Anda di halaman 1dari 7

SAP

(SATUAN ACARA PENYULUHAN)

Pokok Bahasan : Retensio Plasenta


Hari / Tanggal : 1 November 2013
Tempat : Disesuaikan
Sasaran : Ibu hamil dan WUS
Waktu : 1 X 35 Menit

I. Tujuan Umum

Ibu hamil dan WUS mengerti tentang retensio plasenta

II. Tujuan Intrusional Khusus

Setelah diberikan penjelasan tentang Retensio Plasenta, maka bumil dan WUS
mampu:
a. Menjelaskan tentang pengertian Retensio Plasenta
b. Menjelaskan tentang jenis Retensio Plasenta
c. Menjelaskan tentang penyebab terjadinya Retensio Plasenta
d. Menjelaskan tentang gejala klinis Retensio Plasenta
e. Menjelaskan tentang penanganan Retensio Plasenta

III. Sasaran
Ibu Hamil dan WUS
IV. Materi

1. Pengertian tentang Retensio Plasenta


2. Jenis Retensio Plasenta
3. Penyebab terjadinya Retensio Plasenta
4. Gejala klinis Retensio Plasenta
5. Penanganan Retensio Plasenta

V. Metode
- Ceramah
- Diskusi
VI. Alat Bantu

- Leaflet
- Mikrophone

VII. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Metode


1 05 Menit Pembukaan:
- Membuka kegiatan dan mengucapkan salam Ceramah
- Memperkenalkan diri
- Menjelaskan tujuan penyuluhan
- Menjelaskan materi yang diberikan
2 15 Menit Pelaksanaan:
- Menjelaskan pengertian tentang Retensio Plasenta Ceramah
- Menjelaskan jenis Retensio Plasenta
- Menjelaskan penyebab terjadinya Retensio Plasenta
- Menjelaskan tentang gejala klinis Retesio Plasenta
- Menjelaskan tentang penanganan Retensio Plasenta
3 10 Menit Evaluasi
- Memberi kesempatan peserta untuk bertanya Diskusi
4 05 Menit Terminasi:
- Mengucapkan terimakasih atas peran serta masyarakat Ceramah
- Mengucakan salam penutup

VIII. Kriteria Evaluasi


1. Evaluasi Struktur
- Kesiapan media meliputi Leaflet dan Microphone
- Penentuan waktu
- Penentuan tempat
- Pemberitahuan kepada peserta
- Pengorganisasian panitia kecil dari masyarakat
2. Evaluasi Proses
- Peserta datang tepat waktu
- Kegiatan penyuluhan berjalan tertib
- Peserta mengajukan pertanyaan
- Peserta mengikuti kegiatan sampai selesai
3. Evaluasi Hasil
- Peserta dapat menjawab dengan benar 75% dari pertanyaan penyuluh.

MATERI PENYULUHAN
A. Definisi Retensio Plasenta

 Retensio Plasenta adalah plasenta yang belum lepas setelah bayi lahir, melebihi waktu
setengah jam (Manuaba, 2001: 432).
 Retensio Plasenta ialah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga 30 menit atau
lebih setelah bayi (Syaifudin AB, 2001).
 Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum lahir daam waktu 1 jam setelah
bayi lahir (Rsustam Mochtar, 1998 : 299).

B. Jenis Retensio Plasenta


 Plasenta Adhesive : Implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga
menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis

 Plasenta Akreta : Implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki sebagian


lapisan miometrium.

 Plasenta Inkreta : Implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan otot
hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.

 Plasenta Prekreta : Implantasi jonjot korion plasenta yang menembus lapisan


serosa dinding uterus hingga ke peritonium

 Plasenta Inkarserata : Tertahannya plasenta di dalam kavum uteri disebabkan oleh


konstriksi ostium uteri. (Sarwono, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
2002:178).

Perdarahan hanya terjadi pada plasenta yang sebagian atau seluruhnya telah lepas dari
dinding rahim. Banyak atau sedikitnya perdarahan tergantung luasnya bagian plasenta yang
telah lepas dan dapat timbul perdarahan. Melalui periksa dalam atau tarikan pada tali pusat
dapat diketahui apakah plasenta sudah lepas atau belum dan bila lebih dari 30 menit maka
kita dapat melakukan plasenta manual.

C. Penyebab Retensio Plasenta

Penyebab Retentio Plasenta menurut Sastrawinata (2006:174) adalah:

Fungsional:

 His kurang kuat (penyebab terpenting)


 Plasenta sukar terlepas karena tempatnya (insersi di sudut tuba); bentuknya (plasenta
membranasea, plasenta anularis); dan ukurannya (plasenta yang sangat kecil).
Plasenta yang sukar lepas karena penyebab di atas disebut plasenta adhesive.

Patologi – anatomi:

 Plasenta akreta
 Plasenta inkreta

 Plasenta perkreta
Sebab-sebabnya plasenta belum lahir bisa oleh karena:

 Plasenta belum lepas dari dinding uterus


 Plasenta sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan.

Apabila plasenta belum lahir sama sekali, berarti tidak terjadi perdarahan tetapi jika plasenta
lepas sebagian, terjadi perdarahan yang merupakan indikasi untuk mengeluarkannya.

Plasenta belum lepas dari dinding uterus karena kontraksi uterus kurang kuat untuk
melepaskan plasenta (plasenta adhesiva), plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh
sebab vili korialis menembus desidua sampai miometrium- sampai di bawah peritoneum
(plasenta akreta-perkreta).

Plasenta yang sudah lepas dari dinding uterus akan tetapi belum keluar, disebabkan oleh tidak
adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III, sehingga terjadi
lingkaran konstriksi pada bagian bawah uterus yang menghalangi keluarnya plasenta
(inkarserasio plasenta).

Menurut Manuaba (2006:301) kejadian retensio plasenta berkaitan dengan:

 Grandemultipara dengan implantasi plasenta dalam bentuk plasenta adhesive, plasenta


akreta, plasenta inkreta, dan plasenta perkreta
 Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan

D. Gejala Klinis Retensio Plasenta

a. Anamnesis, meliputi pertanyaan tentang periode prenatal, meminta informasi mengenai


episode perdarahan postpartum sebelumnya, paritas, serta riwayat multipel fetus dan
polihidramnion. Serta riwayat pospartum sekarang dimana plasenta tidak lepas secara
spontan atau timbul perdarahan aktif setelah bayi dilahirkan.
b. Pada pemeriksaan pervaginam, plasenta tidak ditemukan di dalam kanalis servikalis tetapi
secara parsial atau lengkap menempel di dalam uterus.

Tanda Dan Gejala Retensio Plasenta :

 Plasenta Akreta Parsial / Separasi

1. Konsistensi uterus kenyal


2. TFU setinggi pusat\
3. Bentuk uterus discoid
4. Perdarahan sedang – banyak
5. Tali pusat terjulur sebagian
6. Ostium uteri terbuka
7. Separasi plasenta lepas sebagian
8. Syok sering

 B. Plasenta Inkarserata

1. Konsistensi uterus keras


2. TFU 2 jari bawah pusat
3. Bentuk uterus globular
4. Perdarahan sedang
5. Tali pusat terjulur
6. Ostium uteri terbuka
7. Separasi plasenta sudah lepas
8. Syok jarang
9. Konsistensi uterus cukup
10. TFU setinggi pusat
11. Bentuk uterus discoid
12. Perdarahan sedikit / tidak ada
13. Tali pusat tidak terjulur
14. Ostium uteri terbuka
15. Separasi plasenta melekat seluruhnya
16. Syok jarang sekali, kecuali akibat inversio oleh tarikan kuat pada tali pusat

E. Penanganan Retensio Plasenta

Sikap umum Bidan :

1. Memperhatikan k/u penderita

 Apakah anemis
 Bagaimana jumlah perdarahannya

 TTV : TD, nadi dan suhu

 Keadaan fundus uteri : kontraksi dan fundus uteri

2. Mengetahui keadaan placenta

 Apakah placenta inkarserata

 Melakukan tes pelepasan placenta : metode kusnert, metode klein, metode


strassman, metode manuaba
 Memasang infus dan memberikan cairan pengganti

Sikap khusus bidan :

1. Retensio placenta dengan perdarahan


2. Langsung melakukan placenta manual
3. Retensio placenta tanpa perdarahan

 Setelah dapat memastikan k/u penderita segera memasang infus dan memberikan
cairan.
 Merujuk penderita ke pusat dengan fasilitas cukup untuk mendapatkan penanganan
lebih baik.
 Memberikan tranfusi.
 Proteksi dengan antibiotika.
 Mempersiapkan placenta manual dengan legeartis dalam keadaan pengaruh narkosa.

Upaya preventif retensio placenta oleh bidan

 Meningkatkan penerimaan keluarga berencana sehingga, memperkecil terjadiretensio


placenta.
 Meningkatkan penerimaan pertolongan persalinan oleh nakes yang terlatih.

 Pada waktu melakukan pertolongan persalinan kala III tidak diperkenankan untuk
melakukan massase dengan tujuan mempercepat proses persalinan placenta. Massase
yang tidak tepat waktu dapat mengacaukan kontraksi otot rahim dan mengganggu
pelepasan placenta.

Terapi :
 Bila tidak terjadi perdarahan perbaiki keadaan umum penderita bila perlu berikan
infus atau transfusi, pemberian antibiotika, pemberian antipiretika, pemberian ATS.
Kemudian dibantu dengan mengosongkan kandung kemih. Lanjutkan memeriksa
apakah telah terjadi pemisahan plasenta dengan cara Klein, Kustner atau Strassman.
 Bila terjadi perdarahan: lepaskan plasenta secara manual, jika plasenta dengan
pengeluaran manual tidak lengkap dapat disusul dengan upaya kuretase.
 Bila plasenta tidak dapat dilepaskan dari rahim, misal plasenta increta/percreta,
lakukan hysterectomia.

Cara untuk melahirkan plasenta:


 Dicoba mengeluarkan plasenta dengan cara normal : Tangan kanan penolong
meregangkan tali pusat sedang tangan yang lain mendorong ringan.
 Pengeluaran plasenta secara manual (dengan narkose) : Melahirkan plasenta dengan
cara memasukkan tangan penolong kedalam cavum uteri, melepaskan plasenta dari
insertio dan mengeluarkanya.
 Bila ostium uteri sudah demikian sempitnya, sehingga dengan narkose yang dalam
pun tangan tak dapat masuk, maka dapat dilakukan hysterectomia untuk melahirkan
plasentanya.

Anda mungkin juga menyukai