Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA NIFAS PADA NY.

I
DI KLINIK PRATAMA ARRABIH
KOTA PEKANBARU

LAPORAN KASUS PRAKTIK KEBIDANAN

OLEH :

PUTRI RAHMADANI HERLIN


NIM : P031915401025

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN RIAU
JURUSAN KEBIDANAN
PRODI DIII KEBIDANAN
PEKANBARU
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA NIFAS


DI KLINIK PRATAMA ARRABIH KOTA PEKANBARU

Disusun Oleh :

PUTRI RAHMADANI HERLIN


P031915401025

Disetujui Oleh :

Pembimbing Institusi Pembimbing Lapangan (CI)

Okta Vitriani, SKM. M.Kes ENDRAWANA,


Amd.Keb
NIP. 198001232002122001
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kasus

Praktik Kebidanan ini.Penulisan Laporan Kasus Praktik Kebidanan ini penulis

menyadari banyak kekurangan dalam penyelesaian laporan, berkat bimbingan,

pengarahan dan bantuan semua pihak Laporan Kasus Praktik Kebidanan dapat

diselesaikan tepat waktu.

Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dari berbagai

pihak, karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima

kasih kepada:

1. Bapak H. Husnan, S.Kp,MKM selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Riau

2. Ibu Endrawana, Amd. Keb selaku pemilik Klinik Pratama Arrabih Pekanbaru dan

kakak CI Lapangan yang telah memfasilitasi, membimbing dan juga mengajari

selama masa praktik lapangan.

3. Ibu Juraida Roito Harahap, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan kebidanan

Poltekkes Kemenkes Riau

4. Ibu Ani Laila, SST, M.Biomed selaku Ketua Prodi D-III Kebidanan Poltekkes

Kemenkes Riau

5. Ibu Okta Vitriani , SKM, M.Kes selaku Pembimbing Institusi yang telah

meluangkan waktunya serta memberikan bimbingan dan pengarahan dengan sabar

sehingga Laporan Kasus ini diselesaikan oleh penulis.

6. Semua Dosen pengajar Poltekkes Kemenkes Riau yang telah memberikan ilmu

selama proses pendidikan untuk bekal penulisan.

1
7. Serta Ny.I dan keluarga yang telah bersedia bekerja sama dalam pembuatan

Laporan Kasus Praktik Kebidanan.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan laporan ini

yang disebabkan keterbatasan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu , kritik

dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi

perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga laporan tugas kasus ini dapat

memberi manfaat bagi kita semua.

Pekanbaru, 20 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN vi
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 3
1.3 Manfaat 5
1.4 Ruang Lingkup 6
BAB 2 TINJAUAN TEORI 7
2.1 Konsep Masa Nifas 66
2.2 Pendokumentasian Asuhaan Kebidanan Metode SOAP 89
BAB 3 LANGKAH PENGAMBILAN KASUS 92
3.1 Lokasi dan Waktu 92
3.2 Cara Pengambilan Kasus 92
3.3 Instrumen 92
BAB 4 KAJIAN KASUS DAN PEMBAHASAN 93
4.1 Gambaran Lokasi 93
4.2 Kajian Kasus 93
4.3 Pembahasan 112
BAB 5 PENUTUP 123
5.1 Kesimpulan 123
5.2 Saran 124
DAFTAR PUSTAKA 126
LAMPIRAN 128
DOKUMENTASI 129

3
DAFTAR TABEL

Tabel 2.9 TFU Pada Masa Nifas 69


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Post partum merupakan masa sesudah melahirkan atau persalinan. Masa

beberapa jam sesudah lahirnya plasenta atau tali pusat sampai minggu ke enam

setelah melahirkan, setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya

pada waktu saluran reproduksi kembali keadaan yang normal pada saat sebelum

hamil (Marmi, 2012).

Perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu post partum ibu mengalami

perubahan sistem reproduksi dimana ibu mengalami proses pengerutan pada

uterus setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Perubahan

adaptasi psikologis adanya rasa ketakutan dan kekhawatiran pada ibu yang baru

melahirkan. Hal ini akan berdampak kepada ibu yang berada dalam masa nifas

menjadi sensitif (Kirana, 2015).

Menurut World Health Organitation (WHO) tahun 2015, menyatakan setiap

menit seorang ibu melahirkan meninggal karena beberapa komplikasi saat

melahirkan. 1.400 perempuan yang meninggal lebih dari satu tahun karena

kehamilan berkisar 50.000 perempuan yang meninggal pada saat persalinan dan

nifas. Angka Kematian Ibu (AKI) di negara ASEAN lainnya, seperti di Thailand

pada tahun 2014 adalah 44/100.000 kelahiran hidup, di Malaysia 39/100.000

kelahiran hidup dan Singapura 6/100.000 kelahiran hidup (Herawati,2016).

Masalah kesehatan fisik dan psikis pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan ibu

menyusui juga termasuk resiko dalam kehamilan dan persalinan yang mungkin

timbul dan mempunyai efek yang bermakna terhadap kualitas hidup ibu. Seorang

1
ibu yang mengalami kehamilan pada saat yang sudah diperkirakan akan

mengalami proses persalinan. Proses persalinan merupakan keadaan yang

melelahkan secara fisik dan psikis sehingga masa post partum dapat berdampak

bagi kualitas hidup ibu diantaranya mengalami robekan perineum. Robekan

perineum baik secara alami maupun episiotomi, bisa mengakibatkan gangguan

fungsi otot dasar panggul, sehingga dapat menurunkan kualitas hidup ibu setelah

melahirkan. Ibu menjadi tidak mampu mengontrol BAK dan BAB karena

beberapa saraf atau bahkan otot yang terputus. Peregangan dan robekan yang

terjadi akibat dari episiotomi atau tidak dilakukan episiotomi pada jalan lahir

selama proses persalinan dapat melemahkan otot-otot dasar panggul (Bobak,

2012).

Episiotomi adalah insisi yang dibuat pada vagina dan perineum untuk

memperlebar bagian lunak jalan lahir sekaligus memperpendek jalan lahir.

Robekan perineum atau ruptur terjadi pada hampir setiap persalinan pertama dan

tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Seorang primipara atau orang yang

baru pertama kali melahirkan terjadi ketika kepala janin keluar. Luka-luka

biasanya ringan tetapi juga terjadi luka yang luas dan berbahaya. Jahitan perineum

tadi pasti menimbulkan rasa nyeri. Nyeri dapat terjadi pada hari pertama sampai

hari ke empat post episiotomi karena proses inflamasi dan terjadi pelepasan zat-

zat kimia seperti prostaglandin yang dapat meningkatkan transmisi nyeri (Rukiyah

dkk, 2010).

Nyeri bersifat subjektif, sehingga respon setiap orang tidak sama saat

merasakan nyeri. Nyeri tidak dapat diukur secara objektif, misalnya dengan

menggunakan pemeriksaan darah. Orang yang merasakan nyeri yang dapat


mengukur tingkatan nyeri yang dialaminya (Potter dan Perry, 2010). Berdasarkan

durasinya, nyeri dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu akut dan kronis

(Weatherbee, 2009). Nyeri akut (acute pain) adalah nyeri yang terjadi setelah

cedera akut, penyakit atau intervensi bedah dan memiliki proses yang cepat

dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat), dan berlangsung untuk

waktu yang singkat (Andarmoyo, 2013). Nyeri akut berdurasi singkat (kurang

lebih 6 bulan) dan akan menghilang tanpa pengobatan setelah area yang rusak

pulih kembali (Prasetyo, 2012). Sedangkan nyeri kronik adalah nyeri konstan yng

intermiten yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung

lama dengan intensitas yang bervariasi dan biasanya berlangsung lebih dari 6

bulan (Potter & Perry, 2007).

Berdasarkan latar belakang diatas mengingat pentingnya memberikan asuhan

kebidanan pada masa nifas,maka penulis akan melakukan asuhan kebidanan pada

ibu nifas normal di Klinik Pratama Arrabih Kota Pekanbaru Tahun 2021.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan Asuhan Kebidanan pada masa nifas pada Ny.I P3A0H3 di
Klinik Pratama Arrabih.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian data Subjektif pada Ibu nifas Ny.I di Klinik

Pratama Arrabih Kota Pekanbaru.

b. Melakukan pengkajian data Objektif pada ibu nifas Ny.I di Klinik

Pratama Arrabih Kota Pekanbaru.

3
c. Menegakkan Assesment data pada ibu nifas Ny.I di Klinik Pratama

Arrabih Kota Pekanbaru.

d. Melakukan Plan asuhan Kebidanan masa nifas pada ibu nifas Ny.I di
Klinik Pratama Arrabih Kota Pekanbaru.

1.2.3 Waktu dan Tempat Pengambilan Kasus


Pengambilan kasus dilakukan pada hari Selasa, 14 September 2021 di
Klinik Pratama Arrabih Kota Pekanbaru.

1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat Keilmuan

Memberikan masukan bagi pengembangan ilmu kebidanan dalam

pengembangan asuhan kebidanan yang menyeluruh dan berkesinambungan.

1.3.2 Manfaat Aplikatif

Mampu memberikan asuhan kebidanan pada masa nifas terhadap ibu

nifas normal dengan menggunakan pendokumentasian metode SOAP.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup pada laporan kasus ini meliputi asuhan kebidanan nifas 6-8

jam post partum yang diberikan kepada Ny.I usia 28 tahun di Klinik Pratama

Arrabih Kota Pekanbaru. Pada tanggal 14 September 2021 dan diberikan asuhan

kebidanan. Asuhan yang diberikan bertujuan untuk memastikan ibu sehat selama

masa nifas dan mengurangi ketidaknyamanan pada masa nifas. Asuhan yang

diberikan kepada ibu yaitu asuhan kebidanan kepada ibu nifas 6-8 jam postpartum

dengan pendokumentasian metode SOAP.


BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.2 Konsep Dasar Masa Nifas

2.3.1 Pengertian Masa Nifas

Post partum merupakan masa sesudah melahirkan atau persalinan. Masa

beberapa jam sesudah lahirnya plasenta atau tali pusat sampai minggu ke enam

setelah melahirkan, setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya

pada waktu saluran reproduksi kembali keadaan yang normal pada saat

sebelum hamil (Marmi, 2012). Post partum adalah waktu penyembuhan dan

perubahan, waktu kembali pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian

terhadap hadirnya anggota keluarga baru. (Mitayani, 2011). Post Partum adalah

masa setelah keluarnya placenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti

sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu

atau 40 hari (Ambarwati, 2010).Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai

setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti

semula sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau + 40 hari

(Susanto,Adinda, 2018).

2.3.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas

Tujuan pemberian asuhan kebidanan pada masa nifas adalah sebagai

berikut:

5
a. Menjaga kesehatan diri ibu dan bayinya.

b. Melaksanakan skrining secara komprehensif.

c. Memberikan pendidikan mengenai laktasi dan perawatan

payudara,Konseling mengenai KB

d. Melancarkan pengeluaran lochea (Sutanto, 2018).

2.3.3 Periode Masa Nifas

Masa nifas dibagi menjadi 3 periode yaitu :

a. Periode immediate postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini

sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena Atonia uteri.

Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan

kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah, dan suhu.

b. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)

Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal,

tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup

mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.

c. Periode late postpartum (1 minggu-5 minggu)

Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan

sehari-hari serta konseling KB (saleha, 2009).

2.3.4 Program dan Kebijakan Teknis Masa Nifas

Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai


keadaan ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan
menangani masalah-masalah yang terjadi.

Tabel 1. Frekuensi kunjungan masa nifas


KUNJUNGAN WAKTU TUJUAN

7
I 6-8 jam - Mencegah perdarahan pada masa nifas
post partum karena atonia uteri
- Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan, rujuk jika perdarahan
berlanjut
- Memberikan konseling pada ibu atau
salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan pada masa nifas
karena atonia uteri
- Pemberian ASI awal
- Melakukan hubungan antara ibu dan bayi
baru lahir
- Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermi
- Jika petugas kesehatan menolong
persalinan, ia harus tinggal dengan ibu
dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama
setelah kelahiran, atau sampai ibu dan
bayi dalam keadaan stabil.

II 6 hari post - Memastikan involusi uterus berjalan


partum normal yaitu:
a. Uterus berkontraksi
b. Fundus uterus di bawah umbilikus
- Tidak ada perdarahan abnormal
- Tidak ada bau
- Menilai adanya Tanda-tanda bahaya
yaitu:
a. Demam
b. Infeksi
c. Perdarahan abnormal
- Memastikan ibu mendapatkan cukup:
a. makanan

b. Cairan

c. Istirahat

- Memastikan ibu menyusui dengan baik


dan tak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit
- Memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga beyi tetap hangat dan merawat
bayi sehari-hari

III 2 minggu - Sama seperti diatas ( 6 hari postpartum)


post partum

IV 6 minggu - Menenyakan pada ibu tentang penyulit


post partum penyulit yang ia atau bayi alami

- Memberikan konseling untuk KB secara


dini

2.3.5 Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas

A. Perubahan Sistem Reproduksi

Selama masa nifas, alat-alat interna wanita maupun eksterna berangsur-

angsur kembali ke keadaan sebelum hamil. Perubahan keseluruhan alat

genetalia ini disebut involusi. Pada masa ini terjadi peru bahan penting

lainya perubahan-perubahan yang terjadi antar lain :

1. Uterus

involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya

alat-alat kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan

9
hingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Menurut susanto,

2018 proses involusi terjadi karena adanya :

a) Iskemia myometrium

Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan relaksasi yang terus

menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat

uterus menjadi relatif anemia dan menyebabkan serat otot atrofi.

b) Atrofi jaringan

Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian

hormonestrogen saat pelepasan plasenta.

c) Autolysis

Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di

dalam otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekan jaringan

otot yang telah mengendur hingga panjangnya 10 kali panjangnya

sebelum hamil dan lebarnya 5 kali lebar sebelum hamil yang terjadi

selama kehamilan. Hal ini karena penurunan hormone estrogen dan

progesterone.

d) Efek Oksitosin

Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot

uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang

mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini

membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta

serta mengurangi perdarahan.


Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum

hamil. Perubahan perubahan normal pada uterus selama postpartum adalah

sebagai berikut :

Tabel 2.6
Tinggi fundus uteri pada masa nifas
Involusi Tinggi fundus uteri Berat uterus

Bayi lahir Setinggi pusat/ 2 jari dibawah pusat 1000 gram

1 minggu Pertengahan pusat sympisis 750gram

2 minggu Tidak teraba diatas sympisis 500 gram

6 Minggu Normal 50 gram

8 minggu Normal seperti biasa 30 gram

(Sumber : Susanto, 2018)

2. Lokia

Lokia adalah cairan secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina

selama masa nifas. Lokia terbagi menjadi empat jenis, yaitu : lokia

rubra lokia sanguilenta, lokia serosa dan lokia alba. Berikut ini adalah

beberapa jenis lokia yang terdapat pada ibu nifas menurut

(Saleha,2009). :

a) Lokhia rubra berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa-sisa

selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks caseosa, lanugo, dan mekonium

selama 2 hari pasca persalinan. Ini lokhia yang akan keluar selama 1-3

hari postpartum.

b) Lokhia sanguilenta berwarna merah kuning berisi darah dan lendir yang

keluar pada hari ke 3 sampai ke 7 pasca persalinan.

11
c) Lokhia serosa ini berbentuk serum dan berwarna merah jambu kemudian

menjadi kuning. Cairan tidak berdarah lagi pada hari ketujuh sampai

hari keempat belas pasca persalinan.

d) Lokhia alba adalah lokhia yang terakhir. Dimulai dari hari keempat

belas kemudian makin lama makin sedikit hingga sama sekali berhenti

sampai satu atau dua minggu berikutnya. Bentuknya seperti cairan putih

berbentuk krim serta terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua.

3. Vagina

Vagina dan lubang vagina pada permulaan peuerperium

merupakan suatu saluran yang luas berdinding tipis, secara berangsur-

angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali kembali sperti ukuran

seorang nulipara. Rugae timbul kembali pada minggu ke tiga. Hymen

tampak sebagai tonjolan jaringan yang kecil, yang dalam proses

pembentukan berubah menjadi karunkulae mitiformis yang khas bagi

wanita multipara. (Saleha, 2009).

4. Payudara

Kadar prolaktin yang bdisekresi oleh kelenjar hypofisis anterior

meningkat secara stabil selama kehamilan, tetapi hormone plasenta

menghambat produksi ASI. Setelah pelahiran plasenta, konsentrasi

estrogen dan progesterone menurun, prolaktin dilepaskan dan sintesis

ASI dimulai. Suplai darah ke payudara meningkat dan menyebabkan

pembengkakan vaksular sementara. Air susu, saat diproduksi, disimpan

di alveoli dan harus dikeluarkan dengan efektif dengan cara dihisap

oleh bayi untuk pengadaan dan keberlangsungan laktasi.


Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan

hormone prolaktin setelah persalinan yang menyebabkan perubahan :

1) Kolostrum sudah ada saat persalinan, produksi ASI terjadi pada hari

ke-2 atau hari ke-3 setelah persalinan.

2) Payudara menjadi lebih besar dan keras sebagai tanda mulainya

proses laktasi (Walyani, 2017).

B. Perubahan Sistem Pencernaan

Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini

disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat

tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan

yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan,

hemoroid, laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur dapat

diberikan makanan yang mengandung serat dan pemberian cairan yang

cukup. Bila usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat

ditolong dengan pemberian huknah atau gliserin spuit atau diberikan obat

laksan yang lain (Ambarwati, 2009).

C. Perubahan Sistem Musculoskeletal.

Otot-otot uterus berkontraksi segera setelah partus. Pembuluh-

pembuluh darah yang ada di antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit.

Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan

(Sulistyawati, 2009).

13
D. Perubahan Tanda-Tanda Vital

1) Suhu Badan

Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2°C. Sesudah partus

dapat naik kurang lebih 0,5°C dari keadaan normal, namun tidak akan

melebihi 8°C. Sesudah dua jam pertama melahirkan umumnya suhu

badan akan kembali normal. Bila suhu lebih dari 38°C mungkin terjadi

infeksi terhadap ibu (Saleha, 2009).

2) Nadi dan Pernapasan

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Pasca

melahirkan, denyut nadi dapat menjadi bradikardi maupun lebih cepat

(Vivian,2011). Bila terjadi takikardia dan suhu tubuh tidak panas

mungkin ada perdarahan berlebihan pada penderita. Pada masa nifas

umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh,

sedangkan pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian

kembali seperti keadaan semula (Saleha,2009).

3) Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri

ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia.

Tekanan darah normal manusia adalah sitolik antara 90-120 mmHg dan

diastolik 60-80 mmHg. Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan

darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi lebih

rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan

tekanan darah tinggi pada post partum merupakan tanda terjadinya

preeklamsia post partum (Vivian,2011).


E. Perubahan Sistem Endokrin

Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan sistem

endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan penting dalam

proses tersebut (Saleha,2009).

1) Oksitosin

Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama

tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan

plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah

perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi ASI dan seksresi

oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali kebentuk normal.

2) Prolaktin

Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar

pituitary bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormon ini

berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu.

Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan

pada permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan.

3) Estrogen dan Progesteron

Selama hamil volume darah meningkat walaupun mekanismenya secara

penuh belum di mengerti. Diperkirakan bahwa tingkat estrogen yang

tinggi memperbesar hormone antidiuretic yang meningkatkan volume

darah. Di samping itu, progesterone mempengaruhi otot halus yang

mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini

sangat mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar

panggul, perineum dan vulva serta vagina.

15
2.3.6 Adaptasi Psikologis Ibu pada Masa Nifas

Proses adaptasi psikologis sudah terjadi selama kehamilan, menjelang

proses kelahiran maupun setelah persalinan. Pada periode tersebut, kecemasan

seorang wanita dapat bertambah. Pengalaman yang unik dialami oleh ibu

setelah persalinan. Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk

bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu memerlukan

adaptasi dan tanggung jawab ibu mulai bertambah (Yanti, 2011). Fase-fase

yang akan dijalani oleh ibu nifas antara lain:

a) Fase Taking In

Fase taking in yaitu periode ketergantungan,berlangsung dari hari

pertama sampai hari ke dua melahirkan. Pada fase ini ibu berfokus pada

dirinya sendiri. Ketidaknyamanan fisik yang di alami ibu pada fase ini

seperti mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan merupakan

sesuatu yang tidak dapat dihindari. Hal yang perlu diperhatikan pada fase

ini adalah istirahat cukup, komunikasi yang baik dan asupan nutrisi.

Menurut walyani (2015), gangguan fisiologis yang mungkin dirasakan ibu

adalah :

1) Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan tentang

bayinya misal jenis kelamin tertentu, warna kulit, jenis rambut dan

lainnya.

2) Ketidaknyamanan sebagai akibat dari perubahan fisik yang dialami

ibu misal rasa mules karena rahim berkontraksi untuk kembali

kekeadaan semula, payudara bengkak, nyeri luka jahitan.

3) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya


4) Suami atau keluarga yang mengkritik ibu tentang cara merawat bayi

dan cenderung melihat saja tanpa membantu. Ibu akan merasakan

tidak nyaman karena sebenarnya hal tersebut bukan hanya tanggung

jawab ibu semata.

b) Fase Taking Hold

Fase ini berlangsung anatara 3-10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa

khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tangguang jawab dalam

perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah

tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik,

dukungan dan pemeberian penyuluhan/pendidikan kesehatan tentang

perawatan diri dan bayinya.

Tugas bidan adalah : mengajarkan cara perawatan bayi, cara menyusui

yang benar, cara perawatan luka jahitan, senam nifas, pendidikan

kesehatan gizi, istirahat, kebersihan dll.

c) Fase Letting Go

Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran

barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai

dapat menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi

peningkatan akan perwatan diri dan bayinya.

Menurut Yanti (2011), hal-hal yang harus dipenuhi selama nifas

adalah sebagai berikut :

1. Fisik, Istirahat, asupan gizi, lingkungan bersih

2. Psikologi berupa dukungan dari keuarga sangat diperlukan.

17
3. Sosial. Perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu saat sedih, dan

menemani ibu saat kesepian.

4. Psikososial

2.3.7 Kebutuhan Dasar Ibu pada Masa Nifas

A. Nutrisi dan Cairan

Pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang serius,

karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu

dan sangat memperngaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan harus

bermutu, bergizi tinggi, cukup kalori, tinggi protein dan banyak

mengandung cairan (Saleha,2009). Ibu menyusui harus memenuhi

kebutuhan akan gizi sebagi berikut :

1) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.

2) Makan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan

vitamin yang cukup.

3) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap

kali menyusui).

4) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya

selama 40 hari pasca bersalin.

5) Minum vitamin A (200.000) unit agar bisa memberikan vitamin A

kepada bayinya melalui ASI nya.

Sesudah 1 bulan pasca persalinan, makanlah makanan yang

mengandung kalori cukup banyak untuk mempertahankan berat badan si

ibu.
B. Ambulasi

Ambulasi dini (early ambulation) ialah kebijaksanaan agar secepat

mungkin bidan membimbing ibu postpartum dari tempat tidurnya dan

membimbing ibu untuk secepat mungkin berjalan. Ibu post partum

dibolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam setelah melahirkan.

Anjurkan ibu untuk memulai mobilisasi dengan miring kanan/kiri, duduk

kemudian berjalan (Saleha, 2009).

keuntungan dari ambulasi dini ini yaitu :

1) ibu merasa lebih sehat dan kuat.

2) faal usus dan kandung kemih lebih baik.

3) Tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal.

4) Tidak memengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka diperut

(Vivian, 2011).

C. Eliminasi (BAB/BAK)

Diuresis yang nyata akan terjadi pada satu atau dua hari pertama

setelah melahirkan, dan kadang-kadang ibu mengalami kesulitan untuk

mengosongkan kandung kemihnya karena merasa sakit, memar atau

gangguan pada tonus otot, ia dapat di bantu untuk duduk diatas kursi

berlubang tempat buang air kecil (commode) juga masih belum

diperbolehkan berjalan sendiri dan mengalami kesulitan untuk buang air

kecil dengan pispot diatas tempat tidur (saleha, 2009).

D. Personal Hygine

Kebersihan diri berguna untuk nebgurangi infeksi yang meningkatkan

persaan nyaman. Kebersihan diri meliputi kebersihan tubuh, pakaian,

19
tempat tidur maupun lingkungan. Langkah-langkah yang dapat dilakukan

untuk menjaga kebersihan diri ibu postpartum adalah sebagai berikut

(Saleha, 2009).

1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum.

2) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah elamin dengan

sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan

daerah sekitar anus. Nasehati ibu untuk membersihakan vulva setiap

kali selesai buang air kecil atua besar.

3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut

setidaknya dua kali sehari. Kain dapat dignaan ulang jika telah dicuci

dengan baik dan dikeringkan dibawah matahari dan disetrika.

4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum

sesudah memebersihkan daerah kelaminnya.

5) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada

ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka tersebut.

E. Istirahat

Hal-hal yang bisa dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan

istirahat dan tidur adalah sebagai berikut (Saleha, 2009) :

1) Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang

berlebihan.

2) Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga

secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi

bayi tidur.
3) Kurang istirahat dapat mempengaruhi ibu dalam beberapa hal

kurangnya jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses

involusi uterus dan memperbanyak perdarahan. Menyebabkan depresi

dan ketidak mampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.

F. Aktivitas Seksual

Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual begitu darah

merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jairnya kedalam

vagina tanpa rasa nyeri banyak budaya dan agama yang melarang untuk

melakukan hubungan seksual sampai masa waktu tertentu, misalnya

setelah 40 hari atau 6 minggu setelah kelahiran. Keputusan bergantung

pada pasangan yang bersangkutan (Vivian, 2011).

G. Latihan dan Senam Nifas

Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu-ibu setelah

melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih kembali. Senam nifas

bertujuan untuk mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya

komplikasi, serta memulihkan dan menguatkan otot-otot punggung, otot

dasar panggul dan otot perut (Vivian, 2011). Tujuan senam nifas

(Bahiyatun, 2009) adalah :

1) Mengurangi rasa sakit pada otot

2) Memperbaiki peredaran darah.

3) Mengencangkan otot-otot perut dan perineum.

4) Melancarkan Pengeluaran Lochea

5) Mempercepat involusi

21
ASUHAN KEBIDANAN PADA MASA NIFAS
(PNC)

Tempat : Klinik Pratama Arrabih


Tanggal pengkajian : 14 September 2021
Mahasiswa : Putri Rahmadani Herlin
A. Subjektif
1. Biodata
Nama ibu : Ny. I Nama Suami :
Umur : 28 tahun Umur :
Agama : Islam Agama :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Alamat : Alamat :
No. Hp : No. Hp :

Alasan Kunjungan / Riwayat / Keluhan Utama : ibu mengatakan masih terasa nyeri
pada luka jahitannya, ASI yang keluar masih sedikit dan Ibu mengatakan cairan yang
keluar dari kemaluannya berwarna merah segar dan perut masih terasa mules.
2. Riwayat Perkawinan
Perkawinan Ke : 1 ( Pertama ) Usia Saat Kawin : 22 tahun
Lamanya Perkawinan : 6 tahun

3. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas Yang Lalu


Tgl/ Usia Jenis Keadaan
Tempat Anak
No Thn Kehamila Persalina Penolong Nifas Anak
Partus JK/BB
Partus n n sekarang

4. Riwayat Persalinan Sekarang


Jenis Persalinan : Spontan
Penolong : Bidan
Tempat : Klinik Pratama Arrabih
Usia Gestasi : 39-40 minggu
Lama persalinan :
- Kala I : ± 5 jam
- Kala II : 30 menit
Bayi lahir pada pukul 10.42 WIB jenis kelamin laki-laki BB 3.300 gr,PB 52 cm
Kala III : 15 menit
Kala IV : 2 jam
5. Riwayat Penyakit/Operasi Yang Lalu
Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit/operasi yang lalu
6. Riwayat Yang Berhubungan Dengan Masalah Kesehatan Reproduksi
Ibu mengatakan tidak ada riwayat yang berhubungan dengan masalah kesehatan
reproduksi
7. Riwayat Penyakit Keluarga Yang Pernah Menderita Sakit
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti diabetes
mellitus,asma,hipertensi serta tidak memiliki riwayat penyakit menular seperti
TBC,Hepatitis dan HIV
8. Riwayat Keluarga Berencana
Metode KB yang pernah dipakai dan lamanya
Ibu mengatakan pernah menggunakan alat kontrasepsi suntik KB 3 bulan selama
1 ½ tahun
9. Pola Makan/ Minum / Eliminasi / Istirahat / Psikososial
A. Makan : ± 3x/hari
Minum : ± 9 gelas/hari
Jenis makanan/ minuman yang sering di konsumsi : nasi,ayam,ikan,tempe,tahu,buah
dan sayuran
Eliminasi : BAK : ± 6x/hari
BAB : 1x/hari
Masalah : tidak ada
B. Istirahat : Tidur Siang : ± 1 jam/hari
Tidur Malam : 6-7 jam/hari

23
Keluhan/Masalah : tidak ada
Psikososial : ibu mengatakan bahagia dan bersyukur karna bayinya dapat lahir
dengan selamat dan dalam keadaan sehat
B. Objektif
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV :
- TD : 120/70 mmHg
- S : 36,60C
- P : 21x/menit
- N : 80x/menit
d. Muka : tidak pucat,tidak ada oedema dan cloasmagravidarum
e. Mata
- Sklera : Putih
- Konjungtiva : merah muda
- Penglihatan : baik
f. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis
g. Payudara : bentuk simetris pada kedua payudara,papilla mammae menonjol,ASI
kolostrum
h. Abdomen : TFU 2 jari dibawah pusat,kontraksi baik
i. Genetalia : terdapat jahitan perineum derajat II ,lochea rubra,volume ±50cc
j. Ekstremitas : tidak ada eodema dan varises
C. Asesment
P3A0H3 6 jam post partum normal

D. Plan
1) Menginforomasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan umum ibu baik dan
tanda-tanda vital dalam batas normal. Ibu mengetahui kondisinya saat ini.
2) Memberikan KIE tentang mobilisasi dini, seperti miring ke kiri ke kanan, duduk ditempat
tidur, turun dari tempat tidur dan mulai berjalan-jalan untuk mempercepat pemulihan ibu
pasca melahirkan. Ibu akan melaksanakannya
3) Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI ekslusif kepada bayi tanpa memberikan
makanan lain dan memberitahukan bahwa asi akan lancar pada 3 hari pasca persalinan
dan memberitahu ibu untuk sering menyusui bayi karena dapat merangsang proses
pengeluaran ASI,ibu mengerti dan akan melakukannya
4) Memberitahu ibu untuk mengoleskan ASI pada puting susu sebelum dan sesudah
menyusui bayi ibu agar puting susu tetap lembab dan menyendawakan bayi setelah
selesai menyusukan bayi ibu agar tidak terjadi gumoh pada bayi,ibu mengerti dan mau
melakukannya
5) Mengajarkan kepada ibu posisi menyusui yang benar,ibu mengerti cara menyusui yang
benar
6) Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi makanan bergizi dan protein dengan teratur 3 kali
sehari seperti nasi, kentang,ikan, daging, telur, ayam, tahu, tempe, kacang-kacangan
ditambah dengan buah-buahan juga sayuran dan memperbanyak minum yaitu 9-10
gelas/hari agar pencernaan ibu, produksi ASI lancar serta mempercepat pemuliham. Ibu
mengatakan akan makan makanan yang bergizi.
7) Memberikan KIE tentang perawatan luka perineum dan kebersihan genetalia yaitu pada
saat ibu membersihkan perineum hanya dibersihkan dengan air biasa tanpa di beri apa-
apa pada perineum, pada saat mencebok ataupun mengganti pembalut sebaiknya
dilakukan dari arah depan kebelakang agar tidak ada bakteri yang menempel dan luka
tidak boleh dalam keadaan lembap karena akan memperlambat penyembuhan luka
perineum. Ibu akan membersihkannya.
8) Menjelaskan kepada ibu tanda bahaya nifas yaitu terjadi perdarahan yang banyak,
pandangan kabur, sakit kepala hebat, demam tinggi dan lochea berbau. Bila mengalami
salah satu tanda tersebut melaporkan kepada bidan atau tenaga kesehatan terdekat.
9) Menginformasikan kepada ibu untuk mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan oleh
bidan yaitu : Vit C, Vit A, Salfero

4.3 Pembahasan

4.3.1 Asuhan Kebidanan Masa Nifas

Pelaksanaan masa nifas yang penulis lakukan pada Ny. I adalah kunjungan

pada 6 jam. Menurut Kemenkes RI (2015) frekuensi kunjungan masa nifas

sebanyak 3 kali.

Pada kunjungan nifas pertama atau KF1 pada nifas 6 jam postpartum, Ny.I

mengeluh masih terasa nyeri pada luka jahitan, ibu mengatakan ASI yang keluar

hanya sedikit. Menurut (Walyani, 2017) produksi ASI terjadi pada hari ke-2 atau

hari ke-3 setelah persalinan, payudara menjadi lebih besar dan keras sebagai tanda

mulainya proses laktasi. Asuhan yang diberikan kepada ibu yaitu memberikan

25
dukungan psikologi kecemasan ibu tentang luka jahitan perineum serta

memberitahu ibu bahwa luka jahitan perineum akan sembuh jika dilakukan

perawatan luka jahitan sesuai yang dianjurkan (Saleha, 2009) dan memberikan

pendidikan kesehatan bahwa ASI akan lancar pada hari ketiga pasca bersalin juga

memberitahu ibu untuk tingkatkan mengkonsumsi sayuran, buah-buahan serta

konsumsi air minimal 3 liter perhari untuk membantu merangsang ibu buang air

besar.

Dari hasil pemeriksaan objektif tanda-tanda vital dalam batas normal. Pada

kunjungan pertama 6 jam postpartum TFU 2 jari dibawah pusat.. Menurut Susanto

(2018), keadaan uterus setelah kelahiran bayi, plasenta dan selaput janin, beratnya

sekita 1000 gram dan TFU berada sekitar 2 jari dibawah pusat. Hal ini disebabkan

oleh banyaknya darah dalam dinding rahim mengalir dalam pembuluh-pembuluh

darah yang membesar. 1 minggu setelah persalinan TFU pertengahan antara

pusat-simfisis dengan berat uterus 750 gram, pada 2 minggu TFU tidak teraba

diatas simpisis dengan berat 500 gram dan pada akhir 6-8 minggu atau 40 hari

TFU Normal seperti sebelum hamil dengan berat + 30-50 gram.

Hasil pemeriksaan anogentalia didapatkan hasil inspeksi yaitu kunjungan

pertama terdapat luka laserasi masih basah pengeluaran lochea berwarna merah

(Lochea Rubra), Hasil pemeriksaan sesuai teori yaitu 1-3 hari nifas loche rubra,3-

7 hari nifas lochea sanguinolentas, pada hari 7-14 nifas lochea serosa dan setelah

2 minggu masa nifas ada lochea alba (Salehe, 2009)

Berdasarkan asuhan yang diberikan ibu dianjurkan untuk melakukan

mobilisasi dan senam nifas satu hari setelah persalinan sampai 42 hari selesai

masa nifas, berdasarkan anjuran yang diberikan dimana menurut teori setelah
persalinan terjadi involusi pada hampir seluruh organ tubuh wanita, terutama pada

alat kandungan. Adapaun tujuan senam nifas adalah untuk mengurangi rasa sakit

pada otot, memperbaiki peredaran darah, mengencangkan otot-otot perut dan

perineum, melancarkan pengeluaran lockhea, dan mempercepat involuisi

(Bahiyatun, 2009).

BAB 5

PENUTUP

27
5.1 Kesimpulan

Asuhan kebidanan pada masa nifas dilakukan kunjungan sebanyak 1`

kali (KF1).Didapatkan masalah fisiologis yaitu ibu merasa nyeri pada luka

perineum, hasil pemeriksaan anogenetalia didapatkan hasil inspeksi yaitu

terdapat luka laserasi masih basah pengeluaran lochea berwarna merah

(Lochea Rubra), dan ASI yang keluar masih sedikit. Keadaan umum ibu baik

dan penulis sudah memberikan asuhan nifas sesuai dengan masalah dan

kebutuhan ibu.

5.2 Saran

a. Bagi Mahasiwa

Diharapkan mahasiswa dapat mengerti mengenai asuhan yang diberikan

pada masa nifas ,. Dan diharapkan penulis selanjutnya dapat lebih menerapkan

asuhan kebidanan yang sesuai dengan standar asuhan pelayanan kebidanan.

b. Bagi Lahan Praktik

Diharapkan bagi penyedia layanan asuhan kebidanan yang sedang

menjalankan praktik untuk selalu mempertahankan dan meningkatkan

pelayanan kebidanan yang sudah ada sehingga bisa menerapkan asuhan

kebidanan

c. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menyediakan dan memfasilitasi mahasiswa untuk

menambahkan referensi CoMC dalam penulisan LTA.


DAFTAR PUSTAKA
Aisa, Sitti, dkk. 2018. Panduan Penulis Catatan Soap Dalam Pendokumentasian
Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika
Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Vivian, T. 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Walyani, E. 2017. Asuhan Kebidanan Masa Nifas & Menyusui.Yogyakarta: PT.
Pustaka Baru.
Yanti, D. 2011. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Bandung: PT. Refika Aditama.
Ambarwati, E,R,Diah, W. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha

Medika

Anggraini, Yetti. 2010. Asuhan kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka

Rihama

29

Anda mungkin juga menyukai