Anda di halaman 1dari 3

Nama : Fitria Ningsih

Nim : 201803013

Kesehatan dan keselamatan kerja di Praktik Bidan Maandiri (PMB)

Keselamatan pasien sudah merupakan gerakan universal. Berbagai negara maju


bahkan telah menggeser paradigma “quality” kearah paradigma “quality safety”.
Ini berarti bukan hanya mutu pelayanan yang harus ditingkatkan tapi yang lebih
penting lagi adalah menjaga keselamatan pasien secara konsisten dan terus
menerus. Keselamatan (safety) yang telah menjadi isu global memiliki lima isu
penting yang terkait dengan keselamatan, yaitu keselamatan pasien (patient safety),
keselamatan pekerja/ petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan yang
bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan
(green productivity) yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan
keselamatan bisnis yang terkait dengan kelangsungan hidup perusahaan. Angka
Kematian Ibu (AKI) sampai saat ini masih menjadi salah satu indikator utama yang
digunakan untuk melihat besarnya derajat kesehatan pada perempuan. AKI telah
menjadi target MDG’s (Millenium Development Goals) nomor lima, yaitu
meningkatkan kesehatan ibu, yaitu menurunkan angka kematian ibu hingga ¾-nya
tahun 1990-2015.

Dalam melakukan pelayanan kebidanan, bidan harus menerapkan asuhan


kebidanan sesuai kewenangannya. Salah satu bentuk pelayanan utama yang
diberikan bidan sebagai tenaga kesehatan adalah Asuhan Persalinan Normal
(APN). Asuhan Persalinan Normal adalah asuhan kebidanan pada persalinan
normal yang mengacu kepada asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan
setelah bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi (Depkes,2004). Fokus utama
APN adalah mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan suatu pergeseran
paradigma dari sikap menunggu dan menangani komplikasi menjadi mencegah
komplikasi yang mungkin muncul sehingga akan mengurangi kesakitan dan
kematian ibu serta bayi baru lahir. Persalinan aman dan bersih merupakan salah
satu dari empat pilar Safe Motherhood, aman artinya memastikan setiap penolong
persalinan mempunyai kemampuan, keterampilan dan alat untuk memberikan
pertolongan yang bersih dan aman serta mamberikan pelayanan nifas pada ibu dan
bayi, bersih artinya bebas dari infeksi. Kemampuan bidan untuk mencegah
transmisi infeksi dalam Asuhan Persalinan Normal adalah “memotong rantai
penularan”, yaitu dengan menerapkan Kewaspadaan Universal. Kewaspadaan
Universal.

Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempermudah atau


mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang. Pada Praktek Mandiri (PMB)
bidan memiliki kewenangan dalam melakukan Asuhan Kebidanan yang selalu
dihadapi berbagai potensi bahaya, diantaranya bahaya fisik dan biologi di ruang
bersalin ketika bidan melakukan Asuhan Persalinan Normal, sehingga sangat
diperlukan bekal pengetahuan yang baik agar tercipta perilaku sehat yang bentuk
konkritnya adalah prilaku proaktif memelihara dan meningkatkan kesehatan,
mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta
berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan (Depkes RI,2010), serta dengan
membudayakan prinsip keselamatan dan kesehatan kerja guna meningkatkan
derajat kesehatan yang optimal.

Perilaku penggunaan APD lengkap saat bidan melakukan Asuhan Persalinan


Normal merupakan salah satu unsur dari Kewaspadaan Universal yaitu dengan
melakukan upaya pengendalian untuk menciptakan kesehatan dan keselamatan
kerja terhadap potensi bahaya-risiko yang akan dihadapi bidan, seperti tertular
penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit dan fungi melalui
pasien yang tidak diketahui kondisi kesehatannya oleh bidan secara menyeluruh.
Pasien pun berpotensi terkena bahaya-risiko seperti terjadinya infeksi yang bisa
menyebabkan kematian pada ibu dan bayi jika bidan kurangmengetahui dan tidak
menerapkan Kewaspadaan Universal (KU) di Bidan Praktek Mandiri. Karena
risiko tinggi inilah maka APD harus dikelola dengan baik di unit kerja dengan
menyediakan macam dan jumlahnya sesuai kebutuhan dan selalu siap pakai,
termasuk kualitas bahan, ukuran serta cara menyimpannya. Segala prosedur
pembedahan yang membuka jaringan organ, pembuluh darah dan pertolongan
persalinan atau tindakan abortus, temasuk tindakan medik invasif berisiko tinggi
menularkan HIV bagi tenaga kesehatan. Untuk memutus rantai penularan, perlu
pembatas berupa: 1. Kacamata pelindung untuk menghindari percikan cairan tubuh
ke mata 2. Masker pelindung hidung/ mulut untuk mencegah percikan pada
mukosa hidung/ mulut 3. Plastik penutup badan (schort) untuk mencegah kontak
dengan cairan tubuh pasien 4. Sarung tangan yang sesuai untuk pelindung tangan
yang aktif melakukan tindakan medik invasif 5. Penutup kaki untuk melindungi
kaki dari cairan yang infektif (JNPKKR-POGI,2009) Untuk kegiatan pertolongan
persalinan sebaiknya semua alat pelindung tubuh digunakan oleh petugas untuk
mengurangi terpajan darah dan cairan tubuh lainnya (Depkes,2010).

Anda mungkin juga menyukai