Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENERAPAN MANAJEMEN PELAYANAN ASUHAN KEBIDANA


PROFESIONAL
Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan
Mata Kuliah Manajemen Pelayanan Asuhan Kebidanan Professional
Dosen Pengampu : Oktaviani, S.SiT., M.Keb

Disusun oleh :
Kelompok II
Mulyatin : PO.62.24.2.21.517
Natasha Priskila : PO.62.24.2.21.518
Novie Darmayani : PO.62.24.2.21.519
Octarina Lorenza : PO.62.24.2.21.520
Rahayu Harianto : PO.62.24.2.21.521
Rahmi Iswardani : PO.62.24.2.21.522
Rei Tamara : PO.62.24.2.21.523
Revi Mariska : PO.62.24.2.21.524
Rina Irianti : PO.62.24.2.21.525
Sandra Linda Azizah : PO.62.24.2.21.526
Sinthia Noviyanti : PO.62.24.2.21.527
Sri Muliyatun : PO.62.24.2.21.528
Susi Ernawati : PO.62.24.2.21.529
Tita Alnya Destia : PO.62.24.2.21.530
Vety Marsela : PO.62.24.2.21.531
Winona Efra Esterini : PO.62.24.2.21.532
Yohana Verawaty : PO.62.24.2.21.533

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA
PRODI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah Penyusunan strategis dalam menyelesaikan masalah ketenagaan, sasaran
prasarana, metode anggota dan pemasaran ini tepat waktu.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Manajemen Pelayanan Asuhan Kebidanan Profesional. Kami sangat
berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta pengetahuan
kita mengenai Penyususnan strategi dalam menyelesaikan malasah ketenagaan,
sasaran prasarana, metode, anggota dan pemasaran. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari apa
yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan
demi perbaikan dimasa yang akan mendatang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa sarana yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.


Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di
masa depan.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..........................................................................................1
B. TUJUAN...............................................................................................................2
C. MANFAAT...........................................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
A. Penerapan Manajemen Pelayanan Asuhan Kebidanan Profesional (MPAKP)
……………………………………………………………………………………………………………………………4
BAB III...........................................................................................................................14
A. Kesimpulan.........................................................................................................14
B. Saran...................................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Bidan sebagai seorang pemberi layanan kesehatan (health provider)
harus dapat melaksanakan pelayanan kebidanan dengan melaksanakan
manajemen yang baik. Dalam hal ini bidan berperan sebagai seorang
manajer, yaitu mengelola atau memanage segala sesuatu tentang kliennya
sehingga tercapai tujuan yang di harapkan. Dalam mempelajari
manajemen kebidanan di perlukan pemahaman mengenai dasar – dasar
manajemen sehingga konsep dasar manajemen merupakan bagian penting
sebelum kita mempelajari lebih lanjut tentang manajemen kebidanan. Akar
atau dasar manajemen kebidanan, adalah ilmu manajemen secara umum.
Kebidanan memiliki Undang-Undang tersendiri. Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan disahkan oleh Presiden Joko
Widodo pada tanggal 13 Maret 2019. UU 4 tahun 2019 tentang Kebidanan
diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019
Nomor 56 dan Penjelasan Atas UU 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan
dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6325 oleh
Menkumham Yasonna H. Laoly pada tanggal 15 Maret 2019 di Jakarta.
Kebidanan dalam UU 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan bidan dalam memberikan
pelayanan kebidanan kepada perempuan selama masa sebelum hamil,
masa kehamilan, persalinan, pascapersalinan, masa nifas, bayi baru lahir,
bayi, balita, dan anak prasekolah, termasuk kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana sesuai dengan tugas dan
wewenangnya. Bidan adalah seorang perempuan yang telah menyelesaikan
program pendidikan Kebidanan baik di dalam negeri maupun di luar
negeri yang diakui secara sah oleh Pemerintah Pusat dan telah memenuhi
persyaratan untuk melakukan praktik Kebidanan.
Pelayanan Kebidanan menurut ketentuan umum Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan adalah suatu bentuk pelayanan
profesional yang merupakan bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh bidct.n secara mandiri, kolaborasi, dan/atau
rujukan. Praktik Kebidanan adalah kegiatan pemberian pelayanan yang
dilakukan oleh Bidan dalam bentuk asuhan kebidanan. Kompetensi Bidan
adalah kemampuan yang dimiliki oleh Bidan yang meliputi pengetahuan,
keterampilan, dan sikap untuk memberikan Pelayanan Kebidanan.
Dengan mempelajari teori manajemen, maka diharapkan bidan
dapat menjadi manajer ketika mendapat kedudukan sebagai seorang
pimpinan, dan sebaliknya dapat melakukan pekerjaan yang baik pula
ketika bawahan dalam suatu system organisasi kebidanan. Demikian pula
dalam hal memberikan pelayanan kesehatan pada kliennya, seorang bidan
haruslah menjadi manager yang baik dalam rangka pemecahan, masalah
dari klien tersebut. Untuk itu kita perlu mengenal terlebih dahulu
pemahaman mengenai ilmu manajemen secara umum, teori - teori
manajemen, fungsi - fungsi manajemen, dan bahkan manajemen skill.
Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis
sistematis. Oleh karena itu manajemen kebidanan merupakan alur pikir
bagi seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam menangani
kasus yang menjadi tanggung jawabnya. Manajemen kebidanan
mempunyai peran penting dalam menunjang kerja seorang bidan agar
bidan dapat melakukan pelayanan dengan baik kepada kliennya. Oleh
karena itu, kami menyusun makalah ini dengan judul “MANAJEMEN
PELAYANAN ASUHAN KEBIDANAN PROFESIONAL” selain sebagai
tugas kelompok juga dapat dijadikan referensi bagi pembaca.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
a. Untuk Mengetahui Penerapan Manajemen Pelayanan Asuhan
Kebidanan Profesional (MPAKP)
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan penyusunan rencana strategis dalam menyelesaikan
masalah ketenagaan, sarana prasarana, metode, anggota dan
pemesaran.

2
C. MANFAAT
Dapat menerapkan manajemen pelayanan asuhan kebidanan
profesional meliputi penyusunan rencana strategis dalam menyelesaikan
masalah ketenagaan, sarana prasarana, metode, anggota dan pemesaran.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penerapan Manajemen Pelayanan Asuhan Kebidanan Profesional
(MPAKP)
1. Pengertian Manajemen Pelayanan Asuhan Kebidanan Profesional
Manajemen kebidanan adalah proses pertolongan yang dilakukan
seorang yang berprofesi bidan secara sistemis untuk membantu
menyelesaikan persoalan kesehatan seorang pasien dengan tepat.
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tiindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan
dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan
yang terfokus pada klien (Varney, 1997).
Manajemen kebidanan dalah pendekatan yang digunakan oleh bidan
dalam menerapkan metode pemecahan amslaah secarasistemis mulai dari
pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi (50 tahun IBI, 2007).
Manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan
masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam
memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat
(Depkes RI, 2005).
Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis
sistematis. Oleh karena itu manajemen kebidanan merupakan alur piker
bagi seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam menangani
kasus yang menjadi tanggung jawabnya. Manajemen kebidanan
mempunyai peran penting dalam menunjang kerja seseorang bidan agar
dapat melakukan pelayanan dengan baik kepada kliennya.
Dalam pelayanan kebidanan, manajemen adalah proses pelaksanaan
pemberian pelayanan kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan
kepada klien dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi ibu dan
anak, kepuasan pelanggan dan kepuasan bidan sebagai provider.

4
Manajemen kebidanan adalah ilmu manajemen secara umum.
Dengan mempelajari teori manajemen, maka diharapkan bidan dapat
menjadi manajer ketika mendapat kedudukan sebagai seorang pimpinan,
dan sebaliknya dapat melakukan pekerjaan yang baik pula ketika
bawahan dalam suatu sistem organisasi kebidanan.

2. Tujuan Manajemen Pelayanan Asuhan Kebidanan Profesional


Memberikan asuhan kebidanan yang adekuat, komprehensif dan
standar pada ibu intranatal dengan memperhatikan riwayat ibu selama
kehamilan, kebutuhan dan respon ibu serta mengantisipasi resiko-resiko
yang terjadi selama proses persalinan.
Tujuan asuhan kebidanan:
a. Bayi dan ibu sehat, keluarga bahagia, terjaminnya kehormatan dan
martabat manusia
b. Penerima asuhan & pemberi asuhan saling menghargai dan
menghormati
c. Memberikan kepuasan ibu, keluarga dan bidan
d. Terwujudnya kekuatan dalam diri perempuan untuk menentukan
kesehatan dan keselamatan dirinya sendiri
e. Tertanamnya rasa percaya diri dari perempuan sebagai penerima
asuhan
f. Terwujudnya keluarga sejahtera & berkualitas (Novianty and keb
2017).

3. Manfaat Manajemen Pelayanan Asuhan Kebidanan Professional


a. Dapat meningkatkan efektivias pelayanan
Penigkatan efektivitas pelayanan kesehatan erat hubungannya
dengan dapat diatasinya masalah kesehatan secara tepatm karena
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan selah sesuai dengan
kemajuan ilmu dan tekhnologi dan atapun standar yang telah
ditetapkan

5
b. Dapat Meningkatkan Efesiensi Pelayanan Kesehatan
Peningkatan efesiensi erat hubungannya dengan dapat dicegahnya
pelayanan kesehatan yang dibawah standard an ataupun yang
berlebihan. Biaya tambahan karena harus menangani efek samping
atau komplikasi karena pelayanan dibawah standar harus dihindari.
c. Dapat Meningkatkan Penerimaan Masyarakat Terhadap Pelayanan
Kesehatan
Sesuainya pelayanan kesehatan dengan kebutuhan dan tuntutan
pemakai jasa pelayanan. Apabila peningkatan penerimaan ini dapat
diwujudkan, pada gilirannya pasti akan berperan besar dalam
menigkatkan derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan dapat
diwujudkan, pada gilirannya pasti akan berperan besar dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
d. Dapat melindungi penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan
kemungkinan timbulnya gugatan hukum
Pada saat ini sebagai akibat semakin tingginya tingkat pendidikan
masyarakat, maka kesadaran hukum masyarakat juga telah semakin
meningkat. Untuk mencegah kemungkinan gugatan hukum terhadap
pelayanan kesehatan, perlulah diselenggarakan pelayanan kesehatan
yang sebaik-baiknya.

4. Proses pengelolaan manajemen pelayanan asuhan kebidanan professional


Proses adalah langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Proses dikenal dengan nama fungsi manajemen.
Pada umumnya, proses ataupun fungsi manajemen merupakan tanggung
jawab pimpinan. Pendekatan proses adalah semua metode dengan cara
bagaimana pelayanan dilakukan. Semua tindakan yang dilakukan pada
waktu menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Tindakan tersebut dapat
dibedakan atas dua macam, yakni tindakan medis dan tindakan non
medis. Secara umum disebutkan apabila kedua tindakan ini tidak sesuai
dengan standar yang di tetapkan, maka sulitlah di harapkan bermutunya
pelayanan kesehatan.

6
Dalam proses terdapat:
a. Perencanaan
Perencanaan adalah proses untuk merumuskan masalah kegiatan,
menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia,
menetapkan tujuan kegiatan yang paling pokok dan menyusun
langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(landasan dasar).
Contoh perencanaan:
a) Jadwal Pelayanan ANC di Posyandu, Puskesmas
b) Rencana pelatihan untuk kader, nakes

b. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan
menggolong-golongkan, dan mengatur berbagai kegiatan,
penetapan tugas-tugas dan wewenang seseorang dan
pendelegasian wewenang dalam rangka pencapaian tujuan
layanan kebidanan. Inti dari pengorganisasian adalah merupakan
alat untuk memadukan atau sinkronisasi semua kegiatan yang
berasfek personil, finansial, material dan tata cara dalam rangka
mencapai tujuan pelayanan kebidanan yang telah di tetapkan.
Contoh pengorganisasian:
a) Puskesmas
b) Puskesmas Pembantu
c) Polindes dan Pembantu
d) Balai desa
c. Penggerakan dan pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian
(P3)
Penggerakan dan Pelaksanaan adalah suatu usaha untuk
menciptakan iklim kerja sama di antara pelaksanaan program
pelayanan kebidanan sehingga tujuan dapat tercapai secara efektif
dan efisien.

7
Fungsi manajemen ini lebih menekankan bagaimana seseorang
manajer pelayanan kebidanan mengarahkan dan menggerakkan
semua sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pelayanan
kebidanan yang telah di sepakati.
Contoh penggerakan dan pelaksanaan, pengawasan dan
pengendalian:
a) Pencatatan dan pelaporan (SP2TP)
b) Supervisi
c) Stratifikasi Puskesmas
d) Survei
5. Faktor pendukung penerapan manajemen pelayanan asuhan kebidanan
professional
a. Faktor profesi seperti etika profesi, berkembangnya otonomi
profesi, pertanggung jawaban profesi, hubungan antar profesi, dan
masalah moral.
1) Setiap profesi mempunyai etika profesi atau pernyataan
tentang perilaku profesi yang akan menjadi garis besar atau
pokok peraturan profesi. Kemudian, ditetapkan tentang batas-
batas yang boleh dan tidak boleh dilakukan profesi. Apabila
seseorang dalam profesinya melakukan sesuatu yang
bertentangan dengan etika profesi, ia akan mendapat teguran
dari organisasi profesinya. Jika pelanggaran itu merugikan
orang lain, yang bersangkutan dapat dituntut secara perdata
dan pidana, kemudian dicabut izin praktiknya. Program
menjaga mutu pelayanan kesehatan menetapkan etika profesi
sebagai suatu kerangka kerja yang lebih luas. Organisasi
profesi juga bertanggung jawab terhadap standar pelatihan
dan kualifikasi untuk melakukan praktik.
2) Berkembangnya otonomi dan tanggung jawab profesi. Dalam
tahun-tahun terakhir ini, profesi pelayanan kesehatan semakin
bertanggung jawab terhadap kegiatan yang mereka lakukan.
Hal ini menunjukkan komitmen yang taat asas dan tanggung

8
gugat terhadap layanan kesehatan, seperti halnya tujuan
utama dari program menjaga mutu layanan kesehatan.
3) Hubungan antar profesi
Suatu layanan kesehatan yang bermutu pada umumnya
memberikan kerja sama antar profesi. Berarti komunikasi
antar profesi harus efektif dan efisien. Komunikasi itu harus
menjadi bagian yang integral dari program menjaga mutu
layanan kesehatan.
4) Masalah moral
Setiap orang yang bekerja dalam lingkungan layanan
kesehatan memiliki kewajiban moral untuk menerima
tanggung jawab guna menyelenggarakan layanan kesehatan
yang bermutu bagi setiap pasien tanpa pilih kasih. Keyakinan
moral dari setiap profesi pelayanan kesehatan mungkin akan
mempengaruhi jenis layanan kesehatan yang diberikan.
b. Faktor ekonomi, seperti perubahan demografi dan distribusi
sumber daya.
1) Perubahan demografi
Perubahan demografi yang terjadi akan memaksa
diterapkannya program jaminan mutu layanan kesehatan.
Perubahan kependudukan menyebabkan pertambahan
penduduk sehingga semakin banyak orang yang harus
dipelihara kesehatannya. Di Indonesia, sebagian besar
layanan kesehatan masih berasal dari pemerintah sementara
kemampuan pemerintah dalam menyediakan sumber daya
kesehatan masih sangat terbatas.
2) Distribusi sumber daya
Dalam era otonomi daerah, alokasi sumber daya kesehatan
merupakan salah satu simbol kewenangan daerah. Program
menjaga mutu layanan kesehatan akan memberikan suatu
kenyataan objektif pertanggunggugatan pemerintah (public
accountability) kepada masyarakat. Program menjaga mutu

9
layanan kesehatan juga mendukung tanggung gugat
perorangan dari profesi layanan kesehatan terhadap pasien
akibat adanya hubungan langsung antara pasien dan profesi
layanan kesehatan.
c. Faktor sosial politik seperti kesadaran masyarakat, harapan
masyarakat, peraturan perundang-undangan, keputusan menteri
kesehatan, akreditasi, dan tekanan internasional.
1) Kesadaran masyarakat
Desakan masyarakat telah menimbulkan keharusan untuk
membuat layanan kesehatan yang semakin efisien. Saat ini
masyarakat umumnya lebih mudah mendapatkan informasi
tentang layanan kesehatan serta hak-hak mereka terhadap
layanan kesehatan. Apabila layanan kesehatan yang diberikan
tidak memenuhi persyaratan mutu layanan kesehatan, mereka
akan mengeluh dan bisa menyampaikan keluhannya melalui
media massa atau media sosial. Pada era sebelumnya, pasien
seolah-olah tidak terlibat dalam proses pengambilan
keputusan yang dilakukan oleh profesi pelayanan kesehatan
dan kurang mendapat informasi tentang pemeriksaan,
perawatan, pengobatan, penyakit, atau tindakan yang akan
dilakukan. Program jaminan mutu layanan kesehatan
menjamin bahwa pendapat pasien akan dipertimbangkan dan
setiap tindakan atau pengobatan yang akan dilakukan harus
terlebih dahulu dikonsultasikan dengan pasien atau
keluarganya. Konsultasi yang demikian dapat dianggap
sebagai hak moral pasien.
2) Harapan masyarakat
Berubahnya harapan masyarakat menjadi alasan lain
mengapa program jaminan mutu layanan kesehatan harus
diterapkan dalam layanan kesehatan.

10
3) Peraturan perundang-undangan
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 menyebutkan tentang
standar layanan kesehatan yang telah ditetapkan dan akan
menjadi bagian dari program menjaga mutu layanan
kesehatan
4) Akreditasi
Indonesia telah melakukan akreditasi terhadap rumah sakit
umum. Namun, belum semua rumah sakit jiwa, rumah sakit
khusus, dan industri layanan kesehatan lainnya diakreditasi,
padahal akreditasi itu akan dapat mendorong pelaksanaan
program menjaga mutu layanan kesehatan.
5) Tekanan internasional
Forum publik internasional juga mempunyai pengaruh
terhadap layanan kesehatan. Sebagai salah satu anggota
WHO, Indonesia telah bertekad untuk melaksanakan program
menjaga mutu layanan kesehatan.

6. Faktor Penghambat Penerapan Manajemen Pelayanan Asuhan Kebidanan


Profesional

Salah satu faktor penghambat adalah Ketersediaan Sumber Daya


Kesehatan. Sebagaimana dimaksud pada pasal 1 ayat (2) Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, yaitu Sumber daya di
bidang kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga, perbekalan
kesehatan, kesediaan farmasi dan alat-alat kesehatan serta fasilitas
pelayanan kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan untuk
meyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah dan/atau Masyarakat.

a. ketersediaan sumber daya kesehatan dan fasilitas kesehatan sudah


terdapat namun belum lengkap
b. kurangnya tenaga kesehatan bidan dimana penyebaran bidan belum
merata pada setiap desa, karena masih ada bidan yang bertugas di dua

11
desa Sehingga masyarakat tidak mendapatkan pelayanan kesehatan
dengan optimal.
c. Masih kurang tingkat pengetahuan bidan, karena bidan yang bertugas
masih kurang berpengalaman sehingga keterampilan/skill yang
dimiliki masih rendah
d. Serta masih kurangnya komitmen dalam menjalankan tugas di
sebabkan bidan sering meninggalkan tempat tugas.
e. Selain itu kurangnya sarana transportasi mengakibatkan bidan sulit
untuk menjangkau desa-desa di Wilayah Kepulauan, adanya kondisi
tersebut berpengaruh kepada bidan untuk melakukan kunjungan
f. Hal ini juga berpengaruh pada masyarakat di daerah kepulauan yang
sulit menjangkau dan mendapatkan pelayanan kesehatan di
puskesmas. Alat kesehatan dan kesediaan farmasi (obat) di beberapa
desa yang belum lengkap, tentu saja sangat menghambat dalam upaya
pemenuhan dan peningkatan pelayanan kesehatan khususnya
pelayanan dimasyarakat.

7. Evaluasi Pelaksanaan Manajemen Pelayanan Asuhan Kebidanan


Profesional
Langkah-langkah proses manajemen pada umumnya merupakan
pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi
tindakan serta berorientasi pada proses klinis. Karena proses manajemen
tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah yang
terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin
proses manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja. Langkah ini sebagai
pengecekan apakah rencana asuhan tersebut efektif. Dalam
pendokumentasian/catatan asuhan kebidanan diterapkan dalam bentuk
SOAP. Data Subjektif (S), adalah data pasien yang didapat dari
anamnesa.
Data Objektif (O), adalah data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan
fisik serta diagnostik dan penunjang juga catatan medis lainnya.

12
Assasment (A), adalah anlisa dan interpretasi data yang terkumpul dan
dibuat kesimpulan. Yang terdiri dari:
a. Diagnosa
b. Antisipasi diagnosa / masalah potensial
c. Perlunya tindakan segera / kolaborasi

Planning/Perencanaan (P), adalah merupakan gambaran pendokumentasian


dari tindakan. Evaluasi didalamnya termasuk:
a. Asuhan mandiri
b. Kolaborasi
c. Tes diagnostik/lab
d. Konseling
e. Follow up

13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah
ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan
kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat.
Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis
sistematis. Oleh karena itu manajemen kebidanan merupakan alur piker bagi
seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus
yang menjadi tanggung jawabnya. Manajemen kebidanan mempunyai peran
penting dalam menunjang kerja seseorang bidan agar dapat melakukan
pelayanan dengan baik kepada kliennya.
Tujuan manajemen pelayanan asuhan kebidanan profesional adalah
memberikan asuhan kebidanan yang adekuat, komprehensif dan standar pada
ibu intranatal dengan memperhatikan riwayat ibu selama kehamilan,
kebutuhan dan respon ibu serta mengantisipasi resiko-resiko yang terjadi
selama proses persalinan.
Manajemen pelayanan asuhan kebidanan profesional bermanfaat
meningkatkan efektivitas dan efesiensi pelayanan kebidanan, meningkatkan
penerimaan pelayanan kesehatan di masyarakat, melindungi penyelenggaraan
pelayanan kesehatan dan kemungkinan timbulnya gugatan hukum.
Proses penyelenggaraan manajemen asuhan kebidanan meliputi perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pelaksanaan, serta pengawasan dan
pengendalian.
Tenaga Kesehatan khususnya bidan merupakan faktor utama dalam
pelayanan asuhan kebidanan. Faktor teknis yang mempengaruhi pelaksanaan
bidan antara lain fasilitas kesehatan/ sarana prasarana kesehatan, upaya
pelayanan kuratif dan dibatasi, tenaga kesehatan khususnya bidan, obat-
obatan dan pendanaan. Untuk menjamin pelaksanaan kegiatan agar berjalan

14
dengan baik sesuai dengan indicator dan standar yang ditetapkan, maka perlu
sistem monitoring dan evaluasi.

B. Saran
Mahasiswa diharapkan mampu menabah wawasan tentang penerapan
manajemen pelayanan asuhan kebidanan profesional melalui buku maupun
jurnal.

15
DAFTAR PUSTAKA

Cut Sriyanti. 2016. Mutu Layanan Kebidanan dan Kebijakan Kesehatan. Jakarta
Selatan : Pusdik SDM Kesehatan
Siti Aisyah. 2014. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan dan Kebidanan .
Sidoarjo : Zifatama Jawara

16

Anda mungkin juga menyukai