Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN
PADA Ny “D” 36th AKSEPTOR BARU KB SUNTIK
DI KLINIK HANA
KLATEN

Disusun Oleh
Nama : Sheva Audina Asanovi Pramono
NIM : P27224018045
Kelas : D3 Kebidanan Semester 3

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2019
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN

PADA Ny “D” 36th AKSEPTOR BARU KB SUNTIK

DI KLINIK HANA

KLATEN

Disusun Oleh
Nama : Sheva Audina Asanovi Pramono
NIM : P27224018045
Kelas : D3 Kebidanan Semester 3

Tanggal Pemberian Asuhan :

Disetujui

Pembimbing Lapangan
Tanggal :
Di : Yosi Trihana S.SiT.,M.Kes
NIP : 19590817 1989032 002

Dosen Pembimbing
Tanggal : Rosalinna, S.SiT.,M.Keb
Di : NIP : 19770515 200812 002

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun laporan kasus “ASUHAN KEBIDANAN

PADA Ny “D” 36th AKSEPTOR BARU KB SUNTIK DI KLINIK HANA KLATEN.”

Laporan ini di susun untuk memperluas ilmu tentang pelaksanaan asuhan kebidanan bayi
baru lahir yang sesuai dengan standar asuhan menurut manajemen asuhan SOAP guna
memberikan manfaat bagi ibu dan tenaga kesehatan sehingga dapat mengurangi resiko dan
mendeteksi dini komplikasi yang mungkin terjadi pada bayi baru lahir.

Dalam penyusunan laporan ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. KH. Endah Widhi Astuti, M.Mid, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Surakarta yang telah memberi dukungan dan motivasinya guna terselesainya
laporan kasus ini.
2. Anik Kurniawati, S.Si.T., M.Keb, selaku Ketua Prodi D-III Kebidanan Politekhnik
Kesehatan Kemenkes Surakarta.
3. Rosalinna S.SiT., M.Keb, selaku Dosen Pembimbing Lahan yang senantiasa
membimbing dan memberikan arahan dalam tersusunnya laporan kasus ini.
4. Semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat baik bagi penulis secara
pribadi maupun kepada para pembaca pada umumnya.

ii
Penulis

iii
DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................................................................
HALAMAN PERSETUJUAN.....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................1
1.2 Tujuan..............................................................................................................................................2
1.3 Manfaat............................................................................................................................................2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................................3
2.1 Konsep Dasar Keluarga Berencana...............................................................................................3
2.2 Asuhan Keluarga Berencana..........................................................................................................7
2.3 MANAJEMEN KEBIDANAN........................................................................................................9
2.4 Model Dokumentasi.......................................................................................................................18
BAB III
TINJAUAN KASUS................................................................................................................................19
BAB IV
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................24
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................................................25
5.1 Kesimpulan....................................................................................................................................25
5.2. Saran..............................................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................26

iv
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia masih menduduki urutan keempat dengan penduduk terbanyak di dunia dengan
jumlah penduduk 255.461.686 jiwa (Kemenkes RI,2016). Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana (BKKBN) memprediksi jumlah penduduk Indonesia berpotensi menjadi
terbesar sedunia setelah China dan India jika laju pertumbuhannya tidak bisa ditekan secara
sigifikan. Program yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi laju pertumbuhan
penduduk dapat dilakukan dengan gerakan keluarga berencana dan pemakaian alat
kontrasepsi secara sukarela kepada pasangan usia subur (PUS) (Rismawati, dkk 2015). KB
dilaksanakan dengan berbagai macam metode kontrasepsi sederhana seperti kondom,
pantang berkala dan koitus interuptus. Metode kontrasepsi efektif efektif hormonal seperti
pil, susuk, dan suntikan. Metode kontrasepsi efektif mekanis seperti IUD dan Implant. Dan
metode kontrasepsi mantap seperti metode operasi wanita (MOW) dan Metode Operasi Pria
(MOP). Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dan indikasi pasien yang ingin memilihnya.
(Manuaba, 2012).Berdasarkan data BKKBN, pada tahun 2016 penggunaan KB suntikan
sebesar (48,85%), pil sebesar (24,589%), kondom sebesar (4,31%), MOP sebesar (0,40%),
MOW sebesar (2,56%). Cakupan akseptor KB di wilayah Binjai sebanyak 11.728. Salah satu
jenis kontrasepsi efektif yang menjadi pilihan kaum ibu adalah KB suntik, ini disebabkan
karena aman, efektif, sederhana dan murah. Namun demikian KB suntik juga mempunyai
banyak banyak efek samping seperti Amenorhea (30%), spotting (bercak darah), dan
menoragia, serta perubahan berat badan (Uliyah, 2010). Salah satu peranan penting bidan
adalah meningkatkan jumlah penerimaan dan kualitas metode KB kepada masyarakat sesuai
dengan pengetahuan dan keterampilan bidan. Dalam melakukan pemilihan metode
kontrasepsi perlu diperhatikan ketetapan bahwa makin rendah pendidikan masyarakat,
semakin efektif metode KB yang dianjurkan yaitu susuk atau AKBK (Alat Kontrasepsi
Bawah Kulit) (Manuaba, 2016) sudah menjadi tugas dan tanggung jawab bidan
mengarahkan pemilihan alat kontrasepsi sesuai dengan kebutuhan klien. Pada saat PKK II
dan III yang dilakukan di Klinik Hana. Berdasarkan pengumpulan data didapatkan jumlah
akseptor KB pada bulan April yang mendapat KB IUD sebanyak 2 orang, KB implant 3
orang, suntik KB 1 bulan 30 orang, suntik KB 3 Bulan sebanyak 40 orang dan KB Pil 25
1
orang. Suntik KB 3 bulan adalah alat kontrasepsi yang paling diminati akseptor KB.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis melakukan asuhan kebidanan keluarga
berencana pada akseptor KB suntik 3 bulan pada Ny. D 25 tahun di Klinik Damayanti Jalan
Samanhudi no.78 Binjai tahun 2018.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum Memberikan asuhan kebidanan keluarga berencana pada akseptor KB
suntik 3 bulan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian data yang meliputi data subjektif secara lengkap pada NY.
D akseptor KB suntik 3 bulan di Klinik Hana
2. Mampu melakukan pengkajian data yang meliputi data objektif secara lengkap pada Ny.
D akseptor KB suntik 3 bulan di Klinik Hana.
3. Mampu menginterpretasikan data yang meliputi diagnose kebidanan dan masalah pada
Ny. D akseptor KB suntik 3 bulan di Klinik Hana.
4. Mampu merencanakan tindakan asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny. D
akseptor KB suntik 3 bulan di Klinik Hana.
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis Menambah wawasan dan kajian mengenai asuhan kebidanan secara
langsung dan komprehensif pada akseptor KB suntik 3 bulan.
1.3.2 Manfaat Praktis Menambah pengalaman serta dapat memberikan asuhan pada Ny. D
akseptor KB 3 bulan yang sesuai dengan standar asuhan kebidanan dengan pendekatan
asuhan kebidanan

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Keluarga Berencana
a. Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan ataumerencanakan jumlah dan
jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi (Anggraini, dkk, 2012).Keluarga berencana
adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk mencegah kehamilan,
penundaan usia kehamilan serta menjarangkan kehamilan (Pinem, dkk, 2009). Menurut
WHO Expert Commite keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau
pasangan suami istri untuk (Pinem, 2009) :
a. Mendapatkan objek-objek tertentu.
b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan.
c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan.
d. Mengatur interval di antara kelahiran.
e. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri.
f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga.

b. Fisiologi Keluarga Berencana

Pelayanan kontrasepsi mempunyai 2 tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan
umum yaitu pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB. Tujuan khusus
yaitu penurunan angka kelahiran yang bermakna. Untuk mencapai tujuan tersebut, pelayanan
KB digolongkan ke dalam 3 fase yaitu fase menunda kehamilan, fase menjarangkan
kehamilan, fase menghentikan kehamilan (Pinem, 2009).

c. Sasaran Program KB
Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung,
tergantung tujuan yang ingin dicapai. Sasaran langsungnya adalah pasangan usia subur
(PUS) yaitu pasangan yang wanitanya berusia antara 15- 49 tahun, karena kelompok ini
merupakan pasangan yang aktif melakukan hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual
dapat mengakibatkan kehamilan. Sedangkan Sasaran tidak langsung adalah kelompok usia
remaja 15- 19 tahun, remaja ini memang bukan merupakan target untuk menggunakan alat

3
kontrasepsi secara langsung tetapi merupakan kelompok yang beresiko untuk melakukan
hubungan seksual akibat telah berfungsinya alat- alat reproduksinya ( Suratun, dkk,. 2013).
d. KB suntik 3 Bulan
Menurut Maryunani (2016), kontrasepsi suntik 3 bulan, yaitu:
a) KB suntik 3 bulan adalah kontrasepsi yang berisi depomedroksi progesterone asetat 150
gram disuntik secara intramuscular di daerah bokong yang diberikan setiap 3 bulan sekali.
b) Cara kerja : 1) Mencegah lepasnya sel telur dari indung telur wanita.
2) Mengentalkan lender mulut rahim, sehingga sel mani tidak dapat masuk
dalam rahim.
3) Menipiskan endometrium.

c) Keuntungan : 1) Sangat efektif dengan kegegalan kurang dari 1%.

2) Tidak mempengaruhi produksi ASI.

3) Sedikit efek samping

4) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai


perimenopause 5) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara

d) Kerugian : 1) Gangguan haid.

2) Pusing, mual kenaikan berat badan.

3) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian

e. Pemilihan Kontrasepsi pada klien menyusui

Menurut Saroha(2014) pemilihan kontrasepsi pada :

1. Klien yang menyusui bayinya tidak memerlukan kontrasepsi pada 6 minggu


pascpersalinan, bahkan pada klien yang menggunakan Metode Amenorea Laktasi (MAL)
waktu tersebut dapat sampai 6 bulan.

2. Kontrasepsi kombinasi (merupakan pilihan terakhir pada klien karena) :

a) Jangan dipakai sebelum 6 - 8 minggu pasca persalinan karena akan mengurangi ASI dan
mempengaruhi tumbuh kembang bayi.

4
b) Sebaiknya tidak dipakai dalam waktu 6 minggu sampai dengan 6 bulan pascapersalinan.
Selama 3 minggu pascapersalinan meningkatkan resiko masalah pembekuan darah.

3. Progestin

a) Selama 6 minggu pascapersalinan mempengaruhi tumbuh kembang bayi.

b) Tidak ada pengaruh terhadap ASI

c) Perdarahan ireguler dapat terjadi

4. AKDR

a) Dapat dipasang langsung pascapersalinan,sewaktu secsio cesarea, atau sesudah 48 jam


pascapersalinan.

b) Sesudah 4 - 6 minggu pascapersalinan.

c) Jika haid sudah dapat, insersi dilakukan sesudah yakin tidak ada kehamilan.

5. Kondom Kondom dapat digunakan setiap saat, tidak ada pengaruhnya terhadap laktasi.
Klien tidak menyusui :

a) Kondom, MAL, Progestin dapat segera digunakan

b) Kontrasepsi kombinasi dapat dimulai 3 minggu pascapersalinan, lebih dari 6 minggu


pascapersalinan atau sesudah dapat haid (setelah yakin tidak ada kehamilan).

f. Panduan Pemilihan Kontrasepsi

Pemberian pelayanan berperan sebagai konselor dan fasilisator, sesuai dengan langkah-
langkah di bawah ini, ( Kemenkes, 2013) :

1. Jalin komunikasi yang baik denga ibu Beri salam kepada ibu, tersenyum, perkenalkan
diri. Gunakan komunikasi verbal dan non-verbal sebagai awal interaksi dua arah. Tanya ibu
tentang identitas dan keinginannya pada kunjungan ini.

2. Nilailah kebutuhan dan kondisi ibu Tanyakan tujuan ibu berkontrasepsi dan jelaskan
pilihan metode yang dapat digunakan untuk tujuan tersebut. Tanyakan juga apa ibu sudah
memikirkan pilihan metode tertentu.

5
Tabel 2.1

Pilihan Metode Kontrasepsi Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya

Urutan Prioritas Fase Menunda Fase Menjarangkan Fase Tidak Hamil


Kehamilan Kehamilan (anak Lagi (anak > 3)
<2)
1 Pil AKDR Steril
2 AKDR Suntikan AKDR
3 Kondom Minipil Implant
4 Implant Pil Suntikan
5 Suntikan Implant Kondom
6 Kondom Pil
Sumber: WHO, 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu Di Fasilitas Kesehatan Dasar
Dan Rujukan, halaman 232.

3. Berikan informasi mengenai pilihan metode kontrasepsi yang dapat digunakan ibu.

Berikan informasi objektif dan lengkap tentang berbagai metode kontrasepsi: efektivitas, cara
kerja, efek samping, dan komplikasi yang dapat terjadi serta upaya-upaya untuk menghilangkan
atau mengurangi berbagai efek yang merugikan tersebut.

4. Bantu ibu menentukan pilihan Bantu ibu memilih metode kontrasepsi yang paling aman dan
sesuai bagi dirinya. Beri kesempatan pada ibu untuk mempertimbangkan pilihannya. Apalagi
ingin mendapat penjelasan lanjutan, anjurkan ibu untuk berkonsultasi kembali atau rujuk pada
konselor atau tenaga kesehatan yang lebih ahli.

5. Jelaskan secara lengkap mengenai metode kontrasepsi yang telah dipilih ibu Setelah ibu
memilih metode yang sesuai baginya, jelaskan mengenai :

a) Waktu, tempat, tenaga dan cara pemasangan/pemakaian alat kontrasepsi.

b) Rencana pengamatan lanjutan setelah pemasangan.

c) Cara mengenali efek samping/komplikasi.

d) Lokasi klinik keluarga berencana (KB)/tempat pelayanan untuk kunjungan ulang bila
diperlukan.

e) Waktu penggantian/pencabutan alat kontrasepsi.

6
6. Rujuk ibu bila diperlukan Rujuk ke konselor yang lebih ahli apabila di klinik KB ini belum
mendapat informasi yang cukup memuaskan, atau rujuk ke fasilitas pelayanan
kontrasepsi/kesehatan yang lebih lengkap apabila klinik KB setempat tidak mampu mengatasi
efek samping/komplikasi atau memenuhi keinginan ibu. Berikan pelayanan lanjutan setelah ibu
dikirim kembali oleh fasilitas rujukan.

2.2 Asuhan Keluarga Berencana


a. Pengertian Asuhan pada Keluarga Berencana

Program Keluarga Berencana menurut UU No. 10 tahun 1992 (tentang perkembangan


kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan
bahagia dan sejahtera (Setiyaningrum, 2015).

b. Konseling Keluarga Berencana

Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek pelayanan keluarga
berencana dan bukan hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan pada satu kali kesempatan
yakni, pada saat pemberian pelayanan. Tehnik konseling yang baik dan informasi yang memadai
harus diterapkan dan dibicarakan secara interaktif sepanjang kunjungan klien dengan cara yang
sesuai dengan budaya yang ada ( Handayani, 2014).

c. Tujuan Konseling menurut Handayani ( 2014) yaitu:

1. Meningkatkan penerimaan

2. Menjamin pilihan yang cocok

3. Menjamin penggunaan cara yang efektif

4. Menjamin kelangsungan yang lebih lama

d. Jenis Konseling KB menurut( Handayani, 2014) yaitu:

1. Konseling Awal Bertujuan untuk memutuskan metode apa yang akan dipakai
didalamnya termasuk mengenalkan pada klien semua cara KB atau pelayanan kesehatan,
prosedur klinik, kebijakan dan bagaimana pengalaman klien pada kunjungannya itu.

2. Konseling Khusus Koseling khusus mengenai metode KB memberi kesempatan pada


klien untuk mengajukan pertanyaan tentang cara KB tertentu dan membicarakan

7
pengalamannya, mendapatan informasi lebih rinci tentang cara KB yang tersedia yang
ingin dipilihnya, mendapatkan bantuan untuk memilih metode KB yang cocok serta
mendapat penerangan lebih jauh tentang bagaimana menggunakan metode tersebut
dengan aman, efektif dan memuaskan.

3. Konseling tindak lanjut Bila klien datang untuk mendapatkan obat baru atau
pemeriksaan ulang maka penting untuk berpijak pada konseling yang dulu.

e. Langkah Konseling KB SATU TUJUH Menurut Walyani (2015), kata kunci SATU TUJUH
adalah sebagai berikut:

a. SA: Sapa dan Salam Sapa dan salam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan
perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara ditempat yang nyaman serta terjamin
privasinya. Yakinkan klien untuk membangun rasa percaya diri, tanyakan kepada klien
apa yang perlu dibantu serta jelaskan pelayanan apa yang dapat diperolehnya.

b. T: Tanya Tanyakan kepada klien informasi tenttang dirinya. Bantu klien untuk
berbicara mengenai pengalaman keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, tujuan,
kepentingan, harapan serta keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya. Tanyakan
kontrasepsi yang diinginkan oleh klien.

c. U: Uraikan Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan
reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa kontrasepsi. Bantulah klien
pada jenis kontrasepsi yang paling ia ingini serta jelaskan pula jenis - jenis lain yang ada.
Jelaskan alternative kontrasepsi lain yang mungkin diingini oleh klien. Uraukan juga
mengenai resiko penularan HIV/ AIDS dan pilihan metode ganda

d. TU: Bantu Bantulah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berfikir mengenai
apa yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya, doronglah klien untuk
menunjukkan keinginannya dan mengajukan pertanyaan. Tanggapi secara terbuka,
petugas membantu klien mempertimbangkan kriteria dan keinginan klien terhadap setiap
jenis kontrasepsi. Tanyakan juga apakah pasangannya akan memberikan dukungan
dengan pilihan tersebut.

8
e. J : Jelaskan Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya
setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan perlihatkan alat/obat
kontrasepsinya. Jelaskan bagaimana alat/obat kontrasepsi tersebut digunakan dna
bagaimana cara penggunaannya.

f. U : Kunjungan Ulang Perlunya dilakukan kunjungan ulang. Bicarakan dan buatlah


perjanjian, kapan klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan atau permintaan
kontrasepsi jika dibutuhkan. Perlu juga selalu mengingatkan klien untuk kembali apabila
terjadi suatu masalah.

2.3 MANAJEMEN KEBIDANAN


A. Pengkajian Data
Pengkajian data adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi
keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi
yang akurat dan semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
1. Data Subyektif (Anamnesa)
Pengkajian dalam rangka mendapatkan data tentang pasien melalul pengajuan
pertanyaan-pertanyaan (Jannah, 2013).
a. Identitas
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), identitas untuk mengetahui status klien
secara lengkap sehingga sesuai dengan sasaran, meliputi:
1) Nama: Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak
keliru dalam memberikan penanganan.
2) Umur: Di catat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dan
20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap.
Sedangkan umur lebih dan 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa
nifas.
3) Agama: Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau
mengarahkan pasien dalam berdoa.
4) Suku bangsa: Berpengaruh pada adat-istiadat atau kebisaan sehari-hari.
5) Pendidikan: Berpengaruh kebidanan dan dalam untuk tindakan mengetahui sejauh
mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan
pendidikanya.

9
6) Pekerjaan: Gunanya untuk mengetahui mengukur tingkat sosial ekonominya,
karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
7) Alamat: Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.
b. Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang di hadapi yang berkaitan dengan masa nifas (Ambarwati
dan Wulandari, 2010). Keluhan pada ibu nifas dengan anemia sedang yaitu pusing, badan
terasa lemas dan merasa tidak nyaman dengan keadaan yang dirasakan (Manuaba, 2007).
c. Riwayat penyakit
1) Riwayat penyakit sekarang: Data-data ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada hubunganya dengan
masa nifas dan bayinya (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
2) Riwayat penyakit sistemik: Data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti: jantung, DM, hipertensi, asma yang
dapat mempengaruhi pada masa nifas.
3) Riwayat penyakit keluarga: Data ini di perlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya pengaruh penyakit kelurga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya,
yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
4) Riwayat keturunan kembar: Dikaji untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada
yang rnempunyai riwayat keturunan kembar (Manuaba, 2008).
5) Riwayat operasi: Dikaji untuk mengetahui apakah ibu pernah dilakukan tindakan
operasi atau belum, yang sekiranya dapat mengganggu dalam proses kehamilan ini
(Prawirohardjo, 2009).
d. Riwayat Menstruasi
Dikaji untuk mengetahui riwayat menstruasi antara lain adalah menarche, sikius
menstruasi, lamanya menstruasi, banyaknya darah, keluhan utama yang dirasakan saat
haid (Sulistyawati, 2013).

e. Riwayat KB

10
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, beapa
lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa
nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
f. Riwayat perkwinan
Untuk mengetahui berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak, karena bila
melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan
mempengaruhi proses nifas (Ambarwati dan Wulndari, 2010). Riwayat kehamilan,
persalinan dan nifas yang lalu untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah pernah
abortus, penolong jumlah anak, cara keadaan persalinan nifas yang lalu, persalinan,
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
g. Riwayat kehamilan ini
Dikaji untuk mengetahui hari pertama haid terakhir dan apakah siklus menstrulasi
northal, gerakan janin (kapan mulai dirasakan dan apakah ada perubahan yang terjadi),
masalah dan tanda-tanda bahaya, keluhan-keluhan lazim pada kehamilan, penggunaan
obat-obatan (termasuk jamu-jamuan) serta kekhawatiran lain yang dirasakan (Dewi dan
Sunarsih, 2011). Pada kehamilan ini ibu tidak mengalami anemia (Manuaba, 2007).
h. Riwayat persalinan sekarang
Untuk mengetahui tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi
meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah
proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas
saat ini (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada persalinan ini ibu mengalami perdarahan
(Manuaba, 2007).
i. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan,
makanan pantangan (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada ibu nifas dengan anemia
sedang nafsu makan ibu berkurang (Manuaba, 2007).
2) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi,
jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna,
jumlah (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada ibu nifas dengan anemia sedang harus
sudah BAB dalam 3 hari post partum (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
3) Pola istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur, istirahat sangat
penting bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat mempercepat
penyembuhan (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada ibu nifas dengan anemia sedang
diharapkan istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan (Saifuddin,
2009).

11
j. Data psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita mengalami banyak
perubahan emosi atau psikologis selama masa nifas sementara ia menyesuaikan diri
menjadi seorang ibu (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
k. Kebiasaan sosial budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat- istiadat yang akan
menguntungkan atau merugikan pasien khusunya pada masa nifas misalnya pada
kebiasaan pantangan makanan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
l. Personal Hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada
daerah genetalis, karena pada masa nifas rnasih mengeluarkan lochea (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
m. Aktifitas
Menggambarkan pola aktifitas pasien sehari-hari, pada pola ini perlu dikaji pengaruh
aktifitas terhadap kesehatanya (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada kasus ini ibu
sudah bisa miring kanan, miring kiri dan duduk.

2. Data Obyektif
Dalam menghadapi masa nifas dan seorang klien, seorang bidan harus mengumpulkan
data untuk memastikan bahwa keadaan klien dalam keadaan stabil (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik, cukup atau kurang (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
2) Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu mulai dari keadaan compos mentis, apatis
sampai dengan koma (Ambarwati dan Wulandari, 2010).

3) Tanda vital
a) Tekanan darah
Tekanan darah normal berkisar antara > 90/60 dan < 140/90 mmHg. Pada beberapa kasus
ditemukan keadaan hipertensi dengan TD >140/90 mmHg postpartum tetapi keadaan ini
akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit lain yang menyertainya
dalam bulan pengobatan (Anggraini, 2010).

12
b) Suhu
Suhu normal berkisar antara 36,5°C sampai 38,0°C Peningkatan suhu badan mencapai
pada 24 jam pertama masa nifas pada umumnya disebabkan oleh dehidrasi, yang
disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan, selain itu bisa juga di sebabkan
karena istirahat dan tidur yang diperpanjang selama awal persalinan, pada umunya setelah
12 jam post partum suhu tubuh kembali normal. Kenaikan suhu yang mencapai >38°C
adalah mengarah ke tanda-tanda infeksi (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
c) Nadi
Nadi normal berkisar antara 60-80x/menit. Denyut nadi diatas l00x/menit pada masa nifas
adalah mengindikasikan. adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa diakibatkan oleh
proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
d) Respirasi
Beberapa ibu post partum kadang-kadang mengalami brakikardi puerperal, yang denyut
nadinya mencapai serendah-rendahnya 40-50 x/menit, pernafasan harus berada dalam
rentang yang normal, yaitu sekitar 20-30x/menit (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
e) Berat badan
Untuk mengetahui kenaikan berat badan atau penurunan berat badan (Pantikawati dan
Saryono, 2010).
f) Tinggi badan
Untuk mengetahui tinggi badan ibu yang dilakukan untuk mendeteksi adanya resiko
apabila hasil pengukuran <145cm (Pantikawati dan Saryono, 2010).

b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yaitu pemeriksaan dengan melihat klien dan ujung rambut sampai
ujung kaki.
1) Rambut: Untuk mengetahui apakah rambut rontok atau tidak, menilai warnanya,
kelebatan, dan karakteristik rambut (Rukiah dkk, 2013).
2) Muka: Untuk mengetahui apakah muka pucat atau tidak (Jannah, 2011). Pada ibu
nifas dengan anemia sedang muka tampak pucat (Manuaba, 2007).
3) Mata: Untuk mengetahui keadaan conjungtiva pucat atau merah muda, warna
sclera putih atau kuning (Rukiah dkk, 2013). Pada ibu nifas dengan anemia sedang
konjungtiva pucat (Manuaba, 2007).

13
4) Hidung: Untuk mengetahui keadaan hidung dan kebersihan, alergi debu atau tidak
dan ada polip atau tidak (Sulistyawati, 2012).
5) Telinga: Untuk mengetahui keadaan telinga apakah ada gangguan pendengaran
atau tidak, ada serumen atau tidak (Sulistyawati, 2012).
6) Mulut: Untuk mengetahui keadaan mulut adakah caries, bersih atau tidak.
keadaan bibir kering atau tidak, lidah kering dan kotor atau tidak (Sulistyawati, 2012).
7) Leher: Untuk mengetahui adakah pembengkakan kelenjar limfe atau
pembengkakan kelenjar tiroid (Rukiah dkk, 2013).
8) Dada: Dikaji untuk mengetahui simetris atau tidak, ada retraksi dinding dada atau
tidak (Sulistyawati, 2012).
9) Mammae: Untuk mengetahui simetris atau tidak, ada pernbengkakan atau tidak,
puting menonjol atau tidak, lecet atau tidak. Pada masa nifas dikaji untuk mengetahui
ASI sudah keluar atau belum (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
10) Aksila: Ada benjolan atau tidak, ada pembengkakan atau tidak, ada nyeri tekan
atau tidak (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
11) Pemeriksaan abdomen
a) Inspeksi
Untuk mengetahui pembesaran uterus, ada linea atautidak, ada strie atau tidak, ada bekas
operasi atau tidak, ada pelebaran vena atau tidak, adanya kelainan atau tidak (Ambarwati
dan Wulandari, 2010).
b) Palpasi
Palpasi merupakan tehnik pemeriksan yang menggunakan indra peraba, tangan dan jari-
jari adalah instrumen yang sensitive untuk mengkaji kontraksi, tinggi fundus uteri dan
kandung kemih (Nursalam, 2009).
12) Ekstremitas: Untuk mengetahui adanya oedema atau tidak, adanya varices,
adanya kelainan atau tidak, reflek patella positif atau negative (Vamey, 2007).
13) Pemeriksaan genetalia eksterna
a) Vulva vagina
Mengalarni penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses persa1inan dan
akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu post partum (Jannah, 2013).
b) Keadaan anus
Untuk mengetahui kebersihannya dan adanya haemoroid atau tidak (Sulistyawati, 2012).

14
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium, rontgen dan USG (Varney,
2007).

B. Interpretasi Data Dasar


Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan interpretasi yang benar
atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan
diintepretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan karena
beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan
penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien, masalah sering
berkaitan dengan pengalaman wanita yang di identifikasikan oleh bidan (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
1. Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang dapat ditegakkan yang berkaitan dengan para,
abortus, anak hidup, umur ibu dan keadaan nifas (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Contoh diagnosa kebidanan pada ibu nifas yaitu P1Ab0Ah1 24 tahun Postpartum hari ke-2
dengan bendungan ASI.

2. Masalah
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dan
hasil pengkajian atau menyertai diagnosa dengan dan tetap membutuhkan penanganan
(Varney, 2010).
3. Kebutuhan
Kebutuhan merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum tenidentifikasi dalam
diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan analisa data (Varney, 2010). Kebutuhan
ibu nifas dengan anemia sedang yaitu memberikan informasi tentang keadaan ibu bahwa
ibu mengalami anemia sedang, memberikan informasi tentang makanan yang bergizi
yang mengandung protein, zat besi, yodium, kalsium, vitamin A (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).

C. Identifikasi Diagnosis/ Masalah Potensial


Mengidentifikasi berdasarkan data yang telah diperoleh. Diagnosa potensial
membutuhkan antisipasi, memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien,
bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial benar-benar
terjadi. Dan yang paling penting melakukan asuhan yang aman (Hidayat dan Sujiyatini,
2010). Diagnosa potensial yang dapat terjadi pada ibu nifas:

15
1. Perdarahan per-vagina
Tanda dan gejalanya adalah darah yang keluar lebih dan 500 cc, ibu mengeluh badan
lemas.
2. Infeksi Masa Nifas
Tanda dan gejalanya, meliputi :
a. Nyeri pelvic
b. Demam 38,5°C atau Iebih
c. Pengeluaran vagina yang abnormal
d. Pengeluaran vagina yang berbau busuk
e. Keterlambatan dalam kecepatan penurunan uterus
3. Keluhan Payudara
a. Bendungan air susu
Tanda dan gejalanya adalah payudara sering mengalami distensi menjadi keras dan
berbenjol-benjol, rasa nyeri yang cukup hebat dan bisa disertai dengan kenaikan suhu
sampai antara 38-39°C.
b. Mastitis
Tanda dan gejalanya berupa menggigil atau gejala rigor yang sebenarnya, yang segera
diikuti oleh kenaikan susu tubuh dan peningkatan frekuensi denyut nadi. Payudara
kemudian menjadi keras serta kemerahan. Dan pasien mengeluh rasa nyeri.
4. Subinvolusio Uteri
Merupakan kegagalan uterus untuk kembali pada keadaan tidak hamil. Penyebab
subinvolusi yang paling sering adalah tertahannya fragmen plasenta dan infeksi. Tanda
dan gejala subinvolusio uteri dapat berupa fundus uteri yang letaknya tetap tinggi didalam
abdomen atau pelvis dan seharusnya atau penurunan fundus uteri lambat, konsistensi
uterus lembek, pengeluaran lochea seringkali gagal berubah, terdapat bekuan darah,
lochea berbau menyengat, uterus tidak berkontraksi, pucat, pusing, tekanan darah rendah,
dan suhu tubuh yang tinggi. Penyebab terjadinya subinvolusio uterus dapat dikarenakan
terjadinya infeksi pada myometrium, terdapatnya sisa plasenta dan selaput plasenta di
dalam uterus serta lochea rubra Iebih dan dua minggu post partum sehingga
pengeluarannya Iebih banyak dan perkiraan.

D. Identifikasi Tindakan Segera atau Antisipasi


Mengidentifikasi dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah
ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi, dan melakukan
rujukan (Alimul danWildan, 2008).

16
Pada kasus perdarahan per-vagina dapat dilakukan tindakan mandiri yaitu menentukan
penyebab perdarahan, atasi syok hipovolemia, memasang infus, dan lakukan rujukan
segera. Pada kasus infeksi masa nifas segera lakukan rujukan untuk diberikan terapi
antibiotik, dan lakukan tranfusi darah bila perlu. Pada saat merujuk apabila kondisi luka
terdapat abses, jaga agar pus tidak masuk ke dalam rongga perineum.
Pada kasus bendungan ASI, dapat dilakukan tindakan segera berupa perawatan payudara
denga bendungan ASI. Sedangkan untuk kasus mastitis, hentikan pemberian ASI jika
sudah terdapat abses. Dan apabila kondisi payudara semakin memerah, demam tidak
kunjung mereda, dan suhu tubuh mencapai lebih dan 400, bidan dapat melakukan
tindakan segera berupa tindakan kolaborasi atau rujukan kepada dokter spesialis laktasi
atau klinik laktasi. Pada kasus subinvolusio uteri, tindakan segera yang dapat dilakukan
adalah pemberian antibiotic, pemberian uterotonika, dan tablet Fe. Apabila keadaan
uterus tidak segera membaik, segera lakukan tindakan rujukan.

E. Rencana Tindakan
Langkah ini nierupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang
telah diidentifikasi dan diantisipasi, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan
rujukan yang mungkin diperlukan (Rukiah dkk, 2013).

F. Emplementasi
Pada langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan menyeluruh seperti yang
diuraikan pada langkah kelima, mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara
efisien dan bermutu. (Rukiah dkk, 2013).

G. Evaluasi
Langkah ini merupakan mengevaluasi keefektifan dan asuhan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan pada klien apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai
dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam diagnosa dan masalah
rencana tersebut (Rukiah dkk, 2013).

2.4 Model Dokumentasi

Metode pendokumentasian yaitu dengan menggunakan metode SOAP. Semua metode


dokumentasi memiliki kesamaan dalam pengkajiannya, tetapi dari semua metode tersebut
17
yang dipakai dalam pendokumentasian asuhan kebidanan pada saat ini, yaitu memakai
metode SOAP.
SOAP merupakan urutan-urutan yang dapat membantu bidan mengorganisasikan pikiran
dalam pemberian asuhan yang bersifat komprehensif.
S ( Subyektif )
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa.
O ( Obyektif )
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil lab, dan tes
diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assesmen.
A ( Analisa )
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subyektif dan
obyektif dalm suatu identifikasi.
P ( Penatalaksanaan )
Mengambarkan pendokumentasian dari penatalaksanaan berdasarkan assesmen. Pada
langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah – langkah
sebelumnya. Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus
rasional dan benar – benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta
sesuai dengan apa nyang dibutuhkan dan baik untuk pasien.

18
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN
PADA Ny “D” 36th AKSEPTOR BARU KB SUNTIK
DI KLINIK HANA
KLATEN
Tanggal Pengkajian : 13 November 2020
I.    PENGKAJIAN
A. DATA SUBJEKTIF
1.   Biodata
Nama ibu : Ny “ D ” Nama Suami : Tn “ J ”
Umur : 36 Tahun Umur : 36 Tahun
Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia Suku/ Bangsa :Jawa/ Indo
Agama : Islam Agama : Islam
Poendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Swasta
Alamat : Tegalmas, Prawatan
2.   Keluhan utama
Ibu mengatakan ingin menggunakan KB Suntik 3 Bulan
3.   Status perkawinan
Umur kawin : 20 tahun
Lama kawin : 16 tahun
4.   Riwayat menstruasi
a.    Haid
Menarche : 12 th
Siklus : 7-8 hari
Banyaknya : 3 pembalut / hari
Warnanya : merah kehitaman
Baunya : amis darah
Keluhan : tidak ada

19
Fluor albus : tidak
N kehamilan Persalinan Anak Nifas KB
o. Ke usia jns Pnlg Tmpt Pnylt BB/ Seks Hidup/ Pnyl ASI
PB mati t
15 nor Bida Puskesm 3200/ H
1. 1 - P - + -
th mal n as 49

nor bida 3300/


2. 2 7 th BPM - L H - + Pil
mal n 50
b.   Riwayat kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi yang lal

c. Riwayat KB yang lalu


No. Jenis Mulai (kapan, oleh, di) Keluhan Berhenti Alasan Berhenti

1 KB Pil 2013 , oleh bidan di BPM Tidak ada 2020 Ingin berganti
metode

5.         Riwayat kesehatan klien dan keluarganya


a.    Riwayat kesehatan klien
Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit menular, menurun dan menahun.
Seperti : Asma, jantung, DM, Hipertensi, TBC, dan Gemeli
b.   Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit menular, menurun
dan menahun. Seperti : Asma, jantung, DM, Hipertensi, TBC, dan Gemeli
6.   Riwayat KB
Ibu mengatakan pernah melakukan Kb pil,namun ingin ganti karena sering lupa.
10.  Pola kebiasaan sehari – hari
a.       Pola Nutrisi
Ibu mengatakan makan 3x/hari dengan porsi nasi dengan lauk dan sayur, minum
air putih 7-8 gelas per hari
b.      Pola Aktivitas
Ibu mengatakan bersih bersih pagi hari, dan masak ketika siang.

20
c.       Pola Istirahat
Ibu mengatakan tidur malam ±8 jam dan tidur siang ±1 jam per hari tanpa ada
keluhan
d.      Pola Eliminasi
Ibu mengatakan BAK ±6-7x/hari dan BAB ±1x/hari tanpa ada keluhan
e.       Pola Personal Hygiene
Ibu mengatakan mandi 2x/hari, gosok gigi setiap mandi, keramas 3x/minggu,
ganti baju setiap selesai mandi
f.       Pola Seksual
Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 2-3x/minggu.

B.     DATA OBYEKTIF


1.      Pemeriksaan Fisik Umum
a.       Keadaan umum : baik
b.      Kesadaran : composmentis
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Denyut nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,50C
2.      Pemeriksaan fisik khusus

a. Kepala :simetris, tidak terdapat benjolan, bersih

b. Muka : tidak pucat, tidak ada perubahan warna kulit, tidak oedema

c. Hidung : bentuknya simetris, tidak ada pembesaran polip, tidak ada


pernafasan cuping hidung

d. Telinga : bentuknya simetris, pengeluaran serumen normal

e. Mulut : mukosanya lembab, tidak ada pembesaran tonsil

f. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada pembesaran


vena jugularis, tidak ada keterbatasan gerak

21
g. Dada : simetris, bersih, tidak ada luka

h. Ketiak : tidak ada pembesaran kelenjar limphe

i. Perut : tidak ada nyeri tekan, tidak ada tanda-tanda kehamilan

j. Genetalia : tidak dilakukan

k. Anus : tidak dilakukan

l. ekstrimitas : simetris, tidak oedema, tidak varicestidak pucat/cyanosis pada


ujung jari

C. ANALISA
Ny.D umur 36 tahun akseptor Kb Suntik 3 bulan
D. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 13 November 2020
Jam: 10.30 WIB
1.    menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan suami bahwa keadaannya dalam kondisi
baik
HASIL:pasien mengetahui kondisinya
2.    menjelaskan pada suami keuntungan dan kerugian KB Suntik 3 bulan
-          Keuntungan
a.       Aman untuk ibu menyusui
b.      Tidak mengandung esterogen
c.       Tidak mengganggu kesehatan klien
d.      jika ingin berhenti tidak perlu repot
e.      Membantu mencegah terjadinya kanker Rahim dan penyakit radang
panggul
-          Kerugian
a.       Dapat mengurangi kepadatan tulang
b.      Butuh waktu 1 tahun untuk kembali subur setelah penghentian
pemakaian.

22
c.       efek samping dapat berupa kenaikan berat badan, sakit kepala,
menstruasi tidak teratu.
HASIL : ibu mengetahui keuntungan dan kerugian kb suntik 3 bulan
3.    menjelaskan Kontraindikasi KB suntik
a. wanita yang merasa hamil atau sedang hamil
b. wanita yang mengalami migrain, gangguan hati dan pembekuan darah
c. wanita dengan riwayat penyakit jantung, perdrahan pada menstruasi.
DM kanker payudara
HASIL : Ibu mengerti efek samping penggunaan kb suntik 3 bulan
4.    menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 3 bulan setelah KB
HASIL :Ibu mengerti dan mau melakukannya

23
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada akseptor KB suntik 3 bulan pada Ny.
D dengan menerapkan manajemen kebidanan, maka penulis akan membahas serta
membandingkan antara teori dan pelaksanaan teori dengan kenyataan yang terjadi saat
memberikan asuhan.
Ibu mengaku telah mendapatkan informasi tentang Keluarga Berencana dari petugas
kesehatan dan sudah tau jenis, keefektifan, keuntungan, efek samping dan cara pemakaian KB
yang mungkin ibu gunakan sesuai dengan keadaan ibu untuk menjarangkan anak..
Ny.D ingin memakai alat kontrasepsi KB suntik 3 bulan karena lebih praktis dan tidak
mengganggu ASI dan ibu sudah mengetahui efek samping dari pemakaian KB suntik 3 bulan.
Menurut Affandi (2013) suntik kombinasi merupakan suntik yang hormone sitetis estrogen dan
progesteron, keuntungan pada suntik ini yaitu sangat efektif, resiko terhadap kesehatan kecil,
tidak berpengaruh pada hubungan suami istri, dapat dipakai dan diberikan pasca persalinan, tidak
terganggu pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang bayi.
Setelah diberikan suntik 3 bulan Ny. D akan diberikan kartu dan kunjungan ulang setelah
3 bulan yang akan datang kembali. Menginggatkan kembali untuk tidak lupa tanggal
penyuntikan kembali dengan keadaan setelah haid dan belum melakukan campur dengan suami,
jika ibu ada keluhan yang tidak nyaman atau tidak mengerti anjuran kepada ibu untuk datang
kembali ke klinik untuk mendapatkan pelayanan atau informasi yang lebih lengkap.

24
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Asuhan Keluarga Berencana pada Ny. D adalah Ny. D memilih untuk melakukan KB
suntik 3 bulan setelah mendapat penjelasan tentang metode kontrasepsi yang mudah dan
aman. Ibu ingin menggunakan kontrasepsi yang tidak membahayakan dan mudah .
5.2. Saran
5.2.1. Bagi Lahan Praktek Asuhan yang diberikan pada klien sudah cukup baik dan
hendaknya dapat memberikan atau menggalakkan alat kontrasepsi yang dapat digunakan
jangka panjang, hal ini dikarenakan alat kontrasepsi jangka panjang dinilai lebih efektif
dan efisien. Selain itu masyarakat diharapkan juga dapat meningkatkan rasa ingin
tahunya tentang alat kontrasepsi yang sebaiknya di pakainya, karena setiap wanita usia
subur (WUS) atau pasangan usia subur (PUS) memiliki kebutuhan yang berbeda-beda.
5.2.2 Bagi Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan Pendidikan Prodi D III Kebidanan dapat
memfasilitasi perpustakaan dengan memperbanyak buku terbitan tahun terbaru dalam
bidang kesehatan khususnya seputar asuhan kebidanan.

25
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, B. 2013. Buku Panduan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : PT Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo. Handayani, Sri. 2014. Buku Ajara Pelayanan Berencana. Yogyakarta :
Pustaka Rihama Kemenkes . 2016.

Info DATIN Pusat Data dan Informasi.


http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodat in-ibu.pdf (diakses 06
Juni 2018 ).

Manuaba. 2016. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta : EGC

Maryunani, Anik. 2016. Management Kebidanan Terlengkap. Jakarta : Buku Kesehatan

Mulyani, S.ST, 2013. Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi.Yogyakarta: Nuha Medika

_____________. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. Pinem,
S. 2014. Kesehatan Reproduksi & Kontrasepsi. Jakrta: TIM

Rismawati, S. 201. Unmet Need : Tantangan Program Keluarga Berencana Dalam Menghadapi
Ledakan Penduduk Tahun 2030.http://pustaka.unpad.ac/wp-
content/uploads/2014/10/ARTIKELUNMET-NEED.pdf. (diakses tanggal 03 Juni 2018)

Setyaningrum, Erna. 2015. Pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta :
CV Infomedia

Suratun, dkk. 2014 Pelayanan Keluarga Berencana & Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Trans
Info Medika

WHO. 2013. Maternal Mortality. http://www.who.int/mediacentre/. (diakses 16 Mei 2018).

26

Anda mungkin juga menyukai