Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB SUNTIK


PADA NY.N UMUR 22 TAHUN P1A0
AKSEPTOR KB SUNTIK 3 BULAN
DI PUSKESMAS ANDONG, BOYOLALI

Disusun oleh :

NAMA : ULFA NASRUL HIDAYATI

NIM : P27224016 196

KELAS : D-IV KEBIDANAN REGULER SEMESTER V

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2018/2019

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB SUNTIK
PADA NY.N UMUR 22 TAHUN P1A0
AKSEPTOR LAMA KB SUNTIK 3 BULAN
DI PUSKESMAS ANDONG, BOYOLALI

Disusun oleh:
Nama : Ulfa Nasrul Hidayati
NIM : P27224016196
Kelas : D IV Kebidanan Reguler Semester V

Tanggal Pengkajian/Pemberian Asuhan 16 Oktober 2018


Disetujui tanggal…

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

Kuswati, S.Kep.,Ns.,M.Kes Siti Suryanti, Amd.Keb


NIP. 19720817 199803 2 002 NIP. 19730624 199203 2004

Pembimbing Seminar,

Suroso, S.Pd.,M.Kes
NIP. 19630618 198603 1 001

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas pencapaian target kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Akseptor
Kb Suntik Pada Ny.N Umur 22 Tahun P1A0 Akseptor Lama Kb Suntik 3 Bulan
Di Puskesmas Andong, Boyolali”
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah "Asuhan Kebidanan
Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi”
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu sehingga terselesainya tugas ini. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kh. Endah Widhi A., M.Mid, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Surakarta.
2. Triwik Sri Mulati,M.Mid, selaku Ketua Prodi D4 Kebidanan Poltekkes
Surakarta.
3. Suroso, S.Pd.,M.Kes selaku pembimbing seminar kasus.
4. Kuswati, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku pembimbing institusi.
5. Siti Suryanti, Amd.Keb selaku pembimbing lahan.
6. Keluarga dan teman penulis yang telah memberikan dorongan dan bantuan
baik secara moril maupun materil.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
mendukung laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan yang telah dibuat ini jauh dari sempurna.
Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi sempurnanya laporan ini.

Boyolali, 16 Oktober 2018

Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar belakang...... ......................................................................................1


b. Tujuan..........................................................................................................2
c. Manfaat .......................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................4

BAB III TINJAUAN KASUS...............................................................................21

BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................29

BAB V PENUTUP

a. Kesimpulan................................................................................................31
b. Saran..........................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................32

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tingginya angka kelahiran di Indonesia menggelisahkan banyak pihak.
Sejak 2004, program Keluarga Berencana (KB) dinilai berjalan lamban,
hingga angka kelahiran mencapai 4,5 juta per tahun. Ledakan penduduk
disadari akan berpengaruh pada ketersediaan pangan dan kualitas sumber daya
manusia. Untuk menghindari dampak tersebut, pemerintah berusaha keras
menekan angka kelahiran hingga dibawah 4,5 juta jiwa per tahun. Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang bertanggung jawab
dibidang ini berusaha meningkatkan kinerja dengan meluncurkan program
pemberian insentif bagi tenaga medis (BKKBN, 2011).
Di Indonesia terdapat berbagai macam metode keluarga berencana
seperti alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR), susuk/implant, kontrasepsi
suntikan, kontrasepsi pil, kondom, dan kontrasepsi mantap, metode operasi
wanita (MOW) dan metode operasi pria (MOP). Hal ini disesuaikan dengan
pilihan akseptor (Sarwono, 2008).
Di Kabupaten Boyolali, berdasarkan sumber dari Badan Statistik
Provinsi Jawa Tengah pada 14 Agustus 2018, mayoritas menggunakan metode
kontrasepsi hormonal yaitu Suntik sebanyak 10.601, Pil sebanyak 761,
Implant sebanyak 3.886. Sementara yang memakai kontrasepsi nonhormonal
yaitu IUD sebanyak 2.321, MOP sebanyak 36, MOW sebanyak 518, dan
Kondom sebanyak 613.
Dilihat dari data pengguna alat kontrasepsi di atas, dapat disimpulkan
dari beberapa alat kontrasepsi, kontrasepsi hormonal paling diminati peserta
keluarga berencana. Maka dari itu, kami memilih kasus salah satu kontrasepsi
hormonal, yaitu suntik untuk dijadikan laporan kasus.

5
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan keluarga berencana
pada akseptor KB suntik 3 bulan berdasarkan manajemen asuhan
kebidanan dengan 7 langkah Varney.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data pada akseptor KB
suntik 3 bulan.
b. Mahasiswa mampu melakukan interpretasi data dasar yang meliputi
diagnosa kebidanan, masalah, dan kebutuhan pada akseptor KB suntik
3 bulan.
c. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa potensial yang mungkin
terjadi pada akseptor KB suntik 3 bulan.
d. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menentukan kebutuhan yang
memerlukan penanganan segera pada akseptor KB suntik 3 bulan.
e. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan kebidanan secara
menyeluruh (terpadu) sesuai dengan masalah dan kebutuhan pada
akseptor KB suntik 3 bulan.
f. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan sesuai dengan
perencanaan yang telah dibuat untuk akseptor KB suntik 3 bulan.
g. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah
dilakukan pada akseptor KB suntik 3 bulan.
h. Mahasiswa mampu membuat pendokumentasian dari hasil asuhan
kebidanan yang telah dilakukan pada akseptor KB suntik 3 bulan.

C. Manfaat
Adapun manfaat dari laporan ini yaitu:
1. Bagi Klien dan Keluarga
Agar klien mengetahui dan memahami keuntungan dan kerugian yang
terjadi pada akseptor KB suntik 3 bulan agar mempertimbangkan sebelum
memakai.

6
2. Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Bidan
Menambah pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan tentang
asuhan kebidanan keluarga berencana pada akseptor KB suntik 3 bulan.
3. Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas tentang asuhan
kebidanan keluarga berencana pada akseptor KB suntik 3 bulan serta
sebagai penerapan ilmu yang didapat selama perkuliahan.

7
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Asuhan dan Manajemen Kebidanan


Asuhan kebidanan adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada
individu pasien atau klien yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara
bertahap dan sistematis, melalui suatu proses yang disebut manajemen
kebidanan.
Manajemen Kebidanan menurut Varney (1997) merupakan suatu proses
pemecahan masalah, digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan
pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan
keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis, dan berfokus pada
klien. Langkah-langkah dari asuhan kebidanan yaitu.
1. Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk memulai keadaan klien
secara keseluruhan.
Pada langkah pertama ini berisi semua informasi yang akurat dan
lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.Yang
terdiri dari data subjektif data objektif.Data subjektif adalah yang
menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesa. Yang termasuk data subjektif antara lain biodata, riwayat
menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas,
biopsikologi spiritual, danpengetahuan klien.
Data objektif adalah gambaran pendokunentasian hasil pemeriksaan
fisik klien, hasil laboratorium da test diagnostic lain yang dirumuskan
dalam data fokus.Data objektif terdiri dari pemeriksaan fisik yang sesui
dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus
(inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi), Pemeriksaan penunjang
(laboratorium, cacatan baru dan sebelumnya).

8
2. Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa atau masalah.
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau
masalah berdasarkan interpretasi ang benar atas data-data yang telah
dikumpulkan.
3. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi
penanganannya.
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau
diagnosa potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah
diidentifikasi.Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan.Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap
diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.
4. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi
dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasakan kondisi klien.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang
lain sesuai dengan kondisi klien.
5. Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional
berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah- langkah sebelumnya.
Pada langkah ini direncanakan usaha yang ditentukan oleh langkah-
langkah sebelumnya.Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.
6. Pelaksanaan langsung asuhan secara efesien dan aman.
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan
pada langkah kelima dilaksanakan secara efesien dan aman. Perencanaan
ini bias dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau
anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukan sendiri ia
tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.
7. Mengevaluasi keefektifan asuhan yang dilakukan, mengulang kembali
manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah

9
benar-benar akan terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah
Diidentifikasi di dalam diagnosa dan masalah. Recana tersebut dianggap
efektif jika memang benar dalam pelaksanaannya.
Varney (1997), menjelaskan bahwa manajemen merupakan proses
pemecahan masalah dengan pengorganisasian, pemikiran dan tindakan-
tindakan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga
kesehatan. Dengan demikian proses manajemen harus mengikuti urutan yang
logis dan memberikan pengertian yang menyatukan pengetahuan, hasil temuan,
dan penilaian yang terpisah-pisah menjadi satu kesatuan yang berfokus pada
manajemen klien. Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang
berurutan dan setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai
dari pengumpulan data dasar sampai evaluasi. Ketujuh langkah tersebut
membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat diaplikasikan dalam situasi
apapun.
a. Langkah 1 Pengumpulan Data Dasar
Mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.Pada langkah ini
dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang
diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap.
1) Identitas pasien
2) Riwayat kesehatan
3) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan
4) Meninjau data laboratorium
b. Langkah 2 Interpretasi Data
Identifikasi yang benar terhadap diagnosis / masalah dan
kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-
data yang telah dikumpulkan.Data dasar yang sudah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah / diagnosis yang
spesifik. Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan oleh
profesi (bidan) dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi
standar nomenklatur (tata nama) diagnosis kebidanan.

10
Standar nomenklatur diagnosis kebidanan tersebut adalah :
1) Diagnosis dan telah disyahkan oleh profesi
2) Berhubungan langsung dengan praktis kebidanan
3) Memiliki cirri khas kebidanan
4) Didukung oleh Clinical Judgement dalam praktek kebidanan
5) Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
c. Langkah 3 Mengidentifikasi Diagnosis / Masalah Potensial
Mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan, bidan dapat bersiap-siap bila diagnosis / masalah
potensial benar-benar terjadi.
d. Langkah 4 Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang
Memerlukan Penanganan Segera.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan / dokter
untuk dikonsultasikan / ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan lainnya sesuai dengan kondisi klien. Data baru dikumpulkan
dan dievaluasi kemungkinan bisa terjadi kegawatdaruratan dimana
bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu
dan anak.
e. Langkah 5 Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Melakukan perencanaan menyeluruh yang merupakan
kelanjutan dari manajemen terhadap diagnosis / masalah yang telah
diidentifikasi / diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak
hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi pasien /
masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi
terhadap wanita tersebut, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling,
dan apakah merujuk klien atau masalah yang lain.
f. Langkah 6 Melaksanakan Perencanaan
Rencana asuhan yang menyeluruh dilakukan secara efisien dan
aman.Pada saat bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani

11
klien yang mengalami komplikasi, maka bertanggung jawab terhadap
terlaksanaannya rencana asuhan yang menyeluruh tersebut.
Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta
meningkatkan mutu dari suhan klien.
g. Langkah 7 Evaluasi
Melakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana yang telah teridentifikasi didalam masalah dan diagnosis.

Pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan


kebidanan sesuai dengan kebutuhan individu. Oleh karena itu, pengkajian
harus akurat, lengkap, sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat penting
dalam merumuskan suatu diagnosa kebidanan dan memberikan pelayanan
kebidanan sesuai dengan respon individu sebagaimana yang telah ditentukan
sesuai standar dalam praktek kebidanan dalam keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 900/MENKES/SK/VI/2002 tentang Registrasi dan Praktik Bidan dan
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia NOMOR
369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan. Penyusunan data
sebagai indicator dari data yang mendukung diagnose kebidanan adalah suatu
kegiatan kognitif yang komplek dan bahkan pengelompokkan data focus
adalah sesuatu yang sulit.
Dokumentasi asuhan kebidanan dengan menggunakan metode SOAP yang
meliputi:
1. S ( Subjective) : Pernyataan atau keluhan pasien
Data Subjektif merupakan data yang berhubungan / masalah dari
sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan
keluhan yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan
berhubungan langsung dengan diagnosis. Pada orang yang bisu, di bagian
data di belakang “S” diberi tanda “0” atau “X” ini menandakan orang itu
bisu. Data subyektif menguatkan diagnosa yang akan dibuat.

12
2. O (Objective) : Data yang diobservasi
Data Objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang
jujur, hasil pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium /
pemeriksaan diagnostic lain. Catatan medic dan informasi dari keluarga
atau orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini sebagai data
penunjang. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta
yang berhubungan dengan diagnosis. Data ini memberi bukti gejala klinis
pasien dan fakta yang berhubungan dengan dignosa. Data fisiologis, hasil
observasi yang jujur, informasi kajian teknologi (hasil laboratorium, sinar
X, rekaman CTG, USG, dan lain-lain) dan informasi dari keluarga atau
orang lain dapat dimasukkan dalam kategori ini. Apa yang dapat
diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen yang berarti dari diagnosa
yang akan ditegakkan.
3. A (Analysa) : Diagnosa kebidanan
Assessment merupakan pendokumentasian hasil analisis dan
interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Karena keadaan
pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan dan akan ditemukan
informasi baru dalam data subjektif maupun objektif, maka proses
pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Analisis yang tepat dan
akurat mengikuti perkembangan data pasien akan menjamin cepat
diketahuinya perubahan pada pasien, dapat terus diikuti dan diambil
keputusan/tindakan yang tepat.
4. P (Penatalaksanaan)
Mengacu dari diagnosa dan masalah dapat direncanakan dan
dilakukan tindakan kebidanan yang mendukung kehamilan normal.Dengan
dokumentasi yang berisi kenyataan yang essensial dapat menjaga
kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadiuntuk suatu periode
tertentu.Dengan dokumentasi yang berisi kenyataan yang essensial dapat
menjaga kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi untuk suatu periode
tertentu.

13
B. Konsep Keluarga Berencana
1. Definisi Keluarga Berencana
Keluarga Berencana adalah suatu usaha guna merencanakan
dan mengatur jarak kehamilan sehingga kehamilan dapat dikehendaki
pada waktu yang diinginkan (Saifuddin, 2003:32).
Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau
pemasangan suami istri untuk mendapatkan obyek tertentu, menghindari
kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan,
mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan suami istri dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga ( WHO, 2002)
Keluarga Berencana merupakan suatu tindakan untuk menghindari
atau mendapatkan kelahiran, mengatur interval kehamilan, dan
menentukan jumlah anak dalam keluarga. KB merupakan suatu cara yang
efektif untuk mencegah angka kematian ibu dan anak karena dapat
menolong pasangan suami istri menghindari kehamilan resiko tinggi,
dapat menyelamatkan jiwa dan mengurangi angka kesakitan. Program KB
nasional mempunyai arti penting dalam pelaksanaan pembangunan
dibidang kependudukan dan keluarga kecil berkualitas yang dilaksanakan
secara berkesinambungan (BKKBN, 2005).
2. Tujuan Keluarga Berencana
Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah
visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan ”
Keluarga berkualitas tahun 2015 “.. keluarga yang berkualitas adalah
keluarga yang sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang
ideal,berwawasan kedepan,bertanggungjawab,harmonis dan bertaqwa
kepada Tuhan yang Maha Esa. Visi “Keluarga berkualitas 2015”
dijabarkan dalam salah satu misinya kedalam peningkatan kualitas
pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.

14
C. Konsep Kontrasepsi
1. Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata Kontra berarti mencegah atau
melawan. Sedangkan Konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel
wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan
kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari / mencegah
terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan sel telur yang matang
dengan sel sperma tersebut (Nardho Gunawan S, 1994).
Faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi adalah
efektivitas, keamanan, frekuensi pemakaian dan efek samping, serta
kemauan dan kemampuan untuk melakukan kontrasepsi secara teratur dan
benar. Selain hal tersebut, pertimbangan kontrasepsi juga didasarkan atas
biaya serta peran dari agama dan kultur budaya mengenai kontrasepsi
tersebut. Faktor lainnya adalah frekuensi bersenggama, kemudahan untuk
kembali hamil lagi, efek samping ke laktasi, dan efek dari kontrasepsi
tersebut di masa depan. Sayangnya, tidak ada metode kontrasepsi, kecuali
abstinensia (tidak berhubungan seksual), yang efektif mencegah kehamilan
100%.
2. Cara Kerja Kontrasepsi
Cara kerja kontrasepsi bermacam macam tetapi pada umumnya :
a. Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi
b. Melumpuhkan sperma
c. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma
3. Macam Metode Kontrasepsi
Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma laki-
laki mencapai dan membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur
yang sudah dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di
dalam rahim. Kontrasepsi dapat reversible (kembali) atau permanen
(tetap). Kontrasepsi yang reversible adalah metode kontrasepsi yang dapat
dihentikan setiap saat tanpa efek lama di dalam mengembalikan kesuburan
atau kemampuan untuk punya anak lagi.Metode kontrasepsi permanen

15
atau yang kita sebut sterilisasi adalah metode kontrasepsi yang tidak dapat
mengembalikan kesuburan dikarenakan melibatkan tindakan operasi.
Kontrasepsi diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis, yaitu:
a. Metode Sederhana
Metode sederhana dibagi menjadi metode sedehana dengan alat dan
metode sederhana tanpa alat, yaitu :
1) Tanpa alat :
a) KB alamiah : kalender, suhu basal, lendir serviks
b) Coitus intruptus (senggama terputus)
2) Dengan alat : kondom, diafragma, kap serviks, kondom wanita,
spermisida.
b. Modern
Metode kontrasepsi modern dibagi menjadi:
1) Hormonal
Metode modern hormonal terdiri atas: kontrasepsi pil, implan, dan
suntikan
2) Non hormonal
Metode modern non hormonal adalah kontrasepsi IUD
c. Kontrasepsi Mantap
Kontrasepsi mantap terdiri atas Tubektomi dan Vasektomi
4. Uraian Metode Kontrasepsi
a. Metode Sederhana
1) Keuntungan : aman, murah/tanpa biaya, dapat diterima oleh banyak
golongan agama, sangat berguna baik untuk merencanakan maupun
menghindari terjadinya kehamilan, tidak mempengaruhi siklus haid,
tanggung jawab berdua sehingga menambah komunikasi dan kerja
sama
2) Kerugian : kurang begitu efektif dibandingkan metode-metode
kontrasepsi lain, perlu instruksi dan konseling sebelum memakai
metode ini, memerlukan catatan siklus haid yang cukup, dapat

16
menghambat spontanitas seksual, stress psikologis dan kesulitan-
kesulitan dalam perkawinan,
b. Kontrasepsi Modern Hormonal
Kontrasepsi ini tersedia dalam bentuk oral, suntikan, dan mekanik.
Kontrasepsi oral adalah kombinasi dari hormon estrogen dan progestin
atau hanya progestin-mini pil. Suntikan dan kontrasepsi implant
(mekanik) mengandung progestin saja atau kombinasi progestin dan
estrogen.
1) Kontrasepsi oral kombinasi (pil)
a) Keuntungan : sangat efektif, mencegah kanker indung telur dan
kanker endometrium, menurunkan ketidakteraturan menstruasi
dan anemia yang berkaitan dengan menstruasi, menghaluskan
kulit dengan jerawat sedang.
b) Kerugian : tidak direkomendasikan untuk menyusui, tidak
melindungi dari Penyakit Menular Seksual (PMS), harus
diminum setiap hari, membutuhkan resep dokter.
c) Efek samping lokal : mual, nyeri tekan pada payudara, sakit
kepala. Efek samping : perdarahan tidak teratur (umumnya
menghilang setelah 3 bulan pemakaian), meningkatkan tekanan
darah (dapat kembali normal bila oral kombinasi dihentikan),
bekuan darah pada vena tungkai (3-4 kali pada pil KB dosis
tinggi), meningkatkan faktor risiko penyakit jantung, risiko
stroke (pada wanita usia > 35 tahun).
2) Kontrasepsi oral progestin (pil)
a) Keuntungan : mula kerja cepat (24 jam setelah pemakaian pil),
menurunkan kejadian menoragia dan anemia. Dapat digunakan
pada wanita menyusui. Mencegah terjadinya kanker
endometrium, tidak memiliki efek samping yang berkaitan
dengan estrogen (bekuan darah di vena tungkai)

17
b) Kerugian : harus diminum di waktu yang sama setiap hari,
kurang efektif dibandingkan oral kombinasi, membutuhkan
resep dokter
c) Efek samping : penambahan berat badan, jerawat, kecemasan,
angka kejadian terjadinya perdarahan tidak teratur tinggi
3) Kontrasepsi suntikan progestin
a) Keuntungan : mula kerja cepat dan sangat efektif, bekerja
dalam waktu lama, tidak mengganggu menyusui, dapat dipakai
segera setelah keguguran atau setelah masa nifas,
b) Kerugian : suntikan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan
secara teratur, tidak melindungi dari PMS,
c) Efek samping lokal : peningkatan berat badan, rambut
rontok. Efek samping : tulang menjadi keropos, kelainan
metabolisme lemak, ketidakteraturan menstruasi termasuk
menometroragi (umumnya beberapa bulan pertama) dan
amenorea (1 tahun pertama), jika pemakaian suntikan KB
dihentikan, siklus menstruasi yang teratur akan kembali terjadi
dalam waktu 6 bulan-1 tahun
4) Kontrasepsi suntikan estrogen-progesteron
Suntikan ini diberikan secara intramuskular setiap bulan,
mengandung 25 mg depo medroxyprogesteron asetat dan 5 mg
estradiol cypionat. Mekanisme kerja, efek samping, kriteria, dan
keamanan sama seperti kontrasepsi oral kombinasi. Siklus
menstruasi terjadi lebih stabil setiap bulan.Pengembalian
kesuburan tidak selama kontrasepsi suntikan progestin.
5) Implant progestin
a) Keuntungan : sangat efektif, bekerja untuk jangka waktu
lama
b) Kerugian : membutuhkan prosedur operasi kecil
untuk pemakaian dan pelepasan, tidak melindungi dari PMS

18
c) Efek samping lokal : sakit kepala, payudara menjadi keras,
peningkatan berat badan, kerontokan rambut, jerawat, perubahan
mood. Efek samping : gangguan metabolisme lemak,
hirsutisme, gangguan menstruasi (memanjang, tidak teratur)
c. Kontrasepsi Modern Nonhormonal (IUD)
Keuntungan memakai alat kontrasepsi IUD banyak sekali
diantaranya memerlukan hanya satu kali motivasi dan pemasangan,
tidak ada efek sistemik, dapat mencegah kehamilan dalam jangka
panjang, kegagalan yang disebabkan karena kesalahan akseptor tidak
banyak, efektifitas tinggi, kesuburan dapat pulih kembali (reversible),
dan juga ekonomis (Mochtar, 1998).
Sedangkan keterbatasan IUD antara lain : diperlukan pemeriksaan
dalam dan penyaringan infeksi ginetalia sebelum pemasangan IUD,
diperlukan tenaga terlatih untuk pemasangan dan pencabutan IUD,
klien tidak dapat menghentikan sendiri setiap saat, pada penggunaan
jangka panjang bisa terjadi aminorhea, dapat terjadi perforasi uterus
pada saat insersi (< 1/1000 kasus), kejadian kehamilan ektropik relatif
tinggi, bertambahnya risiko mendapat penyakit radang panggul, terjadi
perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan pemakaian), tidak bisa mencegah IMS
termasuk HIV/AIDS, klien harus memeriksa posisi benang IUD,
sedangkan beberapa perempuan tidak mau melakukan hal ini, dan juga
mahal (Saifuddin, dkk, 2003).
d. Kontrasepsi Mantap
1) Tubektomi
a) Keuntungan : efektivitasnya tinggi, tidak mempengaruhi proses
menyusui,tidak bergantung pada faktor senggama, tidak ada
efek samping dalam jangka panjang, tidak ada perubahan
dalam fungsi seksual.
b) Kekurangan : harus dipertimbangkan sifat permanen
kontrasepsi ini, hanya dapat dilakukan oleh dokter terlatih.

19
2) Vasektomi
a) Keuntungan : efektivitasnya tinggi, sangat aman, morbiditas
dan mortalitas jarang, efektif untuk jangka panjang.
b) Kekurngan : tidak efektif segera.

D. Kontrasepsi suntik Depot Medroksiprogesteron Asetat (DMPA)


1. Pengertian
Kontrasepsi suntik DMPA berisi hormon progesteron saja dan
mengandung hormone esterogen. Dosis yang diberikan 150 mg/ml depot
medroksiprogesteron asetat yang disuntikkan secara intramuscular (IM)
setiap 12 minggu (Varney, 2006)
2. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja kontrasepsi DMPA menurut Hartanto (2004):
a. Primer : Mencegah Ovulasi
Kadar Folikel Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing hormone
(LH) menurun serta tidak terjadi lonjakan LH. Pada pemakaian
DMPA, endometrium menjadi dangkal dan strofis dengan kelenjar-
kelenjar yang tidak aktif. Dengan pemakaian jangka lama
endometrium bisa menjadi semakin sedikit sehingga hampir tidak
didapatkan jaringan bila dilakukan biopsi, tetapi perubahan tersebut
akan kembali normal dalam waktu 90 hari setelah suntikan DMPA
terakhir.
b. Sekunder
1) Lendir servik menjadi kental dan sedikit sehingga merupakan
barrier terhadap spermatozoa.
2) Membuat endometrium menjadi kurang baik untuk implantasi
dan ovum yang telah dibuahi.
3) Mungkin mempengaruhi kecepatan transportasi ovum didalam
tuba falopi.

20
3. Efektivitas
DMPA memiliki efektifitas yang tinggi dengan 0,3 kehamilan per
100 perempuan dalam satu tahun pemakaian (BKKBN,2003). Kegagalan
yang terjadi pada umumnya dikarenakan oleh ketidakpatuhan akseptor
untuk datang pada jadwal yang telah ditetapkan atau teknik penyuntikan
yang salah, injeksi harus benar- benar intragluteal (Baziad,2002)
4. Kelebihan
Kelebihan penggunaan suntik DMPA menurut BKKBN (2003):
a. Sangat efektif
b. Pencegahan kehamilan jangka panjang
c. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
d. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah
e. Tidak mempengaruhi ASI
f. Sedikit efek samping
g. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik
h. Dapat digunakan oleh perempuan usia lebih dari 35 tahun sampai
perimenopause
i. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
j. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara
k. Mencegah beberapa penyakit radang panggul
5. Keterbatasan
Keterbatasan penggunaan suntik DMPA menurut BKKBN (2003):
a. Sering ditemukan gangguan haid
b. Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah
penghentian pemakaian
c. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan
d. Permasalahan berat bdana merupakan efek samping tersering
e. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan IMS, hepatitis B
dan virus HIV

21
f. Pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi perubahan lipid
serum
6. Indikasi
Indikasi pada pengguna suntik DMPA menurut BKKBN (2003) :
a. Wanita usia reproduktif.
b. Wanita yang telah memiliki anak.
c. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan memiliki efektifitas
tinggi.
d. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
e. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
f. Setelah abortus dan keguguran.
g. Memiliki banyak anak tetapi belum menghendaki tubektomi.
h. Masalah gangguan pembekuan darah.
i. Menggunakan obat epilepsy dan tuberculosis.

7. Kontra Indikasi
Menurut BKKBN (2003), kontra indikasi pada pengguna suntik
DMPA
yaitu :
a. Hamil atau dicurigai hamil.
b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
c. Wanita yang tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.
d. Penderita kanker payudara atau ada riwayat kanker payudara.
e. Penderita diabetes mellitus disertai komplikasi.
8. Waktu Mulai Menggunakan
Menurut Saifuddin (2003), waktu mulai menggunakan kontrasepsi
DMPA
yaitu :
a. Setiap saat selama siklus haid, asal tidak hamil.
b. Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.

22
c. Pada ibu yang tidak haid atau dengan perdarahan tidak teratur, injeksi
dapat diberikan setiap saat, asal tidak hamil. Selama 7 hari setelah
penyuntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.
d. Ibu yang telah menggunakan kontrasepsi hormonal lain secara benar
dan tidak hamil kemudian ingin mengganti dengan kontrasepsi DMPA,
suntikan pertama dapat segera diberikan tidak perlu menunggu sampai
haid berikutnya.
e. Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin mengganti
dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama dapat segera diberikan,
asal ibu tidak hamil dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid
berikutnya. Bila ibu disuntik setelah hari ke-7 haid, selama 7 hari
penyuntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual.
9. Cara Penggunaan
Cara penggunaan kontrasepsi DMPA menurut Saifuddin (2003) :
a. Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara
disuntik intramuscular (IM) dalam daerah pantat. Apabila suntikan
diberikan terlalu dangkal penyerapan kontrasepsi suntikan akan
lambat dan tidak bekerja segera dan efektif. Suntikan diberikan tiap 90
hari.
b. Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang
dibasahi etil/ isopropyl alcohol 60-90%. Biarkan kulit kering
sebelum disuntik, setelah kering baru disuntik.
c. Kocok dengan baik dan hindarkan terjadinya gelembung-gelembung
udara. Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila terjadi endapan
putih pada dasar ampul, upayakan menghilangkannya dan dengan
menghangatkannya.
10. Efek Samping
Efek samping yang sering ditemukan menurut Baziad (2002) :
a. Mengalami gangguan haid seperti amenore, spooting, menorarghia,
metrorarghia.
b. Penambahan berat badan.

23
c. Mual.
d. Kunang-kunang.
e. Sakit kepala.
f. Nervositas.
g. Penurunan libido.
h. Vagina kering.

24
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB SUNTIK


PADA NY N UMUR 22 tahun P1A0
AKSEPTOR LAMA KB SUNTIK 3 BULAN
DI PUSKESMAS SAMBIREJO

Tempat Praktek : Puskesmas Andong, Boyolali


Tanggal, jam : 16 Oktober 2018 jam 09.00 WIB

I. PENGKAJIAN DATA

A. DATA SUBJEKTIF
A. Identitas Pasien
Nama Ibu : Ny N Nama Suami : Tn. B
Umur : 22 tahun Umur : 24 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jengglong 3/1, Kadipaten Alamat : Jengglong 3/1, Kadipaten

B. Keluhan Utama
Ibu mengatakan ingin suntik KB 3 bulan. Ini merupakan kunjungan ulang
dan ibu mengatakan menstruasinya tidak teratur.

C. Status Perkawinan
Ibu mengatakan kawin satu kali, usia saat perkawinan 19 tahun, lama
pernikahan 3 tahun, perkawinan sah.

25
D. Data Kebidanan
a. Riwayat Menstruasi
1) Menarche : umur 13 tahun
2) Siklus Menstruasi : teratur
3) Lama Menstruasi : 6 hari
4) Sifat darah : Encer
5) Jumlah/banyaknya: 2-3 kali sehari ganti pembalut
6) Bau : Bau Khas darah
7) Warna darah : Merah segar
8) Flour Albus : Tidak ada
9) Desminorhea : tidak
10) Amenorhea : Belum pernah

b. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu


Persalinan Nifas
Hamil
Tgl Jenis
ke- UK Penolong Komp JK BBL Laktasi Komp
lahir Persalinan

15 16
39+2 Normal, 3.000
I /10 Bidan - L ASI -
minggu spontan gr

c. Riwayat Kontrasepsi yang Digunakan


No. Jenis Mulai Keluhan Berhenti Alasan Berhenti
1. Suntik 3 April Menstruasi tidak
bulan 2017 teratur

E. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit sistemik yang pernah/sedang diderita
Ibu mengatakan tidak pernah/sedang menderita penyakit
menular(HIV/AIDS, TBC, hepatitis),
menurun(asma,DM,hipertensi), menahun(Ginjal,Jantung)

26
b. Penyakit yang pernah/sedang diderita
Ibu mengatakan tidak pernah/sedang menderita penyakit menular
(HIV/AIDS,TBC,hepatitis), menurun(Asma, DM,hipertensi),
menahun (Ginjal, Jantung)
c. Riwayat Penyakit Ginekologi
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit ginekologi

F. Data Kebutuhan Dasar


a. Nutrisi
1) Makan
Frekuensi : 3x sehari
Macam : Nasi, sayur, buah, lauk
Jumlah : 1 piring dalam 1x makan
Keluhan : Tidak ada
2) Minum
Frekuensi : 8 gelas sehari
Macam : Air putih dan teh
Jumlah : 8 gelas
Keluhan : Tidak ada
b. Eliminasi
1) BAK
Frekuensi : 5-6 kali sehari
Warna : Jernih
Bau : Khas urine
Jumlah : 50 cc sekali BAK
Konsistensi : Cair
Keluhan : Tidak ada
2) BAB
Frekuensi : 1 kali sehari
Warna : Kuning
Bau : Khas fases

27
Jumlah : 5 gram sekali BAB
Konsistensi : Lembek
Keluhan : Tidak ada keluhan
c. Pola tidur / istirahat
Tidur siang : 1 jam
Tidur malam : 8 jam
d. Aktivitas
Ibu mengatakan melakukan pekerjaan rumah serta mengurus anaknya.
e. Pola Seksual
Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
f. Personal Hygiene
Ibu mengatakan dalam sehari mandi sebanyak 2 kali, gosok gigi 2 kali
dan keramas 2 kali seminggu, serta ganti pakaian dalam sebanyak 2
kali sehari.

G. Data Psikososial
a. Dukungan suami/keluarga
Ibu mengatakan suaminya mendukung ibu untuk menggunakan
kontrasepsi tersebut.
b. Pengetahuan ibu tentang alat kontrasepsi
Ibu mengatakan telah mengetahui macam-macam alat kontrasepsi.
c. Pengetahuan ibu tentang kontrasepsi yang digunakan
Ibu mengatakan telah mengetahui efek samping, indikasi, dan
kontraindikasi kontrasepsi yang digunakan.

B. Data Objektif
A. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Berat badan : 55 kg
4. Tinggi badan : 154 cm

28
5. Tanda-tanda vital
Suhu : 36,8⁰C
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Pernafasan : 20 kali/menit
B. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
Rambut bersih, muka tidak oedema, konjungtiva mata merah muda,
sklera putih, telinga dan hidung bersih. Mulut bersih, bibir tidak ada
stomatitis, gigi tidak berlubang dan tidak ada caries.
2. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembengkakan
kelenjar getah bening.
3. Mammae
Simetris, putting susu menonjol, tidak ada benjolan.
4. Abdomen
Tidak terdapat bekas luka operasi, tidak ada pembesaran abnormal
5. Genetalia/ vulva dan Anus
Bersih, tidak oedema, tidak ada varises, tidak ada flour albus, tidak
terdapat hemoroid
6. Ekstremitas
Atas : Simetris, tidak oedema, kuku bersih tidak pucat.
Bawah : Simetris, tidak oedema, tidak ada varises, kuku
bersih, tidak pucat.
C. Pemeriksaan Ginekologis
Tidak dilakukan.
D. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan

29
II. INTERPRETASI DATA
a. Diagnosa
Ny N umur 22 tahun P1A0 akseptor lama KB suntik 3 bulan.
b. Masalah
Tidak ada
c. Kebutuhan
Tidak ada

III. DIAGNOSA POTENSIAL


Tidak ada

IV. TINDAKAN SEGERA


Tidak ada

V. PERENCANAAN
Tanggal : 16 Oktober 2018 Jam 09.15 WIB
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan.
2. Beri konseling ulang mengenai efek samping KB suntik 3 bulan.
3. Beri konseling mengenai pengaruh gizi terhadap pola menstruasi
akseptor kb suntik
4. Beri konseling mengenai nutrisi dan gizi.
5. Jelaskan alat Kontrasepsi yang tidak mempengaruhi siklus haid.
6. Lakukan inform concent penyuntikkan KB suntik 3 bulan.
7. Lakukan tindakan penyuntikan KB 3 bulan secara IM
8. Anjurkan ibu melakukan kunjungan ulang.
9. Dokumentasikan tindakan

VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 16 Oktober 2018 Jam 09.16 WIB
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan
sehat.

30
2. Memberi konseling ulang pada ibu mengenai efek samping KB suntik 3
bulan, yaitu dapat merubah siklus haid (haid tidak teratur atau
memanjang dalam 3 bulan pertama, haid jarang, tidak teratur atau tidak
haid dalam 1 tahun) , pusing, perut kembung atau tidak nyaman,
perubahan suasana perasaan, penambahan berat badan, dan dapat
membuat sakit kepala.
3. Memberi konseling mengenai status gizi,status gizi dapat memberikan
pengaruh terhadap pola menstruasi dimana obesitas juga disertai dengan
siklus anovulatorik karena peningkatan tonik kadar estrogen sehingga
dapat menyebabkan terganggunya siklus menstruasi secara teratur. Salah
satu faktor yang berpengaruh adalah kegemukan (obesitas), yang identik
dengan hiperkolesterolemia. Pengaruh obesitas terhadap hambatan
proliferasi folikel serta pematangan ovum, yang pada akhirnya
termanifestasi sebagai gangguan siklus menstruasi (Runa, 2010).
Penelitian yang dilakukan Eni Purwanti (2003, dalam Hupitoyo, 2011)
dan juga penelitian yang dilakukan oleh Dahliansyah (2003, dalam
Hupitoyo. 2011), disebutkan bahwa ada hubungan antara lemak tubuh
dengan siklus menstruasi.
4. Memberi konseling mengenai nutrisi dan gizi untuk menghindari
makanan yang banyak mengandung lemak karena dapat mempengaruhi
pola menstruasi, dan mengonsumsi buah dan sayur, serta mengatur pola
makan agar berat badan seimbang.
5. Memberikan penjelasan tetang alat kontrasepsi yang tidak mempengaruhi
siklus haid, yaitu Metode Amenorea Laktasi (MAL), Metode Kalender,
Senggama Terputus, dan Kondom.
6. Melakukan inform consent penyuntikkan KB suntik 3 bulan.
7. Melakukan penyuntikan KB suntik 3 bulan. Menyiapkan alat-alat, yaitu
kapas alkohol, spuit, obat KB DMPA. Kemudian memasukkan obat ke
dalam spuit, mengatur posisi klien, mendesinfeksi area penyuntikkan,
yaitu di 1/3 bagian spina illiaca anterior superior, menyuntikkan obat

31
secara IM dengan arah 90o, mencabut jarum kemudian memasase daerah
bekas suntikan.
8. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal 06
Januari 2019.
9. Mendokumentasikan tindakan.

VII.EVALUASI
Tanggal 16 Oktober 2018 Jam 09.20 WIB
1. Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan.
2. Ibu paham mengenai efek samping KB suntik 3 bulan.
3. Ibu mengerti mengenai pengaruh gizi terhadap pola menstruasi
akseptor kb suntik.
4. Ibu bersedia mengonsumsi buah dan sayur sesuai anjuran dan
mengurangi konsumsi makanan yang berlemak.
5. Ibu mengerti tentang alat Kontrasepsi yang tidak mempengaruhi siklus
haid.
6. Telah dilakukan inform concent penyuntikkan KB suntik 3 bulan.
7. Telah dilakukan tindakan penyuntikan KB 3 bulan secara IM
8. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang pada tanggal yang
ditentukan
9. Telah dilakukan pendokumentasian tindakan

32
BAB IV
PEMBAHASAN

Meninjau asuhan kebidanan keluarga berencana pada akseptor baru KB


suntik 3 bulan berdasarkan manajemen yang digunakan melalui 7 langkah varney
didapatkan diagnosa Ny N umur 22 tahun P1A0 akseptor lama KB suntik 3 bulan.
Pada kasus di atas, setelah dilakukan pengkajian data subjektif maupun
data objektif pada Ny N tidak ditemukan masalah. Pada data subjektif, Ny N
datang karena ingin suntik KB 3 bulan dan ini merupakan kunjungan pertamanya.
Ny N berusia 22 tahun. Ny. N tidak memiliki riwayat penyakit penyakit jantung,
asma, TBC, ginjal, diabetes mellitus, malaria, maupun penyakit ginekologi.
Hal tersebut sesuai dengan teori, Kontrasepsi suntik DMPA berisi hormon
progesteron saja dan mengandung hormone esterogen. Dosis yang diberikan 150
mg/ml depot medroksiprogesteron asetat yang disuntikkan secara intramuscular
(IM) setiap 12 minggu (Varney, 2006)
Pada data objektif, didapatkan hasil tekanan darah ibu 120/80 mmHg.
Ketika dilakukan pemeriksaan fisik, payudara dan abdomen ibu tidak teraba
benjolan, genetalia ibu tidak ada pengeluaran.
Pada perencanaan dan implementasi, ibu diberikan konseling ulang
mengenai efek samping dari pemakaian KB suntik 3 bulan, yaitu dapat merubah
siklus haid, penambahan berat badan, dan dapat membuat sakit kepala. Menurut
Saeffudin (2006), efek samping yang ditimbulkan adalah mual, nyeri tekan pada
payudara, sakit kepala, perdarahan tidak teratur (umumnya menghilang setelah 3
bulan pemakaian), meningkatkan tekanan darah, bekuan darah pada vena tungkai,
meningkatkan faktor risiko penyakit jantung, risiko stroke (pada wanita usia > 35
tahun).
Penyuntikkan obat KB suntik 3 bulan dilakukan di 1/3 bagian spina
illiaca anterior superior (bokong atas) secara intramuskular (IM). Menurut Azis
Hidayat (2008), injeksi intramuskuler adalah pemberian obat dengan cara
memasukkan obat ke jaringan oto dengan menggunakan spuit. Pemberian obat
dengan cara ini dilakukan pada bagian tubuh yang berotot besar, agar tidak ada

33
kemungkinan untuk menusuk syaraf, misalnya pada bagian bokong,dan kaki
bagian atas,atau pada lengan bagian atas.
Saat penyuntikkan KB suntik 3 bulan, menyiapkan alat-alat, yaitu kapas
alkohol, spuit, obat KB DMPA. Kemudian memasukkan obat ke dalam spuit,
mengatur posisi klien, mendesinfeksi area penyuntikkan, yaitu di 1/3 bagian spina
illiaca anterior superior, menyuntikkan obat secara IM dengan arah 90o, mencabut
jarum kemudian memasase daerah bekas suntikan.
Hal tersebut sesuai dengan rosedur melakukan suntik IM menurut Aziz
Hidayat (2008), yaitu melakukan inform concern, mengatur posisi dan tentukan
tempat yang akan disuntik, desinfeksi lokasi yang akan disuntik, jarum
disuntikkan pada daerah yang akan disuntik dengan arah 90 derajat, enghisap
ditarik sedikit, bila ada darah obat jangan dimasukkan, obat dimasukkan perlahan-
lahan, setelah obat masuk seluruhnya jarum ditarik dengan cepat, kulit ditekan
dengan kapas alcohol sambil melakukan masase, pasien dirapikan.

34
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan kasus KB pada Ny N umur 22 tahun P1A0 akseptor lama
KB suntik 3 bulan maka dapat disimpulkan bahwa Ny N dapat diberikan KB
suntik 3 bulan. Oleh karena itu, asuhan kebidanan yang diberikan adalah
asuhan kebidanan keluarga berencana pada akseptor baru KB suntik 3 bulan
yang berkesinambungan dan menerapkan asuhan sayang ibu.

B. Saran
1. Bagi Klien
Agar asuhan kebidanan keluarga berencana pada akseptor lama KB
suntik 3 bulan lebih efektif dan tingkat keberhasilannya optimal maka
perlu adanya sikap kooperatif dari klien. Sehingga tercipta komunikasi
yang nyaman antara klien dan bidan. Suasana tersebut dapat
mempengaruhi penerimaan informasi dari bidan kepada klien. Selain itu,
informasi yang telah diberikan oleh bidan diharapkan dapat diterapkan di
kehidupan sehari-hari.
2. Bagi Bidan
Bidan harus bisa memberikan informasi yang disesuaikan dengan
kebutuhan klien. Agar klien tertarik untuk bersikap kooperatif dengan
bidan sebagai sumber informasi. Selain itu, dalam penyampaiannya bidan
juga dianjurkan untuk memiliki ketrampilan dalam berbicara di depan
klien dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami. Dengan
demikian akan tercipta suasana yang nyaman bagi klien untuk menerima
dan menerapkan informasi yang telah didapatkan.

35
DAFTAR PUSTAKA

Hartanto, Hanafi.1994. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka


Sinar Harapan

Hidayat,Aziz. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan. Jakarta:


Salemba Medika

Manuaba, Ida Bagus Gede, Prof. Dr.1998.Ilmu Kebidanan. Penyakit Kandungan


dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.

Manuaba, Ida Bagus Gede.2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan


Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : ECG

Mochtar, Rustam. Sinopsis Obstetri Jilid 2. Jakarta : EGC, 1998.

Pelayanan KB Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Pusat. 2004. Pelatihan Klinik


Sekunder, Jawa Timur

Prawirohardjo, Sarwono, Prof. Dr. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP Tridasa
Printer.

Prawirohardjo, Sarwono.2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-BP

Saifuddin, 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: YBP

YBP – SP. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta.

36

Anda mungkin juga menyukai