Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada kehamilan cukup bulan aliran darah ke uterus sebanyak 500 –
800 ml/menit. Jika uterus tidak berkontraksi dengan segera setelah kelahiran
placenta, maka ibu dapat mengalami perdarahan sekitar 350 – 500 ml/menit
dari bekas tempat melekatnya placenta. Kontraksi uterus akan menekan
pembulu darah uterus yang berjalan diantara anyaman serabut miometrium
sehingga menghentikan darah yang mengalir melalui ujung-ujung arteri
ditempat implantasi placenta. Seorang ibu dapat meninggal karena
perdarahan pasca persalinan dalam waktu kurang dari 1 jam.
Lebih dari 90% dari seluruh kasus perdarahan pasca persalinan
yang terjadi dalam 24 jam setelah kelahiran bayi disebabkan oleh atonia
uteri. Sebagian besar kematian akibat perdarahan pasca persalinan terjadi
pada beberapa jam pertama setelah kelahiran bayi (Li, et all, 1996). Karena
alasan ini, penatalaksanaan kala III persalinan yang cepat dan tepat
merupakan salah satu cara terbaik dan sangat penting untuk menurunkan
angka kematian ibu.
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartum
dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan
histerektomi peripartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama
untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Itu Atonia Uteri ?
2. Apa Etiologic Atonia Uteri ?
3. Bagaimana Patofisiologi Atonia Uteri ?
4. Bagaimana Manifestasi Klinis Atonia Uteri ?
5. Apa Komplikasi Atonia Uteri ?
6. Apa Pemeriksaan Penunjang Atonia Uteri ?
7. Apa Penatalaksanaan Atonia Uteri ?
8. Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Atonia Uteri ?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Atonia Uteri.
2. Untuk Mengetahui Etiologic Atonia Uteri.
3. Untuk Mengetahui Patofisiologi Atonia Uteri.
4. Untuk Mengetahui Manifestasi Atonia Uteri.
5. Untuk Mengetahui Komplikasi Atonia Uteri.
6. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Atonia Uteri.
7. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Atonia Uteri.
8. Untuk Mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Atonia Uteri.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Atonia Uteri (relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak berkontraksi
dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah
lahir) (Depkes Jakarta, 2002).
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus / kontraksi rahim yang
menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat
implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir (Prawiroharjo, 2011).
Atonia uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot miometrium
uterus untuk berkontraksi dan memendek. Hal ini merupakan penyebab
perdarahan post partum yang paling penting dan biasa terjadi segera setelah
bayi lahir hingga 4 jam setelah persalinan. Atonia uteri dapat menyebabkan
perdarahan hebat dan dapat mengarah pada terjadinya syok hipovolemik (Ai
Yeyeh, Lia, 2010).
Atonia uteri merupakan penyebab utama terjadinya perdarahan
pasca persalinan. Pada atonia uteri, uterus gagal berkontraksi dengan baik
setelah persalinan.

B. Etiologi
Penyebab tersering kejadian pada ibu dengan atonia uteri antara lain:
overdistention uterus seperti gemeli, makrosomia, polihidramnion, atau
paritas tinggi, umur terlalu muda atau terlalu tua, multipara dengan jarak
kelahiran pendek, partus lama atau partus terlantar, malnutrisi, dapat juga
karena salah penanganan dalam usaha melahirkan plasenta, sedangkan
sebenarnya belum terlepas dari uterus (Ai Yeyeh, Lia, 2010).
Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi atau tidak
berkontraksi secara terkoordinasi sehingga ujung pembuluh darah
ditempat implantasi plasenta tidak dapat dihentikan (oklusi) sehingga
perdarahan menjadi tidak terkendali.
Beberapa faktor predisposisi yang berhubungan dengan resiko
perdarahan paska persalinan karena atonia uteri, diantaranya adalah :
1. Faktor yang menyebabkan uterus membesar lebih dari normal selama
kehamilan termasuk :
a) Jumlah air ketuban yang berlebihan (polihidraamnion)
b) Kehamilan gameli
c) Janin yang besar (makrosomia)
2. Kala I dan/ atau 2 persalinan yang memanjang
3. Persalinan cepat
4. Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oksitosin
(augmentasi)
5. Infeksi inpartu
6. Multiparitas tinggi/grandemultipara
7. Magnesium sulfat yang digunakan untuk mengendalikan kejang pada
preeklamsia/eklampsia.
C. Manifestasi Klinis
Gambaran klinisnya berupa perdarahan terus-menerus dan keadaan
pasien secara berangsur-angsur menjadi semakin jelek. Denyut nadi
menjadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, pasien berubah pucat dan
dingin, dan napasnya menjadi sesak, terengah-engah, berkeringat dan
akhirnya coma serta meninggal dunia. Situasi yang berbahaya adalah kalau
denyut nadi dan tekanan darah hanya memperlihatkan sedikit perubahan
untuk beberapa saat karena adanya mekanisme kompensasi vaskuler.
Kemudian fungsi kompensasi ini tidak bisa dipertahankan lagi,
denyut nadi meningkat dengan cepat, tekanan darah tiba-tiba turun, dan
pasien dalam keadaan shock. Uterus dapat terisi darah dalam jumlah yang
cukup banyak sekalipun dari luar hanya terlihat sedikit. Bahaya perdarahan
post partum ada dua, pertama: anemia yang berakibat perdarahan tersebut
memperlemah keadaan pasien, menurunkan daya tahannya dan menjadi
faktor predisposisi terjadinya infekol nifas. Kedua: Jika kehilangan darah
ini tidak dihentikan, akibat akhir tentu saja kematian (Human labor and
birth, 1996).
Tanda dan gejala atonia uteri sendiri menurut Ralph C. Benson &
Martin L. Pernoll (2009), di antaranya:
1. Perdarahan pervaginam
Perdarahan yang sangat banyak dan darah tidak merembes. Peristiwa
sering terjadi pada kondisi ini adalah darah keluar disertai gumpalan
disebabkan tromboplastin sudah tidak mampu lagi sebagai anti
pembeku darah.
2. Konsistensi rahim lunak
Gejala ini merupakan gejala terpenting/khas atonia dan yang
membedakan atonia dengan penyebab perdarahan yang lainnya.
3. Fundus uteri naik
4. Terdapat tanda-tanda syok, yaitu:
a) nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih)
b) tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg
c) pucat
d) keriangat/ kulit terasa dingin dan lembap
e) pernafasan cepat frekuensi 30 kali/ menit atau lebih
f) gelisah, binggung atau kehilangan kesadaran
g) urine yang sedikit (< 30 cc/ jam)

D. Patofisologi
Perdarahan postpartum bisa dikendalikan melalui kontraksi dan retraksi
serat-serat myometrium. Kontraksi dan retraksi ini menyebabkan terlipatnya
pembuluh-pembuluh darah sehingga aliran darah ke tempat plasenta
menjadi terhenti. Kegagalan mekanisme akibat gangguan fungsi
myometrium dinamakan atonia uteri dan keadaan ini menjadi penyebab
utama perdarahan postpartum. Sekalipun pada kasus perdarahan postpartum
kadang-kadang sama sekali tidak disangka atonia uteri sebagai
penyebabnya, namun adanya faktor predisposisi dalam banyak hal harus
menimbulkan kewaspadaan perawat terhadap gangguan tersebut.
E. Komplikasi
a) Preeeklampsia
b) Plasenta previa
c) Endometrium tipis
d) Retensio Plasenta Rest
e) Persalinan lama atau cepat
f) Jarak kehamilan yang pendek
g) Gangguan gizi pada ibu hamil
h) Anemia selama kehamilan
i) Kelainan uterus seperti leiomiomata, kelainan kongenital
j) Rahim terlalu renggang akibat anak besar, hamil kembar, gemeli
hydramnion

F. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Darah
b) Tranfusi Darah
c) Pemeriksaan USG
d) Pemeriksaan Laboratorium

G. Penatalaksanaan Dan Pencegahan


Jika uterus tidak segera berkontraksi dalam 15 detik setelah
dilakukan rangsangan taktil (masase) fundus uteri maka patut diduga telah
terjadi Atonia Uteri:
Segera lakukan kompresi bimanual internal ( KBI ) :
a) Pakai sarung tangan DTT atau steril, kemudian secara hati-hati
masukkan satu tangan secara obstetrik (menyatukan kelima ujung
jari) melalui introitus dan ke dalam vagina.
b) Periksa vagina dan serviks. Jika ada bekuan darah pada kavum uteri
maka segera keluarkan karena kondisi ini dapat menyebabkan uterus
tak dapat berkontraksi secara efektif.
c) Setelah melewati introitus dan berada di dalam vagina maka
kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior. Dengan
dataran jari-jari tangan dalam, tekan dinding anterior segmen bawah
uterus ke arah tangan luar yang sedang mendorong dinding posterior
uterus ke arah depan sehingga uterus dijepit dari arah depan dan
belakang.
d) Aplikasikan tekanan yang kuat pada uterus di antara kedua tangan.
Kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh
darah yang berjalan diantara miometrium dan juga merangsang
miometrium untuk segera berkontraksi. (JNPK-KR, 2014)
Langkah-Langkah Penatalaksanaan Atonia Uteri
(JNPK-KR, 2014)

NO LANGKAH ALASAN
Masase merangsang kontraksi uterus.
Masase fundus uteri segera
Sambil melakukan masase sekaligus
1. setelah lahirnya placenta
dapat dilakukan penilaian kontraksi
(maksimal 15 detik)
uterus.
Pekuan darah dan selaput ketuban
Bersihkan bekuan darah
dalam vagina dan saluran serviks akan
2. dan/atau selaput ketuban dari
dapat menghalangi kontrasi uterus
vagina dan lubang serviks
secara baik.
Pastikan bahwa kandung
kemih kosong. Jika penuh dan Kandung kemih yang penu akan
3. dapat dipalpasi, lakukan mengahalangi uterus berkontrasi
kateteresasi menggunakan secara baik.
tehnik aseptic
Kompresi ini memberikan tekanan
langsung pada pembulu darah
dingding uterus dan juga merangsang
Lakukan kompresi bimanual
4. miometrium untuk berkontraksi jika
interna selama 5 menit
kompresi bimanual tidak berhasil
selama 5 menit, diperlukan tindakan
lain.
Keluarga dapat meneruskan proses
Anjurkan keluarga untuk
kompresi bimanual secara eksterna
5. mulai membantu kompersi
selama penolong melakukan langkah-
bimanual eksterna
langkah selanjutnya.
Keluarkan tangan perlahan-
6.
lahan
Berikan orgementri 0,2 mg IM Ergometri dan misoprostol akan
7. (kontraksi hiperensi) atau bekerja dalam 5-7 menit yang
misoprotol 600-1000 mcg menyebabkan uterus berkontraksi.
Jarum besar memungkin kan
Pasang infus dengan
pemberian larutan IV secara cepat atau
menggunakan jarum ukuran
untuk trasfusi darah. Ringer Laktat
16atau 18 dan beri 500 cc
8. akan membanu memulihkan volume
Ringer Laktat +20 unit
cairan yang hilang selama perdarahan.
oksitosit. Habiskan 500 cc
Oksitosin IV dengan cepat
pertama secepat mungkin.
merangsang kontraksi uterus.
KBI yang diunakan bersama dengan
Ulang kompresi bimanual ergomentri dan oksitosin atau
9.
interna misoprostol akan membuat uterus
berkontraksi.
Rujuk segera jika uterus tidak
berkontraksi dalam waktu 1 Jika uterus tidak berkontraksi dalam
jam sampai 2 menit, hal ini waktu 1 jam sampai 2 menit, hal ini
bukan atonia sederhana. Ibu bukan atonia sederhana. Ibu
10. membutuhkan perawatan membutuhkan perawatan gawat
gawat darurat difasilitas yang darurat difasilitas yang mampu
mampu melaksanakan melaksanakan tindakan bedah dan
tindakan bedah dan transfusi transfusi darah.
darah
Kompresi uterus ini memberikan
Dampingi ibu ketempat
tekanan langsung pada pembulu darah
11. rujukan. Teruskan melakukan
dingding uterus dan merangsang
KBI
meometrium untuk berkontraksi.
Lanjutkan infus Ringer Laktat
+20 unit oksitosin dalam 500
cc larutan dengan laju 500/jam
hingga tempat rujukan atau Ringer Laktat akan membantu
hingga menghabiskan 1,5 L memulihkan volume cairan yang
12. infus . Kemudian berikan 125 hilang selama perdarahan. Oksitosin
cc/jam. Jika tidak tersedia IV akan dengan cepat merangsang
cairan yang cukup. Berikan kontraksi uterus.
500 cc kedua dengan
kecepatan sedang dan berikan
minimum untuk dehidrasi.

Perdarahan karena atonia uteri dapat dicegah dengan:


1. Melakukan secara rutin manajemen aktif kala III pada semua wanita yang
bersalin karena hal ini dapat menurunkan insiden perdarahan pasca
persalinan akibat atonia uteri.
2. Pemberian misoprostol perora 2-3 tablet (400 – 600 µg) segera setelah bayi
lahir (Prawiroharjo, 2011).
3. Pemberian ASI awal. Bayi sangat siap segera setelah kelahiran. Hal ini
sangat tepat untuk memulai memberikan ASI. Menyusui juga membantu
uterus berkontraksi

H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identifikasi klien: Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
suku bangsa, alamat, tanggal masuk RS, dan diagnosa medis.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Ibu mengatakan perutnya terasa mulas dan nyeri pada
punggung menjalar pada bagian perut bagian bawah sejak pukul
15.00 WIB hari ini, serta mengeluarkan lendir bercampur darah.
2) Riwayat kesehatan yang lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menurun
seperti DM, Asma, hipertensi, dan penyakit menular seperti
hepatitis, IMS maupun TBC.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit menurun
seperti DM, Asma, hipertensi, dan penyakit menular seperti
hepatitis, IMS maupun TBC.
4) Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan dari keluarga ibu maupun suami tidak
pernah menderita penyakit menurun seperti DM, Asma,
hipertensi, dan penyakit menular seperti hepatitis, IMS maupun
TBC.
c. Pola kebutuhan sehari-hari
1) Nutrisi
Makan : 2 kali/hari
Jenis : nasi, sayur, lauk pauk dan buah
Makan pantang : tidak ada
Alergi : tidak ada
Minum : 6 gelas/hari
Masalah/keluhan: tidak ada
2) Eliminasi
BAK : 3 kali hari, warna kekuningan, dan tidak ada keluhan.
BAB : 1 kali sehari, warna kuning, Lembek tidak ada keluhan.
3) Istirahat
Siang : 1 jam
Malam : 6 jam
4) Aktivitas
Ibu merasa lemah sehingga untuk melakukan aktivitas sehari-
hari masih perlu dibantu.
5) Personal hygiene
Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, ganti pakaian 2 kali sehari,
gosok gigi 2 kali sehari dan keramas 2-3 kali/minggu.
6) Riwayat psikososial
- Ibu mengatakan sangat mengharapkan anak yang dilahirkan
dalam keadaan sehat.
- Ibu mengatakan walaupun ini kehamilan yang ke lima ibu
dan keluarga sangat bahagia.
- Ibu mengatakan tetap rajin beribadah.
- Ibu mengatakan di rumah tinggal bersama suami dan ke-
empat anaknya.
d. Pengkajian Fisik
1) Keadaan Umum: baik
2) Kesadaran: composmentis
3) Vital sign :TD : 110/70 mmHg
S: 36oC
N: 83x/mnt
R: 23x/mnt
4) BB: Sebelum hamil : 55 kg
Sesudah hamil : 65 kg
TB : 162 cm
5) Pemeriksaan Fisik Head to toe
 Kepala
Bersih, tidak ada ketombe
 Wajah
Simetris, tidak ada oedem
 Mata
Bentuk simetris, sclera tidak ikterik, konjungtiva merah
tidak anemis
 Hidung
Bentuk simetris, keadaan bersih
 Gigi dan mulut
Tidak ada kelainan pada mulut, tidak terdapat stomatitis,
keadaan gigi bersih
 Telinga
Simetris, keadaan bersih, tidak ada serumen
 Leher
Tidak ada pembesaran kelenjaran limfe, kelenjar tiroid dan
vena jogularis
 Dada
Simetris, pergerakan nafas teratur tidak ada benjolan
abnormal
 Payudara
Simetris, puting susu menonjol, areola hiperpigmentasi,
kolostrum keluar hanya sedikit
 Abdomen
Tidak ada bekas operasi, tidak ada strie gravidarum,
pembesaran perut sesuai ukuran kehamilan
 Ekstremitas
Fungsi pergerakan baik, tidak oedem, tidak ada varises
 Genetalia
Tidak ada oedem dan varises pada vulva vagina
 Punggung
Tulang belakang sedikit lordosis
 Rectum
Tidak ada hemoroid

2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
vaskuler yang berlebihan.
b. Ancietas berhubungan dengan ancaman perubahan pada status
kesehatan atau kematian.
c. Resiko tinggi terjadi Infeksi berhubungan dengan trauma
jaringan.
d. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipokalemia.

3. Intervensi Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
vaskuler yang berlebihan.
Intervensi:
1) Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan; timbang dan
hitung pembalut, simpan bekuan dan jaringan untuk
dievaluasi oleh perawat.
Rasional : Perkiraan kehilangan darah, arteial versus vena,
dan adanya bekuan-bekuan membantu membuat diagnosa
banding dan menentukan kebutuhan penggantian.
2) Kaji lokasi uterus dan derajat kontraksilitas uterus. Dengan
perlahan masase penonjolan uterus dengan satu tangan
sambil menempatkan tangan kedua diatas simpisis pubis.
Rasional : Derajat kontraktilitas uterus membantu dalam
diagnosa banding. Peningkatan kontraktilitas miometrium
dapat menurunkan kehilangan darah. Penempatan satu
tangan diatas simphisis pubis mencegah kemungkinan
inversi uterus selama masase.
3) Perhatikan hipotensi atau takikardi, perlambatan pengisian
kapiler atau sianosis dasar kuku, membran mukosa dan
bibir.
Rasional : Tanda-tanda ini menunjukan hipovolemi dan
terjadinya syok. Perubahan pada tekanan darah tidak dapat
dideteksi sampai volume cairan telah menurun sampai 30 -
50%. Sianosis adalah tanda akhir dari hipoksia.
4) Mulai Infus I atau 2 IV dari cairan isotonik atau elektrolit
dengan kateter 18 G atau melalui jalur vena sentral. Berikan
darah lengkap atau produk darah (plasma, kriopresipitat,
trombosit) sesuai indikasi.
Rasional : Perlu untuk infus cepat atau multipel dari cairan
atau produk darah untuk meningkatkan volume sirkulasi
dan mencegah pembekuan.
5) Berikan obat-obatan sesuai indikasi
Misalnya, Oksitoksin, Metilergononovin maleat,
Prostaglandin F2 alfa.
Rasional : Meningkatkan kontraktilitas dari uterus yang
menonjol dan miometrium, menutup sinus vena yang
terpajan, dan menghentikan hemoragi pada adanya atonia.
b. Ancietas berhubungan dengan ancaman perubahan pada status
kesehatan atau kematian.
Intervensi:
1) Evaluasi respon psikologis serta persepsi klien terhadap
kejadian hemoragi pasca partum. Klarifikasi kesalahan
koinsep.
Rasional : Membantu dalam menentukan rencana perawatan.
Persepsi klien tentang kejadian mungkin menyimpang,
memperberat ancietasnya.
2) Evaluasi respon fisiologis pada hemoragik pasca partum;
misalnya tachikardi, tachipnea, gelisah atau iritabilitas.
Rasional : Meskipun perubahan pada tanda vital mungkin
karena respon fisiologis, ini dapat diperberat atau
dikomplikasi oleh faktor-faktor psikologis.
3) Sampaikan sikap tenang, empati dan mendukung.
Rasional : Dapat membantu klien mempertahankan kontrol
emosional dalam berespon terhadap perubahan status
fisiologis. Membantu dalam menurunkan tranmisi ansietas
antar pribadi.
4) Bantu klien dalam mengidentifikasi perasaan ancietas,
berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaan.
Rasional : Pengungkapan memberikan kesempatan untuk
memperjelas informasi, memperbaiki kesalahan konsep, dan
meningkatkan perspektif, memudahkan proses pemecahan
masalah.
c. Resiko tinggi terjadi Infeksi berhubungan dengan trauma
jaringan.
Intervensi:
1) Demonstrasikan mencuci tangan yang tepat dan teknik
perawatan diri. Tinjau ulang cara yang tepat untuk
menangani dan membuang material yang terkontaminasi
misalnya pembalut, tissue, dan balutan.
Rasional : Mencegah kontaminasi silang / penyebaran
organinisme infeksious.
2) Perhatikan perubahan pada tanda vital atau jumlah SDP.
Rasional : Peningkatan suhu dari 100,4 ºF (38ºC) pada dua
hari beturut-turut (tidak menghitung 24 jam pertama pasca
partum), tachikardia, atau leukositosis dengan perpindahan
kekiri menandakan infeksi.
3) Perhatikan gejala malaise, mengigil, anoreksia, nyeri tekan
uterus atau nyeri pelvis.
Rasional : Gejala-gejala ini menandakan keterlibatan
sistemik, kemungkinan menimbulkan bakterimia, shock,
dan kematian bila tidak teratasi.
4) Selidiki sumber potensial lain dari infeksi, seperti
pernapasan (perubahan pada bunyi napas, batuk produktif,
sputum purulent), mastitis (bengkak, eritema, nyeri), atau
infeksi saluran kemih (urine keruh, bau busuk, dorongan,
frekuensi, nyeri).
Rasional : Diagnosa banding adalah penting untuk
pengobatan yang efektif.
5) Kaji keadaan Hb atau Ht. Berikan suplemen zat besi sesuai
indikasi.
Rasional : Anemia sering menyertai infeksi,
memperlambat pemulihan dan merusak sistem imun.
d. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemik.
Intervensi:
1) Perhatikan Hb/Ht sebelum dan sesudah kehilangan darah.
Kaji status nutrisi, tinggi dan berat badan.
Rasional : Nilai bandingan membantu menentukan
beratnya kehilangan darah. Status yang ada sebelumnya
dari kesehatan yang buruk meningkatkan luasnya cedera
dari kekurangan oksigen.
2) Pantau tanda vital; catat derajat dan durasi episode
hipovolemik.
Rasional : Luasnya keterlibatan hipofisis dapat
dihubungkan dengan derajat dan durasi hipotensi.
Peningkatan frekuensi pernapasan dapat menunjukan
upaya untuk mengatasi asidosis metabolik.
3) Perhatikan tingkat kesadaran dan adanya perubahan
prilaku.
Rasional : Perubahan sensorium adalah indikator dini dari
hipoksia, sianosis, tanda lanjut dan mungkin tidak tampak
sampai kadar PO2 turun dibawah 50 mmHg.
4) Kaji warna dasar kuku, mukosa mulut, gusi dan lidah,
perhatikan suhu kulit.
Rasional : Pada kompensasi vasokontriksi dan pirau organ
vital, sirkulasii pada pembuluh darah perifer diperlukan
yang mengakibatkan sianosis dan suhu kulit dingin.
5) Beri terapi oksigen sesuai kebutuhan
Rasional : Memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk
transpor sirkulasi kejaringan.
6) Pasang jalan napas; penghisap sesuai indikasi
Rasional : Memudahkan pemberian oksigen.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus / kontraksi rahim
yangmenyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari
tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir. Atonia uteri
banyak disebabkan karena kehamilan gemeli, polihidramnion, kelelahan
saat persalinan, grande-multipara, anak terlalu besar, dan ada riwayat atona
uteri pada persalinan yang sebelumnya.
Atonia uteri dapat dicegah dengan melakukan manajemen aktif kala
III pada semua ibu yang bersalin. Sedangkan manajemen atonia uteri
dilakukan dengan masase dan kompresi bimanual yang akan menstimulasi
kontraksi uterus dan menghentikan perdarahan.

B. Saran
Diharapkan perawat serta tenaga kesehatan lainnya mampu
meminimalkan faktor resiko dari atonia uteri demi mempertahankan dan
meningkatkan status derajat kesehatan ibu dan anak. Selain itu, mahasiswa
sebagai calon tenaga kesehatan mampu menguasai baik secara teori maupun
skill untuk dapat diterapkan kepada masyarakat secara menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA

Benson Ralph C, Pernoll Martin L, 2009, Buku Saku Obstetri dan Ginekologi, EGC,
Jakarta
Manuaba .I.G.B, dkk, 2007, Pengantar Kuliah Obstetri, EGC, Jakarta
Marmi, dkk, 2014, Asuhan Kebidanan Patologi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Prawiroharjo, 2011, Ilmu Kandungan, Bina Pustaka, Jakarta
Rukiyah Ai Yeyeh, Yulianti Lia, 2010, Asuhan Kebidanan IV (Patologi
Kebidanan), Trans Info Media, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai