I. Tujuan Umum
Setelah diberikan penjelasan tentang Retensio Plasenta, maka bumil dan WUS
mampu:
a. Menjelaskan tentang pengertian Retensio Plasenta
b. Menjelaskan tentang jenis Retensio Plasenta
c. Menjelaskan tentang penyebab terjadinya Retensio Plasenta
d. Menjelaskan tentang gejala klinis Retensio Plasenta
e. Menjelaskan tentang penanganan Retensio Plasenta
III. Sasaran
Ibu Hamil dan WUS
IV. Materi
V. Metode
- Ceramah
- Diskusi
VI. Alat Bantu
- Leaflet
- Mikrophone
MATERI PENYULUHAN
A. Definisi Retensio Plasenta
Retensio Plasenta adalah plasenta yang belum lepas setelah bayi lahir, melebihi waktu
setengah jam (Manuaba, 2001: 432).
Retensio Plasenta ialah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga 30 menit atau
lebih setelah bayi (Syaifudin AB, 2001).
Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir daam waktu 1 jam setelah
bayi lahir (Rsustam Mochtar, 1998 : 299).
Plasenta Inkreta : Implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot
hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
Perdarahan hanya terjadi pada plasenta yang sebagian atau seluruhnya telah lepas dari
dinding rahim. Banyak atau sedikitnya perdarahan tergantung luasnya bagian plasenta yang
telah lepas dan dapat timbul perdarahan. Melalui periksa dalam atau tarikan pada tali pusat
dapat diketahui apakah plasenta sudah lepas atau belum dan bila lebih dari 30 menit maka
kita dapat melakukan plasenta manual.
Fungsional:
Patologi – anatomi:
Plasenta akreta
Plasenta inkreta
Plasenta perkreta
Sebab-sebabnya plasenta belum lahir bisa oleh karena:
Apabila plasenta belum lahir sama sekali, berarti tidak terjadi perdarahan tetapi jika plasenta
lepas sebagian, terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.
Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena kontraksi uterus kurang kuat untuk
melepaskan plasenta (plasenta adhesiva), plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh
sebab vili korialis menembus desidua sampai miometrium- sampai di bawah peritoneum
(plasenta akreta-perkreta).
Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan oleh tidak
adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III, sehingga terjadi
lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta
(inkarserasio plasenta).
B. Plasenta Inkarserata
Apakah anemis
Bagaimana jumlah perdarahannya
Setelah dapat memastikan k/u penderita segera memasang infus dan memberikan
cairan.
Merujuk penderita ke pusat dengan fasilitas cukup untuk mendapatkan penanganan
lebih baik.
Memberikan tranfusi.
Proteksi dengan antibiotika.
Mempersiapkan placenta manual dengan legeartis dalam keadaan pengaruh narkosa.
Pada waktu melakukan pertolongan persalinan kala III tidak diperkenankan untuk
melakukan massase dengan tujuan mempercepat proses persalinan placenta. Massase
yang tidak tepat waktu dapat mengacaukan kontraksi otot rahim dan mengganggu
pelepasan placenta.
Terapi :
Bila tidak terjadi perdarahan perbaiki keadaan umum penderita bila perlu berikan
infus atau transfusi, pemberian antibiotika, pemberian antipiretika, pemberian ATS.
Kemudian dibantu dengan mengosongkan kandung kemih. Lanjutkan memeriksa
apakah telah terjadi pemisahan plasenta dengan cara Klein, Kustner atau Strassman.
Bila terjadi perdarahan: lepaskan plasenta secara manual, jika plasenta dengan
pengeluaran manual tidak lengkap dapat disusul dengan upaya kuretase.
Bila plasenta tidak dapat dilepaskan dari rahim, misal plasenta increta/percreta,
lakukan hysterectomia.