Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

’’ASKEP PADA PASIEN DEMAM TYPOID ”

D
I
S
U
S
U
N

OLEH:
KELOMPOK V
ELISABETH HUTAURUK 171101065
AMELIA CHRISTANTI SIPAYUNG 171101067
SITI KHAIRUNNISYAH NASUTION 171101068
MUTIARA BAITINA 171101069
MASRI SOFIA 171101070
EMMYLIA DWITA ANGGRAINI 171101071
PATRICIA GRISELDA TANJUNG 171101072
PRETTY ANGEL ARTIKA SIRAIT 171101073
MEYLYN ANASTASIA Br.H 171101075
LISMITA SARI PURBA 171101076
LINCE SINAMBELA 171101077
JULIA CHRISTY SIDABUTAR 171101078
REZEKI ALIAS PUTRA ZEBUA 171101079
SELLY KARTIKA DEWI 161101059

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur dan Terima kasih kami ucapkan atas bantuan Tuhan yang Maha Esa telah
mempermudah dalam pembuatan makalah ini, hingga akhirnya terselesaikan tepat waktu.
Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah bekerja sama
atas pembuatan laporan ini.

Makalah yang kami buat ini berjudul ”Typoid Fever” pembuatan makalah ini dengan
tujuan untuk mata kuliah Keperawatan Anak 1.

Seperti pepatah tak ada gading yang tak retak, kami menyadari jika mungkin ada
sesuatu yang salah dalam penulisan, seperti menyampaikan informasi berbeda sehingga tidak
sama dengan pengetahuan pembaca lain. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada
kalimat atau kata-kata yang salah.

Demikian Saya ucapkan terima kasih.

Penulis

Kelompok 5

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...............................................................................................................i

Daftar Isi .........................................................................................................................ii

BAB I

I.I Latar Belakang .........................................................................................................1

I.II Rumusan Masalah ...................................................................................................1

I.III Tujuan .....................................................................................................................1

BAB II

Tinjauan Pustaka .............................................................................................................

2.1 1.Definisi typoid fever .............................................................................................2

2.1.2.Etiologi ..................................................................................................................2

2.1.3Manifestasi typhoid fever .......................................................................................3

2.1.4.Patofisiologi typhoid fever .....................................................................................5

2.1.5.Asuhan keperawatan typhoid fever ........................................................................6

BAB III

Penutup ...........................................................................................................................

3.1.Kesimpulan ...............................................................................................................18

3.2.Saran .........................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. ..19

3
4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam tifoid adalah penyakit infeksi bakteri yang menyerang sistem


pencernaan manusia yang disebabkan oleh Salmonella typhi dengan gejala demam
satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau
tanpa gangguan kesadaran (Rampengan, 2007).
Demam tifoid menjadi penyebab utama terjadinya mortalitas dan morbiditas di
negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2016 dalam Batubuaya,
2017). Penelitian Sur (2007) yang dilakukan di Kolkata, India menyatakan bahwa
daerah dengan risiko tinggi terkena demam tifoid adalah daerah dengan status
ekonomi rendah.
Prevalensi demam tifoid di Indonesia sebesar 1,60%, tertinggi terjadi pada
kelompok usia 5–14 tahun, karena pada usia tersebut anak kurang memperhatikan
kebersihan diri serta kebiasaan jajan sembarangan yang dapat menyebabkan
penularan penyakit demam tifoid. Prevalensi menurut tempat tinggal paling banyak di
pedesaan dibandingkan perkotaaan, dengan pendidikan rendah dan dengan jumlah
pengeluaran rumah tangga rendah (Depkes RI, 2008).

1.2 Rumusan Masalah


1. Defenisi Typhoid Fever
2. Apa etiologi typhoid fever
3. Apa manifestasi typhoid fever
4. Bagaimana patofisiologi typhoid fever, dan
5. Bagaimana asuhan keperawatan typhoid fever

1.3 Tujuan
Mahasiswa mampu memahami kasus Typhoid fever dan mampu untuk
memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan typhoid fever, serta mampu
untuk mencegah dan menangani typhoid fever.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Defenisi Typoid Fever

Typhoid fever adalah suatu penyakit infeksi oleh bakteri Salmonella typhii
dan bersifat endemik yang termasuk dalam penyakit menular (Cahyono, 2010). Demam
typhoid adalah infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella typhii (Elsevier,
2013).Typhoid fever ( typhus abdominalis ,enteric fever ) adalah infeksi sistemik yang
disebabkan kuman salmonella enterica, khususnya varian varian turunanya, yaitu salmonella
typhi, Paratyphi A, Paratyphi B, Paratyphi C. Kuman kuman tersebut menyerang saluran
pencernaan, terutama di perut dan usus halus. Typhoid fever sendiri merupakan penyakit
infeksi akut yang selalu ditemukan di masyarakat (endemik) Indonesia. Penderitanya juga
beragam, mulai dari usia balita, anak- anak, dan dewasa (Suratun dan Lusianah, 2010).

Berdasarkan pengertian tentang typhoid fever di atas maka penulis dapat menarik kesimpulan
bahwa typhoid fever adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang bernama salmonella
typhi yang menyerang system pencernaan yang masuk melalui makanan atau minuman yang
terkontaminasi (Cahyono, 2010; Elsiver, 2013; Suratun dan Lusianah, 2010).

2. Etiologi

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Salmonella
Typhi.Bakteri Salmonella Typhi berbentuk batang, Gram negatif, tidak berspora, motil,
berflagel, berkapsul, tumbuh dengan baik pada suhu optimal 37°C, bersifat fakultatif anaerob
dan hidup subur pada media yang mengandung empedu.Isolat kuman Salmonella Typhi
memiliki sifat-sifat gerak positif, reaksi fermentasi terhadap manitol dan sorbitol positif,
sedangkan hasil negatif pada reaksi indol, fenilalanin deaminase, urease dan DNase. Bakteri
Salmonella Typhi memiliki beberapa komponen antigen antara lain antigen dinding sel (O)
yang merupakan lipopolisakarida dan bersifat spesifik grup.Antigen flagella (H) yang

6
merupakan komponen protein berada dalam flagella dan bersifat spesifik spesies.Antigen
virulen (Vi) merupakan polisakarida dan berada di kapsul yang melindungi seluruh
permukaan sel.Antigen ini menghambat proses aglutinasi antigen O oleh anti O serum dan
melindungi antigen O dari proses fagositosis.Antigen Vi berhubungan dengan daya invasif
bakteri dan efektivitas vaksin.Salmonella Typhi menghasilkan endotoksin yang merupakan
bagaian terluar dari dinding sel, terdiri dari antigen O yang sudah dilepaskan, lipopolisakarida
dan lipid A.Antibodi O, H dan Vi akan membentuk antibodi agglutinin di dalam
tubuh.Sedangkan, Outer Membran Protein (OMP) pada Salmonella Typhi merupakan bagian
terluar yang terletak di luar membran sitoplasma dan lapisan peptidoglikan yang membatasi
sel dengan lingkungan sekitarnya.OMP sebagain besar terdiri dari protein purin, berperan
pada patogenesis demam tifoid dan antigen yang penting dalam mekanisme respon imun
host.OMP berfungsi sebagai barier mengendalikan masuknya zat dan cairan ke membran
sitoplasma selain itu berfungsi sebagai reseptor untuk bakteriofag dan bakteriosin.

3. Manifestasi typhoid fever

Gambaran klinis tifoid sangat bervariasi dari gejala yang ringan sekali (sehingga tidak
terdiagnosis), dan dengan gejala yang khas (sindrom demam tifoid) sampai dengan gejala
klinis berat yang disertai komplikasi. Gambaran klinis juga bervariasi berdasarkan daerah
atau Negara, serta menurut waktu. Gambaran klinis pada anak cenderung tak khas. Makin
kecil anak, gambaran klinis makin tak khas. Kebanyakan perjalanan penyakit berlangsung
dalam waktu pendek dan jarang menetap lebih dari 2 minggu.

Kumpulan gejala-gejala klinis tifoid disebut dengan sindrom demam tifoid.


Beberapagejala klinis yang sering pada tifoid diantarana adalah :

1. Demam

Demam atau panas adalah gejala utama tifoid. Pada awal sakit, demamnya
kebanyakan samar-samar saja, selanjutnya suhu tubuh sering turun naik. Demam naik secara
bertangga pada minggu pertama lalu demam menetap (kontinyu) atau remiten pada minggu
kedua. Pagi lebih rendah atau normal, sore dan malam lebih tinggi (demam intermitten. Dari
hari kehari intensitas demam makin tinggi yang disertai banyak gejala lain seperti sakit
kepala (pusing-pusing) yangsering dirasakan diarea frontal, nyeri otot, anoreksia, mual,

7
muntah, obstipasi atau diare. Demam dapat muncul secara tiba-tiba dalam 1-2 hari menjadi
parah dengan gejala yang menyerupai septisemia oleh karena Streptococcus atau
pneumococcus daripada S.typhi. Menggigil tidak biasa didapatkan pada demam tifoid tetapi
pada penderita yang hidup didaerah endemis malaria, menggigil lebih mungkin disebabkan
oleh malaria. Namun demikian demam tifoid dan malaria dapat timbul bersamaan pada satu
penderita. Pada anak, khususnya balita, demam tinggi dapat menimbulkan alergi.

2. Gangguan Saluran Pencernaan

Sering ditemukan bau mulut yang tidak sedap karena demam yang lama. Bibir kering dan
kadang pecah-pecah. Lidah kelihatan kotor dan ditutupi selaput putih. Ujung dan tepi lidah
kemerahan dan tremor (coated tongue atau selaput putih), dan pada penderita anak jarang
ditemukan. Pada umunya penderita sering mengeluh nyeri perut terutama region epigastrik
(nyeriulu hati), disertai mual dan muntah. Pada awal sakit sering meteorismus dan kontipasi.
Pada minggu selanjutnya kadang-kadang timbul diare.

3. Gangguan Kesadaran

Umumnya terdapat gangguan kesadaran yang kebanyakan berupa penurunan kesadaran


ringan. Sering didapatkan kesadaran apatis dengan kesadaran seperti berkabut (tifoid). Bila
klinis berat, tak jarang penderita sampai somnolen dan koma atau dengan gejala-gejala
psychosis (Organic brain Syndrome). Pada penderita dengan toksik gejala deliriu lebih
menonjol.

4. Hepatosplenomegali

Hati dan limpa, ditemukan sering membesar. Hati terasa kenyal dan nyeri tekan.

5. Bradikardia relative dan gejala lain

Bradikardi relative tidak sering ditemukan, mungkin karena teknis pemeriksaan yang sulit
dilakukan. Bradikardi relative adalah peningkataan suhu tubuh yang tidak diikuti
olehpeningkatan frekuensi nadi. Patokan yang sering dipakai adalah bahwa setiap
peningkatan suhu 10C tidak diikuti eningkatan frekuensi nadi 8 denyut dalam 1 menit.
Gejala-gejala lain yang dapat ditemukan pada demam tifoid adalah rose spot yang biasanya
ditemukan diregio abdomen atas, serta sudamina, serta gejala-gejala klinis yang berhubungan
dengan komplikasi yang terjadi. Rose spot pada anak sangat jarang ditemukan malahan lebih
sering epitaksis.

8
4.Patofisiologi typhoid fever

Demam typoid adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh bakteri S. typhi.
Penyakit ini khusus menyerang manusia, bakteri ini ditularkan melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi oleh kotoran atau tinja dari seseorang pengidap atau penderita
demam typoid. Bakteri S.typhi masuk melalui mulut dan hanyut ke saluran pencernaan.
Apabila bakteri masuk ke dalam tubuh manusia, tubuh akan berusaha untuk
mengeliminasinya. Tetapi bila bakteri dapat bertahan dan jumlah yang masuk cukup banyak,
maka bakteri akan berhasil mencapai usus halus dan berusaha masuk ke dalam tubuh yang
akhirnya dapat merangsang sel darah putih untuk menghasilkan interleukin dan merangsang
terjadinya gejala demam, perasaan lemah, sakit kepala, nafsu makan berkurang, sakit perut,
gangguan buang air besar serta gejala lainnya. Gejala klinik penyakit ini adalah demam tinggi
pada minggu ke 2 dan ke 3, biasanya dalam 4 minggu gejala tersebut telah hilang, meskipun
kadang-kadang bertambah lebih lama. Gejala yang lain yang sering ditemukan adalah
anoreksia, malaise, nyeri otot, sakit kepala, batuk, bradikardia (slow heart rate) dan
konstipasi. Selain itu dapat dijumpai adanya pembesaran hati dan limpa, bintik rose sekitar
umbilicus yang kemudian diikuti terjadinya ulserasi pada Peyer patches pada daerah ilium,
yang kemudian diikuti terjadinya perdarahan kerena terjadi perforasi. Masa inkubasi demam
tipoid umumnya l-3 minggu, tetapi bisa lebih singkat yaitu 3 hari atau lebih lama sampai
dengan 3 bulan, waktu inkubasi sangat tergantung pada kuantitas bakteri dan host factor serta
karakteristik strain bakteri yang menginfeksi. (Maier, et al., 2000; Anonimous, 2001). Dosis
infektif rata-rata bagi manusia cukup 106 organisme untuk menimbulkan infeksi klinik atau
sub klinik. Pada manusia S. typhi dapat menimbulkan demam enterik, bakterimia dengan lesi
lokal dan enterokolitis. Untuk diagnosis laboratorium antua lain dengan cara bakteriologik,
serologi dan molekuler. Menurut Hatta et al.(2007) polymerase chain reaction (PCR)
menggunakan satu pasang primer gen flagelin dapat digunakan untuk identifikasi keberadaan
S.typhi di dalam darah, urin dan feses, adapun sampel untuk identifikasi bakteri dapat berupa
darah, urin, feses, sumsum tulang belakang. Menurut Talaro et al.(2002\ bahwa untuk
identifikasi strain bakteri anggota familia Enterobacteriaceae dapat dilakukan serangkaian uji
biokimia IMViC (indol, metyl red, Voges Proskauer, citrat).

5.Asuhan Keperawatan Typoid Fever

PENGKAJIAN PASIEN

9
a. Data biografi : nama, alamat, umur, status perkawinan, tanggal masuk Rumah

Sakit, diagnosa medis, catatan kedatangan, keluarga yang dapat dihubungi.

b. Riwayat kesehatan sekarang

Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluhan utama pasien, sehingga

dapat ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang dapat muncul.

Dalam hal ini pasien akan mengeluhkan demam yang tidak turun walapun tlah

diberikan obat seperti paracetamol menjadi keluhan utama

c. Riwayat kesehatan dahulu

Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada dalam keluarga pasien yang sakit seperti pasien atau dapat ditanya

rieayat ibu ketika hamil,setelah hamil maupunpasaca melahirkan(menyusui)

e. Riwayat psikososial

Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas / sedih)

Interpersonal : hubungan dengan orang lain.

Bahkan dari aspek lingkungan tempat tinggalpasien.

f. Pola Fungsi kesehatan

1) Pola nutrisi dan metabolisme:

Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada

usus halus.

2) Pola istirahat dan tidur

Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena pasien

merasakan sakit pada perutnya, mual, muntah, kadang diare.

g. Riwayat tumbuh kembang

10
Dapat dikaji mengenai riwayat pertumbuhan yaitu berat badan sekarang, tinggi

badan, lingkar lengan dan pertumbuhan gigi. Sedangkan riwayat

perkembangan meliputi perkembangan anak saat tengkurap, membalikan

badan, duduk tanpa bantuan, belajar berdiri dengan pegangan, bangun sendiri

untuk berdiri, motoric halus, motorik kasar, bahasa dan kognitif.

Pengkajian tumbuh kembang anak dapat menggunakan DDST (Denver

Develoment Screaning Test) dimana dapat ditemukan bila terjadi

penyimpangan pada usia tertentu / keterlambatan dalam pertumbuhan dan

perkembangan. DDST dapat digunakan bagi anak usia 0-6 tahun.

Pertumbuhan dan perkembangan normal anak usia 3-4 tahun:

1) Personal Sosial

 Memakai T-Shirt

 Menyebut nama teman

 Cuci tangan mengeringkan tangan

2) Bahasa

 Mengerti 2 kata

 Mengetahui 2 kegiatan

 Menyebut 4 gambar

3) Motorik Halus

 Menggoyangkan ibu jari

 Menara dari kubus

 Meniru garis vertical

4) Motorik Kasar

 Berdiri 1 kaki 1 detik

 Loncat jauh

11
 Melempar bola keatas

h. Riwayat Nutrisi
Pemberian ASI
 Pertama kali disusui
 Waktu dan cara pemberian
 Jumlah pemberian
 ASI diberikan sampai usia
Pemberian susu formula
 Alasan pemberian
 Jumlah pemberian
 Cara memberikan
Pemberian makanan tambahan
 Pertama kali diberikan usia : 5 bulan
 Jenis Bubur yang diberikan
Pola perubahan nutrisi tahapan usia sampai nutris saat ini
Usia Jenis Nutrisi

0 – 5 Bulan ASI

5 – 12 Bulan ASI + Bubur TIM

> 1 Tahun Nasi

i. Reaksi Hospitalisasi
Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
Orang tua membawa anaknya ke RS karena anaknya butuh pertolongan segera, damn dokter
menceritakan keadaan klien saat ini sehingga membuat orang tua khawatir dengan kondisi
anak saat ini.

Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap saat pengkajian klien diam. Kooperatif
atau acuh tak acuh

Aktivitas Sehari-hari
a. Nutrisi
Dirumah : Frekwensi makan ?

Jenis makanan serta porsi yang dihabiskan

12
Di RS : Frekwensi makan

Jenis Jenis makanan serta porsi yang dihabiskan

b. Cairan
Dirumah : Frekwensi /hari

Jenis minuman

Di RS : Frekwensi / hari

Jenis minuman

c. Eliminasi
Dirumah : BAB x/hari, konsistensi, warna

Di RS : BAB x/hari, konsistensi, warna

Dirumah : BAK /hari, warna

Di RS : BAB x/hari, warna

d. Istirahat dan Tidur


e. Aktivitas
Dirumah : Klien aktif bermain atau tidak

Di RS :

- Klien akan dianjurkan oleh dokter untuk bedrest total

f. Personal hygiene
Dirumah : Mandi /hari, gosok gigi /hari.

Di RS : Klien hanya dibersihkan dengan lap sejak masuk RS sampai saat pengkajian

PEMERIKSAAN FISIK ANAK

1) Kesadaran dan keadaan umum pasien


Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar-tidak sadar (composmentis-
coma) untuk mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien.

13
Keadaan umum : Tampak sakit sedang BB saat dikaji 14kg
Kesadaran : Compos mentis TB saat dikaji 100cm
2) Tanda-tanda vital

Nadi : 128 x/i BB sebelum dikaji 16kg

R : 28 x/i BB menurut umur

Suhu Badan : 390C

3) Pemeriksaan head to toe


Kepala

Inspeksi : Kebersihan kurang, distribusi rambut merata, warna hitam,


tidak ada ketombe

Palpasi : Tidak ada benjolan

Wajah

Inspeksi : Simetris kiri dan kanan

Mata

Inspeksi : Sklera putih, konjungtifa merah muda, reflex pupil mengecil


saat terkenal sinar.

Telinga

Inspeksi : Tidak ada serumen, simetris kiri dan kanan

Palpasi : Tidak ada benjolan

Hidung

Inspeksi : Terdapat sekret

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, benjolan

Mulut

Inspeksi : Bibir kering, lidah kotor, mukosa kering, gigi lengkap, tidak ada pembesaran tonsil

Leher
14
Inspeksi : Tidak ada distensi vena jugularis

Palpasi : Tidak ada pembesaran firgio, kelenjar limfe

Dada

Inspeksi : Expansi paru simetris kiri dan kanan

Palpasi : Taktil fremitus teraba

Perkusi : Redup pada daera jantung

Auskultasi : Tidak ada bunyi tumbukan, dll.

Perut

Auskultasi : Terdengar bising usus

Inspeksi : Tidak ada asites

Palpasi : Lemas

Perkusi : Splenomegali (pembesaran limfe)

Eksremitas Atas : Pergerakan baik kiri dan kanan

Bawah : Pergerakan baik kiri dan kanan

Kulit : Sawo matang, akral teraba pedas

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap

Pada pemeriksaan darah perifer lengkap dapat ditemukan leukopenia, dapat


pula terjadi kadar leukosit normal. Laju endapan pada demam tipoid dapat
meningkat.Pada pemeriksaan darah pada demam typoidHb menurun. Ada
beberapa penelitian mengatakan Leukosit dan trombosit dalambatas normal.

2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT

SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

4. Uji Widal

15
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum
klien yang diduga menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien
membuat antibodi atau aglutinin yaitu :

a. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh


kuman).

b. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel


kuman).

c. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai
kuman)

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya
untukdiagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.Uji
widal dikatakan bernilai bila terdapat kenaikan titer widal 4 kali lipat (pada
pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau titer widal O > 1/320, titer H > 1/60 (dalam
sekali pemeriksaan)

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hypertermi berhubungan dengan efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada


hipotalamus, proses infeksi
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi yang tidak adekuat.
3. Gangguan eliminasi BAB berhubungan dengan intake dan output yang tidak
seimbang, kurangnya makan makanan yang berserat
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan inflamasi jaringan
5. Cemas pada anak dan orang tua berhubungan dengan efek hospitalisasi
6. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
suhu tubuh

16
3. PERENCANAAN KEPERAWATAN

Perencanaan
No. Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
1. Hypertermi Tupan: 1.Pantau tanda Suhu pada malam hari
berhubungan Setelah tanda vital memuncakdan pagi hari kembali
dengan efek dilakukan perhatikan normal merupakan karakteristik
langsung dari tindakan peningkatan infeksi salmonella typhosa
sirkulasi keperawatan suhu
endotoksin selama 3 x 24
pada jam infeksi Bedrest untuk mengurangi
hipotalamus, dapat sembuh. penggunaan kalori dan mengontrol
proses infeksi. Tupen: 2.Anjurkan keefektifan terapi
Setelah untuk bedrest
dilakukan total
tindakan Untuk mencegah terjadinya
kehilangan cairan akibat penguapan
keperawatan
dan memenuhi cairan tubuh.
selama 2 x 24 3.Anjurkan
jam infeksi klien untuk Peningkatan atau penurunan kadar
teratasi. banyak minum leukosit dapat mengidenfikasi
sehari 2-3 liter infeksi pemeriksaan widal setelah
pengobatan untuk mengidentifikasi
keefektifan program terapi.
4.Kolaborasi
dengan tenaga Terapi antibiotik yang tuntas
kesehatan memngkinkan organisme patogen
labotarium dapat mati sehingga infeksi dapat
untuk
dihindarkan.
pemeriksaan
leukosit dan
widal

5.Lanjutan
pemberian
terapi anti
biotic

17
2. Perubahan Tupan: 1. Kaji status Mengobservasimengetahuikebutuhan
nutrisi kurang Setelah nutrisi nutrisi klien
dari kebutuhan dilakukan (masukan) Membuat data dasar tentang status
tubuh tindakan 2. Timbang BB nutrisi
berhubungan perawatan setiap hari Minimalkan anoreksia dan
dengan intake selama 3 hari 3. Anjurkan meningkatan pemasukan
nutrisi yang perubahan dan libatkan
tidak adekuat nutrisi kurang keluarga
dari kebutuhan untuk
tubuh dapat pemberian Mengurangi rasa tidak enak pada
teratasi. makan porsi mulut dan menghilangkan sisa-sisa
Tujuan: sedikit tapi makanan
Setelah sering
dilakukan 4. Berikan Merangsang nafsu makan klien
tindakan perawatan
keperawatan mulut (oral
selama 3x24 hygene)
jam nafsu sebelum dan
makan sesudah Mengurangi rasa penuh pada
meningkat- makan abdomen
Tidak ada 5. Anjurkan
anoreksia keluarga
- Porsi makan memberikan
dihabiskan makanan Memberikan energy yang cukup bagi
dalam anak
keadaan
hangat dan
menarik
6. Anjurkan
keluarga
untuk
memberimak
an klien
dalam posisi
duduk tegak
7. Berikan
makanan
yang disertai
dengan
suplemen
nutrisi untuk
meningkatka
n kualitas
intake nutrisi

18
3. Gangguan Tupan : 1. Anjurkan Agar tidak terjadi kesulitan dalam
eliminasi Setelah pasien untuk BAB
BAB dilakukan makan
berhubungan tindakan makanan yang
dengan keperawatan banyak
intake dan dalam 1 x 24 mengandung
output yang jam masalah serat yang
tidak eliminasi dapat
seimbang, pasien dapat mempermudah
kurangnya teratasi dan feases untuk Dengan memonitor perubahan status
makan BAB lancar dikeluarkan nutrisi, kebutuhan nutrisi pasien
makanan terpenuhi
yang 2. Monitor
berserat adanya Agar keluarga dapat memantau apa
perubahan yang menyebabkan kesulitan BAB
status nutrisi

Agar kesehatan pasien tetap terjaga


3.Kolaborasi
dengan
keluarga dalam
monitor
aktivitas pasien

4. Jelaskan
kepada pasien
dan keluarga
tentang
pentingnya
menjaga
kesehatan fekal
4. Gangguan rasa Tupan: 1. Ciptakan Agar nyeri yang dialami dapat
nyaman Setelah posisi yang diatasi
berhubungan dilakukan nyaman bagi
tindakan pasien
dengan
keperawatan Gangguan rasa nyaman yang dialami
inflamasi selama 3 x 24 2.Identifikasi dapat ditanggulangi
jaringan, jam nyeri penyebab
infeksi virus dapat sembuh. terjadinya
salmonella Tupen: gangguan rasa Memonitor dan membatasi kegiatan
thyposa yang Setelah nyaman pasien
mengakibatkan dilakukan
tindakan 3. Kolaborasi
nyeri pada
dengan
abdomen keperawatan
keluarga dalam Agar pasien dapat mengontrol emosi
pasien. selama 2 x 24 aktivitas pasien
dalam suasana yang sepi
jam nyeri
teratasi. 4. Membatasi
pengunjung
5. Cemas pada Setelah 1. Beri Mengalihkan rasa cemas anak pada

19
anak dan orang dilakukan ransangan suatu objek mainan dan
tua tindakan dan sensorik meningkatkan pertumbuhan dan
berhubungan keperawatan dan hiburan perkembangan yang optimal
dengan efek selama 1x 24 yang tepat
hospitalisasi jam cemas untuk anak
pada anak dan sesuai
orang tua dengan tahap Mengurangi kecemasan pada anak
berkurang atau pertumbuhan
hilang dan
perkembanga
n
2. Gunakan Memberikan pengetahuan keluarga
komunikasi tentang demam typoid
terapeutik
kontak mata, Adanya orang tua di samping anak
sikap tumbuh akan memberi rasa aman
dan sentuhan Mengalihkan perhatian anak dan
3. Berikan mengurangi kecemasan
pendidikan
kesehatan
tentang
(Demam
typhoid)
4. Libatkan
orang tua
dalam
perawatan
anak
5. Anjurkan
kepada orang
tua untuk
membawa
mainan atau
barang-
barang
kesukaan
klien

6. Resiko tinggi Tupan: setelah 1. Ukur/catat Penurunan haluaran urin dan berat
kekurangan dilakukan haluaran jenis akan menyebabkan
volume cairan tindakan urin hipovolemia.
berhubungan perawatan
dengan selama 3 x 24 Pengurangan dalam sirkulasi volume
peningkatan jam 2. Pantau cairan dapat mengurangi tekanan
suhu tubuh kekurangan tekanan darah/CVP, mekanisme kompensasi
volume cairan darah dan awal dari takikardia untuk
tidak terjadi denyut meningkatkan curah jantung dan
jantung meningkatkan tekanan darah
Tupen: setelah sistemik.
dilakukan

20
tindakan Denyut yang lemah, mudah hilang
perawatan dapat menyebabkan hipovolemia.
selama 2 x 24
jam Hipovolemia/cairan ruang ketiga
peningkatan akan memperkuat tanda-tanda
suhu tubuh 3. Palpasi dehidrasi.
teratasi, denyut
dengan perifer
kriteria:
 Tidak ada
tanda-tanda 4. Kaji Sejumlah besar cairan mungkin
dehidrasi membran dibutuhkan untuk mengatasi
 Menunjukan mukosa hipovolemia relatif (vasodilasi
adanya kering, perifer), menggantikan kehilangan
keseimbang turgor kulit dengan meningkatkan permeabilitas
an cairan yang tidak kapiler.
seperti elastis
output urin
adekuat Kolaborasi:
 Turgor kulit
baik 5. Berikan Mengevaluasi perubahan didalam
 Membran cairan hidrasi/viskositas darah.
mukosa intravena,
mulut misalnya
lembab kristaloid
dan koloid

6. Pantau nilai
laboratoriu
m

4. PELAKSANAAN

Menurut Iyer et al (1996) yang dikutip oleh Nursalam (2008). Implementasi adalah

pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan spesifik. Tahap implementasi

dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditujukkan pada nursing orders untuk

membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.

21
5. EVALUASI

Fase terakhir dari proses keparawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang

diberikan dengan melihat perkembangan masalah klien sehingga dapat diketahui

tingkatan-tingkatan keberhasilan intervensi. Evaluasi hasil perencanaan keperawatan dari

masing-masing diagnosa keperawatan dapat dilihat pada kriteria hasil intervensi

keperawatan.

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Typhoid fever ( typhus abdominalis ,enteric fever ) adalah infeksi sistemik yang
disebabkan kuman salmonella enterica, khususnya varian varian turunanya, yaitu salmonella
typhi, Paratyphi A, Paratyphi B, Paratyphi C. Kuman kuman tersebut menyerang saluran
pencernaan, terutama di perut dan usus halus. Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut
yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi. Bakteri Salmonella Typhi berbentuk batang,
Gram negatif, tidak berspora, motil, berflagel, berkapsul, tumbuh dengan baik pada suhu
optimal 37°C, bersifat fakultatif anaerob dan hidup subur pada media yang mengandung
empedu. Beberapa gejala klinis yang sering pada tifoid diantaranya seperti demam, gangguan
saluran pencernaan, gangguan kesadaran, hepatosplenomegali, bradikardia relative dan gejala
lainnya.

Pada awalnya kuman masuk dan berkembang biak di dalam bagian mukosa epitel
usus, dan masuk ke dalam kelenjar getah bening mesentrium. Setelah itu, kuman masuk ke
dalam peredaran darah dan terjadilah bakterimia pertama. Kemudian kuman masuk ke dalam
organ organ khususnya hepar dan sumsum tulang, lalu kembali lagi ke peredaran darah dan
mengalami proses bakterimia kedua. Dan tahap akhir kuman atau bakteri masuk dan
menginfeksi usus halus.

Dari kasus typhoid fever sebagai perawat harus melakukan asuhan keperawatan yang
baik, adapun diagnosa keperawatan terkait typphoid fever yaitu :

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi
yang tidak adekuat.

2. Cemas pada anak dan orang tua berhubungan dengan efek hospitalisasi.

3.2 Saran

Sebagai mahasiswa keperawatan disarankan agar mampu mengenal dan mengetahui


defenisi, etiologi, manifestasi dan patofisiologi dari kasus typhoid fever. Setelah itu dapat
mengetahui dan menerapkan asuhan keperawatan yang baik dan profesional, baik secara
mandiri maupun kolaboratif.

23
DAFTAR PUSTAKA

Suriadi,Yuliani,dkk.Asuhan Keperawatan pada anak.Cv Sagung Seto.Jakarta : 2001

Tarwono ,Wartonah,(2004).Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan,Salemba


Medika,Jakarta

Ulfa,Farissa,dkk.2018.Kejadian Demam Tifoid Di wilayah Kerja Puskesmas


Pagiyanten.Higeia journal.vol.2(2),227-228.

24

Anda mungkin juga menyukai