Kesehatan dan keselamatan kerja di Praktik Bidan Maandiri (PMB)
Keselamatan pasien sudah merupakan gerakan universal. Berbagai negara maju
bahkan telah menggeser paradigma “quality” kearah paradigma “quality safety”. Ini berarti bukan hanya mutu pelayanan yang harus ditingkatkan tapi yang lebih penting lagi adalah menjaga keselamatan pasien secara konsisten dan terus menerus. Keselamatan (safety) yang telah menjadi isu global memiliki lima isu penting yang terkait dengan keselamatan, yaitu keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja/ petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan bisnis yang terkait dengan kelangsungan hidup perusahaan. Angka Kematian Ibu (AKI) sampai saat ini masih menjadi salah satu indikator utama yang digunakan untuk melihat besarnya derajat kesehatan pada perempuan. AKI telah menjadi target MDG’s (Millenium Development Goals) nomor lima, yaitu meningkatkan kesehatan ibu, yaitu menurunkan angka kematian ibu hingga ¾-nya tahun 1990-2015.
Dalam melakukan pelayanan kebidanan, bidan harus menerapkan asuhan
kebidanan sesuai kewenangannya. Salah satu bentuk pelayanan utama yang diberikan bidan sebagai tenaga kesehatan adalah Asuhan Persalinan Normal (APN). Asuhan Persalinan Normal adalah asuhan kebidanan pada persalinan normal yang mengacu kepada asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi (Depkes,2004). Fokus utama APN adalah mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu dan menangani komplikasi menjadi mencegah komplikasi yang mungkin muncul sehingga akan mengurangi kesakitan dan kematian ibu serta bayi baru lahir. Persalinan aman dan bersih merupakan salah satu dari empat pilar Safe Motherhood, aman artinya memastikan setiap penolong persalinan mempunyai kemampuan, keterampilan dan alat untuk memberikan pertolongan yang bersih dan aman serta mamberikan pelayanan nifas pada ibu dan bayi, bersih artinya bebas dari infeksi. Kemampuan bidan untuk mencegah transmisi infeksi dalam Asuhan Persalinan Normal adalah “memotong rantai penularan”, yaitu dengan menerapkan Kewaspadaan Universal. Kewaspadaan Universal.
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempermudah atau
mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang. Pada Praktek Mandiri (PMB) bidan memiliki kewenangan dalam melakukan Asuhan Kebidanan yang selalu dihadapi berbagai potensi bahaya, diantaranya bahaya fisik dan biologi di ruang bersalin ketika bidan melakukan Asuhan Persalinan Normal, sehingga sangat diperlukan bekal pengetahuan yang baik agar tercipta perilaku sehat yang bentuk konkritnya adalah prilaku proaktif memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit serta berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan (Depkes RI,2010), serta dengan membudayakan prinsip keselamatan dan kesehatan kerja guna meningkatkan derajat kesehatan yang optimal.
Perilaku penggunaan APD lengkap saat bidan melakukan Asuhan Persalinan
Normal merupakan salah satu unsur dari Kewaspadaan Universal yaitu dengan melakukan upaya pengendalian untuk menciptakan kesehatan dan keselamatan kerja terhadap potensi bahaya-risiko yang akan dihadapi bidan, seperti tertular penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit dan fungi melalui pasien yang tidak diketahui kondisi kesehatannya oleh bidan secara menyeluruh. Pasien pun berpotensi terkena bahaya-risiko seperti terjadinya infeksi yang bisa menyebabkan kematian pada ibu dan bayi jika bidan kurangmengetahui dan tidak menerapkan Kewaspadaan Universal (KU) di Bidan Praktek Mandiri. Karena risiko tinggi inilah maka APD harus dikelola dengan baik di unit kerja dengan menyediakan macam dan jumlahnya sesuai kebutuhan dan selalu siap pakai, termasuk kualitas bahan, ukuran serta cara menyimpannya. Segala prosedur pembedahan yang membuka jaringan organ, pembuluh darah dan pertolongan persalinan atau tindakan abortus, temasuk tindakan medik invasif berisiko tinggi menularkan HIV bagi tenaga kesehatan. Untuk memutus rantai penularan, perlu pembatas berupa: 1. Kacamata pelindung untuk menghindari percikan cairan tubuh ke mata 2. Masker pelindung hidung/ mulut untuk mencegah percikan pada mukosa hidung/ mulut 3. Plastik penutup badan (schort) untuk mencegah kontak dengan cairan tubuh pasien 4. Sarung tangan yang sesuai untuk pelindung tangan yang aktif melakukan tindakan medik invasif 5. Penutup kaki untuk melindungi kaki dari cairan yang infektif (JNPKKR-POGI,2009) Untuk kegiatan pertolongan persalinan sebaiknya semua alat pelindung tubuh digunakan oleh petugas untuk mengurangi terpajan darah dan cairan tubuh lainnya (Depkes,2010).