Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN POST PARTUM FISIOLOGIS


PADA Ny. K P1001 DENGAN 6 JAM POST PARTUM
DI PRAKTIK MANDIRI BIDAN SRI WAHYUNI, S.ST WILAYAH KOTA
SURABAYA
TANGGAL : 31 MEI s/d 26 JUNI 2021

Disusun oleh :
ARROYANI LU’LUIL ULA AL SALSABILA
P27824119005

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN SUTOMO SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Komprehensif “Asuhan Kebidanan Fisiologis pada Nifas” yang disusun oleh
Mahasiswa Semester IV Program Studi D3 Kebidanan Sutomo Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Surabaya Tahun Akademik 2020 / 2021.
Tempat Praktik : PMB Sri Wahyuni, S.ST.

Tanggal Praktik : 31 Mei – 26 Juni 2021

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Pendidikan Pembimbing Praktik

Kharisma Kusumaningtyas, M.Keb. Evi Yunita Nugrahini, M.Keb. Sri Wahyuni, S.ST
NIP. 198103232008012014 NIP. 198006212002122001 NIP. 198111302005012008

Mengetahui,
Kaprodi D3 Kebidanan Sutomo

Dwi Wahyu Wulan S, SST.,M.Keb


NIP. 197910302005012001

Dosen Tabulasi

………………………………
NIP.
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya saya dapat menyelesaikan Laporan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas pada tanggal
31 Mei 2021 – 26 Juni 2021.
Dalam penyusunan laporan ini saya mendapat bimbingan dan pengarahan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu tidak lupa saya ucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Astuti Setiyani, SST. M. Keb, selaku Kepala Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Surabaya.
2. Dwi Wahyu Wulan S,SST. M. Keb, selaku Ketua Prodi DIII Kebidanan
Sutomo Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surabaya.
3. Kharisma Kusumaningtyas, M.Keb, selaku pembimbing pendidikan Prodi
DIII Kebidanan Sutomo Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Surabaya.
4. Evi Yunita Nugrahini, M.Keb, selaku pembimbing pendidikan Prodi DIII
Kebidanan Sutomo Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Surabaya.
5. Sri Wahyuni, SST, selaku pembimbing praktik di PMB
6. Seluruh pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan ini.
Saya menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan. Hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan, pengetahuan dan pengalaman
yang saya miliki. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan
kesempurnaan dalam pembuatan laporan selanjutnya. Semoga laporan praktik klinik ini
dapat bermanfaat bagi saya dan pembaca.

Surabaya, 18 Juni 2021

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis baik ibu maupun bayinya. Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu,
sekitar 60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hamper 50% dari kematian
pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah melahirkan, diantaranya
disebabkan oleh adanya komplikasi pada masa nifas (Walyani & Purwoastuti, 2015).

Tidak sedikit pula para ibu nifas yang kerap kali mengalami dampak dari
masa nifas yaitu seperti anemia yang disebabkan oleh perdarahan hebat, depresi
masa nifas dimana perubahan hormone mempengaruhi perilaku sang ibu, dan infeksi
pada masa nifas (Sukarni, 2013).

Perdarahan pasca persalinan selama ini merupakan penyebab dari kematian


ibu, namun dengan bertambahnya persedian darah dan rujukan maka infeksi menjadi
lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu. Selain infeksi pada
ibu nifas masih ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada masa nifas yaitu
infeksi saluran kemih, metritis, bendungan payudara, infeksi payudara, abses
payudara, infeksi luka perineum dan luka abdomen. Menyusui juga dapat menjadi
cara mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan mengurangi prevalensi
anemia defisiensi besi (Walyani & Purwoastuti, 2015)

Negara berkembang seperti Indonesia menganggap masa nifas merupakan


masa yang kritis bagi ibu setelah melahirkan. Dirpekirakan bahwa 60% kematian ibu
terjadi setelah persalinan dan 50% diantaranya terjadi dalam selang waktu 24 jam
pertama (Prawirardjo,2016). Tingginya kematian ibu nifas merupakan masalah yang
komlpeks yang sulit diatasi. AKI merupakan sebagai pengukuran untuk menilai
keadaan pelayanan obstretri disuatu negara. Bila AKI masih tinggi berarti pelayanan
obstretri masih buruk, sehingga memerlukan perbaikan. Dari laporan WHO di
Indonesia merupakan salah satu angka kematian ibu tergolong tinggi yaitu 420 per
100.000 kelahiran hidup, bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


Mahasiswa mampu melaksanakan Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny.R
dengan Post Partum Fisiologis
1.2.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu:

1. Melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada ibu post partum
2. Menginterpretasi data serta menentukan diagnosa kebidanan, masalah dan
kebutuhan ibu post partum
3. Mengidentifikasi diagnosa potensial pada ibu post partum
4. Merencanakan tindakan yang dibutuhkan ibu post partum
5. Melaksanakan tindakan yang dibutuhkan ibu post partum
6. Melaksanakan asuhan kebidanan berdasarkan kebutuhan ibu post partum
7. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang dilakukan
8. Melakukan pendokum
1.3 Manfaat
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam menerapkan ilmu yang telah
diperoleh melakukan asuhan kebidanan secara langsung pada ibu sehingga dapat
melaksanakan tugas sebagai bidan dan memberikan masukan terhadap tenaga
kesehatan untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan
selalu menjaga mutu pelayanan.
1.4 Pelaksanaan
Tanggal : 31 Mei 2021 – 26 Juni 2021
Tempat : PMB Sri Wahyuni, S.ST
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar


2.1.1 Pengertian Nifas

Masa nifas atau puerperium adalah masa yang dimulai sejak 1 jam setelah
lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Pelayanan
pasca persalinan harus terselenggara pada masa ini untuk memenuhi
kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan,deteksi dini dan
pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin terjadi, serta penyediaan
pelayanan pemberian ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunsasi, dan nutrisi
bagi ibu (Prawirohardjo, 2016)
Masa nifas (puerperium) adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan
untuk pulih kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu (Syafrudin dan
Hamidah, 2012)
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil (Bahiyatun, 2009)
Jadi masa nifas atau puerperium adalah masa yang dimulai sejak 1 jam
setelah lahirnya plasenta sampai pulihnya kembali alat kandungan seperti
sebelum hamil yaitu sampai 6 minggu (42 hari) setelah persalinan
2.1.2 Patofisiologi
Persalinan adalah  rangkaian proses  yang berakhir dengan pengeluaran
hasil konsepsi oleh ibu. di dalam proses persalinan normal atau partus spontan
terkadang harus melalui proses induksi atau pacuan agar bayi dapat keluar. Ada
beberapa hal yang menyebabkan persalinan tersebut harus dilakukan pacuan atau
induksi, indikasi pada ibu yaitu penyakit yang diderita, komplikasi kehamilan, kondisi
fisik ibu, rupture sponan terlebih, perdarahan Antepartum, kanker, kala I lama,
kemudian ada beberapa indikasi pada janin yang menyebabkan persalinan harus
menggunakan induksi atau pacuan yaitu kehamilan lewat waktu, plasenta previa
parsialis, solusio plasenta ringan, kematian intrauterine, Kematian berulang dalam
rahim, ketuban pecah dini, diabetes kehamilan. 
Pada pasien nifas akan mengalami perubahan fisiologis dan psikologis.
perubahan yang terjadi pada pasien nifas spontan akan menyebabkan pengeluaran
ASI yang tidak lancar yang  oleh penurunan hormon estrogen dan progesteron
sehingga menstrimulasi   hipofisis anterior dan posterior lalu sekresi prolaktin dan
oksitosin terjadi membuat diagnosa kerewatan ketidakefektifan pemberian ASI
muncul.  Pada ibu nifas juga akan mengalami involusi uteri yang menyebabkan
pelepasan desidua lalu mengalami kontraksi si uterus dan munculnya lochea.

2.1.3 Perubahan Fisiologi Post Partum


1. Involusi Uteri
Involusi ialah proses kembalinya uterus ke keadaan seperti sebelum hamil setelah
melahirkan. Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa involusi
(Mochtar, Roestam, 2015: h.115 )

2. Involusi Tinggi fundus uteri Berat uterus


Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gr
Plasenta lahir 2 jari di bawah pusat 750 gr

1 minggu Pertengahan pusat simpis 500 gr


2 minggu Tidak teraba diatas simpisis 350 gr
6 minggu Bertambah kecil 50 gr

8 minggu Sebesar normal 30 gr

Perubahan Sistem Reproduksi


a. Servik
Setelah persalinan, bentuk servik agak menganga seperti corong
berwarna merah kehitaman. Konsisteninya lunak, kadang-kadang
terdapat perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bias masuk
rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui 2-3 hari dan setelah 7 hari
hanya dapat dilalui 1 jari (Mochtar, Roestam, 2015: h.116).
b. Vagina
Estrogen pasca partum yang menurun berperan dalam penipian
mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula teregang
akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil, enam sampai
delapan minggu setelah bayi lahir.
c. Perineum
Jalan lahir mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi, sehingga menyebabkan mengendunya
proses melahirkan organ ini bukan robekan yang memerlukan jahitan.
Proses penyembuhan luka episiotomy sama dengan luka operasi lain.
Tanda-tanda infeksi (nyeri, merah panas, bengkak). Penyembuhan
harus berlangsung dalam 2-3minggu.
d. Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas.lokia
mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam
uterus. Pengeluaran lokia dapat dibagi berdasarkan waktu dan
warnanya.
Lochea Waktu Warna Ciri-ciri
Berisi darah segar
dan sisa-sisa selaput
1-3 hari
Rubra ketuban, sel-sel
post Merah
(cruenta) desidua, verniks
partum
kaseosa, lanugo dan
mekonium
3-7 hari
Merah Berisi darah dan
Sanguinolenta post
kekuningan lendir
partum
Merah
7-14 hari Cairan serum,
jambu
Serosa post jaringan desidua,
kemudian
partum leukosit dan eritrosit
kuning
Cairan berwarna
2 minggu
Berwarna putih seperti krim
Alba post
putih terdiri dari leukosit
partum
dan sel-sel desidua
Terjadi Infeksi, keluar
Purulenta cairan seperti nanah
berbau busuk
Lochea tidak lancar
Locheastatis
keluarnya
Sumber : Saleha, 2013
3. Perubahan Sistem Pencernaan
1. Nafsu makan
Ibu biasanya lapar setelah melahirkan, sehingga ia boleh
mengkonsumsi makanan ringan.
2. Motilitas
Secara khas penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap
selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.
3. Defekasi
Buang air besar secara spontan bias tertunda selama 2-3 hari setelah
ibu melahirkan. Keadaan ini bias disebabkan karena tonus otot uterus
menurun selama proses persalinan dan pada masa nifas, diare
sebelum persalinan,enema sebelum melahirkan, kurang makan atau
dehidrasi.
4. Perubahan Payudara
a. Menyusui
Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan
kekuningan, yakni kolostrum dikeluarkan dari payudara.Setelah laktasi
dimulai, payudara teraba hangat dan keras ketika disentuh. Rasa nyeri
akan menetap selama sekitar 48 jam. Susu putih kebiruan (tampak
seperti susu krim) dapat dikeluarkan dari putting.
b. Tidak Menyusui
Apabila wanita memilih untuk tidak menyusui dan tidak menggunakan
obat antilaktogenik, kadar prolaktin akan turun dengan cepat. Sekresi
kolostrum akan menetap selama beberapa hari pertama setelah
wanita melahirkan. Pada jaringan payudara, saat palpasi dilakukan
pada hari ke dua dan ketiga, dapat ditemukan adanya nyeriseiring
dimulai produksi ASI. Pada hari ke 3 atau ke 4 pascapartum bias
terjadi pembengkakan. Payudara teregang (bengkak), keras,nyeri bila
ditekan dan hangat jika diraba.
5. Perubahan Sistem Perkemihan
Kombinasi trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih
setelah bayi lahir, dan efek konduksi anastesi menyebabkan keinginan
untuk berkemih menurun.Selain itu rasa nyeri pada panggul akibat
dorongan saat melahirkan, laserasi vagina atau episiotomi menurunkan
atau mengubah reflek berkemih. Tonus andung kemih biasanya akan pulih
kembali dalam lima sampai tujuh hari setelah bayi lahir.
6. Perubahan Sistem Muskuloskletal
Ligamen-ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang sewaktu
kehamilan dan persalinan berangsur-angsur kembali seperti sediakala.
7. Perubahan Endokrin
Kadar esterogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3jam postpartum.
Progesterone turun pada hari ke 2 postpartum.Kadar prolaktin dalam darah
berangsur-angsur hilang.
8. Perubahan Integumen
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat
kehamilan berakhir. Hipergpigmentasi aerola dan linea nigra tidak
menghilang seluruhnya setelah bayi lahir. Pada beberapa wanita,
pigmentasi pada daerah tersebut akan menetap. Kulit yang meregang
pada payudara, abdomen, paha dan panggul mungkin memudar tetapi
tidak hilang seluruhnya. Apabila wanita berdiri hari pertama postpartum,
abdomennya akan menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti
mas hamil. Dalam 2 minggu setelah melahirkan, dinding abdomen wanita
itu akan rileks. Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen
kembali ke keadaan sebelum hamil.Kulit memperoleh kembali
elastisitasnya, tetapi sejumlah kecil striae menetap. Pengembalian tonus
otot bergantung pada kondisi tpnus sebelum hamil, latihan fisik yang tepat,
jumlah jaringan lemak.
9. Perubahan Tanda-Tanda Vital
a. Suhu badan
Satu hari postpartum suhu badan akan naik sedikit (37,5- 38ºC)
sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan
kelelahan.
b. Nadi
Denyut nadi normal orang dewasa 60-80 kali npermenit. Denyut nadi
dan volume sekuncup serta curah jantung tetap tinggi selama jam
pertama setelah bayi lahir. Kemudian mulai menurun dengan frekuensi
yang tidak diketahui. Pada minggu ke 8-10 setelah melahirkan, denyut
nadi kembali ke frekuensi sebelum hamil.
c. Tekanan darah
Tekanan darah sedikit berubah atau menetap. Hipotensi ortostatik,
yang diindikasikan oleh rasa pusing dan seaakan ingin pingsan saat
berdiri dapat timbul dalam 48jam pertama. Hal ini merupakan akibat
pembengkakan limpa yang terjadi setelah wanita melahirkan.
d. Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan
denyut nadi. Bila suhu dan denyut nadi tidak normal, pernafasan juga
akan mengikutinya.
e. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Setelah terjadi deuresis yang mencolok akibat penurunan kadar
esterogen, volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah
sel darah merah dan hemoglobin kembali normal pada hari ke-5.

2.1.4 Perubahan Psikologis Post Partum


Periode Postpartum menyebabkan stress emosional terhadap ibu baru,
bahkan lebih menyulitkan bila terjadi perubahan fisik yang hebat. Faktor-faktor
yang mempengaruhi suksenya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada
masa post partum, yaitu: (Bahiyatun, 2016).
1. Respon dan dukungan dari keluarga dan teman
2. Hubungan antara pengalaman melahirkan dan harapan serta aspirasi
3. Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak yang lain
4. Pengaruh budaya
Dalam menjalani adaptasi psikososial menurut Rubin setelah melahirkan, ibu
akan melalui fase-fase sebagai berikut: (Nurjanah, 2013)
a) Masa Taking In (Fokus pada Diri Sendiri)
Masa ini terjadi 1-3 hari pasca-persalinan, ibu yang baru
melahirkan akan bersikap pasif dan sangat tergantung pada dirinya
(trauma), segala energinya difokuskan pada kekhawatiran tentang
badannya. Dia akan bercerita tentang persalinannya secara berulang-
ulang.
b) Masa Taking On (Fokus pada Bayi)
Masa ini terjadi 3-10 hari pasca-persalinan, ibu menjadi khawatir
tentang kemampuannya merawat bayi dan menerima tanggung jawabnya
sebagai ibu dalam merawat bayi semakin besar. Perasaan yang sangat
sensitive sehingga mudah tersinggung jika komunikasinya kurang hati-
hati.
c) Masa Letting Go (Mengambil Alih Tugas sebagai Ibu Tanpa Bantuan
NAKES)
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya
yang berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu mengambil langsung
tanggung jawab dalam merawat bayinya, dia harus menyesuaikan diri
dengan tuntutan ketergantungan bayinya dan terhadap interaksi social.
Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan. Keinginan
untuk merawat diri dan bayinya meningkat pada fase ini.
2.1.5 Tahapan Post Partum
Proses kembalinya alat-alat kandungan seperti keadaan semula dibagi
dalam tiga periode (Bahiyatun, 2008 ; h. 2/ bab 1 ; Sulistyawati, 2010; h. 5)

1) Puerperium Dini
Puerperium dini merupakan masa kepulihan, yang dalam hal ini ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2) Puerperium Intermedial
Puerperium intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat
genitalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
3) Remote Puerperium
Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung
selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan (Mochtar R, 2015:
h.115)
2.1.6 Jadwal Kunjungan Post Partum

Kunjungan Waktu Tujuan


1. Mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri
2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan: rujuk bila perdarahan berlanjut.
3. Memberikan konseling pada ibu atau salah
satu anggota keluarga bagaimana mencegah
1 6-8 jam setelah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
(Pertama) persalinan (anc teori kunjungan berapa T yg terbaru)
4. Pemberian ASI awal.
5. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermi.
6. Mengajarkan cara mempererat hubungan
antara ibu dan bayi baru lahir (Saleha, S.
2009. h. 6-7)
1. Memastikan involusi uterus berjalan normal:
uterus berkontraksi, fundus di bawah
umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal,
tidak ada bau.
2. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi
atau perdarahan abnormal.
2 6 hari setelah 3. Memastikan ibu mendapatkan cukup makan,
(Kedua) persalinan cairan dan istirahat.
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan
tak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
5. Memberikan konseling pada ibu mengenai
asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi
tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
(Saleha, S. 2009. h. 6-7)
3 2 minggu setelah sama seperti diatas (6 hari setelah persalinan)
(Ketiga) persalinan (Saleha, S. 2009. h. 6-7)
4 6 minggu setelah 1. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-
penyulit yang ia atau bayi alami
2. Memberikan konseling untuk KB secara dini.
(Keempat) persalinan 3. Menganjurkan/mengajak ibu membawa
bayinya ke posyandu atau puskesmas untuk
penimbangan dan imunisasi

2.1.7 Kebutuhan Dasar Ibu Post Partum


a. Nutrisi dan Cairan
Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari, makan dengan diet
berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup,
minum sedikitnya 3 liter air setiap hari, mengkonsumsi pil zat besi untuk
menambah zat gizi, setidaknya selama 40 hari pasca bersalin dan
mengkonsumsi kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan
vitamin A kepada bayi melalui ASI nya.
b. Ambulasi
Ibu yang baru melahirkan biasanya tidak mau banyak bergerak karena
merasa letih dan sakit. Namun, ibu harus dibantu turun dari tempat tidur
dalam 24 jam pertama setelah kelahiran pervaginam untuk mencegah
trombosis vena. Tujuan dari ambulasi dini adalah untuk membantu
menguatkan otot-otot perut, mengencangkan otot dasar panggul sehingga
memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh tubuh.
c. Eliminasi BAK dan BAB
Diuresis yang nyata akan terjadi pada satu atau dua hari pertama setelah
melahirkan dan kadang-kadang ibu mengalami kesulitan untuk
mengosongkan kandung kemihnya karena rasa sakit.
d. Kebersihan Diri dan Perineum
Pada ibu masa nifas sebaiknya dianjurkan untuk menjaga kebersihan
seluruh tubuh terutama daerah genitalia.
e. Istirahat
Istirahat cukup pada ibu masa nifas untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal,
seperti mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses
involusi uterus, menyebabkan depresi serta ketidak mampuan untuk
merawat bayi dan dirinya sendiri.
f. Seksual
Secara fisik, untuk memulai hubungan seksual suami istri itu aman jika
darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya
kedalam vagina tanpa ada rasa nyeri. Tetapi banyak juga budaya yang
menunda hubungan seksual sampai masa nifas selesai. Keputusan itu
tergantung pada pasangan yang bersangkutan.
g. Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun untuk
ibu hamil kembali. Menggunakan kontrasepsi adalah cara aman untuk
mencegah kehamilan terutama digunakan apabila ibu sudah haid lagi.
h. Latihan atau Senam Nifas
Latihan atau senam nifas penting untuk mengembalikan otot-otot perut
dan panggul keadaan normal.
2.1.8 Tanda Bahaya Post Partum
Perdarahan pervaginam, infeksi masa nifas, sakit kepala, nyeri epigastrik,
penglihatan kabur, pembengkakkan di wajah atau ekstremitas, demam,
muntah, rasa sakit waktu BAK, payudara yang berubah menjadi merah, panas
dan terasa sakit, kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama, rasa sakit,
merah, lunak dan pembengkakkan di kaki
2.1.9 Masalah Fisiologis Pada Post Partum
1. Asi Tidak Keluar
Sebagian ibu hamil bisa saja mengalami kondisi ASI tidak keluar. Hal ini dapat
disebabkan oleh gangguan pada produksi hormon prolaktin yang berfungsi untuk
merangsang pembentukan ASI. Inilah yang kemudian membuat ASI tidak keluar
pada waktu yang seharusnya. Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat
menyebabkan ASI tidak keluar sesaat setelah melahirkan:
a) Stres atau kelelahan setelah melahirkan, misalnya karena depresi
postpartum, persalinan lama, atau operasi caesar darurat
b) Kondisi medis tertentu, misalnya diabetes, gangguan tiroid, anemia,
dan retensi plasenta
c) Perdarahan setelah persalinan yang menyebabkan sindrom Sheehan
d) Efek samping obat-obatan, termasuk obat herba tertentu
e) Cara menyusui yang salah, misalnya pelekatan bayi yang kurang tepat
pada puting ibu
f) Kebiasaan merokok atau mengonsumsi alcohol

Cara mengatasi :
a. Segera diberikan ASI setelah bayi dilahirkan (inisiasi menyusu dini).
b. Susui Si Kecil setiap 2–3 jam selama beberapa minggu pertama, karena hal
ini dapat merangsang tubuh untuk memproduksi lebih banyak ASI.
c. Pastikan mulut Si Kecil melekat dengan benar ke payudara.
d. Pastikan agar Si Kecil tidak hanya menyusu dari salah satu payudara saja.
e. Hindari merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol.
f. Hindari memberikan empeng pada Si Kecil setidaknya 3–4 minggu setelah
ia dilahirkan.
g. Cukupi waktu istirahat dan kurangi stres.
h. Minum air yang banyak agar tidak dehidrasi dan mencegah produksi ASI
menurun.
i. Konsumsi makanan yang bergizi.
j. Pijatlah payudara secara lembut dengan gerakan maju dari dari dada ke
arah puting, karena cara ini dapat meningkatkan jumlah ASI.

2. Putting Lecet
Puting susu lecet merupakan salah satu masalah dalam menyusui yang
disebabkan trauma pada puting susu saat menyusui, selain itu dapat pula terjadi
retak dan pembentukan celah-celah. Penyebab puting susu lecet yaitu teknik
menyusui yang tidak benar, puting susu terpapar oleh sabun, krim, alkohol
ataupun zat iritan lain saat ibu membersihkan puting susu, moniliasis pada mulut
bayi yang menular pada puting susu,bayi dengan tali lidah pendek, cara
menghentikan menyusui yang kurang tepat (Susanto, 2018).
Cara mengatasi :
a. Gunakan ASI
Menurut studi dalam ACS Publications,  ASI yang diproduksi oleh tubuh ibu
sebenarnya mengandung anti-bakteri, sehingga bisa digunakan untuk
mengobati puting lecet dan mengurangi rasa sakitnya. Caranya, oleskan
beberapa tetes ASI pada area puting yang lecet sebelum dan sesudah
menyusui, kemudian angin-anginkan hingga kering.
b. Kompres dengan air hangat
Untuk mengurangi rasa sakit di puting yang lecet, ibu bisa menggunakan
handuk yang sudah direndam di air hangat, kemudian kompres payudara
sebelum menyusui. Ibu bisa mandi dengan air hangat agar efeknya terasa
hingga ke sekujur tubuh.
c. Oleskan salep
Salep khusus untuk menangani puting lecet kini mudah ditemukan dan
banyak di jual bebas. Nah, penggunaan salep ini dapat mencegah puting
melepuh, menjaga area puting tetap lembap dan mengurangi rasa gatal dan
nyeri. Pilihlah salep yang mengandung chamomile atau calendula untuk
menenangkan puting yang lecet.
d. Oleskan pelembab alami
Bahan-bahan alami seperti minyak zaitun, minyak kelapa atau minyak
almond berkhasiat melembapkan area puting yang lecet. Selain itu, ibu
dapat menggunakan tea tree oil yang mengandung antiseptik, sehingga
mampu mengobati puting lecet lebih cepat. Kandungan tersebut dapat
mencegah masalah lain yang dapat menghambat pemulihan puting yang
sakit.
3. Nyeri Luka
Ada kalanya, selama masa penyembuhan area perineum terasa tidak
nyaman sampai nyeri. Jahitan perineum biasanya sudah mulai sembuh dalam
kurun waktu 3-4 minggu pasca melahirkan normal.Setelah dua bulan, rasa sakit
atau nyeri pada vagina dan perineum akibat jahitan setelah melahirkan normal
umumnya sudah hilang. Namun, ada kemungkinan dibutuhkan waktu sekitar
enam bulan sampai area perineum benar-benar sembuh total.
Cara mengatasi :
a. Jaga kebersihan area vagina
b. Hindari menggunakan tampon dalam masa perawatan luka perineum
c. Minum banyak air putih
d. Makan makanan yang bergizi
e. Senam nifas

2.1.10Bounding Attachment
1. Definisi
Secara harfiah kata bounding dapat diartikan sebagai ikatan dan
attachment adalah sentuhan (Ambarwati, 2010). Keluarga merupakan
lingkungan pertama bagi bayi. Pada proses kelahiran selesai, proses yang baru
dimulai sama pentingnya untuk masa depan keluarga. (Dewi, 2010). Ada
berbagai cara untuk melakukan bounding attachment diantaranya Inisiasi
Menyusui Dini (IMD) danpemberian ASI Eksklusif. Inisiasi menyusui dini dapat
mencegah perdarahan setelah persalinan karena gerakan bayi dalam mencari
putting susu ibu dapat menimbulkan kontraksi uterus yang menimbulkan reflex
oksitosin yang dapat membantu proses fisiologis involusio rahim. Selain itu
Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada bayi dapat menurunkan AKB karena
hipotermi. Pemberian ASI eksklusif pada bayi dapat memberikan kekebalan
tubuh bagi bayi dan mengurangi AKB (Ambarwati, 2010).
2. Tujuan
Tujuan dari bounding attachment adalah peningkatan proses interaksi,
membantu pertumbuhan dan meningkatkan perkembangan 30 psikososial,
intelektual bayi dan psikoseksual serta membangun kepercayaan bayi terhadap
orang tua, komunikasi, dan kualitas hubungan emosional antara ibu nifas, ayah
dan bayinya sebagai satu keluarga (Nugroho, 2014).
3. Manfaat
1.) Menjalin ikatan antara ibu nifas dan bayi.
2.) Memberikan ibu nifas dan bayinya kesempatan untuk melakukan kontak
kulit dan mata.
3.) Perasaan ibu nifas akan menjadi lega karena tahu bahwa persalinannya
tidak sulit dan bayinya normal.
4.) Mengurangi kekhawatiran ibu nifas terhadap bayinya jika harus dilakukan
perawatan intensif dicovies
5.) Bayi akan mendapat kolostrum ibu nifas segera setelah lahir.
6.) Meningkatkan hubungan ikatan batin seumur hidup antara ibu nifas dan
bayi.

2.2 Konsep Asuhan Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam


menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian,
analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, penatalaksanaan dan evaluasi
(Mudillah dkk, 2012: 110). Menurut (Varney,2010) terdapat 7 Langkah Standar dalam
Manajemen Kebidanan :

2.2.1 Pengkajian Data


Pengkajian adalah tahap awal dari proses kebidanan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2013).
2.2.2 Data Subjektif
Data subyektif adalah data yang di dapat dari klien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi dan kejadian, informasi tersebut tidak dapat ditentukan oleh
tenaga kesehatan secara independen tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi
(Nursalam, 2013)
Data subyektif di sini meliputi :

1. Identitas klien dan suami menurut (Nursalam, 2013)


a. Nama
Untuk menetapkan identitas pasti pasien yang mungkin memiliki
nama yang sama dengan alamat dan nomor telepon yang berbeda
(Manuaba,2012)
b. Umur
Umur primigravida kurang dari 16 tahun atau lebih dari 35 tahun
merupakan batas awal dan akhir reproduksi yang sehat (Manuaba,
2012)
c. Agama
Dikaji sebagai dasar bidan dalam memberikan dukungan mental
dan spiritual pada pasien dan keluarga (Manuaba, 2012)
d. Suku / Bangsa
Berhubungan dengan sosial dan budaya yang dianut oleh pasien
dan keluarga yang berkaitan dengan kehamilan sampai persalinan
(Marmi,2011)
e. Pendidikan
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan pasien, sehingga
mempermudah dalam memberikan pendidikan kesehatan. Tingkat
pendidikan mempengaruhi sikap dan perilaku ibu (Farrer, 2011)
f. Pekerjaan
Untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap
permasalahan kesehatan, serta dapat menunjukkan tingkat
keadaan ekonomi keluarga (Wiknjosastro,2016)
g. Alamat
Untuk mengetahui tempat tinggal pasien yang mungkin memiliki
nama yang sama, serta mempermudah pemantauan (Farrer,2011)
2. Keluhan Utama
Pengkajian anamnesis keluhan utama didapat dengan menanyakan tentang
gangguan terpenting seperti peningkatan tekanan darah, edema kaki atau
tangan, sakit kepala di daerah frontal, rasa nyeri dan penglihatan kabur yang
dirasakan oleh pasien (Manuaba, 2012).
3. Riwayat Menstruasi
Dikaji untuk mengetahui riwayat menstruasi antara lain adalah menarche, siklus
menstruasi, lamanya menstruasi, banyaknya darah, teratur atau tidak teratur,
sifat darah, keluhan utama yang dirasakan saat menstruasi terakhir yang
mungkin mengakibatkan perdarahan saat persalinan dan nifas (Wiknjosastro,
2016)
4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui penyakit yang diderita saat ini (Winkjosastro, 2016)
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Dikaji untuk mengetahui adanya penyakit sistemik pada ibu hamil
diantaranya jantung, ginjal, asma/TBC, hepatitis, diabetes melitus,
hipertensi, dan epilepsi yang dapat mempengaruhi kehamilan
(Wiknjosastro, 2016)
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dikaji untuk mengetahui adanya penyakit menurun dalam keluarga seperti
asma, DM, hipertensi, jantung dan riwayat penyakit menular seperti TBC
dan hepatitis, baik dalam kelurga ibu maupun ayah yang dapat
mempengaruhi (Farrer, 2011).
5. Riwayat Pernikahan
Dikaji untuk mengetahui sudah berapa lama ibu menikah, dengan suami
sekarang merupakan istri yang ke berapa, dan mengetahui berapa jumlah
anaknya (Varney, 2010)
6. Riwayat Keluarga Berencana
Dikaji untuk mengetahui alat kontrasepsi apa yang pernah dipakai dan berapa
lama memakai alat kontrasepsi, dan adakah keluhan selama menggunakan
kontrasepsi (Ambarwati&Wulandari, 2008).
7. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas:
a. Kehamilan
Untuk mengetahui usia kehamilan pada persalinan ini dan untuk
mengetahui prematur atau tidak.
b. Persalinan
Untuk mengetahui persalinan ibu saat ini spontan atau buatan, lahir aterm
atau prematur, ada perdarahan atau tidak, ada jahitan atau tidak.
c. Nifas
Untuk mengetahui adakah komplikasi pada masa nifas sebelumnya,
untuk dapat melakukan pencegahan atau waspada terhadap
kemungkinan kekambuhan komplikasi (Farrer, 2011).
d. Anak
Untuk mengetahui riwayat anak, jenis kelamin, hidup atau mati, kalau
meninggal pada usia berapa dan sebab meninggal, berat badan dan
panjang badan waktu lahir (Wiknjosastro, 2016).
e. Laktasi
Untuk mengetahui berapa lama ibu pernah menyusui, adakah keluhan
atau tidak saat menyusui (Wiknjosastro, 2016)
8. Pola Kebiasaan Sehari-Hari Sebelum Dan Setelah Melahirkan

1. Nutrisi
Nutrisi yang di konsumsi oleh ibu nifas harus bermutu tinggi, bergizi
dan cukup kalori. Kalori baik untuk proses metabolisme tubuh, kerja
organ tubuh, proses pembentukan ASI. Untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi ibu, ibu dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang
mengandung gizi yang seimbang, seperti karbohidrat, lemak,
protein, vitamin dan mineral.
2. Eliminasi
Pasien dianjurkan untuk BAK dalam 3 jam setelah persalinan.
3. Aktivitas
Untuk mengetahui pola aktivitas pasien sehari-hari apakah ibu
mengalami stress, ketegangan psikososial terkait pekerjaan yang
merupakan faktor preeklamsia (Billington, 2010, hal;123).
4. Istirahat
Dikaji untuk mengetahui pola istirahat dan tidur pasien, berapa lama
kebiasaan tidur siang dan tidur malam (Ambarwati &Wulandari,
2008)
5. Seksualitas
Hubungan seksual dapat dilakukan dengan aman ketika luka
episiotomi telah sembuh dan lokea telah berhenti. Hendaknya pula
hubungan seksual dapat ditunda sedapat mungkin sampai 40 hari
setelah persalinan, karena pada waktu itu diharapkan organ-organ
tubuh telah pulih kembali. Ibu mengalami ovulasi dan mungkin
mengalami kehamilan sebelum haid yang pertama timbul setelah
persalinan.
6. Personal Hygiene
Untuk mengetahui pola hygiene pasien, misalnya berapa kali ganti
pakaian dalam, mandi, gosok gigi dalam sehari, dan keramas dalam
satu minggu. Data ini perlu dikaji karena bagaimanapun juga ini
akan mempengaruhi kesehatan pasien (Sulistyawati, 2010,
hal;171).
7. Psikososial budaya
Dikaji untuk mengetahui bagaimana perasaan ibu dalam menjalani
kehamilan ini, dukungan keluarga, jenis kelamin yang diharapkan.
Adakah pantangan makanan, kebiasaan atau adat istiadat dalam
keluarga (Saifuddin, 2010)

2.2.3 Data Obyektif


Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur meliputi :
(Nursalam, 2013)
1. Pemeriksaan Umum
(a) Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik, lemah atau
buruk (Alimul, 2012).
(b) Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah composmentis ,
apatis, somnolen (Alimul, 2012).
(c) Tekanan darah
Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau hipotensi dengan
nilai satuannya mmHg. Keadaan ini sebaiknya antara 90/60 –
130/90 mmHg atau peningkatan sistolik tidak lebih dari 30 mmHg
dan peningkatan diastolik tidak lebih dari 15 mmHg dari keadaan
normal pasien atau paling sedikit pada pengukuran 2 kali berturut-
turut pada selisih 1 jam (Manuaba, 2012).
(d) Suhu
Untuk mengetahui suhu badan klien kemungkinan demam atau
febris yang merupakan gejala adanya infeksi. Batas normal 36,5 –
37,50C (Saifuddin, 2010)
(e) Nadi
Untuk mengetahui denyut nadi pasien yang di hitung dalam 1 menit,
denyut nadi normal adalah 60x/menit - 100x/menit (Saifuddin, 2010)
(f) Respirasi
Untuk mengetahui frekuensi pernapasan yang di hitung dalam 1
menit, respirasi normal adalah 12x/menit sampai 20x/menit
(Saifuddin, 2010).
2. Pemeriksaan Fisik
1. Mata
Untuk mengetahui ada oedema atau tidak, keadaan conjungtiva
pucat atau merah muda, warna sclera putih atau kuning, mata
cekung atau tidak (Alimul, 2012).
2. Dada
Apakan kolostrum sudah keluar atau belum, ASI sudah keluar atau
belum, apakah putting lecet atau tidak.
3. Abdomen
Untuk TFU setelah 10 hari sudah tidak teraba, untuk mengetahui
adanya pembesaran abdomen atau perut, adanya jaringan parut,
luka bekas operasi (Farrer, 2011). Tujuan pemeriksaan abdomen
adalah untuk menentukan involusi uterus berjalan dengan baik
melalui pengukuran TFU (Mufdillah, 2012, hal;17). Kontraksi uterus
dilakukan dengan observasi kontraksi uterus untuk mengetahui
frekuensi kontraksi, durasi kontraksi, dan intensitas kontraksi yang
harus dinilai secara akurat (Varney, 2010, hal 341).
4. Genetalia
Untuk mengetahui adanya varices atau tidak, mengetahui apakah
ada pembengkakan kelenjar bartolini, mengetahui pengeluaran yaitu
perdarahannya, lokhea rubra dan kondisi jahitannya (Wiknjosastro,
2016)
5. Anus
Untuk mengetahui personal hygiene dan adanya haemoroid atau
tidak adanya varices atau tidak (Wiknjosastro, 2016)
6. Ekstremitas
Untuk mengetahui adanya oedema atau tidak, adanya varices,
reflek patella positif atau negatif, betis merah lembek atau keras,
tanda tromboflebitis.
7. Kulit
Untuk mengetahui keadaan turgor kulit (Mansjoer, 2010)
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan pada ibu nifas untuk mengetahui golongan darah, dan
kadar hemoglobin (HB) dalam darah yang berpotensi anemia
(Maryunani, 2009, hal;140-142).
2.2.4 Diagnosa Potensial
Pada langkah ini mengidentifikasi diagnose potensial berdasarkan
diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi. Diagnosa potensial merupakan
masalah yang berpotensi minor masalah atau diagnosa potensial ditegakkan
berdasarkan diagnosa atau masalah yang telah ditentukan.
2.2.5 Tindakan Segera
Pada langkah ini mengidentifikasi diagnose potensial berdasarkan
diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi. Diagnosa potensial merupakan
masalah yang berpotensi minor masalah atau diagnosa potensial ditegakkan
berdasarkan diagnosa atau masalah yang telah ditentukan. Masalah yang
berpotensi muncul yaitu perdarahan, persalinan premature, pecah ketuban
dini, preeklamsia.
2.2.6 Rencana Tindakan dan Rasional
1. Jelaskan tentang hasil pemeriksaan
R/ ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan
2. Jelaskan tentang nyeri luka jahitan dan cara mengatasinya
R/ ibu mengerti bahwa nyeri luka jahitan merupakan hal yang normal
3. Menganjurkan ibu untuk BAK spontan dikamar mandi
R/ ibu BAK spontan dikamar mandi
4. Berikan KIE pada ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin, minimal
2 jam sekali
R/ bayi tidak kekurangan nutrisi
5. Lakukan pijatan oksitosin di punggung dan payudara ibu untuk membantu
merangsang produksi ASI
R/ merangsang produksi ASI
6. KIE pada ibu tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi, menganjurkan ibu
untuk tidak tarak makan, memperbanyak konsumsi protein untuk
mempercepat penyembuhan luka, dan konsumsi sayur serta minum air
putih yang banyak
R/ nutrisi dibutuhkan untuk menjaga kesehatan dan kondisi ibu dan bayi
7. KIE pada ibu tentang personal hygiene, istirahat yang cukup minimal 8
jam/hari, aktivitas fisik yang ringan, serta perawatan payudara rutin seperti
membersihkan puting
R/ menjaga personal hygiene dan istirahat agar kesehatan tetap terjaga
8. Beritahu ibu tentang tanda bahaya pada saat nifas seperti infeksi
payudara disertai bengkak, keluar darah dari puting susu, infeksi pada
jalan lahir seperti keluar cairan nanah yang berbau
R/ ibu mengerti tanda bahaya pada masa nifas
9. Memberikan terapi obat dan vitamin
R/ ibu mendapatkan obat sesuai dengan kebutuhannya
2.2.7 Pelaksanaan Rencana Tindakan
1. Menjelaskan tentang hasil pemeriksaan
2. Menjelaskan tentang nyeri luka jahitan dan cara mengatasinya
3. Menganjurkan ibu untuk BAK spontan dikamar mandi
4. Memberikan KIE pada ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin,
minimal 2 jam sekali
5. Melakukan pijatan oksitosin di punggung dan payudara ibu untuk
membantu merangsang produksi ASI
6. Memberikan KIE pada ibu tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi,
menganjurkan ibu untuk tidak tarak makan, memperbanyak konsumsi
protein untuk mempercepat penyembuhan luka, dan konsumsi sayur serta
minum air putih yang banyak
7. Memberikan KIE pada ibu tentang personal hygiene, istirahat yang cukup
minimal 8 jam/hari, aktivitas fisik yang ringan, serta perawatan payudara
rutin seperti membersihkan puting
8. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya pada saat nifas seperti infeksi
payudara disertai bengkak, keluar darah dari puting susu, infeksi pada
jalan lahir seperti keluar cairan nanah yang berbau
9. Memberikan terapi obat dan vitamin

2.2.8 Evaluasi
Untuk menilai apakah pelayanan kesehatan telah tercapai seluruhnya,
sebagian atau tidak sama sekali dengan membandingkan hasil dengan tujuan
yang akan dicapai.
BAB III

TINJAUAN KASUS

1. PENGKAJIAN
Tempat Pengkajian : PMB Sri Wahyuni
Tanggal Pengkajian : 18 Juni 2021
Pukul : 15.00 WIB
Oleh : Arroyani Lu’luil Ula Al Salsabila

1.1 DATA SUBYEKTIF


1.1.1 BIODATA
Nama Pasien : Ny “K”
Umur : 21 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Madura/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat : Jatisrono Barat gang 1 no. 15

Nama Suami : Tn “M”


Umur : 22 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Madura/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jatisrono Barat gang 1 no. 15
1.1.2 KELUHAN
Utama : Ibu mengatakan nyeri jahitan
Tambahan : Tidak ada
1.1.3 RIWAYAT KESEHATAN IBU
Ibu saat ini sedang tidak memiliki penyakit apapun
1.1.4 RIWAYAT KESEHATAN KELUAGRA
Ibu dan keluarga tidak memiliki riwayat penyakit menular, menurun
maupun menahun seperti DM, Hipertensi, Hepatitis, HIV, Jantung, Alergi,
TBC.

1.1.5 RIWAYAT PERSALINAN SEKARANG


Ibu melahirkan anak pertama tanggal 18 Juni 2021 pukul 08.20. ditolong
oleh bidan dengan BB bayi 2500 gr dan panjang bayi 48 cm dengan jenis
kelamin laki-laki. Pada perineum ada robekan dan dilakukan penjahitan
dengan anastesi.
1.1.6 POLA AKTIVITAS
a. Ibu sudah meneteki bayinya
b. Ibu sudah makan
c. Ibu sudah melakukan BAK dengan spontan
d. Ibu sudah bisa berjalan dan melakukan aktivitas lainnya

1.2 DATA OBYEKTIF


1.2.1 KEADAAN UMUM
Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah : 150/75 mmHg
Suhu : 36,50C
Nadi : 85 x/menit
Respirasi : 19 x/menit
Berat Badan : 57 kg
Tinggi Badan : 150 cm

1.2.2 PEMERIKSAAN FISIK


- Muka
Tidak pucat, tidak ada oedem
- Mata
Sklera putih, konjungtiva merah muda, tidak ada kelainan
- Dada
Puting menonjol, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada kelainan,
kolostrum sudah keluar.
- Abdomen
Kontraksi uterus baik. TFU teraba 1 jari di bawah pusat, kandung
kemih kosong
- Genetalia
Jahitan perineum baik, perineum bersih tidak odem, tidak ada
hematom, lokhea rubra ±30 ml (1 koteks)
- Anus
Tidak ada haemoroid, tidak ada kelainan
- Ekstrimitas
Tidak ada oedem, reflex patella +/+
- Kulit
Turgor kulit baik, elastis, tidak ada kelainan
1.3 Analisa data
P1001 6 jam post partum fisiologis
1.4 Penatalaksanaan
1. Menjelaskan tentang hasil pemeriksaan
E/ ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan
2. Menjelaskan tentang nyeri luka jahitan dan cara mengatasinya
E/ ibu telah memahami apa yang telah disampaikan
3. Memberikan KIE pada ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin,
minimal 2 jam sekali
E/ ibu telah memahami dan bersedia melakukannya
4. Melakukan pijatan oksitosin di punggung dan payudara ibu untuk membantu
merangsang produksi ASI
E/ ibu telah mendapatkan pijatan oksitosin
5. Memberikan KIE pada ibu tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi,
menganjurkan ibu untuk tidak tarak makan, memperbanyak konsumsi protein
untuk mempercepat penyembuhan luka, dan konsumsi sayur serta minum air
putih yang banyak
E/ibu memahami dan bersedia melakukannya
6. Memberikan KIE pada ibu tentang personal hygiene, istirahat yang cukup
minimal 8 jam/hari, aktivitas fisik yang ringan, serta perawatan payudara rutin
seperti membersihkan puting
E/ ibu bersedia melakukannya
7. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya pada saat nifas seperti infeksi
payudara disertai bengkak, keluar darah dari puting susu, infeksi pada jalan
lahir seperti keluar cairan nanah yang berbau
E/ ibu memahami dan mengerti tanda bahaya nifas
8. Memberikan terapi obat dan vitamin
- Sulfat Ferosus (60 mg) (1 x 1)
- Asam Mefenamat (500 mg) (3 x 1)
- Sari ASI (2 x 1)
E/ ibu telah mendapatkan obat sesuai dengan kebutuhannya

9. Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang satu minggu lagi yaitu pada tanggal
25 Juni 2021 atau sewaktu-waktu apabila ibu ada keluhan atau tanda bahaya
E/ ibu mengerti dan bersedia
10. Mendokumentasikan asuhan yang sudah diberikan
E/ telah didokumentasikan
BAB IV

PENUTUP

4.1. KESIMPULAN

Dari asuhan kebidanan nifas fisiologis yang dilakukan, didapatkan kesimpulan :

1. Asuhan kebidanan pada Ny.K nifas fisiologis dengan keluhan nyeri jahitan. Bahwa
dengan ibu nifas dengan luka jahitan merupakan hal yang wajar. Selama masa
penyembuhan area perineum terasa tidak nyaman sampai nyeri. Jahitan perineum
biasanya sudah mulai sembuh dalam kurun waktu 3-4 minggu pasca melahirkan normal.
Setelah dua bulan, rasa sakit atau nyeri pada vagina dan perineum akibat jahitan
setelah melahirkan normal umumnya sudah hilang. Namun, ada kemungkinan
dibutuhkan waktu sekitar enam bulan sampai area perineum benar-benar sembuh total.
Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan luka jahitan dirumah dengan cara seperti
menjaga kebersihan area vagina (sering cebok dengan air bersih), Hindari
menggunakan tampon dalam masa perawatan luka perineum, minum banyak air putih,
makan makanan yang bergizi seperti makan telur rebuh 2x sehari, dan mengikuti senam
nifas.
2. Diagnosisnya ditetapkan menjadi P1001 nifas 6 jam dengan fisiologis
3. Dilakukan asuhan kebidanan sesuai dengan standart kebutuhan ibu nifas 6 jam
fisiologis disertai dengan KIE tentang kebutuhan nutrisi, tentang menganjurkan ibu untuk
menyusui bayi nya setiap 2 jam sekali, tentang personal hygiene, istirahat yang cukup
minimal 8 jam/hari, aktivitas fisik yang ringan, serta perawatan payudara rutin seperti
membersihkan putting, dan tentang tanda bahaya ibu nifas.
4. Pendokumentasian dilaksanakan pada tanggal 18 Juni 2021

4.2. SARAN
1. Bagi Bidan
Dalam setiap menangani klien hendaknya selalu menerapkan konsep asuhan kebidanan
sehingga tenaga kesehatan atau bidan mampu memberikan penanganan dengan kasus
atau kondisi pasien.
2. Ibu Nifas
Ibu nifas dan keluarga diharapkan lebih kooperatif dalam menerima asuhan yang
diberikan dan bersedia melaksanakan anjuran-anjuran yang diberikan.
3. Bagi Mahasiswa
Dapat menjadikan laporan ini sebagai pertimbangan dasar untuk menyusun laporan
selanjutnya agar lebih baik lagi kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI

Mangkuji, Betty, dkk. 2014. Asuhan Kebidanan 7 Langkah SOAP, Jakarta : ECG

Nursiah, Ai, dkk. 2014. Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan, Bandung : PT. Refika
Aditama

Purwoastuti, Th. Endang, dkk. 2014. Konsep Kebidanan, Yogyakarta : PB

Walyani & Purwoastuti. 2015. Materi Ajar Lengkap Kebidanan Komunitas . Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.

Alimul  Hidayat & Musrifatul Uliyah. 2012. Buku Ajar Kebutuhan. Dasar Manusia. Surabaya:
Health Books Publishing

Manuaba, Ida Bagus Gde.2012. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan.Jakarta: PT Bina Pustaka

Mochtar, Rustam. 2015. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Syafrudin dan Hamidah. 2012. Kebidanan Komunitas.Jakarta : Penerbit Buku.

Sulistyawati, Ari.2010. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba


Medika

Varney,Helen. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Volume I. Jakarta: EGC

Wiknjosastro, H. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai