Anda di halaman 1dari 25

Kegawatdaruratan Maternal Neonatal Dan basic Life

Support
“Asuhan Kebidanan Varney Dengan Bayi Asfiksia”

Dosen Pembimbing:
Masfuah Ernawati.,SST.,S.Pd.,MMKes

Disusun Oleh:
Aliddina Nur Afiifah (P27824519001)
Arfiana Nur Liza Aini (P27824519002)
Nadiatul Usna (P27824519005)
Ika Oktavia Cahyani (18.1385)

Kelas:
Freesia

PRODI DIII KEBIDANAN KAMPUS BOJONEGORO


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
SURABAYA
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Varney dengan bayi asfiksia ”.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Kegawatdaruratan
Maternal Neonatal Dan Basic Life Support di Poltekkes Kemenkes Surabaya
Prodi DIII Kebidanan Bojonegoro. Dalam menyusun makalah ini, kami
mengucapkan terimakasih atas berbagai pihak yang telah membantu kami dalam
menyusun makalah ini.
Dalam menyusun makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, rekan-rekan serta dosen
pembimbing sehingga kendala- kendala tersebut dapat teratasi.
Kami menyadari bahwa penyelesaian makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dalam segi pembahasan, penulisan dan penyusunan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari dosen pembimbing mata
kuliah Kegawatdaruratan Maternal Neonatal Basic Life Support ibu Masfuah
Ernawati SST.,S.Pd.,M.MKes untuk membantu menyempurnakan makalah ini.

Bojonegoro, 19 Juli 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................2
Daftar Isi........................................................................................................3
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang..........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................5
1.3 Tujuan.......................................................................................................5
BAB 2 Tinjauan Pustaka
2.1 Pengertian Asfiksia...................................................................................6
2.2 Faktor Predisposisi....................................................................................6
2.3 Patofisiologi Asfiksia................................................................................7
2.4 Deteksi BBL dengan Asfiksia..................................................................7
2.5 Praktikum Perawatan Bayi Asfiksia.........................................................8
BAB 3 Tinjauan Kasus
3.1 Askeb BBL dengan Asfiksia Ringan......................................................13
BAB 4 Penutup
4.1 Kesimpulan.............................................................................................20
Daftar Pustaka............................................................................................21

3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami
gangguan tidak segera bernafas atau gagal bernapas secara spontan dan teratur
setelah lahir, gagal napas terjadi apabila paru tidak dapat memenuhi fungsi
primernya dalam pertukaran gas, yaitu oksigenasi darah arteri dan
pembuangan karbon dioksida. Penyebab utama kematian bayi dan balita
terjadi pada masa neonatal karena pada masa ini bayi melakukan banyak
penyesuaian fisiologis yang diperlukan untuk kehidupan ekstrauteri yang
dimulai saat bayi baru lahir sampai usia 28 hari, kematian bayi pada masa
neonatal mencapai 60% dan penyebab utama kematian neonatal tersebut
adalah asfiksia neonatorum. Berdasarkan data (World Health Organization
(WHO) dalam Damayanti, 2014), setiap tahunnya 3,6 juta bayi (3%) dari 120
juta bayi baru lahir mengalami asfiksia. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan Pangemanan, Wantania, & Wagey (2016) di RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado didapatkan 1,273 (41,9%) bayi asfiksia dari 3,038 kelahiran.
Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Bali (2016) data AKB (Angka Kematian
Bayi) di Provinsi Bali menunjukkan angka yang fluktuatif yaitu pada tahun
2014 sebesar 5,9 per 1000 Kelahiran Hidup (KH), tahun 2015 5,7 per 1000
KH dan mengalami peningkatan pada tahun 2016 menjadi 6,01 per 1000 KH.
Tidak hanya AKB di Provinsi Bali yang mengalami angka yang fluktuatif,
AKB Kabupaten Badung juga mengalami angka yang fluktuatif dan
mengalami peningkatan AKB pada tahun 2016.
Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Badung (2016) & Dinas Kesehatan
Provinsi Bali (2016) AKB Kabupaten Badung tahun 2014 sebanyak 4,08 per
1000 KH, 4.87 per 1000 KH pada tahun 2015 dan mengalami peningkatan
pada tahun 2016 menjadi 6.01 per 1000 KH. Menurut Dinas Kesehatan
Kabupaten Badung (2016) asfiksia termasuk 3 besar penyakit yang menjadi
penyebab tingginya AKB di Kabupaten Badung, jika dilihat dari
persentasenya pada tahun 2015 sebesar 25% AKB disebabkan oleh asfiksia
dan tahun 2016 sebesar 20%. Berdasarkan data yang di dapat di RSUD
Badung Provinsi Bali, terdapat bayi baru lahir yang menderita asfiksia

4
neonatorum pada 4 tahun terakhir yaitu pada tahun 2014 sebanyak 58 kasus,
tahun 2015 sebanyak 53 kasus, tahun 2016 sebanyak 47 kasus dan terjadi
peningkatan pada tahun 2017 menjadi 84 kasus. Berdasarkan studi
pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 29 4 Januari 2018 di ruang Pendet
RSUD Badung, 4 dari 7 pasien asfiksia yang ada mengalami gangguan
pertukaran gas.
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas penulis tertarik untuk
membuat makalah dan asuhan kebidanan dengan kasus semu tentang asfiksia
pada bayi baru lahir.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian dari Asfiksia ?
2. Apa Saja Faktor Predisposisi Asfiksia ?
3. Bagaimana Patofisiologi Asfiksia ?
4. Bagaimana cara deteksi BBL dengan Asfiksia ?
5. Bagaimana Penatalaksanaan BBL dengan Asfiksia ?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui pengertian dari asfiksia
2. Untuk mengetahui factor predisposisi dari asfiksia
3. Untk mengetahui patofisiologi dari asfiksia
4. Untuk mengetahui cara dteksi BBL dengan Asfiksia
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan BBL dengan Asfiksia

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Asfiksia
Asfiksia merupakan suatu keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan
teratur segera setelah lahir. Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi
tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia berarti
hipoksia yang progresif karena gangguan pertukaran gas serta transport O2
(Plora : 2016)
2.2 Faktor Predisposisi
Asfiksia pada BBL dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu ibu,
plasenta dan bayi.
1. Faktor ibu.
Merupakan suatu kondisi atau keadaan ibu yang dapat mengakibatkan
aliran darah dari ibu melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen
ke janin menjadi berkurang, mengakibatkan suatu kondisi gawat janin dan
akan berlanjut sebagai asfiksia pada BBL:
a. Pre eklampsi dan eklampsia.
b. Perdarahan ante partum abnormal (placenta previa dan solutio
placenta).
c. Partus lama atau partus macet.
d. Demam sebelum dan selama persalinan.
e. Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV).
f. Kehamilan post matur (≥ 42 minggu).
2. Faktor placenta dan tali pusat
Merupakan keadaan placenta dan tali pusat yang dapat mengakibatkan
penurunan aliran darah dan oksigen ke janin melalui sehingga dapat
mengakibatkan asfiksia pada BBL.
a. Lilitan tali pusat.
b. Tali pusat pendek.
c. Simpul tali pusat.
d. Prolaps tali pusat.
e. Hematoma tali pusat.
f. Infark placenta.

6
3. Faktor bayi
Merupakan keadaan bayi yang dapat mengakibatkan terjadi asfiksia
pada BBL walaupun kadang-kadang tanpa didahului adanya gawat janin.
a. Bayi premature (< 37 minggu usia kehamilan).
b. Persalinan sulit (sungsang, kembar, distocia bahu, vacum exstraksi,
forcep).
c. Kelainan konginetal yang memberi dampak pada pernafasan bayi
seperti hidrocepal, anechepal.
d. Air Ketuban bercampur mekonium.
(Sinta: 2019)
2.3 Patofisiologi Asfiksia
Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama
kehamilan / persalinan, akan terjadi asfiksia. Keadaan ini akan mempengaruhi
fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian.
Kerusakan dan gangguan ini dapat reversible atau tidak tergantung dari berat
badan dan lamanya asfiksia. Asfiksia ringan yang terjadi dimulai dengan suatu
periode apnoe, disertai penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan
menunjukan usaha nafas, yang kemudian diikuti pernafasan teratur. Pada
asfiksia sedang dan berat usaha nafas tidak tampak sehingga bayi berada
dalam periode appnoe yang kedua, dan ditemukan pula bradikardi dan
penurunan tekanan darah.
Disamping perubahan klinis juga terjadi gangguan metabolisme dan
keseimbangan asam dan basa pada neonatus. Pada tingkat awal menimbulkan
asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut terjadi metabolisme anaerob
yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh pada hati dan
jantung berkurang. Hilangnya glikogen yang terjadi pada kardiovaskuler
menyebabkan gangguan fungsi jantung.
Pada paru terjadi pengisian udara alveoli yang tidak adekuat sehingga
menyebabkan resistensi pembuluh darah paru, sedangkan di otak terjadi
kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa pada
kehidupan bayi selanjutnya. (Sukesi : 2016)
2.4 Deteksi BBL Dengan Asfiksia
1. Penilaian
a. Sebelum bayi lahir
1) Apakah kehamilan cukup bulan?
2) Apakah air ketuban jernih, bercampur mekonium (berwarna hijau)?
b. Segera setelah lahir (Jika bayi cukup bulan)

7
1) Menilai apakah bayi menangis atau bernafas/tidak, megap-megap?
2) Menilai apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?
2. Keputusan Memutuskan bayi perlu resusitasi, jika:
a. Bayi tidak cukup bulan atau
b. Air ketuban bercampur mekonium dan atau
c. Bayi megap-megap/tidak bernafas dan atau
d. Tonus otot bayi tidak baik atau bayi lemas
3. Tindakan
Lakukan tindakan sesuai dengan prosedur yang ada dalam praktikum.
(Sukesi : 2016)
2.5 Praktikum Perawatan Bayi Asfiksia
PERSIAPAN
Sebelum melaksanakan praktikum saudara harus mempersiapkan untuk
resusitasi yaitu:
1. Persiapan Keluarga Sebelum melakukan pertolongan bayi baru lahir,
lakukan komunikasi terapeutik dengan keluarga mengenai kemungkinan-
kemungkinan yang akan terjadi pada bayi dan persiapan resusitasi.
2. Persiapan ruangan dan tempat resusitasi
a. Ruangan harus hangat dan terang akan mencegah terjadinya hipotermi
b. Tempat resusitasi datar, rata, cukup keras, bersih, kering dan hangat,
misalnya meja, dipan atau lantai beralas tikar. Upayakan dekat dengan
pemancar panas dan tidak berangin seperti jendela atau pintu yang
terbuka. Tempat resusitasi yang datar dan rata akan memudahkan
pengaturan posisi kepala bayi.
c. Sumber pemancar panas dapat menggunakan lampu 60 watt atau
lampu petromak dengan jarak 60 cm dari meja resusitasi. Lampu sudah
menyala menjelang persalinan.
3. Persiapan alat resusitasi
a. Kain/bedong 3 buah
b. 1) Kain I : untuk mengeringkan bayi
2) Kain II : untuk menyelimuti bayi
3) Kain III : untuk ganjal bahu bayi
c. Alat penghisap lendir De Lee atau bola karet.
d. Alat ventilasi. Balon atau sungkup, jika mungkin sungkup anatomis
dengan bantalan udara dengan ukuran untuk bayi cukup bulan dan bayi
prematur.
e. Kotak alat resusitasi.

8
f. Sarung tangan.
g. Jam atau pencatat waktu.
h. Keterangan
i. Kain/bedong yang digunakakan sebaiknya bersih, kering, hangat
dan dapat menyerap cairan, misal handuk, kain flanel. Bila tidak ada
gunakan kain panjang atau kain sarung.
Kain ke-3 untuk menganjal bahu, bisa dibuat dari kain kaos,
selendang, handuk kecil yang digulung setinggi 3 cm dan bisa
disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi agar sedikit
tengadah/menghidu.
Cara menyiapkan kain
a)Kain ke I : diletakkan di atas perut ibu yang berfungsi untuk
mengeringkan BBL yang basah oleh air ketuban segera setelah
lahir.
b)Kain Ke II : digelar di atas tempat resusitasi yang berfungsi untuk
menyelimuti bayi agar tetap hangat dan kering.
c) Kain Ke III : kain digulung setebal kira-kira 3 cm atau dapat
disesuaikan, diletakkan di bawah kain ke -2 untuk menganjal bahu.
Fungsi kain untuk mengatur kepala bayi tetap sedikit
tengadah/menghidu.
j. Alat penghisap lendir De Lee di gunakan untuk menghisap lendir
khusus untuk BBL.
k. Balon dan sungkup merupakan alat yang penting dalam tindakan
ventilasi pada resusitasi, siapkan sungkup dalam keeadaan terpasang
dan steril/DTT.
l. Alat penghisap lendir De Lee dan sungkup dalam keadaan steril/DTT
disimpan di dalam kotak alat resusitasi.
m. Kotak alat resusitasi diletakkan dekat tempat resusitasi dengan tujuan
agar sewaktu-waktu mudah digunakan/diambil saat dilakukan tindakan
resusitasi pada BBL.
n. Persiapan penolong Pastikan penolong sudah memakai alat pelindung
diri yang bertujuan untuk melindungi diri dari kemungkinan infeksi
antara lain:
1. Memakai alat pelindung diri seperti celemek plastik, masker,
penutup kepala, kacamata, sepatu tertutup.
2. Lepaskan perhiasan, cincin, jam tangan sebelum cuci tangan.

9
3. Cuci tangan dengan air mengalir menggunakan sabun atau cairan
desinfektan.
4. Gunakan sarung tangan steril sebelum menolong BBL.
(Sukesi : 2016)

PELAKSANAAN PRAKTIK
Tahap I Langkah Awal dilakukan dalam waktu 30 detik, yaitu:
1. Menjaga bayi tetap hangat dengan cara:
a. Meletakkan bayi di atas kain ke I di atas perut ibu atau kurang lebih 45
cm dari perineum.
b. Menyelimuti bayi kecuali bagian wajah, dada dan perut tetap terbuka lalu
potong talipusat.
c. Memindahkan bayi dan letakkan bayi di atas kain ke 2 ditempat/ meja
resusitasi.
d. Menjaga bayi tetap hangat di bawah pemancar panas dengan bagian
wajah dan dada terbuka
2. Atur Posisi bayi
a. Membaringkan bayi dengan posisi terlentang dan kepala bayi dekat
dengan penolong
b. Memposisikan kepala bayi dengan posisi menghidu (kepala agak ekstensi
dengan menganjal bahu)
3. Isap lendir Gunakan alat penghisap lendir Dee Lee dengan cara:
a. Mengisap lendir dari mulut lalu hidung
b. Melakukan penghisapan lendir pada saat alat ditarik keluar, tidak pada saat
memasukan alat
c. Masukkan alat ke dalam mulut bayi tidak lebih 5 cm karena dapat
menyebabkan denyut jantung janin menurun/melambat atau tiba-tiba bayi
henti nafas. Untuk di hidung alat tidak melebihi cuping hidung
d. Gunakan bola karet dengan cara:
i. Tekan bola karet di luar mulut dan hidung
ii. Masukkan ujung penghisap bola karet ke dalam mulut lalu lepaskan
tekanan pada bola karet (sekret/lendir akan terhisap)
iii.Masukkan ujung penghisap bola karet ke dalam hidung lalu lepaskan
(tidak melebihi cuping hidung)
4. Keringkan dan rangsang taktil
a. Mengeringkan dengan kain ke I mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya dengan sedikit tekanan untuk merangsang bayi bernafas

10
b. Lakukan rangsang taktil lainnya seperti menyentil/menepuk telapak kaki
bayi secara gentle atau menggosok punggung, perut, dada, tungkai bayi
dengan telapak tangan
c. Menyingkirkan kain ke I, bayi berada di atas kain ke 2
d. Menyelimuti bayi dengan kain ke 2, kecuali wajah dan dada tetap terbuka
untuk memudahkan memantau pernafasan bayi
5. Atur kembali posisi kepala bayi Mengembalikan posisi kepala bayi pada
posisi menghidu
6. Lakukan penilaian bayi Setelah melakukan langkah awal lakukan penilaian
pada bayi, apakah bayi bernafas normal, tidak bernafas atau megap-megap
a. Apakah bayi bernafas normal, lakukan perawatan pasca resusitasi
b. Apabila bayi megap-megap atau tidak bernafas, maka mulai lakukan
ventilasi

Tahap 2 : Ventilasi
Ventilasi adalah memasukkan sejumlah udara ke dalam paru untuk
membuka alveoli paru dengan tekanan positif agar bayi dapat bernafas spontan
dan teratur
Langkah-langkah ventilasi
1. Memasang sungkup Memilih sungkup sesuai ukuran dengan bentuk anatomis
lalu pegang sungkup menutupi dagu, mulut dan hidung
2. Ventilasi 2 kali
a. Memompa balon dengan tekanan 30 cm air. Pompa balon penting
dilakukan untuk menguji apakah jalan nafas bayi terbuka serta untuk
membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai bernafas
b. Melihat apakah dada bayi mengembang pada saat dilakukan tiupan atau
remasan. Jika tidak mengembang lakukan :
1) Memeriksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang bocor
2) Memeriksa posisi kepala dan pastikan posisi sudah menghidu
3) Memeriksa cairan atau lendir di mulut, bila ada lakukan penghisapan
4) Melakukan remasan 2 kali, jika dada mengembang lakukan tahap
selanjutnya
c. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik a. Meremas balon resusitasi sebanyak 20
kali selama 30 detik dengan tekanan 20 cm air sampai bayi mulai bernafas
spontan atau menangis b. Pastikan dada mengembang pada saat dilakukan
tiupan atau remasan. Setelah 30 detik lakukan penilaian ulang nafas

11
d. Jika, bayi mulai bernafas normal/tidak megap-megap dan atau menangis,
maka hentikan ventilasi secara bertahap.
1) Memerhatikan dada bayi apakah ada retraksi atau tidak
2) Mengitung frekuensi nafas per menit Jika frekuensi nafas bayi > 40
x/menit dan tidak ada retraksi berat maka ventilasi tidak dilakukan
lagi, letakkan bayi di dada ibu untuk asuhan kontak kulit dan lanjutkan
asuhan BBL serta pantau tiap 15 menit untuk pernafasan dan
kehangatan
e. Jangan tinggalkan bayi sendiri
f. Melakukan asuhan pasca resusitasi
g. Jika bayi megap-megap dan atau tidak bernafas, lakukan ventilasi.
1) Melakukan ventilasi, setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian
ulang nafas
2) Lanjutkan ventilasi 20 kali selama 30 detik dengan tekanan 20 cm air
3) Setiap 30 detik hentikan ventilasi, kemudian lakukan penilaian ulang,
apakah bayi bernafas atau megap-megap.
h. Jika bayi mulai bernafas normal/tidak megap-megap dan atau menangis
maka hentikan ventilasi secara bertahap kemudian lanjutkan asuhan pasca
resusitasi. Jika bayi megap megap/tidak bernafas, teruskan ventilasi 20 kali
selama 30 detik dengan tekanan 20 cm air, kemudian lakukan penilaian
ulang nafas setiap 30 detik.
1) Menyiapkan rujukan jika bayi belum bernafas spontan sesudah 2 menit
resusitasi
2) Menjelaskan pada ibu dan keluarga apa yang terjadi dan apa yang telah
dilakukan
3) Meminta keluarga untuk persiapan rujukan
4) Meneruskan lakukan ventilasi selama selama mempersiapkan rujukan
5) Melakukan pencatatan tentang keadaan bayi pada formulir rujukan dan
formulir rekam medik
6) Lanjutkan ventilasi, nilai ulang nafas dan nilai denyut jantungg.
7) Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air
8) Setiap 30 detik hentikan ventilasi kemudian lakukan penilaian ulang
nafas dan denyut jantung
Jika dipastikan denyut jantung tidak terdengar, maka lanjutkan
ventilasi selama 10 menit. Hentikan resusitasi jika denyut jantung tetap
tidak terdengar. Berikan penjelasan pada ibu dan keluarga, berikan
dukungan moral kepadanya kemudian lakukan pencatatan. Bayi yang

12
mengalami henti jantung 10 menit diperkirakan mengalami kerusakan
otak yang permanen. (Sukesi : 2016)

BAB 3
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS PADA BAYI NY.I DENGAN


ASFIKSIA DI RSUD DR. R SOSODORO DJATIKOESOEMO
BOJONEGORO

I. PENGUMPULAN DATA
Tanggal : 18/7/2021 Jam: 04.30 WIB
A. Data Subyektif
1. Biodata
Identitas Bayi
Nama : Bayi Ny.I
Tanggal lahir : 18 Juli 2021
Jam lahir : 03.00 WIB
BB : 2500 gr
PB : 45 Cm
Jenis Kelamin : Perempuan

Identitas Orang tua


Ibu Ayah
Nama : Ny.I Nama : Tn. A
Umur : 17 tahun Umur : 20
Thn
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa :
Jawa/Ina
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan :
Wiraswasta
Penghasilan :- Penghasilan : Rp.
2.000.000

13
Alamat : Ds.Jatiblimbing RT.14 RW.03 Kec. Dander Kab.
Bojonegoro

14
2. Riwayat Dalam Kandungan
Bayi Ny. I merupakan anak pertama pada kehamilan ini. Ini kehamilan yang
tidak diinginkan. Ibu hamil di luar nikah pada saat duduk di bangku sekolah
SMA. Dengan HPHT pada tanggal 13-11-2021, TTP pada tanggal 20-08-2021,
Ny. I mulai memeriksakan kehamilannya di puskesmas sejak usia kehamilan
memasuki 5 bulan, sudah mendapatkan imunisasi TT 2 kali pada usia
kehamilan 28 minggu dan 32 minggu. Selama mengandung ibu mengonsumsi
tablet Fe dan vitamin yang diberikan oleh bidan.
3. Riwayat Persalinan
Saat sebelum melahirkan bayinya Ny. I dirujuk oleh bidan puskesmas pada
tanggal 17 Juli 2021 pukul 19.00 WIB, dengan kala 1 fase laten usia kehamilan
35-36 minggu, diberikan terapi drip nairet dengan larutan dextrose 500 CC
dengan 12 tetes/menit, dan terapi injeksi dexamethasone 2x5 mg untuk
pematangan paru, Pada tanggal 17 Juli 2021 Pukul 21.00 dilakukan USG dan
hasil USG didapatkan usia kehamilan aterm, air ketuban cukup, plasenta di
fundus. Saat proses persalinan Ny. I melahirkan bayinya dengan dilakukan
Tindakan induksi persalinan dengan drip oxytocin 5 IU dengan tetesan
bertahap. Pada pukul 02.30 WIB pembukaan lengkap, DJJ normal dan ketuban
terdapat meconium. Pada pukul 03.00 ibu telah berhasil melahirkan bayinya,
Bayi tidak menangis, bernapas megap-megap, dan Tonus otot lemah, BB 2500
gr, PB 45 Cm.
4. Keadaan Psikososial
Ibu sangat cemas dengan keadaan bayinya.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum TTV
Keadaan umum Bayi : Lemah ....... TD :-
Kesadaran : composmentis .. Nadi` : 98 x/mnt
BB / TB : 3200g/48 cm .. Respirasi : 28 x/mnt
Lila :14 cm
LK/LD : 32cm/32cm
Suhu : 36,5O C

............................
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala : Mesocepal, simetris, tidak ada benjolan, tidak ada caput
succedaneum, terdapat sisa vernik casiosa.
Rambut : Bersih, rambut hitam
Muka : Simetris, pucat
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, pupil normal
Telinga : Simetris
Hidung : Simetris, terdapat septum.
Mulut : Bersih, mukosa bibir berwarna kebiruan

Leher : Simetris, panjang normal, terhubung dengan badan, tidak


ada pembesaran kelenjar tyroid,dan limfe
Dada : Simetris, terdapat retraksi interkostalis, nafas
megap megap
Payudara : Puting susu sudah terbentuk
Perut : Simetris , tidak ada perarahan pada tali pusat
Genetalia : Labia mayora sudah menutupi labia minora
Anus : sudah berlubang
Ekstremitas : Tangan kiri/kanan : simetris, tonus otot lemah
Kaki kiri/kanan : simetris, tonus otot lemah
b. Palpasi
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe .......................
dan bendungan pada vena jugularis
Perut : Normal, tidak ada massa
II. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS DAN MASALAH KEBIDANAN
Diagnosis Kebidanan : Bayi baru lahir Usia 0 Jam dengan Asfiksia
DS :- Ibu mengatakan warna kulit anaknya pucat
- Ibu mengatakan bayinya bernafas megap-megap
DO: - Bayi pucat dan tampak kebiru biruan pada ujung jari
- bayi bernapas megap-megap
- keadaan umum lemah

16
Tanda-tanda Vital
Nadi : 98 x/menit (cepat)
Pernapasan : 28 x/menit
Suhu : 36 O C
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH POTENSIAL
Potensial asfiksia berat
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
- Rangsang pernapasan
- Resusitasi
V. PERENCANAAN ASUHAN KEBIDANAN / INTERVENSI
1. Bungkus bayi dengan handuk atau kain kering
R : Agar bayi tetap hangat, bayi dapat bernapas normal, dan bayi tidak
hipotermi
2. Posisikan kepala bayi sedikit ekstensi
R : Agar jalan nafas bayi bisa lancar
3. Bersihkan jalan napas dengan menghisap lender pada mulut dan hidung bayi
R : Untuk membebaskan jalan napas bayi dari lendir
4. Gosok-gosok dada/perut/punggung bayi sebagai rangsangan taktil
R : Untuk merangsang pernapasan bayi
5. Lakukan penilaian pada bayi
R : Untuk mengetahui keadaan bayi saat ini
6. Beritahu kondisi bayi kepada ibu atau keluarga ibu
R : Agar ibu dan keluarga mengetahui kondisi bayi dan tindakan yang akan
dilakukan
7. Lakukan ventilasi percobaan sebanyak 2x
R : Untuk mengetahui dada bayi mengembang atau tidak
8. Lakukan ventilasi definitive dengan frekuensi 20x dalam 30 detik sampai
bayi mennagis kuat
R : Untuk mengembalikan pernapasan bayi
9. Berikan bayi kepada ibunya
R : Untuk dilakukannya IMD selama 1 jam

17
VI. PELAKSANAAN ASUHAN KEBIDANAN / IMPLEMENTASI
1. Membungkus bayi dengan handuk kering
2. Memposisikan kepala bayi sedikit ekstensi
3. Membersihkan jalan napas bayi dari lender di mulut dan hidung bayi
4. Menggosok punggung bayi sebagai raangsangan taktil
5. Melakukan penilaian pada bayi
6. Memberitahu tentang kondisi bayi kepada ibu dan keluarga
7. Melakukan ventilasi percobaan sebanyak 2 kali
8. Melakukan ventilasi definitive 1 kali
9. Memberikan bayi kepada ibunya untuk dilakukan IMD selama 1 jam

VII. EVALUASI
1. Bayi sudah di bungkus dengan handuk untuk menjaga kehangatannya
2. Bahu bayi sudah di ganjal menggunakan kain
3. Jalan napas bayi sudah dibersihkan dengan cara menghisap lender dari
mulut dan hidung bayi
4. Punggung bayi sudah di gosok
5. Sudah dilakukan penilaian terhadap bayi, bayi tetap megap megap, tonus
otot lemah, dan bewarna pucat
6. Ibu dan keluarga sudah mengetahui tentang kondisi bayinya
7. Sudah dilakukan ventilasi percobaan sebanyak 2 kali, dada bayi
mengembang
8. Sudah dilakukan vetilasi devinitife dengan frekuensi 20 kali dalam 30
detik, bayi sudah menangis kuat, tonus otot kuat, kulit bayi bewarna
merah muda
9. Bayi sudah diberikan kepada ibunya untuk dilakukan IMD selama 1 jam

CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal : 18 Juli 2021 Pukul : 07.00 WIB
A. Data Subyektif
Bayi menangis kuat, tidak ada sianosis, tidak ada retraksi dada

18
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum TTV
Keadaan Umum : Sedang TD
Kesadaran : Composmentis Nadi : 100 x/mnt
BB : 2500 gr Respirasi : 39 x/mnt
TB : 45 Cm Suhu : 35,4˚C
LK/LD : 32 / 30 Cm

2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Kepala : Ubun-ubun kecil datar, tidak ada molase, tidak ada
pembengkakan.
Telinga : Simetris, daun telinga elastis, terdapat lubang telinga.
Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak ada
tanda-tanda infeksi
Hidung : Terdapat pernafasan cuping hidung, terpasang oksigen 0,5
liter
Mulut : Bibir pucat, terpasang OGT
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan limfe
Dada : simetris, putting susu sejajar, tidak terdapat retraksi
interkostaslis
Abdomen : Tali pusat tidak ada tanda-tanda infeksi
Genetalia : Tampak bersih, Labia mayora sudah menutupi labia minora,
terdapat lubang uretra dan vagina
Anus : Terdapat lubang anus
E. Atas : Simetris, jari tangan lengkap, Gerakan kurang aktif
E. Bawah : Simetris, jari tangan lengkap, Gerakan kurang aktif
C. Analisa
Bayi baru lahir usia 4 Jam dengan asfiksia
D. Penatalaksanaan
1. Menjaga kehangatan bayi

19
E : bayi ditempatkan di box bayi dan dibawah pancaran sinar lampu 60
watt dan jarak 60 cm
2. Monitoring TTV
E : Nadi : 100 x/mnt
Respirasi : 60 x/mnt
Suhu : 37 ˚C
3. Memposisikan bayi dengan sedikit ekstensi dan kepala bayi miring ke kanan
E : Posisi bayi sudah sedikit ekstensi
4. Mengecek residu setiap 3 jam sekali sesuai advice dokter
E : residu 1 cc bewarna jernih
5. Memberikan therapi sesuai advice dokter
E : Kaen mg dengan 6 tpm, Ampicilin 2x125 mg secara IV, Ceftazidin 3x75
mg secara IV
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal : 19 Juli 2021 Pukul : 08.00 WIB

A. Data Subyektif
Bayi belum menetek ke ibu, sudah BAB dan BAK, sudah dimandikan dan
ditimbang ulang

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum TTV
Keadaan Umum : Baik Nadi : 136 x/mnt
Kesadaran : Composmentis Respirasi : 54 x/mnt
BB : 2600 gr Suhu : 36,8˚C
2. Pemeriksaan fisik
Mata : Tidak icterus, konjungtiva bewarna merah muda, sklera
putih
Hidung : Tidak terdapat pernapasan cuping hidung
Mulut : Bibir merah, tidak pecah-pecah
Dada : Tidak terdapat retraksi interkostalis, tidak sesak

20
Abdomen : Tidak ada benjolan pada perut, tali pusat bersih, tidak
kemerahan, tali pusat tidak menonjol saat bayi menangis
Genetalia : Tampak keluar lender keputihan dari vagina
Ekst. Atas : Gerakan aktif
Ekst. Bawah : Gerakan aktif
C. Analisa
Bayi baru lahir usia 1 hari dengan asfiksia
D. Penatalaksanaan
1. Menjaga kehangatan bayi
E : bayi ditempatkan di box bayi dan dibawah pancaran sinar lampu 60 watt
dan jarak 60 cm
2. Memberikan intake peroral asi ibu 30 CC
E : Bayi menyusu kuat
3. Memantau TTV
Nadi : 136 x/mnt
Respirasi : 36 x/mnt
Suhu : 36,8˚C
4. Mengajarkan ibu mengenai Asi Ekslusif dan cara menyusui yang baik dan
benar
E : Ibu paham dan mampu melakukannya
5. Menjelaskan kepada orangtua bayi mengenai perawatan bayi baru lahir
E : Orangtua bayi paham dan mengerti
6. Menjelaskan kepada orangtua bayi mengenati tanda bahaya BBL
E : Orangtua bayi mengerti dan paham
7. Membantu ibu dan bayi untuk persiapan pulang
E : Ibu dan bayi sudah siap untuk pulang

CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal : 23 Juli 2021 Pukul : 10.00 WIB

A. Data Subyektif

21
Ibu mengatakan bayi menyusu kuat, Gerakan aktif, setiap pagi bayi dimandikan
dan dijemur sebelum jam 08.30 WIB, selama perawtan tali pusat ibu hanya
membersihkan dengan menggunakan air saja. BAB 5 x/ hari, BAK 6-7 x/hari,
ibu sering mengganti popok Ketika bayi BAB, ibu belum membawa bayinya ke
posyandu untuk di imunisasi
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum TTV
Keadaan Umum : Baik Nadi : 134 x/mnt
Kesadaran : Composmentis Respirasi : 48 x/mnt
BB : 2800 gr Suhu : 36,5˚C
TB : 46 cm
2. Pemeriksaan Fisik
Mata : Tidak icterus, konjungtiva bewarna merah muda, sklera
putih
Hidung : Tidak terdapat pernapasan cuping hidung
Mulut : Bibir merah, tidak pecah-pecah
Dada : Tidak terdapat retraksi interkostalis, tidak sesak
Abdomen : Tidak ada benjolan pada perut, tali pusat bersih, tidak
kemerahan, tali pusat tidak menonjol saat bayi menangis
Genetalia : Tampak keluar lender keputihan dari vagina
Ekst. Atas : Gerakan aktif
Ekst. Bawah : Gerakan aktif
C. Analisa
Bayi baru lahir usia 3 hari dalam keadaan sehat
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu bahwa bayi dalam keadaan sehat
E : Ibu mengerti dan merasa tenang bayinya dalam keadaan sehat
2. Memotivasi ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif tanpa diberikan
makanan pendamping
E : Ibu mengerti dan akan tetap memberikan ASI ke bayinya
3. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan bayi dengan mengganti popok
setiap bayi BAB/BAK

22
E : ibu mengerti dan bersedia melakukannya
4. Menganjurkan ibu untuk control saat usia bayi 1 bulan
E : Ibu mengerti dan akan melakukannya
5. Menganjurkan ibu membawa bayinya datang ke posyandu untuk pemberian
imunisasi
E : Ibu mengerti dan berssedia melakukannya
6. Menjelaskan Kembali tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir yaitu tidak
mau menyusui, kejang, demam, tubuh teraba dingiin, merintih, jika ada
tanda bahaya segera datang ke petugas kesehatan terdekat
E : Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.

BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Asfiksia merupakan suatu keadaan bayi tidak bernafas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir. Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana
bayi tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Asfiksia
berarti hipoksia yang progresif karena gangguan pertukaran gas serta transport
O2. Asfiksia pada BBL dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu ibu,
plasenta dan bayi.

23
DAFTAR PUSTAKA
Plora N. 2016. Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi, Balita Dan Anak Pra Sekolah
Medan: Akademi Kebidanan Mitra Husada
Sinta El Lusiana. 2019. Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi, Balita Sidoarjo
Sukesi A. 2016. Praktikum Asuhan Kebidanan, Neonatus, Bayi, Balita Dan Anak
Pra Sekolah Jakarta Selatan: PPSD

24
25

Anda mungkin juga menyukai