Anda di halaman 1dari 28

TUGAS KEPERAWATAN KRITIS 2

KERACUNAN MAKANAN

Dosen Pembimbing :

Hepta Nur Anugrahini S.Kp.Ns.,M.Kep.

Disusun Oleh :

1. Gracia Irnadianis Ivada (P27820118060)


2. Febrina Ayu Ivana Milenia (P27820118076)

Tingkat III Reguler B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SOETOMO SURABAYA

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena
limpahan rahmat serta anugerah dari-Nya kami mampu untuk menyelesaikan
makalah kami dengan judul “Keracunan Makanan”.

Dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari pembaca untuk
makalah ini supaya selanjutnya dapat kami revisi kembali. Karena kami sangat
menyadari, bahwa makalah yang telah kami buat ini masih memiliki banyak
kekurangan.

Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap


pihak yang telah mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian
makalah ini hingga rampungnya makalah ini.

Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah


yang telah kami buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap
pembacanya.

Surabaya, 30 Agustus 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Definisi Keracunan Makanan.............................................3
2.1.2 Etiologi...............................................................................4
2.1.3 Patofisiologi.......................................................................9
2.1.4 Manifestasi Klinis..............................................................9
2.1.5 Penatalaksanaan.................................................................10
2.1.6 Survey Primer dan Sekunder.............................................12
2.1.7 Klasifikasi..........................................................................14
2.1.8 Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik.......................17
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Keracunan
2.2.1. Pengkajian Keperawatan....................................................19
2.2.2. Diagnosa Keperawatan......................................................22
2.2.3. Intervensi Keperawatan......................................................22
2.2.4. Implementasi Keperawatan................................................24
2.2.5. Evaluasi Keperawatan........................................................24

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan....................................................................................25
3.2 Saran..............................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................26

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Racun adalah suatu zat yang memiliki kemampuan untuk
merusak sel dan sebagian fungsi tubuh secara tidak normal
(Arisman, 2009). Junaidi (2011) menyatakan racun adalah suatu zat
atau makanan yang menyebabkan efek bahaya bagi tubuh.
Penyakit yang timbul karena makanan dapat mengganggu saluran
pencernaan makanan, dengan rasa mual di perut, terjadi diare dan
terkadang disertai dengan muntah-muntah. Penyakit ini terjadi karena
memakan makanan yang mengandung bakteri patogen atau kuman yang
menghasilkan bahan toksik (racun) pada saat pertumbuhannya didalam
makanan tersebut, virus, parasit, dan cacing. Gejala keracunan makanan
bisa ringan bahkan berat. Keracunan makanan yang bersifat mendadak
bisa mengakibatkan kematian.
WHO memperkirakan ada 31 agen penyebab yang berbahaya
yang dapat meyebabkan keracunan makanan, diantaranya virus, parasit,
toksin, bakteri, dan kimia. Menurut badan POM bakteri yang paling
sering menyebabkan keracunan makanan di Indonesia adalah S. aureus,
Salmonella, dan Escherichia coli. Beberapa bakteri penyebab keracunan
makanan seperti Bacillus cereus mampu menghasilkan racun yang tahan
panas sehingga bakteri ini tidak dapat dilenyapkan dengan proses
pemanasan (Mustika, 2019, p. 9).

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Menjelaskan apa saja landasan teoristis terkait keracunan
makanan?
1.2.2 Menjelaskan bagaimana asuhan keperawatan terkait keracunan
makanan?

1
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui Landasan teori terkait keracunan makanan
1.3.2 Mengetahui Asuhan Keperawatan terkait keracunan makanan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Landasan teori


2.1.1 Definisi
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa
kimia kedalam tubuh manusia sehingga menimbulkan efek yang
merugikan. Racun merupakan zat yang masuk ke dalam tubuh
dengan berbagai cara yang dapat menghambat respon biologis
sehingga dapat menyebabkan gangguan kesehatan bahkan
kematian. Keracunan sering dihubungkan dengan pangan atau
bahan kimia. Keracunan dapat terjadi melalui inhalasi dan
menelan materi toksik, baik kecelakaan maupun karena
kesengajaan (Wijaya, 2019, p. 276).
Perez dan Luke’s (2014) menyatakan keracunan makanan
adalah keracunan yang terjadi akibat menelan makanan atau
air yang mengandung bakteri, parasit, virus, jamur atau yang
telah terkontaminasi racun.
Keracunan makanan adalah penyakit yang tiba-tiba dan
mengejutkan yang terjadi setelah menelan makanan dan minuman
yang terkontaminasi (Krisanty, Paula, 2016, p. 123). WHO
memperkirakan ada 31 agen penyebab yang berbahaya yang dapat
meyebabkan keracunan makanan, diantaranya virus, parasit,
toksin, bakteri, dan kimia. Menurut badan POM bakteri yang
paling sering menyebabkan keracunan makanan di Indonesia
adalah S. aureus, Salmonella, dan Escherichia coli.
Keracunan makanan dapat diklasifikasikan sebagai gejala
yang berhubungan dengan neurologik atau gastrointestinal.
Keracunan makanan dengan efek neurologik akan bermanifestasi
dengan paralisis desenden, ataksia, pusing, dan akhirnya
gangguan pernafasan misalnya akibat botulisme dan ciguatoksin.

3
Sedangkan efek gastrointestinal adalah mual, muntah, diare, cair,
nyeri abdomen, dan demam (Kidd, Pamela S, 2010, p. 286).
Keracunan makanan merupakan penyakit yang berbahaya
yang disebabkan oleh makan makanan yang berbahaya atau
terkontaminasi. Gejala paling umum adalah sakit perut, muntah
dan diare (Gaman, 2011, p. 235).

2.1.2 Etiologi
Penyebab keracunan ada beberapa macam akibatnya bisa
mulai yang ringan sampai yang berat. Penyebab keracunan
makanan adalah kuman Clostridium botulinum yang hidup
dengan kedap udara (anaerobik), yaitu di tempat-tempat yang
tidak ada udaranya (Junaidi, 2011).
Keracunan makanan dapat disebabkan oleh
pencemaran bahan-bahan kimia beracun, kontaminasi zat-zat
kimia, mikroba, bakteri, virus dan jamur yang masuk ke dalam
tubuh manusia (Suarjana, 2013).
Di Indonesia ada beberapa jenis makanan yang sering
mengakibatkan keracunan, antara lain:
1) Keracunan botolinum
Clostridium botolinum adalah kuman yang hidup
secara anaerobik, yaitu di tempat-tempat yang tidak
ada udaranya. Kuman ini mampu melindungi dirinya
dari suhu yang agak tinggi dengan jalan membentuk
spora. Karena cara hidupnya yang demikian itu, kuman ini
banyak dijumpai pada makanan kaleng yang diolah secara
kurang sempurna.
Gejala keracunan botolinum muncul secara mendadak,
18-36 jam sesudah memakan makanan yang tercemar.
Gejala itu berupa lemah badan yang kemudian disusul
dengan penglihatan yang kabur dan ganda.
Kelumpuhan saraf mata itu diikuti oleh kelumpuhan

4
saraf-saraf otak lainnya, sehingga penderita mengalami
kesulitan berbicara dan susah menelan.Pengobatan
hanya dapat diberikan di rumah sakit dengan
penyuntikan serum antitoksin yang khas untuk botulinum.
Oleh karena itu dalam hal ini yang penting ialah
pencegahan. Pencegahan: sebelum dihidangkan, makanan
kaleng dibuka dan kemudian direbus bersama kalengnya di
dalam air sampai mendidih.
2) Keracunan bongkrek
Bongkrek ialah sejenis tempe yang dalam proses
pembuatannya di campur dengan ampas kelapa dan
kacang tanah. Tempe ini seringkali menyebabkan
keracunan karena terkontaminasi oleh bakteri Burkholderia
galdioliyang menghasilkan racun berupa asam bongkrek
dan toxoflavin, serta memusnahkan jamur Rhizopus
karena efek antibiotik dari asam bongkrek.
Gejala timbul setelah 12-48 jam. Biasanya sekaligus
beberapa anggota suatu keluarga terkena. Kematian bisa
timbul dari 1-8 hari. Gejala intoksikasi yaitu: mual,
pusing, diplopia, anorexia, merasa lemah, ptosis,
strabismus, kesukaran bernafas, menelan atau berbicara.
3) Keracunan jamur
Gejala muncul dalam jarak bebarapa menit sampai 2
jam sesudah makan jamur yang beracun (Amanita spp).
Gejala tersebut berupa sakit perut yang hebat, muntah,
mencret, haus, berkeringat banyak, kekacauan mental,
pingsan.
4) Keracunan jengkol
Keracunan jengkol terjadi karena terbentuknya kristal
asam jengkol dalam saluran kencing. Ada beberapa hal
yang diduga mempengaruhi imbulnya keracunan, yaitu:

5
jumlah yang dimakan, cara penghidangan dan makanan
penyerta lainnya.
Gejala klinisnya seperti: sakit pinggang yang disertai
dengan sakit perut, nyeri sewaktu kencing, dan kristal-
kristal asam jengkol yang berwarna putih nampak keluar
bersama air kencing, kadang-kadang disertai darah.
5) Keracunan ikan laut
Beberapa jenis ikan laut dapat menyebabkan keracunan.
Diduga racun tersebut terbawa dari ganggang yang
dimakan oleh ikan itu. Sejauh keracunan makanan dari
ikan yang bersangkutan, mikroba penyebab penyakit
atau racun itu yang masuk ke dalam tubuh setelah
mengkonsumsi ikan mentah atau dimasak. Hal ini juga
bisa terjadi karena polusi kimia dalam air, dimana
mengontaminasi ikan yang tertangkap untuk dijual di
pasar.
Gejala-gejala keracunan berbagai binatang laut tersebut
muncul kira-kira 20 menit sesudah memakannya.Gejala
itu berupa: mual, muntah, kesemutan di sekitar mulut,
lemah badan dan susah bernafas.
6) Keracunan singkong
Zat beracun dalam singkong adalah asam sianida. Zat ini
mengganggu oksidasi jaringan karena mengikat enzim
sitokrom oksidase. Beberapa jam setelah makan singkong
timbul muntah, pusing, lemah, kesadaran menurun sampai
koma, dispneu, sianosis dan kejang.
7) Lain-lain
Penyebab utama makanan terkontaminasi adalah
bakteri, virus, atau parasit. Di bawah ini adalah
kontaminasi makanan yang disebabkan oleh bakteri:
a) Campylobacter. Bakteri jenis ini biasa ditemukan di
daging mentah atau kurang matang, pada susu dan air

6
yang tidak diolah dengan benar. Masa inkubasi yang
disebabkan oleh bakteri ini antara 2-5 hari. Gejala
akan bertahan kurang dari 7 hari.
b) Salmonella. Bakteri ini sering ditemukan di dalam
daging mentah atau daging kurang matang, telur,
susu, dan produk olahan susu lainnya. Masa inkubasi
akibat salmonella adalah 12-72 jam. Gejala berlangsung
selama 4-7 hari
c) Escherichia coli (E. coli). Kasus infeksi bakteri ini
paling sering ditemukan setelah mengonsumsi daging
yang kurang matang, seperti pada daging cincang,
dan bakso. Bisa juga ditemukan pada susu yang
tidak dipasteurisasi. Masa inkubasi adalah 1 hari
hingga seminggu. Gejala bertahan selama beberapa hari
hingga beberapa minggu.
d) Listeria. Bakteri ini ditemukan dalam makanan siap
saji, misalnya roti isi dalam kemasan, irisan daging,
dan keju. Khususnya bagi wanita hamil harus
berhati-hati dengan infeksi akibat bakteri ini
karena berisiko menyebabkan keguguran dan
komplikasi kehamilan serius lainnya. Masa inkubasi
mulai dari beberapa hari hingga beberapa minggu.
Gejalanya akan selesai dalam waktu tiga hari.
e) Shigella. Bakteri ini bisa muncul pada makanan apa
pun yang dicuci dengan air yang terkontaminasi.
Gejalanya biasanya muncul tujuh hari setelah bakteri
masuk ke dalam tubuh dan bertahan sekitar satu minggu.
Bakteri ini menyebabkan disentri. Berikut adalah
kontaminasi makanan yang disebabkan oleh parasit,
yaitu:

7
1. Amoebiasis. Infeksi parasit sel tunggal bernama
Entamoeba histolytica bisa menyebabkan terjadinya
disentri.
2. Giardiasis. Infeksi yang disebabkan oleh
parasit bernama Giardia intestinalis.
3. Cryptosporidiosis. Infeksi parasit yang disebabkan
oleh Cryptosporidium.
4. Parasit yang mengakibatkan keracunan
makanan umumnya akan menimbulkan gejala
dalam sepuluh hari setelah Anda mengonsumsi
makanan yang sudah terkontaminasi. Jika tidak
segera ditangani, gejala bisa bertahan hingga
berbulan-bulan.
Berikut adalah kontaminasi makan yang
disebabkan oleh virus, yaitu:
1. Norovirus. Virus ini menyebabkan muntah-
muntah dan diare. Infeksi ini menyebar dengan
mudah melalui makanan atau air yang
terkontaminasi, dan terutama melalui tiram
mentah. Masa inkubasi adalah 1-2 hari dan gejala
akan hilang dalam dua hari.
2. Rotavirus. Virus ini menjadi penyebab
kontaminasi makanan yang umumnya menimpa
anak-anak. Gejalanya muncul satu minggu
setelah mengonsumsi makanan terkontaminasi dan
bertahan antara sekitar 6 hari.

2.1.3 Patofisiologi
Keracunan makanan timbul akibat mengonsumsi makanan
atau minuman yang sudah terkontaminasi bakteri seperti

8
salmonella, E.coli, listeria, dan campylobacter. Gejala keracunan
ini hampir sama dengan diare. Namun pada keracunan, gejalanya
muncul lebih cepat 2-48 jam setelah mengonsumsi makanan atau
minuman tersebut. Gejala selanjutnya dari keracunan yaitu terjadi
muntah lebih dari 3 hari, sering buang air besar, kram perut,
kehilangan nafsu makan, demam, dan tubuh terasa lemas.
Keracunan dapat dicegah dengan mencuci terlebih dahulu buah
atau sayuran yang akan dikonsumsi. Memilih ikan, daging dan
bahan makanan lain yang masih segar dan tidak berbau. Bila
membeli makan kemasan maka baiknya perhatikan tanggal
kadaluarsanya (Sutomo, 2010, p. halaman 278).

2.1.4 Manifestasi Klinis


Akibat keracunan makanan bisa menimbulkan gejala pada
sistem saraf dan saluran cerna. Suarjana (2013) menyatakan tanda
gejala yang biasa terjadi pada saluran cerna adalah sakit perut,
mual, muntah, bahkan dapat menyebabkan diare. Tanda gejala
yang biasa terjadi pada sistem saraf adalah adanya rasa
lemah, kesemutan (parastesi), dan kelumpuhan (paralisis)
otot pernafasan (Arisman, 2009).
1. Gejala yang menonjol meliputi:
a. Kelainan visus
b. Hiperaktivitas kelenjar ludah dan keringat
c. Gangguan saluran pencernaan
d. Kesukaran bernafas
2. Keracunan ringan
a. Anoreksia
b. Nyeri kepala
c. Rasa lemah
d. Rasa takut
e. Tremor pada lidah dan kelopak mata
f. Pupil miosis

9
3. Keracunan sedang
a. Nausea
b. Muntah-muntah
c. Kejang dan kram perut
d. Hipersaliva
e. Hiperhidrosis
f. Fasikulasi otot
g. Bradikardi
4. Keracunan berat
a. Diare
b. Reaksi cahaya negatif
c. Sesak nafas
d. Sianosis
e. Edema paru
f. Inkontinensia urine dan feses
g. Kovulsi
h. Koma
i. Blokade jantung akhirnya meningal

2.1.5 Penatalaksanaan
Pertolongan pertama keracunan makanan yang dapat
dilakukan adalah dengan mengupayakan penderita untuk
memuntahkan makanan yang telah dikonsumsi penderita. Cara
yang bisa dilakukan untuk merangsang muntahan adalah
dengan memberikan minuman susu. Selain itu, cara yang bisa
dilakukan adalah dengan meminum segelas air yang telah
dicampur dengan satu sendok teh garam dan berikan minuman teh
pekat (Junaidi, 2011).
Hardisman (2014) menyatakan pertolongan pertama
keracunan makanan adalah dengan minum air putih yang
banyak, pemberian larutan air yang telah dicampur dengan
garam. Pertolongan pertama yang bisa dilakukan adalah

10
dengan mengganti cairan dan elektrolit yang hilang akibat
muntah atau diare. Menghindari terjadinya dehidrasi pada
korban segera berikan air minum dan larutan elektrolit yang
banyak untuk korban (Sentra informasi keracunan nasional
& Badan pemeriksaan Makanan dan obat SIKERNAS & BPOM,
2012).
Menurut Bahri, Sigit, dkk. (2012) cairan elektrolit dapat
diperoleh dari air kelapa. Air kelapa murni tanpa tambahan
gula sedikit menginduksi urinisasi, sedangkan air kelapa yang
ditambah dengan gula banyak menginduksi urinisasi. Penyebab
banyaknya menginduksi urinisasi adalah karena konsentrasi gula
yang tinggi, sehingga absobsi air menjadi lambat dan urinisasi
meningkat
Penatalaksanaan umum menurut (Wijaya, n.d., pp. 278–279) :
1) Pertahankan kontrol jalan napas, ventilasi, dan oksigenasi. Pada
keadaan tidak ada kerusakan serebral atau ginjal, prognosis
pasien bergantung pada keberhasilan penatalakasanaan
pernapasan dan sistem sirkulasi.
2) Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah,
kapan waktu tertelan, gejala, usia, berat pasien dan riwayat
kesehatan yang tepat.
3) Tangani syok dengan tepat.
4) Hilangkan atau kurangi absorbsi racun.
5) Berikan terapi yang spesifik atau antagonis fisiologik secepat
mungkin untuk menurunkan efek toksin.
6) Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit.
7) Berikan analgetik yang sesuai untuk nyeri.
8) Pantau tekanan vena sentral sesuai indikasi.
9) Bantu mendapatkan spesimen darah, urin, isi lambung, dan
muntah.
10) Pantau komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dan
kejang.

11
Pertolongan saat terjadi keracunan makanan, menurut (Sutoto,
2015, p. 31) :
1) Tindakan utama dalam mengatasi keracunan makanan ialah
mengusahakan agar klien muntah, dengan cara berikan tekanan
pada langit-langit tenggorokan menggunakan jari melalui
mulut.
2) Setelah muntah, beri tablet norit atau arang yang telah
ditumbuk halus. Berikan bantuan nafas buatan jika diperlukan.
3) Khusus pada keracunan makanan kaleng biasanya akan
berakibat lebih berbahaya, oleh karena itu yang terpenting
adalah menghidari bahaya keracunan dengan cara selalu
memanaskan terlebih dahulu makanan kaleng, karena racun
botolium akan rusak karena pemanasan.

2.1.6 Survey Primer dan Sekunder


Menurut (Krisanty, 2016, pp. 118–124) survei primer dan
sekunder yang dapat dilakukan pada pasien keracunan makanan
yaitu:
a) Primer
a. Airway (jalan nafas)
- Periksa kelancaran jalan nafas, gangguan jalan nafas sering
terjadi pada klien dengan keracunan baygon, botulisme
karena klien sering mengalami depresi pernafasan seperti
pada klien keracunan baygon, botolinum.Lakukan dengan
cara chin lift/jaw thrust/nasopharyngeal airway/pemasangan
guedel.
- Cegah aspirasi lambung, posisikan kepala pasien sedikit
turun, gunakan jalan nafas orofaring dan pengisap.
b. Breathing (ventilasi)
- Kaji ventilasi adekuatdengan mengobservasi usaha ventilasi
melalui analisis gas darah atau spirometri.

12
- Siapkan untuk ventilasi mekanik jika terjadi depresi
pernafasan. Tekanan ekspirasi positif diberikan pada jalan
nafas, masker kantong dapat membantu menjaga alveoli
tetap mengembang.
- Berikan oksigen pada klien yang mengalami depresi
pernafasan, tidak sadar dan syok.
c. Circulation
- Pasang IV line jika terjadi gangguan sirkulasi.
- Kaji tanda-tanda vital, kardiovaskuler dengan
mengukur nadi, tekanan darah, dan tekanan vena
sentral serta cek suhu.
- Stabilkan fungsi kardio dan pantau melalui EKG.
d. Disability (evaluasi neurologis)
- Pantau status neurologis, meliputi: GCS, ukuran dan reaksi
pupil serta tanta-tanda vital.
b) Sekunder
 Menentukan sumber dan tipe keracunan makanan
a. Dapatkan makanan yang dicurigai telah terkontaminasi
dan segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat.
b. Periksa riwayat:
- Seberapa cepat gejala muncul saat memakan
makanan yang mengandung racun?
- Kaji apa yang dimakan sebelum makan? Apakah
makanan mempunyai bau/ rasa tidak biasa
- Kaji apakah orang lain menjadi sakit karena
memakan makanan yang sama?
- Kaji apakah terjadi mual muntah? Apa yang
terlihat pada muntahan?
- Kaji apakah terjadi diare?
- Kaji apakah ada gejala neurologik?
- Kaji apakah klien demam?

13
c. Kumpulkan makanan, isi lambung, muntah, serum dan
feses untuk pemeriksaan.
d. Kaji sistem pernafasan, kematian karena paralisis
pernafasan dapat terjadi pada botulisme, keracunan
ikan dll.
e. Kaji keseimbangan cairan dan elektrolit. Muntah
berlebihan menyebakan alkaliosis dan diare berlebihan
menyebakan asidosis, sejumlah besar elektrolit dan air
hilang melalui muntah dan diare. Kaji adanya syok
hipovolemia karena kehilangan cairan dan elektrolit.
Kaji adanya penurunan kesadaran, frekuensi nadi,
tekanan darah, demam dan elektrolit darah.
f. Timbang berat badan klien. Pada klien yang
mengalami defisiensi cairan akan mengalami
penurunan berat badan.

2.1.7 Klasifikasi
Ada tiga jenis keracunan makanan yaitu kimia, biologis, dan
bakteri (Gaman, 2011, p. 235).
1. Keracunan makanan kimia
Ini disebabkan oleh adanya bahan kimia beracun dalam
makanan. Contohnya pada tahun 1950-an 52 orang meninggal di
kota Minamata di Jepang menderita kerusakkan otak akibat
memakan ikan yang mengandung metal merkuri dalam kadar
tinggi dan di Spanyol pada tahun 1981 dan 1982 lebih dari 350
orang meninggal dan 20.000 orang sakit akibat mengkonsumsi
minyak goring yang terkontaminasi kimia anilin (Gaman, 2011, p.
235).
2. Keracunan makanan biologis (Gaman, 2011, p. 236)
Keracunan makanan biologis disebabkan oleh makanan yang
mengandung racun alami. Ada banyak jenis keracunan ini
termasuk :

14
a. Jamur, ada spesies jamur beracun seperti Amanita
phalloides dan A. virosa, yang dalam beberapa kasus telah
menyebabkan penyakit dan kematian. Jamur ini sangat
mirip dengan varietas yang dapat dimakan.
b. Deadly nightshade, ini adalah tanaman lebat yang tumbuh
di Eropa dan Asia. Semua bagian tanaman ini mengandung
obat belladonna, yang digunakan dalam pengobatan untuk
meredakan pneyakit seperti asma, bronkitis, dan penyakit
jantung. Namun, obat ini bisa mematikan jika dikonsumsi
dalam dosis besar.
c. Kentang hijau, Kentang juga termasuk anggota keluarga
dari nightshade dan kentang hijau mengandung zat yang
disebut solanin yang menyebabkan penyakit atau bahkan
kematian jika dimakan dalam jumlah besar. Karenanya
warna hijau harus dibuang.
d. Kacang merah, Kacang merah mentah mengandung zat
beracun yang disebut haemaglutinin. Sejumlah kasus
keracunan telah terjadi sebagai akibat dari memasak kacang
dalam slow cooker pada suhu yang tidak cukup tinggi.
Merebus kacang selama 10 menit dapat menghancurkan
racun.
e. Keracunan ikan scombrotoxic, Ikan scombroid (jenis ikan
berminyak tertentu seperti tenggiri dan tuna) mengandung
histidin asam amino. Pada ikan basi ini dikonversi oleh aksi
bakteri menjadi senyawa yang mengandung histamin yang
beracun. Gejala keracunan termasuk muntah, sakit kepala,
pembengkakan bibir da lidah, dan gatal-gatal. Oleh karena
itu ikan mentah harus di simpan didalam lemari es,
dibekukan atau didinginkan.
f. Keracunan kerang paralitik, Ini adalah jenis keracunan
makanan yang jarang namun serius dan terkadang fatal. Ini
disebabkan oleh makan kerang mentah atau tiram yang

15
memakan plankton yang mengandung protozoa gonyaulax
tamerensis.
g. Mikotoksin, beberapa jamur menghasilkan zat beracun yang
disebut mikotoksin.
3. Keracunan makanan bakteri
Keracunan makanan akibat bakteri adalah penyebab
paling umum keracunan makanan dan tindakan pencegahan
kebersihan yang ketat harus dilakukan untuk mencegah wabah
penyakit jenis ini. Karena sebagian besar insiden keracunan
makanan terjadi sebagai akibat dari makanan yang tidak
higienis (Gaman, 2011, p. 237)Bakteri yang paling sering
bertanggung jawab atas keracunan makanan adalah organisme
dari salmonella, colostridium perfringens, satpliylococcus
aureus, bacillus cereus, Escherichia coli, campylobacter dan
masih ada lagi (Gaman, 2011, pp. 238–239).
Ada tiga jenis utama keracunan makanan akibat bakteri
(Gaman, 2011, pp. 239–240) :
a. Jenis infeksi yang disebabkan oleh makan makanan
yang mengandung sejumlah besar bakteri hidup.
Setelah dimakan, bakteri membentuk dirinya disaluran
pencernaan dan ketika mereka mati mereka melepaskan
endotoksin (misalnya keracunan salmonella).
b. Jenis makanan yang mengandung racun eksotoksin.
Toksin di lepaskan ke dalam makanan saat bakteri
tumbuh dan berkembang biak dalam makanan. Bakteri
itu sendiri mungkin mati ketika makanan dimakan
(misalnya keracunan stafilokokus).
c. Jenis ketiga juga disebabkan oleh racun. Toksin tidak
diproduksi dalam makanan tetapi dilepaskan ke usus
setelah bakteri dimakan dan ketika mereka tumbuh di
saluran usus (misalnya keracunan clostridium
perfringens). Masa inkubasi (yaitu waktu antara

16
makanan yang terkontaminasi dimakan dan terjadinya
gejala pertama) lebih lama untuk jenis keracunan
makanan infektif dari pada jenis racun.

2.1.8 Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik


a. Pemeriksaan laboratorium mencakup pemeriksaan darah, air
seni, tinja. Kultur tinja diindikasikan bila pasien mengalami
diare berdarah, nyeri perut yang hebat, atau dalam keadaan
immunocompromised. Spesimen yang akan diperiksa
dilaboratorium harus segera diperoleh sebelum pasien diberi
obat karena obat akan mengacaukan hasil uji mikrobiologis.
Spesimen yang harus dikumpulkan meliputi tinja, urin, darah,
muntahan penderita, dan spesimen kontrol atau orang yang
mengkonsumsi makanan yang sama tetapi tidak jatuh sakit
(Arisman, 2009, p. 16).
b. Pemeriksaan radiologis foto polos abdomen perlu dilakukan
bila pasien mengeluh perut kembung, sakit perut hebat, atau
dicurigai sudah terjadi obstruksi atau perforasi. Jika diare sudah
bercampur darah sigmoidoskopi dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan diagnosis penyakit lain yang
bersamaan seperti disentri amuba, atau diare yang terkait
dengan penggunaan antibiotik (Arisman, 2009, p. 18).
c. Foto thorax jika terdapat oedema paru.
d. Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan ini untuk mengetahui terjadinya gangguan
irama jantung berupa sinus takikardi, sinus bradikardi,
takikardi supraventikuler, takikardi ventrikuler, asistol,
disosiasi elektromekanik.

17
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Keracunan
Makanan
2.2.1 Pengkajian
a. Data Subyektif
a) Pengkajian difokuskan pada masalah yang mendesak
seperti jalan napas dan sirkulasi yang mengancam jiwa,
adanya gangguan asam basa, keadaan status jantung dan
status kesadaran.
b) Riwayar kesadaran : riwayat keracunan bahan racun yang
digunakan berapa lama diketahui setelah keracunan, ada
masalah lain sebagai pencetus keracunan dan sindroma
toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.

b. Data Obyektif
a) Saluran pencernaan : mual, muntah, nyeri perut, dehidrasi
dan perdarahan saluran pencernaan.
b) Susunan saraf pusat : pernapasan cepat dan dalam tinnitus,
disorientasi, delirium, kejang sampai koma.
c) BMR meningkat : tachipnea, tachikardi, panas dan
berkeringat.
d) Gangguan metabolisme karbohidrat : eksresi asam organic
dalam jumlah besar, hipoglikemi atau hiperglikemi dan
ketosis.
e) Gangguan koagulasi : gangguan aggregasi trombosit dan
trombositopenia.
f) Gangguan elektrolit : hiponatremia, hipernatremia,
hipokalsemia.

c. Pengkajian ABCDE
1) Airway : Edeme bronkus
2) Breathing : Sesak napas (RR meningkat), pernapasan cepat
(takipnea), memakai alat bantu pernapasan.

18
3) Circulation : Mual, muntah, takikardi, dehidrasi, sianosis,
demam.
4) Disability : Penurunan status neurologis (respon
kesadaran/GCS, respon pupil negatif), nyeri kepala.
5) Exposure : Kesadaran fisik lemah, pruitus, gangguan
penglihatan, turgor kulit menurun.

d. Pengkajian Fisik
a) Keadaan umum : Kesadaran menurun
b) Pernapasan : Nafas tidak teratur
c) Kardiovaskuler : Hipertensi, nadi aritmia
d) Persyarafan : Kejang miosis, vasikulasi,
penurunan kesadaran, paralise
e) Gastrointestinal : Muntah, diare
f) Integumen : Berkeringat
g) Musculoskeletal : Kelelahan, kelemahan
h) Integritas ego : Gelisah, pucat
i) Eliminasi : Diare
j) Selaput lendir : Hipersaliva
k) Sensori mata : mengecil/membesar, pupil miosis.

e. Pengkajian Aktivitas
a) Aktivitas dan istirahat
Tanda : Kelemahan, hiporefleksi
Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise
b) Sirkulasi
Tanda : Nadi lemah (hipovolemia), takikardi, hipotensi
(pada kasus berat), aritmia, jantung pucat, sianosis,
keringat banyak.
c) Eliminasi
Tanda : Perubahan warna urine contoh warna kuning
pekat, merah, coklat

19
Gejala : Perubahan pola berkemih, distensi vesika
urinaria, bising usus menurun, kerusakan ginjal
d) Makanan dan cairan
Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembapan, berkeringat
banyak.
Gejala : Dehidrasi, mual, muntah, anoreksia, nyeri
uluhati
e) Neurosensori
Tanda : Gangguan status mental, penurunan lapang
perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan
memori, penurunan tingkat kesadaran (azotemia), koma,
syok.
Gejala : Sakit kepala, penglihatan kabur, midriasis,
miosis, pupil mengecil, kram otot/kejang.
f) Nyaman/nyeri
Tanda : Takipnea, dispnea, batuk produktif
Gejala : Napas pendek, depresi napas, hipoksia.
g) Keamanan
Gejala : Penurunan tingkat kesadaran, koma, syok,
asidema.
h) Penyuluhan pembelajaran
Gejala : Riwayat terpapar toksin (obat,racun), obat
nefrotik penggunaan berulang.

f. Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik


1) Pemeriksaan laboratorium.
Laboratorium rutin (darah, urin, feses,
lengkap)tidak banyak membantu.
2) Pemeriksaan darah lengkap, kreatinin serum (N: 0,5-1,5
mg/dl), elektrolit serum (termasuk kalsium (N: 9-11 mg/dl).
3) Foto thorax kalau ada kecurigaan udema paru.

20
4) Pemeriksaan EKG. Pemeriksaan ini juga perlu
dilakukan pada kasus keracunan karena sering diikuti
terjadinya gangguan irama jantung yang berupa sinus
takikardi, sinus bradikardi, takikardi supraventrikuler,
takikardi ventrikuler, fibrilasi ventrikuler, asistol, disosiasi
elektromekanik. Beberapa faktor predosposisi timbulnya
aritmia pada keracunan adalah keracunan obat
kardiotoksik, hipoksia, nyeri dan ansietas, hiperkarbia,
gangguan elektrolit darah, hipovolemia, dan penyakit dasar
jantung iskemik.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1) Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif
2) Ketidakseimbangan nutrisi b.d anoreksia
3) Gangguan perfusi jaringan b.d kekurangan O2

2.2.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa
Tujuan & Intervensi
Keperawata Rasional
Kriteria Hasil Keperawatan
n
Hipovolemia Setelah 1. Monitor 1. Mengetahui
b.d dilakukan tanda dan gejala kekurangan
kehilangan tindakan hipovolemia cairan dari
cairan aktif keperawatan 2. Monitor tanda-tanda
selama 3x24 jam intake dan yang muncul.
diharapkan status output cairan, 2. Mengetahui
cairan membaik karakter dan pemasukan
dengan kriteria jumlah feses. dan
hasil : 3. Observasi pengeluaran
- Turgor kulit kulit kering kebutuhan
meningkat berlebihan dan cairan klien.
- Frekuensi nadi membran 3. Mengetahui
dan tekanan mukosa, apakah klien
darah membaik. penurunan kekurangan
- membran 4. Kolaborasi cairan dengan
mukosa membaik pemberian mengamati
cairan sistem
paranteral integuman.
sesuai indikasi 4. Membantu

21
menormalkan
kembali cairan
tubuh klien.
Ketidakseim Setelah 1. Monitor 1. Mengetahui
bangan dilakukan adanya muntah frekuensi
nutrisi b.d tindakan 2. Berikan cairan yang
anoreksia keperawatan makanan keluar pada
selama 3x24 jam dengan porsi saat klien
diharapkan sedikit tapi muntah.
nutrisi adekuat sering 2. Membantu
dengan kriteria 3. Berikan klien agar
hasil : makanan halus, tidak
-Diare berkurang hindari kekurangan
- Nafsu makan makanan kasar nutrisi
meningkat sesuai indikasi 3. Membantu
4. Kolaborasi klien agar
pemberian dapat
antisida sesuai mencerna
indikasi makanan
dengan lancar
serta tidak lagi
mengalami
mual, muntah
4. Mengurangi
nyeri pada
abdomen
Gangguan Setelah 1. Observasi 1. Mengetahui
perfusi dilakukan warna & suhu apakah klien
jaringan b.d tindakan kulit atau mempunyai
kekurangan keperawatan membran alergi kulit.
O2 selama 1x24 jam mukosa 2. Mengetahui
diharapkan 2. Evaluasi apakah klien
perfusi jaringan ekstremitas ada mengalami
meningkat atau tidaknya takikardi/bradi
dengan kriteria kualitas nadi kardi dan
hasil : 3. Kolaborasi kekuatan pada
- RR dalam batas pemberian ekstremitas
normal cairan 3.Menetralkan
- Nadi dalam (IV/peroral) intake
batas normal sesuai indikasi kedalam tubuh

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah tindakan keperawatan yang
dilaksanakan untuk mencapai tujuan rencana tindakan yang telah disusun

22
setiap tindakan keperawatan yang dilakukan dan dicatat dalam pelaksanaan
keperawatan terhadap klien berlanjut.

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dalam proses keperawatan.
Format evaluasi yang dipakai adalah SOAP. Dalam format ini dapat
diketahui keadaan perkembangan klien, apakah masalah terselesaikan atau
belum.

23
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keracunan makanan adalah suatu penyakit yang terjadi


setelah menyantap makanan yang mengandung racun, berasal dari bahan
beracun yang terbentuk akibat pembusukan makanan dan bakteri
(Arisman, 2009).

Keracunan makanan dapat disebabkan oleh pencemaran bahan-


bahankimia beracun, kontaminasi zat-zat kimia, mikroba, bakteri, virus
dan jamur yang masuk ke dalam tubuh manusia (Suarjana, 2013).
Akibat keracunan makanan bisa menimbulkan gejala pada sistem saraf
dan saluran cerna. Suarjana (2013) menyatakan tanda gejala yang
biasa terjadi pada saluran cerna adalah sakit perut, mual, muntah,
bahkan dapat menyebabkan diare. Tanda gejala yang biasa terjadi pada
sistem saraf adalah adanya rasa lemah, kesemutan (parastesi), dan
kelumpuhan (paralisis) otot pernafasan (Arisman, 2009).

3.2 Saran

1. Kepada orang tua yang mempunyai anak yang belum dewasa harus
memperhatikan penyimpanan bahan-bahan kimia jauh dari jangkauan
anak dan diberi label sehingga anak dapat membaca dan dapat berhati-
hati.
2. Bagi petugas kesehatan hendaknya mengetahui jenis-jenis anti dotum
dan penanganan racun berdasarkan jenis racunnya sehingga dapat
memberikan pertolongan yang cepat dan benar.

24
DAFTAR PUSTAKA

Arisman. (2009).  Buku Ajar Ilmu Gizi Keracunan Makanan . Jakarta: EGC.

Chandra, B. (2009). Ilmu Kedokteran Pencegahan & Komunitas, edisi 1. Jakarta:


EGC

Gaman, P. M. and K. B. S. (2011). THE SCIENCE OF FOOD. Routledge

Hardisman. (2014). Gawat Darurat Medis Preaktis. Yogyakarta: Gosyen


Publishing

Kidd, Pamela S, D. (2010). Pedoman Keperawatan Emergensi. Jakarta: EGC.

Krisanty, Paula, D. (2016). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat . Trans Info


Media.

Mustika, S. (2019). Keracunan Makanan: Cegah, Kenali, Atasi. UB

Press.Wijaya, A. S. (2019). Kegawatdaruratan Dasar. CV. Trans Info Media

Sutomo, B. (2010). Menu Sehat Alami untuk Batita & Balita, cetakan 1. Jakarta:
Demedia.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia. Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI

25

Anda mungkin juga menyukai