Anda di halaman 1dari 34

ASKEB III luka perineum derajat 2 P1A0

TUGAS KELOMPOK ASKEB III (ASUHAN KEBIDANAN)


6-8 JAM POSTPARTUM PADA Ny. A (P1A0)
DENGAN LUKA PERINEUM DERAJAT 2
DI RUANG NIFAS

DOSEN PEMBIMBING
IRIANTI TINNA,S.ST
NIP :

DISUSUN OLEH KELOMPOK II :


Ina Mulyati Apriani R.B. Payangan Juliana Urus
Syarifah A.Wati Elisabeth Tahrin Wamuliani
Anita Firdaus Dorkas K.Kambu Rahmia Rumaday
Dwi Mey M. Nurjannah Z. Natalia V.D.Kambu
Nuraeni Linda Rosita Yolanda L.

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES SORONG
PRODI D-IV KEBIDANAN
TAHUN 2015

LEMBAR PERSETUJUAN
TUGAS ASUHAN KEBIDANAN (ASKEB III)
6-8 JAM POSTPARTUM PADA Ny. A (P1A0)
DENGAN LUKA PERINEUM DERAJAT 2
DI RUANG NIFAS
Telah di Setujui Oleh Pembimbing
Pada Hari Tanggal November 2015

Pembimbing Klinik Dosen Pembimbing Institusi

Bidan Bungawati,AMd.Keb,SKM Irianti Tinna,S.ST


NIP : 196609131988032012 NIP :

DAFTAR ISI

o Lembar persetujuan........................................................................................... i
o Daftar Isi.........ii
o Kata pengantar.................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang............................................................................................... 1
B. Tujuan............................................................................................................ 1
C. Sistematika Penulis ............2
BAB II LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar Luka Perineum....................................................................... 3
B. Konsep Dasar Masa Nifas............................................................................. 12
C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Berdasarkan Format Varney............... 19
BAB III TINJAUAN KASUS... 21
BAB IV PEMBAHASAN.. 36
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................................... 37
B. Saran.............................................................................................................. 37

o Daftar Pustaka
o Lembar Konsultasi

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas
perlindungan dan Rahmat-Nya sehingga pembuatan asuhan kebidanan selama 6-8
jam postpartum pada Ny. A (P 1A0) dengan luka perineum derajat 2 dapat
terselesaikan dengan baik, walaupun masih banyak sekali kekurangan.
Kelompok menyadari tidak mungkin penulisan makalah ini dapat
terselesaikan tanpa adanya dukungan, bimbingan dan saran-saran dari bebagai
pihak. Untuk itu, kelompok mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ariani Pongoh,S.ST,M.Kes selaku direktur POLTEKKES KEMENKES
SORONG
2. Bidan Bungawati,AMd.Keb,SKM selaku pembimbing klinik
3. Ibu M.Watimena,Akp,M.Kes selaku ketua jurusan kebidanan
4. Ibu Sunaeni M.Keb selaku ketua progam studi D IV Kebidanan
5. Ibu Irianti Tinna,S.ST selaku dosen pembimbing dan dosen pengajar
6. Ibu C.Situmorang M.Keb selaku dosen wali
Akhirnya dengan segala kerendahan hati, kelompok berharap semoga
penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi kelompok maupun pembaca. Penulis
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan.
Untuk itu, penulis mohon maaf karena sesungguhnya kesempurnaan itu hanyalah
milik Tuhan Yang Maha Esa.

Sorong,21 November 2015


Penyusun

Kelompok II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Periode pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan
keluarga secara fisiologis, emosional dan social. Baik di Negara maju maupun di
Negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju
pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justru
merupakan kebalikannya, oleh karena risiko kesakitan dan kematian ibu serta bayi
lebih sering terjadi pada masa pascapersalinan. Keadaan ini terutama disebabkan
oleh konsekuensi ekonomi, disamping ketidaktersediaan pelayanan atau
rendahnya peranan fasilitas kesehatan dalam menyediakan pelayanan kesehatan
yang cukup berkualitas. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan juga
menyebabkan rendahnya keberhasilan promosi kesehatan dan deteksi dini serta
penatalaksanaan yang adekuat terhadap masalah dan penyakit yang timbul pada
masa pascapersalianan.
(Sarwono Prawirohardjo,2014 : 357)
Di masa lampau perawatan puerperium sangat konservatif, dimana
puerpera diharuskan tidur terlentang selama 40 hari. Dampak sikap demikian
pernah dijumpai di surabaya,terjadi adhesi antara labium minus dan labium mayus
kanan kiri,dan telah berlangsung hampir enam tahun. Kini perawatan puerperium
lebih aktif dengan di anjurkan untuk melakukan mobilisasi dini (Manuaba, 1998
: 193).

B. Tujuan
o Tujuan Umum
Mengetahui cara memberikan asuhan kebidanan selama 6-8 jam postpartum pada
Ny.A (P1A0) dengan luka perineum derajat 2
o Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep dasar luka perineum dan perawatannya
b. Memahami konsep dasar masa nifas dan kebutuhan selama masa nifas
c. Memahami cara memperoleh data berdasarkan format varney

C. Sistematika Penulis
Adapun sistematika dalam penulisan ini adalah :
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Sistematika Penulis
BAB II LANDASAN TEORI
A. Konsep Dasar Luka Perineum
B. Konsep Dasar Masa Nifas
C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Berdasarkan Format Varney
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Luka Perineum
Perineum
Perineum merupakan bagian permukaan dari pintu bawah panggul yang
terletak antara vulva dan anus. Perineumterdiri dari otot dan fascia urogenitalis
serta diafragma pelvis (Wiknjosastro, 2006). Terletak antara vulva dan anus,
panjangnya kira-kira 4 cm (Prawirohardjo, 2008).
Diafragma pelvis terdiri dari muskulus levator ani dan muskulus
koksigis di bagian posterior serta selubung fasia dari otot-otot ini. Muskulus
levator ani membentuk sabuk otot yang lebar bermula dari permukaan posterior
ramus phubis superior, dari permukaan dalam spina ishiaka dan dari fasia
obturatorius.
Serabut otot berinsersi pada tempat-tempat berikut ini: di sekitar vagina
dan rektum, membentuk sfingter yang efisien untuk keduanya, pada persatuan
garis tengah di bawah rektum dan pada tulang ekor. Diafragma urogenitalis
terletak di sebelah luar diafragma pelvis, yaitu di daerah segitiga antara
tuberositas iskial dan simpisis phubis. Diafragma urogenital terdiri dari muskulus
perinialis transversalis profunda, muskulus konstriktor uretra dan selubung fasia
interna dan eksterna (Cunningham, 2005).
Persatuan antara mediana levatorani yang terletak antara anus dan
vagina diperkuat oleh tendon sentralis perineum, tempat bersatu bulbokavernosus,
muskulus perinialis transversalis superfisial dan sfingter ani eksterna.
Jaringan ini yang membentuk korpus perinialis dan merupakan pendukung
utama perineum, sering robek selama persalinan, kecuali dilakukan episiotomi
yang memadai pada saat yang tepat. Infeksi setempat pada luka episiotomi
merupakan infeksi masa puerperium yang paling sering ditemukan pada genetalia
eksterna (Cunningham, 2005).
Luka Perineum
Luka perineum didefinisikan sebagai adanya robekan pada jalan rahim
maupun karena episotomi pada saat melahirkan janin. Robekan perineum terjadi
secara spontan maupun robekan melalui tindakan episiotomi. Robekan perineum
terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga terjadi pada
persalinan berikutnya (Wiknjosastro, 2006).
Mansjoer (2002) mendefinisikan luka sebagai keadaan hilang/terputusnya
kontinuitas jaringan.
Menurut Wiknjosastro (2006), pada proses persalinan sering terjadi
rupturperineum yang disebabkan antara lain: kepala janin lahir terlalu cepat,
persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya, riwayat jahitan perineum, pada
persalinan dengan distosia bahu.
Berdasarkan pernyataan Mochtar (2005), bahwa penyebab terjadinya
robekan jalan lahir adalah kepala janin besar, presentasi defleksi, primipara, letak
sunsang, pimpinan persalinan yang salah, dan pada tindakan ekstraksi vakum,
ekstraksi forcep, dan embriotomi.

Klasifikasi Luka (Ruptur) Perineum


Klasifikasi ruptur perineum menurut Prawiroharjo (2008) terbagi dua bagian
yaitu:
1. Ruptur perineum spontan
Ruptur perineum spontan luka pada perineum yang terjadi karena sebab-sebab
tertentu tanpa dilakukan tindakan perobekan atau disengaja. Luka ini terjadi pada
saat persalinan dan biasanya tidak teratur.
2. Ruptur perineum yang disengaja (episiotomi)
Ruptur perineum yang disengaja (episiotomi) adalah luka perineum yang terjadi
karena dilakukan pengguntingan atau perobekan pada perineum. Episiotomi
adalah torehan yang dibuat pada perineum untuk memperbesar saluran keluar
vagina.
Wiknjosastro (2006), menyebutkan bahwa robekan perineum dapat di bagi dalam
4 tingkatan yaitu:
a. Tingkat I: Robekan hanya terjadi pada selaput lender vagina dengan atau tanpa
mengenai kulit perineum sedikit.
b. Tingkat II: Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu selama mengenai selaput
lendir vagina juga mengenai muskulus perinei transversalis, tapi tidak mengenai
sfingter ani.
c. Tingkat III: Robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum sampai mengenai
otot-otot sfingter ani. Ruptura perinei totalis di beberapa kepustakaan yang
berbeda disebut sebagai termasuk dalam robekan derajat III atau IV.
d. Tingkat IV:Robekan hingga epitel anus. Robekan mukosa rectum tanpa robekan
sfingter ani sangat jarang dan tidak termasuk dalam klasifikasi diatas.
Penelitian Sleep et al dalam Boyle (2009), menunjukkan bahwa episiotomi
rutin yang dilakukan tidak bermanfaat bagi ibu dan bayi, dan bahkan
menyebabkan banyak komplikasi potensial pada ibu. Temuan ini tidak hanya
diterima di Inggris, tetapi juga diuji oleh pengujian Internasional (Carroli dan
Belizan dalam Boyle, 2009). Garcia et al dalam Boyle (2009), menemukan bahwa
dari total 1951 kelahiran spontan pervaginam, 57% ibu mendapat jahitan; 28%
karena episiotomi dan 29% karena robekan. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa suatu robekan akan sembuh lebih baik dari pada episiotomi.
Episiotomirutin tidak boleh dilakukan karena dapat menyebabkan :
meningkatnya jumlah darah yang hilang dan risiko hematoma, sering meluas
menjadi laserasi derajat tiga atau empat dibandingkan dengan laserasi derajat tiga
atau empat yang terjadi tanpa episiotomi, meningkatnya nyeri pasca persalinan,
dan meningkatnya risiko infeksi (JNPK-KR, 2012). Episiotomi dapat dilakukan
atas indikasi/pertimbangan pada persalinan pevaginam pada penyulit (sunsang,
distosia bahu, ekstraksi cunam, vakum), penyembuhan ruptur perineum tingkat
III-IV yang kurang baik, gawat janin, dan perlindungan kepala bayi prematur jika
perineum ketat/kaku (Saifuddin, 2004)

Bentuk-bentuk Penyembuhan Luka


Ada beberapa bentuk dari penyembuhan luka menurut Boyle (2009), adalah :
1. Primary Intention (Proses Utama)
Luka dapat sembuh melalui proses utama yang terjadi ketika tepi luka disatukan
(approximated) dengan menjahitnya. Jika luka dijahit, terjadi penutupan jaringan
yang disatukan dan tidak ada ruang yang kosong. Oleh karena itu dibutuhkan
jaringan granulasi yang minimal dan kontraksi sedikit berperan. Epitelium akan
bermigrasi di sepanjang garis jahitan, dan penyembuhan terjadi terutama oleh
timbunan jaringan penghubung.
2. Secondary Intention (Proses Skunder)
Penyembuhan melalui proses skunder membutuhkan pembentukan jaringan
ganulasi dan kontraksi luka. Hal ini dapat terjadi dengan meningkatnya jumlah
densitas (perapatan), jaringan parut fibrosa, dan penyembuhan ini membutuhkan
waktu yang lebih lama. Luka jahitan yang rusak tepian lukanya dibiarkan terbuka
dan penyembuhan terjadi dari bawah melalui jaringan granulasi dan kontraksi
luka.
3. Third Intention (Proses Primer Terlambat)
Terjadi pada luka terkontaminasi yang pada awalnya dibiarkan terbuka, yaitu
dengan memasang tampon, memungkinkan respons inflamasi berlangsung dan
terjadi peningkatan pertumbuhan daerah baru di tepian luka. Setelah beberapa
hari, tampon dibuka dan luka dijahit.
Adapun dalam Smeltzer (2002) menyebutkan bentuk-bentuk dari penyembuhan
luka ada tiga tahapan yaitu:
1. Intensi Primer (Penyatuan Pertama)
Luka dibuat secara aseptik, dengan pengrusakan jaringan minimum, dan
penutupan dengan baik, seperti dengan suture (jahit), sembuh dengan sedikit
reaksi jaringan melalui intensi pertama. Ketika luka sembuh melalui intensi
pertama, jaringan granulasi tidak tampak, luka bersih, dalam garis lurus, semua
tepi luka merapat dengan baik. Biasanya penyembuhan cepat dengan
pembentukan jaringan parut minimal.
2. Intensi Sekunder (Granulasi)
Pada luka terjadi pembentukan nanah/pus (supurasi) atau terdapat tepi luka tidak
saling merapat, proses perbaikan kurang sederhana dan membutuhkan waktu lebih
lama. Luka jadi besar dengan kehilangan jaringan yang banyak. Sel-sel sekitar
kapiler mengubah bentuk bulat menjadi panjang, tipis dan saling menindih satu
sama lain untuk membentuk jaringan parut atau sikatrik. Penyembuhan
membutuhkan waktu lebih lama dan mengakibatkan pembentukan jaringan parut
lebih banyak.
3. IntensiTersier (Suture Sakunder)
Jika luka dalam, baik yang belum di jahit (suture) atau terlepas dan kemudian
dijahit kembali nantinya, dua permukaan granulasi yang berlawanan
disambungkan. Granulasi lebih besar, resiko infeksi lebih besar, reaksi inflamasi
lebih besar dibanding intensi primer. Penjahitan lama dan lebih banyak terbentuk
jaringan parut.

Fase-fase Penyembuhan Luka


Menurut Sjamsuhidajat (2004), bahwa penyembuhan luka dapat terjadi dalam
beberapa fase yaitu:
1. Fase Inflamasi/Peradangan (24 jam pertama48 jam)
Setelah terjadi trauma, pembuluh darah yang terputus pada luka akan
menyebabkan perdarahan dan tubuh akan berusaha menghentikannya, pengerutan
ujung pembuluh darah yang terputus (retraksi), reaksi hemostasis serta terjadi
reaksi inflamasi (peradangan). Respon terhadap peradangan adalah suatu reaksi
normal yang merupakan hal penting untuk memastikan penyembuhan luka.
Peradangan berfungsi mengisolasi jaringan yang rusak dan mengurangi
penyebaran infeksi.
2. Fase Proliferasi (35 hari)
Fase proliferasi adalah fase penyembuhan luka yang ditandai oleh sintesis
kolagen. Sintesis kolagen dimulai dalam 24 jam setelah cidera dan akan mencapai
puncaknya pada hari ke 5 sampai hari ke 7, kemudian akan berkurang secara
perlahan-lahan. Kolagen disekresi oleh fibroblas sebagai tropokolagen imatur
yang mengalami hidroksilasi (tergantung vitamin C) untuk menghasilkan polimer
yang stabil. Proses fibroplasia yaitu penggantian parenkrim yang tidak dapat
beregenerasi dengan jaringan ikat. Pada fase proliferasi, serat-serat dibentuk dan
dihancurkan kembali untuk penyesuaian diri dengan tegangan pada luka yang
cenderung mengerut, sehingga menyebabkan tarikan pada tepi luka. Fibroblast
dan sel endotel vaskular mulai berproliferasi dengan waktu 3-5 hari terbentuk
jaringan granulasi yang merupakan tanda dari penyembuhan. Jaringan granulasi
berwarna kemerahan dengan permukaan yang berbenjol halus. Bentuk akhir dari
jaringan granulasi adalah suatu parut yang terdiri dari fibroblast berbentuk
spindel, kolagen yang tebal, fragmen jaringan elastik, matriks ekstraseluler serta
pembuluh darah yang relatif sedikit dan tidak kelihatan aktif.
3. Fase Maturasi (5 hari sampai berbulan-bulan)
Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri atas penyerapan Kembali
jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya gravitasi dan akhirnya
perupaan kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase ini dinyatakan berakhir jika
semua tanda radang sudah hilang dan bisa berlangsung berbulan-bulan. Tubuh
berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal karena proses
penyembuhan. Oedema dan sel radang diserap, sel muda menjadi matang, kapiler
baru menutup dan diserap kembali, kolagen yang berlebih diserap dan sisanya
mengerut sesuai dengan regangan yang ada.
Selama proses ini dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis, lemas dan mudah
digerakkan dari dasar. Terlihat pengerutan yang maksimal pada luka. Pada akhir
fase ini, perupaan luka kulit mampu menahan regangan kira-kira 80% kemampuan
kulit normal (Sjamsuhidajat, 2004).
Pada dasarnya, kekuatan luka terutama tergantung pada jahitan; ketika
jahitannya dilepas, kekuatan luka hanya sekitar 10% dari keadaan normal.
Kekuatan menghadapi regangan akhirnya mencapai kestabilan pada 70% sampai
80% dari keadaan normal dalam wakktu 3 bulan. Keadaan ini disertai dengan
peningkatan sintesis kolagen yang melampaui penguraian kolagen dan kemudian
diikuti oleh pengikatan silang serta peningkatan ukuran serat kolagen (Mitchell
dkk, 2005).
Smeltzer (2002), menyebutkan bahwa penyembuhan luka perineum dapat di
pengaruhi oleh nutrisi yang adekuat, kebersihan, istirahat, posisi, umur,
penanganan jaringan, hemoragi, hipovolemia, edema, defisit oksigen,
penumpukan drainase, medikasi, overaktifitas, gangguan sistemik, status
imunosupresi, stres luka.
Menurut Johnson & Taylor (2005), bahwa status nutrisi, merokok, usia,
obesitas, diabetes mellitus, kortikosteroid, obat-obatan, gangguan oksigenasi,
infeksi, dan stress luka dapat memengaruhi proses penyembuhan luka.
Dari Boyle (2009), menyatakan bahwa penyembuhan luka dipengaruhi oleh
malnutrisi, merokok, kurang tidur, stres, kondisi medis dan terapi, asuhan kurang
optimal, infeksi, dan apusan luka.

Perawatan Luka Perineum


Perawatan luka perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk
menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang
dalam masa antara kelahiran placenta sampai dengan kembalinya organ membran
seperti pada waktu sebelum hamil (Mochtar, 2002).
Menurut Ismail, 2002 dalam Suparyanto (2009), bahwa perawatan luka
merupakan suatu usaha untuk mencegah trauma (injury) pada kulit, membran
mukosa atau jaringan lain yang disebabkan oleh adanya trauma, fraktur, luka
operasi yang dapat merusak permukaan kulit.
Luka perineum yang bengkak, merah dan mengeluarkan pus (nanah) dapat
disebabkan karena faktor ketidaktahuan dalam perawatan perineum, juga
kecerobohan tindakan episiotomi dapat mengakibatkan infeksi dan berakibat besar
meningkatkan angka kematian ibu (Saifuddin, 2005).
Menurut Rajab (2009), bahwa perjalanan penyakit dapat dibagi menjadi
lima kategori yaitu: tahap prapatogenesis, tahap inkubasi, tahap penyakit dini,
tahap penyakit lanjut, dan tahap akhir penyakit.
Menurut Prasetyawati (2011) menyebutkan bahwa penyakit adalah
kegagalan mekanisme adaptasi suatu organisme untuk bereaksi secara tepat
terhadap rangsangan atau tekanan maka timbullah gangguan pada fungsi atau
struktur dari bagian organisasi atau sistem dari tubuh.

Tujuan Perawatan Luka Perineum


Tujuan perawatan perineum menurut Hamilton, 2002 dalam Suparyanto
(2009), adalah mencegah terjadinya infeksi sehubungan dengan penyembuhan
jaringan.
Menurut Ismail,2002 dalam Suparyanto (2009) menyebutkan tujuan
perawatan luka adalah :
1. Mencegah infeksi dari masuknya mikroorganisme ke dalam kulit dan membran
mukosa.
2. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan.
3. Mempercepat penyembuhan dan mencegah perdarahan.
4. Membersihkan luka dari benda asing atau debris.
5. Drainase untuk memudahkan pengeluaran eksudat

Pelaksanaan Perawatan Perineum


Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi organ-
organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang masuk
melalui vulva yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan bakteri pada
peralatan penampung lochea (pembalut) (Feerer, 2001 dalam Cendikia, 2008).
Menurut Rajab (2009), seorang individu yang merasa dirinya sedang sakit,
perilaku sakit bisa berfungsi sebagai mekanisme koping. Perilaku sakit (illness
behavior) merupakan perilaku orang sakit yang meliputi cara seseorang memantau
tubuhnya, mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang dialami,
melakukan upaya penyembuhan, dan penggunaan sistem pelayanan kesehatan.
Pada masa nifas asuhan kebidanan lebih ditujukan kepada upaya
pencegahan (preventif) terhadap infeksi, karena pada akhir hari kedua nifas
kuman-kuman di vagina dapat mengadakan kontaminasi, tetapi tidak semua
wanita mengalami infeksi oleh karena adanya lapisan pertahanan leukosit dan
kuman-kuman relatif tidak virulen serta penderita mempunyai kekebalan terhadap
infeksi (Prawirohardjo, 2008).
Salah satu upaya preventif untuk menurunkan angka kejadian infeksi pada
ibu nifas dengan melakukan perawatan luka perineum. Perawatan perineum
umumnya bersamaan dengan perawatan vulva. Hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah mencegah kontaminasi dengan rektum, menangani dengan lembut jaringan
luka, membersihkan darah yang menjadi sumber infeksi dan bau (Saifuddin,
2007).

B. Konsep Dasar Masa Nifas


Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta,
serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti
sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009).
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya placenta sampai
alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas
berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010).

Tahapan Masa Nifas


Ada beberapa tahapan masa nifas menurut Prawirohardjo (2008) yaitu:
1. Puerperium Dini
Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri danberjalan-jalan. Dalam
agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium Intermedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote Puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama
hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna
bisa berminggu-minggu, bulanan, tahunan.

Perubahan Fisiologi Masa Nifas


Perubahan-perubahan yang dapat terjadi (Prawirohardjo, 2008) dalam masa nifas
adalah sebagai berikut:
a) Perubahan Sistem Reproduksi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan
atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan
sebelum hamil.
b) Perubahan pada pembuluh darah uterus
Dalam kehamilan uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi
karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak
mengalami obliterasi dan pembuluh darah mengalami hialinasi seperti pada
ovarium setelah terjadi pembentukan korpus luteum.
c) Perubahan pada serviks
Setelah persalinan ostium uteri eksternum pinggirnya tidak rata akibat persalinan.
d) Perubahan Sistem Pencernaan
Pengosongan usus spontan terhambat 2-3 hari karena penurunan kontraksi otot,
pembengkakan perineal yang disebabkan oleh episiotomi, luka dan hemoroid
e) Perubahan Sistem Perkemihan
Fungsi ginjal normal dalam beberapa bulan setelah persalinan, diaforesis terjadi
berlebihan pada malam hari pada hari ke 2-3 persalinan sebagai mekanisme untuk
mengurangi tahan cairan pada kehamilan. Kontraksi kandung kemih sering kali
pulih 5-7 hari persalinan dengan pengosongan kandung kemih yang adekuat.
f) Perubahan Sistem Musculoskeletal / Diastasis Rectie Abdomnis
Stabilisasi secara sempurna tejradi pada 6-8 mg setelah persalinan sebagai upaya
relaksasi yang disebabkan pembesaran uterus selama kehamilan.
g) Perubahan Sistem Endokrin
Setelah plasenta lepas, hormon estrogen dan progesteron mulai menurun. Kondisi
ini akan cepat mengembalikan fungsi ovarium (indung telur). Apabila ibu
menyusui secara eksklusif, kadar prolaktin (yang diproduksi oleh kelenjar hipofise
anterior) meningkat dan menekan produksi FSH (Foulcie Stimulating Hormon)
sehingga fungsi ovarium tertunda. Dengan menurunnya hormon estrogen dan
progesteron juga akan mengembalikan fungsi organ lainnya yang berubah sejak
masa kehamilan (Huliana, 2003 : 22).
h) Perubahan Tanda-tanda Vital
Pada proses persalinan akan terjadi peningkatan sekitar 15 mmHgTD untuk
sistole dan 10 mmHg untuk diastole. Kemudian pasca salin akan kembali stabil
dan normal, setelah 12 pertama kelahiran umumnya suhu badan kembali
normalSuhu. 60 80 x/menitNadi.
i) Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Pada kehamilan terdapat aliran darah dari ibu ke janin melalui placenta, dan
setelah placenta lahir aliran darah ini akan terhenti, sehingga volume darah ibu
akan meningkat, menyebabkan bertambahnya beban jantung ibu. Hal ini diatasi
oleh jantung dengan proses hemokonsentrasi sampai perlahan-lahan kembali
normal seperti sediakala.
j) Perubahan Sistem Hematologi
Volume darah yang meningkat waktu hamil akan kembali normal. Umumnya
hemokonsentrasi terjadi pada hari ke 3 5, kadang-kadang sampai 1 minggu
dengan pengeluaran melalui keringat dan urine (Huliana, 2003 : 23).
k) Perubahan Psikologi Masa Nifas
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Reva Rubin mengenai perubahan
pada masa post partum :
1. Fase taking in (istirahat / penghargaan)
Masa ketergantungan, ciri-ciri membutuhkan tidur yang cukup, nafsu makan
meningkat berharap untuk menceritakan pengalaman partusnya dan bersikap
sebagai penerima menunggu apa yang disarankan dan apa yang diberikan.
2. Fase taking hold (dibantu tetapi dilatih)
Terlihat sebagai suatu usaha terhadap pelepasan diri dengan ciri-ciri bertindak
sebagai pengatur bergerak untuk bekerja, kecemasan makin kuat, perubahan mood
mulai terjadi dan sudah mengerjakan tugas keibuan.
3. Fase letting go (berjalan sendiri di lingkungannya)
Pada masa ini ibu mengambil tugas atau tanggung jawab terhadap perawatan bayi.
Pada umumnya depresi post partum terjadi pada periode ini. Post partum blues
(Depresi ringan). Penyebabnya adalah kekecewaan emosional, rasa sakit masa
nifas, kecemasan pada kemampuan untuk merawat bayinya dan rasa takut menjadi
tidak menarik lagi bagi suami. Ciri-cirinya ibu menjadi murung, mudah menangis,
tidak sabar karena suami tidak mencintainya lagi. Hal ini normal disebabkan ibu
yang baik dan tubuh wanita selama kehamilan serta perubahan cara kehidupannya
sesudah bayinya lahir (Huliana, 2003 : 18).

Kebutuhan Nutrisi dan Cairan Masa Nifas


Ibu nifas dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut
:
a. Mengkonsumsi makanan tambahan, 500 kalori setiap hari
b. Makan dengan diet gizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, dan mineral
c. Minum sedikitnya 8 gelas setiap hari
d. Mengkonsumsi tablet besi selama 40 hari postpartum
e. Mengkonsumsi vitamin A 200.000 intra unit

Program dan Kebijakan Teknis dalam Masa Nifas


Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas (pasca partum) dilakukan untuk
menilai status ibu dan BBL, untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani
masalah-masalah yang terjadi dalam masa nifas (Saifuddin, 2005).
Morbiditas pada minggu-minggu pasca partum disebabkan karena
endometritis, mastitis, infeksi pada episiotomi atau laserasi, infeksi traktus
urinarius (UTI), dan penyakit lain. Pada banyak kasus setiap wanita pasca partum
yang mengeluh demam tanpa atau disertai nyeri harus dievaluasi melalui
pemeriksaan fisik dari kepala sampai jari kaki (Wheeler, 2004).

Kunjungan Waktu Asuhan


I 6-8 jam Postpartum
1. Mencegah
perdarahan masa nifas
karenaatonia uteri
2. Pemantauan keadaan
umum ibu
3. Melakukan
hubungan antara bayi
dan ibu (Bonding
Attachment)
4. ASI eksklusif
II 6 hari postpartum
1. Memastikan involusi
uterus berjalan normal,
uterus berkontraksi,
fundus dibawah
umbilicus, dan tidak
ada tanda-tanda
perdarahan abnormal.
2. Menilai adanya
tanda-tanda demam,
infeksi, dan perdarahan
abnormal
3. Memastikan ibu
mendapat istirahat yang
cukup
4. Memastikan ibu
mendapat makanan
yang bergizi.
5. Memastikan ibu
menyusui dengan baik
dan tidak
memperlihatkan tanda-
tanda penyulit

III 2 minggu postpartum


1. Memastikan involusi
uterus berjalan normal,
uterus berkontraksi,
fundus dibawah
umbilicus, dan tidak
ada tanda-tanda
perdarahan abnormal.
2. Menilai adanya tanda-
tanda demam, infeksi,
dan perdarahan
abnormal.
3. Memastikan ibu
mendapat istirahat yang
cukup.
4. Memastikan ibu
mendapat makanan
yang bergizi.
5. Memastikan ibu
menyusui dengan baik
dan tidak
memperlihatkan tanda-
tanda penyulit

IV 6 minggu Postpartum
1. Menanyakan pada
ibu tentang penyulit-
penyulit yang ia alami
2.Memberikan
konseling untuk KB
secara dini, imunisasi,
senam nifas, dan tanda-
tanda bahaya yang
dialami oleh ibu dan
bayi

C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan


Asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisir pikiran serta tindakan
berdasarkan teori yang ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam
rangkaian tahapan untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien.
(Varney, 1997)
Manajemen Asuhan Kebidanan
Terdapat 7 langkah manajemen asuhan kebidanan yang telah diterapkan
menurut Varney, antara lain :
1. Pengkajian (data subjektif dan data objektif)
2. Identifikasi masalah / diagnosa (kesimpulan tentang masalah atau keadaan yang
sedang dialami ibu berdasarkan interpretasi data-data yang telah dikumpulkan)
3. Antisipasi masalah potensial (mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial
yang mungkin terjadi berdasarkan masalah atau diagnosa yang sudah
diidentifikasi)
4. Identifikasi kebutuhan segera (mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh
bidan atau dokter dimana apabila tindakan segera tidak dilakukan dapat
mengancam keselamatan ibu)
5. Penyusunan rencana / intervensi (merencanakan asuhan secara menyeluruh yang
rasional sesuai dengan temuan dari langkah sebelumnya.)
6. Pelaksanaan / implementasi (Pelaksanaan asuhan langsung yang efisien dan aman
serta menyeluruh sesuai dengan intervensi yang telah disusun sebelumnya)
7. Evaluasi (Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan di dalam
pendokumentasian / catatan asuhan dapat ditetapkan dalam bentuk SOAP)
BAB III
TINJAUAN KASUS

No.Register : 11354256
Masuk RS Tanggal / Jam : Jumat, 21 November 2015 pukul 12.30 WIB
Dirawat di Ruang : Nifas
Tanggal Pengkajian / Jam : Jumat, 21 November 2015 pukul 18.30 WIB
Nama pengkaji : Kelompok II

A. IDENTITAS ISTRI SUAMI


Nama : Ny. A Tn. B
Umur : 25 tahun 28 tahun
Suku : Jawa Tengah Sumatra
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SPG SMA
Pekerjaan : PNS (GURU SD) TNI
Jumlah Kawin : 1 kali 1 kali
Umur Kawin : 24 tahun 27 tahun
Lama Kawin : 1 tahun 1 tahun
Alamat : Jl. Basuki Rahmat Jl. Basuki Rahmat
No.Telp. : 0006543 0000335

B. DATA SUBJEKTIF
1. Alasan masuk Rumah sakit
Ibu baru melahirkan 6 jam yang lalu di ruang bersalin dan dirawat di ruang nifas

2. Riwayat Menstruasi.
Menarche umur 15 tahun . Siklus 28-30 hari. Haid teratur. Lama 6-7 hari .Sifat
darah encer . Bau khas darah haid. Tidak ada fluor albus yang patologis.
HPHT : 10-02-2015 HPL : 21-11-2015

3. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.


Persalinan Nifas
No Tgl Umur Jenis Komplikasi Jenis BB Kompli
Penolong Lokasi
lahir kehamilan persalinan Ibu Bayi Kelamin Lahir kasi
21-
Tidak Tidak Nifas Nifas
1 11- Aterm Spontan bidan L 2800 gr
ada ada saat ini saat ini
2015

4. Riwayat kontrasepsi yang digunakan


Jenis Mulai Memakai Berhenti/Ganti Cara
No
kontrasepsi Tanggal Oleh Tempat Keluhan Tanggal Oleh Tempat Alasan
1 Tidak ada Karena ibu ingin
segera hamil

5. Riwayat kesehatan
a. Penyakit yang pernah/sedang diderita
Ibu mengatakan tidak pernah dan tidak sedang menderita penyakit menular seperti
TBC, hepatitis, malaria, dan tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti
jantung, darah tinggi, ginjal, dan kencing manis. Ibu mengatakan tidak merokok,
minum jamu-jamuan, dan minum-minuman keras.
b. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga
Ibu mengatakan di dalam keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit menular
seperti TBC, hepatitis, malaria, dan tidak pernah menderita penyakit keturunan
seperti jantung, darah tinggi, ginjal, dan kencing manis.
c. Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan tidak pernah memiliki riwayat keturunan kembar.

6. Riwayat kehamilan dan persalinan terakhir


Masa kehamilan : 39 minggu.
Tempat persalinan : Rumah Sakit
Penolong : Bidan
Jenis persalinan : spontan
Komplikasi : Ibu tidak mengalami partus lama, KPD, dan
komplikasi lainnya.
Plasenta : Lengkap
a. Lahir : Spontan
b. Ukuran / berat : Berdiameter 20 cm dan tebal 3 cm / berat 600 gr.
c. Tali pusat panjang : 55 cm
d. Kelainan : Tidak ada.
Perineum : Utuh
Ruptur derajat 2.
Episiotomi (-)
Jahitan dalam 3, benang zeide
Jahitan luar 3, benang zeide
Jahitan jelujur (-)
Perdarahan : Tidak terjadi perdarahan baik pada kala I, II, III, maupun IV.

7. Keadaan bayi baru lahir


Lahir tanggal / Jam : 21-11-2015 / 12.30 WIB
Masa gestasi : 39 minggu
BB/PB Lahir : 2800 gram / 50 cm
Nilai APGAR : 1 menit/5 menit/ 10 menit/ 2 jam : 9/ 9/ 10/ 10
Cacat bawaan : Tidak ada
Rawat gabung : Ya

8. Riwayat Post partum


Ambulasi : Ibu sudah dapat melakukan ambulasi secara mandiri saat
6 jam pasca persalinan, yaitu ibu sudah dapat duduk dan
jalan sendiri ke kamar mandi.
Pola Nutrisi :
a. Makan
1) Saat Hamil : Pola makan ibu baik, frekuensi 3 piring sehari dengan jenis
makanan yaitu nasi, sayur, ikan, telur, dan buah
2) Postpartum : Selama 6 jam postpartum ibu sudah makan 2 piring dengan jenis
makanan yaitu nasi, sayur, ikan, telur, dan buah.
b. Minum
1) Saat Hamil : Pola minum ibu baik, frekuensinya 9 gelas sehari dengan jenis
minuman yaitu air mineral dan susu.
2) Postpartum : Selama 6 jam postpartum ibu sudah minum air mineral sebanyak
5 gelas.
Pola tidur :
a. Tidur Siang
1) Saat Hamil : Ibu mengatakan ibu jarang tidur siang
2) Postpartum : Ibu mengatakan sejak melahirkan hingga saat ini
(6 jam) ibu tidak tidur siang
b. Tidur Malam
1) Saat Hamil : 6 jam. Dari pukul 23.00 sampai pukul 05.00
2) Post Partum : Sejak melahirkan hingga saat ini (6 jam) ibu belum tidur malam
Pola eliminasi :
a. BAB :
1) Saat Hamil : Frekuensi 1 kali sehari, konsistensi padat, warna khas feses,
dan bau khas feses
2) Post Partum : Sejak melahirkan hingga saat ini (6 jam) ibu belum BAB
b. BAK :
1) Saat Hamil : Frekuensi 6-7 kali sehari, warna kuning jernih, dan bau khas
urine
2) Post Partum : Selama 6 jam post partum ibu sudah BAK sebanyak 3 kali, warna
kuning jernih, dan bau khas urine.
Pengalaman menyusui : Ibu mengatakan belum ada pengalaman menyusui
karena ini anak pertama ibu, ibu mengatakan
rencana anaknya akan diberikan ASI eksklusif.
Pengalaman waktu melahirkan : Ibu mengatakan belum ada pengalaman
sebelumnya tetapi ibu senang karena dapat
melahirkan secara normal dan ibu tidak
menemukan komplikasi atau masalah saat proses
melahirkan.
Pendapat ibu tentang bayinya : Ibu bahagia karena anaknya dapat lahir
secara
normal dan anaknya sehat.
Lokasi ketidaknyamanan : Perineum
9.

Keadaan psikososial spiritual


a. Kelahiran ini : diinginkan tidak diinginkan
b. Penerimaan ibuterhadap kelahiran bayi :
Ibu menerima kelahiran bayinya.
c. Tinggal serumah dengan : Suami
d. Orang terdekat ibu : Suami
e. Tanggapan keluarga terhadap bayinya :
Suami dan anggota keluarga lainnya merasa bahagia bayi terlahir dalam keadaan
sehat.
f. Pengetahuan ibu tentang masa nifas dan perawatan bayi :
Ibu belum memahami secara baik tentang waktu lamanya masa nifas, nutrisi yang
diperlukan selama masa nifas, cara merawat tali pusat, cara memandikan bayi, dan
cara menyusui.
g. Rencana perawatan bayi :
Ibu mengatakan bayinya akan dirawat sendiri dengan baik di rumah, bayinya akan
diberikan ASI eksklusif selama 6 bulan.
10. Keluhan sekarang : Nyeri pada perineum
11. Pertanyaan yang diajukan : Perawatan luka perineum

C. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan fisik
a. Keadaaan umum : Baik Kesadaran : Kompos Mentis
b. Status emosional : Baik, ibu tidak merasa cemas dan takut.
c. Tanda vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 70 kali per menit
Pernafasan : 22kali per menit
Suhu : 37,00C
d. TB : 156 cm
BB : Sebelum hamil 65 kg, BB sekarang 72 kg

e. Kepala dan leher


Rambut : Lurus, hitam, tidak berketombe, dan tidak mudah rontok.
Wajah : Bentuk simetris, tidak pucat, keadaan bersih, tidak ada oedema,
dan tidak ada cloasma gravidarum.
Mata : Bentuk simetris, penglihatan baik, konjungtiva berwarna merah
muda tidak anemia, sclera berwarna putih tidak ikterik, keadaan bersih, serta
kelopak mata tidak terdapat pembengkakan.
Telinga : Bentuk simetris, tidak ada serumen, keadaan bersih, dan fungsi
pendengaran baik.
Hidung : Bersih, tidak ada secret, dan tidak ada polip.
Mulut : Tidak ada kelainan bentuk pada mulut, tidak terdapat stomatitis,
tidak ada sariawan, keadaan gigi bersih, terdapat caries, tidak terdapat gigi
berlubang, dan tidak ada pembesaran tonsil.
Leher : Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran
Vena jugularis : Tidak ada pembesaran
f. Payudara
Bentuk : Simetris
Puting susu : Menonjol dan hiperpigmentasi pada areola
Colostrum : Telah keluar kolostrum berwarna kekuningan
Benjolan : Tidak terdapat benjolan, nyeri tekan, dan nyeri tarikan pada sekitar
payudara dan aksila
g. Abdomen
Dinding perut : Bentuk simetris dan tebal
Bekas luka: Tidak terdapat bekas luka operasi
TFU : Teraba 2 jari di bawah pusat
Kontraksi uterus : Baik
Kandung kemih : Tidak penuh
h. Genitalia Luar
Edema : Tidak ada edema
Varises : Tidak ada
Perineum : Terdapat jahitan
Jahitan : 3 dalam dan 3 luar menggunakan benang zeide
Pengeluaran Lokhea: Lokhea rubra, berwarna merah kehitaman, sejak 6 jam
postpartum jumlah darah yang keluar 1 atau 2 pembalut, berbau anyir.
i. Anus : Tidak ada hemoroid
j. Ekstrimitas
Edema : Tangan dan tungkai tidak ada edema
Varices : Tangan dan tungkai tidak ada varises
Reflek patella : kanan (+), kiri (+)
Kuku : Kuku tangan dan kaki bersih dan pendek
k. Kulit
Warna : Sawo matang
Turgor : Keadaan turgor kulit baik

2. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

D. Interpretasi data dasar, masalah dan kebutuhan


1. Diagnosa Kebidanan
P1A0 umur 25 tahun dengan nifas normal hari pertama
2. Masalah
Nyeri pada luka perineum
3. Kebutuhan
i. Nutrisi dan cairan bagi ibu yang baik untuk proses laktasi dan
menyusui serta proses penyembuhan luka jahitan pada perineum
ii. Pengetahuan tentang cara memandikan bayi dan perawatan tali
pusat bayi serta bahaya masa nifas
iii. Istirahat yang cukup
4. Diagnosa Potensial
Tidak ada
5. Masalah Potensial
Tidak ada
6. Kebutuhan Tindakan Segera Berdasarkan Kondisi Klien
a. Mandiri
Tidak ada
b. Kolaborasi
Tidak ada
c. Rujukan
Tidak ada

E. Intervensi
Tanggal : 21-11-2015 Jam : 20.30 WIB

1. Lakukan pendekatan terapeutik pada ibu


R/ Agar terjalin hubungan baik dan ibu dapat kooperatif pada setiap tindakan
yang dilakukan.
2. Beritahukan ibu hasil pemeriksaan dan kondisinya
R/ Ibu perlu memahami akan keadaan dirinya
3. KIE tentang perubahan fisik dan psikologis normal masa nifas
R/ Ibu perlu memahami akan perubahan-perubahan yang fisiologis pada dirinya
baik fisik maupun psikologis agar tidak terjadi kekhawatiran.
4. KIE tentang pemenuhan nutrisi dan cairan untuk masa nifas
R/ Ibu nifas memerlukan diet untuk mempertahankan tubuh terhadap infeksi,
mencegah konstipasi, dan untuk memulai proses pemberian ASI eksklusif.
5. KIE tentang higiene personal ibu dan perawatan perineum
R/ Agar meningkatkan kenyamanan dan mencegah infeksi pada ibu.
6. KIE tentang pentingnya cara pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pada bayi
R/ Selain memenuhi segala kebutuhan makanan bayi baik gizi, imunologi, atau
lainnya, pemberian ASI juga memberi kesempatan mencurahkan cinta kasih serta
perlindungan kepada anaknya, ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi.
7. Ajarkan ibu cara melakukan perawatan payudara masa nifas dan jelaskan
kegunaannya.
R/ Selain untuk meningkatkan kelancaran ASI, perawatan payudara masa nifas
dapat menjadikan bentuk payudara tetap akan menarik selama menyusui
8. KIE tentang cara memandikan bayi dan cara merawat tali pusat
R/ Agar ibu dapat mandiri merawat bayinya di rumah.
9. Anjurkan ibu untuk beristirahat dan tidur yang cukup selama menjalankan masa
nifas
R/ Seorang wanita yang sedang dalam masa nifas dan menyusui memerlukan
waktu lebih banyak untuk beristirahat karena sedang dalam proses penyembuhan,
terutama organ-organ reproduksi dan untuk kebutuhan menyusui bayinya.
10. Anjurkan ibu untuk melakukan ambulasi dini
R/ Ambulasi dini adalah mobilisasi segera setelah ibu melahirkan dengan
membimbing ibu untuk bangun dari tempat tidurnya.
11. KIE tentang deteksi dini komplikasi ibu nifas
R/ Sebagian besar kematian ibu terjadi selama masa pascapersalinan, oleh
karena itu, sangat penting bagi ibu dan keluarga mengenal tanda bahaya masa
nifas dan perlu mencari pertolongan kesehatan.
12. KIE tentang macam-macam metode kontrasepsi
R/ KB dapat membantu keluarga merencanakan kehidupan keluarganya dengan
baik, sehingga dapat mencapai keluarga berkualitas.
13. Beritahukan ibu kapan waktu melakukan kunjungan ulang ke Rumah Sakit, yaitu
6 hari setelah persalinan tepatnya pada tanggal 27 November 2015.
R/ Kunjungan ulang masa nifas dilakukan untuk mencegah, mendeteksi, dan
manangani masalah yang terjadi.

F. Implementasi dan Evaluasi


TGL/ PELAKSANAAN PARAF TGL/ EVALUASI PARAF
JAM JAM
21-11-1. Melakukan pendekatan 21-11- Ibu mau menjalin
2015/ terapeutik pada ibu dengan 2015/ hubungan yang baik
20.30 cara member salam pada 20.30 dengan pemeriksa.
Ibu mengatakan
WIB ibu. WIB
2. Memberitahukan ibu hasil bahwa ia memahami
pemeriksaan dan akan keadaan dirinya.
kondisinya, bahwa keadaan
umum ibu baik dan tidak
ditemukan kelainan atau
komplikasi dari
pemeriksaan kepala,
payudara, abdomen,
genitalia luar, anus,
ekstremitas, dan kulit.
Ibu mengatakan
Hasil pemeriksaan vital
bahwa ia memahami
sign; tekanan darah 110/80
dn dapat mengulangi
mmHg, nadi 70 kali/menit,
penjelasan tentang
pernafasan 22 kali/menit,
perubahan fisik dan
dan suhu 37,00C.
3. KIE tentang perubahan psikologis normal
fisik dan psikologis normal masa nifas.
masa nifas. Perubahan
yaitu menjelaskan
perubahan ukuran tinggi
fundus uteri, perubahan
lokia, perubahan system
perkemihan dan perubahan
Ibu mengatakan telah
tanda tanda vital.
memahami dan akan
Perubahan psikologis yaitu
memenuhi kebutuhan
fase fase yang akan
akan nutrisi dan
dialami oleh ibu pada masa
cairan selama masa
nifas ( fase taking in,
nifas.
taking hold, & letting go).
4. KIE tentang pemenuhan
nutrisi dan cairan untuk
masa nifas diantaranya
menganjurkan :
a. Ibu makan dengan diet
gizi seimbang untuk
memenuhi kebutuhan
karbohidrat, protein,
lemak, vitamin dan
Ibu telah memahami
mineral.
cara melakukan
b. Ibu sedikitnya minum 8
hygiene personal ibu
gelas per hari.
c. Mengkonsumsi tablet besi dan perawatan
selama 40 hari post partum. perineum.
d. Mengkonsumsi vitamin A
200.000 intra unit.
5. KIE tentang personal
hygiene dan perawatan
perineum dengan cara :
a. Menganjurkan ibu untuk
menjaga kebersihan tubuh,
pakaian, tempat tidur, dan
lingkungannya.
b. Menganjurkan ibu
membersihkan daerah
genetalnya dengan air
bersih setiap kali setelah
berkemih dan defekasi.
c. Sebelum dan sesudah
membersihkan genetalia,
ibu harus mencuci tangan
sampai bersih.
d. Pada waktu mencuci
jahitan perineum, ibu harus
mencucinya dari arah
Ibu mengatakan akan
depan kebelakang dan
memberikan ASI
mencuci daerah anusnya
eksklusif selama 6
yang terakhir.
bulan pada bayinya,
e. Menganjurkan ibu untuk
serta ibu dapat
mengganti pembalut setiap
menjelaskan teknik
4 5 jam per hari.
KIE tentang pentingnya menyusu yang benar.
Ibu mengatakan telah
dan cara pemberian ASI
mengerti bagaimana
eksklusif selama 6 bulan
cara merawat tali
pada bayi yaitu dengan
pusat bayinya.
cara memberikan bayi ASI
saja tanpa diberikan
Ibu mengatakan akan
apapun.
KIE tentang cara merawat beristirahat dan tidur
tali pusat yaitu dengan cara yang cukup selama
menutupi tali pusat dengan masa nifas.
Ibu mengatakan telah
kassa steril, ibu tidak perlu
mngerti tentang cara
memberikan apa apa
mendeteksi
pada tali pusat bayi.
Menganjurkan ibu untuk komplikasi ibu nifas.
beristirahat dan tidur yang
cukup selama menjalankan
masa nifas.
KIE tentang deteksi dini
komplikasi ibu nifas
diantaranya :
a. Perdarahan pervaginam
yang melibihi 500 Ml.
b. Infeksi masa nifas yang
10. Ibu mengatakan telah
ditandai dengan uterus
memahami macam
lembek, kemerahan, rasa
macam metode
nyeri pada payudara.
kontrasepsi dan ibu
c. Sakit kepala, nyeri
berencana akan
epigastrium, dan
menggunakan
penglihatan kabur.
d. Demam, muntah dan nyeri kontrasepsi suntik 3
berkemih. bulan.
10. KIE tentang macam 11. Ibu mengatakan akan
macam metode kontrasepsi melakukan
khususnya tentang IUD, kunjungan ulang pada
implant, dan tubektomi. tanggal 27 November
2015.

11. Memberitahukan ibu kapan


waktu melakukan
kunjungan ulang kerumah
sakit, yaitu 6 hari setelah
persalinan tepatnya pada
tanggal 27 November
2015.

Mengetahui, Sorong, 2015


Pembimbing Klinik Pembuat Laporan

( Bidan Bungawati,AMd.Keb,SKM ) ( Kelompok II )


BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan Asuhan Kebidanan pada Ny. A umur 25 tahun P 1A0


nifas hari pertama ( 6-8 jam ) dengan nifas normal diruang nifas melalui tahap
pengumpulan data dengan anamnesa ( wawancara ), observasi, pemeriksaan
umum, dan pemeriksaan fisik antara asuhan yang ada di lahan praktik dengan
tindakan kebidanan yang ada di teori pada dasarnya sama, sehingga tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktek.
Pada kasus Ny. A dalam pengkajian data subjektif dan objektif tidak
ditemukan adanya komplikasi, sehingga masa nifas Ny. A merupakan nifas
normal. Hal ini dapat dipastikan melalui hasil pemeriksaan fisik pada ibu. Ada
beberapa intervensi yang diberikan salah satunya KIE tentang pemenuhan nutrisi
dan cairan masa nifas, KIE tentang perawatan luka perineum, KIE tentang cara
merawat bayi, dan lain-lain.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pendokumentasian asuhan kebidanan pada Ny. A digunakan prisip
manajemen varney. Berdasarkan data yang didapatkan maka diagnosa yang
ditegakkan yaitu Ny. A umur 25 tahun P1 A0 nifas hari pertama dengan nifas
normal.
Tidak ditemukan masalah nifas pada Ny. A , kebutuhan Ny. A yaitu segala
kebutuhan dasar masa nifas seperti nutrisi dan cairan, perawatan perineum, dll.
Ibu tidak mengalami keadaan yang gawat darurat, sehingga untuk penulisan
diagnosis potensial, masalah potensial, dan kebutuhan tindakan segera tidak perlu
dalam penulisan asuhan kebidanan ini.
Pada penatalaksanaan rencana tindakan disusun berdasarkan keadaan yang
dialami oleh ibu. Implementasi yang dilakukan pada ibu berjalan sesuai dengan
yang diharapkan.
B. Saran
Untuk Institusi
1. Pengajar lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa.
Untuk Lahan Praktek
1. Petugas harus memperhatikan dan meningkatkan fasilitas dan kualitas pelayanan
untuk kenyamanan pasien.
Untuk Petugas Kesehatan dan Mahasiswa
1. Sebagai seorang petugas kesehatan harus mampu memperoleh kepercayaan dan
dapat memberikan informasi yang benar kepada klien, sebagai seorang petugas
kesehatan harus mampu memberikan saran atau nasehat kepada klien selama masa
nifas.
2. Sebagai seorang petugas kesehatan harus mampu memberikan pelayanan dan
asuhan kebidanan yang baik dan benar sehingga kejadian yang tidak diinginkan
dapat dihindari.
3. Petugas kesehatan harus mampu dan mau meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilannya agar dapat memberikan pelayanan yang bermutu dan berkualitas.

DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Sarwono.2014.Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo (YBP-SP).
Sastrawinata, Sulaiman, 1983, Obstetri Fisiologi, Bandung : EGC.
Wiknjosastro, Hanifa, 2006, Ilmu Kebidanan, Edisi Ketiga, Jakarta : YBP-SP.
Prawirohardjo, Sarwono, 2006, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Jakarta : YBP SP.
Hamilton, Persis Mary, 1995, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, Jakarta :
EGC.

Anda mungkin juga menyukai