Anda di halaman 1dari 13

FORMAT LAPORAN

PENDAHULUAN III

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM PENDARAHAN ATONIA
UTERI

NAMA: NESHA SITI NURWULAN


NIM:1902399

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SUMEDANG
2021
ASUHAN KEPERAWATAN

27 Buku Panduan PBK Keperawatan Maternitas 2020


33
ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN POST PARTUM PENDARAHAN ATONIA UTERI

1. Pengertian

Atonia uteri didefinisikan sebagai suatu kondisi kegagalan uterus dalam


berkontraksi dengan baik setelah persalinan, sedangkan atonia uteri juga di
definisikan sebagai tidak adanya kontraksi uterus segera setelah plasenta lahir.
Sebagian besar perdarahan pada masa nifas (75% - 80%) adalah akibat adanya
atonia uteri. Sebagaimana kita ketahui bahwa aliran darah uteroplasenta selama
masa kehamilan adalah 500 – 800 ml/menit, sehingga kita bayangkan ketika
uterus tidak berkontraksi selama beberapa menit saja maka akan menyebabkan
kehilangan darah yang sangat banyak. Sedangkan volume darah hanya sekitar 5 -6
liter saja. Antonia uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi
dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatah fundus uteri (plasenta telah lahir)
(Sukarni, 2014). Atonia Uteri adalah kegagalan serabut – serabut otot miometrium
uterus untuk berkontraksi dan memendek. Hal ini merupakan penyebab
perdarahan post partum yang paling penting dan biasa terjadi segera setelah bayi
lahir hingga 4 jam setelah persalinan. Atonia uteri dapat menyebabkan perdarahan
27 Buku Panduan PBK Keperawatan Maternitas 2020
33
hebat dan dapat mengarah ke syok hipovolemik. Atonia uteri merupakan
penyabab utama terjadinya perdarahan pasca persalinan. Pada atonia uteri, uterus
gagal berkontraksi dengan baik setelah persalinan (Yulianti, 2010).
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus / kontraksi yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat
implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir (Sari, 2013). Atonia uteri
merupakan perdarahan pasca persalinan yang dapat terjadi karena terlepasnya
sebagian plasenta dari uterus dan sebagian lagi belum terlepas. Atonia uteri terjadi
bila miometrium tidak berkontraksi. Uterus menjadi lunak dan pembuluh darah
pada bekas perlekatan plasenta terbuka lebar (Yulianingsih, 2009).

2. Etiologi
Antonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan factor
predisposisi (penunjang) seperti :
1. Overdestention uterus seperti : gemeli nakrosomia, polihidroamnion,
atau paritas tinggi
2. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua
3. Multipara dengan jarak kelahiran pendek
4. Partus lama/ terlantar
5. Malnutrisi
6. Penanganan salah dalam usaha melahirkan plasenta, misalnya plasenta
belum terlepas dari dinding uterus
(Sukarni, 2014)

Penyebab distensi uterus yang berlebihan antara lain :


a. Kehamilan ganda.
b. Poli Hidramnion.
c. Makrosomia Janin ( janin besar ).
d. Peregangan uterus yang berlebihan

3. Klasifikasi Post Partum

27 Buku Panduan PBK Keperawatan Maternitas 2020


33
1) Perdarahan postpartum primer, perdarahan yang terjadi dalam 24 jam
pertama dan biasanya disebabkan oleh atonia uteri, berbagai robekan jalan
lahir dan sisa sebagian plasenta.
2) Perdarahan postpartum sekunder yaitu terjadi setelah 24 jam pasca
persalinan.

4. Adaptasi Psikologis Post Partum


1) Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung dari
hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada fase ini, ibu
sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali
menceritakan proses persalinan yang dialaminya dari awal sampaiakhir.
2) Fase taking hold merupakan suatu periode yang berlangsung antara 3-10
hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan
ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu
mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga mudah tersinggung dan
gampang marah. Kita perlu berhati-hati menjaga komunikasi dengan ibu.
Dukungan moril sangat diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri
ibu. Bagi petugas kesehatan pada fase ini merupakan kesempatan yang
baik untuk memberikan berbagai penyuluhan dan pendidikan kesehatan
yang diperlukan ibunifas.
3) Fase letting go merupakan periode menerima tanggung jawab akan peran
barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa
bayi butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi
kebutuhanbayinya.

5. Pemeriksaan Penunjang
Resusitasi, Apabila terjadi perdarahan pospartum banyak, maka penanganan
awal yaitu resusitasi dengan oksigenasi dan pemberian cairan cepat,
monitoring tanda-tanda vital, monitoring jumlah urin, dan monitoring saturasi

27 Buku Panduan PBK Keperawatan Maternitas 2020


33
oksigen. Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk
persiapan transfusi darah.
6. Penatalaksanaan
1. Masase dan kompresi bimanual
Masase dan kompresi bimanual akan menstimulasi kontraksi uterus
yang akan menghentikan perdarahan
Pemijatan fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (maksimal 15
detik)
a. Gunakan sarung tangan DDT panjang
b. Bersihkan vulva dan perineum dengan cairan antiseptic
c. Kosongkan kandung kemih
d. Mengelurkan semua bekuan darah atau selaput yang mungkin
masih tertinggal
e. Segera memulai kompresi bimanual internal
f. Masukkan tangan yang memakai sarung tangan ke dalam vagina
secara obstetric
g. Kepalkan tangan pada forniks anterior
h. Tekankan tangan yang ada dalam vagina dengan mantap
i. Tekankan tangan luar pada perut dan gunakan tekanan melawan
kepalan tangan yang berada di dalam vagina secara bersamaan
j. Tahan dengan mantap
k. Kontraksi pertahankan tekanan selama 2 menit, lalu dengan
perlahan tariklah tangan keluar. Jika uterus berkontraksi, teruskan
pemantauan
l. Jika uterus tidak berkontraksi setelah 5 menit, suruhlah anggota
keluarga untuk melakukan kompresi bimanual ekternal (KBE)
sementara kita member injeksi methergin 0,2 mg IM dan memulai
infuse IV (RL dengan 20 IU Oksitosin/ 500 cc terbuka lebar/
guyur)
m. Jika uterus tetap tidak berkontraksi setelah 5 – 7 menit, segeralah
perujukan dengan IV tetap terpasang dengan laju 500 cc/jam tiba di

27 Buku Panduan PBK Keperawatan Maternitas 2020


33
tempat perujukan atau jumlah seluruhnya 1,5 liter di infuskan, lalu
teruskan dengan laju infuse 125 cc/jam.
(Sukarni, 2014)
2. Resusitasi
Apabila terjadi perdarahan postpartum banyak, maka penanganan awal
yaitu resusitasi dengan oksigen dan pemberian cairan cepat,
monitoring tanda – tanda vital, jumlah urin dan saturasi oksigen.
Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk
persiapan tranfusi darah (Sukarni, 2014).

7. Data Fokus

1. Pemeriksaan Fisik
a) Mulut :bibir pucat
b) Mata : Mata pucat, tamapak lemas
c) Payudara   : simetris
d) Abdomen : terdapat pembesaran abdomen
e) Genetalia : terdapat perdarahan pervaginam
 Gaya berjalan yang canggung
 Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis
dinamakan dengan diastasis rectal
f) Ekstremitas           : dingin
g) Vagina
- Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan
( tanda Chandwick)
- Hipertropi epithelium
h) Volume darah meningkat
i) Peningkatan frekuensi nadi
j) Terjadi hiperventilasi selama kehamilan.

27 Buku Panduan PBK Keperawatan Maternitas 2020


33
8. Pathway Atonia Uteri

Antonia Uteri

Kegagalan uteri untuk berkontraksi

Uterus dalam keadaan relaksasi, melebar, dan lember

Pembuluh darah tak mampu berkontraksi

Pembuluh darah tetap terbuka

Penurunan jumlah volume Penurunan jumlah


cairan intravaskuler Pendarahan
dalam jumlah yang Pervagina
Cairan tubuh banyak

Kegagalan fungsi
Jumlah HB menurun pompa jantung Virus / bakteri
dapat mudah
masuk
mukosa pucat, akral Rejatan hipovolemik
dingin,konjungtiva
anemis, nadi cepat lemah
Resiko
Resiko syok infeksi
hipovolemik
Kekurangan
voulume cairan

27 Buku Panduan PBK Keperawatan Maternitas 2020


33
9. Analisa Data
NO DATA SENJANG ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN
1. DS: Atonia Uteri Kekurangan
- Klien mengeluh ↓ volume cairan
lemas dan Kegagalan uteri untuk
mengatakan berkontraksi
pusing ↓
- Klien mengalami robekan jalan lahir
pendarahan ↓
DO: Volume cairan turun
- Klien tampak ↓
lemas Anemia akut
- Klien tampak ↓
muka dan mata Hb,O2 turun
pucat, conjungtiva ↓
anemis Hipoksia

Kekurangan volume
cairan

2. DS: Pendarahan terus Resiko syok


hipovolemik
- Klien mengeluh menerus
sesak nafas ↓
- Klien mengatakan Curah jantung menurun
rasa tak enak di ↓
dada Suplai darah ke jaringan
DO: menurun

27 Buku Panduan PBK Keperawatan Maternitas 2020


33
- Volume darah ↓
meningkat Hipoksia
- Peningkatan ↓
frekuensi nadi TD meningkat
- Peningkatan ↓
volume tidal, Resiko syok
hipovolemik
penurunan
resistensi jalan
nafas.
- Perubahan
pernapasan
abdomen menjadi
pernapasan dada.

3. DS: Resiko infeksi


Perdarahan Pervagina
- Klien mengatakan

sakit didaerah
Volume cairan
vagina

- Klien mengatakan
Daya tahan tubuh
sulit berjalan

DO:
Kuman mudah masuk
- Perdarahan

Berbau
Resiko infeksi
- Gaya berjalan
yang canggung

27 Buku Panduan PBK Keperawatan Maternitas 2020


33
10. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler yang
berlebihan
2) Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan Syok hipovelemia
3) Resiko infeksi b.d Trauma jaringan

27 Buku Panduan PBK Keperawatan Maternitas 2020


33
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Kekurangan volume cairan b.d Kriteria Hasil: - Memonitir tanda-tanda - Untuk mengetahui tanda-
vital klien.
kehilangan vaskuler yang - Mempertahankan urine tanda vital pasien
- Memonitor tingkat Hb
berlebihan output sesuai dengan dan hematocrit - Mengetahui konsentrasi
- Memonitor status
DS: usia dan BB, BJ, urine eritrosit dalam darah
hidrasi (kelembaban
- Klien mengeluh lemas dan normal, HT normal membrane mukosa, nadi - Membantu dalam
adekuat, tekanan darah
mengatakan pusing - Tekanan darah, nadi, membuat rencana
ortostatik), jika
- Klien mengalami suhu tubuh dalam batas iperlukan perawatan yang tepat dan
pendarahan normal memberikan kesempatan
DO: - Tidak ada tanda-tanda untuk mencegah dan
- Klien tampak lemas dehidrasi membatasi terjadinya
- Klien tampak muka dan komplikasi
mata pucat, conjungtiva
anemis

- memaksimalkan ketersediaan
Perubahan perfusi jaringan b.d
2. - memonitor tanda oksigen untuk transpor sirkulasi
Kriteria Hasil:
Syok hipovelemia indekuat oksigensi
- Nadi dalam batasan ke jaringan.
jaringan
DS: yang diharapkan
27 Buku Panduan PBK Keperawatan Maternitas 2020
33
- Klien mengeluh sesak - Frekuensi napas dalam - membantu menentukan beratnya
batas yang diharapkan - pantau nilai labor: Hb,
nafas kehilangan darah. Status yang ada
- PH darah serum dbn Ht, AGD dan elektrolit
- Klien mengatakan rasa tak - Irama pernapasan sebelumnya dari kesehatan yang
dalam batas yang - Monitor Ttv
enak di dada buruk meningkatkan luasnya
diharapkan
- Relaksasi nafas dalam cedera dari kekurangan oksigen.
DO:
- untuk mengetahui tanda-tanda
- Volume darah meningkat
vital klien
- Peningkatan frekuensi nadi
- Dengan teknik relaksasi nafas
- Peningkatan volume tidal,
dalam klien dapat lebih tenang
penurunan resistensi jalan
nafas.
Perubahan pernapasan abdomen
menjadi pernapasan dada.

Resiko infeksi b.d Trauma jaringan


DS: - Pertahankan teknik
3. - Klien bebas dari - proses memisahkan
- Klien mengatakan sakit tanda dan gejala isolasi
mikroorganisme tertentu
infeksi
didaerah vagina - Berikan terapi antibiotic
- Menunjukan dari lingkungan, sehingga

27 Buku Panduan PBK Keperawatan Maternitas 2020


33
- Klien mengatakan sulit kemampuan bila perlu (proteksi dapat diperoleh biakan
untuk
berjalan terhadap infeksi) yang sifatnya murni
mencegah
DO: timbulnya - Ajarkan klien dan - mampu memahami suatu
infeksi
- Perdarahan Berbau kluarga tanda dan gejala proses biokimia pada
- Menunjukan
- Gaya berjalan yang prilaku hidup infeksi organisme, khususnya
sehat
canggung dalam proses infeksi oleh
bakteri.
- Mampu mengetahi
terjadinya tanda dan gejala
infeksi

27 Buku Panduan PBK Keperawatan Maternitas 2020


33

Anda mungkin juga menyukai