Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN KERACUNAN

Disusun sebagai tugas Mata Kuliah

Keperawatan Gawat Darurat

Pembimbing : Dede Suryana S.kp M.kep

Kelompok 4 :

1. Gianto ( 1834026 )
2. Leni Mulyati Anggraeni ( 1834035 )
3. Sebti Eka Prasetiani ( 1834052 )
4. Vivianie Yunita P.A.P ( 1834059 )

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

STIKes RSPAD GATOT SOEBROTO

JAKARTA

2020
DAFTAR ISI

Daftar Isi ..........................................................................................................

BAB I Pendahuluan .......................................................................................

1.1 Latar Belakang ...........................................................................................

1.2 Tujuan ........................................................................................................

1.3 Manfaat ......................................................................................................

BAB II Tinjauan Pustaka .............................................................................

2.1 Definisi ......................................................................................................

2.2 Etiologi ......................................................................................................

2.3 Manisfestasi Klinis ....................................................................................

2.4 Patofisiologi ...............................................................................................

2.5 Penatalaksanaan .........................................................................................

2.5.1 Penatalaksanaan Pre Hospital ..........................................................

2.5.2 Penatalaksanaan In Hospital ............................................................

BAB III Penutup ............................................................................................

3.1 Kesimpulan ................................................................................................

3.2 Saran ..........................................................................................................

i
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Gawat artinya mengancam nyawa, sedangkan darurat adalah perlu


mendapatkan penanganan atau tindakan segera untuk menghilangkan
ancaman nyawa korban. Jadi, gawat darurat adalah keadaan yang mengancam
nyawa yang harus dilakukan tindakan segera untuk menghindari kecacatan
bahkan kematian korban (Hutabarat & Putra, 2016).

Kejadian gawat darurat dapat diartikan sebagai keadaan dimana seseorang


membutuhkan pertolongan segera, karena apabila tidak mendapatkan
pertolongan dengan segera maka dapat mengancam jiwanya atau
menimbulkan kecacatan permanen. Keadaan gawat darurat yang sering terjadi
di masyarakat antara lain, keadaan seseorang yang mengalami henti napas,
henti jantung, tidak sadarkan diri, kecelakaan, cedera misalnya patah tulang,
kasus stroke, kejang, keracunan, dan korban bencana. Unsur penyebab
kejadian gawat darurat antara lain karena terjadinya kecelakaan lalu lintas,
penyakit, kebakaran maupun bencana alam. Kasus gawat darurat karena
kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian utama di daerah
perkotaan (Media Aeculapius, 2007).

Salah satu kejadian gawat darurat yang juga mengancam nyawa manusia
adalah keracunan makanan. Keracunan makanan adalah penyakit yang
disebabkan karena makan makanan yang terkontaminasi oleh
mikroorganisme atau bahan kimia, atau makanan yang memang mengandung
racun. Makanan dapat terkontaminasi oleh bahan kimia seperti timah atau
seng yang menyebabkan keracunan makanan. Beberapa jenis jamur dan ikan
tertentu juga beracun jika dimakan. Kasus yang sering muncul adalah
keracunan makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme, seperti bakteri,
jamur, virus, dan parasit.

Keracunan merupakan salah satu kejadian darurat yang sering terjadi baik
di negara maju maupun negara berkembang. Hingga saat ini, tingkat

1
keracunan pangan yang terjadi di Indonesia masih cukup tinggi. Dan dari
seluruh kasus tersebut, sebagian besar ternyata terjadi di rumah.

Di tahun 2011 insiden keracunan makanan terjadi dan terlaporkan di


Sentra Informasi Keracunan Nasional Badan Pengawas Obat dan Makanan RI
ada 1.800 lebih, membuat lebih dari 7.000 orang dirawat di rumah sakit dan
11 meninggal dunia. Data nasional yang dirangkum Badan POM juga
menjelaskan bahwa industri jasa boga dan produk makanan rumah tangga
memberikan kontribusi yang paling besar (31%) dibandingkan dengan
pangan olahan (20%), jajanan (13%), dan lain-lain (5%) (Lestari, 2009).

Pertolongan terhadap keracunan yang ditimbulkan oleh zat apapun


haruslah dipersiapkan dengan sebaik-baikanya. Pertolongan yang keliru atau
secara berlebihan justru mendatangkan bahaya baru. Identifikasi racun
merupakan usaha untuk mengetahui bahan, zat, atau obat yang diduga sebagai
penyebab terjadi keracunan, sehingga tindakan penganggulangannya dapat
dilakukan dengan tepat, cepat dan akurat. Dalam menghadapi peristiwa
keracunan, kita berhadapan dengan keadaan darurat yang dapat terjadi
dimana dan kapan saja serta memerlukan kecepatan untuk bertindak dengan
segera dan juga mengamati efek dan gejala keracunan yang timbul.

Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan
berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat
menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan
sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia. Pada kenyataannya
bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan
keracunan.

1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui tentang definisi dari keracunan.


2. Untuk mengetahui tentang penyebab dari keracunan.
3. Untuk mengetahui tentang manisfestasi klinis keracunan.
4. Untuk mengetahui tentang Patofisiologi dari keracunan.
5. Untuk mengetahui tentang penatalaksanaan dari keracunan.

2
1.3 Manfaat

1. Bagi Penulis
Diharapkan agar penulis mempunyai tambahan wawasan dan
pengetahuan dalam melaksanakan asuhan keperawatan terkait penanganan
kegawat daruratan pasien dengan keracunan.
2. Bagi Institusi Pelayanan
Menjadi acuan dalam melaksanakan proses keperawatan dalam terkait
penanganan kegawat daruratan pasien dengan keracunan.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas
pendidikan keperawatan dan sebagai masukan dalam peningkatan proses
keperawatan terkait penanganan kegawat daruratan pasien dengan
keracunan.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Racun adalah suatu zat yang memiliki kemampuan untuk merusak
sel dan sebagian fungsi tubuh secara tidak normal (Arisman, 2009).
Junaidi (2011) menyatakan racun adalah suatu zat atau makanan yang
menyebabkan efek bahaya bagi tubuh.
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi,
menempel pada kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang
relatif kecil menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia.
Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan
dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang mengganggu
kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian. Sekitar 7% dari semua
pengunjung departemen kedaruratan datang karena masalah toksik.
Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang
disebabkan oleh obat, serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik,
dan lain-lain. Keracunan dapat diakibatkan oleh kecelakaan atau tindakan
tidak disengaja, tindakan yang disengaja seperti usaha bunuh diri atau
dengan maksud tertentu yang merupakan tindakan kriminal. Keracunan
yang tidak disengaja dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, baik
lingkungan rumah tangga maupun lingkungan kerja.
2.2 Etiologi
Keracunan dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang
mengandung bahan berbahaya dan potensial dapat menjadi racun.
Penyebab-penyebab tersebut antara lain:
1. Makanan
Proses pembusukan merupakan proses awal dari akibat aktivitas
mikroorganisme yang mempengaruhi langsung kepada nilai bahan
makanan tersebut untuk kepentingan manusia. Selain itu, keracunan
bahan makanan dapat juga disebabkan oleh bahan makanannya sendiri
yang beracun, terkontaminasi oleh protozoa, parasit, bakteri yang
patogen dan juga bahan kimia yang bersifat racun.

4
Di Indonesia ada beberapa jenis makanan yang sering
mengakibatkan keracunan, antara lain:
a. Keracunan botolinum
Clostridium botolinum adalah kuman yang hidup secara
anaerobik, yaitu di tempat-tempat yang tidak ada udaranya. Kuman
ini mampu melindungi dirinya dari suhu yang agak tinggi dengan
jalan membentuk spora. Karena cara hidupnya yang demikian itu,
kuman ini banyak dijumpai pada makanan kaleng yang diolah
secara kurang sempurna.
Gejala keracunan botolinum muncul secara mendadak, 18-36
jam sesudah memakan makanan yang tercemar. Gejala itu berupa
lemah badan yang kemudian disusul dengan penglihatan yang
kabur dan ganda. Kelumpuhan saraf mata itu diikuti oleh
kelumpuhan saraf-saraf otak lainnya, sehingga penderita
mengalami kesulitan berbicara dan susah menelan.Pengobatan
hanya dapat diberikan di rumah sakit dengan penyuntikan serum
antitoksin yang khas untuk botulinum. Oleh karena itu dalam hal
ini yang penting ialah pencegahan.
Pencegahan: sebelum dihidangkan, makanan kaleng dibuka
dan kemudian direbus bersama kalengnya di dalam air sampai
mendidih.
b. Keracunan jamur
Gejala muncul dalam jarak bebarapa menit sampai 2 jam
sesudah makan jamur yang beracun (Amanita sp). Gejala tersebut
berupa sakit perut yang hebat, muntah, mencret, haus, berkeringat
banyak, kekacauan mental, pingsan.
c. Keracunan jengkol
Keracunan jengkol terjadi karena terbentuknya kristal asam
jengkol dalam saluran kencing. Ada beberapa hal yang diduga
mempengaruhi timbulnya keracunan, yaitu: jumlah yang dimakan,
cara penghidangan dan makanan penyerta lainnya.

5
Gejala klinisnya seperti: sakit pinggang yang disertai dengan
sakit perut, nyeri sewaktu kencing, dan kristal-kristal asam jengkol
yang berwarna putih nampak keluar bersama air kencing, kadang-
kadang disertai darah.
d. Keracunan ikan laut
Beberapa jenis ikan laut dapat menyebabkan keracunan.
Diduga racun tersebut terbawa dari ganggang yang dimakan oleh
ikan itu. Gejala-gejala keracunan berbagai binatang laut tersebut
muncul kira-kira 20 menit sesudah memakannya.Gejala itu berupa:
mual, muntah, kesemutan di sekitar mulut, lemah badan dan susah
bernafas..
2. Baygon
Baygon adalah insektisida kelas karbamat, yaitu insektisida yang
berada dalam golongan propuxur. Penanganan keracunan Baygon dan
golongan propuxur lainnya adalah sama. Contoh golongan karbamat
lain adalah carbaryl (sevin), pirimicarb (rapid, aphox), timethacarb
(landrin) dan lainnya.
Gejala keracunan sangat mudah dikenali yaitu diare, inkontinensia
urin, miosis, fasikulasi otot, cemas dan kejang. Miosis, salvias,
lakrimasi, bronkospasme, keram otot perut, muntah, hiperperistaltik
dan letargi biasanya terlihat sejak awal. Kematian biasanya karena
depresi pernafasan.
a. Efek muskarinik (parasimpatik) berupa: miosis (pinpoint),
Hipersalivasi, lakrimasi, Hipersekresi bronchial, Bronkospasme,
Hiperperistaltik : mual, muntah, diare, kram perut., Inkontinensia
urin, Pandangan kabur, Bradikardi
b. Efek nikotinik berupa: fasikulasi otot, kejang, kelumahan otot,
paralysis, ataksia, takikardi (hipertensi).
c. Efek SSP berupa: sakit kepala, bicara ngawur, bingung, kejang,
koma, dan depresi pernafasan.
d. Efek pada kardiovaskular bergantung pada reseptor mana yang
lebih dominan.

6
3. Bahan Kimia
Keracunan bahan kimia biasanya melibatkan bahan-bahan kimia
biasa seperti bahan kimia rumah, produk pertanian, produk tumbuhan
atau produk industri. Beberapa jenis bahan kimia yang harus
diperhatikan karena berbahaya adalah:

Bahan Penjelasan Potensi Bahaya Kesehatan


Kimia
AgNO3 Senyawa ini beracun dan Dapat menyebabkan luka
korosif. Simpanlah dalam bakar dan kulit melepuh.
botol berwarna dan ruang Gas/uapnya juga
yang gelap serta jauhkan menebabkan hal yang sama.
dari bahan-bahan yang
mudah terbakar.
HCl Senyawa ini beracun dan Dapat menyebabkan luka
bersifat korosif terutama bakar dan kulit melepuh.
dengan kepekatan tinggi. Gas/uapnya juga
menebabkan hal yang sama.
H2S Senyawa ini mudah Menghirup bahan ini dapat
terbakar dan beracun menyebabkan pingsan,
gangguan pernafasan,
bahkan kematian.
H2SO4 Senyawa ini sangat Jangan menghirup uap asam
korosif, higroskopis, sulfat pekat karena dapat
bersifat membakar bahan menyebabkan kerusakan
organik dan dapat merusak paru-paru, kontak dengan
jaringan tubuh kulit menyebabkan
Gunakan ruang asam dermatitis, sedangkan
untuk proses pengenceran kontak dengan mata
dan hidupkan kipas menyebabkan kebutaan.
penghisapnya.
NaOH Senyawa ini bersifat Dapat merusak jaringan
higroskopis dan menyerap tubuh.
gas CO2.
NH3 Senyawa ini mempunyai Menghirup senyawa ini

7
bau yang khas. pada konsentrasi tinggi
dapat menyebabkan
pembengkakan saluran
pernafasan dan sesak nafas.
Terkena amonia pada
konsentrasi 0.5% (v/v)
selama 30 menit dapat
menyebabkan kebutaan.
HCN Senyawa ini sangat Hindarkan kontak dengan
beracun. kulit. Jangan menghirup gas
ini karena dapat
menyebabkan pingsan dan
kematian.
HF Gas/uap maupun Dapat menyebabkan iritasi
larutannya sangat beracun. kulit, mata, dan saluran
pernafasan.
HNO3 Senyawa ini bersifat Dapat menyebabkan luka
korosif. bakar, menghirup uapnya
dapat menyebabkan
kematian.
4. Asidosis metabolic
Disebabkan oleh:
a. peningkatan produksi asam atau mengkonsumsi makanan atau
zatyang dapat dikonversi menjadi asam
b. Hilangnya bikarbonat
c. Akumulasi Asam laktat terjadi karena tidak tersedianya cukup
oksigen untuk melakukan metabolism karbohidrat.
d. Kelainan metabolic
5. Gigitan ular berbisa
Gigitan ular yang berbisa, biasanya hanya meninggalkan bekas
gigitan yang lebih sedikit, dan yang paling menonjol adalah bekas gigi
taring yang runcing dan lebih besar dari gigi lainnya.

8
Sedangkan bekas gigitan ular yang tidak berbisa, biasanya akan
meninggalkan bekas gigitan berupa dua baris bekas gigi yang kecil-
kecil, tetapi tidak ada bekas gigi taring.
2.3 Manisfestasi Klinis
Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara
pemberian, apakah melalui kulit, mata, paru, lambung, atau suntikan,
karena hal ini mungkin mengubah tidak hanya kecepatan absorpsi dan
distribusi suatu bahan toksik, tetapi juga jenis dan kecepatan
metabolismenya. Pertimbangan lain meliputi perbedaan respons jaringan.
Hanya beberapa racun yang menimbulkan gambaran khas seperti
adanya bau gas batu bara (saat ini jarang), pupil sangat kecil (pinpoint),
muntah, depresi, dan hilangnya pernafasan pada keracunan akut morfin
dan alkaloidnya. Pupil pinpoint merupakan satu-satunya tanda, karena
biasanya pupil berdilatasi pada pasien keracunan akut. Kecuali pada pasien
yang sangat rendah tingkat kesadaranya, pupilnya mungkin menyempit
tetapi tidak sampai berukuran pinpoint. Kulit muka merah, banyak
berkeringat, tinitus, tuli, takikardi, dan hiperventilasi sangat mengarah
pada keracunan salisilat akut (aspirin).

Onset (Masa Gejala Utama Jasad Renik/Toksin


Awitan)
Gejala Saluran Cerna Atas (Mual, Muntah) yang Dominan
< 1 jam Mual, muntah, rasa yang tak Garam logam
lazim di mulut, mulut terasa
panas
1-2 jam Mual, muntah, sianosis, sakit Nitrit
kepala, pusing, sesak nafas,
gemetar, lemah, pingsan.
1-6 jam (rerata 2-4) Mual, muntah, diare, nyeri Staphylococcus
perut. Aureus dan
enterotoksinnya
8-16 jam (2-4 Muntah, kram perut, diare, Bacillus Cereus.
muntah) rasa mual.
6-24 jam Mual, muntah, diare, rasa Jamur berjenis
haus, pelebaran pupil, pingsan, Amanita.

9
koma.
Radang Tengorokan Dan Gejala Saluran Napas
12-72 jam Radang tengorokan, demam, Streptococcus
mual, muntah, pengeluaran Pyogene
secret dari hidung, terkadang
ruam kulit.
2-5 hari Radang tengorokan dan Corynebacterium
hidung, eksudat berwarna diphtheria
keabuan, demam, mengigil,
nyeri tengorokan, lemah, sulit
menelan, pembengkakan
kelenjar getah bening leher.
Gejala Saluran Cerna Bawah (kram perut, diare) yang Dominan
2-36 jam (rerata 6- Kram perut, diare, diare yang C. perfringens; B.
12) disebabkan Clostridium cereus; S; faecalis;
perfringens, kadang-kadang S.  faecium
rasa mual dan muntah

12-72 jam (rerata 18- Kram perut, diare, muntah, Salmonella spp
36) demam, mengigil, lemah (termasuk S.
hebat, mual, sakit kepala, Arizonae), E. coli
kadang-kadang diare berdarah enteropatogenik,
dan berlendir, lesi kulit yang dan
disebabkan Vibrio vulnificuis. Enterobakteriacae,
Yersinia enterocolitica V. cholera (01 dan
menyebabkan gejala yang non-01),
menyerupai flu apendisitis vulvinicus, V.
akut. fluvialis.
3-5 hari Diare, demam, muntah dengan Virus-virus enterik
nyeri perut, gejala saluran
nafas
1-6 minggu Diare lengket (tinja berlemak), Giardia lamblia
sakit perut, berat badan
menurun
1-beberapa minggu Sakit perut, diare, sembelit, Entamoeba

10
sakit kepala, mengantuk, hystolitica
kadang tanpa gejala
3-6 bulan Sulit tidur, tak ada nafsu Taenia sanginata
makan, berat badan menurun, dan  taenia solium
sakit perut, kadang
gastroenteritis
Gejala Neurologis (Gangguan Visual, Vertigo, Gell, Paralisis)
< 1 jam Gastroenteritis, cemas, Fosfat organic
penglihatan kabur, nyeri dada,
sianosis, kedutan, kejang.
Salvias berlebihan,
berkeringat, gastroenteritis, Jamur jenis
nadi tak teraratur, pupil muscaria
mengecil, bernafas seperti
orang asma.
1-6 jam Rasa baal atau gatal, pusing, Tetrodotoxin
pucat, pendarahan perut,
pengelupasan kulit, mata
terfiksasi, reflek hilang,
kedutan, paralisis otot.
Rasa baal atau gatal,
gastroenteritis, pusing, mulut Ciguatoxin
kering, otot nyeri, pupil
melebar, pandangan kabur,
paralisis otot.
2 jam-6 hari (12-36 Rasa mual, muntah, rasa (geli) Chlorinated
jam) seperti dikaruk, pusing, lemah, hydrocarbon
tak ada nafsu makan, berat
badan menurun, bingung.
Vertigo, pandangan kabur atau
diplobia, reflek cahaya hilang,
sulit menelan, berbicara dan Clostridium
bernafas; mulut kering, lemah, botulinum dan
paralisis pernafasan. toksinnya.

11
>72 jam Rasa baal, kaki lemah, Air raksa organic
paralisis, spastic, penglihatan
berkurang, buta, dan koma.
Gastroenteritis, nyeri pada
kaki, kaki dan tangan jatuh. Triortrocresyl
phosphate.
Terjadi Gejala Alergi (Muka Memerah dan Rasa Gatal)
< 1 jam Sakit kepala, pusing, mual, Scombrotoxin
muntah, rasa panas pada (histamine)
mulut, tengorok terasa
terbakar, muka sembab dan
merah, sakit perut, gatal
dikulit.
Rasa baal disekitar muluit, Monosodium
rasa seperti digaruk (geli), glutamate (MSG)
kemerahan, pusing, sakit 
kepala, mual.
Kemerahan, rasa panas, gatal, Asam nikotinat
sakit perut, edema lutut dan
wajah.
Gejala Gastroenteritis Dan/atau Neurologis (Toksin Kerang)
0,5-2 jam Rasa seperti digaruk (geli), Saxitoxin
terbakar, baal, mengantuk, (paralytic shelifish
bicara inkoheren, paralisis poisoning: PSP)
pernafasan.
2-5 menit sampai 3-4 Sensasi panas dan dingin Brevetoxin
jam bergantian, rasa geli; baal (neurotoxic
disekitar bibir, lidah dan shelifish poisoning:
tengorokan; nyeri otot, pusing, NSP)
diare, muntah.

30 menit sampai 2-3 Rasa mual, muntah, diare, Dinophysis toxin,


jam sakit perut, mengigil, demam. okadaic acid,

12
pectenotoxin,
yessotoxin
(Diarrheic shelifish
poisoning:DSP)
24 jam  Muntah, diare, sakit perut, Domoic Acid
(gastrointestinal) bingung, hilang ingatan, (Amnestic shelifish
sampai 48 jam deisorientasi, kejang dan poisoning: ASP)
(neurologis) koma.
Gejala Infeksi Umum (Demam, Mengigil, Lemah, Sakit, Pembengkakan
Kelenjar Limfe)
4-28 hari (rerata 9 Gastroenteritis, demam, Trichinella spiralis
hari) edema disekitar mata,
berkeringat, nyeri otot,
mengigil, lemah, sulit
bernafas.
7-28 hari (rerata 14 Lemah yang hebat, sakit Salmonella typhi
hari) kepala, sakit kepala, demam,
batuk, mual, muntah, sembelit,
sakit perut, mengigil, bintik
merah dikulit, tinja berdarah.
10-13 hari Demam, sakit kepala, nyeri Toxoplasma gondii
otot, kemerahan.
10-50 hari (rerata 25- Demam, lemah-lesu, tak ada Mungkin virus
30) nafsu makan, mual, sakit
perut, kuning (ikterus).
Bervariasi, Demam, mengigil, sakit Bacillus anthracis,
bergantung pada tipe kepala atau sendi, lemah-lesu, brucella melitensis,
penyakit bengkak dikelenjar getah B. abortus, B. suis,
bening, dan gejala yang khas coxiella bernetti,
untuk penyakit lain. francisella
tularensis, listeria
monocytogenes, M.
tuberculosis,
mycobacterium sp,

13
pasteurella
multocida,
streptobacillus
moniliformis,
campylobacter
jejuni, leptospira
SSP.

2.4 Patofisiologi
Keracunan dapat disebabkan oleh bebebrapa hal, diantaranya faktor
bahan kimia,mikroba,makanan,toksin,dll. Penyebab tersebut
mempengaruhi vaskuler sistemik sehingga terjadi penurunan organ dalam
tubuh. Biasanya akibat dari keracunan menimbulkan mual, muntah, diare,
perut kembung. gangguan pernafasan, gangguan sirkulasi darah dan
kerusakan hati (sebagai akibat keracunan obat dan bahan kimia).
Makanan yang telah terkontaminasi toksik atau zat racun sampai di
lambung, lalu lambung akan mengadakan perlawanan sebagai adaptasi
pertahanan diri terhadap benda atau zat asing yang masuk ke dalam
lambung dengan gejala mual, lalu lambung akan berusaha membuang zat
tersebut dengan cara memuntahkannya. Karena seringnya muntah maka
tubuh akan mengalami dehidrasi akibat banyaknya cairan tubuh yang
keluar bersama dengan muntahan. Karena dehidrasi yang tinggi maka lama
kelamaan tubuh akan lemas dan banyak mengeluarkan keringat dingin.
Banyaknya cairan yang keluar, terjadinya dehidrasi, dan keluarnya
keringat dingin akan merangsang kelenjar hipopisis anterior untuk
mempertahankan homeostasis tubuh dengan terjadinya rasa haus. Apabila
rasa haus tidak segera diatasi maka dehidrasi berat tidak dapat dihindari,
bahkan dapat menyebabkan pingsan sampai kematian.
Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan
akibat penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi
kardiovaskuler mungkin juga terganggu,sebagian karena efek toksik
langsung pada miokard dan pembuluh darah perifer,dan sebagian lagi
karena depresi pusat kardiovaskular diotak.Hipotensi yang terjadi mungkin

14
berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan
ginjal,hipotermia terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu
tubuh. Gambaran khas syok mungkin tidak tampak karena adanya depresi
sistem saraf pusat dan hipotermia, Hipotermia yang terjadi akan
memperberat syok,asidemia,dan hipoksia (Brunner and Suddarth, 2010).
2.5 Penatalaksanaan
Tujuan tindakan kedaruratan adalah menghilangkan atau meng-
inaktifkan racun sebelum diabsorbsi, untuk memberikan perawatan
pendukung, untuk memelihara sistem organ vital, menggunakan antidotum
spesifik untuk menetralkan racun, dan memberikan tindakan untuk
mempercepat eliminasi racun terabsorbsi.
2.5.1 Penatalaksanaan Pre Hospital
2.5.2 Penatalaksanaan In Hospital

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada
kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil
menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan
melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena
kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang mengganggu kesehatan bahkan
dapat menimbulkan kematian. Tujuan tindakan kedaruratan adalah
menghilangkan atau meng-inaktifkan racun sebelum diabsorbsi, untuk
memberikan perawatan pendukung, untuk memelihara sistem organ vital,
menggunakan antidotum spesifik untuk menetralkan racun, dan memberikan
tindakan untuk mempercepat eliminasi racun terabsorbsi.

3.2 Saran
1. Bagi petugas kesehatan hendaknya mengetahui jenis-jenis anti dotum dan
penanganan racun berdasarkan jenis racunnya sehingga bisa memberikan
pertolongan yang cepat dan benar.
2. Bagi petugas kesehatan hendaknya melakukan penilaian terhadap tanda
vital seperti jalan nafas / pernafasan, sirkulasi dan penurunan kesadaran,
sehingga penanganan tindakan risusitasu ABC (Airway, Breathing,
Circulatory) tidak terlambat dimulai.

16
DAFTAR PUSTAKA

Sumber : Pratiwi, Eka. (2017). Makalah Asuhan Keperawatan


"Keracunan". Kudus : STIKES Muhammadiyah Kudus

Sumber : Christianti, Merri. (2016). Makalah Asuhan Gawat Darurat.


Padalarang : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Santo Borromeus

17

Anda mungkin juga menyukai