Anda di halaman 1dari 6

SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)

MK : Askeb IV (Patologi Kebidanan)


Kode Mata Kuliah : HBB. 304
SKS : 2 SKS
Waktu / Pertemuan : 120 menit (2 x 60) / 6

A. Tujuan
1. TIU : Setelah perkuliahan, mahasiswa DIV kebidanan diharapkan mampu memahami
tentang asuhan Patologi kebidanan

2. TIK :
a). Setelah perkuliahan evaluasi pendidikan berakhir, mahasiswa DIV kebidanan
diharapkan mampu menjelaskan pengertian Atonia Uteri.
b). Setelah perkuliahan evaluasi pendidikan berakhir, mahasiswa DIV kebidanan
diharapkan mampu menjelaskan penyebab atonia uteri.
c). Setelah perkuliahan evaluasi pendidikan berakhir, mahasiswa DIV kebidanan
diharapkan mampu menjelaskan Manifestasi Klinis atonia uteri.
d). Setelah perkuliahan evaluasi pendidikan berakhir, mahasiswa DIV kebidanan
diharapkan mampu menjelaskan cara pencegahan atonia uteri.
e). Setelah perkuliahan evaluasi pendidikan berakhir, mahasiswa DIV kebidanan
diharapkan mampu menjelaskan manajemen atonia uteri.

B. Pokok Bahasan : Atonia Uteri

C. Sub Pokok Bahasan


1. Pengertian Atonia Uteri.
2. Penyebab Atonia Uteri.
3. Manifestasi Klinis.
4. Pencegahan atonia uteri.
5. Manajemen Atonia Uteri.
D. Kegiatan Belajar Mengajar
Tahap Kegiatan Belajar Kegiatan Mahasiswa Media dan alat
pengajaran
Pendahulu 1. Dosen menyampaikan TIU dan TIK - Mahasiswa memperhatikan a. LCD
an 2. Dosen menyampaikan manfaat - Mahasiswa memperhatikan b. Laptop
pembelajaran c. Board marker
3. Dosen menyampaikan Tujuan d. White board
pembelajaran

Penyajian 1. Dosen memberikan penjelasan tentang - Mahasiswa memperhatikan a. LCD


Pengertian atonia uteri. b. Laptop
2. Dosen memberikan penjelasan tentang c. Board marker
penyebab atonia uteri. d. White board
3. Dosen memberikan penjelasan tentang
manifestasi klinis atonia uteri.
4. Dosen memberikan penjelasan tentang - Mahasiswa bertanya
pencegahan atonia uteri. tentang materi yang belum
5. Dosen memberikan penjelasan tentang dipahami.
manajemen atonia uteri. - Mahasiswa menjawab
6. Dosen memberi kesempatan kepada pertanyaan yang diberikan
mahasiswa untuk bertanya.
7. Dosen memberikan pertanyaan balik
kepada mahasiswa.

Penutup 1. Dosen memberikan kesimpulan - mahasiswa memperhatikan


mengenai Atonia Uteri
2. Dosen menyampaikan materi yang
akan datang
E. Evaluasi
Menyampaikan materi yang akan disampaikan dalam pertemuan selanjutnya.

F. Referensi.
Prawirohardjo Sarwono, 2002, Ilmu Kebidanan, Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Winkjosastro, Hanifa dkk. 2005. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Cetakan 7. Yayasan bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Setiawan Y. Perawatan Perdarahan Post Partum. Disitasi tanggal 21 September 2008
http://www.Siaksoft.net (update: Januari: 2008).

G. Materi

Atonia Uteri

1. Pengertian.

Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan

rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri. Perdarahan postpartum dengan penyebab uteri

tidak terlalu banyak dijumpai karena penerimaan gerakan keluarga berencana makin

meningkat (Manuaba & APN).

Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum dini (50%), dan

merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi postpartum. Kontraksi uterus

merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia

terjadi karena kegagalan mekanisme ini. Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol

oleh kontraksi serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang

memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut

miometrium tidak berkontraksi. Batasan: Atonia uteri adalah uterus yang tidak berkontraksi

setelah janin dan plasenta lahir.


2. Penyebab .

Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan faktor predisposisi

(penunjang ) seperti :

1. Overdistention uterus seperti: gemeli makrosomia, polihidramnion, atau paritas tinggi.

2. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua.

3. Multipara dengan jarak kelahiran pendek

4. Partus lama / partus terlantar

5. Malnutrisi.

6. Penanganan salah dalam usaha melahirkan plasenta, misalnya plasenta belum terlepas dari

dinding uterus.

3. Gejala Klinis.

Uterus tidak berkontraksi dan lunak.

Perdarahan segera setelah plasenta dan janin lahir (Post Partum Primer / P3).

4. Pencegahan atonia uteri.

Atonia uteri dapat dicegah dengan Managemen aktif kala III, yaitu pemberian oksitosin

segera setelah bayi lahir (Oksitosin injeksi 10U IM, atau 5U IM dan 5 U Intravenous atau

10-20 U perliter Intravenous drips 100-150 cc/jam.

Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan pospartum lebih

dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut sebagai terapi. Menejemen

aktif kala III dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan

transfusi darah.
Kegunaan utama oksitosin sebagai pencegahan atonia uteri yaitu onsetnya yang cepat, dan

tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani seperti ergometrin.

Pemberian oksitosin paling bermanfaat untuk mencegah atonia uteri.

Analog sintetik oksitosin, yaitu karbetosin, saat ini sedang diteliti sebagai uterotonika untuk

mencegah dan mengatasi perdarahan postpartum dini. Karbetosin merupakan obat long-

acting dan onset kerjanya cepat, mempunyai waktu paruh 40 menit dibandingkan oksitosin

4-10 menit. Penelitian di Canada membandingkan antara pemberian karbetosin bolus IV

dengan oksitosin drip pada pasien yang dilakukan operasi sesar. Karbetosin ternyata lebih

efektif dibanding oksitosin.

5. Manajemen Atonia Uteri.

a). Resusitasi : Apabila terjadi perdarahan postpartum banyak, maka penanganan awal yaitu

resusitasi dengan oksigenasi dan pemberian cairan cepat, monitoring tanda-

tanda vital, jumlah urine, dan saturasi oksigen. Pemeriksaan golongan darah

dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan transfusi darah.

b). Mesase dan kompresi bimanual : Mesase dan kompresi bimanual akan menstimulasi

kontrasi uterus yang akan menghentikan perdarahan.

Pemijatan fundus uteri segera setelah lahirnya

plasenta (max 15 detik), jika uterus berkontraksi

maka lakukan evaluasi, jika uterus berkontraksi tapi

perdarahan uterus berlangsung, periksa apakah

perineum/vagina dan serviks mengalami laserasi dan

jahit atau rujuk segera.


c). Jika uterus tidak berkontraksi maka : Bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban dari

vagina dan lubang serviks, pastikan bahwa kandung

kemih telah kosong, lakukan kompresi bimanual

internal (KBI) selama 5 menit. Jika uterus

berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit,

keluarkan tangan perlahan-lahan dan pantau kala

empat dengan ketat. Jika uterus tidak berkontraksi,

maka: Anjurkan keluarga untuk mulai melakukan

kompresi bimanual eksternal: keluarkan tangan

perlahan-lahan, berikan ergometrin 0,2 mg I.M

(jangan diberikan jika hipertensi), pasang infuse

menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan

500 ml RL+ 20 unit oksitosin. Habiskan 500 ml

pertama secepat mungkin, Ulangi KBI jika uterus

berkontraksi, pantau ibudengan seksama selama kala

empat. Jika uterus tidak berkontraksi maka rujuk

segara.

Anda mungkin juga menyukai