Disusun Oleh :
Fitri Yuliana, AM.Keb
I. Kontrasepsi IUD
A. Pengertian
AKDR adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukan kedalam rahim yang
bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik (poly ethyline) ada yang dililit
tembaga (Cu) ada pula yang tidak, tetapi ada pula yang dililit tembaga
bercampur perak (Ag). Selain itu ada pula yang batangya berisi hormon
progesterone (Haryono Suyono, 1996 : 192).
B. Penggolongan IUD
1. IUD Generasi Pertama
Berbentuk spiral atau huruf S ganda terbuat dari plastik (poly ethyline)
2. IUD Generasi Kedua
Cu T 200 B : Berbentuk huruf T yang batangnya dililit tembaga (Cu)
dengan kandugan tembaga.
Cu 7 : Berbentuk angka 7, yang batangnya dililit tembaga.
2
ML Cu 250 : Benbentuk /3 lingkaran elips yang batangnya dililit
tembaga.
3. IUD Generasi Ketiga
Cu T 380 A : Berbentuk huruf T dengan lilitan tembaga yang lebih
banyak dari perak.
ML Cu 375 : Batangnya dililit tembaga berlapis perak.
Nova T Cu 200 A : Batang dan lengannya dililit tembaga.
Medussa pessar : Batangya dililit tembaga.
(Haryono Suyono, 1996 : 192-193)
C. Mekanisme Kerja IUD
Mekanisme kerja yang pasti dari IUD belum diketahui.
Ada beberapa mekanisme kerja yang telah diajukan :
1. Timbulnya reaksi radang lokal yang non spesifik didalam cavum uteri
sehinnga implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu. Munculnya
leucosit PMN, makrofag, forein body giant cells, sel mononuclear dan sel
plasma yang dapat mengakibatkan lysis dari spermatozoa/ovum dan
blastocyt.
2. Produksi prostaglandin yang meninggi, menyebabkan terhambatnya
implantasi.
3. Gangguan/terlepasnya blastocyst yang telah berimplantasi didalam
endrometrium.
4. Pergerakan ovum yang bertambah cepat didalam tuba fallopii.
5. Immobilisasi spermatozoa saat melewati cavum uteri.
6. Mencegah spermatozoa membuahi sel telur (fertilisasi)
7. Untuk IUD yang mengandung tembaga (Cu) :
a) Cu Menghambat reaksi corbonic anhydrace sehingga tidak
memungkinkan terjadinya implantasi dan mungkin juga menghambat
alkali phospatase.
b) Mengganggu pengambilan estrogen endogenous oleh mukosa uterus.
c) Mengganggu jumlah DNA dalam sel endrometrium.
d) Mengganggu metabolisme glikogen.
8. Untuk yang IUD mengandung hormon progesteron :
a) Gangguan proses pematangan proliferatif sekretroir sehingga timbul
penekanan terhadap endometrium dan terganggunya proses
implantasi.
b) Lendir servik mejadi kental/tebal karena pengaruh progestin.
(Hanafi Hartanto,1996: 205 -206)
D. Efektifitas IUD
1. Efektifitas dari IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas yaitu beberapa
lama IUD tetap tinggal in-utero tanpa.
Ekspuli spontan.
Terjadinya kehamilan.
Pengangkatan/pengeluaran karena alasan medis/pribadi.
2. Efektifitas dari bermacam-macam IUD tergantung pada:
IUD nya : ukuran, bentuk, mengandung Cu atau hormon
progesteron.
Akseptor : umur, paritas, frekwensi senggama.
3. Dari faktor-faktor yang berhubungan dengan akseptor yaitu umur paritas
diketahui:
Makin tua usia, makin rendah angka multigravida, makin tinggi angka
ekspulsi dan pengangkatan/pengeluarn IUD.
Makin muda usia, terutama pada multigravida, makin tinggi angka
ekspulsi dan pengangkatan/pengeluaran IUD.
4. Dari uraian diatas, maka use- efectiveness dari IUD tergantung pada variabel
administratif pasien dan medis, termasuk kemudahan insersi, pengalaman
pemasang, kemungkinan ekspulsi dari pihak akseptor, kemampuan
akseptor untuk mendapatkan pertolongan medis.
(Hanafi Hartono, 1996 : 207).
E. Angka Kegagalan IUD
1. Belum ada IUD yang 100% efektif.
2. Angka kegagalan IUD:
4. Nyeri
Bisa nyeri saat senggama
Konseling : Rasa nyeri disebabkan karena kontraksi uterus.
Tindakan medis : - Berikan analgetik ringan, tidak ada tanda-tanda
radang : prostoglandin (acetosal 500 mg 3x1
tablet perhari).
- Bila terjadi infeksi beri antibiotik dosis tinggi
(ampisilin 500 mg 4x1 tablet/hari)
(Haryono Suyono, 19996 : 211-212)
J. Komplikasi
1. Infeksi
Adanya rasa nyeri dibagian perut bawah , disertai demam, keputihan
berbau anyir.
Penanganan : Antibiotik (ampicilin 3x500 mg selama 3-5 hari, tetracylin
3x500 mg selama 3-5 hari).
2. Keputihan
Keluarga cairan dari liang sanggama disertai perubahan bau, warna dan
bentuk.
Penanganan :
Bila cairan berbau amis dan gatal (terdapat infeksi trichomonas)
berikan preparat meben dazole-metronidasol vagina tablet selama 6
hari.
Rasa panas dan warna cairan seperti susu pecah (terdapat jamur
candida) berikan preparat mikrostatin.
3. Translokasi
Keluarnya AKDR dari tempat seharusnya.
Penanganan : Konseling dan rujuk ke RS.
(Haryono Suyono, 1996 : 212-213
II. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
a. Data Subyektif
1) Biodata
Umur
Pada fase menunda kesuburan yaitu umur < 20 tahun dianjurkan
meggunaka KB IUD mini. Untuk fase menjarangkan kehamilan yaitu
umur 20-30/35 tahun sebagai pilihan utama yang dapat menentukan
efektifitas dari KB IUD.
(Hanafi Hartanto, 1996 : 30-31)
Pendidikan
Akseptor KB terutama pada PUS muda yang intinya berpendidikan
SD kebawah lebih sulit untuk memberikan konseling tentang KB
IUD.
Penghasilan
KB IUD lebih meguntungkan bagi sosial ekonomi rendah karena
dilihat dari segi finansial lebih murah dengan jarak waktu pemakaian
lebih lama.
Jumlah anak
Jumlah anak mempengaruhi ibu dalam fase menghentikan atau
menjarangkan kehamilan (IUD mini), paritas 1-2 kemungkinan
ekspulsi 2x lebih besar dari pada paritas 5 atau lebih.
(Hanifa Winkjosastro, 1999 : 559)
2) Keluhan Utama
Ibu ingin menjadi akseptor KB IUD
Saat dan setelah pemasangan IUD biasanya akan timbul keluhan :
Cemas terhadap pemasangan IUD
Gangguan rasa nyaman (nyeri) kemungkinan disebabkan prosedur
(dampak) pemasangan IUD.
Perdarahan dapat berupa spotting, metorhagia, menorhagia.
Keputihan
Ekspulsi terutama 3 bulan pertama pemasangan terutama selama haid
dimana teraba/terasa AKDR di liang senggama atau seluruhya yang
menyebabkan Discomport.
(Hanafi Hartanto, 1996 : 30-31)
3) Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan dahulu
Pada pemasangan IUD, ibu tidak ada riwayat penyakit tertentu yang
termasuk kontra indikasi IUD seperti :
- Infeksi pelvis
- Riwayat gonorhoe, chlamydia, syphilis, herpes
- Kelainan darah/pembekuan darah
- Endometriosis
- Keganasan endometrium
- Infeksi vagina
- Riwayat operasi pelvis
- Alergi logam
(Hanafi Hartanto, 1996 : 208-209)
Riwayat kesehatan sekarang
Pada saat pemasangan ibu tidak sedang menderita :
- Infeksi pelvis yang aktif
- Erosi pada serviks uteri
- Servisitis aktif/purulent
- Stenosis serviks
- Kelainan kongenital uterus
- Actinomycosis genetalia
(Hanafi Hartanto, 1996 : 208-209)
Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang menderita DM, tumor/keganasan,
gangguan pembekuan darah, jika ada tidak dianjurkan bagi ibu untuk
menjadi akseptor KB IUD.
(Hanafi Hartanto, 1996 : 208-209)
4) Riwayat Kebidanan
Haid
- Klien dengan riwayat dismenore dan perdarahan baik metorhagia
atau menorhagia tidak boleh memakai IUD karena akan
memperhebat keadaan tersebut.
(Hanafi Hartanto, 1996 : 209)
- Haid yang baik untuk dilakukan pemasangan AKDR adalah
haid yang siklusnya teratur dan jumlah perdarahan tidak terlalu
banyak, tidak disertai dismonore dan lamanya haid tidak terlalu
lama.
(Hermanto Tri Joewono, 1995 : 10-9)
Riwayat KB
Jenis kontrasepsi yang pernah dipakai ibu seblumnya tidak
mempengaruhi ibu untuk menjadi akseptor KB IUD, selama tidak
ada PID.
c. Analisa Data
Setelah data subyektif dan data obyektif dianalis, kemungkinan masalah
yang timbul adalah :
Diagnosa kondisi
Akseptor KB IUD umur....tahun, P......Anak terkecil umur…..dengan
pemasangan IUD jenis T Cu 380 A.
Kemungkinan masalah yang muncul.
1) Gangguan rasa nyaman
nyeri sehubugan dengan pemasangan IUD
2) Cemas sehubungan dengan
ketidaktahuan ibu tentang prosedur pemasangan.
3) Keputihan sehubungan
dengan flour normal yang meningkat.
4) Ekspulsi sehubungan
dengan ketidaksesuaian IUD dengan tingkat insersi.
Intevensi :
a. Jelaskan pada ibu tentang prosedur pemasangan IUD.
R/ Dengan penjelasan yang diberikan ibu menjadi lebih tenang dan
cemas berkurang.
b. Tingkatkan suatu hubungan saling percaya.
R/ Diharapkan ibu akan lebih mantap dan kooperatif.
c. Anjurkan ibu untuk mengekspresikan perasaannya.
R/ Mengkaji tingkat kecemasan ibu.
d. Ajarkan teknik relaksasi dn distraksi.
R/ Relaksasi otot-otot dan mengalihakan perhatian ibu.
3. Keputihan sehubungan dengan flour normal
yang meningkat
Tujuan : Keputihan berhenti
Kriteria : - Flour albus berkurang/berhenti.
- Tidak terjadi infeksi
Intevensi :
a. Anjurkan pada ibu cara cebok yang benar.
R/ Mencegah terjadinya infeksi asenden.
b. Anjurkan pada ibu untuk sering ganti celana dalam (tiap kali basah).
R/ Dalam keadaan lembab merupakan media baik untuk
perkembangan/pertumbuhan kuman.
c. Berikan preparat antikoliknergik (extra belladona).
R/ Dapat mengurangi cairan/sekresi lendir serviks.
4. Ekspulsi sehubungan dengan tidak sesuianya
ukuran IUD dengan tempat insersi.
Tujuan : + 3 bulan pertama tidak terjadi ekspulsi
Kriteria : Tidak terjadi ekspulsi
Intevensi :
a. Lakukan pemasangan IUD dengan benar (ukuran IUD).
R/ Kemungkinan ekspulsi minimal/tidak terjadi.
b. Yakinkan bahwa IUD telah benar-benar masuk dalam uterus.
R/ Tidak terjadi ekspulsi.
c. Ajarkan pada ibu untuk memeriksa benang IUD terutama saat haid dan
BAK.
R/ Deteksi dini terjadinya ekspulsi dengan benang/batang IUD diliang
vagina.
A.
DAFTAR PUSTAKA