Anda di halaman 1dari 18

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

OLEH :
MUFLIKHATUL UMAROH
NPM. 06610392

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2007
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

BIDANG STUDI : ASKEB IBU III

KODE MATA KULIAH : Bd. 303

POKOK BAHASAN : CARA DETEKSI DINI KOMPLIKASI NIFAS &

PENANGANANNYA

SUB POKOK BAHASAN : PERDARAHAN POSTPARTUM


- Pengertian
- Macam HPP
- Gejala
- Diagnosa
- Penatalaksanaan
ATONIA UTERI
- Faktor predisposisi terjadinya atonia uteri
- Penatalaksanaan
LASERASI JALAN LAHIR
- Macam laserasi jalan lahir
- Etiologi
- Penatalaksanaan
RETENSIO PLACENTA
- Pengertian
- Jenis retensio placenta
- Penatalaksanaan
SASARAN : MAHASISWA AKBID SMT III

INSTITUSI : STIKES BINA SEHAT PPNI -MOJOKERTO

WAKTU : 2 X 50 MENIT
I. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Setelah proses perkuliahan diharapkan mahasiswa mampu mendeteksi dini

dan memberikan penanganan perdarahan postpartum dengan tepat.

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

Setelah diberikan penjelasan mahasiswa mampu :

1. Mengidentifikasi tanda dan gejala perdarahan post partum

2. Mengidentifikasi tanda & gejala atonia uteri serta penanganannya

3. Mengidentifikasi tanda & gejala laserasi jalan lahir serta

penanganannya

4. Mengidentifikasi tanda & gejala retensio placenta serta penanganannya

5. Memberikan penanganan perdarahan postpartum sesuai dengan

penyebab berdasar standart

III. MATERI

1. Batasan perdarahan post partum

2. Batasan atonia uteri & penanganannya

3. Batasan laserasi jalan lahir & penanganannya

4. Batasan retensio placenta dan penanganannya

5. Penanganan perdarahan post partum

IV. PROSES PEMBELAJARAN

1. Pendekatan deduktif
2. Metode :

- Ceramah

- Tanya jawab

3. Media :

- Laptop + LCD

V. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

No Kegiatan Pengajar Kegiatan Mahasiswa


1. Pembukaan (15 menit)
1. Memberi salam Menjawab
2. Memperkenalkan diri Menanggapi
3. Memeriksa daftar hadir Menyimak
4. Mengkomunikasikan pokok bahasan Memperhatikan
5. Menyamakan persepsi tentang komplikasi Menanggapi
masa nifas
2. Inti (70 menit)
1. Menyebutkan & menjelaskan tentang Mendengarkan & menjawab
perdarahan post partum pertanyaan
2. Menjelaskan tentang batasan atonia uteri Mendengarkan
3. Menjelaskan penanganan atonia uteri Memperhatikan
4. Menjelaskan batasan laserasi jalan lahir Mendengarkan
5. Menjelaskan penanganan laserasi jalan Memperhatikan
lahir
6. Menjelaskan batasan retensio placenta Mendengarkan
7. Menjelaskan penanganan retensio placenta Memperhatikan
3. Penutup (15 menit)
1. Menyimpulkan & mengikutsertakan Merespon
mahasiswa
2. Evaluasi materi yang diberikan Mengerjakan
3. Memberi tugas baca di rumah tentang Menyimak
materi yang diberikan
4. Memberi salam Menjawab

VI. EVALUASI

1. Prosedur penilaian

Penilaian proses belajar mengajar / evaluasi diberikan tes tulis, pertanyaan

kepada mahasiswa dan penugasan setelah diberikan pelajaran

2. Alat Penilaian

- Apa yang dimaksud dengan perdarahan post partum?

Hilangnya darah sebanyak 500 ml atau lebih setelah persalinan kala III

- Bagaimana cara mengetahui adanya atonia uteri?

Tidak ada kontraksi uterus setelah dilakukan massage fundus uteri

selama 15 detik

- Sebutkan faktor predisposisi terjadinya laserasi jalan lahir!

Makrosomia, malpresentasi, partus presipitatus, distosia bahu

- Dengan cara apa placenta dilahirkan bila placenta belum lahir setelah

janin lahir lebih dari 30 menit?

Placenta manual

VII. BUKU SUMBER

Buku Utama :

1. Syaifudin, 2001, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal

& Neonatal, Jakarta, YBPSP

2. Varney, 1997, Varney’s Midwifery


Buku Anjuran :

1. Sweet, BR, 1997 : Mayes Midwifery, Bailliere Tindall London

2. Pusdiknakes, WHO < JHPIEGO, 2001, Buku IV, Asuhan Kebidanan

pada ibu post partum

3. WHO, 2001 : Panduan Praktis Maternal & Neonatal

4. Linda, V Walsh, (2001) Midwifery, saunders Company, NY


LAMPIRAN INTI MATERI

PERDARAHAN POST PARTUM (HPP)

a. Pengertian
Perdarahan post partum adalah hilangnya darah 500ml atau lebih dari
organ reproduksi setelah selesainya kala tiga persalinan (Ekspulsi atau
Ekstraksi Plasenta dan Ketuban).

b. Macam HPP
Ada 2 macam HPP yaitu :
Perdarahan Post Partum Primer dan Perdarahan Post Partum Sekunder
1. Perdarahan Post Partum Primer (HPP Primer)
a. Pengertian
Perdarahan berlebihan yang terjadi dalam 24 jam pertama, setelah kala
III persalinan selesai
b. Etiologi
1. Atonia Uteri
Uterus tidak mengadakan kontraksi dengan baik dan ini adalah
sebab utama dari perdarahan post partum uterus yang sangat
teregang (Hidramnion, kehamilan ganda, janin besar). Partus lama
dan pemberian nekrosis merupakan predisposisi untuk terjadinya
atonia uteri
2. Laserasi Jalan Lahir
Perlukaan serviks, vagina dan perineum dapat menimbulkan
perdarahan yang banyak bila tidak direparasi dengan segera
3. Hematoma
Biasanya terjadi pada daerah-daerah yang mengalami laserasi atau
pada daerah jahitan perineum
4. Retensio Plasenta
Sisa plasenta atau selaput janin tertinggal akan menghalangi
kontraksi uterus, sehingga masih ada pembuluh darah yang tetap
terbuka
5. Ruptur Uteri
Banyak terjadi di Indonesia karena persalinan yang masih banyak
ditolong dukun yang sebagian besar belum mengetahui mekanisme
persalinan dengan benar sehingga kemacetan proses persalinan
dilakukan dengan dorongan kuat pada fundus uteri
6. Inversio Uteri
Karena tonus otot rahim yang lemah, tekanan atau tarikan pada
fundus (tekanan intra abdominal, tekanan dengan tangan, tarikan
pada tali pusat) dan canalis servikalis yang longgar
c. Gejala
Perdarahan pervaginam berlebihan, banyak dan persisten adalah khas
d. Diagnosa
1. Pemeriksaan Umum
 Takikardi dan hipotensi menunjukan hipovolemia karena
kehilangan darah yang banyak
 Pada abdomen dapat dicurigai Atonia Uteri bila uterus
membesar, lunak dan terbenam. Fundus Uteri yang kontraksi
kuat memberi kesan adanya laserasi Traktus Genetalis
2. Pemeriksaan Pelvis
Untuk evaluasi uterus, integritas uterus, jaringan plasenta yang
tertahan, laserasi traktus genetalis atau inversion uteri
3. Diagnosa Tambahan
HPP sering disebabkan kontraksi uterus, yang tidak adekuat dari
pada luka traumatic maka fundus uterus harus segera dipalpasi, bila
uterus lunak dan terbenam terutama bila plasenta belum dilahirkan.
Plasenta harus dikeluarkan dengan cepat dan secara manual.
Komplikasi kehilangan darah yang banyak adalah Syok
Hipovalemik disertai dengan nerfusi jaringan tidak adekuat.
e. Penatalaksanaan
1. Pencegahan
 Antenatal care yang baik
 Ibu-ibu yang mempunyai riwayat HPP sangat dianjurkan
bersalin di Rumah Sakit
 Memimpin persalinan kala II dan kala III dengan baik
 Pemenuhan infuse dan obat-obatan penguat rahim
(Uterotonika) dalam mengawasi persalinan
 Pemasngan infuse setelah ketuban pecah kepala janin mulai
membuka vulva
 Pemberian 1 ampul Metergin atau kombinasi dengan 5 satuan
Sintosinon (Sintometrin Intravena) sewaktu Bayi lahir
2. Pengobatan
 Prinsip umum
Segera berikan cairan intravena (20-40 unit Oksitotsin dalam
1000 ml RL)
 Atonia uteri
Infus oksitosin IV dapat ditambah dengan Ergonovin maleat
atau metal ergonovin maleat (0,2 mg) yang diberikan secara IV
atau IM fundus uteri dimassage melalui dinding abdomen.
Eksplorasi uterus secara manual dianjurkan untuk memastikan
bahwa uterus utuh dan untuk mengangkat setiap Fragmen
Plasenta
 Laserasi traktus genitalia
Laserasi yang berdarah diperbaiki dengan benang kronik.
Visualisasi yang adekuat penting, dan seorang asisten sering
diperlukan untuk meretraksi dinding vagina dengan reactor
sudut kanan
 Laserasi serviks
Laserasi dapat diperbaiki dengan meerawat mulut serviks yang
berdekatan dengan laserasi dengan menggunakan forsep cincin.
Jahitan berurutan dengan chromic dilakukan melalui bagian
yang paling mudah dari robekan serviks
 Laserasi vagina
Jahitan pertama harus ditempatkan di atas Apeks laserasi.
Jahitan yang paling hemostatik adalah yang berjalan searah
dengan jarum jam
 Retensio Plasenta atau plasenta tertahan dalam uterus
Pengangkatan manual yang diikuti dengan Oksitosin dan
Ergonovin IV biasanya sudah cukup untuk terapi
2. Perdarahan Post Partum Sekunder (HPP Sekunder)
a. Pengertian
Perdarahan pervaginam yang terjadi setelah 24 jam pertama post
partum, & biasanya terjadi antara hari ke 5 – 15 post partum.
b. Etiologi
 Tertinggalnya sebagian placenta (ret. Plac)
 Sub involusi daerah insersi placenta
 Adanya luka bekas SC yang terbuka
c. Gejala
 Perdarahan yang dapat berlangsung terus menerus atau berulang
 Menggigil & demam (karena kram rahim) yang berhubungan
dengan infeksi traktus genitalis
 Nyeri dan timbul anemia hingga terjadi syok hipovolemik
 Malaise
d. Diagnosa
- Pemeriksaan fisik
 Suhu meningkat bila disertai infeksi
 Nadi dan tekanan darah meningkat
 TFU sering dapat dipalpasi dari abdomen dan lebih besar dari
yang diperkirakan
 Uterus yang lebih besar dan lunak dari yang diperkirakan
- Pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan darah lengkap : evaluasi Hb dan hematokrit
menentukan perdarahan atau anemia
 USG untuk mengetahui adanya sisa placenta yang tertinggal
e. Patofisiologi
Infeksi bagian konsepsi yang tertinggal

Sub involusi rahim

Rahim lunak & lebih besar ukurannya

Rahim berkontraksi

Perdarahan
f. Penatalaksanaan
Perawatan HPP sekunder dibagi 3 kategori :
1. Perdarahan minimal
Tirah baring di rumah dibantu dengan pemberian obat-obatan oral
golongan uterotonika (0,2 ergonovin atau metil ergometrin),
antibiotika diberikan bila ada tanda-tanda infeksi
2. Perdarahan moderat
Oksitosin IV (20 unit per 500 ml larutan RL) ditambah Ergonovin
atau metil ergometrin dianjurkan untuk merangsang kontraksi
uterus dan mengontrol perdarahan. Kuretase dapat dihindari jika
tidak terbukti adanya Retensio Plasenta
3. Perdarahan maksimal
Berikan cairan IV dan diberi tranfusi darah, dianjurkan untuk
melakukan kuretage apabila perdarahan masih berlangsung terus
setelah pemberian oksitosin atau bila terbukti adanya retensio
plasenta. Lakukan Laparotomi untuk melakukan Histrektomi
ATONIA UTERI

Atonia uteri terjadi bila miometrium tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah
dilakukan massage pada fundus uteri. Atonia uteri merupakan penyebab > 90 %
perdarahan post partum yang terjadi dalam 24 jam pertama post partum
(Ripley,1999).

Faktor Predisposisi Terjadinya Atonia Uteri :


1. Yang menyebabkan uterus membesar lebih dari normal selama kehamilan :
2. Kala I dan atau kala II memanjang
3. Partus precipitatus
4. Persalinan yang diinduksi dengan oksitosin
5. Infeksi intra partum
6. Paritas tinggi

Penatalaksanaan Atonia Uteri :


1. Segera lakukan kompresi bimanual internal
a. Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril,dengan lembut
masukkan tangan ( dengan cara menyatukan kelima ujung jari ) ke
introitus vagina.
b. Periksa vagina dan serviks. Jika ada selaput ketuban atau bekuan darah
pada kavum uteri mungkin uterus tidak dapat berkontraksi secara penuh.
c. Letakkan kepalan tangan pada forniksanterior, tekan dinding anterior
uterus, sementara telapak tangan lain pada abdomen, menekan dengan kuat
dinding belakang uterus ke arah kepalan tangan dalam.
d. Tekan uterus dengan kedua tangan secara kuat. Kompresi uterus ini
memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah di dalam dinding
uterus dan juga merangsang miometrium untuk berkontraksi.
e. Evaluasi kebersihan:
i. Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan
melakukan KBI selama dua menit, perlahan-lahan keluarkan tangan
dari dalam vagina dan pantau kondisi ibu secara melekat selama kala
lV.
ii. Jika uterus berkontraksi tapi perdarahan terus berlangsung, periksa
perineum, vagina dan serviks apakah terjadi laserasi di bagian tersebut
segera lakukan penjahitan jika di temukan laserasi.
iii. Jika kontraksi uterus tidak terjadi dalam waktu 5 menit, ajarkan
keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksternal kemuadian
teruskan dengan langkah-langkah penatalaksanaan atonia uteri
selanjutnya. Minta tolong keluarga untuk mulai menyiapkan rujukan.
Alasan: Atonia uteri seringkali bisa diatasi dengan KBI, jika KBI
tidak berhasil dalam waktu 5 menit di perlukan tindakan-tindakan lain.
2. Berikan 0,2 mg ergometrin IM (Jangan berikan egometrin kepada ibu dengan
hipertensi ) atau misoprostol 600-1000 mcg per rektal
3. Beri infus RL 500 cc drip 20 IU oksitosin
4. Pakai sarung tangan steril atau DTT dan ulangi KBI
5. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit, segera rujuk.
6. Dampingi ibu saat merujuk sambil melakukan tindakan KBI dan infus cairan
sampai ke tempat rujukan

Kompresi Bimanual Eksternal :


1. Letakkan satu tangan pada dinding abdomen dan dinding depan korpus uteri
dan diatas simfisis pubis
2. Letakkan tangan lain pada dinding abdomen dan dinding belakang korpus
uteri sejajar dengan dinding depan korpus uteri
3. Lakukan kompresi uterus dengan cara saling mendekatkan tangan depan dan
belakang agar pembuluh darah dapat dijepit secara manual
LASERASI JALAN LAHIR

Laserasi jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan post
partum. Robekan dapat terjadibersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan dengan
uc baik biasanya disebabkan oleh laserasi jalan lahir.

Laserasi jalan lahir dibagi menjadi 3 :


1. Laserasi / perlukaan pada vulva
 Luka pada vulva
 Robekan perineum
 Episiotomi
2. Laserasi / Perlukaan vagina
 Kolpaporeksis (robekan melintang atau miring pada bagian atas vagina)
 Fistula
3. Laserasi / robekan pada uterus
 Robekan serviks
 Ruptura uteri

Sebagian besar laserasi jalan lahir disebabkan :


 Makrosomia
 Malpresentasi
 Partus presipitatus
 Distosia bahu

Penatalaksanaan laserasi jalan lahir :


1. Perbaiki robekan / laserasi jalan lahir (menjahit luka )
2. Lakukan uji pembekuan darah jika perdarahan terus berlangsung
RETENSIO PLACENTA

Pengertian :
Retensio placenta adalah tertahannya atau belum lahirnya placenta sampai 30
menit atau lebih setelah bayi lahir.

Jenis retensio placenta :


 Placenta adhesive adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion placenta shg
menyebabkan kegagalan mekanisme separasi fisiologis.
 Placenta acreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki
sebagian lapisan miometrium.
 Placenta inkreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga
mencapai/memasuki miometrium.
 Placenta perkreta adalah implantasi jonjot korion placenta yang menembus
lapisan otot hingga mencapai lapisan serosa dinding uterus.
 Placenta inkarserata adalah tertahannya placenta di dalam cavum uteri,
disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.

Untuk mengetahui apakah placenta sudah lepas atau belum dari tempat
implantasinya, dipakai beberapa perasat :
1. Perasat kustner
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat, tangan kiri
menekan daerah diatas symphisis. Bila tali pusat masuk kembali ke dalam
vagina berarti placenta belum lepas, bila tetap atau tidak masuk kembali
berarti placenta telah lepas dari dinding uterus.
2. Perasat Strassman
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali pusat, tangan kiri
mengetok fundus uteri, bila terasa ada getaran pada tali pusat yang
diregangkan berarti placenta belum lepas. Bila tidak terasa getaran berarti
placenta telah lepas dari dinding uterus.
3. Perasat Klein
Ibu disuruh mengedan, tali pusat akan bertambah panjang, Jika tidak
mengedan tali pusat masuk kembali ke dalam vagina berarti placenta belum
lepas dari dinding uterus

Cara pelepasan placenta :


1. Schultze (sentral)
2. Duncan (marginal)
3. atau serempak dari tengah dan dari pinggir placenta

Tanda pelepasan placenta :


 Perubahan bentuk dan tinggi uterus
 Tali pusat memanjang
 Semburan darah mendadak & singkat.

Penatalaksanaan retensio placenta :


1. Peregangan tali pusat terkendali
2. Placenta manual
3. Curetage
4. Histerektomi

Placenta Manual
Placenta manual adalah Tindakan untuk melepas placenta secara manual dari
tempat implantasinya dan kemudian mengeluarkannya dari cavum uteri.
Indikasi dilakukan manual placenta adalah bila placenta tidak lahir setelah 1 jam
bayi lahir disertai MAK III.
Prosedur tindakan :
- Kaji ulang indikasi
- Inform consent
- Kaji ulang prinsip dasar perawatan dan pasang infus
- Berikan sedativa & analgetika (ex: pethidin dan diazepam i.v pelan, jangan
dicampur dengan spuit yang sama) atau ketamin
- Beri antibiotika dosis tunggal (profilaksis)
- Pakai sarung tangan DTT
- Jepit tali pusat dengan kokher dan tegangkan sejajar lantai
- Masukkan tangan secara obstetrik (punggung tangan menghadap ke bawah)
dengan menelusuri bagian bawah tali pusat masuk ke dalam cavum uteri
- Tangan yang lain menahan fundus uteri untuk mencegah inversio uteri
- Dengan bagian lateral jari-jari tangan dicari insersi pinggir placenta
- Buka tangan obstetrik menjadi seperti memberi salam, jari-jari dirapatkan
- Tentukan implantasi placenta, temukan tepi placenta yang paling bawah
- Gerakkan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser ke kranial sehingga
semua permukaan maternal placenta dapat dilepaskan
- Jika placenta tidak dapat dilepaskan dari permukaan uterus, kemungkinan
placenta akreta dan siapkan untuk laparatomi histerektomi
- Pegang placenta dan keluarkan tangan bersama plasenta
- Pindahkan tangan luar ke suprasymphisis untuk menahan uterus saat placenta
dikeluarkan
- Eksplorasi untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang melekat pada
dinding uterus
- Berikan oksitosin 10 IU dalam 500 cc cairan RL i.v 60 tetes / menit &
massage uterus untuk merangsang kontraksi
- Jika perdarahan masih banyak, berikan ergometrin 0,2 mg i.m atau
prostaglandin
- Periksa apakah placenta lengkap apa tidak, jika tidak lengkap lakukan
eksplorasi ke dalam cavum uteri
- Dekontaminasi sarung tangan (sebelum dilepaskan dan peralatan lain yang
digunakan
- Lepaskan dan rendam sarung tangan & peralatan lainnya di dalam larutan
klorin 0,5 % selama 10 menit
- Cuci tangan dengan sabun & air mengalir, kemudian keringkan tangan dengan
handuk bersih dan kering
Penanganan pasca tindakan :
- Pantau kesadaran, TTV, setiap 30 menit selama 6 jam
- Tentukan TFU dan pastikan kontraksi uterus baik
- Teruskan infus dan berikan tranfusi darah jika perlu.

7 pokok penting yang harus diperhatikan sebelum meninggalkan ibu post partum :
 Kontraksi uterus harus baik
 Tidak ada perdarahan pervaginam / alat genetalia yang lain
 Placenta dan selaput ketuban harus lahir lengkap
 Kandung kencing harus kosong
 Laserasi jalan lahir terawat dengan baik & tidak ada hematoma
 Bayi dalam keadaan baik
 Keadaan ibu baik

Anda mungkin juga menyukai