Anda di halaman 1dari 19

iBAB 3.

TINJAUAN UMUM RSUD BANGIL

3.1. Sejarah RSUD Bangil


Awal mula berdirinya RSUD Bangil yaitu sebagai puskesmas yang kemudian
seiring berjalannya waktu mengalami kesulitan dikarenakan pertumbuhan pasien yang
semakin banyak. Kondisi ini membuat Pemerintah Kabupaten Pasuruan mengambil
kebijakan untuk menaikkan puskesmas perawatan Bangil yang memiliki 77 tempat
tidur menjadi RSUD Bangil. Pada tahun 1981 RSUD Bangil diresmikan, kemudian
pada tahun 1985 RSUD Bangil naik menjadi rumah sakit tipe D, selanjutnya pada tahun
1993 berubah menjadi tipe C dengan dasar SK Menkes No.22/Menkes/SK/II/1993.
Tahun 2019 RSUD Bangil telah terakreditasi menjadi tipe B. Berdasarkan Peaturan
Daerah Nomor 36 tahun 2002, RSUD Bangil ditetapkan sebagai lembaga tersendiri dan
bukan lagi sebagai UPT Dinas Kesehatan Kabupaten Pasuruan. Bangunan lama RSUD
Bangil terdiri dari satu lantai yang merupakan ampuran antarabangunan kuno sejak
1913 hingga bangunan baru yang dibangun pada tahun 2002, bangunan ini berada di
Jalan dr.Soetomo 101 Bangil dengan luas lahan 1,7 ha. Keberadaan RSUD Bangil
bersifat sosio ekonomi atau non profit untuk masyarakat menengah kebawah sekaligus
sebagai pusat rujukan puskesmas dan unit-unit kesehatan lainnya di wilayah kabupaten
pasuruan. Semakin hari jumlah pasien semakin tinggi, sehingga menyebabkan tuntutan
lahirnya pelayanan yang berkualitas, nyaman dan cepat. Dengan adanya bangunan
lama RSUD Bangil yang tidak kondusif lagi sehingga menyebabkan pemerintah
Kabupaten Pasuruan mengambil langkah mendirikan bangunan rumah sakit baru. Pada
tahun 2008 langkah ini membuahkan hasil dengan proses pindahnya pelayanan ke
gedung baru yang dibangun di jalan Raya Raci Bangil dengan luas tanah 7,6 ha. RSUD
Bangil berada pada posisi strategis yakni berada pada poros jalan raya utama Surabaya-
Bali, Bersebelahan dengan gedung DPRD Kabupaten Pasuruan dan dekat dengan
kawasan Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER) serta komples perkantoran
pemerintah Daerah Pasuruan yang sedang dikembangkan Posisi ini tentu sangat
menguntungkan bagi RSUD Bangil menjadi pusat layanan rujukan bagi institusi
kesehatan yang berda di sekitar Kabupaten Pasuruan.

3.2. Visi dan Misi RSUD Bangil


3.2.1 Visi RSUD Bangil
Rumah Sakit yang Profesional dan Berorientasi kepada Pelanggan dengan
Mengutamakan Mutu dan Keselamatan Pasien.
3.2.2 Misi rumah sakit RSUD Bangil
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara paripurna dengan mengutamakan
mutu dan keselamatan pasien.
b. Mengembangkan pelayanan kesehatan, sarana prasarana serta tenaga yang
terintegrasi dengan pendididkan dan penelitian.
c. Mengelola sumber daya dan keuangan secara efektif, efisien dan akuntabel.

3.3. Klasifikasi RSUD Bangil


Rumah Sakit Umum Daerah Bangil (RSUD Bangil) merupakan rumah sakit
dengan klasifikasi B karena memiliki tenaga medis dengan total dokter umum, gigi,
spesialis dan spesialis gigi sebanyak 70 orang. Total tersebut sudah terdiri dari 16
fasilitas pelayanan spesialis yang tersedia, antara lain spesialis anestesi, spesialis
syaraf, spesialis bedah syaraf, gigi, spesialis konservasi gigi, spesialis paru, spesialis
patologi klinis, spesialis bedah, spesialis anak, spesialis obgyn, spesialis mata,
spesialis penyakit dalam, spesialis ortopedi, spesialis keterampilan fisik dan
rehabilitasi, spesialis kulit dan kelamin serta spesialis telinga, hidung, tenggorokan.
Memiliki 14 Apoteker yang terdiri dari 1 Apoteker kepala Instalasi Farmasi Rumah
Sakit (IFRS), 4 Apoteker rawat jalan, 7 Apoteker Rawat Inap, 2 Apoteker untuk
koordinator penerimaan, distribusi dan produksi. Memiliki jumlah perawat 312
dengan jumlah tempat tidur 366.
3.3 Struktur Organisasi RSUD Bangil

Dewan Pengawas DIREKTUR

Komite Tenaga
Kelompok Komite Komite Kesehatan Lain Satuan Pengawas Internal
Jabatan Medik Keperawatan
Fungsional

WADIR WADIR UMUM DAN KEUANGAN


PELAYAN

Bidang Bagian Umum Bagian Pengembangan Bagian Keuangan


Kabid Kabid Pelayanan
Pelayanan Penunjang Keperawatan
Medik

Subbag Ke Subbag Subbag Subbag


Seksi Seksi Seksi Asuhan Seksi Tenaga Pendapatan dan Verifikasi dan
Pegawaian Rumah
Pelayanan Pelayanan Mutu dan dan Sarana Perbendaharaan Akuntasi
dan Tata Tangga dan
Rawat Jalan Rawat Inap Keperawatan Keperawatan Usaha Perlengkapan
dan Darurat dan Khusus

Subbag Humas Subbag Penyusunan


Seksi Penunjang Seksi Penunjang Seksi Pendidikan
Instalasi Instalasi dan Pemasaran Program dan
Medik Non-Medik dan Pelatihan Evaluasi

Gambar 3.1 Struktur organisasi IFRS RSUD Bangil


3.4. Akreditasi RSUD Bangil
Saat ini RSUD Bangil telah meraih predikat lulus dengan tingkat paripurna
setelah dilakukan penilaian akreditas rumah sakit. Akreditas tingkat paripurna
merupakan tingkat kelulusan tertinggi yang dapat diraih oleh suatu rumah sakit, suatu
rumah sakit dapat dinyatakan mendapatkan tingkat tersebut apabila memiliki nilai
minimal 80% dari setiap bab dari standar akreditasi rumah sakit. Bab yang dilakukan
survey akreditasi adalah:
a. Sasaran Keselamatan Pasien Rumah Sakit
b. Hak Pasien Dan Keluarga (HPK)
c. Pendidikan Pasien Dan Keluarga (PPK)
d. Peningkatan Mutu Dan Keselamatan Pasien (PMPK)
e. Millenium Development Goals (MDGs)
f. Akses Rumah Sakit (ARK)
g. Asesmen Pasien (AP)
h. Pelayanan Asuhan Pasien (PAP)
i. Pelayanan Anestasi dan Bedah (PAB)
j. Pelayanan Kefarmasian Penggunaan Obat (PKPO) .
k. Management Komunikasi dan Informasi (MKI)
l. Kompetensi dan Kewenangan Staf (KKS)
m. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
n. Tata Kelola Rumah Sakit (TKRS)
o. Management Fasilitas dan Keselamatan (MFK)
Dari 15 bab tersebut 4 bab yang merupakan bab dasar adalah sasaran
keselamatan pasien rumah sakit, hak pasien dari keluarga, pendidikan pasien dan
keluarga, serta peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
3.6 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) RSUD Bangil
Instalasi farmasi merupakan pelaksana fungsional yang menyelenggarakan
kegiatan – kegiatan kefarmasian di rumah sakit, hal ini tertuang pada Permenkes tahun
2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit. Penanggung jawab serta
pimpinan instalasi farmasi rumah sakit adalah seorang apoteker, serta adanya tenaga
teknis kefarmasian dan petugas lainnya sebagai penunjangnya.
3.6.1 Struktur Organisasi RSUD Bangil
IFRS RSUD Bangil berada dibawah naungan wakil direktur pelayanan dan
apoteker sebagai pimpinannya. IFRS RSUD Bangil menaungi beberapa unit, yaitu unit
perbekalan farmasi, unit produksi, unit distribusi, unit farmasi klinik, unit evaluasi dan
penelitian. Struktur IFRS RSUD Bangil dapat dilihat pada Gambar 3.2.
3.6.2 Visi dan Misi IFRS RSUD Bangil
Mewujudkan pengelolaan farmasi yang professional dan berorientasi
merupakan visi dari IFRS RSUD Bangil. Berikut merupakan misi dari IFRS RSUD
Bangil:
a. Menyediakan dan menjaga ketersediaan obat yang bermutu dengan harga yang
terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
b. Melakukan kegiatan pelayanan berdasarkan prosedur kefarmasian dan kode etik.
3.6.3 IFRS RSUD Bangil
Berikut merupakan beberapa unit yang berada dibawah tanggung jawab IFRS
RSUD Bangil yaitu unit perbekalan farmasi, unit produksi, unit distribusi, unti farmasi
klinik, unit evaluasi dan pengendalian mutu, serta unit diklat dan penelitian.
a. Unit Perbekalan Farmasi
Pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh gudang farmasi adalah
pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai. Gudang
farmasi IFRS RSUD Bangil melakukan pengelolaan yang terdiri dari pemilihan,
perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan,
dan penarikan serta pengendalian.
b. Unit Produksi
Pelayanan yang dilakukan pada unit produksi di RSUD Bangil adalah preparasi
sediaan sitotastika dan pembuatan sediaan nutrisi parenteral (TPN).
c. Unit Distribusi
Pelayanan yang dilakukan pada unit ini adalah mendistribusikan kebutuhan
kefarmasian di rawat inap, rawat jalan, IGD, IGD OK, OK di RSUD Bangil.
d. Unit Farmasi Klinik
Pengkajian dan pelayanan resep, penelusuran riwayat penggunaan obat,
rekonsiliasi obat, melakukan PIO (Pelayanan Informasi Obat), konseling, visitae,
pemantauan terapi obat, melakukan MESO (monitoring efek samping obat), evaluasi
penggunaan obat (EPO).
e. Unit Evaluasi dan Pengendalian Mutu
Penjaminan mutu melewati beberapa proses yaitu merencanakan penjaminan
mutu, memantau mutu pelayanan, mengidentifikasi masalah, mengevaluasi serta
menentukan alternative pemecahan masalah.
f. Unit Diklat dan Penelitian
Penyelenggaraan kegiatan-kegiatan pendidikan dan pelatihan baik yang
sasarannya ke dalam maupun keluar rumah sakit berada dibawah naungan unit diklat
dan penelitian. Unit ini memfasilitasi pelatihan dan pendidikan bagi unit/bidang/bidang
instalasi yang membutuhkan.
Direktur

Wakil Direktur

Kepala Instalasi Farmasi


Sekretaris

Administrasi Farmasi Administrasi Keuangan

Kepala Unit Perbekalan


Farmasi Kepala Unit Farmasi Klinik

Ka. Sub Unit Klinis dan PIO Ka. Sub Unit Evaluasi
Pengendalian Mutu
Ka. Sub Unit Ka. Sub Unit Ka. Sub Unit APJ Ruang Melati
Distribusi Gudang Farmasi Produksi dan Hemodialisa
APJ Ruang Krisan

PJ Yanfar APJ Ruang Anggrek


Rawat Jalan
APJ Ruang Asoka

APJ Ruang Edelweis


PJ Yanfar
Rawat Inap APJ Ruang Dahlia

APJ Ruang Teratai


PJ Yanfar
Rawat OK APJ Ruang HCU Melati
dan IGD
Gambar 3.2 Struktur organisasi IFRS RSUD Bangil
3.7 Kegiatan Pengelolaan di RSUD Bangil
Permenkes Nomor 72 tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di
rumah sakit merupakan pedoman yang digunakan oleh RSUD Bangil untuk melakukan
kegiatan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
Kegiatan tersebut dilakukan untuk memastikan bahwa manajemen pengelolaan obat di
RSUD Bangil telah efektif.
a. Pemilihan
Suatu kegiatan yang dilakukan untuk menetapkan jenis sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan merupakan
pengertian dari pemilihan. RSUD Bangil melakukan pemilihan jenis sediaan farmasi,
alat kesehatan dan bahan meddis habis pakai berdasarkan formularium nasional, E-
catalogue, dan formularium rumah sakit. Penyusunan formularium rumah sakit RSUD
Bangil didasarkan kepada peta kuman dan clinical pathway. Metode konsumsi dan pola
epidemiologi adalah metode yang digunakan olehh RSUD Bangil dalam memilih jenis
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai. Adapun metode
konsumsu yang sering digunakan addalah analisa ABC, analisa VEN, dan analisa NIK.
b. Perencanaan
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menentukan jumlah dan periode pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai sesuai dengan hasil dari kegiatan pemilihan, hal ini dilakukan untuk
menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, jumlah, waktu dan efisiennya.
Berdasarkan kepada formularium nasional, E-catalog, formularium rumah
sakit, perencanaan sebelumnya, lead time, pola penyakit, standar terapi, anggaran dan
memprioritaskan metode VEN merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan saat
perencanaan sedian farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai. Berikut
merupakan metode perencanaan yang dilakukan oleh RSUD Bangil yaitu metode
konsumsi, dimana metode konsumsi ini didasarkan kepada analisa data konsumsi
sediaan farmassi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai tahun sebelumnya.
Selanjutnya adalah metode epidemiologi, yang didasarkan pada pola penyakit dari
pasien. Kemudian metode kombinasi, dimana metode ini digunakan untuk
memprioritaskan pada pemgadaan obat pada saat anggaran yang tidak sesuai dengan
kebutuhan obat. Terakhir adalah metode just in time. Just in time sendiri merupakan
metode yang digunakan untuk jenis sediaan farmasi yng harganya mahal dan langka.
Ada dua sumber dana di RSUD Bangil yaitu BLUD dan APBD. APBD didapatkan dari
dana daerah, sedangkan BLUD merupakan dana yang didapatkan dari dana rumah
sakit.
Perencanaan yang dilakukan oleh unit di IFRS RSUD Bangil didasarkan
kebutuhan dari masing-masing unit tersebut. Perencanaan di pelayanan farmasi rawat
jalan dilakukan setiap 2 hari sekali dengan metode konsumsi, sedangkan perencanaan
di IGD dan OK dilakukan setiap 2 kali sehari dengan didasarkan pada jenis sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang hamper habis. Pada
pelayanan farmasi rawat inap sentral melakukan perencanaan sebanyak 3 kali dalam
seminggu.
c. Pengadaan
Pengadaan dilakukan untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan. RSUD
Bangil melakukan pengadaan melalui pembelian (E-catalogue dan pembelian
langsung), produksi (sediaan kemoterapi), dan hibah (obat-obat HIV, TB, kusta dan
vaksin anak, serta vaksin untuk bayi yang ibunya menderita hepatitis B). Dana yang
digunakan untuk pengadaan obat melalui pembelian di E-catalogue dan pembelian
langsung dapat menggunakan dana BLUD, sedangkan untuk pengadaan obat yang
hanya dilakukan di E-catalogue dapat menggunakan dana APBD.
Pengadaan oleh unit IFRS di RSUD Bangil menggunakan 2 cara yaitu
dengan sistem manual dan sistem manual. Sistem manual dilakukan dengan
menuliskan sediaaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang
dibutuhkan oleh masing-masing unit pada form permintaan obat untuk diserahkan ke
gudang. Sistem online dilakukan dengan menuliskan kebutuhan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai melalui SIM rumah sakit. Unit IFRS lainnya
juga dapat melakukan pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai, jika ada unit lain yang membutuhkan.
d. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan menyesuaikan jenis, spesifikasi, jumlah,
mutu, waktu penyerahan dan harga sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan. Sistem satu pintu merupakan
sistem yang digunakan saat proses penerimaan. Pada saat melakukan proses
penerimaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai pihak
penerima dapat menerima ataupun menolak. Ditolak apabila sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai tidak adanya kesesuaian nama obat, jumlah
barang yang dipesan, nomor batch produk dan apabila barang yang datang dalam
keadaan rusak.
Beberapa hal berikut yang perlu diperhatikan saat proses penerimaan yaitu
kesesuaian nama obat, jumlah obat yang diminta dan yang diterima harus sama, expired
date, dan kondisi dari fisik obat. Setelah proses penerimaan sediaan farmasi, alat
kesehatan dan bahan medis habis pakai, maka selanjutnya dilakukan pengentrian data
di SIM rumah sakit
e. Penyimpanan
Penyimpanan yang dilakukan harus menjamin kualitas dan keamanan dari
sediaan farmasi, alat kesehatan, bahan medis habis pakai. Ruang penyimpanan di
RSUD Bangil terdiri dari ruang ruang cairan infus, gudang obat kecil, ruang obat
injeksi, ruang alat kesehatan, ruang B3, ruang alat kesehatan, dan gudang bahan medis
habis pakai kecil. Metode penyimpanannya yaitu berdasarkan sumber dana pembelian
(APBD dan BLUD), alfabetis, FIFO/FEFO, kestabilan suhu, bentuk sediaan, high
alert, dan LASA, serta adanya lemari narkotika dan psikotropika, OOT dan prekursor.
Pada masing-masing unti IFRS, penyimpanan dilakukan berdasarkan efek
farmakologisnya dan paket cito. Contohnya untuk penyimpanan berdasarkan efek
farmakologis seperti obat jantung dan DM, antibiotik, obat syaraf, obat hipertensi,
sedangkan untuk paket cito seperti paket SC, neonates, HPP dan lain-lain.
f. Pendistribusian
Pendistribusian dilakukan dalam rangka menyalurkan atau menyerahkan
sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dari tempat penyimpanan
menuju unit-unit pelayanan farmasi atau kepada pasien dengan menjamin mutu,
kestabilannya, jumlah dan jenis serta ketepatan waktu dalam pendistribusiannya.
Penjadwalan dalam pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai dilakukan agar terkontrol dengan baik. Setiap unit pelayanan
mempunyai sistem pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis
habis pakai yang berbeda. Pelayanan farmasi rawat inap melakukan pendistribusian
berdasarkan ODD (One Dailing Dose), individual prescribing, dan UDD (Unit Dose
Dispensing). Pelayanan farmasi rawat jalan pendistribusiannya berdasarkan individual
prescribing dan terdapat paket untuk hemodialisa. Sedangakan pelayanan farmasi IGD
dan OK, melakukan penditribusian berdasarkan floor stock dan individual prescribing.
g. Pemusnahan dan Penarikan
Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang tidak
digunakan, sudah expired, rusak atau tidak dapat diretur pada distributor dilakukan
pemusnahan. Pemusnahannya harus sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku. Proses menuju pemusnahan harus memenuhi perijinan dari bupati,
dikarenakan sumber dana rumah sakit mayoritas berasal dari dana daerah (APBD).
Pemusnahan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan
oleh pihak ketiga. Setiap 5 tahun sekali dilakukan pemusnahan pada sediaan farmasi,
alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang tidak memenuhi persyaratan mutu,
telah kadaluarsa dan tidak memenuhi persyaratan untuk digunakan dalam pelayanan
kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan dan atau telah dicabut ijin edarnya.
h. Pengendalian
Pengendaliaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
dilakukan oleh instalasi farmasi bersama Komite/Tim Farmasi Terapan. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis
pakai mana yang jarang digunakan (slow moving), dan tidak digunkan dalam waktu 3
bulan berturut-turut. Selain itu, pengendalian juga dilakukan dengan cara melakukan
stock opname yang dilakukan RSUD Bangil 6 bulan sekali dalam satu tahun.
i. Pelaporan dan Pencatatan
Pelaporan dilakukan secara periodic oleh rumah sakit. Hal ini dilakukan oleh
RSUD Bangil untuk mengetahui laporan mutasi (gudang dan floor stock), formularium
nasional, stock opname, laporan penggunaan narkotika, psikotropika, OOT dan
prekursor, Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO), dan laporan
evaluasi penggunaan obat. Masing-masing unit pelayanan melakukan pelaporan seperti
laporan obat tidak dilayani yang dilakukan oleh pelayanan farmasi rawat jalan dan
rawat inap, laporan pencatatan suhu yang dilakukan semua unit pelayanan, serta
laporan penggunaan obat HIV dan TB yang dilakukan oleh pelayanan farmasi rawat
jalan.

3.8 Kegiatan Farmasi Klinis di RSUD Bangil


Permenkes nomor 72 tahun 2016 tentang standar pelayanan kefarmasian di
rumah sakit merupakan pedoman pelayanan kefarmasian di RSUD Bangil sehingga
dapat mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu.
a. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pengkajian resep terdiri dari administrasi, kesesuaian farmasetis dan
pertimbangan klinis. Pengkajian administrasi meliputi identitas pasien, identitas dokter
serta tanggal penulisan resep. Pengkajian kesesuaian farmasestis meliputi bentuk dan
kekuatan sediaan farmasi, stabilitas serta kompatibilitas. Pertimbangan klinis meliputi
ketepatan indikasi dan dosis obat, aturan cara dan lama penggunaan obat, duplikasi
terapi yang tidak diinginkan, kontraindikasi dan interaksi obat.
Alur pelayanan resep dimulai dari pasien datang kemudian dokter akan
memeriksa dan menuliskan resep yang kemudian diserahkan ke Apoteker. Selanjutnya
Apoteker melakukan skrinning administratif, klinis dan farmasetis untuk menghindari
medication error. Setelah resep dinyatakan lulus skrinning akan segera disiapkan oleh
TTK. Obat yang sudah siap, dilakukan pengecekan kembali pada pelabelan, kesesuaian
dengan resep, selanjutnya obat siap untuk didistribusikan. Pendistribusian pada
masing-masing ruangan sama, yaitu dengan sistem Penggunaan Obat Dosis Sehari
(PODS). Obat yang diserakan ke pasien hanya untuk 1 hari pemakaian. Namun jika
hari libur, maka diberikan jumlah obat sesuai dengan banyaknya hari libur. Pada pasien
yang keluar RS, resep yang diberikan bias untuk 3 hari atau 7 hari tergantung pada
kapan pasien akan melakukan kontrol kembali ke dokter. Sebelum diserahkan ke
pasien, dilakukan double check terhadap kelengkapan etiket, kesesuaian cara
pemakaian, serta dosis yang diberikan. Jika seduah sesuai semua, maka obat dapat
diserahkan kepada pasien.
b. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat
Kegiatan ini dilakukan apoteker terhadap pasien dengan tujuan untuk
mengetahui obat-obat yang telah digunakan pasien untuk mengurangi gejala ataupun
penyakit pasien. Kegiatan penelusuran riwayat penggunaan obat di RSUD Bangil
dilakukan ketika pasien masuk rumah sakit (MRS), biasanya Apoteker akan melakukan
penelusuran riwayat penggunaan obat, penelusuran penyakit terdahulu, alergi obat
guna meng-update informasi mengenai pengobatan pasien yang dulu pernah
digunakan, yang sekarang digunakan dan obat-obat yang dibawa ke RS serta ada
tidaknya alergi yang dialami pasien. Apoteker akan bertanya kepada anggota keluarga
atau akan bertanya kepada pasien secara langsung jika kondisi pasien dalam keadaan
sadar dan mampu menjawab pertanyaan apoteker mengenai penggunaan obat-obatan
pasien sebelum masuk rumah sakit. Apoteker akan mencatat obat-obatan yang pernah
digunakan pasien tersebut dan akan mendiskusikannya dengan dokter. Penelusuran
riwayat penggunaan obat hanya dilakukan satu kali pada saat pasien masuk rumah sakit
(maksimal 1 x 24 jam setelah pasien masuk rumah sakit).
c. Rekonsiliasi Obat
Rekonsiliasi obat merupakan kegiatan membandingkan efektivitas dari obat
yang digunakan dan menghindari adanya duplikasi terapi dari penggunaan obat yang
dibawa ke RS dan obat yang diberikan di RS, selain itu, kegiatan ini dilakukan untuk
membandingkan instruksi pengobatan dengan obat yang telah didapat pasien serta
untuk mencegah terjadinya kesalahan obat (medication error). Apoteker akan
melakukan pengecekan penggunaan obat pasien melalui perawat dan bertanya
langsung kepada pasien tentang obat yang sudah digunakan selama di rumah sakit.
d. Pelayanan Informasi Obat
Pemberian informasi obat dilakukan di ruangan pasien dari bed ke bed
lainnnya serta dilakukan kepada tenaga kesehatan lain meliputi Dokter, Perawat atau
Ahli gizi terkait efektifitas pengobatan pasien. Selain itu, Apoteker bisa
menginformasikan mengenai efikasi, keamanan atau masuk tidaknya obat kedalam
formularium nasional untuk pasien BPJS kepada tenaga kesehatan lain. Informasi yang
diberikan harus terjamin kebenarannya dan bisa di pertanggungjawabkan.
e. Konseling
Kegiatan ini dilakukan oleh Apoteker dengan memberikan konseling kepada
semua pasien baik yang polifarmasi (pasien yang mendapatkan banyak obat), pasien
dengan terapi jangka panjang atau pasien dengan penyakit kronis, pasien dengan
kondisi khusus (misal ibu hamil, anak-anak dan geriatri), serta pasien yang
menggunakan obat dengan indeks terapi sempit. Waktu pelaksanaan konseling bisa
dilakukan saat Apoteker mendistribusikan obat siang pada pasien ataupun saat pasien
akan keluar rumah sakit.
f. Visite
Kegiatan visite adalah kegiatan kunjungan terhadap pasien rawat inap yang
dilakukan oleh apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan, hal ini
dilakukan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji
masalah terkait obat. Farmasis di ruangan melakukan visite ke bed pasien setiap hari.
Tujuannya untuk mengetahui kondisi terbaru pasien dan melihat perkembangan pasien
dari hari ke hari, selain itu untuk mengetahui apakah ada efek samping yang terjadi
pada pasien karena pemberian obat dan mengamati efek terapi dari pemberian obat.
Apoteker juga bisa memberikan konseling atau KIE kepada pasien atau keluarga pasien
yang membutuhkan informasi mengenai obat yang digunakan saat visite.
g. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan terapi obat yang dilakukan oleh Apoteker bertujuan agar pasien
menerima pengobatan yang efektif sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien
(quality of life). Pemantauan terapi obat dapat dilakukan ketika Apoteker Penanggung
Jawab ruangan melakukan visite, sekaligus melakukan pemantauan penggunaan obat
dengan melihat obat yang digunakan sudah mencapai goal terapinya atau belum,
sehingga Apoteker bisa mempertimbangkan terapi obat yang digunakan oleh pasien
bisa di usulkan untuk dilanjutkan, diganti, dihilangkan atau dilakukan peningkatan atau
penurunan dosisnya. Hasil dari pemantauan di dokumentasikan dengan metode SOAP
(Subjektif-Objektif-Assesment- Plan) di lembar CPPT (Catatan Perkembangan Pasien
Terpadu) dalam rekam medik pasien.
h. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Kegiatan monitoring efek samping obat dilakukan dengan cara mendeteksi
adanya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki, mengidentifikasi obat-obatan dan
pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami efek samping obat memantau efek
samping yang potensial maupun aktual dari penggunaan obat yang sudah diberikan.
Apabila terjadi efek samping obat yang potensial maupun aktual,tenaga kesehatan yang
menemukan efek samping obat menuliskan temuannya di lembar kuning dan
dilaporkan ke pusat MESO Nasional.
i. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)
Evaluasi penggunaan obat dilakukan untuk mengevaluasi penggunaan obat
secara kualitatif dan kuantitatif serta bertujuan untuk mendapatkan gambaran keadaan
di RSUD Bangil atas pola penggunaan obat, membandingkan pola penggunaan obat
pada periode waktu tertentu, memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan obat
dan menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat. Evaluasi penggunaan obat
dilakukan di RSUD Bangil untuk memastikan penggunaan obat sesuai dengan
kebijakan yang sudah ditetapkan.
j. Dispensing Sediaan Steril
Tugas dan tanggung jawab IFRS salah satunya yakni melakukan dispensing
sediaan steril dengan teknik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan
melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya kesalahan
pemberian obat. Dispensing sediaan steril bertujuan menjamin agar pasien menerima
obat sesuai dengan dosis yang dibutuhkan, menjamin sterilitas dan stabilitas produk,
melindungi petugas dari paparan zat berbahaya dan menghindari terjadinya kesalahan
pemberian obat. Kegiatan dispensing sediaan steril yang dilakukan di RSUD Bangil
diantaranya pembuatan Total Parenteral Nutrition (TPN), pembuatan NS 0,45%, dan
produksi sediaan sitostatika. Petugas yang melakukan produksi sitostatika di RSUD
Bangil sudah melakukan pelatihan penanganan obat sitostatika di RSCM Jakarta dan
sudah memiliki sertifikat.
k. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)
Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) merupakan interpretasi hasil
pemeriksaan kadar obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat karena
indeks terapi yang sempit atau atas usulan dari apoteker kepada dokter. Kegiatan
pemantauan obat dalam darah di RSUD Bangil untuk saat ini belum dilakukan, hal ini
dikarenankan masih belum tersedia alat yang digunakan untuk monitoring kadar obat
dalam darah.

Anda mungkin juga menyukai