Anda di halaman 1dari 64

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PATOLOGIS PADA NY.

H
DENGAN KETUBAN PECAH DINI 5 JAM
DI RUANG BERSALIN UPT BLUD PUSKESMAS GERUNG
TANGGAL 6 NOVEMBER 2020

Disusun Oleh :

Kelompok VI

Nama NIM

1. I Gusti Ayu Dewi Purwani P07124018017


2. Kadek Indah Santhi Devi P07124018021
3. Yuliana P07124017056
4. Ng. Pradnya Paramita D P07124018079
5. Ni Kadek Puspa Yanti P07124018080
6. Rizka Padmi Putri P07124017032

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKKES KEMENKES MATARAM JURUSAN KEDBIDANAN
PRODI D- III KEBIDANAN
TAHUN AKADEMIK 2020

i
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PATOLOGIS PADA NY. H

DENGAN KETUBAN PECAH DINI 5 JAM

DI RUANG BERSALIN UPT BLUD PUSKESMAS GERUNG

TANGGAL 6 NOVEMBER 2020

Laporan Kelompok Prakktik Klinik Kebidanan II

Telah Memenuhi Persyaratan Dan Disetujui

Tanggal ……………..

Disusun Oleh :

Kelompok VI

Mengetahui,

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lahan

Irmayani, SSiT., M.Kes Ni Nyoman Sri Sukarthi, Amd., Keb

ii
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PATOLOGIS PADA NY. H

DENGAN KETUBAN PECAH DINI 5 JAM

DI RUANG BERSALIN UPT BLUD PUSKESMAS GERUNG

TANGGAL 6 NOVEMBER 2020

Disusun Oleh:

Kelompok : VI

Telah diseminarkan di depan pembimbing

Pada tanggal.................2020

Menyetujui,

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lahan

Irmayani, SSiT., M.Kes Ni Nyoman Sri Sukarthi, Amd., Keb

Ketua Jurusan Kebidanan

Syajaratuddur Faiqah, SST., M. Keb


NIP 197608031003122002

iii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan Hidayah-Nya sehingga laporan kelompok yang
berjudul “Asuhan Kebidanan Persalinan Patologis pada Ny. H dengan
Ketuban Pecah Dini ( KPD ) 5 jam” di UPT BLUD Puskesmas Gerung dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
memperbaiki laporan ini. Dengan terselesainya laporan ini, kami juga tak lupa
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang
terhormat:

1. H. Awan Dramawan, S.Pd.,M.Kes (Selaku Direktur Poltekkes


Mataram)
2. Ns. H. Hasmuni Budiawan, S.Kep (Selaku Pemimpin UPT BLUD
Puskesmas Gerung)
3. Syajaratuddur Faiqah, SSiT.,M.Kes (Selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Mataram)
4. Aty Sulianty, SST., M.Kes (Selaku Kaprodi DIII Kebidanan Poltekkes
Mataram)
5. Juliani Astuti, Amd., Keb (Selaku Bidan Koordinator UPT BLUD
Puskesmas Gerung)
6. Ni Nyoman Sri Sukarthi, Amd., Keb ( Selaku Pembimbing Lahan )
7. Irmayani, S.Si.T., M.Kes (Selaku Pembimbing Pendidikan)
8. Lina Sundayani, S.Pd., M.Kes (Selaku Pembimbing Pendidikan)
9. Semua pihak yang telah membimbing kami.

Terimakasih kepada para pembimbing yang telah membimbing kami


dalam praktik ini, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini

Gerung, 10 November
2020

iv
Kelompok
VI

v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……...………………………………………………… i
LEMBAR PERSETUJUAN ………………………………………………. ii
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………... iii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………. iv
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… v
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………… 1
A. Latar Belakang Tindakan/Keterampilan …………………….. 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………….. 3
C. Tujuan Tindakan/Keterampilan……………………………….. 3
D. Manfaat ……………………….………………………………... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..…………………………………………... 6
A. Pengertian Persalinan ……………………………….……….. 6
B. Pengertian Persalinan Patologis.…………………………….. 10
C. Manajemen Asuhan Kebidanan …………………………….. 17
BAB III TINJAUAN KASUS ……..………………………………………... 24
BAB IV PEMBAHASAN …………………………………………………… 42
BAB IV PENUTUP …………………………………………………………. 48
A. Kesimpulan .……………………………………………………. 48
B. Saran …………………………………………………………… 49
DAFTAR PUSTAKA ………………….……………………………………. 50
LAMPIRAN ...............………………….……………………………………. 52

vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO), indicator kesejahteraan
suatu Negara salah satunya di ukur dari besarnya angka kematian ibu
(AKI). AKI yaitu banyaknya wanita yang meninggal dari suatu penyebab
kematian yang berkaitan dengan gangguan kehamilan atau
penanganannya selama kehamilan, melahirkan dan nifas (42 hari
setelah melahirkan). Berdasarkan SDKI 2012 angka kematian ibu di
Indonesia sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup.

Penyebab Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi menurut


dinas kesehatan RI tahun 2013 yaitu perdarahan, hipertensi, dan infeksi.
Salah satu salah satu dalam penyebab infeksi tersebut adalah Ketuban
pecah dini. Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput
ketuban sebelum inpartu atau persalinan, yaitu apabila pembukaan
pada primi kurang dari 3 cm dan pada multi kurang dari 5 cm. Dalam
keadaan normal ketuban pecah pada saat persalinan. Bila periode laten
panjang dan ketuban sudah pecah, maka akan menyebabkan infeksi
yang bisa menyebabkan kematian ibu (Sofian,2013).

Penyebab kematian langsung ibu akibat dari penyakit penyulit


kehamilan, persalinan, dan nifas. misalnya infeksi, eklamsia,
perdarahan, emboli air ketuban, trauma anestesi, trauma operasi, dan
lain-lain. Infeksi yang banyak dialami oleh ibu sebagian besar
merupakan akibat dari adanya komplikasi/penyulit kehamilan, seperti
febris, korioamnionitis, infeksi saluran kemih, dan sebanyak 65% adalah
KPD karena KPD yang banyak menimbulkan infeksi pada ibu dan bayi.

Kesakitan dan angka kematian ibu masih merupakan masalah


serius di Negara bekembang. Menurut World Health Organization
(WHO) menegeskan setiap tahun sejumlah 358.000 ibu meninggal saat
bersalin di mana 355.000(99%) dari Negara berkembang. Angka

1
Kematian Ibu(AKI) di Negara berkembang merupakan peringkat
tertinggi dengan 290 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup jika di
bandingkan dengan AKI di Negara maju yaitu 14 kematian per 100.000
kelahiran hidup. AKI tahun 2015 di dunia yaitu 303.000 menurun sekitar
44% di bandingkan dengan tahun 1990(WHO 2015). Presentase
komplikasi pada persalinan dengan KPD yaitu infeksi sebanyak 28,3%,
premature 19,1%, partus lama sebanyak 13,4%, perdarahan 7,3%,
sindrom gawat napas 33%, dan kompresi tali pusat yaitu 32% (Prediatri,
2013:318).

Presentase wanita yang tidak mengalami komplikasi selama hamil


menurun dari 89 % pada SDKI 2007 menjadi 81 % pada SDKI 2017. Di
antara wanita yang mengalami komplikasi kehamilan, 5 % mengalami
perdarahan berlebihan, masing-masing 3 % mengalami muntah terus
menerus dan bengkak kaki, tangan dan wajah atau sakit kepala yang
disertai kejang, serta ketuban pecah dini masing-masing 2 % mengalami
mulas sebelum 9 bulan dan ketuban pecah dini. Delapan persen wanita
mengalami keluhan kehamilan lainnya, di antaranya demam tinggi,
kejang dan pingsan, anemia serta hipertensi.

Selama periode tahun 2014-2017 terjadi penurunan jumlah


kematian ibu di Provinsi NTB sebesar 26 orang, namun kembali
meningkat 14 kasus di tahun 2018 menjadi 99 kasus. Dari 99 kasus
kematian pada tahun 2018, 29 kasus disebabkan oleh hipertensi dalam
kehamilan, 23 kasus oleh karena perdarahan, 11 kasus disebabkan
karena gangguan system peredaran darah (jantung, stroke dll), 9
kasus disebabkan karena infeksi, 3 kasus karena gangguan
metabolik (Diabetes Mellitus dll) dan 24 kasus oleh karena penyebab
lain-lain. Pada kabupaten Lombok barat jumlah kasus kematian ibu
disebabkan infeksi yaitu 0 kasus (Profil Kesehatan Provinsi NTB, 2018)

Berdasarkan data Pemantauan Wilayah Setempat (PWS KIA)


Puskesmas Gerung jumlah Ibu bersalin dengan KPD yang ditangani di

2
Puskesmas Gerung pada bulan September 2020 yaitu 5 sedangkan
pada bulan Oktober 2020 yaitu 4, serta target kumulatifnya yaitu 31.
Jumlah Ibu bersalin dengan KPD yang dirujuk pada bulan September
2020 yaitu 4 sama dengan bulan Oktober 2020, target kumulatifnya
mencapai 25.

Berdasarkan data pada PWS KIA Puskesmas Gerung, Kelompok


kami memutuskan untuk memilih kasus Ketuban Pecah Dini pada Ny. H
usia 26 tahun G2P1A0 usia kehamilan 39-40 minggu dengan Ketuban
Pecah Dini (KPD) 5 Jam di Ruang Bersalin UPT BLUD Puskesmas
Gerung Tahun 2020 sebagai laporan seminar kelompok kami.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis
mencoba merumuskan permasalahan dalam laporan kasus yaitu
”Bagaimana asuhan kebidanan pada ibu bersalin Ny. H usia 26
tahun G2P1A0 usia kehamilan 39-40 minggu dengan Ketuban
Pecah Dini (KPD) 5 Jam di Ruang Bersalin UPT BLUD Puskesmas
Gerung Tahun 2020”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Mempelajari, memahami, dan menerapkan Asuhan kebidanan
pada ibu bersalin dengan KPD di UPT BLUD Puskesmas Gerung
Tahun 2020

2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengumpulan data dasar subyektif dan objektif pada
kasus ibu bersalin Ny. H usia 26 tahun G2P1A0H1 usia kehamilan
39 - 40 minggu dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) 5 Jam di Ruang
Bersalin UPT BLUD Puskesmas Gerung.

3
b. Melakukan interpretasi data klien meliputi diagnosa, masalah dan
kebutuhan pada kasus ibu bersalin Ny. H usia 26 tahun G2P1A0H1
usia kehamilan 39 - 40 minggu dengan Ketuban Pecah Dini (KPD)
5 Jam di Ruang Bersalin UPT BLUD Puskesmas Gerung.
c. Menentukan diagnosa potensial dan antisipasi yang harus
dilakukan bidan dari kasus ibu bersalin Ny. H usia 26 tahun
G2P1A0H1 usia kehamilan 39 - 40 minggu dengan Ketuban Pecah
Dini (KPD) 5 Jam di Ruang Bersalin UPT BLUD Puskesmas
Gerung.
d. Melakukan kebutuhan/tindakan segera pada konsultasi, kolaborasi,
merujuk kasus ibu bersalin Ny. H usia 26 tahun G2P1A0H1 usia
kehamilan 39 - 40 minggu dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) 5
Jam di Ruang Bersalin UPT BLUD Puskesmas
Gerung.Menentukan rencana asuhan kebidanan pada kasus ibu
bersalin Ny. H usia 26 tahun G2P1A0H1 usia kehamilan 39 - 40
minggu dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) 5 Jam di Ruang
Bersalin UPT BLUD Puskesmas Gerung.
e. Melakukan intervensi pelaksanaan tindakan pada kasus ibu
bersalin Ny. H usia 26 tahun G2P1A0H1 usia kehamilan 39 - 40
minggu dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) 5 Jam di Ruang
Bersalin UPT BLUD Puskesmas Gerung.
f. Melakukan evaluasi dan efektivitas asuhan kebidanan yang di
berikan dan memperbaiki tindakan yang di pandang perlu pada
kasus ibu bersalin Ny. H usia 26 tahun G2P1A0H1 usia kehamilan
39 - 40 minggu dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) 5 Jam di Ruang
Bersalin UPT BLUD Puskesmas Gerung.

D. Manfaat

1. Secara teoritis

4
Wacana untuk menambah wawasan dan pengetahuan yang
berkaitan dengan asuhan kebidanan pada kasus KPD dengan
pendekatan manajemen varney pada ibu bersalin.

2. Secara praktis
a. Bagi Pasien
Pasien mampu mendeteksi dini komplikasi kehamilan dan
persalinan sehingga segera mendapat penanganan jika terjadi
komplikasi.

b. Bagi UPT BLUD Puskesmas Gerung

Hasil presentasi kasus ini dapat dimanfaatkan sebagai


pertimbangan dalam melakukan penanganan kasus ibu bersalin
dengan KPD di UPT BLUD Puskesmas Gerung.

c. Bagi Poltekkes Kemenkes Mataram

Dapat menambah kepustakaan dan wacana khususnya tentang


ibu bersalin, yang termasuk dalam mata kuliah program studi
kebidanan.

d. Bagi Bidan

Dapat sebagai masukan untuk melaksanakan asuhan kebidanan


pada ibu bersalin dengan KPD dan pertimbangan bagi profesi bidan
dalam meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan.

e. Bagi Penulis

Merupakan pengalaman langsung bagi penulis dalam melakukan


asuhan kebidanan ibu bersalin dengan KPD.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka
1. Persalinan
a. Pengertian Persalinan
1) Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi
(Janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau
dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan
(Manuaba, 2010)
2) Persalinan normal yaitu proses pengeluaran buah
kehamilan cukup bulan yang mencakup pengeluaran
bayi, plasenta dan selaput ketuban, dengan presentasi
kepala (posisi belakang kepala), dari rahim ibu melalui
jalan lahir (baik jalan lahir lunak maupun kasar),
dengan tenaga ibu sendiri (tidak ada intervensi dari
luar) (Winkjosastro, 2008).

b. Tanda dan Gejala Persalinan


a) Kekuatan his semakin sering terjadi dan teratur dengan
jarak kontraksi yang semakin pendek.
b) Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu :
pengeluaran lendir dan lendir bercampur darah melalui
vagina.
c) Dapat di sertai ketuban pecah.

d) Pada pemeriksaan dalam, di jumpai perubahan servik :


perlunakan servik, pendataran servik, dan terjadi
pembukaan servik (Manuaba, 2010).

6
c. Faktor Yang Berpengaruh Pada Persalinan Menurut Hidayat
& Sujianti, 2009 yaitu
a) Power atau tenaga yang mendorong bayi
Adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang
terdiri dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran
dari ibu.Power merupakan tenaga primer atau kekuatan
utama yang di hasilkan oleh adanya kontraksi dan
retraksi otot – otot rahim.

b) Passage atau jalan lahir


Adalah bagian tulang panggul, servik, vagina dan dasar
panggul.Janin harus berjalan lewat rongga panggul,
servik dan vagina sebelum di lahirkan.

c) Passanger atau fetus


Adalah janin (secara khusus bagian kepala janin ) dan
plasenta, selaput dan cairan ketuban atau amnion.

d. Mekanisme Persalinan Normal


1) Masuknya kepala janin pada pintu atas panggul
Masuknya kepala ke dalam pintu atas panggul (PAP)
biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan dengan
fleksi ringan.

2) Flexion (fleksi)

Dengan majunya kepala biasanya juga fleksi bertambah


hingga ubun-ubun kecil jelas lebih rendah dari ubun-
ubun besar.

3) Internal rotation (putar paksi dalam)


Pemutaran bagian terendah janin ke depan (simfisis
pubis) atau ke belakang (sakrum). Putaran paksi dalam

7
merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi
kepala dengan bentuk jalan lahir.

4) Extension
Setelah putar paksi selesai dan kepala sampai dasar
panggul maka terjadi extensi atau defleksi dari kepala,
karena sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul
mengarah ke depan dan atas sehingga kepala harus
mengadakan extensi untuk melaluinya.

5) External rotation (putar paksi luar)


Setelah kepala lahir seluruhnya, kepala kembali
memutar ke arah punggung untuk menghilangkan torsi
pada leher karena putaran paksi dalam tadi.putaran ini
disebut putaran restitusi kemudian putaran dilanjutkan
hingga kepala berhadapan dengan tuber ischiadicum
sepihak (di sisi kiri).

6) Expulsi
Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di bawah
simfisis dan menjadi hypomochilion untuk melahirkan
bahu belakang kemudian bahu depan menyusul seluruh
badan anak lahir searah dengan paksi jalan lahir.

e. Kala Persalinan
Proses persalinan terdiri dari 4 kala, yaitu :

1) Kala I ( Kala Pembukaan )


Inpartu (partus mulai) ditandai dengan keluarnya lendir
bercampur darah (bloody show) karena servik mulai
membuka (dilatasi) dan mendatar (effecement).
Darah berasal dari pecahnya pembuluh darah kapiler
disekitar kanalis servikalis akibat pergeseran ketika
serviks mendatar dan membuka.

8
Kala pembukaan dibagi atas 2 fase :

a) Fase laten : pembukaan servik yang berlangsung


lambat sampai pembukaan 3 cm, lama 7 – 8 jam.
b) Fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 sub
fase
(1) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam,
pembukaan menjadi 4 cm.
(2) Periode dilatasi maksimal (steadi) :selama 2 jam
pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
(3) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam
waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm
(lengkap).
2) Kala II ( Kala Pengeluaran Janin )
Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi,
kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2 – 3 menit
sekali.Kepala janin telah turun dan masuk keruang
panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar
panggul yang melalui lengkung refleks menimbulkan
rasa mengedan.Karena tekanan pada rektum ibu merasa
seperti mau buang air besar, dengan tanda anus
terbuka.

Pada waktu his, kepala janin mulai terlihat, vulva


membuka dan perineum meregang. Dengan his dan
mengejan terpimpin, akan lahir kepala, diikuti oleh
seluruh badan janin. Kala II pada primi berlangsung
selama 1½ - 2 jam. Pada multi ½- 1 jam.

3) Kala III ( Kala Pengeluaran Uri )


Setelah bayi lahir, kontraksi rahim beristirahat
sebentar.Uteus teraba keras dengan fundus uteri setinggi
pusat dan berisi plasenta yang menjadi 2 kali lebih

9
tebal.Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan
pengeluaran uri. Dalam waktu 5 – 10 menit, seluruh
plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan akan
lahir spontan atau dengan sedikt dorongan dari atas
simpisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya
berlangsung 5 – 30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran
plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100
– 200 cc.
4) Kala IV
Kala IV adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah
bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu,
terutama terhadap bahaya perdarahan post partum.
Lamanya persalinan primi sekitar 14 ½ jam, pada multi
7 ¾ jam

2. Persalinan Patologi
a. Pengertian
Persalinan patologis adalah persalinan dengan komplikasi
(Sarwono, 2010)

b. Klasifikasi Persalinan Patologi berdasarkan Sarwono


(2010) yaitu
1) Persalinan dengan Perdarahan
Adalah persalinan yang di sebabkan karena plasenta
previa, solusio plasenta, robekan jalan lahir, atonia uteri,
dan anemia sehingga banyak mengeluarkan darah dari
jalan lahir.

2) Persalinan dengan KPD


Adalah persalinan yang di dahului dengan pecahnya
selaput ketuban sebelum adanya tanda – tanda
persalinan.

10
3) Persalinan dengan Preeklamsi atau Eklamsi
Persalinan dengan tekanan darah sistolik dan diastolik
lebih dari 140/90 mmhg dengan di sertai ciri – ciri
protein urin (+) dan oedema di seluruh tubuh.

4) Persalinan lama
Adalah persalinan yang abnormal atau sulit yang di
sebabkan karena kelainan his, kelainan janin, ataupun
kelainan jalan lahir.

5) Persalinan dengan Distosia


Adalah keadaan di perlukannya tambahan manuver
obstetri.

6) Persalinan Preterm

Persalinan yang berlangsung pada umur kehamilan 20 –


37 minggu di hitung dari hari pertama haid terakhir.

3. Ketuban Pecah Dini (KPD)


a. Pengertian KPD
1) Ketuban Pecah Dini adalah keadaan pecahnya selaput
ketuban sebelum persalinan. Bila Ketuban Pecah Dini
terjadi sebelum usia 37 minggu di sebut Ketuban Pecah
Dini pada kehamilan prematur (prawirohardjo, 2010).
2) Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban
sebelum waktunya melahirkan/sebelum inpartu, pada
pembukaan < 4 cm (fase laten). Hal ini dapat terjadi
pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan (Nugroho, 2010).
3) Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput
ketuban sebelum persalinan (Sarwono, 2008).
4) Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum

11
ada tanda- tanda persalinan (Wiknjosastro, 2007).

b. Etiologi
Penyebab KPD belum di ketahui dengan pasti. Kejadian
KPD mendekati 10% dari semua persalinan pada umur
kehamilan kurang dari 34 minggu, kejadian sekitar 4%
kemungkinan di sebabkan karena berbagai jenis faktor yaitu
infeksi vagina dan servik, fisiologi selaput ketuban yang
abnormal, inkompetensi servik, dan defisiensi zat gizi (asam
askorbat) pecahnya selaput ketuban berkaitan erat dengan
perubahan proses biokimia yang terjadi dalam faktor
kolagen, infeksi dan peregangan selaput ketuban (Manuaba,
2010).

Kemungkinan yang menjadi faktor predisposisinya adalah :

1) Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput


ketuban maupun asenderen dari vagina atau infeksi
pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya
KPD.
2) Servik yang inkompetensia, kanalis servikalis yang
selalu terbuka oleh karena kelainan pada servik uteri
(akibat persalinan, curetage).
3) Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat
secara berlebihan (overdistensi uterus) misalnya
trauma, hidramnion, gemelli.
4) Trauma yang di dapat misalnya hubungan seksual,
pemeriksaan dalam, maupun amniosintesis
menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya di
sertai infeksi.
5) Kelainan Letak, misalnya sungsang, sehingga tidak
ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul

12
(PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap
membrane bagian bawah.
6) Keadaan social ekonomi

7) Faktor
lain :
a) Faktor golongan darah, akibat golongan darah ibu
dan anak yang tidak sesuai dapat menimbulkan
kelemahan bawaan termasuk kelemahan jaringan
kulit ketuban.
b) Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu
c) Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan
antepartum.
d) Defisiensi gizi daritembaga atau asamaskorbat (vitamin C).

Beberapa faktor resiko dari KPD :

(1) Inkompetensi servik (leher rahim)


(2) Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
(3) Riwayat KPD sebelumnya
(4) Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
(5) Kehamilan kembar
(6) Trauma
(7) Servik (leher rahim) yang pendek (<25mm)
pada usia kehamilan 23 minggu.
(8) Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis.

13
c. Tanda dan Gejala
1) Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban
merembes melalui vagina.
2) Aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau
amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau
menetes, dengan cirri pucat dan bergaris warna darah.

3) Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus di


produksi sampai kelahiran. Tetapi apabila duduk atau
berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah
biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran
sementara.

d. Diagnosa
Menegakkan diagnosa KPD secara tepat sangat penting.
Karena diagnosa yang positif palsu berarti melakukan
intervensi seperti melahirkan bayi terlalu awal atau melakukan
seksio sesarea yang sebetulnya tidak ada indikasinya.
Sebaliknya diagnosa yang negatif palsu berarti akan
membiarkan ibu dan janin mempunyai risiko infeksi yang akan
mengancam kehidupan janin, ibu, dan keduanya. Oleh karena
itu diperlukan diagnosa yang cepat dan tepat. Diagnosa KPD
ditegakkan dengan cara :

1) Anamnesa
Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan
cairan berbau khas, dan perlu juga diperhatikan warna
keluarnya cairan tersebut, his belum teratur atau belum
ada, dan belum ada pengeluaran lendir darah.

2) Inspeksi

14
Pengamatan dengan mata biasa, akan tampak keluarnya
cairan dari vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air
ketuban masih banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas.

3) Pemeriksaan dengan spekulum


Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan tempak
keluar cairan dari ostium uteri eksternum (OUE), kalau
belum juga tampak keluar, fundus uteri ditekan, penderita
diminta batuk, mengejan atau mengadakan manuver
valsava, atau bagian terendah digoyangkan, akan tampak
keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpil pada fornik
anterior.
4) Pemeriksaan dalam
Di dalam vagina didapati cairan dan selaput ketuban
sudah tidak ada lagi. Mengenai pemeriksaan dalam
dengan toucher perlu dipertimbangkan, pada kehamilan
yang kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak
perlu diadakan pemeriksaan dalam. Karena pada waktu
pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan mengakumulasi
segmen bawah rahim dengan flora vagina yang normal.
Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi
patogen. Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan
kalau KPD yang sudah dalam persalinan atau yang
dilakukan induksi persalinan dan dibatasi sedikit mungkin
(Nugroho, 2010). Vaginal Touche (VT) tidak dianjurkan
kecuali pasien diduga inpartu. Hal ini VT akan
meningkatkan insidensi korioamnionitis, postpartum
endometritis dan infeksi neonatus. Selain itu juga
memperpendek periode laten (waktu dari ruptur hingga
terjadinya proses persalinan). (Tanto, 2014); (Nugroho,
2012); (Norma, 2013); (Sujiyatini, 2009)

15
5) Pemeriksaan USG
Ditemukan volume cairan amnion yang berkurang /
oligohidramnion, namun dalam hal ini tidak dapat
dibedakan KPD sebagai penyebab oligohidramnion
dengan penyebab lainnya.

6) Pemeriksaan Laboratorium
Untuk menentukan ada atau tidaknya infeksi, kriteria
laboratorium yang digunakan antara lain:

a. Adanya Leukositosis maternal (lebih dari


15.000/uL), adanya peningkatan C-reactive protein
cairan ketuban serta amniosentesis untuk
mendapatkan bukti yang kuat (misalnya cairan
ketuban yang mengandung leukosit yang banyak
atau bakteri pada pengecatan gram maupun pada
kultur aerob maupun anaerob).

b. Tes lakmus (Nitrazine Test) merupakan tes untuk


mengetahui pH cairan, di mana cairan amnion
memiliki pH 7,0-7,5 yang secara signifikan lebih
basa daripada cairan vagina dengan pH 4,5-5,5.
jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban. Normalnya pH
air ketuban berkisar antara 7-7,5. Namun pada tes
ini, darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan
positif palsu.

c. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah Tes


Fern. Untuk melakukan tes, sampel cairan
ditempatkan pada slide kaca dan dibiarkan kering.
Pemeriksaan diamati di bawah mikroskop untuk
mencari pola kristalisasi natrium klorida yang

16
berasal dari cairan ketuban menyerupai bentuk
seperti pakis.

e. Komplikasi
Komplikasi ketuban pecah dini yang berpengaruh terhadap ibu
dan janin
adalah (Khumaira, 2012) :
a) Prognosis ibu
Dampak KPD bagi ibu antara lain :
1) Infeksi intrapartal / dalam persalinan, jika terjadi infeksi
dan kontraksi ketuban pecah maka bisa menyebabkan
sepsis yang selanjutnya dapat mengakibatkan
meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas;
2) Infeksi puerperalis/ masa nifas;
3) Dry labour / partus lama;
4) Perdarahan post partum;
5) Meningkatkan tindakan operatif obstetric;
6) Morbiditas dan mortalitas maternal
b) Prognosis janin
Dampak KPD bagi bayi antara lain :
1) Prematuritas
Masalah yang berisiko terjadi pada persalinan prematur
antara lain respiratory distress syndrome, neonatal
feeding problem, hypothermia, retinophaty of
prematurity, necrotizing enterocolitis, intraventricular
hemorrhage, brain disorder sepsis, anemia,
hyperbilirubinemia.
2) Prolapse funiculli/ penurunan tali pusat
Pecahnya ketuban dapat terjadi oligohidramnion
sehingga tali pusat tertekan dan terjadi hipoksia.
Semakin sedikit volume air ketuban maka janin semakin
dalam keadaan gawat (Tanto, 2014).

17
3) Hipoksia dan asfiksia sekunder (kekurangan oksigen
pada bayi).
Hal ini dapat mengakibatkan kompresi tali pusat, partus
lama, ensefalopaty, perdarahan intracranial, respiratory
distress, renal failure, cerebral palsy, apgar score
rendah, prolapse uteri.
4) Sindrom deformitas janin
Hal ini terjadi akibat oligohidramnion sehingga dapat
menyebabkan hypoplasia paru, deformitas ekstermitas
dan pertumbuhan janin terhambat.
5) Morbiditas dan mortalitas perinatal

18
f. Penatalaksanaan
KPD termasuk dalam kehamilan beresiko tinggi.
Kesalahan dalam mengelola KPD akan membawa akibat
meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas ibu maupun
bayinya. Penatalaksanaan KPD masih dilema bagi sebagian
besar ahli kebidanan. Kasus KPD yang cukup bulan, kalau
segera mengakhiri kehamilan akan menaikkan insidensi
bedah sesarea, dan kalau menunggu persalinan spontan
akan menaikkan insidensi korioamnionitis.

Kasus KPD yang kurang bulan kalau menempuh


cara-cara aktif harus dipastikan bahwa tidak akan terjadi
Respiratory Distress Syndrome (RDS), dan kalau
menempuh cara konservatif dengan maksud untuk
memberi waktu pematangan paru, harus bisa memantau
keadaan janin dan infeksi yang akan memperjelek
prognosis janin.

Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur


kehamilan.Kalau umur kehamilan tidak di ketahui secara
pasti segera lakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG)
untuk mengetahui umur kehamilan dan letak janin.

Risiko yang lebih sering pada KPD dengan janin


kurang bulan adalah RDS dibandingkan dengan sepsis.
Oleh karena itu pada kehamilan kurang bulan perlu
evaluasi hati-hati untuk menentukan waktu yang optimal
untuk persalinan. Pada umur kehamilan 34 minggu atau
lebih biasanya paru-paru sudah matang, korioamnionitis
yang diikuti dengan sepsis pada janin merupakan sebab
utama meningginya morbiditas dan mortalitas janin.

19
Sedangkan kehamilan cukup bulan, infeksi janin
langsung berhubungan dengan lama pecahnya selaput
ketuban atau lamanya periode laten.

Penatalaksanaannya pada kasus KPD antara lain:

1) Konservatif
Penatalaksanaan konservatif meliputi pemeriksaan
leukosit tiap hari, tanda-tanda vital tiap 4 jam, pantau DJJ,
pemberian antibiotik tiap 6 jam. Adapun tatalaksananya :

a) Rawat di rumah sakit.


b) Berikan antibiotic : Bila ketuban pecah > 6 jam
(ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tidak
tahan ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg
selama 7 hari).
c) Umur kehamilan < 32 - 34 minggu, dirawat selama
air ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban
tidak lagi keluar.
d) Jika usia kehamilan 32 - 37 minggu, belum inpartu,
tidak ada infeksi, tes busa negatif beri
deksametason, observasi tanda- tanda infeksi, dan
kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37
minggu.
e) Jika usia kehamilan 32 - 37 minggu, sudah inpartu,
tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol),
deksametason, dan induksi sesudah 24 jam.
f) Jika usia kehamilan 32 - 37 minggu, ada infeksi,
beri antibiotik dan lakukan induksi.
g) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-
tanda infeksi intrauterin).
h) Pada usia kehamilan 32 - 37 minggu berikan steroid
untuk memacu kematangan paru janin, dan bila

20
memungkinkan periksa kadar lesitin dan
spingomielintiap minggu. Dosis betametason 12 mg
sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason I.M.
5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.

21
2) Aktif

Kehamilan > 35 minggu, induksi dengan oksitosin.Bila


gagal seksio sesarea.Dapat pula diberikan misoprostol 25
µg - 50 µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.Bila ada
tanda-tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan
persalinan diakhiri.

a) Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks,


kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri
persalinan dengan seksio sesarea.
b) Bila skor pelvik > 5, induksi persalinan (Winkjosastro, 2010).

B. Teori Manajemen Kebidanan


1. Pengertian
a. Asuhan Kebidanan
Asuhan kebidanan merupakan penerapan fungsi dan kegiatan
yang menjadi tanggung jawab bidan dalam memberikan
pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan/masalah
dibidang kesehatan ibu pada masa kehamilan, persalinan,
nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana (Muslihatun,
Mufdillah, dan Setiyawati, 2009).

b. Manajemen Kebidanan
Mananjemen kebidanan merupakan proses pemecahan
masalah dalam melaksanakan asuhan, yang digunakan oleh
bidan sebagai satu metode pengaturan atau
pengorganisasian antara pikiran dan tindakan dalam urutan
yang logis dalam memberi asuhan(Mandriwati,
2012).Manajemen kebidanan menurut Varney terdiri dari 7
langkah yaitu : pengumpulan data dasar, interpretasi data
dasar, mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial,

22
mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang
memerlukan penanganan segera, merencanakan asuhan
yang menyeluruh,melaksanakan perencanaan, kemudian
evaluasi (Muslihatun, Mufdillah, dan Setiyawati, 2009).

2. Proses Manajemen Kebidanan


a. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk
mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu riwayat
kesehatan, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya,
meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya, meninjau
data laboratorium dan membandingkannya dengan hasil studi
(Muslihatun, Mufdillah, dan Setiyawati, 2009).

Data mengenai hal tersebut dapat diperoleh dengan cara


anamnesis, yang mencakup biodata atau identitas, riwayat
menstruasi, kesehatan, kehamilan, persalinan dan nifas,
biopsikospiritual, dll; pemeriksaan fisik sesuai dengan
kebutuhan dan pemeriksaan; pemeriksaan khusus, seperti
palpasi, auskultasi, perkusi, dan pemeriksaan penunjang
(Mamik, 2010).

Terkait dengan teori Varney di atas maka, dalam hal ini


diadakan pengumpulan data pada sesuai dengan identifikasi
yang penulis dapat di Ruang Annisa RSI tentang KPD. Tujuan
identifikasi data dasar pada KPD yaitu untuk mendapatkan
informasi yang lebih rinci dari klien yang nantinya akan dijadikan
acuan untuk melakukan tindakan selanjutnya.

b. Langkah II : Interpretasi Data Dasar


Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar
terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien
berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data yang

23
telah dikumpulkan.Data dasar yang telah dikumpulkan
diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa
yang spesifik.

Diagnosa tersebut berupa pendalaman masalah yang dialami


oleh klien, dalam hal ini dilakukan diagnosa tentang apa itu KPD
dan apa penyebab terjadinya KPD. Selanjutnya dapat di
simpulkan bahwa klien tersebut benar mengalami KPD.

c. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial


Pada langkah ini dilakukan pengidentifikasian masalah
atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah
dan diagnosa yang telah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial benar-benar
terjadi.

Dari hasil diagnosa klien, maka sebelumnya klien diberi


informasi dan penjelasan tentang kemungkinan-kemungkinan
yang akan terjadi apabila KPD tersebut tidak segera
ditindaklanjuti.

d. Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan


yang Memerlukan Penanganan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan
atau dokter dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani
bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai
dengan kondisi klien yaitu KPD. Langkah keempat
mencerminkan keseimbangan dari asuhan proses
manajemen kebidanan. Bukan hanya selama asuhan primer
periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi selama wanita

24
bersama bidan terus-menerus, misalnya pada waktu klien
tersebut dalam persalinan.

e. Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh


Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang
menyeluruh, ditentukan langkah-langkah sebelumnya.
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap
diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau
antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya
meliputi apa yang sudah diidentifikasi dari kondisi klien atau
dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka
pedoman antisipasi terhadap klien tersebut seperti apa yang
diperkirakan akan terjadi berikutnya.
Dengan perkataan lain asuhan terhadap klien tersebut
sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua
aspek asuhan, setiap rencana asuhan harus disetujui oleh
kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien agar dapat
dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian
dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu pada
langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan
terhadap klien sesuai dengan pembahasan rencana bersama
klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum
melaksanakan tindakan pada kasus KPD.

f. Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan


Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di
langkah kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
bekerjasama dengan tim kesehatan lain. Jika bidan tidak
melakukan sendiri, ia tetap memilki tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya, memastikan agar langkah-
langkah tersebut benar-benar terlaksana.

25
g. Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan keburuhan akan
bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sebagaimana telah di identifikasi didalam masalah
dan diagnosis. Evaluasi mencakup jangka pendek, yaitu
sesaat setelah intervensi dilaksanakan, dan jangka panjang
yaitu menunggu proses sampai kunjungan
berikutnya/kunjungan ulang. Rencana tersebut dapat
dianggap efektif jika memang benar efektif pelaksaannya
(Muslihatun, Mufdillah, dan Setiyawati, 2009).

3. Manajemen Kebidanan metode SOAP


Menurut Mufdillah (2009) pendokumentasian atau catatan
manajemen kebidanan dapat diterapkan dengan metode
SOAP. Dalam metode SOAP, S adalah data subjektif, O
adalah objektif, A adalah Analysia/Assessment dan P adalah
planning. SOAP merupakan catatan yang bersifat sederhana,
jelas, logis dan singkat. Prinsip dari metode SOAP ini
merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen.

S = Subjektif : Menggambarkan pendokumentasian hasil


pengumpulan data klien melalui anamnesa sebagai langkah I
Varney.

O = Obyektif : Menggambarkan pendokumentasian hasil


pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan tes diagnostik
lain yang dirumuskan dalam data focus untuk mendukung
asuhan sebagai langkah I Varney.

A = Assesment : Menggambarkan pendokumentasian hasil


analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu
identifikasi diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan.

26
P = Planning : Menggambarkanpendokumentasian dari
diagnosa potensial, antisipasi penanganan diagnosa potensial,
kebutuhan/tindakan segera, rencana tindakan,pelaksanaan
dan evaluasi perencanaan berdasarkan assessment sebagai
langkah 3, 4, 5, 6 dan 7 varney(Kepmenkes, 2007).

27
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PATOLOGIS PADA NY. H
DENGAN KETUBAN PECAH DINI 5 JAM
DI RUANG BERSALIN UPT BLUD PUSKESMAS GERUNG

Tanggal masuk : 6 November 2020 Pukul : 03.00 WITA


Tanggal pengkajian : 6 November 2020 Pukul : 08.00 WITA
Ruang : Bersalin No. Register : 15-xx-xx

I. PENGUMPULAN DATA DASAR


A. DATA SUBJEKTIF
1) Biodata
Nama Pasien : Ny. H Nama Suami : Tn. R
Umur : 26 Tahun Umur : 29 tahun
Suku/Bangsa : Sasak/Indonesia Suku/Bangsa : Sasak/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMU Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Buruh
Alamat rumah : Kesume Daye, Banyu Urip, Gerung, Lombok Barat

2) Keluhan utama pada waktu masuk

Ibu mengatakan ia hamil 9 bulan datang dengan keluhan


keluar air banyak dari jalan lahir, warnanya jernih sejak tanggal
6/11/2020 pukul 00.50 WITA, sakit perut (+) hilang timbul,
pengeluaran lendir darah (-) dan janin masih dirasakan
bergerak sampai saat ini.

3) Riwayat Menstruasi

Menarche : Umur 14 tahun

28
Banyaknya : 2-3 kali ganti pembalut /hari
Siklus : 28-31 hari, tidak teratur
Keluhan : terkadang mules
Jenis dan warna : cair, warna merah tua
Lamanya : 6 – 7 hari

5) Pengeluaran Pervaginam dan Tanda-tanda persalinan


Lendir darah : tidak ada
Air ketuban : ada, rembes
Darah : tidak ada
His/kontraksi : ada, tidak kuat dan tidak sering

7) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Penolo Riwayat penyulit BBL


Tempat Jenis
Hamil UK ng
persalin persalin BB Umur Ket
ke (bln) persali H P N JK
an an (gr) (thn)
nan
I aterm RSP3 Bidan Spontan taa taa taa 2690 P 3,5 th Hidup
ini

8) Riwayat Kehamilan sekarang


a. Hamil ke : 2 (kedua)
b. UK menurut ibu : 9 bulan
c. HPHT : 5-2-2020
d. Gerakan janin : Dirasakan ibu sejak usia kehamilan 4
bulan, dan hingga kini dirasakan aktif ± 10 kali dalam 12 jam.
e. Tanda bahaya/penyulit: Ibu tidak pernah mengalami tanda
bahaya atau penyulit selama kehamilan ini
f. Imunisasi TT : Sudah lengkap
g. Keluhan umum : Tidak Ada

29
h. Obat yang dikonsumsi : Obat dokter (Tablet Fe, Paracematol,
Vitamin B6, kalk)
i. Kekhawatiran – kekhawatiran khusus : Tidak Ada

9) Riwayat ANC : 7x di Polindes

Tabel ANC
TD BB Uk TFU Pemerik Tindakan Naseha
Letak
Tgl Keluhan DJJ Lab saan (Therapi yang
(mmHg) (kg) (mgg) (cm) janin
Khusus TT/Fe) disampaik

PPT (+)
Hb : 11,5 gr
SF XXX,
Mual- % Nutrisi,
21-3- PCT,
mual, 80/60 35 6-7 BT Pro : (-) control
2020 VIT. B6
pusing - - Glu : (-) - bulan la
HIV :(-)
HBSAg :(-)
Sypilis : (-)
1 jari
Minum F
diata
15-4- Mual- setiap ha
100/60 37 10 s Ballt SF XXX
2020 mual - - - control
symp (+) bulan la
isis

3 jari Istiraha
20-5- Mual- diatas Yang Cuk
100/60 37 15 Ballt SF XXX
2020 mual sympi - - - Control
sis (+) Bulan La

Banyak
½
SF XXX makan bu
19-6- pusat Ballt
taa 90/60 40 17-18 - - - dan sayu
2020 simpi (+)
istiraha
sis
yang cuk

Kenali
12-8- Ballt tanda-tan
taa 110/60 45 27 18 cm (+) - - SF XXX
2020 (+) bahaya ib
hamil

Letke Istiraha
9-9-2020 taa 110/70 48 28 19 cm (+) - - SF XXX
p yang cuk

30
08-10- Letke USG d
taa 110/70 51 32 23 cm (+) - - SF XXX
2020 p klinik

9) Riwayat Keluarga Berencana

Ibu mengatakan sebelum hamil pernah menggunakan alat

kontrasepsi KB Suntik 3 Bulan selama 2 tahun, alasan berhenti

karena ingin mempunyai anak.

10) Riwayat Penyakit Ibu

Ibu mengatakan tidak pernah dioperasi, tidak pernah menderita

penyakit gula, tekanan darah tinggi, jantung, asma, TBC,

kanker, maupun penyakit menular seksual.

11) Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita

penyakit gula, tekanan darah tinggi, jantung, asma, TBC,

kanker, maupun penyakit menular seksual serta tidak ada

riwayat keturunan kembar maupun cacat bawaan.

12) Riwayat Sosial, Ekonomi, dan Psikososial

Kawin / tidak kawin : Kawin


Usia kawin pertama : 21 tahun
Lama perkawinan : 5 tahun
Perasaan Ibu dan keluarga terhadap persalinan ini cemas.
Pengambilan keputusan dalam keluarga dilakukan secara
musyawarah.

31
Tempat rujukan jika ada komplikasi di Rumah Sakit Patut Patuh
Patju.
13) Pola Kebutuhan Sehari-hari

a. Nutrisi Terakhir

Ibu mengatakan makan dan minum terakhir tanggal 5


November 2020 pukul 19.00 WITA

Tabel Pemenuhan Nutrisi Ibu sebelum dan saat hamil


Makan
Sebelum hamil Saat hamil
Nasi, sayur, tempe, Nasi, sayur, tempe, tahu,
Komposisi tahu, ikan, ikan, telur, daging, susu,
telur,daging, buah buah
Nasi 1 ½ piring, Sayur ½
Nasi 1 piring, Sayur ½
mangkok kecil,Tempe 2-3
mangkok kecil,Tempe
potong,Tahu 2-3
Porsi 2-3 potong,Tahu 2-3
potong,Ikan 1 ekor,Telur
potong,Ikan 1
1 butir, susu 3 gelas,
ekor,Telur 1 butir
buah 3 buah
Frekuensi 2-3x sehari 3- 4x sehari
Kesulitan Tidak ada Tidak Ada
Pantangan Tidak ada Tidak Ada
Minum
Sebelum hamil Saat hamil
Komposisi Air putih Air putih dan susu
6-7x sehari dan susu 1
Frekuensi 5-6 x sehari
gelas
Kesulitan Tidak ada Tidak ada

b. Istirahat Terakhir

Ibu mengatakan tidur terakhir pukul 21.00 WITA sampai


pukul 23.00 WITA tanggal 5 November 2020. Ibu
mengatakan biasanya ia tidur siang selama 2 jam dan tidur
malam selama 8 jam, serta ibu mengatakan tidak ada
keluhan.

32
Tabel Istirahat Ibu Sebelum dan Saat Hamil
Sebelum hamil Saat hamil
Siang + 1-2 jam + 1-2 jam
Malam + 7-8 jam +7-8 jam
Kesulitan Tidak ada Tidak ada

c. Eliminasi Terakhir

Ibu mengatakan BAB terakhir pukul 07.00 WITA tanggal 5


November 2020 warna kuning, konsistensi lunak, bau khas
feses. Ibu mengatakan BAK terakhir pukul 19.00 WITA
tanggal 5 November 2020 warna kuning jernih, bau khas
urin. Ibu mengatakan pada biasanya frekuensi ia BAK
dalam sehari yaitu 5 kali dan BAB dalam sehari yaitu 1 kali.

Tabel Eliminasi Ibu sebelum dan saat hamil


BAK
Sebelum hamil Saat hamil
Frekuensi 4-5 x sehari 6-7 x sehari
Warna kuning jernih Kuning jernih
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
BAB
Sebelum hamil Saat hamil
Frekuensi 1 x sehari 1 x sehari
Konsistensi Padat Padat
Kesulitan Tidak ada Tidak ada

d. Personal hygiene

Ibu mengatakan mandi, gosok gigi dan ganti baju dan


pakaian dalam terakhir pukul 16.30 WITA tanggal 5
November 2020

Tabel Personal Hygiene Ibu Sebelum dan Saat Hamil

Sebelum hamil Saat hamil


Mandi 2 x sehari 2 x sehari
Gosok gigi 2 x sehari 2 x sehari
Ganti pakaian 2 x sehari 2 x sehari

33
e. Aktivitas terakhir

Aktivitas terakhir ibu dirumah yaitu berbaring ditempat tidur.


f. Hubungan Seksual
Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual terakhir 1
minggu yang lalu.

g. Kebiasaan Hidup
Merokok : Tidak pernah.
Jamu : Tidak pernah.
Minum-minuman keras : Tidak pernah.
Obat-obatan : Ibu hanya mengonsumsi obat dari
bidan.

B. DATA OBJEKTIF

1) Pemeriksaan Umum

a) Keadaan Umum : Baik.


b) Kesadaran : Compos mentis
c) Vital Sign :
Tekanan darah : 110/80 mmHg Suhu axila : 36,5 ºC
Nadi : 80 x/menit Respirasi : 22 x/menit
d) Tinggi Badan : 154,5 cm
e) Berat Badan Sekarang : 52 kg BB sebelum hamil : 44 kg
f) Lingkar Lengan Atas : 23,5 cm
g) HTP : 12-11-2020

2) Pemeriksaan Fisik

a) Kepala
Muka : bersih, tidak pucat, tidak ada chloasma
gravidarum.

34
Mata : simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih.
Mulut/Gigi : bersih, tidak ada sariawan, tidak ada gigi
berlubang.
b) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
maupun kelenjar tyroid dan tidak ada bendungan
vena jugularis.
c) Payudara : simetris, bersih, ada hiperpigmentasi areola,
putting
susu menonjol, kolostrum sudah keluar
dan tidak ada benjolan abnormal.

d) Abdomen
Pembesaran perut sesuai dengan umur kehamilan, terdapat
striae
livide, terdapat linea nigra dan tidak ada bekas operasi.
Leopold I : TFU berada di pertengahan
proccesusxypoid
dan umbilikus, teraba bulat, lunak,
tidak
melenting (bokong janin).
Leopold II : teraba tahanan keras memanjang pada
perut sebelah kanan (punggung janin) dan
bagian-bagian kecil janin pada
perut sebelah kiri (ekstremitas).

Leopold III : teraba bulat, keras, melenting, kepala


janin
sudah tidak bisa digoyang.
Leopold IV : divergen, bagian bawah janin sudah
masuk
PAP, penurunan kepala 4/5 bagian.
TFU Mc.Donald : 31 cm
Taksiran berat janin : (31-11) x 155 = 3100 gram.

35
DJJ : 144 x/menit, irama teratur 12-12-12
His : 1 x 10’ ~ 15” intensitas : lemah
Punctum maximum : kuadran kanan bawah pusat.

e) Genitalia
Inspeksi : Tidak ada oedema, tidak ada varises,
tidak ada pembesaran kelenjar
bartholini, tidak ada pembesaran
kelenjar skene
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada kelenjar
skene, tidak ada nyeri tekan pada
kelenjar bartholini
Pemeriksaan Dalam : tidak ada pembukaan jalan lahir,
pengeluaran pervaginam keluar cairan
berwarna jernih (air ketuban) (pukul :
03.00 WITA)
f) Ekstremitas : jari tangan dan kaki tidak ada kelainan,
simetris, lengkap jumlah jarinya, tidak
oedema, tidak ada varices, kuku tidak
pucat, tidak kuning, Reflex patella +/+ dan
reflex kubiti +/+. Tidak ada pembengkakan
pada tangan yang di pasang infus yaitu
tangan kiri (pemasangan infus telah
dilakukan oleh petugas piket malam)

4) Pemeriksaan Penunjang
a. Lakmus : lakmus merah menjadi biru
b. Rapid test : non-reaktif

36
II. INTERPRETASI DATA

a. Diagnosa Kebidanan
G2P1A0H1 UK 39-40 minggu T/H/IU Preskep K/U ibu dan janin baik
dengan KPD 5 jam

Data Subyektif:

a) Ibu mengatakan bernama Ny.H saat ini berumur 26 tahun.


b) Ibu mengatakan ini adalah kehamilan ke-2nya, ia pernah
melahirkan 1 kali, tidak pernah mengalami abortus, dan anaknya
hidup
c) Ibu mengatakan HPHT nya adalah tanggal 5 Februari 2020
d) Ibu mengatakan keluar cairan merembes dari jalan lahir sejak
tanggal 6/11/2020 pukul 00.50 WITA.

Data Obyektif:
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : compos mentis
3. Vital Sign :
Tekanan darah : 110/70 mmHg Suhu : 36,5 ºC
Nadi : 80 x/menit Respirasi : 22 x/menit
4. Palpasi Abdomen:
Leopold I : TFU berada di pertengahan proccesus
xypoid dan umbilikus, teraba bulat, lunak, tidak melenting
(bokong janin).

Leopold II : teraba tahanan keras memanjang pada


perut sebelah kanan (punggung janin) dan bagian-bagian kecil
janin pada perut sebelah kiri (ekstremitas).

Leopold III : teraba bulat, keras, melenting, kepala


janin sudah tidak bisa digoyang.

Leopold IV : divergen, bagian bawah janin sudah


masuk PAP, penurunan kepala 4/5 bagian.

37
TFU Mc.Donald : 31 cm

Taksiran berat janin : (31-11) x 155 = 3100 gram.

DJJ : 144 x/menit teratur.

Punctum maximum : kuadran kanan bawah pusat.

5. Genitalia
Inspeksi : Tidak ada oedema, tidak ada varises, tidak
ada pembesaran kelenjar bartholini
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada kelenjar
skene, tidak ada pembukaan jalan lahir,
pengeluaran pervaginam keluar cairan
berwarna jernih (air ketuban) (dilakukan
pemeriksaan VT pukul 03.00 oleh petugas
piket Malam)
f) Ekstremitas : jari tangan dan kaki tidak ada kelainan,
simetris, lengkap jumlah jarinya, tidak
oedema, tidak ada varices, kuku tidak
pucat, tidak kuning, Reflex patella +/+ dan
reflex kubiti +/+. Tidak ada pembengkakan
pada tangan yang di pasang infus yaitu
tangan kiri (pemasangan infus telah
dilakukan oleh petugas piket malam)
b. Masalah

Ibu cemas dengan keadaan bayinya.

c. Kebutuhan

Dukungan emosional berupa motivasi ibu untuk tetap tenang dan


sabar.

III. DIAGNOSA POTENSIAL DAN ANTISIPASI


Bagi Ibu : Infeksi, antisipasi yaitu pemberian antibiotic ampisilin

38
500 mg
Bagi janin : terjadi infeksi dan dapat mengakibatkan bayi ikterus,
jika tidak segera ditangani akan mengakibatkan bayi
menjadi kernikterus, sehingga bayi mengalami sepsis
neonatorum.

IV. TINDAKAN SEGERA


Kolaborasi dengan Dokter Jaga yaitu melanjutkan advice dokter
pemberian infus 1 flash yang ke-2 dan ampisilin 1 gr yang ke-2.

V. RENCANA TINDAKAN

Tanggal : 6 - 11 - 2020

Pukul : 08.10 WITA


1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan kondisi ibu sekarang
2. Lakukan informed consent kepada ibu dan keluarga, persetujuan
atas segala tindakan medis yang akan dilakukan pada ibu
3. Lakukan advice dokter jaga yaitu lanjutkan pasang infus RL 1 flash
20 tpm yang ke-2 dan beri ampisilin 1 gr secara IV yang ke-2
4. Beri dukungan psikologis untuk mengurangi kecemasan ibu dengan
hadirkan keluarganya, sesuai protokol kesehatan saat pandemi
Covid-19 saat ini pasien dapat ditemani hanya dengan 1 orang
pendamping yaitu suaminya
5. Anjurkan pada ibu makan dan minum untuk tenaga ibu dalam
pemenuhan nutrisi, karena saat ini disamping pemenuhan nutrisi
melalui infus, ibu juga butuh pemenuhan nutrisi dari makan dan
minum untuk menggantikan cairan yang hilang, yaitu pemenuhan
input dan output nutrisi ibu dan janin
6. Beritahu ibu untuk istirahat total ditempat tidur dan anjurkan tidur
miring kanan/kiri agar tidak menyebabkan tali pusat menumbung
yang disebabkan karena adanya gaya gravitasi yang akan
menekan tali pusat untuk keluar dan terdorong oleh cairan ketuban

39
7. Observasi kesejahteraan ibu dan janin
8. Observasi kemajuan persalinan dengan menghitung his (kontraksi)
9. Lakukan dokumentasi asuhan kebidanan persalinan patologis
dengan manajemen varney
10. Lakukan persiapan merujuk pasien ke RSP3 yaitu BAKSOKUDA
antara lain :
a. Bidan (B) : Pastikan ibu didampingi tenaga kesehatan
salah satunya Bidan
b. Alat (A) : Bawa perlengkapan yang diperlukan seperti
spuit, infus set, partus set, tensimeter, dan stetoskop
c. Keluarga (K) : Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu
dan alasan ia di rujuk
d. Surat (S) : Beri surat ke tempat rujukan berisi identifikasi
ibu, alas an rujukan, asuhan dan obat-obatan yang telah
diterima ibu
e. Obat (O) : Bawa obat-obat esensial yang diperlukan
selama perjalanan merujuk
f. Kendaraan (K) : Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk
ibu dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat
rujukan dalam waktu yang cepat
g. Uang (U) : Ingatkan keluarga untuk membawa uang
dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat dan bahan
keseharan yang diperlukan di tempat rujukan seperti BPJS
h. Darah (DA) : Siapkan darah untuk sewaktu-waktu
membutuhkan transfusi darah apabila terjadi perdarahan

40
VI. PELAKSANAAN

Penatalaksanaan I
Tanggal : 6 - 11 - 2020
Pukul : 08.12 WITA
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa
keadaan ibu dan janin sehat
2. Melakukan informed consent kepada ibu dan keluarga, yang
berisi persetujuan atas segala tindakan medis yang akan
dilakukan untuk menolong kelahiran bayi
3. Melakukan advice Dokter Jaga yaitu :
a. Memasang infus RL 1 flash 20 tpm yang ke-2
b. Memberikan injeksi Ampicilin 1 gr secara IV yang ke-2
4. Memberi dukungan psikologis untuk mengurangi kecemasan ibu
dengan menghadirkan keluarganya, sesuai protokol kesehatan saat
pandemi Covid-19 saat ini pasien dapat ditemani hanya dengan 1
orang pendamping yaitu suaminya
5. Menganjurkan pada ibu makan dan minum untuk tenaga ibu dalam
pemenuhan nutrisi, karena saat ini disamping pemenuhan nutrisi
melalui infus, ibu juga butuh pemenuhan nutrisi dari makan dan
minum untuk menggantikan cairan yang hilang, yaitu pemenuhan
input dan output nutrisi ibu dan janin
6. Memberitahu ibu untuk bed rest ditempat tidur dan menganjurkan
ibu tidur miring kiri atau kanan, agar tidak menyebabkan tali pusat
menumbung yang disebabkan karena adanya gaya gravitasi yang
akan menekan tali pusat untuk keluar dan terdorong oleh cairan
ketuban
7. Mengobservasi kesejahteraan ibu dan janin
Catatan perkembangan berisi observasi nadi, DJJ, his setiap 1 jam,
suhu setiap 2 jam dan tekanan darah setiap 4 jam
8. Melakukan observasi kemajuan persalinan dengan menghitung his
(kontraksi)

41
9. Melakukan dokumentasi asuhan kebidanan persalinan patologis
dengan manajemen varney
10. Melakukan persiapan untuk merujuk pasien yaitu BAKSOKUDA :
a. Bidan (B) : memastikan ibu didampingi tenaga kesehatan
salah satunya Bidan
b. Alat (A) : membawa perlengkapan yang diperlukan
seperti spuit, infus set, partus set, tensimeter, dan stetoskop
c. Keluarga (K) : memberitahu keluarga tentang kondisi terakhir
ibu dan alasan ia di rujuk
d. Surat (S) : memberi surat ke tempat rujukan berisi
identifikasi ibu, alas an rujukan, asuhan dan obat-obatan yang
telah diterima ibu
e. Obat (O) : membawa obat-obat esensial yang diperlukan
selama perjalanan merujuk
f. Kendaraan (K) : menyiapkan kendaraan yang cukup baik
untuk ibu dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai
tempat rujukan dalam waktu yang cepat
g. Uang (U) : mengingatkan keluarga untuk membawa uang
dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat dan bahan
keseharan yang diperlukan di tempat rujukan seperti BPJS
h. Darah (DA) : menyiapkan darah untuk sewaktu-waktu
membutuhkan transfusi darah apabila terjadi perdarahan

Penatalaksanaan II
Tanggal : 6 - 11 - 2020
Pukul : 13.00 WITA
1. Merujuk pasien ke RSP3 pada pukul 13.00 WITA

42
Riwayat Observasi (tanggal 6/11/2020 pukul 03.00-07.00)

Pengeluara
n
Tgl/ HIS DJJ TTV Keluhan
pervagina
Jam
m
Fre La Inte +/ Iram
Frek TD N S
k ma ns - a
6/11/20 20” 2x ringa + 140 terat 110/ 80 36,5 Keluar air Ibu mengeluh VT
20
10’ n ur 80 pervaginam keluar air
(03.00)
merembes sejak tanggal pe
6/11/2020 pkl.
00.50 WITA ke
sakit perut (+) me
hilang timbul,
keluar lendir Pe
(-) dan janin a
masih RL
dirasakan dan
bergerak am
sampai saat 1
ini
(04.00) 10” 1x ringa + 136 terat - 81 - Keluar air Ibu mengeluh
10’ n ur jernih keluar airnya
merembes sedikit demi
sedikit
(05.00) 15” 1x ringa + 136 terat - 80 36,5 Keluar air Ibu mengeluh
10’ n ur jernih dirinya ingin
merembes BAK
(06.00) - - - + 140 terat - 82 - Keluar air Ibu tidak ada
ur jernih mengeluh
merembes
(07.00) - - - + 140 terat 110/ 80 36,6 Keluar air Ibu tidak ada
ur 70 jernih mengeluh

43
merembes

Pengeluara
n
Tgl/ HIS DJJ TTV Keluhan
pervagina
Jam
m
Fre La Inte +/ Iram
Frek TD N S
k ma ns - a
(08.00) 15” 1x lema + 144 terat - 82 - Keluar air Ibu tidak ada
10’ h ur jernih mengeluh
merembes
(09.00) - - - + 136 terat - 81 36,5 Keluar air Ibu tidak ada Pe
ur jernih mengeluh in
sedikit fla
da
am

(10.00) - - - + 136 terat - 80 - Keluar air Ibu tidak ada


ur jernih mengeluh
sedikit
(11.00) - - - + 140 terat 110/ 81 36,6 Keluar air Ibu tidak ada
ur 70 jernih mengeluh
sedikit
(12.00) - - - + 144 terat - 81 - Keluar air Ibu tidak ada
ur jernih mengeluh
sedikit
Lembar Observasi (tanggal 6/11/2020 pukul 08.00-12.00)

44
VII. EVALUASI
Evaluasi I
Tanggal : 6 - 11 - 2020
Pukul : 12.00 WITA
1. Ibu dan keluarga sudah mengerti hasil pemeriksaan keadaan
umum baik, kesadaran compos mentis, tekanan darah: 110/70
mmHg, suhu 36,6 ºC, nadi : 81 x/menit, respirasi : 22 x/menit, DJJ
(+) teratur 12-12-12, dan tidak ada kemajuan persalinan. Hasil
pemeriksaan keseluruhan tidak menunjukkan infeksi yaitu tidak
ada tanda-tanda infeksi seperti dolor(nyeri), kalor(panas),
tumor(bengkak), rubor(kemerahan), dan fungsio laesa(perubahan
fungsi jaringan)
2. Suami sudah mengerti dan menandatangani informed consent.
3. Advice dokter telah dilakukan yaitu pemasangan infus yang ke-2
dan injeksi amphisilin yang ke-2
4. Ibu tampak segar, murah senyum, dan dapat lebih responsif saat
ditanya bidan
5. Ibu sudah makan dengan jenis nasi, sayur, dan tahu goreng porsi
sedang dan minum air putih 2 gelas sehingga sudah tercukupi
nutrisi ibu dan janin dan terpenuhinya mekanisme input dan output
nutrisi ibu dan janin
6. Ibu sudah melakukan istirahat total di tempat tidur dan juga sudah
melakukan miring kiri/kanan secara berkala sehingga tidak ada tali
pusat menumbung
7. Dokumentasi sudah dilakukan sesuai asuhan kebidanan
persalinan patologis dengan manajemen varney

Evaluasi II
Tanggal : 6 - 11 - 2020
Pukul : 13.00 WITA
1. Persiapan merujuk sudah siap sesuai BAKSOKUDA yaitu :

45
a. Bidan (B) : pasien didampingi bidan
b. Alat (A) : perlengkapan yang diperlukan sudah dibawa
c. Keluarga (K) : keluarga sudah mengetahui bahwa pasien akan
dirujuk
d. Surat (S) : sudah memberi surat ke tempat rujukan
e. Obat (O) : obat-obat esensial yang diperlukan selama
perjalanan merujuk sudah dibawa
f. Kendaraan (K) : pasien diantarkan menggunakan ambulance
puskesmas
g. Uang (U) : keluarga sudah membawa BPJS dan sudah
membawa uang di dompet
h. Darah (DA) : golongan darah yang sama dengan pasien adalah
suaminya
2. Pasien telah diterima di rumah sakit rujukan yaitu Rumah Sakit Patut
Patuh Patju Gerung pada pukul 13.10 WITA

46
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pembahasan ini, kelompok akan menjelaskan kesenjangan yang terjadi
antara teori yang ada dengan praktik yang dilakukan di lahan. Pembahasan ini
dibuat dengan maksud agar dapat diambil suatu kesimpulan dan pemecahan
masalah dari kesenjangan yang terjadi sehingga dapat digunakan sebagai tindak
lanjut dalam penerapan dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin
dengan ketuban pecah dini.
Pada bab ini akan diuraikan tentang kesenjangan yang terjadi dalam
penerapan proses asuhan kebidanan intranatal care pada Ny “ H “ G 2P1A0H1 UK 39-
40 minggu T/H/IU preskep k/u ibu dan janin baik dengan Ketuban Pecah Dini (KPD)
5 jam. Pembahasan ini disusun berdasarkan teori dengan asuhan yang diberikan
berdasarkan pendekatan manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh
langkah ( VARNEY ).
A. Langkah I Pengumpulan Data Dasar
Dalam pengkajian yang dimulai dari pengumpulan data berupa anamnesa
serta data-data yang dapat ditemukan saat melakukan anamnesa yang dapat
mendukung terjadinya kasus tersebut. Setelah dilakukan anamnesa, dilakukan
pemeriksaan fisik berupa inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi. Selain
pemeriksaan fisik, juga dilakukan pemeriksaan dalam untuk memantau kemajuan
persalinan, khususnya untuk memastikan pecahnya selaput ketuban. Dalam
tahapan pengkajian data, kelompok tidak mendapat hambatan. Hal ini karena
respon kooperatif ibu yang dapat menerima kehadiran penulis saat pengumpulan
data sampai tindakan yang diberikan. Ibu menunjukkan sikap terbuka dan menerima
anjuran serta saran yang diberikan oleh bidan maupun tenaga medis lainnya dalam
memberikan asuhan kebidanan.
Pada kasus Ny H didapatkan riwayat keluhan berupa terdapat pengeluaran
air yang merembes dari jalan lahir ibu pada tanggal 06 November 2020, pukul 00.50
WITA, dengan sakit perut namun hilang dan timbul dan belum ada keluar lendir serta
darah. Gerakan janin masih dirasakan oleh Ibu. Pada pemeriksaan dalam
didapatkan hasil belum terjadi pembukaan serviks ( VT 0cm, eff 0%, ket – ( jernih ),

47
preskep, denom belum terlihat, belum terjadi penurunan kepala, ttb bag kec janin/
tali pusat ). Dilanjutkan pemantauan DJJ 144x/menit , his 0 kali/ 10 menit.
Selain itu, data yang didapatkan dari hasil pemeriksaan tes lakmus di
Puskesmas Gerung yaitu kertas lakmus berubah menjadi biru, yang menandakan
pelepasan air yang keluar yaitu air ketuban ibu.
Menurut teori yang ada pada BAB II yakni,tanda dan gejala ketuban pecah
dini yaitu tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina, aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin
cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris
warna darah. Kemudian cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus di
produksi sampai kelahiran. Tetapi apabila duduk atau berdiri, kepala janin yang
sudah terletak di bawah biasanya “mengganjal” atau “menyumbat” kebocoran
sementara.

Berdasarkan hal tersebut, sehingga pada langkah pertama, kelompok tidak


mendapatkan kesenjangan antara teori dan kasus yang terjadi di lapangan.

B. Langkah II Interpretasi Data Dasar


Dalam menegakkan suatu diagnosa kebidanan, didukung dan ditunjang oleh
beberapa data, dan dilakukan identifikasi yang benar tehadap diagnosis atau
masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data
yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan, diinterpretasikan
sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Masalah dan
diagnosis keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan,
tetapi sungguh membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam sebuah rencana
asuhan terhadap klien. Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang
diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan pengarahan.
Pada kasus Ny H, telah dilakukan pengumpulan data subjektif yaitu Ny H
mengatakan adanya pengeluaran air yang merembes dari jalan lahir ibu pada
tanggal 06 November 2020, pukul 00.50 WITA, dengan sakit perut namun hilang dan

48
timbul dan belum ada keluar lendir serta darah. Gerakan janin masih dirasakan oleh
Ibu.
Pada pemeriksaan dalam didapatkan hasil belum terjadi pembukaan serviks
( VT 0cm, eff 0%, ket – ( jernih ), preskep, denom belum terlihat, belum terjadi
penurunan kepala, ttb bag kec janin/ tali pusat ).
Selain itu, data penunjang yang didapatkan dari hasil pemeriksaan tes
lakmus di Puskesmas Gerung yaitu kertas lakmus berubah menjadi biru, yang
menandakan pelepasan air yang keluar yaitu air ketuban ibu. Sehingga berdasarkan
data yang didapatkan, maka kelompok menyimpulkan bahwa diagnosa yang
dinyatakan yaitu KPD.
Menurut teori pada BAB II, pengertian KPD yakni ketuban pecah dini adalah
keadaan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan (Sarwono,2008). Dimana
pada BAB II dijelaskan bahwa tanda-tanda persalinan ( Inpartu (partus mulai) )
ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (bloody show) karena servik
mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effecement). Kemudian kekuatan his
semakin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek. Dan
pada pemeriksaan dalam, di jumpai perubahan servik : perlunakan servik,
pendataran servik, dan terjadi pembukaan servik (Manuaba, 2010).

Berdasarkan kasus dengan teori, maka kelompok tidak menemukan


kesenjangan pada saat menentukan diagnosa.

C. Langkah III Diagnosa Potensial / Masalah Potensial


Pada perumusan diagnosa/ masalah potensial akan dibahas tentang
kemungkinan terjadi hal yang lebih fatal apabila apa yang menjadi masalah tidak
segera ditangani. Pada tinjauan pustaka yakni pada BAB II, masalah potensial yang
dapat terjadi yaitu pada ibu yakni infeksi dalam persalinan, infeksi masa nifas,
meningkatnya tindakan operatif obstetric (khususnya SC), morbiditas dan mortalitas
maternal. Kemudian pada janin yakni, prematuritas, prolapse tali pusat, asfiksia
pada bayi, morbiditas dan mortalitas. ( Khumaira, 2012 )

49
Pada kasus ini, kelompok tidak menemukan tanda-tanda infeksi atau
komplikasi yang mungkin akan terjadi pada ibu maupun janin karena telah diberikan
penanganan antisipasi kepada ibu bersalin dengan KPD sudah diberikan
penatalaksanaan yakni tindakan pemasangan infus, dan pemberian obat antibiotik
setiap 6 jam sekali yakni pada pukul 03.10 dan pada pukul 09.10 sesuai dengan
teori, sehingga diagnosa potensial tidak terjadi dan tidak ada kesenjangan antara
teori dan kasus.

D. Langkah IV Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera


Beberapa data yang memberikan indikasi adanya tindakan segera yang
harus dilakukan guna untuk menyelamatkan klien. Dalam kasus ini, tindakan
tersebut berupa kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lebih professional (dokter
jaga).
Pada tinjauan kasus, tindakan segera/kolaborasi pada KPD adalah
mengkolaborasikan dengan dokter jaga untuk pemasangan infus dan pemberian
antibiotik serta tindakan merujuk pasien.
Pada studi Ny “H” tindakan segera yang dilakukan adalah kolaborasi dengan
dokter jaga dalam menangani persalinan dengan KPD yaitu pemasangan infus RL
pada jam 03.05 WITA, dan pemberian antibiotic amphicilin 1 gr/IV pada jam 03.10
WITA
Dilakukan pemeriksaan dalam jam 03.00 WITA yang di dapatkan hasil
belum terjadi pembukaan serviks (VT 0cm, eff 0%, ket (–) (jernih)), preskep, denom
belum terlihat, belum terjadi penurunan kepala, ttb bag kec janin/ tali pusat ).
Dilanjutkan pemantauan DJJ 144x/menit, his 0 kali/ 10 menit.
Sesuai tinjauan teori pada BAB II dikatakan penatalaksanaan KPD yakni
secara konservatif yaitu berikan antibiotic : bila ketuban pecah>6jam (ampisilin4x
500 mg atau eritromisin bila tidak tahan ampisilin dan metronidazol 2 x 500 mg
selama 7 hari).
Dalam kasus ini tidak ada perbedaan yang ditemukan antara teori dan
tindakan yang diberikan pada Ny “H” dan tetap mengacu pada tindakan yang sesuai
kebutuhan klien.

50
E. Langkah V Perencanaan
Pada studi kasus Ny “H”, penulis merencanakan tindakan asuhan kebidanan
berdasarkan diagnosa/ masalah serta berdasarkan diagnosa yang akan terjadi,
rencana tersebut yaitu :
1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan kondisi ibu sekarang
2. Lakukan informed consent kepada ibu dan keluarga, persetujuan atas
segala tindakan medis yang akan dilakukan pada ibu
3. Lakukan advice dokter jaga yaitu lanjutkan pasang infus RL 1 flash 20
tpm yang ke-2 dan beri ampisilin 500 mg secara IVyang ke-2
4. Beri dukungan psikologis
5. Anjurkan pada ibu makan dan minum
6. Beritahu ibu untuk istirahat total ditempat tidur dan anjurkan tidur miring
kanan/kiri
7. Observasi kesejahteraan ibu dan janin
8. Observasi kemajuan persalinan dengan menghitung his (kontraksi)
9. Lakukan dokumentasi asuhan kebidanan persalinan patologis dengan
manajemen varney
10. Lakukan persiapan merujuk pasien ke RSP3 yaitu BAKSOKUDA
Sesuai pada teori pada bab II, dimana pada manajemen varney dijelaskan
pada langkah 5 perencanaan, bidan merumuskan rencana asuhan terhadap klien
sesuai dengan pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat
kesepakatan bersama sebelum melaksanakan tindakan pada kasus KPD. Langkah
5 ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah
diidentifikasi atau antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi
apa yang sudah diidentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang
berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap klien tersebut
seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya. (Muslihatun, Mufdillah, dan
Setiyawati,2009).
Berdasarkan tinjauan teori, dalam menentukan rencana tindakan asuhan
kebidanan pada kasus Ny “H”, tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus
yang ada dilapangan.

51
F. Langkah VI Pelaksanaan
Semua rencana yang ditentukan telah dilaksanakan seluruhnya dengan
menyesuaikan kondisi, keadaan dan kebutuhan ibu, dan tentunya dilaksanakan
dengan menerapkan protocol kesehatan dimasa pandemi covid-19 ini. Kelompok
tidak menemukan hambatan, karena adanya kerjasama dan penerimaan yang baik
dari klien dan keluarga serta dukungan, bimbingan dan asuhan dari pembimbing
dilahan praktek.
Sesuai pada tinjauan teori BAB II, rencana asuhan yang menyeluruh di
langkah kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau bekerjasama dengan tim kesehatan lain. Jika
bidan tidak melakukan sendiri, ia tetap memilki tanggung jawab untuk mengarahkan
pelaksanaannya, memastikan agar langkah- langkah tersebut benar-benar
terlaksana. (Muslihatun, Mufdillah, dan Setiyawati,2009).
Semua perencanaan telah dilaksanakan, dan dalam pelaksanaannya tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dengan praktik.

G. Langkah VII Evaluasi


Adapun evaluasi yang dimaksudkan untuk memperoleh atau memberi nilai
terhadap asuhan yang telah dilakukan kepada Ny “H”.
Semua tindakan dalam asuhan yang diberikan kepada Ny “H” telah
dilaksanakan dan sudah dilakukan evaluasi sehingga didapatkan hasil dari evaluasi
tersebut. Hal ini karena tenaga kesehatan bekerja sama baik dengan pasien dan
keluarganya, sehingga memperlancar proses asuhan. Sehingga tidak ditemukan
kesenjangan
Pada teori BAB II dikatakan bahwa pada langkah ke 7 ini dilakukan evaluasi
keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan keburuhan akan
bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah di identifikasi didalam masalah dan diagnosis. Evaluasi
mencakup jangka pendek, yaitu sesaat setelah intervensi dilaksanakan, dan jangka
panjang yaitu menunggu proses sampai kunjungan berikutnya/kunjungan ulang.

52
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif pelaksaannya
(Muslihatun, Mufdillah, dan Setiyawati,2009).
Evaluasi telah dilakukan dan tidak ada kesenjangan antara kasus dengan
teori.

53
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan apa yang penulis dapatkan dalam presentasi kasus
dan pembahasan dalam manajemen kebidanan pada ibu bersalin Ny. H
usia 26 tahun G2P1A0 usia kehamilan 39 minggu dengan Ketuban
Pecah Dini (KPD) 5 Jam di Ruang Bersalin UPT BLUD Puskesmas
Gerung Tahun 2020, maka penulis mampu mengambil kesimpulan yaitu :
1. Penulis melakukan pengkajian ibu bersalin dengan KPD melalui
anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan dalam serta dilakukan
pemeriksaan penunjang. Setelah dilakukan anamnesa diperoleh data
bahwa pasien bernama Ny. H berumur 26 tahun, mengatakan
ketubannya rembes sejak pukul 00.50 WIB. Pada genetalia keluar
cairan dari jalan lahir, pemeriksaan dalam ditemukan pembukaan
tidak ada.
2. Berdasarkan data perkembangan pada kasus ini, dapat ditegakkan
diagnosa kebidanan Ny. H usia 26 tahun G2P1A0 usia kehamilan 39
minggu dengan Ketuban Pecah Dini (KPD) 5 Jam. Masalah yang
muncul adalah kecemasan pasien terhadap kondisi janinnya.
Kebutuhan yang diperlukan pasien berupa dukungan emosional baik
dari tenaga kesehatan maupun keluarga.

3. Penulis menegakkan adanya diagnosa potensial yaitu bagi ibu


adalah infeksi dan bagi janin sepsis neonatorum. Antisipasi
penanganannya dengan diberikan antibiotik.
4. Pada kasus ini tindakan segera yang dilakukan yaitu kolaborasi
dengan dokter jaga.
5. Rencana tindakan yang diberikan pada kasus Ny. H adalah beritahu
ibu tentang hasil pemeriksaan, jelaskan pada ibu tentang kondisi ibu
sekarang, lakukan informed consent untuk persetujuan segala
tindakan medis yang akan dilakukan, lakukan kolaborasi dengan
dokter, beri dukungan psikologis untuk mengurangi kecemasan ibu,

54
anjurkan pada ibu makan dan minum, beritahu ibu untuk bed rest
total di tempat tidur, anjurkan ibu untuk BAK dan BAB dengan pispot,
menganjurkan suami atau keluarga untuk memberi dukungan.
6. Pelaksanaan yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah
dibuat.
7. Evaluasi dari asuhan kebidanan yang diberikan kepada Ny. H adalah
ibu telah bersalin dengan selamat dan bayi sehat, keadaan ibu dan
janin baik.

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis akan memberikan
saran antara lain :
1. Perlu adanya peningkatan dan pemahaman dalam deteksi dini ibu
bersalin yang potensial mengalami KPD sehingga pada waktu
persalinan hal-hal yang fatal dapat dihindari.
2. Perlu adanya peningkatan dan pengetahuan ibu tentang faktor resiko
pada KPD untuk mencegah terjadinya infeksi.

55
DAFTAR PUSTAKA
Antonius. 2007. Perawatan Ketuban Pecah Dini. Jakarta : Muha Medika
Ambarwati, R, dan Wulandari, D. 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Mitra Cendika :
Yogyakarta

Cunningham, FG. 2006. Obstetri Williams. EGC: Jakarta

Demiarti, M. (2017). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketuban Pecah Dini di RSU


PKU Muhammadiyah Bantul. Naskah Publikasi. Yogyakarta: Universitas
‘Aisyiyah Yogyakarta.
JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal. JNPK-KR: Jakarta

Manuaba, Ida Bagus Gede. Dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan
KB untuk Pendidikan Bidan Edisi 2. EGC: Jakarta

Mochtar, Rustam .2012. Synopsis Obstetri. EGC: Jakarta.

NL Rif’ati, H Kristanto – 2018 – eprints.undip.ac.id


PP-IBI. 2006. Standar Pelayanan Kebidanan. Buku I: Jakarta.

Prawirohardjo, S. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo
Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. YBPSP: Jakarta

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Bedah. YBPSP: Jakarta

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. YBPSP: Jakarta

Saifuddin, AB. 2010. Buku Paduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. YBP-SP:


Jakarta.

Suherni, dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Fitramaya: Jakarta

Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. ANDI:
Yogyakarta

56
Sulistyawati, Ari. 2010. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Salemba Medika:
Jakarta

Varney, Helen dan Jan M.Kriebs, Carolyn L.Gegor. 2007. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Edisi 4 Volume 1. EGC: Jakarta

Varney, Helen dan Jan M.Kriebs, Carolyn L.Gegor. 2007. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan Edisi 4 Volume 2. EGC: Jakarta

Wulanda, Ayu Febri. 2011. Biologi Reproduksi. Salemba Medika: Jakarta.

57
LAMPIRAN

58

Anda mungkin juga menyukai