Anda di halaman 1dari 54

Tugas makalah

TINDAKAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

ILMU KESEHATAN ANAK

IIB DIII KEBIDANAN

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 7

1. DIAN SEPTALISTI ENGGOA

2. MARYAM DJIBU

3. RAHMAWATY S. MALANUWA

4. TIYARA YASIN

POLTEKKES KEMENKES GORONTALO

TAHUN AJARAN 2020-2021


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata
kuliah Ilmu Kesehatan Anak dengan judul Tindakan Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima
kasih.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pertolongan pertama yaitu pemberian pertolongan segera kepada
penderita sakit atau cedera/kecelakaan yang memerlukan penanganan
medis dasar. Pengertian P3K (Pertolongan pertama pada kecelakaan)
adalah bantuan yang dilakukan dengan cepat dan tepat sebelum korban
dibawa ke rujukan, sedangkan pertolongan pertama (PP adalah
pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau
cedera/kecelakaan yang memerlukan penanganan medis dasar, yaitu
suatu tindakan perawatan yang didasarkan pada kaidah ilmu kedokteran
yang dapat dimiliki oleh orang awam khusus yang dilatih memberikan
pertolongan pertama (Maisarah, 2020).
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan merupakan usaha
pertolongan segera kepada penderita sakit atau cedera di tempat kerja
dengan penanganan medis dasar. Medis dasar adalah tindakan
perawatan berdasarkan ilmu kedokteran yang dapat dimiliki oleh awam
atau awam yang terlatih secara khusus. Batasannya adalah sesuai
dengan sertifikat yang dimiliki oleh Pelaku Pertolongan Pertama (First
Aider). First Aider tidak dapat menggantikan tenaga medis, tetap hanya
memberikan pertolongan awal terhadap korban yang sakit atau cedera.
Tujuan P3K yaitu Mencegah cidera bertambah parah, Menunjang
upaya penyembuhan. Prinsip yang harus ditanamkan pada petugas P3K
dalam melaksanakan tugas menurut Margareta (2012), Cecep (2014)
adalah sikap tenang (tidak panik), tindakan yang harus dilakukan tidak
tergesagesa, perhatikan si korban, lakukan tindakan secara hati-hati,
perhatikan pernapasan si korban, korban kecelakaan atau bahaya,
apapun perlu perhatian tentang pernapasan si korban, misalnya napas
tersengal-sengal, napas terganggu, atau pernapasan terhenti, hentikan
pendarahan, Hentikan pendarahan apabila terjadi, karena apabila tidak
segera dilakukan akan menimbulkan kematian, mengamankan korban,
korban harus diamankan dari bahaya/kejadian yang akan timbul lagi,
misalnya di jalan raya dan di sungai, lakukan penyelamatan di tempat,
sebelum di bawa ke dokter, korban harus ditolong di tempat yang aman,
lakukan tindakan penyelamatan dengan cepat, tepat, dan hati-hati,
perhatikan pertolongan secara cepat dan tepat pada diri si korban, yang
membahayakan tubuh korban.
Dalam melakukan tindakan PPPK, pihak penolong perlu memiliki
alat dan bahan yang digunakan untuk menangani luka yang dialami oleh
korban dengan sesegera mungkin.Biasanya alat dan bahan ini
diletakkan di dalam kotak yang disebut kotak PPPK. Kotak ini berukuran
tidak terlalu besar.Sehingga bisa dianggap cukup cocok untuk dibawa
dalam perjalanan. Karena di manapun dan kapanpun manusia tidak tahu
kecelakaan yang akan menimpanya. PPPK bisa dilakukan oleh orang
awam sekali pun, sebelum ditangani langsung oleh ahli.
Penyebab terjadinya kecelakaan yang membahayakan manusia
salah satunya adalah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3).Setiap jenis
bahan ini memberikan dampak yang berbeda pada korbannya. Meski
demikian, tentu selemah-lemahnya dampak yang diakibatkan akan
menyebabkan rasa tidak nyaman pada korban. Sehingga sebisa
mungkin manusia dihindarkan dari penyebab kecelakaan, termasuk dari
apa yang tergolong dalam B3. B3 memang dapat merugikan berbagai
pihak, namun dengan pengolahan yang tepat, tentu B3 tidak akan
merugikan. Dengan kata lain, B3 tidak semata-mata selalu menimbulkan
akibat buruk, tetapi B3 dapat diolah, bahkan dimanipulasi agar tidak
berbahaya, atau malah dapat menguntungkan bagi kehidupan manusia.
Manusia harus pandaipandai mengelola lingkungan dan dirinya sendiri
untuk menjaga kesehatan dan keselamatan banyak pihak (Novita dkk,
2018).
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana tindakan pertolongan pertama yang dilakukan pada
kecelakaan anak yang keracunan?
2. Bagaimana tindakan pertolongan pertama yang dilakukan pada
kecelakaan anak yang luka bakar?
3. Bagaimana tindakan pertolongan pertama yang dilakukan pada
anak yang kecelakaan lalu lintas?
4. Bagaimana tindakan pertolongan pertama yang dilakukan pada
kecelakaan anak yang tenggelam?
5. Bagaimana tindakan pertolongan pertama yang dilakukan pada
kecelakaan anak yang kemasukan benda asing (Tersedak)?
6. Bagaimana tindakan pertolongan pertama yang dilakukan pada
kecelakaan anak yang gigitan binatang berbisa?
C. Tujuan
1. Bagaimana tindakan pertolongan pertama yang dilakukan pada
kecelakaan anak yang keracunan?
2. Bagaimana tindakan pertolongan pertama yang dilakukan pada
kecelakaan anak yang luka bakar?
3. Bagaimana tindakan pertolongan pertama yang dilakukan pada
anak yang kecelakaan lalu lintas?
4. Bagaimana tindakan pertolongan pertama yang dilakukan pada
kecelakaan anak yang tenggelam?
5. Bagaimana tindakan pertolongan pertama yang dilakukan pada
kecelakaan anak yang kemasukan benda asing (Tersedak)?
6. Bagaimana tindakan pertolongan pertama yang dilakukan pada
kecelakaan anak yang gigitan binatang berbisa?
D. Manfaat
Dapat memberikan pengetahuan tentang tindakan pertolongan pertama
yang diantaranya yaitu tindakan pertolongan pertama yang dilakukan
pada kecelakaan anak yang keracunan, luka bakar, kecelakaan lalu
lintas, tenggelam, kemasukan benda asing (tersedak), dan gigitan
binatang berbisa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KERACUNAN
Racun adalah bahan yang jika tertelan, terhirup, teresap ke
dalam kulit (misalnya, dari tanaman), atau tersuntikan (misalnya, dari
sengatan serangga), bisa menyebabkan penyakit, kerusakan, dan
kadang-kadang kematian. Sering kali, kontak dengan jumlah yang
sedikit saja bias menimbulkan akibat yang serius.
Keracunan adalah salah satu kasus darurat yang paling sering
terjadi pada anak-anak di bawah usia 5 tahun. Dan hampir selalu
terjadi di rumah. Bagian terbesar dari kasus ini adalah menelan
racun. Untungnya, kasus menelan racun ini sudah menurun selama
dua decade terakhir karena semakin membaiknya kemasan produk
juga semakin banyaknya pusat-pusat pengendali keracunan.
Namun, keracunan masih menjadi alasan utama dari perawatan
darurat di rumah-rumah sakit. Untuk setiap kematian karena
keracunan pada anak-anak di bawah 5 tahun, terdapat 80.000
sampai 90.000 anak yang menerima perawatan darurat dan 20.000
anak yang perlu dirawat di rumah sakit. Untungnya, dari kasus
keracunan berhasil dirawat.
1. Penanganan dan Pencegahan Keracunan Makanan
a. Penanganan Keracunana Makanan
Penanganan utama untuk kejadian keracunan makanan
adalah dengan cara mengganti cairan tubuh yang keluar
(karena muntah atau diare) baik dengan minuman ataupun
cairan infus. Bila perlu, penderita dapat dirawat di rumah sakit.
Hal ini tergantung dari beratnya dehidrasi yang dialami, respon
terhadap terapi & kemampuan untuk meminum cairan tanpa
muntah.
Berikut adalah beberapa hal yang dilakukan untuk
menangani kasus keracunan makanan:
1) Pemberian obat anti muntah & diare.
2) Bila terjadi demam dapat juga diberikan obat penurun
panas.
3) Antibiotika jarang diberikan untuk kasus keracunan
makanan. Karena pada beberapa kasus, pemberian
antibiotika dapat memperburuk keadaan. Hanya pada
kasus tertentu yang spesifik, antibiotika diberikan untuk
memperpendek waktu penyembuhan.
4) Bila mengalami keracunan makanan karena jamur atau
bahan kimia tertentu (pestisida). Penanganan yang lebih
cepat harus segera diberikan, termasuk diantaranya
pemberian cairan infus, tindakan darurat untuk
menyelamatkan nyawa ataupun pemberian penangkal
racunnya seperti misalnya karbon aktif. Karena kasus
keracunan tersebut sangat serius, sebaiknya penderita
langsung dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan
perawatan yang tepat.
b. Pencegahan Keracunan Makanan
Ada enam langkah mencegah keracunan makanan
diantaranya yaitu:
1) Pemilihan bahan makanan,
2) Penyimpanan makanan mentah,
3) Pengolahan bahan makanan,
4) Penyimpanan makanan jadi,
5) Pengangkutan,
6) Penyajian makanan kaya serat, terlalu banyak gula, pedas,
minuman kafein dan soda.
Selain itu cara-cara menghindari dan mencegah
keracunan dari beberapa bahan makanan sebagai berikut

Masaklah daging, unggas & telur hingga masak


seluruhnya. Dengan memastikan kematangan masakan dapat
meyakinkan bahwa bakteri yang mungkin terdapat pada bahan
masakan tersebut telah mati seluruhnya.

Pisahkan wadah antara bahan makanan yang masih


mentah dengan yang sudah matang. Hindari kemungkinan
kontaminasi bakteri dari bahan mentah dengan selalu mencuci
tangan, pisau & peralatan yang sebelumnya digunakan untuk
memproses daging mentah. Sebelum digunakan pada
makanan yang sudah matang.

Dinginkan. Simpan makanan yang masih tersisa pada


lemari es segera. Bakteri dapat tumbuh dengan cepat pada
suhu ruangan, jadi sebaiknya simpan makanan yang tersisa
bila tidak dikonsumsi dalam waktu 4 jam kedepan.

Bersihkan. Cuci buah segar & sayuran di bawah air yang


mengalir untuk menghilangkan tanah & kotoran yang mungkin
ada. Sebaiknya buang lapisan terluar dari kol atau sawi putih.
Karena bakteri dapat tumbuh pada permukaan tempat
memotong makanan, sebaiknya hindari meninggalkan sayur &
buah pada suhu ruangan dalam waktu yang lama. Selain itu,
jangan menjadi sumber dari penyakit juga, selalu cucilah
tangan dengan sabun & air sebelum menyiapkan makanan.
Hindari menyiapkan makanan ketika sedang mengalami diare.
Bila terjadi kasus keracunan makanan, laporkan
secepatnya pada petugas kesehatan terdekat. Untuk dapat
menghindari terjadinya kejadian yang lebih parah lagi.

Hal-hal yang pelu diperhatikan saat memilih makanan :

1) Bila makan diluar, perhatikan kebersihan makanannya.


2) Jangan memakan makanan yang sudah berbau asam/basi.
3) Jangan memakan makanan yang tampak sudah ditumbuhi
oleh jamur.
4) Bila minum es, perhatikan es batu yang digunakan karena
es balok biasanya dibuat dengan air mentah untuk tujuan
pengawetan ikan & bukan diperuntukkan untuk dikonsumsi.
Selain itu makanan yang baik dikonsumsi ketika keracunan
makanan adalah pisang, nasi, apel dan roti, setelah dua hari
atau lebih boleh mengonsumsi kentang, wortel yang dimasak,
biskuit serta buah dan sayuran lainnya. Sedangkan untuk
cairannya bisa minum air putih, minuman olahraga, teh herbal
dan jus buah (selain jus pir dan jus apel karena bisa memicu
diare)

c. Langkah-Langkah Penanggulangan Keracunan MMakanan

1) Pemeriksaan penderita di puskesmas/ rumah sakit


2) Pemeriksaan specimen penderita
3) Pemeriksaan sampel makana.
4) Membuat evaluasi kasus keracunan
5) Menentukan jenis makanan yang dicurigai Menarik
kesimpulan kasus keracunan berdasarkan

Dengan demikian gejalanya keracunan penderita pertama


kali merasakan pusing, mual dan diakhiri muntah-muntah. Nyeri
dan kejang pada perut, terkadang mencret dengan kesadaran
menurun dan ini akan berakibat kematian.

Adapun cara pertolongan ketika mengalami keracunan


adalah antara lain adalah sebagai berikut.

1) Diupayakan penyebab keracunan tersebut supaya mudah


menanganinya.
2) Diusahakan secepatnya mengeluarkan racun yang masih
ada, baik itu dengan rangsangan dimasukkannya jari ke
mulut, maupun pompa secara medis.
3) Setelah racunnya dikeluarkan, penderita diberi minum susu
atau putih telur mentah dari 2-3 butir, untuk melepaskan
jaringan-jaringan yang mengalami rusak. Untuk menyerap
racun yang masih ada dalam lambung, berikan 2 sendok
norit, maupun bakaran roti yang hangus.
4) Kirimlah penderita kedokter maupun kerumah saki. (Mustafa.
2018)

B. Luka Bakar
Luka bakar tidak hanya dapat menimbulkan kematian, akan
tetapi juga dapat menimbulkan morbiditas dengan angka yang cukup
tinggi. Berdasarkan fenomena yang masih banyak ditemukan di
masyarakat bahwa masih terdapat beberapa perilaku masyarakat
yang kurang tepat dalam memberikan pertolongan pertama pada luka
bakar.
Luka bakar merupakan masalah kesehatan masyarakat global.
Hal ini disebabkan karena tingginya angka mortalitas dan morbiditas
luka bakar, khususnya pada negara dengan pendapatan rendah-
menengah, dimana lebih dari 95% angka kejadian luka bakar
menyebabkan kematian (mortalitas). Bagaimanapun juga, kematian
bukanlah satu-satunya akibat dari luka bakar. Banyak penderita luka
bakar yang akhirnya mengalami kecacatan (morbiditas), hal ini tak
jarang menimbulkan stigma dan penolakan masyarakat.
Pada tahun 2014, World Health Organization (WHO)
memperkirakan bahwa terdapat 265.000 kematian yang terjadi setiap
tahunnya di seluruh dunia akibat luka bakar. Di India, lebih dari satu
juta orang menderita luka bakar sedangberat per tahun. Di
Bangladesh, Columbia, Mesir, dan Pakistan, 17% anak dengan luka
bakar menderita kecacatan sementara dan 18% menderita kecacatan
permanen. Sedangkan di Nepal, luka bakar merupakan penyebab
kedua cedera tertinggi, dengan 5% kecacatan. Menurut data
American Burn Association (2015), di Amerika Serikat terdapat
486.000 kasus luka bakar yang menerima penanganan medis,
40.000 diantaranya harus dirawat di rumah sakit. Selain itu, sebanyak
3.240 kematian terjadi setiap tahunnya akibat luka bakar. Penyebab
terbanyak terjadinya luka bakar adalah karena trauma akibat
kecelakaan kebakaran, kecelakaan kendaraan, terhirup asap, kontak
dengan listrik, zat kimia, dan benda panas. Di Indonesia, prevalensi
luka bakar pada tahun 2013 adalah sebesar 0.7% dan telah
mengalami penurunan sebesar 1.5% dibandingkan pada tahun 2008
(2.2%). Provinsi dengan prevalensi tertinggi adalah Papua (2.0%)
dan Bangka Belitung (1.4%).
Luka bakar merupakan respon kulit dan jaringan subkutan
terhadap paparan yang berasal dari sumber panas, listrik, zat kimia,
dan radiasi. Hal ini akan menimbulkan gejala berupa nyeri,
pembengkakan, dan terbentuknya lepuhan. Semua luka bakar
(kecuali luka bakar ringan atau luka bakar derajat I) dapat
menimbulkan komplikasi berupa shock, dehidrasi dan
ketidakseimbangan elektrolit, infeksi sekunder, dan lain-lain.
Permasalahan yang dialami oleh penderita luka bakar, selain
komplikasi, adalah proses penyembuhan luka bakar yang lama.
Proses penyembuhan luka dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase
inflamasi, proliferasi, dan maturasi. Pertama, fase inflamasi yang
berlangsung sejak terjadinya luka hingga 3-4 hari. Pada fase ini
terjadi perubahan vaskuler dan proliferasi seluler. Daerah luka
mengalami agregasi trombosit dan mengeluarkan serotonin, serta
mulai timbul epitelisasi. Kedua, fase proliferasi yang berlangsung
sejak berakhirnya fase inflamasi hingga hari ke-21. Pada fase
inflamasi, terjadi proliferasi fibroblas, angiogenesis, dan proses
epitelisasi. Ketiga, fase maturasi, terjadi sejak hari ke-21 hingga 1-2
tahun dimana terjadi proses pematangan kolagen, penurunan
aktivitas seluler dan vaskuler. Bentuk akhir dari fase ini berupa
jaringan parut yang berwarna pucat, tipis, lemas tanpa rasa nyeri
atau gatal.
Epitelisasi merupakan proses yang penting pada saat
penyembuhan luka bakar karena epitel melindungi tubuh dari
paparan lingkungan. Selain itu, epitel juga berguna dalam melindungi
tubuh dari invasi bakteri, trauma, dan kehilangan cairan. Semakin
cepat proses reepitelisasi epidermis, maka semakin cepat proses
penyembuhan luka. Oleh karena itu, diperlukan suatu terapi yang
dapat digunakan untuk mempercepat proses reepitelisasi epidermis
pada luka bakar.
Luka bakar tidak hanya dapat menimbulkan kematian, akan
tetapi juga dapat menimbulkan morbiditas dengan angka yang cukup
tinggi. Berdasarkan fenomena yang masih banyak ditemukan di
masyarakat bahwa masih terdapat beberapa perilaku masyarakat
yang kurang tepat dalam memberikan pertolongan pertama pada luka
bakar. Hal inilah yang perlu untuk disikapi oleh tenaga kesehatan,
untuk dapat memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat
terkait upaya-upaya pertolongan pertama yang dapat diberikan pada
kejadian luka bakar. Hasil kegiatan ini membawa dampak baik pada
partisipan, yaitu meningkatnya pengetahuan tentang pertolongan
pertama pada luka kabar, yang efek jangka panjang yang diharapkan
adalah angka kejadian luka kabar dan komplikasinya yang semakin
berkurang di masyarakat (Atikah dkk, 2020).

C. Kecelakaan Lalu Lintas


Di era globalisasi ini angka kecelakaan lalu lintas meningkat
yang dapat terjadi akibat dari faktor manusia. Salah satu penyebab
yang paling sering terjadinya kecelakaan adalah kelalaian dari
manusia itu sendiri, seperti pengemudi kehilangan kosentrasi, lelah
dan mengantuk, pengaruh alcohol dan obat, kecepatan melebihi
batas atau ugal-ugalan, kondisi kendaraan bermotor yang kurang
baik serta kurang pahamnya pengemudi tentang aturan lalu lintas.
Kecelakaan lalu lintas merupakan masalah yang hampir terjadi di
seluruh negara di dunia ini, yang memerlukan penanganan serius.
Apalagi masalah tertinggi terjadi pada kalangan anak sekolah
terutama pada usia remaja.
Tahap perkembangan pada remaja awal cenderung tertarik
pada aktifitas psikomotorik, seperti berolahraga, bermain sepeda, dan
mengendarai motor. Akan tetapi jika tidak diperhatikan secara serius,
aktifitas ini menyebabkan kecelakaan (jatuh) pada anak yang
mengakibatkan cedera seperti fraktur. Banyak kita temui kecelakaan
lalu lintas transportasi darat merupakan penyebab utama terjadinya
kejadia kecelakaan yang menyebabkan tingginya angka cedera
korban yang mengalami suatu kecelakaan baik itu berupa patah
tulang, pingsan, terkilir, dan lain-lain diberikan perlakuan yang sama
bahkan ada kesalahan dalam memberikan pertolongan. Kondisi ini
tentu saja sangat membahayakan apabila berakibat memperparah
keadaan penderita.
Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa pertolongan
pertama pada kecelakaan diberikan terhadap korban kecelakaan
sebelum mendapat pertolongan yang lebih sempurna dari dokter atau
tenaga kesehatan yang professional. Pertolongan tersebut bukan
sebagai pengobatan atau penanganan yang tepat, tetapi hanyalah
berupa pertolongan sementara yang dilakukan oleh petugas
pertolongan pertama pada kecelakaan yang pertama melihat korban
(Sumadi dkk, 2020)
D. Tenggelam
Tenggelam atau drowning didefinisikan sebagai kematian
karena akfiksia akibat terendam pada cairan, terutama air.
Penumpukan medium cair mengakibatkan kerusakan tractus
respiratorius primer. Aspirasi paru terjadi pada sekitar 90% korban
tenggelam dan 80-90% pada korban hampir tenggelam. Jumlah dan
komposisi aspirasi dapat mempengaruhi perjalanan klinis penderita,
isi lambung, organism pathogen, bahan kimia toksik dan bahan asing
lain dapat member cedera pada paru dan atau menimbulkan
obstruksi jalan nafas. Hampir 90 persen kejadian tenggelam di
Indonesia tidak mendapat pertolongan secara cepat. Hal ini banyak
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti kurangnya tingkat
pengetahuan terhadap pertolongan pertama pada korban tenggelam
dan kurangnya sosialisasi tentang manfaat pertolongan pertama
pada korban tenggelam. Pada korban dengan kasus tenggelam
pertolongan pertama merupakan tindakan wajib yang harus dilakukan
segera mengingat pada kondisi tenggelam seseorang akan
kehilangan pola nafas yang adekuat karena dalam hitungan jam
korban tenggelam akan mengalami hipoksemia, yang selanjutnya
akan mengalami anoksia susunan syaraf pusat, hingga terjadi
kegagalan resusitasi jika tidak segera diberikan pertolongan.
Penanganan pada korban tenggelam dibagi dalam tiga tahap, yaitu:
1. Bantuan hidup dasar penanganan airway, breathing, circulation
(ABC) merupakan hal utama yang harus dilakukan, dengan fokus
utama pada perbaikan jalan napas dan oksigenasi buatan,
terutama pada korban yang mengalami penurunan kesadaran.
2. Penilaian pernapasan.
3. Bantuan hidup lanjut pada korban tenggelam yaitu pemberian
oksigen dengan tekanan lebih tinggi.
Resiko tenggelam paling banyak terjadi pada balita, namun
tidak tertolong jiwanya karena tidak mendapatkan Resusitasi
Jantung Paru (RJP) dari seorang penolong. Oleh karena itu,
masyarakat perlu diajarkan pelatihan Bantuan Hidup Dasar.
Bantuan hidup dasar ialah tindakan untuk mempertahankan jalan
nafas dan membantu pernafasan dan sirkulasi tanpa
menggunakan alat selain alat bantu nafas sederhana. Faktor
terpenting yang menentukan hasil dari kejadian tenggelam adalah
durasi dan tingkat keparahan hipoksia yang ditimbulkan.
Penanganan yang dilakukan pada near drowning di tempat
kejadian meliputi menyelamatkan korban dari air, pemberian
nafas bantuan, kompresi dada, membersihkan muntahan yang
memungkinkan terjadinya sumbatan jalan nafas, mencegah
terjadinya kehilangan panas tubuh dan transportasi korban ke
fasilitas gawat darurat terdekat untuk evaluasi dan pemantauan
(Suryono dan Christianto, 2020).

E. Kemasukan Benda Asing (Tersedak)


Tersedak merupakan kejadian ketika benda asing menyumbat
di tenggorokan dan menghalangi aliran udara. Tersedak dapat terjadi
bila makanan atau benda asing yang seharusnya menuju
kerongkongan, tetapi menuju tenggorokan karena berbagai sebab.
Tersedak akan mengakibatkan suplai oksigen ke otak berkurang
signifikan dan korban akan berada pada kondisi gawat darurat.
Keadaan gawat darurat akibat tersedak dapat terjadi pada siapa saja,
kapan saja, dan dimana saja. Perspektif gawat darurat dalam menilai
suatu prosedur kegawatdaruratan akan terus dikembangkan dalam
tindakan keperawatannya. Tanda umum tersedak yaitu
ketidakmampuan untuk berbicara, sulit bernapas, napas seperti
tercekik, suara melengking saat mencoba bernapas, batuk, kulit,
bibir, dan kuku menjadi biru, hingga hilang kesadaran.
Penyebab terjadinya tersedak terbanyak adalah adanya
sumbatan makanan padat yang tinggal pada saluran pernapasan
yang seharusnya masuk melalui saluran pencernaan. Benda yang
menyebabkan obstruksi jalan napas sangat bervariasi, seperti obat-
obatan, makanan dan barang-barang lain. Obstruksi jalan napas
merupakan keadaan darurat pada orang dewasa. Korban dengan
tersedak dapat kehilangan kesadaran hingga menyebabkan
kematian, maka perlunya tindakan gawat darurat untuk dapat
dilakukan pertolongan pertama pada korban tersedak (Soar, 2015).
Korban tersedak beberapa diantaranya harus mendapat perawatan di
rumah sakit. Korban dengan tersedak pada dewasa oleh karena
makanan padat tidak jarang mengakibatkan pada situasi yang lebih
kritis (Jesse A.H, 2013). Beberapa tanda seperti sesak nafas, tidak
ada suara atau suara serak, mengi, hingga tidak bernafas,
sedangkan pada usia balita akan memegang lehernya yang merasa
seperti tercekik, sehingga harus cepat dilakukan pertolongan
pertama.
Pertolongan pertama adalah langkah cepat, sementara dan
sederhana dengan minimal atau tidak ada peralatan medis yang
dilakukan diluar rumah sakit untuk menyelamatkan kehidupan
seseorang atau setidaknya mencegah kondisi memburuk sampai
kedatangan pelayanan kesehatan atau telah sampai ditempat
layanan kesehatan. Pengetahuan pertolongan pertama memiliki
peranan yang penting. Banyak kejadian penderita gawat darurat
meninggal atau mengalami kecacatan karena kesalahan dalam
pemberian pertolongan pertama (Anggun dan Meida, 2020).

F. GIGITAN BINATANG BERBISA


Kehidupan manusia tidak terlepas dengan lingkungan, diantaranya
dengan hewan.Selain segi yang menguntungkan jelas terdapat juga segi yang
merugikan.Segi negatif inilah yang kita ketemukakan.Tidak saja berupa
gigitan tetapi terdapat pula yang lainya, sesuai dengan jenis binatang
(Maurung, 2014).Banyak sekali jenis binatang berbisa dan beracun yang
mungkin menyerang dan mengigit kita. Untuk itu jika terdapat keluarga,
teman, atau mungkin orang lain di sekitar kita di gigit binatang berbisa dan
beracun, apapun jenisnya, berikan beberapa pertolongan, serta pengetahuan
tentang penanganan awal gigitan binatang tersebut
Kasus yang banyak ditanggulagi dalam gigitan binatang adalah
pertama, gigitan binatang yang beracun. Racun adalah zat atau senyawa yang
masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang menghambat respons pada
sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, dan
bahkan kematian.
Penanganan awal binatang dengan melaporkan hewan yang
menggigit ke dinas perternakan setempat; mereka yang seharusnya
menangkap dan melakukan observasi terhadap hewan tersebut. Jika korban
tegigit anjing atau kucing peliharaan yang sehat, maka hewan tersebut harus
dikurung dan diobservasikan selama sepuluh hari untuk memeriksa adakah
penyakit lain. Jika korban tergigit hewan liar, sebaiknya pikirkan
kemungkinan negatif dan segera cari pertolongan medis (Fakhrudin Nasrul
Sani. 2020).
Gigitan binatang terbagi dua jenis : yang berbisa (beracun) dan tidak
memiliki bisa. Pada umumnya resiko infeksi pada gigitan binatang lebih
besar dari luka biasa, pada umumnya bila digigit binatang perlu
mendapatkan pemeriksaan medis.
Gigitan binatang termasuk dalam kategori racun yang masuk
kedalam tubuh melalui suntikan.Gigitan binatang bisa menyebabkan nyeri
hebat dan bisa menyebabkan pembengkakan, gigitan binatang walaupun
tidak selalumembahayakan jiwa dapat menimbulkan reaksi alergi yang hebat
dan bahkan dapat berakibat fatal.Menurut Ermawati (2015) Kasus yang
banyak ditaanggulangi adalah gigitan anjing, yang menyebabkan penyakit
rabies, gigitan ular dan sengatan serangga. (Puti Bundo. 2018.)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pertolongan pertama yaitu pemberian pertolongan segera
kepada penderita sakit atau cedera/kecelakaan yang memerlukan
penanganan medis dasar. Pengertian P3K (Pertolongan pertama
pada kecelakaan) adalah bantuan yang dilakukan dengan cepat dan
tepat sebelum korban dibawa ke rujukan, sedangkan pertolongan
pertama (PP adalah pemberian pertolongan segera kepada penderita
sakit atau cedera/kecelakaan yang memerlukan penanganan medis
dasar, yaitu suatu tindakan perawatan yang didasarkan pada kaidah
ilmu kedokteran yang dapat dimiliki oleh orang awam khusus yang
dilatih memberikan pertolongan pertama (Maisarah, 2020).

B. Saran
Sebagai mahasiswi kebidanan, kita harus dapat menguasai,
memahami, dan mampu menjelaskan Pertolongan pertama yaitu
pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau
cedera/kecelakaan pada anak. demi lancarnya tugas yang akan
dilaksanakan. Begitu pula para pembaca dapat Pertolongan pertama
yaitu pemberian pertolongan segera kepada penderita sakit atau
cedera/kecelakaan pada anak.
DAFTAR PUSTAKA

Atikah dkk, 2020. Upaya Peningkatan Pengetahuan Masyarakat Tentang


Pertolongan Pertama Pada Luka Bakar Melalui Pendekatan Focus Group
Discussion Di Kelompok Dasa Wisma Perumahan Graha Majapahit
Kabupaten Mojokerto, VOLUME 3, NOMOR 2,OKTOBER 2020.
tikaners87@gmail.com

Sumadi Putu dkk, 2020. Pengaruh Pelatihan Pertolongan Pertama Pada


Kecelakaan Terhadap Pengetahuan Penanganan Fraktur Pada Anggota
PMR Di SMP Negeri 2 Kuta Utara. Alamat Website: http://journal.um-
surabaya.ac.id/index.php/JKM

Suryono dan Christianto, 2020. Pelatihan Penanganan Kegawatdaruratan


Pada Korban Balita Tenggelam di Desa Darungan, Vol.3 No.2. Sep 2020.
suryono.sanjaya@gmail.com

Anggun dan Meida, 2020. Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Media


Booklet tentang Penanganan Tersedak pada Anak terhadap Tingkat
Pengetahuan Kader Posyandu di Desa Karangsari, Vol 4, No 1, 2020.
anggunsulistiyani@gmail.com

Cornelia dkk, 2020. Manfaat Edukasi Penanganan Keracunan dan Gigitan


Binatang Beracun, Vol. 5, No. 2, Oktober 2020. lia.nekada@gmail.com

Novita dkk, 2019, Pendidikan Kesehatan Pertolongan pertama pada


kecelakaan pada masyarakat di kelurahan dandangan, volume 1, No.2,
September 2019, journal of community engagement in healt.

Maisarah, 2020, Pertolongan Pertama Reaksi Sigap Menyelamatkan


Nyawa, Sidoarjo Zifatama Jawara.
Anissa Cindy Nurul Afni , Fakhrudin Nasrul Sani. 2020. PERTOLONGAN
PERTAMA DAN PENILAIAN KEPARAHAN ENVENOMASI PADA PASIEN
GIGITAN ULAR.Jurnal Kesehatan Kusuma Husada.

Ida Suryati, Aldo Yuliano, Puti Bundo. 2018. Hubungan Tingkat Pengetahuan
Dan Sikap Masyarakat Dengan Penanganan Awal Gigitan Binatang.Vol. 1
No. 1.Prosiding Seminar Kesehatan Perintis.

Pinton Setya Mustafa. 2018. PEMBELAJARAN PERTOLONGAN PERTAMA


DAN PENCEGAHAN PERAWATAN CEDERA OLAHRAGA. Malang
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai