Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dalam
menentukan derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah
wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan
kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus
insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari
setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100 ribu
kelahiran hidup (KH).
Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan pospartumdini
(50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan
histerektomi peripartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk
mengontrol perdarahan setelah melahirkan.
Perdarahan pospartum secara fisiologis dikontrol oleh kontraksi
serabut-serabut miometrium yang mengelilingi pembuluh darah yang
memvaskularisasi daerah implantasi plasenta. Atonia uteri terjadi apabila
serabut-serabut miometrium tersebut tidak berkontraksi. Atonia uteri dapat
disebabkan oleh overdistention uterus seperti : gemeli, makrosomia,
polihidramnion, atau paritas tinggi. Umur yang terlalumuda atau terlalu tua.

B. Tujuan Praktik
Setelah mengikuti praktik, mahasiswa semester VI Prodi DIV
Kebidanan memiliki kemampuan dalam memberikan asuhan kebidanan pada
keadaan patologis ibu nifas dengan hipotonia.

C. Metode Praktik
Dalam melakukan observasi terhadap penerapan asuhan kebidanan
patologi dan kegawatdaruratan maternal, neonatal dan ginekologi di RSD
Mangusada Badung. Metode praktik yang digunakan, antara lain :

1
1. Studi Kepustakaan
Metode kepustakaan yaitu langsung ke perpustakaan, guna mencari
informasi dan teori-teori yang berkaitan dengan asuhan kebidanan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal berupa buku-buku serta
dokumen yang ada relevansinya dengan pelayanan kebidanan.
2. Observasi
Metode observasi merupakan suatu cara untuk memperoleh data dengan
mengadakan pengamatan yang sistematis. Dengan metode observasi,
mahasiswa melakukan pengamatan yang sistematis terhadap pelayanan
yang dibeikan oleh bidan terhadap klien secara langsung.
3. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara untuk memperoleh data dengan jalan
melakukan tanya jawab yang sistematis. Melalui proses wawancara,
mahasiswa mengobservasi, mengidentifikasi, dan melakukan asuhan
kebidanan yang diberikan oleh bidan terhadap klien.
4. Studi Kasus
Metode studi kasus merupakan metode dengan menggunakan cara-cara
yang sistematis dalam melakukan pengamatan, pengumpulan data,
analisis informasi, dan pelaporan hasilnya.

D. Sistematika Penulisan Laporan


Dalam laporan praktikum ini terdiri dari 5 bab, antara lain BAB I
pendahuluan yang terdiri dari latar belakang yang melatar belakangi kegiatan
praktik, tujuan praktik, metode praktik dan sistematika penulisan laporan. Bab
II yang terdiri dari tinjauan pustaka yang terkait dengan penyususunan laporan
ini. BAB III yang berisikan tinjauan kasus yang kami angkat yaitu ibu nifas
dengan HIV. BAB IV terdiri dari Pembahasan yang berisikan pembahasan
tentang ada tidaknya kesenjangan dari keadaan pasien dengan teori yang ada.
BAB V terdiri dari Kesimpulan dari kasus dan pembahasan yang telah
kelompok kami buat. Dalam laporan praktikum ini dilengkapi dengan
prakata, daftar isi dan daftar pustaka.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Masa Nifas
Masa nifas atau Puerperium adalah masa pemulihan kembali, dimulai
sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai 42 hari dimana pada masa itu
terjadi pemulihan keadaan alat kandungan seperti pada saat sebelum terjadi
kehamilan (Prawiroharjo, 2014).
Masa nifas adalah suatu periode dalam berminggu-minggu pertama setelah
persalinan. Lamanya periode ini tidak pasti, sebagian besar menganggapnya
antara 4-6 minggu. Walaupun merupakan masa yang relatif tidak kompleks
dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai oleh banyaknya perubahan
fisiologis. Beberapa dari perubahan tersebut hanya sedikit menganggu ibu,
walaupun komplikasi serius dapat terjadi (Cunningham dkk, 2014).

B. Perubahan Fisiologis Masa Nifas


Menurut Fraser (2009), Terlepasnya plasenta dari dinding rahim
menimbulkan perubahan fisiologis pada jaringan otot dan jaringan ikat, karena
disebabkan menurunnya kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh,
perubahan-perubahan fisiologis itu meliputi :
1. Perubahan Sistem Reproduksi
Segera setelah pengeluaran plasenta, fundus uteri yang berkontraksi
tersebut terletak sedikit di bawah umbilikus. Dua hari setelah pelahiran,
uterus mulai mengalami pengerutan hingga kembali ke ukuran sebelum
hamil yaitu 100g atau kurang. Perubahan uterus dalam keseluruhannya
disebut involusi uteri. Selain uterus, serviks juga mengalami involusi
bersamaan dengan uterus, hingga 6 minggu setelah persalinan serviks
menutup.
Pada masa nifas dari jalan lahir ibu mengeluarkan cairan mengandung
darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus (Lochia).
Lochia berbau amis atau anyir dengan volume yang berbeda-beda pada
setiap wanita . Pengeluaran lochia berlangsung pada hari pertama setelah

3
persalinan hingga 6 minggu setelah persalinan dan mengalami perubahan
warna serta jumlahnya karena proses involusi.
Berdasarkan waktu dan warnanya pengeluaran lochia dibagi menjadi 4
jenis:
a. Lochia Rubra, lochia ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga
masa postpartum, warnanya merah karena berisi darah segar dari
jaringan sisa-sisa plasenta
b. Lochia Sanginolenta, berwarna merah kecoklatan dan muncul di hari
keempat sampai hari ketujuh
c. Lochia Serosa, lochia ini muncul pada hari ketujuh sampai hari
keempatbelas dan berwarna kuning kecoklatan
d. Lochia Alba, berwarna putih dan berlangsung 2 sampai 6 minggu
postpartum
2. Perubahan Sistem Pencernaan
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini terjadi karena
pada waktu melahirkan sistem pencernaan mendapat tekanan
menyebabkan kolon menjadi kosong, kurang makan, dan laserasi jalan
lahir.
3. Perubahan Sistem Perkemihan
Diuresis postpartum normal terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan
sebagai respon terhadap penurunan estrogen. Kemungkinan terdapat
spasme sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami
tekanan kepala janin selama persalinan. Protein dapat muncul di dalam
urine akibat perubahan otolitik di dalam uterus.
4. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
persalinan, setelah bayi lahir berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih
kembali.
5. Perubahan Sistem Hematologi
Selama kelahiran dan masa postpartum terjadi kehilangan darah sekitar
200-500 ml. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan

4
diasosiasikan dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobin pada hari ke
3-7 postpartum dan akan kembali normal dalam 4-5 minggu postpartum.
6. Perubahan Sistem Endokrin
Human Choirionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan
menetap sampai 10 % dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum.
7. Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Setelah persalinan volume darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini
akan menimbulkan beban pada jantung, dapat menimbulkan
decompensation cordia pada penderita vitum cordial.
8. Perubahan Tanda-tanda Vital
Pada ibu masa nifas terjadi peerubahan tanda-tanda vital, meliputi:
a. Suhu tubuh
24 jam setelah melahirkan subu badan naik sedikit (37,50C-380C)
sebagai dampak dari kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan
yang berlebihan, dan kelelahan.
b. Nadi
Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat dari denyut
nadi normal orang dewasa (60-80x/menit).
c. Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan bila tekanan darah tinggi atau
rendah karena terjadi kelainan seperti perdarahan dan preeklamsia.
d. Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal orang dewasa adalah 16-24 kali per
menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau normal.
Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat,
kemungkinan ada tanda-tanda syok

C. Program dan Kebijakan Teknis


Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai
keadaan ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan
menangani masalah yang terjadi, berikut adalah frekuensi kunjungan masa
nifas.

5
1. 6-8 jam Setelah Persalinan
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan; rujuk jika
perdarahan berlanjut.
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d. Pemberian ASI awal.
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah hipotermi.
g. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan
ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau
sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.
2. 6 Hari Setelah Persalinan
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi,
fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada
bau.
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan
abnormal.
c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.
d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit.
e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari
3. 2 Minggu Setelah Persalinan
Memastikan rahim sudah kembali normal dengan mengukur dan
meraba bagian rahim.
4. 6 Minggu Setelah Persalinan
a. Menanyakan pada ibu mengenai penyulit yang ia atau bayi alami.
b. Memberi konseling untuk KB sejak dini. (Saifuddin, 2014).

6
D. Perawatan Pada Masa Nifas
Kebutuhan dan perawatan pada masa nifas, antara lain:
1. Mobilisasi
Setelah persalinan, ibu dianjurkan untuk istirahat dan tidur terlentang
selama 8 jam. Kemudian, ibu boleh miring kanan artau miring kiri untuk
mencegah terjadinya tromboemboli dan trombosis. Pada hari kedua, ibu
diperbolehkan untuk duduk, pada hari ketiga berjalan-jalan dan pada hari
keempat atau kelima sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi dapat
bervariasi tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya
luka-luka.
2. Nutrisi
Pada masa nifas kebutuhan akan makanan yang bermutu, bergizi seimbang
dan cukup kalori terutama protein, sayur-sayuran, buah-buahan dan
mengkonsumsi banyak cairan sangat penting.
3. Miksi
Proses buang air kecil dapat dilakukan sewakti-waktu dan dapat dilakukan
sendiri. Namun, yang mengalami kesulitan dalam perkemihan dapat
dilakukan katerisasi sampai kandung kemih tidak mengalami kesulitan lagi
dalam buang air kecil.
4. Defekasi
Buang air besar seharusnya dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Namun
bila mengalami kesulitan baik itu obstipasi maupun buang air besar keras,
dapat diberikan obat laksatif per oral atau per rektal.
5. Perawatan payudara
Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil agar putting susu
lemas, tidak keras dan kering sebagai persiapan untuk menyusui bayinya.
6. Laktasi
Proses laktasi sangat dianjurkan untuk semua ibu, terutama untuk
pemberian ASI Eksklusif. Proses laktasi akan berjalan lancar apabila bayi
sering disusui, isapan pada putting susu merupakan rangsangan psikis
yang mencetuskan pengeluaran oksitosin oleh hipofisis. Produksi ASI
akan lebih banyak. Sebagai efek positifnya, involusi uteri akan lebih

7
sempurna. Hubungan antara ibu dan bayi akan terjalin erat akibat dari
menyusui.
E. Perdarahan Postpartun
Perdarahan postpartum adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml
melalui jalan lahir atau lebih dari 1.000 ml pada persalinan abdominal yang
terjadi setelah bayi dan plasenta lahir.
Kondisi untuk memperkirakan kehilangan darah secara tepat sangatlah
sulit karena darah seringkali bercampur dengan cairan ketuban atau urin dan
mungkin tersembunyi karena terserap handuk, bantal, kain atau sarung dan
tertumpah di lantai. Tidak mungkin menilai kehilangan darah secara akurat
melalui perhitungan jumlah sarung karena ukuran sarung bermacam-macam
dan mungkin telah diganti jika terkena sedikit darah atau basah oleh darah.
Meletakkan wadah atau pispot di bawah bokong ibu untuk mengumpulkan
darah, bukanlah cara efektif untuk mengukur kehilangan darah dan cerminan
asuhan sayang ibu karena berbaring di atas wadah atau pispot sangat tidak
nyaman dan menyulitkan ibu untuk memegang dan menyusukan bayinya.

Menilai kehilangan darah yakni dengan cara melihat volume darah


yang terkumpul dan memperkirakan berapa banyak botol 500 ml dapat
menampung semua darah tersebut. Jika darah darah dapat mengisi dua botol,
ibu telah kehilangan satu liter darah. Jika ibu mengisi setengah botol, ibu
kehilangan 250 ml darah. Memperkirakan kehilangan darah hanyalah salah
satu cara untuk menilai kondisi ibu. Cara tidak langsung untuk mengukur
jumlah kehilangan darah adalah melalui penampakan gejala dan tekanan
darah. Apabila perdarahan menyebabkan ibu lemas, pusing dan kesadaran
menurun serta tekana darah sistolik turun lebih dari 10 mmHg dari kondisi
sebelumnya maka telah terjadi perdarahan lebih dari 500 ml. Jika ibu
mengalami syok hipovolemik maka ibu telah kehilangan darah 50% dari total
jumlah darah ibu (2000-2500 ml).
F. Atonia Uteri
Atonia uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot myometrium
uterus untuk berkontraksi dan memendek. Hal ini merupakan penyebab
peradarahan postpartum yang paling penting dan biasa terjadi setelah bayi

8
lahir hingga 4 jam setelah persalinan. Atonia uteri dapat menyebabkan
perdarahan hebat dan dapat mengarah pada terjadinya syok hipovolemik.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan atonia uteri adalah:

1. Jarak hamil < 2 tahun


2. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua
3. Grandemultipara
4. Uterus yang terlalu regang misal hidramnion, kehamilan ganda, anak
sangat besar (BB > 4000 gram)
5. Kelainan uterus (mioma uteri, bekas operasi SC)
6. Plasenta previa dan solutio plasenta (perdarahan antepartum)
7. Partus lama (exhaussed mother)
8. Partus precipitates
9. Hipertensi dalam kehamilan (Gestosis)
10. Anemia
11. Penggunaan oksitosin yang berlebihan dalam persalinan (induksi partus)
12. Riwayat PPH sebelumnya atau riwayat plasenta manual
13. Pimpinan kala III yang salah, dengan pemijatan dan mendorong uterus
sebelum plasenta terlepas
14. Tindakan operatif dengan anastesi umum yang terlalu dalam

Tanda dan gejala dari atonia uteri adalah :


1. Tanda dan gejala yang selau ada :
a. Pada pemeriksaan uterus didapatkan uterus tidak berkontraksi.
Pada perabaan fundus teraba lembut dan lembek sehingga terkesan
tidak jelas batasnya, uterus berada di atas ketinggian fundal.
b. Perdarahan segera setelah bayi lahir.
2. Tanda dan gejala yang kadang-kadang ada :
Syok (tensi rendah, denyut nadi cepat dan lemah, pasien berubah pucat
dan ekstremitas dingin, napas menjadi sesak, dangkal cepat dan terengah-
engah, gelisah, kesadaran menurun sampai tidak sadar dan lain-lain).

9
G. Penatalaksanaan Atonia Uteri
1. Jika dijumpai keadaan syok, maka segera diberikan infus cairan kristaloid,
tranfusi darah, kontrol perdarahan dan pemberian O2
2. Masase fundus uteri (maksimal 15 detik), jika uterus berkontraksi lakukan
evaluasi rutin. Jika uterus berkontraksi tetapi perdarahan terus
berlangsung, periksa apakah perineum, vagina dan serviks mengalami
laserasi, jahit atau segera rujuk.
3. Jika uterus tidak berkontraksi, bersihkan bekuan darah dan atau selaput
ketuban dari vagina dan lubang serviks.
4. Pastikan bahwa kandung kemih ibu kosong. Jika penuh dan dapat
dipalpasi lakukan kateterisasi kandung kemih dengan menggunakan
tekhnik aseptik.
5. Lakukan kompresi bimanual interna (KBI) selama 5 menit yakni :
a. Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan lembut
masukkan secara obstetrik (satukan kelima ujung jari) melalui introitus
ke dalam vagina ibu
b. Periksa vagina dan serviks. Jika ada selaput ketuban atau bekuan darah
pada kavum uteri mungkin hal ini yang menyebabkan uterus tidak
dapat berkontraksi secara penuh
c. Kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior, tekan
dinding anterior uterus ke arah tangan luar yang menahan dan
mendorong dinding posterior uterus ke arah depan sehingga uterus
tertekan dari arah depan dan belakang
d. Tekan kuat uterus di antara kedua tangan. Kompresi uterus ini
memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah yang terbuka
(bekas implantasi plasenta) di dinding uterus dan juga merangsang
miometrium untuk berkontraksi

10
e. Evaluasi keberhasilan :
1) Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan
melakukan KBI selama 2 menit, kemudian perlahan-perlahan
keluarkan tangan dan pantau ibu secara ketat selama kala empat
2) Jika uterus berkontraksi tetapi perdarahan masih berlangsung,
periksa ulang perineum, vagina dan serviks apakah terjadi laserasi.
Jika demikian, segera lakukan penjahitan untuk menghentikan
perdarahan
6. Anjurkan keluarga untuk membantu melakukan kompresi bimanual
eksternal (KBE) jika uterus tidak segera berkontraksi setelah 5 menit yakni
:
a. Letakkan satu tangan pada dinding abdomen dan dinding depan korpus
uteri dan di atas simfisis pubis.
b. Letakkan tangan lain pada dinding abdomen dan dinding belakang
korpus uteri. Usahakan untuk mencakup /memegang bagian belakang
uterus seluas mungkin.
c. Lakukan kompresi uterus dengan cara saling mendekatkan tangan
depan dan belakang agar pembuluh darah di dalam anyaman
miometrium dapat dijepit secara manual. Cara ini dapat menjepit
pembuluh darah uterus dan membantu uterus untuk berkontraksi.

7. Keluarkan tangan perlahan-lahan


8. Berikan 0,2 mg ergometrin IM atau misoprostol 600-1000 mcg per rektal.
Jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan hipertensi karena
ergometrin dapat menaikkan tekanan darah
9. Gunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18), pasang infus dan
berikan 500 cc larutan ringer laktat yang mengandung 20 unit oksitosin.
Karena jarum berdiameter besar memungkinkan pemberian larutan IV

11
secara cepat dan dapat dipakai untuk tranfusi darah (jika perlu). Oksitosin
secara IV cepat merangsang kontraksi uterus. Ringer Laktat diberikan
untuk restorasi volume cairan yang hilang selama perdarahan
10. Pakai sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi dan ulangi KBI,
karena KBI dengan ergometrin dan oksitosin akan membantu uterus
berkontraksi
11. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit, segera rujuk
ibu karena hal ini bukan atonia sederhana. Ibu membutuhkan tindakan
gawatdarurat di fasilitas kesehatan rujukan yang mampu melakukan
tindakan gawatdarurat di fasilitas kesehatan rujukan yang mampu
melakukan tindakan operasi dan tranfusi darah
12. Sambil membawa ibu ke tempat rujukan, teruskan tindakan KBI dan infus
cairan hingga ibu tiba di tempat rujukan.

12
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. DATA SUBJEKTIF
Tanggal : 01 Juli 2019, Pk. 07.00
1. Identitas
Ibu Suami
Nama : Ibu KU Bapak MA
Agama : 20 tahun 25 tahun
Agama : Hindu Hindu
Suku bangsa : Bali/Indonesia Bali/Indonesia
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja Wiraswasta
Alamat : Sibanggede, Abiansemal Sibanggede,
Abiansemal
Telepon/HP : 089686011XXX 089686011XXX
Jaminan : KBS KBS

2. Alasan berkunjung dan keluhan utama


Ibu mengeluh sakit perut hilang timbul sejak tanggal 29 Juni 2019.

3. Riwayat persalinan ini


Ibu mengeluh sakit perut sejak 29 Juni 2019 pukul 08.00 WITA, keluar air
sejak pukul 07.00 pagi, tidak berbau, merembes dan jernih. Gerakan janin
dirasakan aktif.

4. Riwayat kebidanan lalu


Ibu mengatakan ini merupakan hamil pertamanya.

5. Riwayat kehamilan sekarang

13
HPHT 20 September 2018 dan TP 30 Juni 2019. Ibu mengatakan ANC
sebanyak 12 kali di bidan dan obat yang pernah di konsumsi selama hamil
adalah SF, Kalk, Vitamin C, dan Asam Folat. Ibu mengatakan tidak
pernah mengalami tanda bahaya selama kehamilan.
Ibu pernah melakukan pemeriksaan penunjang tanggal 11 Maret 2019
dengan hasil: Hb 11,0 g/DL, Golongan darah O, Protein Urine negatif,
Reduksi Urine negatif dan hasil tes PPIA NR.

6. Riwayat kesehatan
Ibu mengatakan tidak sedang menderita peyakit seperti jantung, hipertensi,
asma, TBC, hepatitis, dll. Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat peyakit
keluarga ataupun penyakit keturunan.

7. Riwayat menstruasi dan KB


Ibu mengatakan siklus menstruasinya teratur 28 hari dengan lama haid 3 –
4 hari, ibu tidak pernah menggunakan kontrasepsi dan berencana
menggunakan kontrasepsi IUD setelah melahirkan.

8. Data biologis, psikologis, sosial spiritual


a. Keluhan bernafas
Ibu mengatakan tidak memiliki keluhan dalam bernafas
b. Nutrisi
Ibu mengatakan makan terakhir pukul 06.30 pagi dengan porsi yang
sedang dan minum terakhir pukul 07.00 dengan jumlah ±200 cc dan
jenis air mineral. Ibu mengatakan nafsu makannya menurun karena
sakit perut yang dialaminya.

c. Istirahat

14
Ibu mengatakan istirahat malan hanya sekitar 5-6 jam karena sakit
perut yang dialaminya. Ibu mengatakan bisa beristirahat ditengah –
tengah kontraksi dan kondisi fisik ibu masih terlihat kuat.
d. Eleminasi
Ibu mentakan belum BAB dan ibu mengatakan BAK terakhir pukul
06.45 sebelum ke rumah sakit. Ibu mengatakan tidak ada keluhan
selama BAB ataupun BAK.
e. Psikologis
Ibu mengatakan siap untuk melahirkan dan perasaan ibu saat ini
bahagia dan kooperatif.
f. Sosial
Ibu mengatakan ini adalah perkawinan pertamanya dengan status sah
dan sudah menikah selama 1 tahun dengan suami sekarang. Hubungan
dengan suami dan keluarga harmonis dan pengambilan keputusan
utama dalam keluarga adalah ibu dan suami. Ibu mengatakan persiapan
persalinan sudah disiapkan dari jauh hari, seperti; perlengkapan ibu
dan bayi, biaya, calon donor, pendamping dan transportasi.
g. Spriritual dan ritual yang perlu dibantu
Ibu mengatakan tidak ada masalah dalam spiritual.

9. Pengetahuan ibu dan pendamping yang dibutuhkan


Ibu mengatakan belum mengetahui mengenai teknik mengatasi rasa nyeri
dan teknik meneran.

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum
KU : Baik
GCS : E15 M4 V5 I6
Kesadaran : Komposmentis
Keadaan Emosi : Stabil
Keadaan psikologi : Baik
Antropometri : BB 59,2 kg TB 158 cm

15
TTV : Suhu 36,2oC
Nadi 80 x/menit
Respirasi 20 x/menit
TD 110/70 mmHg
Skala nyeri :3

2. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah : Tidak ada kelainan
b. Mata
Konjungtiva : Merah muda
Sklera : Putih
c. Mulut
Mukosa : Lembab
Bibir : Pucat
d. Leher : Tidak ada kelainan
e. Dada dan aksila
Kelainan : Tidak ada kelainan
Payudara
Bentuk : Simetris
Puting susu : Menonjol
Pengeluaran : Kolostrum
Kebersihan : bersih
Kelaian : Tidak ada
f. Abdomen
Pembesaran perut : Sesuai umur kehamilan
Arah : Memanjang
Bekas luka operasi: Tidak ada
Palpasi leopold :
Leopold I : TFUT 2 jari bawah px
Leopold II : teraba bagian kecil janin di sebelah kiri perut ibu
Leopold III: bagian terendah janin teraba bulat keras
Leopold IV: konvergen

16
Perlimaan : kedua jari tangan pemeriksa tidak bertemu
TFU : 32 cm
TBBJ : 3255 gram
His : Ada, frekunsi 1-2 kali dalam 10 menit durasi 15-20
detik
DJJD : 146 x/menit teratur
g. Genetalia dan anus
Vulva : Pengeluaran berupa air ketuban merembes
Portio : Konsistensi lunak, dilatasi 1 cm eff 75%
Selaput ketuban : Utuh
Presentasi : Kepala, denominator UUK melintang
Moulage :0
Penurunan : Hodge I
Bagian kecil : Tidak ada
Tali pusat : Tidak ada
Anus : Tidak ada hemorrhoid
h. Tangan : Tidak ada oedema, kuku jari merah muda
i. Kaki : Simetris, kuku jari merah muda, refleks patela +/+

3. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 11,2 g/dL
Golda :O–
Protein uria :-
Reduksi uria :-
Tes nitrasin/lakmus : biru
C. ANALISA
Diagnosa :
Ibu KU usia 20 tahun G1P0000 UK 40 minggu 1 hari Preskep U puka T/H +
IU + PK I Fase laten

17
Masalah :
1. Kebutuhan nutrisi ibu belum terpenuhi
2. Kebutuhan istirahat ibu belum terpenuhi

D. PENATALAKSANAN
1. Melakukan informed consent atas tindakan yang akan dilakukan, Ibu
paham dan menyetujui tindakan.
2. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada Ibu dan Suami, Ibu dan
Suami paham dengan penjelasan bidan.
3. Meminta suami untuk membatu memenuhi kebutuhan nutrisi ibu, Suami
paham dan bersedia memabantu Ibu untuk makan dan minum.
4. Menyarankan Ibu untuk beristirahat disela-sela kontraksi, Ibu paham dan
bersedia menerima saran bidan.
5. Menjelaskan kepada Ibu dan Suami mengenai teknik pengurangan rasa
nyeri dan meminta suami untuk membantu Ibu, Ibu dan Suami paham
dengan penjelasan bidan.
6. Menjelaskan kepada Ibu mengenai teknik meneran yang benar, Ibu paham
dan dapat melakukannya.
7. Menyiapkan pakaian ibu dan bayi, pakaian ibu dan bayi sudah disiapkan.
8. Menyiapkan partus set, partus set sudah disiapkan.
9. Memantau kemajuan persalinan, lembar observasi terlampir.

18
E. CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP)
Hari/ Tanggal/ SOAP
Jam
1 Juli 2019, S: Ibu mengeluh sakit perut hilang timbul semakin sering
11.00 WITA O: KU baik, kesadaran CM, TD 120/70 mmHg, N
80x/menit, R 20x/menit, Suhu 36,5oC HIS 3x10’̴30-
35’’ DJJ 146x/menit
VT: v/v normal, po lunak, ϕ 4 cm, eff 50%, ketuban -,
preskep U, denom UKK melintang, HII, molase o,
ttbk/tp
A: Ibu KU usia 20 tahun G1P0000 UK 40 mg 1 hr preskep
U puka T/H + IU + PK I Fase Aktif
P: - Menginformasikan hasil pemeriksaan, Ibu dan Suami
paham.
- Menyarankan Suami melakukan masase pada
pinggul Ibu untuk mengurangi rasa nyeri, Suami
paham dan dapat melakukan.
- Menyarankan Suami untuk memilin puting susu
Ibu, Suami paham dan dapat melakukan.
- Menyarankan Ibu beristirahat disela – sela
konteraksi, Ibu paham dan menerima saran bidan.
- Memantau kemajuan persalinan, hasil terlampir
pada partograf.

Hari/ Tanggal/ SOAP

19
Jam
1 Juli 2019, S: Ibu mengeluh sakit semakin sering
15.00 WITA O: KU baik, kesadaran CM, TD 100/70 mmHg, N
78x/menit, R 18x/menit, Suhu 36,5oC HIS 4x10’̴35-
40’’ DJJ 144x/menit
VT: v/v normal, po lunak, ϕ 8 cm, eff 75%, ketuban -,
preskep U, denom UKK kanan depan, HIII, molase o,
ttbk/tp
A: Ibu KU usia 20 tahun G1P0000 UK 40 mg 1 hr preskep
U puka T/H + IU + PK I Fase Aktif
P: - Menginformasikan hasil pemeriksaan, Ibu dan Suami
paham.
- Menyarankan Ibu untuk mengatur nafas saat sakit
perut dan tidak panik, Ibu paham dan mencoba
rileks.
- Menyarankan Suami untuk memilin puting susu
Ibu, Suami paham dan dapat melakukan.
- Memantau kemajuan persalinan, hasil terlampir
pada partograf.

Hari/ Tanggal/ SOAP

20
Jam
1 Juli 2019, S: Ibu mengeluh ingin BAB
16.45 WITA O: KU baik, kesadaran CM, TD 110/70 mmHg, N
80x/menit, R 20x/menit, Suhu 36,2oC HIS 5x10’̴40-
45’’ DJJ 138x/menit
VT: v/v normal, po lunak, ϕ 10 cm (lengkap), eff
100%, ketuban -, preskep U, denom UKK kanan depan,
HII+, molase o, ttbk/tp
A: Ibu KU usia 20 tahun G1P0000 UK 40 mg 1 hr preskep
U puka T/H + IU + PK II
P: - Menginformasikan hasil pemeriksaan, Ibu dan Suami
paham.
- Mengajarkan kembali Ibu mengenai teknik
meneran yang benar, Ibu dapat melakukannya.
- Memakai APD, APD sudah digunakan.
- Melakukan episiotomi, episiotomi sudah dilakukan.
- Menolong persalinan sesuai APN, bayi lahir pukul
17.05 WITA tangis kuat gerak aktif, apgar score 8 -
9

Hari/ Tanggal/ SOAP

21
Jam
1 Juli 2019, S: Ibu merasa senang atas kelahiran bayinya
17.05 WITA O: KU baik, kesadaran CM, TFU sepusat, konteraksi
lemah, kandung kemih tidak penuh, tidak ada janin ke-
2, tampak ada tanda – tanda pelepasan plasenta, laserasi
grade II
A: Ibu KU usia 20 tahun G1P0000 Pspt B + PK III
P: - Menginformasikan hasil pemeriksaan, Ibu dan Suami
paham.
- Menginjeksikan oksitosin 10 IU secara IM,
oksitosin diberikan, tidak ada reaksi alergi
- Melakukan PTT, PTT dilakukan, plasenta lahir
kesan lengkap pukul 17.10 WITA
- Melakukan masase fundus uteri selama 15 detik,
konteraksi lemah.

Hari/ Tanggal/ SOAP


Jam

22
1 Juli 2019, S: Ibu mengeluh lemas
17.10 WITA O: KU lemah, kesadaran CM, TD 80/60 mmHg, N
76x/menit, R 20x/menit, Suhu 36,5oC, tidak ada
konteraksi, uterus lembek, pendarahan pervaginam aktif
A: Ibu KU usia 20 tahun P1001 Pspt B + PK IV dengan
Atonia Uteri
P: - Menginformasikan hasil pemeriksaan, Ibu dan Suami
paham.
- Melakukan kompresi bimanual interna, kompresi
dilakukan, tidak ada konteraksi, uterus lembek
- Menginjeksikan oksitosin 10 IU secara IM, injeksi
diberikan.
- Memasang infus RL 500 ml dengan 20 IU oksitosin
40 tpm, infus sudah terpasang.
- Melakukan kompresi bimanual interna dan masase
fundus, uterus belum berkontraksi dan masih
lembek.
- Memberikan misoprostol 800 mg secara rektal,
misoprostol diberikan.
- Memberikan Ibu misoprostol 200 mg dengan
dihisap dibawah lidah, misoprostol diberikan, Ibu
dapat menghisap misoprostol.
- Melakukan kompresi bimanual interna dan masase
fundus, uterus mulai berkontraksi.
- Mempertahankan kompresi bimanual interna dan
masase fundus uteri selama 2 menit, kompresi
bimanual dan masase dilakukan, konteraksi uterus
membaik.
- Melakukan hecting pada laserasi perineum, hecting
dilakukan, pendarahan tidak aktif.
- Melakukan observasi kala IV, hasil terlampir pada
partograf.

23
Hari/ Tanggal/ SOAP
Jam
1 Juli 2019, S: Ibu merasa senang atas kelahiran bayinya dan mengeluh
11.00 WITA nyeri pada luka jahitan
O: KU baik, kesadaran CM, TD 110/70 mmHg, N
80x/menit, R 20x/menit, Suhu 36,5oC, TFU 2 jari
bawah pusat, konteraksi uterus baik, tidak ada
pendarahan aktif, lokhea rubra, ibu sudah mobilisasi,
ibu sudah BAB dan BAK.
A: Ibu KU usia 20 tahun P1001 Pspt B + 2 jam PP
P: - Menginformasikan hasil pemeriksaan, Ibu dan Suami
paham.
- Mengajarkan Ibu untuk memeriksa konteraksi, Ibu
paham dan dapat melakukannya.
- Mengajarkan Ibu melakukan masase fundus uteri,
Ibu paham dan dapat melakukannya.
- Menyarankan ibu untuk melakukan mobilisasi, Ibu
paham dan bersedia melakukannya.
- Menjelaskan kepada ibu mengenai tanda bahaya
pada masa nifas, ibu paham dan dapat
menyebutkannya kembali.
- Menjelaskan kepada ibu mengenai ASI eksklusif,
Ibu paham dan akan memberikan ASI eksklusif
pada bayinya.
- Mengantarkan Ibu ke Ruang Margapati (Nifas), Ibu
sudah dipindahkan.

24

Anda mungkin juga menyukai