan pola makan selama
kehamilan berdampak kecil pada hasil kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
Hanya ada sedikit upaya untuk diet prakonsepsi dan intervensi gaya
hidup. Perbaikan dalam pengukuran perencanaan kehamilan telah
mengukur tingkat perencanaan kehamilan dan menunjukkan bahwa hal
ini lebih umum daripada yang diketahui sebelumnya. Perencanaan
kehamilan dikaitkan dengan pola campuran perilaku kesehatan sebelum
pembuahan.
Kami mengusulkan definisi baru dari periode prakonsepsi yang
berkaitan dengan perkembangan embrio dan tindakan pada tingkat
individu atau populasi. Fokus yang lebih tajam pada intervensi sebelum
konsepsi diperlukan untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak serta
mengurangi beban penyakit tidak menular yang terus meningkat.
Bersamaan dengan upaya berkelanjutan untuk mengurangi merokok,
alkohol, dan obesitas pada populasi, kami menyerukan peningkatan
kesadaran akan kesehatan prakonsepsi, terutama mengenai diet dan
nutrisi. Profesional kesehatan yang penting harus diberi tahu tentang
cara-cara mengidentifikasi wanita yang merencanakan kehamilan.

BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Judul Kasus
Asuhan Kebidanan Fisiologis Holistik Pada Ny. W umur 27 tahun dan Tn. T
umur 29 tahun Pasangan Usia Subur.
B. Pelaksanaan Asuhan
Hari : Selasa
Tanggal : 14 September 2021
Tempat : PMB Yullies Eka F., S.Tr. Keb. Bdn
Pemberian Asuhan : Praktik Fisiologi Holistik Pada Pra Konsepsi dan
Perencanaan Kehamilan Sehat
C. Identitas Pasien
Nama Istri : Ny. W Nama Suami : Tn. T
Umur : 27 tahun Umur : 29 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS Pekerjaan : PNS
Alamat : Jl. Kecipir Alamat : Jl. Kecipir

D. Subjektif
- Ny. W umur 27 tahun dan Tn. T umur 29 tahun Pasangan Usia Subur.
- Pasangan usia subur mengatakan ingin merencanakan kehamilan.
- Menikah : 1 tahun

E. Objektif
1. K/U : baik,
2. kesadaran : Composmentis
3. TTV :
TD : 120/80 mmHg N : 87x / menit
R : 20x/ menit S : 36,6 0 C
BB istri : 60 kg BB suami : 76 kg
TB : 155 cm TB : 170 cm
IMT : 25 IMT : 26,29
3. Pemeriksaan fisik : head to toe tidak ditemukan kelainan
4. Pemeriksaan penunjang : tidak dilakukan

F. Assesment
- Ny. W usia 27 tahun dan Tn. T umur 29 tahun Pasangan Usia Subur
- Kebutuhan : KIE tentang persiapan perencanaan kehamilan
G. Planning
1. Menjelaskan pada klien tentang hasil pemeriksaan.
Rasional : Menurut UU No. 44 (2009 pasal 32) Salah satu hak pasien
adalah mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis, tatacara tindakan
medis, tujuan tindakan, alternatif Tindakan, resiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi.
2. Memberikan KIE tentang persiapan perencanaan kehamilan.
Rasional: Asulan pra konsepsi adalah program yang dicanangkan oleh
WHO pada tahun 2012 bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu,
bayi dan kecacatan, asuhan pra konsepsi berguna mengidentifikasi hal-hal
yang berkaitan dengan masalah kesehatan, kebiasaan gaya hidup atau
masalah yang kurang baik yang mungkin mempengaruhi kehamilan.
Jurnal : Pengembangan Poccet Pengaruh Sebagai Media Informasi Dalam
Perencanaan Kesehatan Unter Calon Pengantin (Gita Kusuma dkk, 2020)
3. Melakukan Skrining Pra Konsepsi pada PUS.
Rasional : pelaksanaan skrining prakonsepsi di Indonesia di atur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan No 97 Tahun 2014 Tentang pelayanan
kesehatan masa sebelum hamil, masa hamil, persalinan, dan masa sesudah
melahirkan, penyelenggaraan pelayanan kontrasepsi, serta pelayanan
kesehatan seksual. Pelayanan kesehatan masa sebelum hamil dilakukan
untuk mempersiapkan perempuan dalam menjalani kehamilan dan
persalinan yang sehat dan selamat serta memperoleh bayi yang sehat.
Sasaran pelayanan kesehatan masa sebelum hamil berdasarkan Permenkes
No.97 Tahun 2014 adalah remaja, calon pengantin dan pasangan usia
subur.
4. Memberikan KIE tentang persiapan fisik, psikologis dan finansial.
Rasional : Kehamilan yang sehat membutuhkan persiapan fisik dan
mental. Oleh karena itu perencanaan kehamilan harus dilakukan sebelum
masa kehamilan. Proses kehamilan yang direncanakan dengan baik maka
akan berdampak positif pada kondisi janin dan adaptasi fisik dan
psikologis dari perempuan dan pasangannya. Persiapan finansial yaitu
perencanaan keuangan untuk mencukupi keperluan anak sejak masih
berada dalam kandungan hingga lahir.
Jurnal: Juli Octarina, dkk. 2015. Kesiapan Ibu Menghadapi Kehamilan
Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya.
5. Memberikan KIE tentang kebutuhan gizi pada klien untuk persiapan
kehamilan.
Rasional : Pentingnya menjaga gizi bagi wanita pra konsepsi sebelum
kehamilan disebabkan karena gizi yang baik akan menunjang fungsi-
fungsi alat reproduksi seperti lancarnya proses pematangan telur, produksi
sel telur dengan kualitas yang baik dan proses pembuahan yang sempurna.
Gizi yang baik juga penting dalam penyediaan cadangan gizi untuk
tumbuh kembang janin.
Jurnal : Pengaruh Konseling Gizi Prakonsepsi Terhadap Pengetahuan Dan
Sikap Wanita Pranikah di kecamatan Basang Luis (Lusiana, dkk. 2019).
6. Memberikan KIE tentang cara menghitung masa subur.
Rasional : Melihat pentingnya melakukan penghitungan terhadap siklus
menstruasi dan untuk mengetahui tentang kesehatan yang harus
dikhususkan sudah sepatutnya setiap wanita melakukan penghitungan dan
mengetahui informasi- informasi tentang kapan masa subur pada wanita.
Dengan tujuan agar wanita usia subur dapat menentukan masa subur yaitu
menilai kejadian dan waktu terjadinya ovulasi (Pembuahan). Memprediksi
hari-hari subur yang maksimum, mengoptimalkan waktu untuk
berhubungan sesuai untuk mendapatkan kehamilan.
Jurnal : Erma Retnoningtias, dkk. 2020. Analisis Kemampuan Aplikasi
Metode Kalender Keluarga Berencana Wanita Usia Subur (WUS) Dalam
Menentukan Masa Subur Di Puskesmas Balowem Kotu Kediri.
7. Anjurkan untuk mengkonsumsi asam folat.
Rasional : Untuk mengurangi resiko kecacatan pada bayi para ahli
menyarankan mengkonsumsi 0,4 mg asam folat perhari, dimulai satu
bulan sebelum dan setelah konsepsi, dan selama trimester pertama
kehamilan. Telah direkomendasikan bahwa untuk mencegah terjadinya
kecacatan kongenital, sebelum prakonsepsi dan awal trimester,
penambahan suplemen multivitamin yang mengandung asam folat dapat
diberikan jika akan merencanakan kehamilan, Penambahan tersebut
sebanyak 5 mg perhari dimulai 3 bulan sebelum pra konsepsi dan
dianjurkan sampai 10-12 minggu post konsepsi dan selama hamil selama
periode post partum (4-6 minggu) dan harus konsisten dengan
penambahan asam folat.
Jurnal : Emi Sutrisminah. 2019. Dampak Defisiasi Asam Folat Pada
Wanita Hamil Dengan Cacat Janin.
8. Berikan KIE tentang penyakit menular seksual pada pasangan usia subur.
Rasional : Penyakit menular seksual adalah penyakit infeksi yang
ditularkan terutama melalui hubungan seksual. Cara penularannya melalui
hubungan Penetrasi tidak terlindung baik vaginal maupun hubungan
seksual secara genitor genital. Insiden kasus PMS saal ini diyakini tinggi
di Indonesia. Kegagalan dalam mendiagnosis dan memberikan pengobatan
pada stadium dini akan menimbulkan komplikasi serius seperti infertilitas,
kehamilan diluar rahim, dan kematian dini.
Jurnal : Rini Hananti, dkk. 2016. Karakteristik Pengetahuan Dan Sikap
Pasangan Usia Subur Tentang PMS.
9. Jelaskan tentang Tanda-tanda kehamilan.
Rasional : Tanda-tanda kehamilan memang sangat dibutuhkan untuk
mengetahui bahwa kita sedang hamil, oleh karena itu wanita usia subur
memang sangat rentan pada awal kehamilan dan membutuhkan perlakuan
yang benar pada awal kehamilannya adalah salah satu kunci keberhasilan
dalam persalinan nanti serta mempengaruhi perkembangan janin didalam
tubuh sang Ibu (Sukaryanto, 2011).
10. Menganjurkan Untuk Beristirahat yang Cukup
Rasional : Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah istirahat dan tidur.
Istirahat dan tidur diperlukan otot dan tubuh untuk dapat memperbaiki
dirinya sendiri. Pada saat tidur kerja tubuh melambat, sehingga membuat
sel-sel penyembuh untuk memperbaiki sel-sel yang rusak.
Jurnal : Maryam. 2017. Hubungan Gangguan Kenyamanan Fisik Dan
Penyakit Dengan Kualitas Tidur
11. Menganjurkan untuk kunjungan ulang apabila ada keluhan dan
berkolaborasi dengan dokter untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan
reproduksi.
Rasional : Pemeriksaan kesehatan organ reproduksi ini sangat berguna
untuk membantu mendeteksi adanya masalah kesuburan sehingga dapat
segera langsung diobati. USG program hamil adalah prosedur pemeriksaan
yang dilakukan untuk melihat kondisi organ reproduksi pada pasien yang
sedang menjalani program kehamilan. Wanita akan menjalani pemeriksaan
USG untuk mengetahui kondisi rahim, saluran telur, dan indung telur.
Setelah itu, ada permeriksaan HSG (Hysterosalpingogram) dengan
menggunakan sinar x untuk mengetahui kondisi tuba falopi (saluran telur)
dan memeriksa bentuk, ukuran, dan struktur rongga rahim. Juga ada
pemeriksaan mengenai hormon-hormon yang berpengaruh terhadap
kesuburan. Sementara pada pria, pemeriksaan ini meliputi kondisi sperma,
skrotum, prostat dan hormone FSH dalam produksi sperma (Damar
Upahita, 2021)
12. Melakukan dokumentasi hasil pemeriksaan.
Jurnal : Menurut Permenkes no 28 tahun 2017 pada pasal 28 huruf (e)
yaitu bidan dalam melaksanakan praktek / kerja, bidan berkewajiban
melakukan pencatatan dokumentasi secara sistematis pencatatan asuhan
kebidanan harus dicatat sesuai dengan standar pelayanan kebidanan sesuai
dengan Permenkes No 369 Tahun 2007 tentang Standar Profesi Bidan.

BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan data subjektif pada Ny. W dan Tn. T pasangan usia subur di
dapatkan dari hasil wawancara langsung yaitu PUS mengatakan ingin
merencanakan kehamilan dan ingin berkonsultasi mengenai perencanaan
kehamilan yang sehat. Dari pengkajian data objektif hasil tanda-tanda vital
normal, pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya kelainan.
Bila ditinjau dari evidence based, intervensi yang dapat diberikan kepada
pasangan usia subur yaitu KIE tentang persiapan perencanaan kehamilan yang
bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu, bayi dan kecacatan, asuhan pra
konsepsi berguna mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan masalah
kesehatan, kebiasaan gaya hidup atau masalah yang kurang baik yang mungkin
mempengaruhi kehamilan. Kemudian persiapan fisik, psikologis dan finansial
yaitu perencanaan keuangan untuk mencukupi keperluan anak sejak masih berada
dalam kandungan hingga lahir. Selain itu kebutuhan gizi juga tidak kalah penting
pada klien untuk persiapan kehamilan karena gizi yang baik akan menunjang
fungsi-fungsi alat reproduksi seperti lancarnya proses pematangan telur, produksi
sel telur dengan kualitas yang baik dan proses pembuahan yang sempurna. Gizi
yang baik juga penting dalam penyediaan cadangan gizi untuk tumbuh kembang
janin. Memberikan KIE tentang cara menghitung masa subur, menganjurkan
untuk mengkonsumsi asam folat 0,4 mg asam folat perhari, dimulai satu bulan
sebelum dan setelah konsepsi, dan selama trimester pertama kehamilan. Sumber
makanan yang kaya akan asam folat adalah ikan dan berbagai macam produk
olahan susu, seperti yogurt, keju, dan sebagainya. Kemudian memberikan KIE
tentang penyakit menular seksual pada pasangan usia subur seperti gonore (GO),
sifilis, human papillomavirus (HPV), HIV, Hepatitis dll. Menjelaskan tentang
tanda-tanda kehamilan seperti mual muntah, lebih cepat Lelah, sensitive terhadap
bau, hilangnya nafsu makan, konstipasi, dll. Dan menganjurkan klien untuk
beristirahat yang cukup.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah dilaksanakan asuhan kebidanan secara menyeluruh dengan
menggunakan manajemen kebidanan menurut SOAP maka penulis dapat
menyimpulkan. Pada pengkajian pasangan usia subur dengan perencanaan
kehamilan didapatkan data subjektif dan data objektif. Data subjektif di
peroleh dari wawancara dengan klien dimana klien ingin merencanakan
kehamilan sehat. Dalam teori dan praktek terdapat kesenjangan dalam
melakukan pengkajian data subjektif dan objektif karena pada pengkajian
data subjektif terdapat hambatan pada waktu yang terbatas.
Dalam evaluasi pada Ny. W dan Tn. T pasangan usia subur didapatkan
hasil yaitu bahwa klien sudah mengerti persiapan apa saja yang dibutuhkan
sebelum masa kehamilan.
B. Saran
Menganjurkan Ny. W untuk menjaga pola hidup sehat dan mengkonsumsi
makanan yang bergizi seperti nasi, lauk, ikan, daging, sayur-sayuran, buah-
buahan, beristirahat yang cukup, serta mempersiapkan fisik, psikologis dan
finansial untuk persiapan kehamilan.

DAFTAR PUSTAKA

Backhausen, M. G., Ekstrand, M., Tyden, T., Magnussen, B.K., Shawe, J., Stern, J.,
Hegaard, H.K., ( 2014). Pregnancy planning and lifestyle prior to conception
and during early pregnancy among Danish women. The European Journal of
Contraception & Reproductive Health Care 19, 57–65.
Badriah, DL. (2011). Gizi dalam kesehatan reproduksi. Bandung: Refika Aditama

BKKBN, 2015. Modul Pengajaran Mempersiapkan Kehamilan Sehat.

Chandranipapongse, W., Koren, G. (2013). Preconception counseling for preventable


risks. Canadian Family Physician, 59, pp.737–739.
Herizasyam, J. O. (2016). Kesiapan Ibu Menghadapi Kehamilan Dan Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhinya. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, 3(2), 147-159.
Johnson, J.Y. (2016). Keperawatan Maternitas Buku Wajib Bagi Praktisi
Kuswanti, I. (2014). Asuhan Kehamilan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Neneng Siti Lathifah. 2021. Konseling Kesehatan Reproduksi Meningkatkan


Pengetahuan Tentang Kesuburan Dan Kesadaran Kesehatan Prakonsepsi
(Jurnal Perak Malahayati) Vol 3, No 1, 51-60
Pujiastuti, A. (2014). Konsep Kehamilan Sehat: Upaya Mencetak Generasi Cerdas
Stern, J., Joelsson, L.S., Tyden, T., Berglund, A., Ekstrand, M., Hegaard, H., Aarts,
C.,Rosenblad, A., Larsson, M., Kristiansson, P. (2016). Is pregnancy planning
associated with background characteristics and pregnancy- planning behavior?
Acta Obstetricia et Gynecologica Scandinavica 95, 182–189.
Wulandari D. 2009. Komunikasi Dan Konseling Dalam Praktik Kebidanan. Nuha.
Medica. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai