Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

KONTRASEPSI IUD (INTRA UTERINE DEVICE)

A. Pengertian
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) atau di sebut juga Intra Uterin Devices
(IUD) adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam rahim yang sangat efektif,
reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua perempuan usi produktif
(Saefudin. 2003).
IUD adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim,
bentuknya bermacam-macam terdiri dari plastik (polytiline) ada yang dililit tembaga
(Cu) ada pula yang tidak, tetapi ada pula yang dililit tembaga campur perak (Ag).
(Kapita Selekta Peningkatan Kontrasepsi, 2001:20)
IUD adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang
bentuknya bermacam-macam terdiri dari plastik yang dililiti tembaga atau Cu. (Abdul
Bari Saifudin, 2003 : hal MK 73-74)
IUD adalah suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang
bentuknya bermacam- macam, terdiri dari plastik (polythyline), ada yang dililit
tembaga (Cu) ada pula yang tidak, tetapi ada pula yang dililit dengan tembaga
bercampur perak (Ag). Selain itu ada pula yang batangnya berisi hormon
progesterone. (Marjati, 2011)

B. Macam-Macam IUD
IUD telah dikembangkan dari generasi pertama yang terbuat dari benang
sutera dan logam (besi baja, stainlessteel, perak, dan tembaga), sampai pada generasi
plastik baik yang ditambahi obat (medicated), maupun yang tidak ditambahi obat
(unmedicated).
1. Menurut bentuknya IUD dibagi menjadi:
a. Bentuk terbuka (open device) misalnya: Lippes Loop, CU-T, CU-7,
Marquiles, Spring coil Multiload, NOVA-T,dan lainnya.
b. Bentuk tertutup (closed device) misalnya Otaring, Antigon, Gravenbergring,
Hall-Stone ring, dll.
2. Menurut tambahan obat:
a. Medicated IUD, misalnya: CU-T 200, 220, 300, 380-A, CU-T, NOVA-T, ML-
CU 250, 375.
b. Unmedicated IUD, misalnya: Lippes loop, Marquiles, Saf-T Coil, Antigon,
dll.

C. Mekanisme Kerja IUD


Menurut Mochtar, 2008, mekanisme kerja yang pasti dari IUD belum
diketahui. Ada beberapa mekanisme kerja IUD yang telah dianjurkan :
1. Timbulnya reaksi radang lokal yang non spesifik didalam cavum uteri sehingga
implantasi sel telur yang telah dibuahi terganggu.
2. Prodiksi lokal prostaglandin yang meninggi, yang menyebabkan terhambat
implantasi.
3. Teori reaksi benda asing yang menyebabkan pemadatan endometrium oleh sel-sel
makrofag dan limfosit yang menyebabkan blastokis rusak atau tidak dapat
bernidasi.
4. Teori pengaruh zat bioaktif progesteron (untuk IUD yang berisi progesteron) yang
menghambat ovulasi, mempengaruhi endometrium yang berakibat menghambat
nidasi, mempengaruhi lendir serviks yang menghalangi gerak sperma.
5. IUD menimbulkan perubahan pengeluaran cairan, prostaglandin yang
menyebabkan rahim berkontraksi sehingga menghalangi transport sel sperma ke
kavum uteri.
6. Ion Cu yang dikeluarkan IUD dengan Cuppes menyebabkan gangguan gerak
spermatozoa sehingga mengurangi kemampuan untuk melaksanakan konsepsi.

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi IUD


Menurut Hanafi Hartanto, 2003 dalam buku KB dan Kontrasepsi, Efektifitas
dari IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas (continuation rate) yaitu berapa lama
IUD tetap tinggal di utera tanpa :
1. Ekspulsi spontan
2. Terjadinya kehamilan
3. Pengangkatan atau pengeluaran karena alasan-alasan medis atau pribadi.
Efektifitas dari macam-macam IUD tergantung pada IUD nya : Jenis, ukuran,
besar dan luasnya permukaan IUD, untuk IUD medisionalis bergantung pada luasnya
permukaan bahan bioaktif yang dikandung dan lama pemakaian.

Akseptor : Umur, paritas, ketaatan dan keteraturan kontrol dan frekuensi


senggama, personal hygiene. Dari faktor-faktor yang berhubungan dengan akseptor
yaitu umur dan paritas, diketahui :

1. Makin tua usia, makin rendah angka kehamilan, ekspulsi danpengangkatan atau
pengeluaran IUD.
2. Makin muda usia terutama pada multigravida, maka tinggi angka ekspulsi dan
pengangkutan atau pengeluaran IUD.

Maka efektifitas IUD tergantung pada variabel administratif pasien dan medis,
termasuk kemudahan insersi, pengalaman pemasang, kemungkinan ekspulsi dari
pihak akseptor, kemampuan akseptor untuk mengetahui terjadinya ekspulsi dan
kemudahan akseptor untuk mendapatkan pertolongan medis.

E. Keuntungan dan Kerugian IUD


Menurut Saifuddin Abdul Bari dalam buku Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi, 2006, Keuntungannya :
1. Sangat efektif, angka kegagalan 0,3 % sampai 1 %
2. IUD dapat efektif segera setelah pemasangan.
3. Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT.380A dan tidak perlu diganti).
4. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
5. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
6. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
7. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu IUD (CuT.380A)
8. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
9. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau setelah abortus (apabila tidak
terjadi infeksi)
10. Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
Kerugiannya :
1. Resiko penyakit radang panggul meningkat.
2. Bertambahnya darah haid dan rasa sakit selam beberapa bulan pertama pada
berbagai pemakai IUD.
3. Tidak dapat melindungi klien dari PMS dan AIDS.
4. Tali IUD dapat menimbulkan perlukaan partia uteri dan mengganggu hubungan
sseksual pada sebagian pemakai.
5. Klien tidak dapat mencabut sendiri IUD nya.

F. Indikasi Pemasangan IUD


Menurut Manuaba, 2009 dalam buku Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan
dan KB, pemasangan IUD bertujuan kontrasepsi dapat dilakukan pada wanita yang :
1. Telah memakai IUD di masa lalu dengan memuaskan dan aman.
2. Pernah melahirkan dan telah punya anak hidup.
3. Ukuran rahim tidak  kurang dari 15 cm.
4. Telah cukup jumlah anaknya dan belum memutuskan untuk steril.
5. Tidak ingin hamil paling tidak lebih 2 tahun atau menjarangkan kehamilan.
6. Tidak boleh atau tidak cocok memakai kontrasepsi horrmonal (mengidap penyakit
jantung, hipertensi, hati).
7. Sedang menyusui dan menginginkan kontrasepsi.
8. Tidak ada kontra indikasi.

G. Kontra Indikasi Pemasangan IUD


Menurut Manuaba, 2009 dalam buku Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan
dan KB, kontraindikasi pemasangan IUD antara lain :
1. Diketahui dan curiga hamil.
2. Infeksi panggul (pelvis)
3. Pendarahan vagina yang tidak diketahui.
4. Dicurigai atau dikrtahui adanya kanker rahim.
5. Kelainan rahim (rahim kecil, stenosis kanalis servikalis, polip endometrium)
6. Anemi berat dan gangguan pembukaan darah.
7. Wanita dengan resiko tinggi mendapat PMS.

H. Hal-Hal Yang Diketahui Oleh Akseptor KB IUD


Menurut BKKBN tahun 2008 dalam buku Kapita Selekta Peningkatan
Pelayanan Kontrasepsi:
1. Cara memeriksa sendiri benang IUD pada bulan-bulan pertama post insersi dan
setiap selesai haid.
a. Mencuci tangan dengan air sabun kemudian duduk dengan posisi jongkok
b. Memasukkan jari telunjuk atau jari tengah kedalam liang senggama sampai
menjangkau rahim.
c. Raba adanya benang berarti IUD ada pada posisi yang benar dan jangan
ditarik.
2. Setelah pemasangan IUD boleh melakukan aktifitas seperti biasa dan boleh
melakukan hubungan suami istri setelah 3 hari pemasangan.
3. Efek samping yang terjadi misalnya perdarahan bertambah banyak atau lama, rasa
sakit atau kram.
4. Mengetahui tanda-tanda bahaya IUD.
a. Terlambat haid, perdarahan abnormal.
b. Nyeri abdomen, disparenmia.
c. Vaginal discargo abnormal.
d. Merasa tidak sehat, menggigil dan benang IUD teraba tambah panjang, ujung
IUD keluar, benang tambah pendek atau tidak teraba.
5. Bila berobat karena alasan apapun (medis, chinergis, problem sexual) beritahu
dokter bahwa metode KB yang dipakai IUD.
6. Sebaiknya tunggu 3 bulan untuk hamil embali setelah IUD dilepas dan gunakan
kontrasepsi lain selama waktu tersebut, untuk mencegah hubungan ektopik.
7. IUD tidak memberi perlindungan terhadap AIDS dan penyakit sexual lainnya dan
bagian perut tidak boleh dipijat.
8. Bila suami merasa nyeri saat berhubungan intim kemungkinan disebabkan oleh
benang yang terlalu panjang atau pendek, segera kontrol.
9. Boleh dilepas bila akseptor ingin hamil lagi atau ada komplikasi berat meskipun
daya kerjanya belum habis.
I. Pathway Kontrasepsi IUD

PRE / POST AFF IUD

Penekanan spekulum Tindakan Invasive Kurang Informasi


pada Vagina

Tindakan yang tidak Stessor bagi ibu


Iritasi Mukosa Vagina Steril

Nasiptor terangsang Post de entry kuman KECEMASAN

Pengeluaran mediator RISIKO TINGGI Benda asing dalam


Kimia (prostaglandin, INFEKSI Introtus vagina
Bradikinin,histamin)

Transduksi, transmisi, Rasa sakit pada pasangan


Modulasi dan persepsi Saat berhubungan seksual

NYERI RISIKO TINGGI GANGGUAN


HUBUNGAN SEKSUAL

J. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Data Subyektif
Identitas yang dikaji meliputi biodata dan suami mulai dari nama, umur, suku,
agama, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat, no. telp.
1) Keluhan Utama , dikaji keluhan klien yang berhubungan dengan
penggunaan KB IUD tersebut antara lain amenorea/perdarahan tidak
terjadi, perdarahan bercak, keputihan, nyeri saat berhubungan.
2) Riwayat KB, dikaji apakah klien pernah menjadi akseptor KB lain
sebelum menggunakan KB IUD dan sudah berapa lama menjadi akseptor
KB tersebut.
3) Riwayat Obstetri Lalu Dikaji riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang
lalu.
4) Riwayat Menstruasi Lalu Dikaji menarche pada umur berapa, siklus haid,
lamanya haid, sifat darah haid, dysmenorhea atau tidak.
5) Riwayat Kesehatan Klien Dikaji apakah klien menderita penyakit jantung,
hipertensi, kanker payudara, DM, dan TBC.
6) Riwayat Kesehatan Keluarga Dikaji apakah keluarga klien ada yang
menderita penyakit jantung, DM, TBC, hipertensi dan kanker payudara.
7) Pola Kehidupan Dikaji meliputi pola nutrisi, pola eliminasi, pola istirahat,
pola aktivitas, pola aktivitas seksual, pola personal hygiene, dan kebiasaan
sehari-hari.
b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum Meliputi pemeriksaan pada tekanan darah, nadi,
pernafasan, BB, TB, suhu badan, kesadaran.
2) Pemeriksaan Khusus
a) Wajah : dilihat adanya bercak hitam (chloasma) adanya oedem,
conjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus.
b) Leher : diraba adanya pembesaran kelenjar tyroid dan kelenjar limfe,
adanya bendungan vena jugularis.
c) Dada : dilihat bentuk mammae, diraba adanya massa pada payudara.
d) Genetalia : dilihat dari condiloma aquminata, dilihat dan diraba adanya
infeksi kelenjar bartholini dan kelenjar skene.
e) Ekstremitas : dilihat adanya eodem pada ekstrimitas bawah dan
ekstrimitas atas, adanya varices pada ekstremitas bawah.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi IUD
b. Ansietas berhubungan dengan terjadinya efek samping penggunaan alat
kontrasepsi IUD.

3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut Berhubungan dengan: penggunaan alat kontrasepsi IUD
NOC :
 Pain Level,
 pain control,
 comfort level
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama tindakan keperawatan pasien
tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil:
 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri
 Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
NIC :
Pain Management
 Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
 Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien
 Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan
 Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi, dan
inter personal)
 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
 Ajarkan tentang teknik non farmakologi: napas dalam, relaksasi, distraksi,
kompres hangat/ dingin
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak
berhasil Analgesic Administration
 Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
 Cek riwayat alergi
 Tentukan pilihan analgesik bergantung tipe dan beratnya nyeri
 Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
 Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
 Evaluasi efektivitas analgesik

b. Ansietas Berhubungan dengan : terjadinya efek samping penggunaan alat


kontrasepsi IUD
NOC :
 Anxiety self-control
 Anxiety level Coping
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama tindakan keperawatan ansietas
teratasi dengan kriteria hasil:
 Klien mampu mengungkapkan kecemasannya
 Mengetahui dan mengungkapkan teknik untuk mengontrol cemas
 Vital sign dalam batas normal
 Ekspresi nonverbal menunjukkan berkurangnya kecemasan
NIC :
 Gunakan pendekatan yang menenangkan
 Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
 Dorong keluarga untuk menemani pasien
 Identifikasi tingkat kecemasan
 Bantu pasien untuk mengenali situasi yang menimbulkan kecemasan
 Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan dan ketakutan
 Ajarkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2013.Laporan Pendahuluan Keluarga Berencana (dalam:http://agungsa


10001.blogspot.com/2013/04/lp-keluarga-berencana.html

Carpenito, Lynda Juall.1999.Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta


EGC.

FKUI NANDA NIC-NOC.2011.Buku Saku Diagnosis Keperawatan NANDA NIC-


NOC.Jakarta: EGC

Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta

Manuaba, Ida Bagus. 2003. Buku Saku Ilmu Kebidanan. Jakarta : Hipokrates
Mochtar, Pustam. 1995. Sinopsis Obstetri.Jakarta: EGC.

Saifudin,A. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
LAPORAN PENDAHULUAN
ULKUS DIABETIK

Oleh :

YOPIANTI, S.Kep
NIM. 16310562

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES CAHAYA BANGSA BANJARMASIN
TAHUN 2017
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ULKUS DIABETIK

Oleh :

YOPIANTI, S.Kep
NIM. 16310562

Banjarmasin, Maret 2017

Mengetahui,

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

Ria Anggara Hamba, Ns. M.Mkes HUSAINI, S.Kep, Ns

Anda mungkin juga menyukai