1. K dan keluarga yang telah bersedia sebagai klien dalam laporan ini.
2. Ibu Desi Wildayani,S.Keb Bd sebagai pembimbing akademik yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk, nasehat, bimbingan dan
arahan selama penyusunan laporan ini.
3. Ibu Devi Syarief, S.SiT, M.Keb sebagai ketua prodi DIII kebidanan
STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.
4. Ibu Hj. Elmiyasna, K.,SKp,MM sebagai ketua STIKes MERCUBAKTIJAYA
Padang.
5. Semua staf dosen kebidanan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.
6. Teristimewa kepada orang tua yang telah memberikan doa bantuan
dan dorongan baik moril maupun materil sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan ini.
7. Teman-teman sejawat yang telah ikut berpartisipasi dan memberiksn
motivasi dalam penyusunan menyelesaikan laporan ini.
8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun laporan
yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, karena
itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang akan membantu
kesempurnaan laporan ini agar berguna bagi semua pihak.
Padang, Desember 2014
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………..
iii
BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………………………………. 1
Latar Belakang………………………………………………………………………….
1
Tujuan……………………………………………………………………………
………… 3
Manfaat…………………………………………………………………………
………… 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………… 5
Kehamilan………………………………………………………………………………..
5
Definisi………………………………………………………………. 5
Pembagian Kehamilan………………………………………….. 5
Perubahan-Perubahan Dalam Kehamilan………………… 5
Hiperemesis Gravidarum……………………………………………………………
6
Definisi………………………………………………………………. 6
Etiologi………………………………………………………………. 7
Patofisiologi………………………………………………………… 7
Tanda Dan Gejala………………………………………………… 8
Diagnosis……………………………………………………………. 9
Komplikasi………………………………………………………….. 10
Penatalaksanaan…………………………………………………… 10
Konsep Dasar Manajemen Kebidanan…………………………………………
13
BAB III TINJAUAN KASUS…………………………………………………………….. 29
BAB IV PEMBAHASAN……………………………………………………………………
47
BAB V PENUTUP……………………………………………………………………………..
54
Kesimpulan…………………………………………………………………………. 54
Saran…………………………………………………………………………………..
55
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………
57
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Target Millenium Development Goals (MDGs) 5 yaitu menurunkan AKI
menjadi 102/100.000 pada tahun 2015 masih memerlukan upaya khusus dan
kerja keras dari seluruh pihak baik pemerintah, sektor swasta maupun
masyarakat. Angka Kematian Ibu (AKI) yang tinggi menunjukkan rawannya
derajat kesehatan ibu. AKI menjadi salah satu indikator penting dalam
menentukan derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah
wanita yang meninggal dari suatu penyabab kematian terkait dengan
gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau
kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan, dan dalam masa nifas tanpa
memperhitungkan lama kehamilam per 100.000 kelahiran hidup
(Riskesdas,2013).
Berdasarkan survei kedokteran tahun 2012, AKI Sumatera Barat masih 212
per 100.000 kelahiran hidup. Sementara sesuai target MDGs AKI harus
diturunkan sampai 102 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sampai 23 per
1.000 kelahiran hidup (Dinkes Sumbar, 2012).
Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu sewaktu
hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak tergantung
pada tempat atau usia kehamilan. Kematian ibu ini dibagi menjadi kematian
langsung dan kematian tidak langsung. Kematian ibu langsung adalah ini
sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan, nifas, dan segala intervensi
atau penangannya tidak tepat dari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak
langsung sebagai akibat penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul
sewaktu kehamilan. Di negara-negara sedang berkembang sebagian besar
penyebab ini adalah perdarahan, infeksi dan abortus atau penyebab lainnya
seperti di sebabkan oleh penyakit atau komplikasi lain yang sudah ada
sebelum kehamilan atau persalinan, misalnya hipertensi, penyakit jantung,
diabetes melitus, anemia, malaria dan termasuk hiperemesis gravidarum
yang memperberat kehamilan sehingga kehamilan dapat mengalami
komplikasi (Wiknjosastro,2010).
Kehamilan merupakan suatu proses yang dialami oleh wanita yang
mempunyai kemampuan untuk hamil. Dalam melewati proses kehamilan
seorang wanita harus mendapatkan penatalaksanaan yang benar, karena hal
ini sangat berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas ibu (Depkes RI,
2009).
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Kehamilan
Definisi
Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa
dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi
(Wiknjosastro,2010).
Menurut Wulanda (2011) kehamilan merupakan proses yang alamiah.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal
adalah bersifat fisiologis bukan patologis. Kehamilan juga merupakan proses
alamiah untuk menjaga kelangsungan peradaban manusia. Kehamilan baru
bisa terjadi jika seorang wanita sudah mengalami pubertas yang ditandai
dengan terjadinya menstruasi. Banyak hal dan banyak organ yang terlibat
selama proses kehamilan. Sedangkan menurut Manuaba (2012) proses
kehamilan merupakan mata rantai yang bersinambung dan terdiri dari:
ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot,
nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh
kembang hasil konsepsi sampai aterm.
Pembagian Kehamilan
Menurut Wiknjosastro (2010) kehamilan dibagi menjadi 3 triwulan yaitu :
Hiperemesis Gravidarum
Definisi
Menurut Nugroho (2012) hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang
terjadi pada kehamilan 20 minggu, muntah begitu hebat dimana apa yang
segala dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi
keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, mengalami
dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin bukan karena penyakit seperti
apendisitis, pielititis dan sebagainya.
Nausea dan vomitus yang berat serta tidak dapat diatasi dan bertahan
sesudah trimester pertama. Biasanya hiperemesis garvidarum terjadi pada
kehamilan pertama dan umumnya mengenai ibu hamil dengan keadaan yang
mengakibakan kadar HCG yang tinggi seperti pada penyakit trofoblastik
kehamilan atau kehamilan kembar (Lockhart,2014). Sedangkan menurut
Varney (2010) hiperemesis gravidarum merupakan mual dan muntah
berlebihan selama kehamilan dengan intensitas lebih sering dan durasi lebih
lama daripada mual dan muntah yang biasa dialami pada trimester pertama.
Terkait dengan ketonemia, penurunan berat badan, dehidrasi dan
abnormalitas kimia darah. Dapat terjadi pada trimester berapapun, biasanya
dimulai pada trimester pertama dan menetap dengan derajat yang bervariasi
sepanjang masa kehamilan.
Etiologi
Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi
kejadian adalah 2 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang
dikemukakan Mochtar ( 2010) adalah sebagai berikut:
Patofisiologi
Patofisiologi hiperemesis gravidarum dapat disebabkan karena
peningkatan Hormone Chorionic Gonodhotropin (HCG) dapat menjadi faktor
mual dan muntah. Peningkatan kadar hormon progesteron menyebabkan
otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga
motilitas menurun dan lambung menjadi kosong. Hiperemesis gravidarum
yang merupakan komplikasi ibu hamil muda bila terjadi terus menerus dapat
mengakibatkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, serta dapat
mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk
keperluan energi (Winkjosastro, 2010).
Menurut Manuaba tahun (2012) Patofisiologi hiperemesis gravidarum diawali
dengan mual dan muntah yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan
dehidrasi, tekanan darah turun dan diuresis menurun. Hal ini menimbulkan
perfusi kejaringan, menutup untuk memberikan nutrisi dan mengonsumsi O 2.
Oleh karena itu dapat terjadi perubahan metabolisme menuju arah anaerobik
dengan menimbulkan benda keton dan asam laktat. Muntah yang berlebih
dapat menimbulkan perubahan elektrolit sehingga pH darah menjadi lebih
tinggi. Oleh karena itu semua masalah tersebut dapat menimbulkan
gangguan fungsi alat vital sebagai berikut:
1. Hepar
1. Dehidrasi yang menimbulkan konsumsi O2
2. Gangguan fungsi liver dan terjadi ikterus.
3. Terjadi perdarahan pada parenkim liver sehingga menyebabkan
gangguan fungsi menurun.
2. Ginjal
4. Dehidrasi penurunan diuresis sehingga sisa metabolisme tertimbun.
5. Terjadi perdarahan dan nekrosis dan perdarahan di otak.
6. Sistem saraf pusat terjadi nekrosis dan perdarahan diotak diantaranya
perdarahan ventrikel.
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang terjadi pada ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum adalah: muntah yang tidak dapat dikontrol dengan pengobatan
morning sickness, muntah pernisiosa, nafsu makan buruk, penurunan berat
badan, dehidrasi, ketidak seimbangan elektrolit, asidosis akibat kelaparan,
alkalosis karena asam hidroklorida berkurang ketika muntah, dan
hipokalemia (Varney,2010).
1. Tingkat 1
1.
2. Muntah terus menerus.
3. Turgor kulit berkurang.
4. Lidah kering.
5. Tekanan darah turun,suhu meningkat nyeri epigastrium.
2. Tingkat 2
1. Dehidrasi bertambah.
2. Turgor kulit makin berkurang.
3. Lidah kering dan kotor.
4. Mata cekung.
5. Tekanan darah menurun, nadi meningkat, mata ikterik.
6. Urin berkurang.
7. Napas berbau aseton.
3. Tingkat 3
1. Dehidrasi berat.
2. Mual dan muntah berhenti.
3. Perdarahan esofagus,lambung dan retina.
4. Gangguan fungsi hati bertambah .
5. Ikterus meningkat.
6. Gangguan kesadaran.
Diagnosis
Menetapkan kejadian hiperemesis gravidarum tidak sukar, dengan
menetukan kehamilan, muntah berlebihan sampai menimbulkan gangguan
kehidupan sehari-hari dan dehidrasi. Muntah yang terus menerus tanpa
pengobatan dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin dalam
rahim dengan manifestasi klinisnya, oleh karena itu hiperemesis gravidarum
berkelanjutan harus dicegah dan harus mendapat pengobatan yang adekuat.
(Rukyah,2013).
Menurut Nugroho (2012) Amenore yang disertai muntah hebat, atau segala
yang dimakan dan diminum akan dimuntahkan, pekerjaan sehari-hari
terganggu dan haus hebat. Fungsi fital nadi meningkat, TD menurun dan
gangguan kesadaran.
Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi menurut Lockhart ( 2014) adalah sebagai
berikut :
1. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran
udara yang baik. Catat cairan yang keluar dan masuk hanya dokter dan
perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita sampai muntah
berhenti dan penderita mau makan. Tidak diberikan makanan atau minuman
selama 24 jam.
1. Terapi psikologi
Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan,
hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta
menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar
belakang penyakit ini.
1. Cairan parenteral
Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolik, karbohidrat dan protein
dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter/hari. Bila
perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan
vitamin C. bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino
secara intravena.
1. Penghentian kehamilan
Pada beberapa kasus pengobatan hiperemesis gravidarum tidak berhasil
malah terjadi kemunduran dan keadaan semakin menurun sehingga
diperlukan pertimbangan untuk melakukan gugur kandung. Keadaan yang
memerlukan pertimbangan gugur kandung diantaranya:
1. Diet hiperemesis I
Diet ini diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya terdiri dari roti
kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan.
Cairan tidak diberikan bersama dengan makanan tetapi 1-2 jam setelahnya.
Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung didalamnya kurang, maka tidak
diberikan dalam waktu lama.
1. Diet hiperemesis II
Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan
secara bertahap dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang
bernilai gizi tinggi. Minuman tetap tidak diberikan bersamaan dengan
makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat
memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi. Jenis makanan ini
rendah kandungan gizinya, kecuali vitamin A dan D.
Pepaya 2 potong
Pisang 1 buah
Roti 80 4 potong
Telur 50 1 butir
Margarin 10 1 sdm
Roti 80 4 potong
Biskuit 40 4 buah
Telur 50 1 butir
Minyak 10 1 sdm
Margarin 20 2 sdm
Langkah I : pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data
mengelompokan data dan menganalisis data sehingga dapat diketahui
masalah dan keadaan klien. Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua
informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi
klien data-data yang dikumpulkan meliputi:
Data subjektif
1. Biodata atau identitas klien dan suami
Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang dibutuhkan
untuk mengevaluasi keadaan ibu,terdiri dari :
Identitas
1. Nama : Perlu ditanyakan agar tidak keliru bila ada kesamaan nama
klien
2. Umur : Perlu ditanyakan untuk mengetahui pengaruh umur terhadap
permasalahan kesehatan klien dan mengetahui masa reproduksi klien
beresiko tinggi atau tidak <20 tahun atau >35 tahun. Ibu hamil yang
terlalu muda lebih potensial mengalami hiperemesis gravidarum.
3. Alamat : Ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan bila
diperlukan dalam keadaan mendesak.Dengan diketahuinya alamat
tersebut, bidan dapat mengetahui tempat tinggal pasien atau klien dan
lingkungannya.Dengan tujuan untuk mempermudah menghubungi
keluarganya, menjaga kemungkinan bila ada nama ibu yang sama, untuk
dijadikan petunjuk saat kunjungan rumah,
4. Pekerjaan : Ditanyakan untuk menegtahui kemungkinan pengaruh
pekerjaan terhadap permasalahan kesehatan klien. Dengan mengetahui
pekerjaan klien, bidan dapat mengetahui bagaimana taraf hidup dan social
ekonominya agar nasehat bidan sesuai, juga mengetahui apakah
pekerjaan mengganggu atau tidak, misalnya bekerja di pabrik rokok,
mungkin yang dihisap akan berpengaruh pada kesehatan reproduksinya
5. Agama : Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya
terhadap kebiasaan kesehatan klien.Dengan diketahuinya agama
klien,akan memudahkan bidan melakukan pendekatan didalam
melaksanakan asuhan.
6. Pendidikan : Ditanyakan untuk mengetahui tingkat
intelektualnya.Tingkat pendidikan mempengaruhi terjadinya hiperemesis
gravidarum.
7. Status perkawinan : Pertanyaan ini ditanyakan untuk mengetahui
kemungkinan pengaruh status perkawinan terhadap masalah kesehatan.
Perkawinan diatas usia 5 tahun dengan kehamilan pertama, merupakan
resiko tinggi terjadinya hiperemesis gravidarum dalam kehamilan
(Manuaba, 2012).
8. Suku/bangsa : Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh
adat istiadat/ budayanya terhadap kegiatan kesehatan klien, akan
memudahkan bidan melakukan pendekatan di dalam melaksanakan
asuhan kebidanan.
Keluhan utama : Pada ibu hamil dengan Hiperemesis Gravidarum
keluhan yang mungkin dirasakan ibu adalah: mual,muntah,aktivitas
terganggu,kepala terasa pusing,badan terasa lemas,letih,lesu,frekuensi
BAK menurun, nafsu makan menurun,dan penurunan BB (Varney,2010).
Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui gambaran tentang keadaan dasar dari organ reproduksi
pasien/klien.
Riwayat perkawinan
Menanyakan usia berapakah ibu menikah, status perkawinan dan setelah
menikah berapa lama ibu baru hamil. Hal ini untuk mengetahui fungsi alat
reproduksi klien baik atau tidak.
Persiapan kegawatdaruratan
Ini ditanyakan untuk mengantisipasi terjadinya kegawatdaruratan pada ibu.
Sehingga jika terjadi dapat ditangani dengan cepat.
Data objektif
1. Pemeriksaan umum
2. KU ibu dapat baik, lemah sampai jelek pada penderita hyperemesis
(Mochtar, 2010).
Pada penderita hyperemesis tingkat III, kesadaran dapat sangat menurun,
somnolen sampai koma (Mochtar, 2010)
Tanda-tanda vital :
Muka ibu terlihat pucat, mata cekung , conjungtiva ibu pucat, sklera
ikterik, mulut ibu berbau keton, bibir ibu pecah-pecah, mulut terlihat kotor,
turgor kulit buruk.
Payudara
Inspeksi keadaan dada dan payudara. Dengan posisi tangan klien di samping,
periksa bentuk, ukuran dan simetrik tidak, puting, adanya pengeluaran dari
puting serta benjolan. Pada saat klien mengangkat tangan ke atas kepala,
lihat apakah adanya retraksi atau dimpling. Lakukan palpasi secara
sistematis dari arah payudara ke axial untuk mengetahui adanay massa atau
pembesaran pembuluh limfe.
Abdomen
Pemeriksaan abdomen dapat meyakinkan ibu bahwa kehamilannya
berkembang dengan baik. Ibu dapat memperoleh informasi dan keyakinan,
ibu juga menghargai sentuhan terapeutik dan peluang untuk menerima
asuhan holistik dan berrsifat individual. Meskipun merupakan pemeriksaan
yang sederhana, setiap komponen dalam pemeriksaaan ini perlu dilakukan
dan dapat memberikan berbagai informasi yang bermakna. Pemeriksaan
abdomen tidak pernah dilakukan secara terpisah, selalu menjadi bagian dari
pemeriksaan antenatal yang lengkap. Tujuan pemeriksaan abdomen :
1. Mengkaji pertumbuhan, ukuran dan kesejahteraan janin
2. Mendeteksi posisi dan presentasi janin
3. Mendeteksi adanya penyimpangan dari keadaan normal
Dengan cara inspeksi perhatikan ukuran perut ibu apakah sesuai dengan usia
kehamilan, apakah ada perubahan kulit pada linea, striae gravidarum, tanda-
tanda bedah abdomen atau luka bekas operasi. Dapat juga dilihat
pergerakan janin dan kontraksi.
1. Leopold III
Menentukan bagian terbawah janin dan apakah bagian bawah tersebut sudah
masuk PAP atau masih bias digoyangkan.Kemungkinan teraba kepala,
bokong atau bagian lainnya bahkan kosong pada letak lintang.
1. Leopold IV
Bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan seberapa jauh sudah
masuk PAP, sebagian kecil atau sebagian besar. Leopold IV bari bisa
dolakukan apabila pada pemeriksaan leopold III bagian terbawah janin sudah
masuk ke pintu atas panggul.
Auskultasi
Memeriksa tangan dan kaki apakah terdapat oedema atau tampak pucat
pada ujung-ujung jarinya. Memeriksa dan meraba kaki untuk mengetahui
adanya varices. Memeriksa reflek patella untuk melihat apakah terjadi
gerakan hipo atau hiper.
1. Pemeriksaan penunjang
2. Laboratorium
3. Dipstik urine untuk mengetahui adanya keton.
4.
5. BUN dan Elektrolit.
6. Tes fungsi hati.
7. TSH dan T4 (varney,2010).
2. USG
Untuk memastikan diagnose dan melihat apakah janin dalam keadaan
normal baik posisi maupun lainnya.
10. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran
udara yang baik. Catat cairan yang keluar dan masuk hanya dokter dan
perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita sampai muntah
berhenti dan penderita mau makan. Tidak diberikan makanan / minuman
selama 24 jam.
13. Diet
Menurut Runiari ( 2010 ) Tiga macam diet pada hiperemesis gravidarum
yaitu:
1. Diet hiperemesis I
Diet ini diberikan pada hiperemesis tingkat III. makanan hanya terdiri dari roti
kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan.
Cairan tidak diberikan bersama dengan makanan tetapi 1-2 jam setelahnya.
Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung didalamnya kurang, maka tidak
diberikan dalam waktu lama.
1. Diet hiperemesis II
Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan
secara bertahap dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang
bernilai gizi tinggi. Minuman tetap tidak diberikan bersamaan dengan
makanan. Pemilihan bahan Makanan yang tepat pada tahap ini dapat
memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi. Jenis makanan ini
rendah kandungan gizinya, kecuali vitamin A dan D.
1. Diet hiperemesis III
Diet ini diberikan kepada klien hiperemesis gravidarum ringan. Diet diberikan
sesuai kemampuan klien, dan minuman boleh diberikan bersamaan dengan
makanan. Makanan pada diet ini mengcukupi kebutuhan energi dan semua
zat gizi.
Implementasi
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh yang telah diuraikan pada
langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanan ini bisa
dilakukan seluruhnya oleh bidan dan sebagian oleh klien, atau anggota tim
kesehatan lainya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memiliki
tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya. Bila bidan
berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami
komplikasi maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien
adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan
bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyikat
waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.
Evaluasi
Merupakan langkah akhir dari proses asuhan kebidanan. Asuhan manajemen
kebidanan dilakukan secara kontiniu sehingga perlu dievaluasi setiap
tindakan yang telah diberikan agar lebih efektif. Kemungkinan hasil evaluasi
yang ditemukan pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum tercapai
seluruh perencanaan tindakan dan tercapai sebagian dari perencanaan
tindakan sehingga dibutuhkan revisi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian (Pengumpulan Data Dasar)
2. Identitas / Biodata
Nama : Ny. K Nama : Tn. T
Nama : Ny. T
Alamat : Surantih
2. Riwayat menstruasi
Menarche : Umur 13 tahun. Lamanya : 7 hari.
Komplikas
Temp i Bayi Nifa
Usia Jenis at Pen
N keham persali persali Ba o- Kead Loc
o Tgl lahir il-an n-an n-an Ibu yi long BB/PB/JK a-an ea
39 2500/47/
28/03/2 mingg Norma HE Bida
1. 003 u l BPS G – n Baik Ada
40 2500/48/
20/04/2 mingg Norma HE Bida
2 007 u l BPS G – n Baik Ada
40 2500/48/
11/02/2 mingg norma HE Bida
3 011 u l BPS G – n Baik Ada
4 ini
3. Riwayat kehamilan persalinan, dan nifas yang lalu
4. Kontrasepsi yang pernah digunakan : Suntik 3 bulan
Lama Pakai KB : 3 tahun
1. Riwayat alergi
Jenis makanan : Tidak Ada
Jenis obat-obatan : Tidak Ada
9. Riwayat perkawinan
Kawin umur : 20 tahun
Saat hamil
Setelah hamil ini menginjak usia 2 bulan ibu mengatakan setelah makan dan
minum ibu merasa mual dan muntah , nafsu makan berkurang yaitu
2×sehari , porsi kecil, dengan menu nasi,sayuran hijau,lauk tempe, ditambah
2 gelas air putih.
Pola eliminasi
BAK • BAB
Frekuensi : 6 – 7 kali sehari Frekuensi : 1 kali sehari
kecoklatan
1. Pola istirahat
Istirahat siang : 1 jam
Istirahat malam : 4-5 jam
1. Aktivitas sehari-hari
Beban kerja : Ibu melaksanakan tugas ibu rumah tangga
Sendiri.
Olah raga : Tidak ada
Keyakinannya.
2. Pemeriksaan khusus
1. Inspeksi
Kepala : Bersih, tidak ada ketombe.
cekung.
Muka : wajah pucat Tidak oedema dan ada Cloasma
gravidarum
berbau keton
Payudara : Simetris : Ya
kehamilan
Striae : Ada
Ekstremitas
Atas Bawah
Oedema : Tidak ada Oedema : Tidak ada
Pergerakan : Aktif
1. Palpasi
Leopold
1. Auskultusi
DJJ
Intensitas : Kuat
1. Perkusi
Reflek patella kanan : (+)
1. Pemeriksaan penunjang
Hb : 11 gr% diperiksa tanggal 13 september 2014
Urine : Keton (+)
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL NY “K”
G4P3A0H3 USIA KEHAMILAN 14-15 MINGGU
DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM GRADE
II DI
BANGSAL KEBIDANAN RSUDDR.MUH AMMAD ZEIN
PAINAN 13-15 SEPETEMBER 2014
Subjektif Objektif Analisis penatalaksanaan
Kebutuhan
a.
Informasikan
hasil
pemeriksaan.
b.
Memberikan ibu
support dan
motivasi.
c.
Informasikan
penyebab mual
dan muntah
terus menerus.
pemberian cairan Infus RL
drip ondan cetron 1 ampul
d. Anjurkan 20 tpm untuk menjaga
ibu untuk keseimbangan cairan ibu.
beristirahat Infus telah terpasang di
yang cukup . tangan kanan ibu.
Hb : 11 gr% Masalah
diperiksa Ibu cemas
tanggal 13 terjadi sesuatu
September yang tidak
2014. diinginkan pada
dirinya dan janin
yang
dikandungnya,
ibu masih mual
dan muntah, ibu
masih belum
bisa melakukan
apapun.
Kebutuhan :
a.
Informasikan
hasil
pemeriksaan.
b.
Memberikan ibu
support dan
motivasi, bahwa
kondisi ibu akan
segera
membaik.
c. Anjurkan
ibu untuk
beristirahat yang
cukup.
d. Anjurkan
pada ibu untuk
memenuhi
nutrisinya.
CATATAN PERKEMBANGAN II
Analisis
Subjektif Objektif Penatalaksanaan
Menurut penulis ibu menikah dibawah usia 20 tahun merupakan faktor resiko
terjadinya hiperemesis garvidarum, karena ibu yang menikah dibawah usia
20 tahun psikologisnya belum matang dia belum bisa menerima perubahan-
perubahan yang terjadi pada dirinya. Berdasarkan teori dan kasus terdapat
kesenjangan.
1. O (Objektif ):
2. Keadaan Umum
Berdasarkan teori KU ibu dapat baik, lemah sampai jelek pada penderita
hyperemesis gravidarum (Mochtar, 2010). Berdasarkan kasus Ny “K” Ku ibu
lemah dan kesadaran ibu CMC.
Menurut penulis ibu yang kondisi keadaan umumnya lemah merupakan salah
satu tanda dari hiperemesis gravidarum. Keadaan umum ibu lemah
dikarenakan ibu mual dan muntah terus menerus akibatnya asupan nutrisi
tidak terpenuhi dan produksi O2 menurun. Berdasarkan teori dan kasus tidak
terdapat kesenjangan antara keduanya.
2. TTV :
Berdasarkan teori Tanda-tanda vital : Tekanan darah turun dari biasanya,
Nadi dapat kecil, cepat dan halus serta 100x/menit Pada penderita
hyperemesis tingkat II dan III suhu badan penderita menjadi naik (Mochtar,
2011). Berat badan : pada penderita hyperemesis baik tingkat I, II ataupun III
terjadi penurunan berat badan (Mochtar, 2011).
Pada kasus Ny. “K” ditemukan kesadaran ibu composmentis, , BB sebelum
hamil 47 kg, BB setelah hamil 45 kg, Tinggi badan 149 cm, LiLA 25 cm,
TD: 90/60 mmHg, Nadi 100 x/i Pernafasan 25 x/i, Suhu 370C.
Menurut penulis pemeriksaan TTV dilakukan untuk memantau TD, N, S, dan P
ibu. Ibu yang TD nya rendah, nadinya meningkat, dan pernapasan meningkat
serta BB menurun merupakan salah satu tanda dari hiperemesis gravidarum.
Pada ibu hiperemesis gravidarum TD nya akan menurun atau tidak normal
diakibatkan mual dan muntah yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan
dehidrasi, tekanan darah turun dan diuresis menurun. Berdasarkan tijauan
teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan antara keduanya.
3. Pemeriksaan Fisik
Berdasarkan teori kehamilan dengan hiperemesis gravidarum Wajah terlihat
pucat, mata cekung,conjungtiva pucat, sklera ikterik, mulut kering, kotor
berbau keton, biasanya sariawan (Nugroho,2012).
Pada kasus Ny “ K” muka ibu pucat, mata cekung, konjungtiva ibu terlihat
pucat, turgor kulit buruk,mulut kotor berbau keton.
4. Palpasi :
Berdasarkan teori ukuran TFU adalah sebagai berikut:
5. Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium
1. Dipstik urine untuk mengetahui adanya keton.
2.
3. BUN dan Elektrolit.
4. Tes fungsi hati.
5. TSH dan T4 (varney,2010).
USG
Untuk memastikan diagnose dan melihat apakah janin dalam keadaan
normal baik posisi maupun lainnya.
Berdasarkan kasus Ny. “K” hasil pemeriksaan urine yaitu terdapat keton
dalam urine ibu. Berdasarkan teri pada ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum keton dalam urine positif ( Mochtar.2011).
Menurut penulis, pemeriksaan urine pada ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum berguna sebagai data penunjang untuk menegakkan diagnosa
kebidanan. Berdasarkan teori dan kasus tidak terdapat kesenjangan.
Institusi pendidikan
Penulis mengharapkan laporan studi kasus ini bisa menjadi bahan bacaan
pustaka di STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang.
Institusi pelayanan
Diharapkan kepada institusi pelayanan di RSUD Dr.M.Zein Painan dapat
menerapkan manajemen kebidanan sesuai dengan asuhan dan masalah
pada pasien, sehingga pasien merasa puas dengan asuhan yang diberikan.