Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEBIDANAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL NY “K”


G4P3A0H3 USIA KEHAMILAN 14-15 MINGGU DENGAN HIPEREMESIS
GRAVIDARUM GRADE II DI BANGSAL              KEBIDANAN RSUD
DR.MUHAMMAD ZEIN PAINAN
13-15 SEPETEMBER 2014
 
 
 
OLEH
DESI ARIANTI
12211217
 
 
 
 
PEMBIMBING AKADEMIK
DESI WILDAYANI,S.Keb,Bd
 
 
 
 
 
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2014/2015
KATA PENGANTAR
 
Puji syukur Penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan petunjuk dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat
menyelesaikan laporan studi kasus dengan judul “Manajemen Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Hamil Ny. “K” G4P3A₀H3 Usia Kehamilan 14 – 15
Minggu Dengan Hiperemesis Gravidarum Grade II Di Bangsal
Kebidanan RSUD Dr.Muhammad Zein Painan Tanggal 13-15
September 2014”. Asuhan kebidanan ini merupakan salah satu tugas
dalam rangkaian kegiatan Praktik Klinik Kebidanan (PKK) II pada program
studi DIII Kebidanan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.
Dalam penyusunan laporan ini penulis mendapat bimbingan dan dukungan
dari berbagai pihak. Pada kesempatam ini penulis mengucapkan terima kasih
kepada :

1. K dan keluarga yang telah bersedia sebagai klien dalam laporan ini.
2. Ibu Desi Wildayani,S.Keb Bd sebagai pembimbing akademik yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk, nasehat, bimbingan dan
arahan selama penyusunan laporan ini.
3. Ibu Devi Syarief, S.SiT, M.Keb sebagai ketua prodi DIII kebidanan
STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.
4. Ibu Hj. Elmiyasna, K.,SKp,MM sebagai ketua STIKes MERCUBAKTIJAYA
Padang.
5. Semua staf dosen kebidanan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.
6. Teristimewa kepada orang tua yang telah memberikan doa bantuan
dan dorongan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan ini.
7. Teman-teman sejawat yang telah ikut berpartisipasi dan memberiksn
motivasi dalam penyusunan menyelesaikan laporan ini.
8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun laporan
yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, karena
itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang akan membantu
kesempurnaan laporan ini agar berguna bagi semua pihak.

          
Padang, Desember 2014

Penulis

DAFTAR ISI
 
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..
iii
BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………………………………. 1
 Latar Belakang………………………………………………………………………….
1
 Tujuan……………………………………………………………………………
………… 3
 Manfaat…………………………………………………………………………
………… 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………… 5
 Kehamilan………………………………………………………………………………..
5
 Definisi………………………………………………………………. 5
 Pembagian Kehamilan………………………………………….. 5
 Perubahan-Perubahan Dalam Kehamilan………………… 5
 Hiperemesis Gravidarum……………………………………………………………
6
 Definisi………………………………………………………………. 6
 Etiologi………………………………………………………………. 7
 Patofisiologi………………………………………………………… 7
 Tanda Dan Gejala………………………………………………… 8
 Diagnosis……………………………………………………………. 9
 Komplikasi………………………………………………………….. 10
 Penatalaksanaan…………………………………………………… 10
 Konsep Dasar Manajemen Kebidanan…………………………………………
13
BAB III TINJAUAN KASUS…………………………………………………………….. 29
BAB IV PEMBAHASAN……………………………………………………………………
47
BAB V PENUTUP……………………………………………………………………………..
54
 Kesimpulan…………………………………………………………………………. 54
 Saran…………………………………………………………………………………..
55
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………
57
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
 
 Latar belakang
Target Millenium Development Goals (MDGs) 5 yaitu menurunkan AKI
menjadi 102/100.000 pada tahun 2015 masih memerlukan upaya khusus dan
kerja keras dari seluruh pihak baik pemerintah, sektor swasta maupun
masyarakat. Angka Kematian Ibu (AKI) yang tinggi menunjukkan rawannya
derajat kesehatan ibu. AKI menjadi salah satu indikator penting dalam
menentukan derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah
wanita yang meninggal dari suatu penyabab kematian terkait dengan
gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau
kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan, dan dalam masa nifas tanpa
memperhitungkan lama kehamilam per 100.000 kelahiran hidup
(Riskesdas,2013).

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012-


2013, angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan,
dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup
tinggi apalagi jika dibandingkan dengan negara–negara tetangga.

Berdasarkan survei kedokteran tahun 2012, AKI Sumatera Barat masih 212
per 100.000 kelahiran hidup. Sementara sesuai target MDGs AKI harus
diturunkan sampai 102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sampai 23 per
1.000 kelahiran hidup (Dinkes Sumbar, 2012).

Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu sewaktu
hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung
pada tempat atau usia kehamilan. Kematian ibu ini dibagi menjadi kematian
langsung dan kematian tidak langsung. Kematian ibu langsung adalah ini
sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan, nifas, dan segala intervensi
atau penangannya tidak tepat dari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak
langsung sebagai akibat penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul
sewaktu kehamilan. Di negara-negara sedang berkembang sebagian besar
penyebab ini adalah perdarahan, infeksi dan abortus atau penyebab lainnya
seperti di sebabkan oleh penyakit atau komplikasi lain yang sudah ada
sebelum kehamilan atau persalinan, misalnya hipertensi, penyakit jantung,
diabetes melitus, anemia, malaria dan termasuk hiperemesis gravidarum
yang memperberat kehamilan sehingga kehamilan dapat mengalami
komplikasi (Wiknjosastro,2010).
Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh wanita yang
mempunyai kemampuan untuk hamil. Dalam melewati proses kehamilan
seorang wanita harus mendapatkan penatalaksanaan yang benar, karena hal
ini sangat berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas ibu (Depkes RI,
2009).

Hiperemesis gravidarum merupakan mual muntah yang terjadi sampai umur


kehamilan 20 minggu, muntah begitu hebat dimana segala apa yang
dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum
dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat
aseton dalam urin bukan karena penyakit seperti appendisitis,pielititis,dan
sebagainya (Nugroho,2012).

Hiperemesis gravidarum dapat disebabkan karena peningkatan Hormone


Chorionic Gonodhotropin  (HCG) dapat menjadi faktor mual dan muntah.
Peningkatan kadar hormon progesteron menyebabkan otot polos pada sistem
gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas menurun dan
lambung menjadi kosong. Hiperemesis gravidarum yang merupakan
komplikasi ibu hamil muda bila terjadi terus menerus dapat mengakibatkan
dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, serta dapat mengakibatkan
cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi
(Winkjosastro, 2010).
Menurut Lisnawati (2013) faktor predisposisi yang menimbulkan Hiperemesis
Gravidarum adalah: primigravida, overdistensi uterus, faktor Alergi, faktor
Psikologis, kehamilan yang tidak diinginkan, takut hamil, dan masalah
keluarga.

Berdasarkan data Rekamedis di RSUD Dr.Muhammad Zein Painan jumlah ibu


hamil dari bulan Mei sampai Agustus 2014 dari 120 ibu hamil yaitu 37
(30,8%) ibu yang mengalami hiperemesis gravidarum. Hiperemesis
gravidarum dapat menyebabkan komplikasi bahkan kematian pada ibu dan
janin jika tidak tertangani dengan baik. Pada janin dengan ibu yang
menderita hiperemesis gravidarum yang berkepanjangan dapat
menyebabkan pertumbuhan janin terhambat bahkan kematian
(Wiknjosastro,2010).

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengambil


judul mengenai “Asuhan kebidanan pada ibu hamil terhadap Ny. K
G4P3A0H3 usia kehamilan 14-15 minggu dengan hiperemesis gravidarum di
RSUD Dr.Muhammad Zein Painan tanggal 13-15 September 2014.
 Tujuan Penulisan
 Tujuan umum
Mahasiswa mampu melaksanakan dan memberikan asuhan kebidanan pada
ibu hamil Ny. K G4P3A0H3 usia kehamilan 14-15 minggu dengan hiperemesis
gravidarum grade II di RSUD Dr.Muhammad Zein Painan Tanggal 13-15
September 2014 dan mendokumentasikannya dengan metode SOAP.
  tujuan khusus
 Mampu melakukan pengkajian ibu hamil K G4P3A0H3 usia kehamilan 14-
15 minggu dengan hiperemesis gravidarum grade II di RSUD
Dr.Muhammad Zein Painan tanggal 13-15 September 2014.
 Mampu menganalisa dan menginterpretasikan untuk menentukan
diagnosa aktual pada ibu hamil K G4P3A0H3 usia kehamilan 14-15 minggu
dengan hiperemesis gravidarum grade II di RSUD Dr.Muhammad Zein
Painan tanggal 13-15 September 2014.
 Mampu mengantisipasi kemungkinan timbulnya diagnosa/ masalah
potensial pada ibu hamil K G4P3A0H3 usia kehamilan 14-15 minggu dengan
hiperemesis gravidarum grade II di RSUD Dr.Muhammad Zein Painan
tanggal 13-15 September 2014.
 Mampu melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi pada ibu hamil
K G4P3A0H3 usia kehamilan 14-15 minggu dengan hiperemesis gravidarum
grade II di RSUD Dr.Muhammad Zein Painan tanggal 13-15 September
2014.
 Mampu mengintervensikan tindakan asuhan kebidanan yang telah
disusun pada ibu hamil K G4P3A0H3 usia kehamilan 14-15 minggu dengan
hiperemesis gravidarum grade II di RSUD Dr.Muhammad Zein Painan
tanggal 13-15 September 2014.
 Mampu mengimplementasikan secara langsung dari rencana tindakan
yang telah disusun pada ibu hamil K G4P3A0H3 usia kehamilan 14-15 minggu
dengan hiperemesis gravidarum grade II di RSUD Dr.Muhammad Zein
Painan tanggal 13-15 September 2014.
 Mampu mengevaluasi efektifitas tindakan yang telah dilaksanakan
pada ibu hamil K G4P3A0H3 usia kehamilan 14-15 minggu dengan
hiperemesis gravidarum grade II di RSUD Dr.Muhammad Zein Painan
tanggal 13-15 September 2014.
 Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
Penulisan studi kasus ini berguna untuk menambah dan meningkatkan
kompetensi penulis dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan hiperemesis gravidarum.

1. Bagi institusi pendidikan


Penulis berharap bahwa studi kasus ini dapat bermanfaat sebagai bahan
dokumentasi dan bahan perbandingan untuk studi kasus selanjutnya di
perpustakaan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.

1. Bagi Institusi Pelayanan


Dapat dijadikan perbandingan sehingga dapat memberikan asuhan yang
tepat untuk pasien pada kasus kehamilan dengan hiperemesis gravidarum.

 
 
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
 Kehamilan
 Definisi
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa
dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi
(Wiknjosastro,2010).
Menurut Wulanda (2011) kehamilan merupakan proses yang alamiah.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal
adalah bersifat fisiologis bukan patologis. Kehamilan juga merupakan proses
alamiah untuk menjaga kelangsungan peradaban manusia. Kehamilan baru
bisa terjadi jika seorang wanita sudah mengalami pubertas yang ditandai
dengan terjadinya menstruasi. Banyak hal dan banyak organ yang terlibat
selama proses kehamilan. Sedangkan menurut Manuaba (2012) proses
kehamilan merupakan mata rantai yang bersinambung dan terdiri dari:
ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot,
nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh
kembang hasil konsepsi sampai aterm.

 
 Pembagian Kehamilan
Menurut Wiknjosastro (2010) kehamilan dibagi menjadi 3 triwulan yaitu :

1. Triwulan I : kehamilan antara 0-12 minggu.


2. Triwulan II : kehamilan antara 13-27 minggu.
3. Triwulan III : kehamilan antara 28-40 minggu.
 perubahan-perubahan Dalam Kehamilan
Estrogen dan HCG meningkat, dengan efek samping mual dan muntah-
muntah. Selain itu terjadi juga perubahan peristaltik dengan gejala sering
kembung, konstipasi, lebih sering lapar atau perasaan ingin makan terus,
juga akibat peningkatan asam lambung. Pada keadaan patologik tertentu,
terjadi muntah-muntah banyak sampai lebih dari 10 kali per hari
(hiperemesis gravidarum). Saliva meningkat dan pada trimester pertama,
dan megeluh mual dan muntah. Tonus otot-otot saluran pencernaan
melemah sehingga motilitas dan makanan akan lebih lama berada dalam
saluran makanan. Bulan- bulan pertama kehamilan, hormon estrogen
meningkat yang dapat menyebabkan nausea (mual), ada yang mengalami
muntah terus menerus sampai menganggu aktivitasnya, dikatakan
mengalami hiperemesis gravidarum (muntah-muntah yang banyak ini
merupakan keadaan patologik), mual dan muntah tersebut merupakan efek
samping dari peningkatan kadar estrogen dan HCG, reabsorbsi makanan
baik, namun akan menimbulkan obstipasi, rahim yang semakin membesar
akan akan menekan rektum dan usus bagian bawah sehingga terjadi
sembelit (konstipasi), sembelit semakin berat karena gerakan otot di dalam
usus di perlambat oleh tinginya kadar progesteron (Maryunani,2010).

Menurut Cunningham (2013) seiring dengan kemajuan kehamilan Lambung


dan usus tergeser oleh uterus yang membesar seiring dengan kemajuan usia
kehamilan. Biasanya terjadi mual, kadang-kadang terjadi muntah Pirosis
(nyeri ulu hati) disebabkan oleh refluks secret-sekret asam ke esophagus
bagian bawah. Gusi dapat terjadi hiperemis dan melunak, dapat berdarah
serta cidera ringan. Haemorroid sering terjadi ini disebabkan oleh konstipasi
dan peningkatan tekanan pada vena-vena di bawah uterus yang membesar.

 Hiperemesis Gravidarum
 Definisi
Menurut Nugroho (2012) hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang
terjadi pada kehamilan 20 minggu, muntah begitu hebat dimana apa yang
segala dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi
keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, mengalami
dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin bukan karena penyakit seperti
apendisitis, pielititis dan sebagainya.

Nausea dan vomitus yang berat serta tidak dapat diatasi dan bertahan
sesudah trimester pertama. Biasanya hiperemesis garvidarum terjadi pada
kehamilan pertama dan umumnya mengenai ibu hamil dengan keadaan yang
mengakibakan kadar HCG yang tinggi seperti pada penyakit trofoblastik
kehamilan atau kehamilan kembar (Lockhart,2014). Sedangkan menurut
Varney (2010) hiperemesis gravidarum merupakan mual dan muntah
berlebihan selama kehamilan dengan intensitas lebih sering dan durasi lebih
lama daripada mual dan muntah yang biasa dialami pada trimester pertama.
Terkait dengan ketonemia, penurunan berat badan, dehidrasi dan
abnormalitas kimia darah. Dapat terjadi pada trimester berapapun, biasanya
dimulai pada trimester pertama dan menetap dengan derajat yang bervariasi
sepanjang masa kehamilan.

 
 Etiologi
Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi
kejadian adalah 2 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang
dikemukakan Mochtar ( 2010) adalah sebagai berikut:

1. Umumnya terjadi pada Primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan


kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG.
2. Faktor organik, yaitu karena masuknya vili khoriales dalam sirkulasi
maternal dan perubahan metabollik akibat kehamilan serta resitensi yang
menurun dari pihak ibu terhadap perubahan-perubahan ini serta adanya
alergi yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu terhadap janin.
3. Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah
tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan
persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai ibu dapat menyebabkan
konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai
ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai
pelarian kesukaran hidup.
4. Faktor endokrin lainnya : hipertyroid, diabetes dan lain-lain.
Sedangkan menurut Lisnawati (2013) faktor predisposisi yang menimbulkan
Hiperemesis Gravidarum adalah: primigravida, overdistensi uterus. faktor
Alergi, faktor Psikologis, kehamilan yang tidak diinginkan, takut hamil, dan
Masalah keluarga.

 Patofisiologi
Patofisiologi hiperemesis gravidarum dapat disebabkan karena
peningkatan Hormone Chorionic Gonodhotropin (HCG) dapat menjadi faktor
mual dan muntah. Peningkatan kadar hormon progesteron menyebabkan
otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga
motilitas menurun dan lambung menjadi kosong. Hiperemesis gravidarum
yang merupakan komplikasi ibu hamil muda bila terjadi terus menerus dapat
mengakibatkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, serta dapat
mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk
keperluan energi (Winkjosastro, 2010).
Menurut Manuaba tahun (2012) Patofisiologi hiperemesis gravidarum diawali
dengan mual dan muntah yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan
dehidrasi, tekanan darah turun dan diuresis menurun. Hal ini menimbulkan
perfusi kejaringan, menutup untuk memberikan nutrisi dan mengonsumsi O 2.
Oleh karena itu dapat terjadi perubahan metabolisme menuju arah anaerobik
dengan menimbulkan benda keton dan asam laktat. Muntah yang berlebih
dapat menimbulkan perubahan elektrolit sehingga pH darah menjadi lebih
tinggi. Oleh karena itu semua masalah tersebut dapat menimbulkan
gangguan fungsi alat vital sebagai berikut:
1. Hepar
1. Dehidrasi yang menimbulkan konsumsi O2
2. Gangguan fungsi liver dan terjadi ikterus.
3. Terjadi perdarahan pada parenkim liver sehingga menyebabkan
gangguan fungsi menurun.
2. Ginjal
4. Dehidrasi penurunan diuresis sehingga sisa metabolisme tertimbun.
5. Terjadi perdarahan dan nekrosis dan perdarahan di otak.
6. Sistem saraf pusat terjadi nekrosis dan perdarahan diotak diantaranya
perdarahan ventrikel.
 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang terjadi pada ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum adalah: muntah yang tidak dapat dikontrol dengan pengobatan
morning sickness, muntah pernisiosa, nafsu makan buruk, penurunan berat
badan, dehidrasi, ketidak seimbangan elektrolit, asidosis akibat kelaparan,
alkalosis karena asam hidroklorida berkurang ketika muntah, dan
hipokalemia (Varney,2010).

Menurut Rukyah (2013) gejala hiperemesis gravidarum adalah:

1. Tingkat 1
1.
2. Muntah terus menerus.
3. Turgor kulit berkurang.
4. Lidah kering.
5. Tekanan darah turun,suhu meningkat nyeri epigastrium.
2. Tingkat 2
1. Dehidrasi bertambah.
2. Turgor kulit makin berkurang.
3. Lidah kering dan kotor.
4. Mata cekung.
5. Tekanan darah menurun, nadi meningkat, mata ikterik.
6. Urin berkurang.
7. Napas berbau aseton.
3. Tingkat 3
1. Dehidrasi berat.
2. Mual dan muntah berhenti.
3. Perdarahan esofagus,lambung dan retina.
4. Gangguan fungsi hati bertambah .
5. Ikterus meningkat.
6. Gangguan kesadaran.
 Diagnosis
Menetapkan kejadian hiperemesis gravidarum tidak sukar, dengan
menetukan kehamilan, muntah berlebihan sampai menimbulkan gangguan
kehidupan sehari-hari dan dehidrasi. Muntah yang terus menerus tanpa
pengobatan dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin dalam
rahim dengan manifestasi klinisnya, oleh karena itu hiperemesis gravidarum
berkelanjutan harus dicegah dan harus mendapat pengobatan yang adekuat.
(Rukyah,2013).

Menurut Nugroho (2012) Amenore yang disertai muntah hebat, atau segala
yang dimakan dan diminum akan dimuntahkan, pekerjaan sehari-hari
terganggu dan haus hebat. Fungsi fital nadi meningkat, TD menurun dan
gangguan kesadaran.

 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi menurut Lockhart ( 2014) adalah sebagai
berikut :

1. Penurunun berat badan yang cukup banyak.


2. Starvasi dengan ketosis dan ketonuria.
3. Dehidrasi dengan selanjutnya gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit (hipokalemia).
4. Gangguan keseimbangan asam basa.
5. Kerusakan retina, saraf, dan renal.
 Penatalaksanaan
1. Tatalaksana Umum
Menurut Manuaba (2010) penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu hamil
dengan hiperemesis gravidarum adalah:

1. Memberikan penjelasan tentang kehamilan dan persalinan sebagai


suatu proses yang fisiologis.
2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah
merupakan gejala fisiologis pada kehamilan muda dan akan hilang setelah
kehamilan 4 bulan.
3. Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam
jumlah kecil tetapi sering.
4. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari
tempat tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biscuit dengan teh
hangat.
5. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaikya dihindarkan.
6. Makanan sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
7. Defekasi yang teratur.
8. Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting,
dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.
9. Obat-obatan
Sedative yang sering digunakan adalah phenobarbital. Vitamin yang
dianjurkan vitamin B1 dan B6. Anti histaminika juga dianjurkan juga seperti
dramamin, avomin. Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetic seperti
disiklomin hidrokhonae atau khlorpromasin. Penanganan hiperemesis
gravidarum yang berat perlu dikelola dirumah sakit.

1. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran
udara yang baik. Catat cairan yang keluar dan masuk hanya dokter dan
perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita sampai muntah
berhenti dan penderita mau makan. Tidak diberikan makanan atau minuman
selama 24 jam.

1. Terapi psikologi
Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta
menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar
belakang penyakit ini.

1. Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolik, karbohidrat dan protein
dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter/hari. Bila
perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan
vitamin C. bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino
secara intravena.

1. Penghentian kehamilan
Pada beberapa kasus pengobatan hiperemesis gravidarum tidak berhasil
malah terjadi kemunduran dan keadaan semakin menurun sehingga
diperlukan pertimbangan untuk melakukan gugur kandung. Keadaan yang
memerlukan pertimbangan gugur kandung diantaranya:

 Gangguan kejiwaan (delirium, apatis, somnolen sampai koma, terjadi


gangguan jiwa ensefalopati wernicke).
 Gangguan penglihatan (perdarahan retina, kemunduran penglihatan).
 Gangguan faal (hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam bentuk anuria,
jantung dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat, tekanan darah
menurun).
2. Diet
Menurut Runiari ( 2010 ) Tiga macam diet pada hiperemesis gravidarum
yaitu:

1. Diet hiperemesis I
Diet ini diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya terdiri dari roti
kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan.
Cairan tidak diberikan bersama dengan makanan tetapi 1-2 jam setelahnya.
Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung didalamnya kurang, maka tidak
diberikan dalam waktu lama.

1. Diet hiperemesis II
Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan
secara bertahap dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang
bernilai gizi tinggi. Minuman tetap tidak diberikan bersamaan dengan
makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat
memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi. Jenis makanan ini
rendah kandungan gizinya, kecuali vitamin A dan D.

1. Diet hiperemesis III


Diet ini diberikan kepada klien hiperemesis gravidarum ringan. Diet diberikan
sesuai kemampuan klien, dan minuman boleh diberikan bersamaan dengan
makanan. Makanan pada diet ini mengcukupi kebutuhan energi dan semua
zat gizi.

3. Menu Hiperemesis Gravidarum


1. Contoh Menu Hyperemesis Gravidarum Grade III
Waktu Menu Takaran Rumah Tangga

Roti panggang 2 ptg


08.00 Jam/Selai 1 sdm

Air Jeruk 1 gelas


10.00 Gula Pasir 1 sdm

Roti Panggang 2 potong


Jam / Selai 1 sdm

Pepaya 2 potong

12.00 Gula pasir 1 sdm

Air jeruk 1 gelas


14.00 Gula pasir 1 sdm

16.00 Pepaya 1 potong

Roti panggang 2 potong


Jam / selai 1 sdm

Pisang 1 buah

18.00 Gula pasir 1 sdm

Air jeruk 1 gelas


20.00 Gula pasir 1 sdm
Nilai gizi

 Kalori 1059 kalori Protein 15   gram


 Lemak 2 gram Hidrat arang 259 gram
 Contoh Menu Hyperemesis Gravida II
 Contoh Menu Hyperemesis Gravida III
1. Contoh Menu Hyperemesis Gravidarum Grade II
Jenis Berat (gr) Ukuran Rumah Tangga (URT)

Beras 150 2 gelas nasi

Roti 80 4 potong

Protein Hewani 100 2 potong

Telur 50 1 butir

Protein Nabati 50 2 potong

Sayuran 150 1,5 gelas

Buah 400 4 potong

Margarin 10 1 sdm

Gula pasir 30 3 sdm

Jam / selai 20 2 sdm


Nilai Gizi

 Kalori 1672 kal


 Lemak 33 gram
 Protein 57 gram
 Hidrat arang 293 gram
1. Contoh Menu Hyperemesis Gravidarum Grade I
Jenis Berat (gr) Ukuran Rumah Tangga (URT)

Beras 200 3 gelas nasi

Roti 80 4 potong

Biskuit 40 4 buah

Protein Hewani 100 2 potong

Telur 50 1 butir

Protein nabati 100 4 potong

Sayuran 150 1,5 gelas


Buah 400 4 potong

Minyak 10 1 sdm

Margarin 20 2 sdm

Jam / selai 20 2 sdm

Gula pasir 30 3 sdm


Nilai gizi

 Kalori 2269 kal


 Protein 73 gr
 Lemak 59 gr
 Hidrat arang 368 gr
 Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah langkah-langkah pemecahan masalah
sehingga merupakan alur kerja dan pengorganisasian, pemikiran serta
langkah-langkah dalam suatu urutan yang logis yang menguntungkan baik
bagi klien maupun bidan (varney:2007).

Langkah-langkah penerapan manajeman kebidanan dilakukan secara


berkesinambungan yaitu:

1. Mengumpulkan data yang diperlukan untuk mengidentifikasi pasien


secara lengkap.
2. Mengantisipasi masalah atau diagnosa berdasarkan interpretasi yang
benar dari data tersebut.
3. Mengantisipasi masalah potensial atau diagnose lainnya yang mungkin
terjadi karena masalah atau diagnose yang telah diidentifikasi.
4. Mengevaluasi perlunya intervensi segera oleh bidan atau dokter
5. Mengembangkan rencana asuhan yang menyeluruh.
6. Mengembsngksn rencana asuhan tersebut secara efisien dan aman
7. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan.
Langkah-langkah dalam penatalaksanan pada dasarnya jelas, akan tetapi
dalam pembahasan singkat mengenai langkah-langkah tersebut mungkin
akan lebih memperjelas proses pemikiran dalam proses klinis berorientasi
pada langkah ini. Penulis membatasi hanya pada kasus kehamilan dengan
Hiperemesis Gravidarum.

 Langkah I : pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data
mengelompokan data dan menganalisis data sehingga dapat diketahui
masalah dan keadaan klien. Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua
informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
klien data-data yang dikumpulkan meliputi:

 Data subjektif
1. Biodata atau identitas klien dan suami
Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang dibutuhkan
untuk mengevaluasi keadaan ibu,terdiri dari :

 Identitas
1. Nama : Perlu ditanyakan agar tidak keliru bila ada kesamaan nama
klien
2. Umur : Perlu ditanyakan untuk mengetahui pengaruh umur terhadap
permasalahan kesehatan klien dan mengetahui masa reproduksi klien
beresiko tinggi atau tidak <20 tahun atau >35 tahun. Ibu hamil yang
terlalu muda lebih potensial mengalami hiperemesis gravidarum.
3. Alamat : Ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan bila
diperlukan dalam keadaan mendesak.Dengan diketahuinya alamat
tersebut, bidan dapat mengetahui tempat tinggal pasien atau klien dan
lingkungannya.Dengan tujuan untuk mempermudah menghubungi
keluarganya, menjaga kemungkinan bila ada nama ibu yang sama, untuk
dijadikan petunjuk saat kunjungan rumah,
4. Pekerjaan : Ditanyakan untuk menegtahui kemungkinan pengaruh
pekerjaan terhadap permasalahan kesehatan klien. Dengan mengetahui
pekerjaan klien, bidan dapat mengetahui bagaimana taraf hidup dan social
ekonominya agar nasehat bidan sesuai, juga mengetahui apakah
pekerjaan mengganggu atau tidak, misalnya bekerja di pabrik rokok,
mungkin yang dihisap akan berpengaruh pada kesehatan reproduksinya
5. Agama : Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya
terhadap kebiasaan kesehatan klien.Dengan diketahuinya agama
klien,akan memudahkan bidan melakukan pendekatan didalam
melaksanakan asuhan.
6. Pendidikan : Ditanyakan untuk mengetahui tingkat
intelektualnya.Tingkat pendidikan mempengaruhi terjadinya hiperemesis
gravidarum.
7. Status perkawinan : Pertanyaan ini ditanyakan untuk mengetahui
kemungkinan pengaruh status perkawinan terhadap masalah kesehatan.
Perkawinan diatas usia 5 tahun dengan kehamilan pertama, merupakan
resiko tinggi terjadinya hiperemesis gravidarum dalam kehamilan
(Manuaba, 2012).
8. Suku/bangsa : Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh
adat istiadat/ budayanya terhadap kegiatan kesehatan klien, akan
memudahkan bidan melakukan pendekatan di dalam melaksanakan
asuhan kebidanan.
 Keluhan utama : Pada ibu hamil dengan Hiperemesis Gravidarum
keluhan yang mungkin dirasakan ibu adalah: mual,muntah,aktivitas
terganggu,kepala terasa pusing,badan terasa lemas,letih,lesu,frekuensi
BAK menurun, nafsu makan menurun,dan penurunan BB (Varney,2010).
 Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksi
pasien/klien.

1. Menarche: Untuk mengetahui usia pertama kalinya klien mengalami


menstruasi, biasanya mulai dari usia 12-16 tahun
2. Siklus menstruasi: Untuk mengetahui jarak antara menstruasi yang
dialami dengan menstruasi berikutnya dalam hitungan hari. Biasanya
sekitar 21-35 hari.
3. Volume: Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi yang
dikeluarkan. Kadang kita akan kesulitan untuk mendapatkan data yang
valid. Sebagai acuan biasanya digunakan criteria banyak, sedang, sedikit.
Jawaban yang diberikan oleh pasien/ klien biasanya subjektif, namun kita
dapat mengkaji lebih dalam lagi dengan beberapa pertanyaan pendukung,
misalnya sampai berapa kali mengganti pembalut dalam sehari.
4. Disminorea : Untuk mengetahui ketika haid terjadi nyeri atau tidak.
Disminorhe ditandai oleh nyeri atau kram yang terasa pada abdomen
bagian bawah dan kadang-kadang sakit kepala, keadaan mudah
tersinggung, depresi mental, keadaan tidak enak badan serta perasaan
lelah.
5. Warna : Untuk mengetahui warna darah haid pada klien. Biasanya
darah haid berwarana merah tua.
6. Bentuk perdarahan haid : Untuk mengetahui apakah darah haid klien
bergumpal, flek, cair/ encer.
7. Bau haid : Ditanyakan untuk mendiagnosis apakah ada kelainan pada
pengeluaran haidnya, terjadi infeksi atau tidak.
8. Fluor albus : ditanyakan untuk mengetahui apakah klien mengalami
keputihan atau tidak, kapan terjadinya, warna serta baunya. Digunakan
untuk mengantisipasi janin yang akan dikeluarkan pervaginam nantinya
agar tidak terinfeksi bakteri dari keputihan tersebut.
 Riwayat obstetric yang lalu
Menanyakan tentang kehamilan yang lalu, persalinan yang lalu dan nifas
yang lalu normal atau tidak.

1. Kehamilan yang lalu : ibu yang memiliki riwayat hiperemesis


gravidarum pada kehamilan sebelumnya beresiko tinggi mengalami
hiperemesis gravidarum pada kehamilannya.
2. Persalinan yang lalu: untuk mengetahui bagaimana riwayat persalinan
ibu yang lalu. Apakah persalinan normal atau dengan tindakan, persalinan
terjadi pada kehamilan preterm,aterm,atau postterm. Apakah ada
komplikasi pada ibu atau bayi saat persalinan. Panjang badan dan berat
badan badan bayi ditanyakan untuk mengidentifikasi riwayat bayi besar
atau tidak. Persalinan yang lalu juga berfungsi untuk mengetahui apakah
keadaan jalan lahir ibu normal atau tidak.
3. Nifas yang lalu: menilai kemungkinan keadaan involusi uterus, lochea,
infeksi dan laktasi berjalan dengan normal atau disertai komplikasi. Mual
dan muntah terjadi 60 – 80% pada primigravida dan 40 – 60% pada
multigravida (Wiknjosastro, 2010).
 Riwayat kontrasepsi yang pernah digunakan
Untuk mengetahui klien memakai kontrasepsi jenis apa sebelumnya, apakah
ada keluhan selama menggunakan kontrasepsi tersebut serta lama
penggunaannya.

 Riwayat kehamilan sekarang


 HPHT : untuk mengetahui perkiraan usia kehamilan dan tafsiran
persalinan.
 Keluhan-keluhan umum: pada kasus hiperemesis gravidarum
biasanya mual muntah yang terjadi pada kehamilan 20 minggu, muntah
begitu hebat dimana apa yang segala dimakan dan diminum
dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan
sehari-hari, berat badan menurun, mengalami dehidrasi dan terdapat
aseton dalam urin (Nugroho,2012).
 Pergerakan janin pertama kali dirasakan oleh ibu : ini ditanyakan
untuk mengetahui usia kehamilan ibu, pergerakan janin biasanya pada
ibu primi gravida gerakan janin mulai terasa pada kehamilan 20 minggu,
sedangkan pada ibu multi gravida gerakan janin terasa pada kehamilan
20 minggu.
 Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir : untuk mengetahui
kesejahteraan janin selain dengan mendengarkan bunyi jantung janin.
 Riwayat kesehatan ibu : Wanita yang sebelumnya sudah pernah
menderita lambung spastik dengan gejala tidak suka makan dan mual
akan mengalami Hyperemesis kurang berat. Hyperemesis ditemukan pada
primigravida, kehamilan ganda serta Mola hidatidosa (Wiknjosastro, 2010).
Riwayat alergi : apakah ibu ada alergi terhadap suatu jenis makanan atau
obat-obatan sehingga dapat diatasi sebelum terjadi. Tanyakan juga kepada
ibu riwayat tranfusi darah serta operasi yang pernah dilakukan pada ibu.

 Riwayat kesehatan keluarga


Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh
penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan ibu. Penyakit keluarga yang
perlu ditanyakan mencakup DM, hepatitis, penyakit jantung, TBC, ginjal,
tifoid dan lainnya.Tanyakan juga kepada klien apakah keluarga pasien
mempunyai riwayat keturunan kembar.

 Riwayat perkawinan
Menanyakan usia berapakah ibu menikah, status perkawinan dan setelah
menikah berapa lama ibu baru hamil. Hal ini untuk mengetahui fungsi alat
reproduksi klien baik atau tidak.

 Kebiasaan hidup sehari-hari


1. Zat yang diperlukan ibu hamil dengan hyperemesis yaitu makanan
dalam porsi kecil atau sedikit tapi sering, makanan yang berlemak harus
dihindari. Makanan diselingi dengan makanan kecil seperti biskuit, roti
kering dengan teh. Kalori yang dibutuhkan ibu hamil yaitu 2300 kalori,
protein 650 gram, kalsium 1 gram, zat besi 17 gram, vitamin 450 mg dan
thiamin1 mg.
2. Eliminasi terakhir : Konstipasi dan oliguri merupakan hal yang paling
sering terjadi pada ibu dengan hyperemesis gravidarum serta aseton uri
dapat ditemukan dalam urin (wiknjosastro:2010).
3. Pola istirahat ibu : untuk mengetahui lamanya waktu ibu istirahat dan
apakah ada masalah dengan pola istirahat ibu.
 Riwayat sosial, ekonomi dan budaya
Kemungkinan hubungan klien dengan suami, keluarga dan masyarakat baik,
kemungkinan ekonomi yang kurang mencukupi, adanya kebudayaan klien
yang mempengaruhi kesehatan kehamilan dan persalinanya. Tujuannya
dapat memberikan asuhan yang tepat untuk klien sesuai dengan kondisi
sosial ekonomi dan budayanya.
 Riwayat psikologis
Adanya keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, takut terhadap
kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu dapat
menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah
sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau
sebagai pelarian kesukaran hidup (Wiknjosastro, 2010).

 Persiapan kegawatdaruratan
Ini ditanyakan untuk mengantisipasi terjadinya kegawatdaruratan pada ibu.
Sehingga jika terjadi dapat ditangani dengan cepat.

 Data objektif
1. Pemeriksaan umum
2. KU ibu dapat baik, lemah sampai jelek pada penderita hyperemesis
(Mochtar, 2010).
Pada penderita hyperemesis tingkat III, kesadaran dapat sangat menurun,
somnolen sampai koma (Mochtar, 2010)

Tanda-tanda vital :

 Tekanan darah turun dari biasanya.


 Nadi dapat kecil, cepat dan halus serta 100x/menit
 Pada penderita hyperemesis tingkat II dan III suhu badan penderita
menjadi naik (Mochtar, 2010).
 Berat badan : pada penderita hyperemesis baik tingkat I, II ataupun III
terjadi penurunan berat badan (Mochtar, 2010)
1. Pemeriksaan fisik
Menurut Varney (2010) Pada kasus hiperemesis pemeriksaan fisik yang
dilakukan adalah sebagai berikut:

 Muka ibu terlihat pucat, mata cekung , conjungtiva ibu pucat, sklera
ikterik, mulut ibu berbau keton, bibir ibu pecah-pecah, mulut terlihat kotor,
turgor kulit buruk.
 Payudara
Inspeksi keadaan dada dan payudara. Dengan posisi tangan klien di samping,
periksa bentuk, ukuran dan simetrik tidak, puting, adanya pengeluaran dari
puting serta benjolan. Pada saat klien mengangkat tangan ke atas kepala,
lihat apakah adanya retraksi atau dimpling. Lakukan palpasi secara
sistematis dari arah payudara ke axial untuk mengetahui adanay massa atau
pembesaran pembuluh limfe.

 Abdomen
Pemeriksaan abdomen dapat meyakinkan ibu bahwa kehamilannya
berkembang dengan baik. Ibu dapat memperoleh informasi dan keyakinan,
ibu juga menghargai sentuhan terapeutik dan peluang untuk menerima
asuhan holistik dan berrsifat individual. Meskipun merupakan pemeriksaan
yang sederhana, setiap komponen dalam pemeriksaaan ini perlu dilakukan
dan dapat memberikan berbagai informasi yang bermakna. Pemeriksaan
abdomen tidak pernah dilakukan secara terpisah, selalu menjadi bagian dari
pemeriksaan antenatal yang lengkap. Tujuan pemeriksaan abdomen :
1. Mengkaji pertumbuhan, ukuran dan kesejahteraan janin
2. Mendeteksi posisi dan presentasi janin
3. Mendeteksi adanya penyimpangan dari keadaan normal
Dengan cara inspeksi perhatikan ukuran perut ibu apakah sesuai dengan usia
kehamilan, apakah ada perubahan kulit pada linea, striae gravidarum, tanda-
tanda bedah abdomen atau luka bekas operasi. Dapat juga dilihat
pergerakan janin dan kontraksi.

Dengan cara palpasi yaitu pemeriksaan dengan melakukan perabaan yang


difokuskan pada abdomen dengan menggunakan cara Leopold, kemungkinan
yang ditemukan adalah :

1. Leopold I : untuk menentukan tinggi fundus uteri dan apa kemungkinan


bagian janin yang teraba. TFU ditentukan dengan meraba abdomen
dengan penuunjuk symphisis, pusat dan prosesus xhypoideus. Pada fundus
teraba kemungkinan kepala, bokong atau bagian lain janin. Pada keadaan
normal pada fundus akan teraba lunak, agak bundar dan tidak melenting
kemungkinan adalah bokong janin.
Normalnya TFU sesuai usia kehamilan yaitu :

Usia kehamilan 12 minggu = 3 jari diatas sympisis.

Usia kehamilan 16 minggu = pertengahan sympisis dengan pusat.

Usia kehamilan 20 minggu = 3 jari dibawah pusat.

Usia kehamilan 24 minggu = setinggi pusat.

Usia kehamilan 28 minggu = 3 jari diatas pusat.

Usia kehamilan 32 minggu = ½ pusat dan px.

Usia kehamilan 36 minggu = 3 jari dibawah px.

Usia kehamilan 40 minggu = ½ pusat dan px.

1. Leopold II : Palpasi lateral


Untuk menentukan batas samping rahim kiri dan kanan,serta menentukan
letak punggung janin pada dinding perut ibu sebelah kiri dan kanan
kemungkinan teraba punggung, anggota gerak, kepala atau bokong janin.

1. Leopold III
Menentukan bagian terbawah janin dan apakah bagian bawah tersebut sudah
masuk PAP atau masih bias digoyangkan.Kemungkinan teraba kepala,
bokong atau bagian lainnya bahkan kosong pada letak lintang.

1. Leopold IV
Bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan seberapa jauh sudah
masuk PAP, sebagian kecil atau sebagian besar. Leopold IV bari bisa
dolakukan apabila pada pemeriksaan leopold III bagian terbawah janin sudah
masuk ke pintu atas panggul.

Auskultasi

Yaitu periksa dengar, kemungkinan akan terdengar DJJ dengan frekuensi


normal 120-160 x/menit, teratur atau tidak, intensitasnya kuat/ lemah, dan
punctum maximumnya berada pada kuadran berapa. Pemeriksaan DJJ secara
manual dapat didengar pada bulan kelima / minggu ke 20, sedangkan
dengan USG atau depton/Doppler dapat didengar pada bulan ketiga / minggu
ke-12.

Ekstremitas atas dan bawah

Memeriksa tangan dan kaki apakah terdapat oedema atau tampak pucat
pada ujung-ujung jarinya. Memeriksa dan meraba kaki untuk mengetahui
adanya varices. Memeriksa reflek patella untuk melihat apakah terjadi
gerakan hipo atau hiper.

1. Pemeriksaan penunjang
2. Laboratorium
3. Dipstik urine untuk mengetahui adanya keton.
4.
5. BUN dan Elektrolit.
6. Tes fungsi hati.
7. TSH dan T4 (varney,2010).
2. USG
Untuk memastikan diagnose dan melihat apakah janin dalam keadaan
normal baik posisi maupun lainnya.

2.3.2 Langkah II : Interpretasi Data Dasar


Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau
diagnosa dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atau
data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik.
Kata masalah atau diagnosa keduanya digunakan karena beberapa masalah
tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tapi membutuhkan penanganan
yang dituangkan dalam sebuah rencana asuhan terhadap klien. Masalah ini
sering menyertai diagnosa. Diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup
praktek kebidanan harus memenuhi standar nomenklatur diagnosa
kebidanan, yaitu:
1. Diakui dan telah disahkan oleh profesi
2. Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan
3. Memiliki ciri khas kebidanan
4. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan
5. Didukung oleh clinical judgement dalam lingkup praktek kebidanan.
Berdasarkan kasus ini, maka kemungkinan interpretasi data yang timbul
adalah:
1. Diagnosa kebidanan
Diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan
memenuhi standar nomenklatur kebidanan, diagnosa yang bisa ditegakkan
pada kasus hiperemesis gravidarum adalah: Ny “ “ G…P..A..H… Usia
kehamilan…… minggu dengan hiperemesis gravidarum.
Dasar :
 Ibu mengatakan hphtnya…………
 Ibu mengatakan ini kehamilan ke…………
 Ibu mengatakan mual dan mutah sejak………..
 Ibu mengatakan badan lemas
 Ibu mengatakan nafsu makan berkurang
1. Masalah
Masalah yang mungkin timbul pada kehamilan dengan hiperemesis
gravidarum adalah ibu merasa cemas dengan kehamilannya,nafsu makan
menurun badan terasa lemas dan lesu.
1. Kebutuhan
Pendidikan kesehatan terhadap masalah yang dialami ibu memberikan
motivasi dan dukungan pada ibu.
 
 Mengidentifikasi Diagnosa Atau Masalah Potensial
`               Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnosa / masalah potensial ini benar-benar terjadi.
Diagnosa atau masalah yang mungkin terjadi pada ibu hamil dengan
hiperemesis gravidarum adalah : pada janin IUGR dan abortus. Sedangkan
pada ibu bisa hiperemesis tingkat sedang sampai berat.
 Identifikasi Kebutuhan Yang Memerlukan Penanganan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau
untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
lain yang sesuai dengan kondisi klien. Tindakan segera yang dapat dilakukan
harus sesuai dengan diagnosa/ masalah potensial yang ada.
 
 Intervensi
Suatu rencana asuhan harus di setujui oleh kedua belah pihak baik bidan
maupun klien agar perencanaan dapat dilakukan dengan efektif. Semua
keputusan harus bersifat rasional dan valid berdasarkan teori dan asumsi
yang berlaku tentang apa yang akan dan tidak dilakukan. Kemungkinan
asuhan yang diberikan pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum
adalah :
1. Memberikan penjelasan tentang kehamilan dan persalinan sebagai
suatu proses yang fisiologi.
2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah
merupakan gejala fisiologi pada kehamilan muda dan akan hilang setelah
kehamilan 4 bulan
3. Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam
jumlah kecil tetapi sering.
4. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari
tempat tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biscuit dengan teh
hangat.
5. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaikya dihindarkan.
6. Makanan sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
7. Defekasi yang teratur.
8. Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting,
dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.
9. Obat-obatan
Sedative yang sering digunakan adalah phenobarbital. vitamin yang
dianjurkan vitamin B1 dan B6. Anti histaminika juga dianjurkan juga seperti
dramamin, avomin. Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetic seperti
disiklomin hidrokhonae atau khlorpromasin. Penanganan hiperemesis
gravidarum yang berat perlu dikelola dirumah sakit.

10. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran
udara yang baik. Catat cairan yang keluar dan masuk hanya dokter dan
perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita sampai muntah
berhenti dan penderita mau makan. Tidak diberikan makanan / minuman
selama 24 jam.

11. Terapi psikologi


Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta
menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar
belakang penyakit ini.

12. Cairan parenteral


Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolik, karbohidrat dan protein
dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter/hari. Bila
perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan
vitamin C. bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino
secara intravena.

13. Diet
Menurut Runiari ( 2010 ) Tiga macam diet pada hiperemesis gravidarum
yaitu:

1. Diet hiperemesis I
Diet ini diberikan pada hiperemesis tingkat III. makanan hanya terdiri dari roti
kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan.
Cairan tidak diberikan bersama dengan makanan tetapi 1-2 jam setelahnya.
Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung didalamnya kurang, maka tidak
diberikan dalam waktu lama.

1. Diet hiperemesis II
Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan
secara bertahap dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang
bernilai gizi tinggi. Minuman tetap tidak diberikan bersamaan dengan
makanan. Pemilihan bahan Makanan yang tepat pada tahap ini dapat
memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi. Jenis makanan ini
rendah kandungan gizinya, kecuali vitamin A dan D.
1. Diet hiperemesis III
Diet ini diberikan kepada klien hiperemesis gravidarum ringan. Diet diberikan
sesuai kemampuan klien, dan minuman boleh diberikan bersamaan dengan
makanan. Makanan pada diet ini mengcukupi kebutuhan energi dan semua
zat gizi.

 Implementasi
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh yang telah diuraikan pada
langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanan ini bisa
dilakukan seluruhnya oleh bidan dan sebagian oleh klien, atau anggota tim
kesehatan lainya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memiliki
tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya. Bila bidan
berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami
komplikasi maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien
adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan
bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyikat
waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.
 Evaluasi
Merupakan langkah akhir dari proses asuhan kebidanan. Asuhan manajemen
kebidanan dilakukan secara kontiniu sehingga perlu dievaluasi setiap
tindakan yang telah diberikan agar lebih efektif. Kemungkinan hasil evaluasi
yang ditemukan pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum tercapai
seluruh perencanaan tindakan dan tercapai sebagian dari perencanaan
tindakan sehingga dibutuhkan revisi.
 
BAB III
TINJAUAN KASUS
 
1. Pengkajian (Pengumpulan Data Dasar)
2. Identitas / Biodata
Nama               : Ny. K                                                Nama              : Tn. T

Umur               : 33 tahun                                Umur              : 33 tahun

Suku/Bangsa   : Minang/Indonesia                 Suku/Bangsa   : Minang /


Indonesia

Agama             : Islam                                     Agama             : Islam

Pendidikan      : SMP                                      Pendidikan     : SMP

Pekerjaan         : IRT                                        Pekerjaan         : Wiraswasta

Alamat rumah : Surantih

Keluarga dekat yang dapat dihubungi :

Nama               : Ny. T
Alamat                        : Surantih

1. Anamnesa (Data Subjektif)


2. Pasien tanggal : 13 September 2014 pukul:15.00 WIB
Alasan kunjungan ini   : pertama untuk memeriksakan kehamilan

Keluhan                    : Ibu mengatakan mual dan muntah sejak 2 hari   yang


lalu ±10×sehari setelah makan dan minum, berupa cairan dan ibu mengeluh
badan terasa lemas kepala pusing, tidak mau tidur, bekerja tidak bisa.

2. Riwayat menstruasi
Menarche         : Umur 13 tahun.                     Lamanya         : 7 hari.

Siklus               : 28 hari.                                  Dismenorrhoe  : Tidak ada.

Banyaknya      : 2-3 kali ganti duk.

Komplikas
Temp i Bayi Nifa
Usia Jenis at Pen
N keham persali persali Ba o- Kead Loc
o Tgl lahir il-an n-an n-an Ibu yi long BB/PB/JK a-an ea

39 2500/47/
28/03/2 mingg Norma HE Bida
1. 003 u l BPS G – n Baik Ada

40 2500/48/
20/04/2 mingg Norma HE Bida
2 007 u l BPS G – n Baik Ada

40 2500/48/
11/02/2 mingg norma HE Bida
3 011 u l BPS G – n Baik Ada

4 ini
3. Riwayat kehamilan persalinan, dan nifas yang lalu
4. Kontrasepsi yang pernah digunakan : Suntik 3 bulan
Lama Pakai KB                                    : 3 tahun

5. Riwayat kehamilan sekarang


6. Hari pertama haid terakhir : 04 Juni 2014
7. Tafsiran persalinan : 11 Maret 2015
8. Keluhan-keluhan pada
Trimester I            :Mual muntah terus menerus ±10×sehari , badan lemas
dan kepala terasa pusing.
1. Pergerakan anak pertama dirasakan ibu : ibu mengatakan belum  
merasakan gerakan janin.
2. Keluhan-keluhan yang dirasakan ibu
5L                                                              : Ada

Mual dan muntah terus menerus               : Ada

Nyeri perut                                                : Tidak Ada

Demam tinggi                                           : Tidak Ada

Sakit kepala berat                                      : Tidak Ada

Penglihatan kabur                                     : Ada

Rasa nyeri/panas BAK                              : Tidak Ada

Gatal pada vulva                                       : Tidak Ada

Pengeluaran pervaginam                           : Tidak Ada

Nyeri & kemerahan pada tungkai             : Tidak Ada

Bengkak pada wajah, tangan & kaki        : Tidak Ada

1. Obat-obatan dan jenis suplemen yang dikonsumsi : Tidak ada


2. Imunisasi :
TT 1 TT 2 TT 3 TT 4 TT 5

2001 2001 2002 2002 2003


6. Riwayat kesehatan ibu
1. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Jantung      : Tidak Ada                             Asma               : Tidak Ada

Hipertensi  : Tidak Ada                             TBC                : Tidak Ada

Ginjal         : Tidak Ada                             Epilepsi           : Tidak Ada

DM            : Tidak Ada

PMS/IMS  : Tidak Ada

1. Riwayat alergi
Jenis makanan                                                       : Tidak Ada
Jenis obat-obatan                                                   : Tidak Ada

1. Riwayat transfusi darah : Tidak Ada


2. Riwayat operasi dinding rahim : Tidak Ada
3. Riwayat pernah mengalami kelainan jiwa : Tidak Ada
7. Riwayat kesehatan keluarga
1. Riwayat penyakit keturunan
Jantung      : Tidak Ada                 Epilepsi: Tidak Ada

Hipertensi  : Tidak Ada                 Asma   : Tidak Ada

DM            : Tidak Ada

1. Riwayat keturunan kembar : Tidak Ada


8. Riwayat psikososial
1. Kehamilan ini : Tidak direncanakan
2. Respon ibu terhadap kehamilan ini : Tidak senang
3. Respon suami & keluarga terhadap : Baik
Kehamilan ibu

1. Hubungan dengan suami/keluarga : Baik


2. Hubungan dengan tetangga & masyarakat: Baik
3. Kekhawatiran-kekhawatiran khusus : Ibu cemas dengan keadaan
dirinya dan bayinya.

9. Riwayat perkawinan
Kawin umur                                                     : 20 tahun

Setelah kawin berapa lama baru hamil             : 6 bulan

10. Keadaan ekonomi


Penghasilan per bulan                                       : ± 2.000.000

Jumlah anggota keluarga yang ditanggung      : 5 orang

11. Kebiasaan hidup sehari-hari


1. Personal hygiene
Mandi                                : 2 kali sehari

Sikat gigi                           : 2 kali sehari

Keramas                            : 3 kali seminggu

1. Pola makan dan minum


Sebelum hamil

Pagi                       : 1 piring lontong + 1 gelas air putih


Siang                     : 1 piring nasi (± 21/2 sendok nasi) + 1 potong lauk
(± 4 jari tangan dewasa) + 2 sendok makan sayur

+ 2 gelas air putih

Malam                   : 1 piring nasi (± 21/2 sendok nasi) + 1 potong lauk


(± 4 jari tangan dewasa) + 2 sendok makan sayur +

2 gelas air putih

Saat hamil

Setelah hamil ini menginjak usia 2 bulan ibu mengatakan setelah makan dan
minum ibu merasa mual dan muntah , nafsu makan berkurang yaitu
2×sehari , porsi kecil, dengan menu nasi,sayuran hijau,lauk tempe, ditambah
2 gelas air putih.

Masalah gangguan pencernaan                              : Tidak ada

Perubahan pola makanan yang dialami pada kehamilan sekarang (termasuk


ngidam, nafsu makan dan lain-lain)    : Tidak ada

Pola eliminasi

 BAK • BAB
Frekuensi : 6 – 7 kali sehari                     Frekuensi        : 1 kali sehari

Warna      : Kuning jernih                        Warna             : kuning

kecoklatan

Keluhan  : Tidak ada                              Konsistensi    : lembek

Keluhan         : Tidak Ada

1. Pola istirahat
Istirahat siang                    : 1   jam        
Istirahat malam                  : 4-5 jam

Ibu sering terbangun karena ada rasa ingin muntah.

1. Aktivitas sehari-hari
Beban kerja                       : Ibu melaksanakan tugas ibu rumah tangga

Sendiri.
Olah raga                           : Tidak ada

Kegiatan spiritual              : Ibu melaksanakan ibadah sesuai dengan

Keyakinannya.

1. Hubungan seksual : Tidak pernah melakukan hubungan


Seksual selama hamil.

karena ibu mengeluh badannya terasa lemas.

1. Kebiasaan yang merugikan kesehatan


Kebiasaan merokok, minuman keras,        : Tidak Ada

konsumsi obat-obatan terlarang

Budaya yang merugikan kesehatan           : Tidak ada

12. Persiapan untuk kegawatdaruratan


1. Pengambil keputusan yang berhubungan : Suami
Dengan kesehatan ibu

1. Tempat persalinan yang diinginkan : BPM


2. Petugas kesehatan yang diinginkan : Bidan
Oleh ibu untuk menolong persalinan

1. Persiapan donor darah : tidak ada


2. Persiapan biaya persalinan : BPJS
3. Persiapan transportasi : Ada
4. Golongan darah : O
1. PEMERIKSAAN FISIK (Data Objektif)
2. Pemeriksaan umum
Kesadaran : CMC                         Pernafasan                   : 26 x/i
TD             : 90/60 mmHg                BB sebelum hamil       : 47 kg
Nadi          : 100 x/i                                BB setelah hamil         : 45 kg
Suhu          : 37 0C                         TB                               :149 cm
LiLA                          : 25 cm

2. Pemeriksaan khusus
1. Inspeksi
Kepala             : Bersih, tidak ada ketombe.

Rambut            : Tidak ada rontok.

Mata                : Konjungtiva pucat, sklera tidak ikterik, mata

cekung.
Muka                           : wajah pucat Tidak oedema dan ada Cloasma

gravidarum

Mulut                           : mulut kotor, Bibir pucat, ada sariawan,Mulut

berbau keton

Gigi                 : Tidak ada karies

Leher               : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan

pembengkakan pembuluh limfe

Payudara         : Simetris                     : Ya

Areola mammae        : Hiperpigmentasi

Papilla mammae        : Menonjol

Kolostrum/cairan       : Belum keluar

Abdomen        : Bekas luka operasi    : Tidak ada

Pembesaran perut      : Sesuai dengan usia

kehamilan

Striae                         : Ada

Linea alba                  : Ada

Genitalia          : Kemerahan                : Tidak dilakukan

Pembengkakan          : Tidak dilakukan

Varices                      : Tidak dilakukan

Oedema                     : Tidak dilakukan

Ekstremitas

Atas                                                     Bawah
Oedema           : Tidak ada                  Oedema           : Tidak ada

Sianosis           : Tidak ada                  Varices            : Tidak ada

Varises             : Tidak ada                  Pergerakan      : Aktif

Pergerakan       : Aktif

1. Palpasi
Leopold

 Leopold I : Tfu 3 jari diatas sympisis


 Leopold II : belum dilakukan
 Leopold III : belum dilakukan
 Leopold IV : belum dilakukan
Mc. Donald               : belum dilakukan

1. Auskultusi
DJJ

Frekuensi                 : (+) 136 x/i       


Irama                        : Teratur

Intensitas                 : Kuat

1. Perkusi
Reflek patella kanan            : (+)

Reflek patella kiri                : (+)

1. Pemeriksaan panggul luar


Distansia spinarum   : Normal menurut persalinan yang lalu.

Distansia cristarum  : Normal menurut persalinan yang lalu.

Conjugata eksterna  : Normal menurut persalinan yang lalu.

Lingkaran panggul   : Normal menurut persalinan yang lalu.

1. Pemeriksaan penunjang
 Hb : 11 gr% diperiksa tanggal 13 september 2014
 Urine : Keton (+)
 
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL NY “K”
G4P3A0H3 USIA KEHAMILAN                                   14-15 MINGGU
DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM GRADE
II                                                                                                   DI
BANGSAL KEBIDANAN RSUDDR.MUH AMMAD ZEIN            
PAINAN 13-15 SEPETEMBER 2014
      
Subjektif Objektif Analisis penatalaksanaan

Tanggal: 13 a.       Diagnosa        : 1.      Menginformasikan


September Pemeriksaan Ny K pada ibu hasil
2014 Umum G4P3A0H3 Usia pemeriksaan. Keadaan
Pukul   : 15.00 1)      Keadaan Kehamilan 14- umum ibu lemah, TD ibu
WIB umum : lemah 15 minggu, janin rendah, nadi ibu cepat ,
hidup, tunggal, dan pernafasan ibu cepat.
1.            Ibu 2)      intrauterin, Ibu mengerti dengan
mengatakan ini kesadaran       ballotement (+), informasi yang diberikan.
adalah : CMC jalan lahir 2.      Menempatkan ibu di
kehamilan normal, dengan dalam kamar yang tenang,
anaknya yang hiperemesis penerangan yang cerah,
3)      TTV gravidarum dan ventilasi udara yang
keempat.
grade II. baik agar ibu dapat
TD : 90/60 Dasar              : beristirahat tanpa adanya
2.            Ibu mmHg 1.      Ibu gangguan. ibu telah
mengeluhkan mengatakan ini ditempatkan diruangan
mual dan kehamilannya isolasi. Ibu merasa nyaman
muntah terus S   : 37°c
yang ke-4 dan dapat beristirahat
menerus tanpa ada gangguan.
±10×sehari,kep P   : 26 x/
ala pusing, dan menit 2.      Ibu
badan terasa mengatakan 3.      Memberikan
lemas . HPHTnya dukungan dan motivasi
N   : 100 x/ tanggal 04-06- pada ibu dengan cara
menit 2014. meyakinkan ibu bahwa
3.            Ibu mual dan kadang-kadang
mengatakan BB : 45 kg muntah merupakan gejala
HPHTnya 3.      Leopold 1:
Tfu 3 jari diatas fisiologi pada kehamilan
tanggal : 04 – muda dan akan hilang
06 – 2014. TB : 149 Cm sympisis,
ballotement (+). setelah kehamilan 4 bulan.
Ibu mengerti dan
LILA : 25 Cm memahami tentang kondisi
4.      DJJ (+) 136 yang dialaminya.
b.
Pemeriksaan 5.      DJJ 4.      Meyakinkan pada ibu
fisik terdengar pada dan keluarga bahwa
satu tempat. penyakit dapat
1)      Inspeksi Dan teraba 1 disembuhkan, hilangkan
bagian besar. rasa takut oleh karena
kehamilan, kurangi
Mata:
6.      Pada saat pekerjaan serta
palpasi ibu tidak menghilangkan masalah
mata cekung, merasa nyeri. dan konflik, yang kiranya
Conjungtiva dapat menjadi latar
Ibu pucat, belakang penyakit ini. Ibu
sklera tidak 7.      Ibu mengerti dengan
ikterik Muka mengatakan penjelasan yang diberikan.
ibu pucat dan mual muntah
turgor kulit ibu 10×sehari, Ibu 5.      Menganjurkan pada
buruk. Mulut mengatakan ibu waktu bangun pagi jangan
ibu kotor, merasa segera turun dari tempat
berbau keton, lemas,pusing tidur, terlebih dahulu
bibir pecah- dan tidak dapat makan roti kering dengan
pecah. Kepala, berakhtivitas teh hangat. Ibu sudah
Leher, apa-apa. makan roti tadi pagi
Payudara, sebelum bangun dari
Abdomen, 8.      Ibu terlihat tempat tidur.
Ekstremitas lesu,lemas,Muka
atas terlihat ibu terlihat
terpasang 6.      Memenuhi nutrisi ibu
pucat,mata ibu dengan cara memberikan
infus RL drip cekung,
ondan cetron 1 makanan jika rasa mual
conjungtiva dan muntah sudah
ampul 20 tpm pucat, bau
kolf 2. dan berkurang, supaya tidak
mulut berbau meransang mual ibu, serta
ekstermitas keton, dan
bawah dalam tidak memberikan
mulut ibu makanan bersamaan
batas normal. kotor,dan turgor dengan minum, supaya ibu
kulit ibu buruk. tidak cepat merasa
2)      Palpasi : kekenyangan. Secara
9.      beransur diberikan nilai
L1 : Tfu 3 jari Pemeriksaan yang bergizi tinggi yaitu
diatas sympisis urine: keton (+) 1672 kalori, lemak 33
Ballotement gram, protein 57 gram,
(+). 10.  TTV hitrat arang 293 gram. Ibu
sudah mulai makan dengan
3)      porsi kecil, yaitu ibu sudah
Keadaan umum makan ½ porsi bubur halus
Auskultasi : ibu lemah dalam 1 piring.
DJJ (+), 136 TD : 90/60
x/menit 7.      Memberi dukungan
mmHg pada ibu agar ibu dapat
menerima kehamilannnya,
4)      Perkusi : S   : 37°c menjelaskan bahwa setiap
anak pasti ada rezkinya
Reflek patella P   : 26 x/ menit masing-masing, jadi ibu
kiri dan kanan jangan terlalu cemas dan
positif khawatir. Karena jika ibu
N   : 100 x/ cemas akan berisiko
menit terhadap kesehatan ibu
5)      Ukuran
panggul luar dan janin didalam
normal HB : 11 gram% kandungannya.
menurut
persalinan Masalah: 8.      Melakukan kolaborasi
yang lalu Mual dan dengan dokter untuk
muntah terus
menerus dan
mengganggu
aktivitas, nafsu
makan tidak
ada,ibu lemas
dan lesu.

Kebutuhan
a.      
Informasikan
hasil
pemeriksaan.

b.     
Memberikan ibu
support dan
motivasi.

c.      
Informasikan
penyebab mual
dan muntah
terus menerus.
pemberian cairan Infus RL
drip ondan cetron 1 ampul
d.      Anjurkan 20 tpm untuk menjaga
ibu untuk keseimbangan cairan ibu.
beristirahat Infus telah terpasang di
yang cukup . tangan kanan ibu.

e.       Anjurkan 9.      Mengobserbservasi


pada ibu untuk mual dan muntah 4 jam.
memenuhi hasil observasi mual dan
nutrisinya. muntah ibu dalam 4 jam
terkhir ini ibu masih mual
f.       Anjurkan dan mutah ±8x.
6)      ibu untuk
Laboratorium : menjaga 10.  Kolaborasi dengan
personal dokter untuk memberikan
Hb : 11 gr% hygenenya teraphy obat donperidon
diperiksa 10 mg 3×1/hari,antasida
tanggal   13 Diagnosa/mas 200 mg
September alah potensial: 3×1/hari,memberikan vit
2014. Hiperemesis B6 10 mg 3×1/hari. Ibu
Gravidarum berjanji akan meminum
Urin: keton (+) grade III. obat yang telah diberikan.
CATATAN PERKEMBANGAN I
Subjektif
  Objektif Analisis Penatalaksanaan

Tanggal : 14 A.    Diagnosa : 1.      Menginformasikan


September Pemeriksaan Ny K pada ibu hasil pemeriksaan.
2014 Umum G4P3A0H3 Usia TD ibu masih rendah, nadi
Pukul   : 1.      Keadaan Kehamilan 14-15 ibu sudah Normal,
11.00 WIB umum : lemah minggu janin pernafasan normal, dan KU
tunggal, hidup, ibu masih lemah. Ibu
–          Ibu 2.      intrauterin, mengerti dengan informasi
mengatakan kesadaran         ballotement (+) , yang diberikan.
Masih meresa : CMC jalan lahir 2.      Memberikan dukungan
mual dan normal dengan moril pada ibu dan keluarga
muntah hiperemesis dengan cara meyakinkan
3.      TTV gravidarum bahwa kondisi ibu akan
8×sehari.
grade II. segera membaik. Ibu
TD : 100/60 Dasar : merasa senang dengan
–          ibu mmHg 1.      Ibu dukungan yang diberikan.
sudah makan mengatakan ini
tadi pagi kehamilannya
dengan S     : 37°c 3.      Melanjutkan diet
yang ke-4 hiperemesis grade II yaitu
makanan
bubur lunak P     : 24 x/ dengan memberi makanan
dan 2 gelas menit 2.      Ibu yang bernilai gizi tinggi
air putih. mengatakan dengan 1672 kalori, lemak
HPHTnya tanggal 33 gram, protein 57 gram,
N     : 90 x/ 04-06-2014. hitrat arang 293 gram. Dan
–          Ibu menit menganjurkan ibu jangan
mengatakan memakan makanan yang
BAK lebih dari 3.      Leopold 1:
BB : 45 kg Tfu 3 jari diatas merangsang mual dan
±8 × dan muntah seperti makanan
BAB belum sympisis,
TB   : 149 CM ballotement (+). yang berminyak dan
pernah . berlemak. Dan makanlah
Semua dengan porsi kecil tetapi
aktivitas LILA : 25 cm 4.      DJJ (+) 135 sering. Ibu sudah makan tadi
dilakukan di ×⁄i paagi dengan porsi kecil,
tempat tidur. B.     yaitu ibu sudah makan ½
Pemeriksaan 5.      DJJ porsi bubur lunak dalam 1
  fisik terdengar pada piring.
satu tempat.
1.      Inspeksi Dan teraba 1 4.      Mengobservasi mual
bagian besar. dan muntah ibu setiap 4
jam. Dalam 4 jam terkhir ini
–          Mata :
6.      Pada saat ibu masih mual dan mutah
Conjungtiva Ibu
palpasi ibu tidak ±8×.
pucat, sklera
tidak ikterik. merasa nyeri.
5.      Mengobservasi BAB
7.      Ibu dan BAK ibu. ibu BAK ±6×
–          Mulut
mengatakan dan BAB belum pernah.
ibu kotor,
berbau keton, mual muntah
bibir pecah- ±8×sehari, Ibu 6.      Menjelaskan pada ibu
pecah. mengatakan ibu dan keluarga untuk
merasa memenuhi nutrisinya, bila
–          Kepala, lemas,pusing makan pagi dan siang sulit
Leher, dan tidak dapat diterima, pemberian
Payudara, berakhtivitas dioptimalkan pada makan
Abdomen, apa-apa. malam dan selingan pada
Ekstremitas malam hari. Ibu mengerti
atas dan bawah 8.      Ibu terlihat dengan penjelasan yang
dalam batas lesu,lemas,Muka diberikan.
normal. ibu terlihat
pucat,mata ibu 7.      Menganjurkan kepada
2.      Palpasi cekung, keluarga untuk selalu
conjungtiva memberi dukungan pada
pucat, bau mulut ibu. Supaya kecemasan dan
L1 : Tfu 3 jari berbau keton, ketakutan yang dirasakan
diatas dan mulut ibu ibu berkurang.
sympisis. kotor,dan turgor
kulit ibu buruk. 8.      Melanjutkan kolaborasi
3.      Auskultasi dengan dokter untuk
: 9.      pemberian terapi cairan RL
Pemeriksaan drip ondan cetron 1 ampul
DJJ (+), 135 urine: keton (+) 20 tpm.donperidon 10 mg 1
x/menit tablet,antasida 200 mg 1
10.  TTV tablet,memberikan vit B6 10
4.      Perkusi : mg 1 tablet. Ibu mengatakan
telah meminum obat yang
Keadaan umum diberikan dokter.
Reflek patella ibu lemah
kiri dan kanan
positif  
TD : 100/60
mmHg
5.      Ukuran
panggul luar S   : 37°c
normal
menurut
persalinan P   : 26 x/ menit
yang lalu.
N   : 90 x/ menit
6.     
Laboratorium : HB : 11 gram%

Hb : 11 gr% Masalah
diperiksa Ibu cemas
tanggal   13 terjadi sesuatu
September yang tidak
2014. diinginkan pada
dirinya dan janin
  yang
dikandungnya,
ibu masih mual
dan muntah, ibu
masih belum
bisa melakukan
apapun.

Kebutuhan :
a.      
Informasikan
hasil
pemeriksaan.

b.     
Memberikan ibu
support dan
motivasi, bahwa
kondisi ibu akan
segera
membaik.

c.       Anjurkan
ibu untuk
beristirahat yang
cukup.

d.      Anjurkan
pada ibu untuk
memenuhi
nutrisinya.
 
CATATAN PERKEMBANGAN II
Analisis
Subjektif Objektif   Penatalaksanaan

Tanggal : 15 ·     Keadaan Diagnosa : 1.      Menginformasikan  


-09-2014 umum : lemah Ny S pada ibu hasil pemeriksaan.
Pukul   : 11.00 ·     G4P3A0H3 Usia Memberitahu pada ibu bahwa
WIB kesadaran         Kehamilan 14- kondisi ibu sudah membaik.
: CMC 15 minggu, Turgor kulit ibu sudah baik,
Ibu janin hidup, TTV ibu sudah dalam batas
mengatakan : ·     TTV tunggal, normal. Ibu senang dengan
intrauterin , informasi yang diberikan.
jalan lahir 2.      Menganjurkan ibu untuk
–          Ibu –          TD : normal, latihan duduk dan berjalan
sudah merasa 100/70 mmHg dengan berlahan-lahan. Ibu sudah
agak baikan. hiperemesis mulai duduk dan mulai
–          S   : gravidarum
–          36.6°c grade I. berjalan berlahan-lahan.
Muntahnya  
3×sehari –          P   : 24 Dasar: 3.      Menganjurkan ibu untuk
x/ menit 1.      Ibu tidak melakukan aktivitas
–          ibu mengatakan yang berlebihan. Ibu
sudah makan Muntahnya mengerti dengan penjelasan
–          N   : 90 3×sehari
½ porsi bubur x/ menit yang diberikan dan ibu tidak
halus hangat akan melakukan pekerjaan
dalam 1 2.      Palpasi yang berat. Dan suami mau
piring. –          BB : 45 membantu pekerjaan ibu.
kg
LI: TFU 3 jari
–          Ibu diatas 4.      Menganjurkan ibu
merasa sudah –          TB : 149 sympisis, memakan makanan yang
membaik CM ballotement bernilai gizi tinggi, serta
tetapi (+). jangan memakan makanan
badannya –          LILA : yang merangsang rasa mual ,
masih terasa 25 cm 3.      TTV serta makanlah makanan
lemas dan seperti roti, dan biskuit.
kepala masih ·    menjelaskan pada ibu jumlah
pusing dan TD : 100/70 kalori yang dibutuhkan ibu
Pemeriksaan
ibu merasa fisik 2269, dan untuk memenuhi
cemas mmHg kalori itu ibu dapat memakan
dengan makanan seperti beras/nasi 3
kehamilannya –          Inspeksi gelas, ditambah telor ,tempe,
S     : 36.6°c
. tahu serta sayur. Dengan
·         Mata : makanan selingan seperti
Conjungtiva Ibu P     : 24 x/ biskuit dan roti. Ibun
–          Ibu menit
sudah bisa sudah tidak penjelasan mengerti dengan
istirahat siang pucat, sklera penjelasan yang diberikan.
dan malam. tidak ikterik. N     : 90 x/
menit 5.      Memberitahu keluarga
·         Mulut ibu agar selalu memberi motivasi
tidak kotor, HB : 12 gram% dan dukungan pada ibu.
tidak berbau, Supaya kecemasan yang
bibir masih Masalah dirasakan ibu berkurang,
pecah-pecah . Ibu merasa karena jika ibu cemas maka
masih mual akan bisa berdampak buruk
·         Kepala, dan muntah pada ibu dan janin yang
Leher, dan kepala dikandungannya. Suami dan
Payudara, masih terasa keluarga mengerti dengan
Abdomen, pusing dan penjelasan yang diberikan.
Ekstremitas badan ibu Dan suami berjaniji akan
atas dan bawah masih lemas. selalu memberikan dukunga
dalam batas dan semangat pada ibu.
normal. Kebutuhan
1.      6.      Menganjurkan ibu untuk
–          Palpasi : Informasikan rajin kontrol setelah pulang
hasil kerumah. Supaya jika ada
pemeriksaan. penyulit atau komplikasi yang
L1 : Tfu tiga jari
diatas
sympisis,
ballotement
(+).

–       Auskultasi membahayakan kehamilan


: ibu dapat segera dideteksi
dan ditangani. Ibu dan
DJJ (+), 143 keluarga mengerti dengan
x/menit penjelasan yang diberikan.

–       Perkusi : 7.      Menjelaskan pada ibu


tanda bahaya dalam
Reflek patella kehamilan. Adapun tanda
kiri dan kanan 2.      bahaya tersebut adalah
positif Memberikan pendarahan pada hamil muda
ibu support maupun hamil tua, bengkak
dan motivasi. di kaki, tangan, atau wajah
–          Ukuran disertai sakit kepala, atau
panggul luar kejang. Demam atau panas
normal 3.      Anjurkan
ibu untuk tinggi, air ketuban keluar
menurut sebelum waktunya, bayi di
persalinan beristirahat
yang cukup kandungan gerakannya
yang lalu berkurang atau tidak
bergerak. Muntah terus tidak
–          4.      Anjurkan mau makan. Ibu mengerti
Laboratorium : pada ibu untuk dengan penjelasan yang
memenuhi diberikan.
nutrisinya.
Hb : 12 gr%
8.      Melanjutkan kolaborasi
5.      Anjurkan dengan dokter dalam
diperiksa ibu untuk
tanggal pemberian cairan RL drip
berjalan ondan cetron 1 ampul 20
berlahan-lahan tpm.donperidon 10 mg 1
14 September dari tempat tablet,antasida 200 mg 1
2014. tidur. tablet,memberikan vit B6 10
mg 1 tablet. Terapi telah
    diberikan kepada ibu.
 
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah melakukan manajemen asuhan kebidanan pada Ny. “K”. Penulis
menemukan banyak kesamaan antara bahasan teori dengan kenyataan yang
ditemuai dilapangan, namun kesenjangan tetap ada walaupun tidak begitu
berarti. Dalam bab ini akan dijabarkan beberapa persamaan antara teoritis
dengan kenyataan yang ada dilapanagan dan juga diuraikan kesenjangan-
kesenjangan yang ditemui serta mencari jalan keluar dari kesenjangan atau
permasalahan yang ditemukan. Pemecahan dari kasus tersebut dilaksanakan
seuai dengan langkah-langkah dalam manajemen kebidanan dimulai dari :

 Pengumpulan Data Dasar


1. S ( Subjektif ) :
Berdasarkan teori ibu yang menikah diusia muda atau usia kurang dari 20
tahun cendrung akan mengalami hiperemesis gravidarum
(wiknjosastro,2010). Berdasarkan kasus Ny. “K” menikah umur 20 tahun dan
setelah menikah lama hamil selama 6 bulan.

Menurut penulis ibu menikah dibawah usia 20 tahun merupakan faktor resiko
terjadinya hiperemesis garvidarum, karena ibu yang menikah dibawah usia
20 tahun psikologisnya belum matang dia belum bisa menerima perubahan-
perubahan yang terjadi pada dirinya. Berdasarkan teori dan kasus terdapat
kesenjangan.

Berdasarkan teori Pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum keluhan


yang mungkin dirasakan ibu adalah: mual, muntah, aktivitas terganggu,
kepala terasa pusing, badan terasa lemas, letih, lesu, frekuensi BAK
menurun, nafsu makan menurun,dan penurunan BB (Varney,2010).

Dari kasus, Ny.”K” dengan G4P3A0H3 usia kehamilan 14-15 minggu mengalami


kehamilan dengan hiperemesis gravidarum ibu mengeluh mual dan muntah
terus menerus, tidak dapat melakukan aktivitas, kepala ibu pusing, badan ibu
teras lemas dan lesu.
Menurut penulis mual, muntah, pusing, lemas, lesu, tidak dapat beraktivitas
merupakan salah satu tanda ibu mengalami hiperemesis gravidarum, karena
mual dan muntah terjadi karena peningkatan Hormone Chorionic
Gonodhotropin (HCG) dapat menjadi faktor mual dan muntah. Peningkatan
kadar hormon progesteron menyebabkan otot polos pada sistem
gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas menurun dan
lambung menjadi kosong. Ibu merasa lemas, letih dan lesu serta pusing
dikarenakan ibu tidak nafsu makan, dan akibatnya asupan nutrisi tidak
terpenuhi. Berdasarkan teori dan kasus tidak ada terdapat kesenjangan.
Berdasarkan teori ibu hamil yang memiliki riwayat hiperemesis gravidarum
pada kehamilan sebelumnya cendrung akan mengalami hiperemesis pada
kehamilan berikutnya.

Berdasarkan kasus Ny “K” pada kehamilan sebelumnya ibu mengalami


hiperemesis gravidarum. Menurut penulis ibu hamil dengan riwayat
hiperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya merupakan faktor
resiko terjadinya hiperemesis gravidarum. Berdasarkan teori dan kasus tidak
terdapat kesenjangan.

Berdasarkan teori faktor predisposisi yang menimbulkan Hiperemesis


Gravidarum adalah: primigravida, overdistensi uterus. faktor Alergi, faktor
Psikologis, kehamilan yang tidak diinginkan, takut hamil, dan Masalah
keluarga (Lisnawati,2013).
Berdasakan kasus Ny “K” ibu mengatakan dia tidak menginginkan
kehamilannya, karena dia takut dia tidak bisa membiayai anaknya karena
keadaan ekonomi yang sangat kurang. Tetapi ibu berusaha menerima
kehamilannya, bahkan ibu merasa cemas takut terjadi sesuatu hal yang
membahayakan dia dan janinnya karena kondisi ibu saat ini.

Menurut penulis ibu yang tidak menginginkan kehamilannya karena keadaan


ekonominya karena rendahnya pendapatan suaminya dan takut nantinya
tidak bisa membiayai anaknya, merupakan salah satu penyebab dari
hiperemesis gravidarum. Ibu yang takut terhadap tanggungan sebagai ibu
dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan
muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil
atau sebagai pelarian kesukaran hidup. Berdasarkan teori dan kasus tidak
terdapat kesenjangan.

Berdasarkan teori Wanita yang sebelumnya sudah pernah menderita


lambung dengan gejala tidak suka makan dan mual akan mengalami
Hyperemesis kurang berat. Hyperemesis ditemukan pada primigravida,
kehamilan ganda serta Mola hidatidosa (Wiknjosastro, 2010). Berdasarkan
kasus Ny “K” ibu tidak mengalami penyakit lambung, serta ini merupakan
kehamilan ibu yang ke 4.

Menurut penulis ibu yang pernah menderita penyakit lambung sebelumnya


merupakan salah satu faktor resiko terjadinya hiperemesis gravidarum.
Hiperemesis terjadi pada penderita lambung dikarenakan pada kehamilan
HCG meningkat sehingga menyebabkan rasa mual dan muntah sehingga jika
ibu dengan riwayat lambung maka akan memperparah mual dan mutah ibu
sehingga ibu mengalami hiperemesis gravidarum. Berdasarkan teori dan
kasus terdapat kesenjangan.

1. O (Objektif ):
2. Keadaan Umum
Berdasarkan teori KU ibu dapat baik, lemah sampai jelek pada penderita
hyperemesis gravidarum (Mochtar, 2010). Berdasarkan kasus Ny “K” Ku ibu
lemah dan kesadaran ibu CMC.

Menurut penulis ibu yang kondisi keadaan umumnya lemah merupakan salah
satu tanda dari hiperemesis gravidarum. Keadaan umum ibu lemah
dikarenakan ibu mual dan muntah terus menerus akibatnya asupan nutrisi
tidak terpenuhi dan produksi O2 menurun. Berdasarkan teori dan kasus tidak
terdapat kesenjangan antara keduanya.
2. TTV :
Berdasarkan teori Tanda-tanda vital : Tekanan darah turun dari biasanya,
Nadi dapat kecil, cepat dan halus serta 100x/menit Pada penderita
hyperemesis tingkat II dan III suhu badan penderita menjadi naik (Mochtar,
2011). Berat badan : pada penderita hyperemesis baik tingkat I, II ataupun III
terjadi penurunan berat badan (Mochtar, 2011).
Pada kasus Ny. “K” ditemukan kesadaran ibu composmentis, , BB sebelum
hamil 47 kg, BB setelah hamil 45 kg, Tinggi badan 149 cm, LiLA 25 cm,
TD: 90/60 mmHg, Nadi 100 x/i Pernafasan 25 x/i, Suhu 370C.
Menurut penulis pemeriksaan TTV dilakukan untuk memantau TD, N, S, dan P
ibu. Ibu yang TD nya rendah, nadinya meningkat, dan pernapasan meningkat
serta BB menurun merupakan salah satu tanda dari hiperemesis gravidarum.
Pada ibu hiperemesis gravidarum TD nya akan menurun atau tidak normal
diakibatkan mual dan muntah yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan
dehidrasi, tekanan darah turun dan diuresis menurun. Berdasarkan tijauan
teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan antara keduanya.

3. Pemeriksaan Fisik
Berdasarkan teori kehamilan dengan hiperemesis gravidarum Wajah terlihat
pucat, mata cekung,conjungtiva pucat, sklera ikterik, mulut kering, kotor
berbau keton, biasanya sariawan (Nugroho,2012).

Pada kasus Ny “ K” muka ibu pucat, mata cekung, konjungtiva ibu terlihat
pucat, turgor kulit buruk,mulut kotor berbau keton.

Menurut penulis salah satu cara menentukan ibu hiperemesis gravidarum


adalah hasil dari pemeriksaan fisik, yaitu biasanya pada ibu hamil dengan
hiperemesis wajah ibu pucat, mata ibu cekung, konjungtiva ibu pucat,
bahkan sklera ibu bisa ikterik, serta bau mulut ibu berbau keton. Dalam hal
ini tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus.

4. Palpasi :
Berdasarkan teori ukuran TFU adalah sebagai berikut:

Usia kehamilan 12 minggu = 3 jari diatas sympisis

Usia kehamilan 16 minggu = pertengahan sympisis dengan pusat

Usia kehamilan 20 minggu = 3 jari dibawah pusat

Usia kehamilan 24 minggu = setinggi pusat

Usia kehamilan 28 minggu = 3 jari diatas pusat

Usia kehamilan 32 minggu = ½ pusat dan px

Usia kehamilan 36 minggu = 3 jari dibawah px

Usia kehamilan 40 minggu = ½ pusat dan px

Pada kasus Ny.”K”, hasil pemeriksaan Leopold ibu adalah :

Leopold I        : TFU : 3 jari diatas sympisis. Ballotement (+).


Menurut penulis, hasil pemeriksaan fisik Leopold dilakukan untuk
menentukan usia kehamilan ibu. Biasanya hiperemesis gravidarum terjadi
pada kehamilan muda atau kehamilan trimester pertama. Berdasarkan teori
dan kasus tidak ada kesenjangan antara ke duanya.

5. Pemeriksaan Penunjang :
 Laboratorium
1. Dipstik urine untuk mengetahui adanya keton.
2.
3. BUN dan Elektrolit.
4. Tes fungsi hati.
5. TSH dan T4 (varney,2010).
 USG
Untuk memastikan diagnose dan melihat apakah janin dalam keadaan
normal baik posisi maupun lainnya.

Berdasarkan kasus Ny. “K” hasil pemeriksaan urine yaitu terdapat keton
dalam urine ibu. Berdasarkan teri pada ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum keton dalam urine positif ( Mochtar.2011).
Menurut penulis, pemeriksaan urine pada ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum berguna sebagai data penunjang untuk menegakkan diagnosa
kebidanan. Berdasarkan teori dan kasus tidak terdapat kesenjangan.

 Interprestasi Data Dasar


Setelah dilakukan pengumpulan data pada Ny. “ K” dapat ditegakkan
diagnosa yaitu Ny “K” G4P3A0H3 Usia Kehamilan 14-15 janin hidup, tunggal,
intrauterin, jalan lahir normal dengan hiperemesis gravidarum grade II.
Diagnosa ditegakkan berdasarkan ibu mengatakan hamil anak yang
keempat, dari HPHT ibu dan hasil pemeriksaan leopold I, ibu mengatakan
mual dan muntah,tidak nafsu makan,dan badan terasa lemas.
Masalah yang dirasakan ibu adalah cemas dengan kehamilannya.
Berdasarkan teori yang ada kehamilan dengan hiperemesis gravidarum
adalah ibu merasa cemas dengan kehamilannya jadi tidak ada kesenjangan
antara teori dan kasus.

 Diagnosa/ masalah potensial.


Pada teori disebutkan di langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau
diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang
sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan sambil mengamati klien, bidan
diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa / masalah potensial ini benar-
benar terjadi. Kemungkinan diagnosa yang mungkin terjadi pada ibu dengan
kehamilan hiperemesis gravidarum adalah hiperemesis tingkat sedang
sampai berat. Pada kasus Ny. “K” diagnosa atau masalah potensial yang
ditemukan adalah hiperemesis gravidarum tingkat III. Jadi tidak ada
kesenjangan antara teori dengan kasus.
 Tindakan segera
Pada teori disebutkan mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan
atau dokter dan atau untuk dikonsulkan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan lain yang sesuai dengan kondisi klien. Tindakan
segera dilakukan berdasarkan pada diagnosa/ masalah potensial yang ada.
Pada kasus kondisi Ny.  “K”  , untuk itu tindakan segara pada kasus ini adalah
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian teraphy.
 Perencanaan tindakan
Pada teori disebutkan suatu rencana asuhan harus di setujui oleh kedua
belah pihak baik bidan maupun klien agar perencanan dapat dilakukan
dengan efektif. Semua keputusan harus bersifat rasional dan valid
berdasarkan teori dan asumsi yang berlaku tentang apa yang akan dan tidak
dilakukan. Perencanaan yang dapat dilakukan pada ibu hamil dengan
hiperemesis gravidarum antara lain : memberikan teraphy obat
menggunakan sedatif,isolasi,berikan cairan parenteral,menghentikan
kehamilan jika hiperemesis gravidarum tingkat berat (manuaba:2010).
Pada kasus Ny.  “K”  perencanaan yang dilakukan adalah  Informasikan pada
ibu hasil pemeriksaan, Jaga keseimbangan cairan drip ondan cetron 1 ampul
20 tpm,Observasi mual dan muntah 4 jam,Berikan teraphy obat,Anjurkan ibu
untuk beristirahat,Observasi TTV setiap 4 jam dan Observasi Ku ibu setiap 4
jam. Pada langkah ini tidak ada kesenjangan antara teory dan kasus.
 Pelaksanaan tindakan
Teori menyebutkan pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh yang telah
diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan dan sebagian oleh klien,
atau anggota tim kesehatan lainya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia
tetap memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya. Bila
bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami
komplikasi maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien
adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan
bersama yang menyeluruh tersebut. Pada kasus Ny. “ K”  semua
perencanaan dapat dilaksanakan dengan baik oleh penulis.
 Evaluasi
Pada teori disebutkan evaluasi merupakan langkah akhir dari proses asuhan
kebidanan. Asuhan manajemen kebidanan dilakukan
secara  berkelanjutan sehingga perlu dievaluasi setiap tindakan yang telah
diberikan agar lebih efektif. Pada kasus Ny. “K” hasil evaluasi yang penulis
dapatkan tercapai seluruh perencanaan tindakan.
BAB V
PENUTUP
 Kesimpulan
1. Penulis telah mampu melakukan pengkajian data Subjektif dan
Objektif pada kasus Ny.”K” G4P3A0H3 Usia Kehamilan 14-15 minggu
dengan hiperemesis gravidarum grade II di RSUD Dr. Muhammad Zein
Painan tanggal 13-15 September 2014.
2. Penulis telah mampu menegakkan diagnosa, masalah, serta
menentukan kebutuhan pasienberdasarkan data-data yang telah
dikumpulkan pada kasus Ny.”K” G4P3A0H3 Usia Kehamilan 14-15 minggu
dengan hiperemesis gravidarum grade II di RSUD Dr. Muhammad Zein
Painan tanggal 13-15 September 2014. Adapun diagnosa yang
ditegakkan adalah Ny “K” G4P3A0H3 Usia Kehamilan 14-15 minggu janin
hidup, tunggal, intrauterin, ballotement (+), jalan lahir normal, dengan
hiperemesis gravidarum grade II.
3. Penulis telah mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah
potensial yang mungkin akan terjadi pada kasus Ny.”K” G4P3A0H3 Usia
Kehamilan 14-15 minggu dengan hiperemesis gravidarum grade II di
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan tanggal 13-15 September 2014.
Diagnosa atau masalah potensial yang mungkin terjadi pada Ny “K”
adalah hiperemesis gravidarum grade III.
4. Penulis telah mampu mengidentifikasi kebutuhan tindakan
segera dari pada kasus Ny.”K” G4P3A0H3 Usia Kehamilan 14-15 minggu
dengan hiperemesis gravidarum grade II di RSUD Dr. Muhammad Zein
Painan tanggal 13-15 September 2014. Adapun tindakan segera yang
dilakukan sesuai dengan diagnosa/masalah potensial yang mungkin
terjadi pada ibu yaitu melakukan kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian teraphy.
5. Penulis telah mampu merencanakan asuhan sesuai dengan
diagnosa, masalah dan kebutuhan klien pada kasus Ny.”K” G4P3A0H3 Usia
Kehamilan 14-15 minggu dengan hiperemesis gravidarum grade II di
RSUD Dr. Muhammad Zein Painan tanggal 13-15 September 2014.
Asuhan yang diberikan pada Ny “K” adalah Diet hiperemesis II yaitu
diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan
secara bertahap dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang
bernilai gizi tinggi. Minuman tetap tidak diberikan bersamaan dengan
makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat
memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi. Jenis makanan ini
rendah kandungan gizinya, kecuali vitamin A dan D.
6. Penulis telah mampu melaksanakan asuhan yang telah di
rencanakan baik secara mandiri, kolaborasi atau rujukan pada kasus
Ny.”K” G4P3A0H3 Usia Kehamilan 14-15 minggu dengan hiperemesis
gravidarum grade II di RSUD Dr. Muhammad Zein Painan tanggal 13-15
September 2014. Ibu telah melakukan diet hiperemesis gravidarum II
yaitu ibu sudah tidak memakan makanan yang berminyak dan
berlemak, serta tidak makan bersamaan dengan minum. Ibu telah
makan sedikit tapi sering.
7. Penulis telah mampu mengevaluasi hasil asuhan yang telah
dilakukan pada kasus Ny.”K” G4P3A0H3 Usia Kehamilan 14-15 minggu
dengan hiperemesis gravidarum grade II di RSUD Dr. Muhammad Zein
Painan tanggal 13-15 September 2014. Pada kunjungan terakhir tanggal
15 September 2014 Ku ibu sudah membaik, TTV ibu sudah dalam batas
normal dan frekuensi mual dan muntah ibu ±3×
8. Penulis telah mendokumentasikan Manajemen asuhan yang
telah dilaksanakan pada kasus Ny.”K” G4P3A0H3Usia Kehamilan 14-15
minggu dengan hiperemesis gravidarum grade II di RSUD Dr.
Muhammad Zein Painan tanggal 13-15 September 2014.
 Saran
1. Bagi Penulis
Dengan adanya laporan studi kasus ini diharapkan penulis dapat menerapkan
asuhan kebidanan sesuai dengan teori dan prosedur yang benar.

 Institusi pendidikan
Penulis mengharapkan laporan studi kasus ini bisa menjadi bahan bacaan
pustaka di STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.

 Institusi pelayanan
Diharapkan kepada institusi pelayanan di RSUD Dr.M.Zein Painan dapat
menerapkan manajemen kebidanan sesuai dengan asuhan dan masalah
pada pasien, sehingga pasien merasa puas dengan asuhan yang diberikan.

                                               DAFTAR PUSTAKA


 
Cunninghum, Gary. 2013. Obstetri Williams. Jakarta: EGC.
DKK. 2012. Laporan Tahunan. Padang.
Indrayani. 2011. Buku Ajar Asuhan Kehamilan. Jakarta: Trans Info Media
Lisnawati, Lilis. 2013. Asuhan Kebidanan Terkini Kegawatdaruratan Maternal
Neonatal. Jakarta: Trans Info Media.
Lochart, Anita. 2014. Kebidanan Patologi. Tanggerang: Binarupa Aksara
Publisher.
Manuaba, Ida Ayu Chandranita, Dkk. 2012. Memahami Kesehatan
Reproduksi   Wanita. Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Ayu Chandranita, Dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC
 
Maryunani. Anik. 2010. Biologi Reproduksi Kebidanan.  Jakarta: Trans Info
Media
Mochtar, Rustam. 2010. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.
Nanny, vivian lia dewi dan tri sunarsih. 2011. Asuhan kehamilan
untukkebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Nugroho, Taufan. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sulistyawati, Ary. 2010. Asuhan kehamilan untuk kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika.
Riskesdas, 2014. Profil kesehatan Indonesia Tahun 2013  . Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.
Runiari, Nengah. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hiperemesis
Gravidarum. Jakarta: Salemba Medika.
Rukyah, dkk. 2013. Asuhan Kebidanan Patologi Kebidanan. Jakarta: Trans Info
Media.
Varney , dkk. 2007.Buku Ajar Asuhan Kebidanan . Jakarta: EGC
Varney , dkk. 2010.Buku Saku Asuhan Kebidanan Volume II. Jakarta: EGC.
Wiknjosastro, dkk, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Wulanda, Ayu Febri. 2011. Biologi Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai