Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEBIDANAN

PADA BAYI AS DENGAN IMUNISASI COMBO II (DPT2, HB2)


DAN POLIO III
DI POLI BKIA PUSKESMAS DUPAK SURABAYA

SUCI APRILIYANA . W
NIM. 250012238

PRODI DIII KEBIDANAN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2015

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tujuan pembangunan Nasional dibidang kesehatan terutama ditujukan
untuk :
1.
Menurunkan angka kematian bayi dan perinatal
2.
Menurunkan angka kematian anak balita
3.
Menurunkan angka kesakitan anak usia sekolah dan remaja
4.
Meninngkatkan derajat kesehatan anak secara keseluruhan yang akan
menjamin proses tumbuh kembang anak secara optimal menuju generasi
muda yang sehatsehnbagai sumber daya pembangunan.
Pediatri pencegahan inilah yang menjadi pembahasan pada asuhan
kebidanan ini karena pediatric ini sengaja memberikan kekebalan atau
imunitas pada anak, sehingga anak itu walaupun kemudian mendapatkan
infeksi tidak aktif maupun pasif yang diambil akan meninggal atau cacat
(Squale). Dimana kekebalan yang didapatkan bisa dari racun atau toksoid
virus, bakteri atau kuman yang telah dilemahkan atau dilumpuhkan bahkan
ada juga yang dimatikan, yang semata-mata agar tubuh mampu membuat zat
antibodi terhadap kuman, virus atau bakteri tersebut. Sehingga dengan
demikian pencapaian derajat kesehatan pada bayi, balita, anak sampai dengan
orang dewasa dapat meningkat sesuai dengan tujuan pembangunan
bangsa Indonesia. (Suyitno H, 2005)
1.2 Tujuan
Diharapkan mahasiswa dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi
sehat dan mempunyai pengetahuan yang nyata dalam mengasah
skill/ketrampilan dalam memberiak imunisasi combo dan polio.

BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Imunisasi
2.1.1 Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah Suatu usaha pemberian kekebalan pada tubuh seseorang
dengan harapan agar dapat tercegah dari suatu penyakit tertentu. (Asuhan
Kesehatan Anak Dalam Kontek Keluarga, 1993; 47)
Memasukkan antigan atau kuman, bakteri, virus, parasit, racun kuman
kedalam tubuh sehingga tubuh membuat zat anti berbubah menjadi anti bodi
atau anti toksin untuk mencegah penyakit tertentu. (FKUI, 1998; 17)
2.1.2 .Jenis Kekebalan
1. Imunisasi aktif
Adalah kekebalan yang dibuat sendiri oleh tubuh untuk menolak
terhadap suatu penyakit tertentu dimana prosesnya lambat tetapi dapat
bertahan lama.
Adalah kekebalan yang diperoleh dimana tubuh tersebut aktif
membuat zat antibody sendiri.
Imunisasi aktif dapat dibagi dalam 2 jenis :
a. Kekebalan aktif alamiah
Dimana tubuh anak

membuat

kekebalan

sendiri

setelah

mengalami/sembuh dari suatu penyakit.


Adalah orang menjadi kebal setelah menderita penyakitnya atau
kekebalan yang timbul setelah sembuh dari penyakitnya
b. Kekebalan aktif buatan
Adalah kekebalan
vaksin/imunisasi.

yang

dibuat

tubuh

setelah

mendapat

Adalah kekebalan yang diperoleh setelah orang mendapat vaksinasi


atau antigennya sengaja dimasukan ketubuh seseorang dengan maksud
merangsang pembentukan antibody. Misalnya : seseorang menjadi
kebal terhadap cacar setelah mendapatkan vaksinasi cacar.

2. Imunisasi pasif
Adalah tubuh

anak

tidak

membuat

zat

antibodi

sendiri

tetapi kekebalan tersebut diperoleh dari luar tubuh setelah memperoleh


zat penolak dimana prosesnya capat tetapi tidak tahan lama.
Kekebalan yang diperoleh karena orang tersebut telah mendapatkan
antibody dari luar.
Imunisasi pasif dibagi dalam 2 jenis :
a. Kekebalan pasif alami (kongenital imunity)
Adalah kekebalan yang diperoleh bayi sejak lahir dari ibunya.
Kekebalan ini tidak berlangsung lama kira-kira hanya sekitar 5 bulan
setelah bayi lahir.
Adalah kekebalan yang diperoleh bayi karena mendapatkan zat
antibody yang ditimbulkan dari ibunya ketika masih dalam kandungan.
Macam kekebalan yang diturunkan antara lain : Terhadap penyakit
tetanus, thypus, diptheria, pertusis, kekebalan ini bisanya berlangsung
sampai umur 3 5 bulan, karena saat ini makin berkurang, sedang ia
sendiri tidak membuatnya.
b. Kekebalan pasif buatan atau disengaja (artificially indocend pasive
immunity)
Kekebalan yang diperoleh seseorang karena orang itu diberi zat
anti dari luar, penberian zat dari luar dapat berupa pengobatan maupun
usaha pencegahan. Kekebalan ini diperoleh setelah mendapat suntikan
zat penolak.
2.2 Vaksin
2.2.1 Pengertian Vaksin
Adalah suatu bahan yang terbuat dari kuman, komponen kuman atau racun
kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan.
1)

Contoh vaksin yang dibuat dari kuman hidup yang dilemahkan : vaksin
batuk rejan (DPT).

2)

Contoh vaksin yang terbuat dari kuman hidup yang dimatikan : vaksin
campak, vaksin BCG.

3)

Contoh vaksin yang terbuat dari protein khusus kuman : vaksin


hepatitis B.

4)

Contoh vaksin yang dibuat dari racun/toksin kuman yang dilemahkan


(disebut pula toksoid) : toksoid tetanus, toksoid difteri.

2.2.2 Komposisi Vaksin


Nama Vaksin

Kandungan

Bentuk

Cara
Pemberian

Difteri

Toxoid

Cair

I.M

Tetanus

Toxoid

Cair

I.M

Pertusis

Kuman dimatikan

Cair

I.M

Polio

Virus dilemahkan

Cair

Oral

Campak

Virus dilemahkan

Cair

SC

BCG

Bakteri dilemahkan

Kristal

IC

Hepatitis B

HBSAg

Cair

I.M

2.2.3 Penyimpanan Vaksin


Nama Vaksin

Waktu dalam suhu 08 C

Waktu dalam suhu


35-37 C

DT

3 7 hari

6 minggu

Pertusis

18 24 hari

Dibawah 50% & 1


minggu

BCG
~ Kristal

1 tahun

~ Cair

Di pakai satu kali kerja

Dibawah 20% 3-14


hari
Di pakai satu kali
kerja

Campak
~ Kristal
~ Cair

2 kali
Di pakai satu kali kerja

1 minggu
Di pakai satu kali
kerja

Polio

6 12 bulan

1 3 hari

2.2.4 Jenis-jenis Vaksin


1. Vaksin BCG
a. Gunanya
tubercolusis

:Memberikan

kekebalan

terhadap

penyakit

b. Susunannya
: Mengandung BCG (Bacillus CalmetteGuering)
yang masih hidup
c. Penyimpanannya : Dalam lemari es pada suhu 2-8 oC
d. Kadaluwarsa
: 1 tahun sesudah pengeluaran yang dapat dilihat
pada tabel
e. Dosis

: Bayi kurang dari 1 tahun (biasanya diberikan

secara dini setelah lahir) 0,05 ml


f. Kemasan
: Ampul dengan 4 ml bahan pelarut (NaCl Fodi)
dosis efektif per ampul 36 dosis
g. Cara
pemberian : Intra

cutan

pada insersio

muskulusdeltoideus kanan, membersihkan lokasi suntik dengan kapas


air matang, jangan menggunakan kapas alkohol karena dapat merusak
vaksin, penyuntikan berhasil bila menimbulkan scar dengan garis
tengah 3-7 mm
h. Kontra indikasi
i. Efek samping

: Sakit kulit yang berat dan luas


: Lympadenitis supurative dan osteo myelitis

2. Vaksin DPT (Diptheri, Pertusis, Tetanus)


a. Gunanya
: Memberikan kekebalan secara stimultan terhadap
penyakit diptheri pertusis dan tetanus
b. Susunannya
: Tiap ml mengandung 40 IV diptheri 15 IV
tetanus 49 yang telah dimurnikan
c. Penyimpanan
: Dalam lemari es pada suhu 2-8oC
d. Kadaluwarsa : 2 tahun setelah tanggal pengeluaran
e. Dosis
: 0,5 ml untuk setiap suntikan dan diberikan 3 x
interval 4 minggu
f. Kemasan
: Flakon 5 ml dosis efektif per flakon 8 dosis
g. Kontra indikasi : Anak diatas usia 7 tahun, Panas tinggi diatas
38oC, Riwayat reaksi berat pada pemberian imunisasi DPT sebelumnya
h. Cara pemberian
i. Efek samping

Intra musculer di paha bagian luar


: Yang mungkin disebabkan oleh komponen

pertusis berupa demam lebih dari 39oC, Bengkak lokal, abses steril

3. Vaksin TT (Vaksin Serap Tetanus)


a. Gunanya
: Memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
tetanus
b. Susunannya

: Tiap ml mengandung 20 IV toxoid tetanus, toxoid

yang dimurnikan 3 mg, aluminium phospat dan 0,1 mg mertiolet


sebagai bahan pengawet
c. Penyimpanan
d. Kadaluwarsa

:
:

Dalam lemari es pada suhu 2-8oC


2 tahun sesudah tanggal pengeluaran

e. Dosis
f. Cara pemberian

: 0,5 ml untuk tiap suntikan


: Intra muskuler/subcutan dalam

g. Kemasan
h. Kontra indikasi

: Flakon 5 ml dosis efektif tiap flakon 8 dosis


: Tidak ada

i. Efek samping
: Reaksi lokal berupa kemerahan, bengkak dan
rasa sakit pada tempat suntikan
4. Vaksin DT (Diptheri, Tetanus)
a. Gunanya
: Memberikan kekebalan secara stimultan terhadap
penyakit diptheri dan tetanus
b. Susunannya
: Tiap ml mengandung 40 IV diptheri dan 15 IV
tetanus toxoid yang telah dimurnikan
c. Penyimpanan
: Dalam lemari es pada suhu 2-8oC
d. Kadaluwarsa
e. Dosis

2 tahun sesudah tanggal pengeluaran


: 0,5 untuk tiap suntikan

f. Cara pemberian
g. Kemasan

: Intra muskuler
: Flakon 25 ml dan isi efektif tiap flakon 40 dosis

h. Kontra indikasi
i. Efek samping

: Tidak ada
: Indikasi 3-4 % dari anak yang menderita diptheri

tetanus
j. Perhatian

1) Vaksin DPT, TT, DT jangan sampai beku dan menjadi rusak


selamanya
2) Hangatkan vaksin dengan tangan dan kocok dahulu untuk
menghindari abses steril
5. Vaksin Polio Oral Tri Valen
a. Gunanya
: Memberikan
poliomyelitis.

kekebalan

terhadap

penyakit

b. Terdapat 2 jenis vaksin dalam peredaran yang


masing mengandung virus polio tipe I, II, III, yaitu :

masing

1) Vaksin yang mengandung virus polio tipe I, II, III, yang sudah
dimatikan (vaksin salk), cara pemberiannya dengan penyuntikan.
2) Vaksin yang mengandung virus polio tipe I, II, III, yang masih
hidup tetapi telah dilemahkan (vaksin sabin) cara pemberiannya
melalui mulut dalam bentuk pil atau cairan
c. Susunannya :
Tiap 2 tetes mengandung virus polio hidup yang
dilemahkan.
d. Kekebalan

Daya proteksi polio sangat baik, yaitu

sebesar 95 100 %.
e. Penyimpanan
:

Dalam lemari es pada suhu 2-8oC.

f. Kadaluarsa
g. Dosis

2 tahun sesudah tanggal pengeluaran.


2 tetes setiap kali pemberian.

:
:

h. Cara pemberian
:
Diteteskan langsung ke dalam mulut. Bila
anak sakit dosis tetap diberikan
Di Indonesia yang lazim diberikan ialah vaksin jenis sabin. Kedua
vaksin tersebut mempunyai kebaikan dan kekurangan. Kekebalan yang
diperoleh sama baiknya. Karena cara pemberiannya lebih mudah
melalui mulut maka lebih sering dipakai jenis sabin. Dibeberapa
negara dikenal retravaccineyang mengandung 4 jenis vaksin, yaitu
kombinasi DPT dan Polio dan cara pemberiannya dengan suntikan.
Pemberian vaksin polio dapat dilakukan bersama dengan BCG,
vaksin hepatitis B dan DPT. Bagi bayi yang sedang menetek maka ASI
dapat diberikan seperti biasa karena ASI tidak berpengaruh terhadap
vaksin polio. Imunisasi ulangan diberikan bersama dengan imunisasi
ulang DPT.
Masalah lain yang sering dipertanyakan adalah tentang perlunya
pemberian imunisasi ulang sendainya seorang anak pernah terjangkit
polio, hal itu masih perlu diberikan.
Alasannya adalah mungkin anak yang menderita polio itu
hanya terjangkit oleh virus polio tipes, artinya bila penyakitnya telah
sembuh, ia mempunyai kekebalan terhadap virus polio tipe I, tetapi
mempunyai kekebalan terhadap jenis virus polio tipe II dan III, karena
itu virus tersebut perlu diberikan imunisasi ulang polio.

i. Kemasan
: Vial dosis 10 disertai 1 buah pipet dan vial 20 dosis
disertai 1 buah pipet.
j. Reaksi
: Biasanya tidak ada, mungkin pada bayi akan terdapat
bercak bercak ringan.
k. Kontra indikasi :
Pada anak dengan diare berat atau yang
sedang sakit parah. Sebaiknya imunisasi polio ditangguhkan.
Demikian pula anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan
(deficienci imun) tidak diberikan imunisasi polio. Alasan untuk tidak
memberiakn vaksin polio pada keadaan diare berat ialah kemungkinan
terjadinya diare yang lebih parah. Pada anak batuk, pilek, demam, atau
diare ringan, imunisasi polio dapat diberikan seperti biasa.
l. Efek
samping
: Kelumpuhan
anggota
gerak

karena

mendapat imunisasi seperti pada penyakit polio sebenarnya tertular


kasus polio dewasa walaupun telah diberi imunisasi
6. Vaksin hepatitis B
a. Gunanya
penyakit hepatitis.
b. Penyimpanan
c. Kadaluwarsa
d. Dosis
:

Memberikan kekebalan aktif terhadap

Dalam lemari es pada suhu 2-8oC.

:
2 tahun sesudah tanggal pengeluaran.
0,5 ml untuk tiap penyuntikan

e. Cara pemberian
f. Kemasan

:
:

Intra muscular
Berbeda untuk tiap pabrik

g. Kontra indikasi
h. Efek samping

:
:

Tidak ada
Umumnya tidak ada

2.2.5 Syarat Pemberian Vaksin


1. Pada bayi atau anak yang sehat.
2. Pada bayi yang sedang sakit keras, dalam masa tunas suatu penyakit dan
defisiensi imunologi.
3. Vaksin harus baik, disimpan dalam lemari es dan belum lewat masa
berlakunya.
4. Pemberian imunisasi dengan teknik yang tepat.
5. Mengetahui jadwal imunisasi dengan melihat umur dan jenis imunisasi
yang didapat.
6. Meneliti jenis vaksin yang akan diberikan.

7. Memperlihatkan dosis yang akan diberikan.


Misalnya : seseorang yang luka karena menginjak paku, karena takut
menderita tetanus, maka ia disuntik ATS sebagai usaha pencegahan.
2.2.6 Jadwal Pemberian Imunisasi
1. Secara umum
Selang

waktu

Vaksin

Pemberian

BCG

1x

0 11 bulan

DPT

3x

4 minggu

2 11 bulan

Campak

1x

9 11 bulan

Polio

4x

4 minggu

0 11 bulan

TT Bumil

2x

4 minggu

Selama hamil

DT

2x

4 minggu

SD kelas 1

TT

2x

4 minggu

SD kelas VI

TT CPW

2x

4 minggu

Wanita pra nikah

Hepatitis B

3x

1 bulan dan 5 bulan

pemberian imunisasi

Umur

11 bulan

2. Untuk bayi
Vaksin

Pemberian

Interval

Umur

BCG 0,05 cc

1 kali

0-11 bulan

DPT 0,5 cc

3 kali

4 minggu

2-11 bulan

POLIO 2 Tetes

4 kali

4 minggu

0-11 bulan

CAMPAK 0,5 cc

1 kali

9-11 bulan

HEPATITIS B 0,5 cc

3 kali

1 bulan
5 bulan

0-11 bulan

3. Jadwal pemberian imunisasi bayi yang lahir di rumah sakit


Umur

Antigen

0 bulan

HB1

BCG

POLIO1

2 bulan

HB2

DPT1

POLIO2

3 bulan

DPT2

4 bulan

DPT3

9 bulan

POLIO3
POLIO4

HB3

CAMPAK

4. Jadwal pemberian imunisasi bagi bayi yang lahir di rumah


Umur

Antigen

2 bulan

BCG

DPT1

POLIO 1

3 bulan

HB1

DPT2

POLIO 2

4 bulan

HB2

DPT3

POLIO 3

9 bulan

HB3

CAMPAK

POLIO 4

BAB 3
TINJAUAN KASUS
Tanggal 13 Mei 2015

Pukul : 10.00 Wib

3.1 Identitas
Nama anak
Jenis kelamin

: AS
: perempuan

Tanggal lahir
Umur

: 2 Februari 2015
: 3 bulan

Status
Anak Ke-

: Anak Kandung
: 2

jam : 22.57 Wib

Identitas orang tua


Nama ibu

: Ny. M

Umur
Agama

: 25 tahun
: Islam

Alamat
Pendidikan

: Tambak Asri
: SMA

Pekerjaan
Nama ayah

: IRT
: Tn. H

Umur
Alamat

: 27 tahun
: Tambak Asri

Agama
Pendidikan

: Islam
: SMA

Pekerjaan

: Swasta

3.2 Data Subyektif.


1. Alasan utama
Ibu mengatakan bayinya berusia 3 bulan saat ini waktunya untuk
mendapatkan imunisasi Combo II dan Polio III.

2. Riwayat Kesehatan Sekarang


Ibu mengatakan anaknya berusia 3 bulan, sudah diberikan iminisasi BCG,
dan Polio I serta telah mendapat imunisasi DPT 1 dan Polio 2. Ibu
mengatakan bayinya sehat, tidak ada keluhan seperti batuk, pilek dan panas,
saat ini bayi diberikan minum ASI dan PASI.
3. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan dari dia dan keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit menular penyakit menurun seperti kencing manis, hipertensi dan
jantung.
4. Riwayat kehamilan, persalinan, post natal
a. Pre Ante natal
-

Ibu mengatakan selama hamil, rutin memeriksakan kehamilannya di


RB Al-Azar sebanyak 8x.

Ibu mengatakan mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2x saat TT


CPW, selang 3 bulan ibu hamil

1) Trimester I
Kunjungan sebanyak 1x di RB Al-Azar.
Ibu mengatakan terkadang mual dan muntah dipagi hari sehingga
nafsu makan agak menurun
Terapi : Tab. B6 1x1/hari,Tab. Kalk 1x1/hari, Tab. Bcomplek
1x1/hari
Penyuluhan :
Makan dengan porsi kecil tapi sering, makan dengan menu
seimbang, banyak minum air putih dan hindari jamu-jamuan,
menjaga kebersihan diri, dan kurangi kegiatan yang berdampak
melelahkan tubuh
2) Trimester II
Kunjungan 4x di RB Al-Azar.
Ibu sering kencing dan nyeri perut bagian bawah
Terapi : Tab. Fe 1x1/hari,Tab. Kalk 1x1/hari, Tab. Vit. C 1x1/hari

Penyuluhan :
He pola istirahat, aktivitas, kronologi terjadinya sering kencing,
jelaskan tanda-tanda bahaya kehamilan, dan anjurkan untuk
senam hamil
3) Trimester III
Kunjungan 3x di RB Al-Azar.
Ibu mengeluh nyeri pinggang yang menjalar keperut bagian
bawah.
Penyuluhan : Persiapan melahirkan, tanda-tanda persalinan,
perawatan payudara
b. Natal
Bayi lahir pada tanggal 2 Februari 2015 pukul 22.57 Wib di RB AlAzar Surabaya di tolong oleh Bidan secara normal, spontan belakang
kepala, dengan usia kehamilan 38 Minggu, jenis kelamin perempuan,
BB lahir 2600 gr, PB lahir 50 cm, bayi langsung menangis kuat, warna
kulit kemerahan, gerak aktif, tidak ada cacat.
c. Post Natal
Ibu mengatakan dalam waktu 1x24 jam bayi dapat BAB dab BAK, bayi
menghisap putting dengan kuat, ASI sudah keluar sehingga bayi bisa
langsung mendapatkan ASI.
d. Riwayat Imunisasi
Tanggal 2 Februari 2015 bayi mendapatkan imunisasi Hb0.
Tanggal 9 Februari 2015 bayi mendapatkan imunisasi BCG dan Polio
1.
Tanggal 13 April 2015bayi mendapatkan imunisasi DPT1 dan Polio 2.
5. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
Ibu mengatakan anak hanya minum ASI sewaktu-waktu, jika dalam 2 jam
tidak bangun, maka ibu dengan sigap membangunkan untuk memberikan
ASI.
b. Aktivitas

Bayi menangis saat lapar atau haus, BAK/BAB, gerakan ekstermitas


bebas, bayi mulai menyangga leher.
c. Istirahat/tidur
Anak tidur hampir hari (18 jam/hari)
d. Eliminasi.
Anak BAB : 1-3x/hari,konsistensi lembek, warna kuning BAK : 8x/hari,
teratur, warna kekuningan
e. Hubungan dan Peran
Hubungan antara ibu dan anaknya baik-baik saja dan keluarganya
menyayangi anaknya
f. Kepercayaan dan tata nilai
Ibu dan ayahnya menganut agama Islam dan tata budayu adalah adat Jawa
3.3 Data Objektif
1. Pemeriksaan fisik umum
Keadaan umum : Baik, bayi lincah tidak sakit
Suhu
Nadi

: 36,7C
: 115x/mnt

Rr
BB

: 34x/mnt
: 5100 gram.

2. Pemeriksan Fisik
a. Inspeksi
Kepala
: Fontanel minor sudah menutup, fontanel mayor belum
menutup satu jari
Muka
Mata

: Tidak pucat
: Simetris, bening, sklera mata tidak kuning, conjungtiva

tidak pucat.
Hidung

: Bersih, bentuk normal, tidak pilek, tidak ada pernafasan

cuping hidung, tidak ada polip, tidak ada secret berlebih, kebersihan cukup
Telinga
: Simetris, bersih, tidak mengeluarkan cairan, tidak ada
cerumen, tidak ada kelainan
Mulut
: Bersih, bibir tidak pucat, tidak kering, lidah bersih,
stomatitis tidak ada, pada palatum tidak ada labio skizis, tidak ada labio
palato skizis, gusi berwarna merah muda, pertumbuhan gigi belum ada,

Leher
: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, pembendungan
vena jugularis tidak ada
Tangan
syndaktili

: Simetris, jari-jari lengkap, tidak ada polidaktili dan

Ketiak
Dada

: Kebersihan cukup, pembesaran kelenjar lymfe tidak ada


: Simetris, tidak dada burung

Perut
ada infeksi

: Perut tidak membuncit, tidak kembung, pusar bersih tidak

Pelipatan paha :
Bersih, pembesaran kelenjar lymfe tidak ada.
Punggung
: Simetris, normal, tidak ada benjolan, tidak ada spina
bifida, tidak ada skoliosis
Kaki
: Simetris, jari-jari lengkap, tidak ada polidaktili dan
syndaktili
Genetalia

: Kebersihan cukup, tidak ada kelainan, testis sudah turun

ke dalam scrotum
Anus
: Baik, kebersihan cukup, normal, tidak ada atresia ani
3. Pemeriksaan Refleks
Rooting reflek

: Baik

Sucking reflek
Grasping reflek

: Baik
: Baik

Moro reflek
Tonick neck reflek

: Baik
: Baik

Babynski reflek
Stapping reflek

: Baik / baik
: Baik

3.4 Analisa
Bayi sehat usia 3 bulan dengan imunisasi Combo II dan Polio III
3.5 Penatalaksanaan
Tanggal 13 Mei 2015

jam 10.05 wib.

1. Melakukan pendekatan pada ibu dan bayinya, hubungan terjalin dengan baik.
2. Menjelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan yaitu bahwa bayinya
dalam keadaan sehat, ibu mengerti.

3. Menjelaskan manfaat imunisasi combo adalah untuk mendapatkan kekebalan


aktif terhadap penyakit difteri, pertusis, tetanus, hepatitis sedangkan imunissasi
polio untuk mencegah penyakit polio. Dari kedua vaksin tsb hanya vaksin
combo yang emberikan efek samping yang tidak begitu mengkhawatirkan
yaitu kenaikan suhu tubuh 38C, ibu memahami.
4. Melakukan inform concent yaitu suatu tindakan persetujuan dari orangtua/wali
dari klien atas tindakan yang hendak dilakukan yang memberikan tanda-tangan
yang dilakukan oleh ibu klien, ibu menandatangani informed concent.
5. Memberikan imunisasi combo II dan Polio III, vaksin DPT telah di injeksikan
secara IM dip aha kiri bayi dengan dosis 0.5 cc, vaksin polio telah diteteskan 2
tetes.
6. Memberikan terapi puyer paracetamol 3x1/6 tablet/hari serta menganjurkan ibu
untuk mencegah kenaikan suhu tubuh akibat reaksi imunisasi dengan cara
memberikan ASI sesering mungkin dan mengompres dengan air hangat jika
mulai demam, ibu memahami dan bersedia melakukan anjuran petugas.

BAB 4
PEMBAHASAN
Imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan pada bayi dan
anak terhadap penyakit tertentu atau memasukkan antigen/kuman, bakteti, vbirus,
parasit, racun kuman kedalam tubuh, sehingga tubuh membuat zat anti, berubah
antibody/anti toksin yang berfungsi untuk mencegah penyakit tertentu. Untuk
mencaapi hal-hal rtersevbut diperlukan keahlian, ilmu pengetahuan serta
ketrampilan. Aduhan kebidanan yang diberikan tidak akan mencapai hasil jika
prosedur dalm pemberian iminisasi dilanggar
Dosis yang tepat, tempat, cara dan yang terpenting teknik membergikan
vaksin dan vaksin itu sendir. Bila diketahui kualitas vaksin yang kurang bagus,
teknik pemberian vaksin yang kurang steril sangata besar pengaruhnya terhadap
tujuam akan dicapai. Efek samping yang timbul bukan hanya panas, nyeri befkas
tempat pemberian vaksinasi, peradangan bias juga hingga kejangdan komplikasim
yang lain.
Pada kasus didapatkanb bayi AS datang bersama dengan ibunya dengan
alasan kunjungan ingin mengimunisasikan bayinya. Dari hasil pemeriksaan
didapatkan bayi dalam keadaaan sehat dengan BB : 5100 gr, pertumbuhan dan
perkembangan baik sehingga bayi AS dapat mendapatkan iminisasi Combo I
dan Polio III, sehingga berdasarkan data-data yang ada tidak diketemukan
kesenjangan antara teori dan praktek.
Setelah diberikan penanganan dan tindakan dengan benar dan tepat maka
diharapkan tidak terjadi komplikasi pada klien tersebut, maka jhakl inilah yang
emnjadi perhatian khusus serta menuntut adanya penilaian dari tenaga kesehatan.
Dalam asuhan kebidanan ini dapat berjalan dengan baik karena tidak adanya
factor hambatan, akan tetapi selalu didukung oleh beberapa faktor, yaitu :
1.
Adanya kerja sama yang baik antara bidan dengan ibu klien
2.
3.

Ibu kooperatif dalam prosedur tindakan yang dijalankan petugas


Ibu klien mengerti tentang makna imunisasi dan mengerti tujuan dari asuhan

yang diberikan
4.
Adanya sarana adan prasarana yang memadai

BAB 5
PENUTUP
5.1

Simpulan
Imunisasi merupakan salah satu program pemerintah yang bertujuan
mencegah atau memberantas beberapa penyakit, sasaran imunisasi adalah bayiu
usia 0-11 bulan dengan jangka waktu pemberian yang berbeda-beda.
Dalam pemberian imunisasi perlu banyak hal yang diperhatikan antara lai
jenis imunisasi, usia bayi, jadwal, efek samping, dosis dan cara. Prosedur
pemberian imunisasi harus sesuia dengan jadwal pemberian sesuai dengan
penjelasan diatas.
Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan bayi sesuai dengan usia
merupakan hal yang perlu diperhatikan juga karena hal tersebut sangat berkaitan
dengan keberhasilan dalam pemberian asuahn kebidanan pada anak sehat.
5.2

Saran

Sasaran yang diperlukan bagi petugas maupun keluarga demi kelancaran dan
keberhasilan imunisasi antara lain :
5.2.1
1.

Petugas Kesehatan diharapkan :


Memperhatikan keadaan klien dalam setiap pemberian pelayanan

kesehatan
2.
Menggunakan komunikasi terapeutik dalam memberikan informasi yang
tepat tentang imunisasi
3.
Memberikan kesempatan bertanya pada klien dan memberikan jawaban
5.2.2
1.
2.

yang tepat
Ibu dan Keluarga diharapkan :
Selalu kooperatif denganpetugas dalam proses pelayanan kesehatan
Mematuhi segala ketentuan yang ada dan memberikan jadwal kunjungan

berikutnya
3.
Melaksanakn sran dan petunjuk petugas dengan baik

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1993, Asuhan Kesehatan Anak Dalm Keluarga, Depkes RI, Jakarta.
Dick, George, 1995, Practical Immunization, Alih Bahasa Petrus Adriyanto, Jonathan
Oswar, Imunisasi dalam Praktek, Hipocrates, Jakarta.
Effendi, Nasrul. 2002. Perawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC.
Kapita Selekta Kedokteran, 2002, Edisi III Jilid 2, Media Aesculapius FKUI,Jakarta.
Mansjoer, A. 2000.,Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Aesculapius.
Markum, AH. 1997. Imunisasi. FKUI, Jakarta.
Pedoman Diagnosa dan Terapi, 1994, Ilmu

Kesehatan

Anak

RSUD

Dr.

Sutomo,Surabaya.
Prihadi Riza, 1998, Imunisasi polio Bagian SMF Ilmu Kedokteran Anak RSHS,Jakarta.
Ranuh, IGN dkk, 2005, Pedoman Imunisasi di Indonesia Adisi II, Satgas Imunisasi
Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.
Soetjiningsih. 2003. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta
Suryanah. 1998, Keperawatan Anak Untuk Siswa SPK, EGC. Jakarta.
Suyitno, Hariyono, 2005,Buku Panduan Imunisasidi Indonesi Edisi II, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai