Anda di halaman 1dari 131

FARMAKOLOGI DASAR

PENGANTAR FRMAKOLOGI

K.nida

A. Pengertian
Pharmacon (obat) & logos (ilmu
pengetahuan)
Farmakologi = Ilmu mempelajari obat
dan cara kerjanya dalam sistem
biologi, sumber obat, sifat fisika-kimia,
cara pembuatan, efek biokimiawi dan
fisiologi, nasib obat dalam tubuh dan
kegunaan dalam terapi
K.nida

OBAT
WHO : zat yang dapat mempengaruhi
aktifitas fisik atau psikis
KONAS :
bahan/sediaan yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi
atau kondisi patologi dalam rangka penetapan
diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan
dari rasa sakit, gejala sakit, dan/atau penyakit,
untuk meningkatkan kesehatan dan kontrasepsi
meliputi obat untuk manusia dan hewan

Meliputi bahan dan sediaan yang terwadah


kemaskan, diberi label dan penandaan yang
memuat pernyataandan atau klaim
K.nida

B. Perkembangan Obat
Coba-coba bahan alam utuh rebusan

Sem
buh
turun temurun (empiris)
Tidak seragam
Standarisasi bahan, cara panen & cara buat
Isolasi senyawa murni
Sintesis
Penisilin (1940) dan sulfanilamid (1953)
Sintetis menggeser bahan alam
Back to
nature
K.nida

Biomedis dll.

Cabang2 ilmu farmakologi


F.kognosi
F.din
F.kin
F.terapi
Toxikologi
Fitoterapi
Biofarmasetika/biofarmasi
FARMAKOLOGI KLINIK :
Mempelajari efek obat pada manusia >>>
Studi obat untuk mendapatkan dasar ilmiah
penggunaan obat, pengembangan dan penilaian obat
K.nida

C. Penggolongan Obat
1. Berdasar Keamanan (Permenkes No.
725a/1989)
2. Berdasar Cara atau Jalur Pemakaian
3. Berdasar Sumber atau Asalnya
4. Berdasar Efek yang Ditimbulkan
5. Berdasar Bentuk Sediaan
6. Berdasar Penamaan
7. Berdasar Kelas Terapi
8. Berdasar Kerjanya: f.din,
kemoterapi,diagnos
K.nida

C1. Penggolongan Obat Berdasar


Keamanan
(Permenkes No. 725a/1989)

a.Obat bebas (B)

OTC = Over the Counter


Dapat dibeli tanpa resep di apotik & warung
Panadol, Cafenol, Rhemason

b.Obat Bebas Terbatas (T)

Dapat dibeli tanpa resep di apotik & warung


CTM tabl, difenhidramin kapsul 25 mg
Relatif aman selama mengikuti peraturan
Awas Obat Keras
1.Bacalah aturan memakainya
2.Hanya untuk kumur, jangan ditelan
P.No.1
3.Hanya untuk bagian luar dari badan
Awas! Obat Keras
4.Hanya untuk dibakar
Bacalah aturan memakainya
5.Tidak boleh ditelan
6.Obat wasir, jangan ditelan
K.nida

C1. Penggolongan Obat Berdasar


Keamanan (lanjutan)
c. Obat Keras (K) :
berbahaya, diperoleh dengan R/ dokter di
apotik
Amoksisilin, Asam mefenamat, semua
injeksi & semua obat baru

d. Psikotropika (K) :
obat keras yang pengaruhi aktifitas psikis
diazepam, fenobarbital, lorazepam,
klordiazepoksida

e. Narkotika :
obat keras dg bahaya adiksi & toleransi
Produksi, import & distribusi : BUMN PT
Kimia Farma
pemakaian dilaporkan ke Sudinkes &
Balai POM
morfin, kodein, petidin, doveri, kodipron
K.nida

C2. Penggolongan Obat Berdasar


Cara atau Jalur Pemakaian
a. Obat luar
Tidak melalui saluran pencernaan (mulut)
Salep, krim, supositoria, lotion, tetes
hidung-telinga-mata & injeksi
Etiket warna biru

b. Obat dalam
Melalui mulut ke saluran pencernaan
Tablet, kapsul, sirup, tetes oral
Etiket warna putih
K.nida

C3. Penggolongan Obat Berdasar


Sumber atau Asalnya
a.

Tanaman

b.

Akar, batang daun, biji dll


Alkaloid, glikosida, resin, karbohidrat, protein

Hewan

c.

Hormon, enzim
insulin

Mineral

d.

Elemen organik, bentuk garam


Alumunium hidroksida, garam inggris

Sintetis

Kebanyakan obat
Sintetis dan semi sintetis
Lebih : stabil, murni dan dapat diperoleh dalam jumlah
banyak
K.nida

Obat-obat yang digunakan pada terapi


dapat dibagi dalam tiga golongan besar
yaitu :
1.Obat farmakodinamik bekerja
meningkatkan atau menghambat fungsi
suatu organ sedangkan
2.Obat kemoterapetik bekerja terhadap
agen penyebab penyakit seperti bakteri,
virus, jamur atau sel kanker.
3.Obat diagnostik merupakan obat
pembantu untuk melakukan diagnosis
(pengenalan penyakit).
K.nida

C4. Penggolongan Obat Berdasar


Efek yang Ditimbulkan

Anti infeksi
Antijamur
Antihistamin
Antihipertensi

K.nida

Vaksin
Obat metabolik
Diagnostik
Antikanker
dll

C5. Penggolongan Obat Berdasar


Bentuk Sediaan
a. Padat : ekstrak, serbuk, pil, tablet,
kapsul, supositoria dan ovula
b. Cair : Sirup, larutan, suspensi,
linimen, lotion dan infus
c. Semi padat : salep, krim gel dan
pasta
d. Gas : erosol, oksigen dan inhaler
K.nida

C6. Penggolongan Obat Berdasar


Penamaan
a. Obat generik
b. Obat dengan nama dagang

Panadol, Ponstan, Amoxan, Adalat

c. Obat dengan nama kimia

Hanya untuk di buku atau brosur supaya tidak


keliru

Contoh :
Asetosal (generik),
Asam asetil salisilat (kimia) dan
Aspirin (dagang)
K.nida

Obat Generik
Obat generik adalah obat yang masa patennya
sudah habis status milik umum
Macam-macam :
nama kimia (The International Nonpropietary
names lists for pharmaceutical preparation =
INN)
Parasetamol, amoksilin, nifedipin, asam
mefenamat

Nama dagang (branded generic medicines)


Panadol, Amoksan, Adalat, Ponstan

Berlogo : menyandang logo = dibuat oleh


industri farmasi yang telah memperoleh
sertifikat CPOB
K.nida

C7. Penggolongan Obat Berdasar


Kelas Terapi dan Golongan Obat
Digunakan Buku-buku mis. DOEN, Formularium RS dan
panduan Terapi
Contoh
1. Analgetik, antipiretik, antiinflamasi non steroid,
antipirai
a.Analgetik narkotik
b.Analgetik nonnarkotik

2. Anestetik
a.Anestetik lokal
b.Anestetik umum dan oksigen
c.Obat untuk pra-operasi

3. Antialergi
4. Antidotum dan obat lain untuk keracunan
5. dll
K.nida

D. Obat Esensial
Adalah obat yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat terbanyak
Dikaitkan dengan obat pilihan utama (drug
of choice)

Rasio manfaat-resiko
Mutu terjamin (stabil, BA)
Praktis dalam penyimpanan & pengangkutan
Praktis dalam penggunaan & penyerahan
Menguntungkan dalam kepatuhan & penerimaan
pasien
Rasio manfaat-resiko biaya secara langsung/tidak
langsung

Daftar obat esensial


K.nida

E. Sediaan Farmasi
Meliputi obat, obat tradisional dan kosmetika
1. Obat tradisional
Obat bahan alam yang diproduksi di Indonesia
a. Jamu
b. Obat Herbal Terstandar
c. Fitofarmaka

2. Kosmetika
a. Kosmetik golongan I : digunakan untuk
Bayi
Sekitar mata, rongga mulut dan mukosa lainnya
Mengandung bahan dengan persyaratan kadar dan
penandaan
Mengandung bahan yang fungsinya belum lazim serta
belum diketahui keamanan dan kemanfaatannya
b. Kosmetik golongan II : yang tidak termasuk golongan I
K.nida

TUGAS BELAJAR
1. Jelaskan pengertian :
a. Farmakologi
b. obat menurut WHO dan KONAS
2. Jelaskan perkembangan obat
3. Jelaskan penggolongan obat berdasar :
a. Keamanan
b. Jalur Pemakaian
c. Sumber atau Asalnya
d. Efek yang Ditimbulkan
e. Bentuk Sediaan
f. Penamaan
g. Kelas Terapi
4. Jelaskan Obat Generik serta berikan contoh 3 obat generik
5. Jelaskan Obat Esensial serta berikan contohnya
6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan obat tradisional ?
a. Jelaskan beda jamu dari OHT
b. Bagaimana suatu OHT dapat menjadi fitofarmaka
7. Apa yang dimaksud dengan kosmetik ?
K.nida

Farmakologi terbagi menjadi 2 sub


disiplin :
1.Farmakokinetik ialah apa yang
dialami obat yang diberikan pada
suatu mahluk hidup, yaitu absorbsi
(A), distribusi (D), metabolisme atau
biotransformasi (M), dan ekskresi (E).
2.Farmakodinamik merupakan
pengaruh obat terhadap sel hidup,
organ atau mahluk hidup.
K.nida

Obat Paten dan Generik


Obat paten atau spesialit adalah obat
milik suatu perusahaan dengan nama
khas yang dilindungi hukum.
Sedangkan nama generik adalah nama
resmi suatu obat yang dapat
digunakan disemua negara tanpa
melanggar hak paten obat yang
bersangkutan.
K.nida

Nama Kimia
Asam asetilsalisilat

Nama Generik
Asetosal

Nama Paten
dan Branded Generik
Aspirin (bayer)
Aspilet
american)

(6R)-6-[-d-(4Amoksisilin
Hydroxyphenyl)glycyl
amino]penicillanic
acid

Ascardia (pharos)
Amoxil
(GlaxoSmithKline)
Amoksan (Sanbe)
Kalmoxillin
Farma)
Lapimox (Lapi)

K.nida

(united

(Kalbe

FASE-FASE YANG MEMPENGARUHI EFEK OBAT


Sediaan obat
pemberian
Fase I (farmasetik)

Disintegrasi
Disolusi
Obat tersedia untuk absorpsi

Fase II (farmakokinetik)

Absorpsi
distribusi
metabolisme
ekskresi
Obat tersedia untuk bereaksi

Fase III (farmakodinamik)

Interaksi obat-reseptor

efe
efe

K.nida

FASE FARMASETIK
Ketersediaan obat untuk dapat diabsorpsi
80% obat diberikan per-oral
Urutan kecepatan absorbsi :
Tablet salut

tablet

kapsul

serbuk

Fase biofarmasi

tablet

granul

suspensi

larutan

Fase f.kinetikik

larut

serbuk

absorpsi

Pharmaceutical
availability
K.nida

Fase
F.dinamik

OBAT+
RESEPTOR

Biological
availability

MTC
MTC
MEC

Therapeutic Window

K.nida

PENGERTIAN
KESETARAAN TERAPETIS
BIOASSAY & STANDARISASI: IU, KHM
CARA PEMBERIAN: EFEK SISTEMIS &
EF.LOKAL

K.nida

FASE FARMAKOKINETIK
Terdiri dari
Absorbsi
Distribusi
Metabolisme atau biotransformasi
Ekskresi atau eliminasi
KOMPARTEMENISASI
MEMBRAN SEL

K.nida

HUBUNGAN ADME
OBAT
diminum
disuntikan
disemprotkan
disisipkan
MASUK TUBUH
penyerapan/absorpsidistribusi
BIOTRANSFORMASI
/ METABOLISME

MASUK ALIRAN DARAH


Bentuk bebas Bentuk terikat

EKSKRESI/
ELIMINASI

KERJA
FARMAKOLOGIK
Bentuk bebas
K.nida

DEPOT DALAM
JARINGAN

Absorbsi
Dari GI cairan tubuh
Difusi Pasip : kons. tinggi rendah
Transport aktip : perlu pembawa (enzim/protein)
menembus membran melawan perbedaan konsentrasi
Pinositosis : menembus membran dengan proses menelan

Sebag besar di usus halus (vili)


Membran : lipid & protein
Dipengaruhi :
Kelarutan obat
pH (Obat ld lemak dan non ion diabsorbsi > cepat dp obat
lda)
Tempat absorbsi (bentuk sediaan vs tempat)
sirkulasi darah (Latihan, obat vasokonstriktor, syok)
Rasa nyeri, stres, makanan padat, pedas & berlemak
Efek first pass (first pass hepatic)
K.nida

Absorbsi
Sal GI

Struktur membran sel

Cairan tubuh

K.nida

Difusi Transport aktif

K.nida

Pinositosi
s
1-2. Ikatan obat-rec
(O-R)
3. Komplex O-R- Prot.
Adaptor (sitosol)
(O-R-PA)
3. Penggabungan
komplex O-R-PA by
protein pengikat

distribusi

4. Penutupan prot
pengikat
6-7. Pelepasan protein
pengikat adaptor

metabolisme

8-9. fusi dgn endosom,


pengembalian R ke
membran
K.nida

Distribu
si
jaringan /
tempat kerjanya

obat di vaskular
Kecepatan

Permeabilitas membran obat ld lemak > cepat


Sirkulasi darah : jantung-ginjal-hati vs tulang-jar.kontraksi-abses
Ikatan obat dengan prot plasma : obat bebas menembus membran
Hambatan fisiologi : abses, kanker, blood brain barrier (BBB)

K.nida

Distribusi
Obat bebas &
terikat

K.nida

Metabolisme atau
biotransformasi

reaksi perubahan zat kimia dalam jar biologi yang dikatalisis


enzim
Organ utama : hati
Waktu paruh : waktu obat menjadi 50% kadarnya
menentukan lama kerja obat
interval pemberian obat (1 dd atau 4dd)
dipengaruhi metabolisme dan eliminasi

obat

Fase I
Cit P450

oksidasi,
reduksi,
hidrolisis

Lipofil bergugus fs-onal

Aktivasi, tidak berubah &


umumnya menjadi tidak aktif

Fase II

Produk
konyugasi

Tidak aktif

K.nida

Ekskresi atau eliminasi


Alat : ginjal, intestinal (feses), paru-paru, kulit
(keringat), air ludah dan ASI
Kecepatan : tergantung T1/2-nya gangguan hati/ginjal
Di ginjal meliputi :
1. Filtrasi glomerulus :
GFR 125 ml/menit
Tdipengaruhi : kelarutan & pH
Dipengaruhi : ukuran & bentuk partikel, jumlah pori di
glomerulus

2.Reabsorbsi tubulus

Zat nonpolar/non-ion
Manipulasi pH urin mekan ionisasi mekan ekskresi

3. Sekresi tubulus
Transport aktif

K.nida

Ekskresi
1. per-oral
2. Absorpsi usus
3. Konyugasi
4. Kapiler empedu
(BM > 300)
5. Ekskresi empedu
6. Dekonyugasireabsorpsi
7. BM < 300
8. Ekskresi ginjal

Lulmann, Atlas
Farmakologi

K.nida

Rute
penggunaan
-distribusi

K.nida

FARMAKODINAMIK
Mula, puncak dan lama kerja
Reseptor
Indeks terapeutik dan batasan
terapeutik
Kadar puncak dan terendah
Dosis pembebanan
Efek samping, reaksi yang merugikan
& efek toksik
K.nida

Mula, Puncak dan Lama Kerja


Gambar :
Kurva respons-waktu mengevaluasi
3 parameter dari kerja obat :
(1) mula, (2) puncak dan (3) lama

Batas
terapeutik

Keterangan :
T0-T1 = mula,
T0-T2 = puncak,
T1-T3 = lama
K.nida

Reseptor
Umum : berstruktur protein & ditemukan pada membran sel
Obat + reseptor memulai (agonis) /menghambat
(antagonis) respon
Obat nonspesifik : bekerja pada reseptor yang terdapat
pada berbagai organ
(mis : betanekol ker. pada rec.kolinergik)

Obat nonselektif : mempengaruhi reseptor-2 yang berbeda


(mis : epinefrin ker. pd rec. alfa dan beta)

Obat menghasilkan respons tanpa kerja dengan reseptor


via merangsang aktifitas enzim atau produksi hormon
4 kategori kerja obat :

Perangsangan/penekanan

Penggantian
Pencegahan/pembunuhan organisme
Iritasi
K.nida

INTERAKSI OBAT DENGAN


RESEPTOR
reseptor

obat

A = Ikatan obat dengan reseptor seperti gembok dengan kuncinya


B = Ikatan agonis dengan reseptornya yang akan menghasilkan efek
C = Ikatan antagonis dengan reseptornya tidak menghasilkan efek
D = contoh parsial agonis, efek yang ditimbulkan tidak maksimal
K.nida

OBAT NONSPESIFIK

OBAT NONSELEKTIF

denyut

TD

TD

denyut
Sekresi

kontriksi

relaksasi

Pupil
K.nida

Indeks terapeutik dan batasan


terapeutik

Indeks terapeutik : memperkirakan batas keamanan obat


dengan menggunakan rasio dosis terapeutik efektif pada 50%
hewan (ED50) dan dosis letal pada 50% hewan (LD 50)
TI = LD50/ED50
TI mendekati nilai 1, makin besar toksisitasnya
TI rendah batas keamanan sempit jarak dosis efektifletal sempit pantau kadar dalam plasma
Batas terapeutik obat : kons obat dalam plasma, baik
berikatan dengan protein maupun yang bebas, antara MECkons.toksiknya
Digoksin 0,5-2 ng/ml

Contoh : Antikonvulsi : BATAS TERAPEUTIK dan KADAR TOKSIK

OBAT
Karbamazepin
Etosuksimid
Fenitoin
Pirimidon
Asam valproat

BATAS TERAPEUTIK
(g/ml)
6-12
40-80
10-20
5-10
50-100
K.nida

KADAR TOKSIK
(g/ml)
> 12-15
> 80-100
> 30
> 12-15
> 100

INDEKS TERAPI
IT =

IT RENDAH & IT TINGGI

K.nida

LD50
ED50

Kadar puncak dan terendah


Kadar puncak obat : kons. plasma tertinggi dari obat, diambil
waktu puncak sesuai rute pemberian kecepatan absorbsi
Kadar terendah : diambil beberapa menit sebelum obat diberikan
tanpa memandang rute pemberian kecepatan eliminasi
Penting untuk obat dengan IT sempit
Contoh AMINOGLIKOSIDA : PUNCAK & TERENDAH

Obat
Amikasin
Gentamisin
Tobramisin

Puncak
(g/ml)

Terendah
(g/ml)

Kadar toksik
(g/ml)

15-30
5-10
5-10

5-10
<2
<2

> 35
> 12
> 12

Dosis pembebanan :
Dosis awal yang besar jika diinginkan efek segera
Diberikan untuk mencapai MEC cepat dalam plasma
Selanjutnya diberikan dosis pemeliharaan sesuai dosis per hari
K.nida
Contoh : digitalisasi

Efek samping, reaksi yang


merugikan & efek toksik
Efek samping :
efek fisiologis yang tidak berkaitan dengan efek
obat yang diinginkan
Bisa diinginkan atau tidak

Reaksi merugikan :
Batas efek yang tidak diinginkan pada dosis
normal yang mengakibatkan efek samping yang
ringan sampai berat
Selalu tidak diinginkan

Efek toksik (toksisitas) :


Dipantau melalui batas terapeutik obat dalam
plasma
Penting untuk obat dengan IT sempit, jika kadar
obat melewati batas terapeutiknya toksik
K.nida

Pertanyaan belajar
1. Sebutkan ketiga fase kerja obat
2. Sebutkan 2 proses yang harus dijalani sebuah tablet sebelum
diabsorbsi. Ceritakan masing-2 proses tersebut.
3. Mengapa obat cair lebih cepat diabsorpsi dari pada obat
padat ?
4. Apa tujuan farmakokinetik ? Sebutkan ke-4 proses yang
terlibat dan jelaskan masing-2 proses tersebut.
5. Apa tujuan farmakodinamik ? Apa peranan reseptor dalam
fase ini ? Apa pentingnya lokasi pada reseptor ? Bedakan
antara respon obat nonspesifik dan non selektif.
6. Definisikan istilah-2 berikut :
1. Empat kategori kerja obat
2. presentase efek pengikatan obat dengan protein
3. Waktu paruh
4. Indeks terapeutik
5. Batas terapeutik obat
6. Efek samping
7. Reaksi yang merugikan
8. Toksisitas obat
K.nida

FARMAKOKINETIK
Farmakokinetik adalah nasib obat
dalam tubuh. Farmakokinetik
mencakup 4 proses :
1.Absorbsi (A)
2.Distribusi (D)
3.Metabolisme (M)
4.Ekskresi (E)
K.nida

ABSORBSI
Absorbsi merupakan proses masuknya
obat dari tempat pemberian kedalam
darah. Tempat pemberian obat adalah
oral, kulit, paru, otot, dan lain-lain.
Tempat pemberian obat yang utama
adalah per oral, karena mumpunyai
tempat absorbsi yang sangat luas
pada usus halus yakni 200 m2.
K.nida

K.nida

Bioavailabilitas

K.nida

Proses absorbsi obat melewati


membran sel terbagi menjadi :
1.Difusi Pasif
2.Transport Aktif
3.Difusi Difasilitasi
4.Transport Vesikular
5.Pore Transport
6.Pembentukan Ion Pair

K.nida

Difusi Pasif
Absorbsi sebagian besar obat secara
difusi pasif, maka sebagai barier absorbsi
adalah membran sel epitel saluran cerna
yang seperti halnya semua membran sel
tubuh kita merupakan lipid bilayer.
Dengan demikian agar dapat melintasi
membran sel tersebut, molekul obat
harus mepunyai kelarutan dalam lemak
(setelah larut terlebih dahulu dalam air).
K.nida

Difusi Pasif
Kebanyakan obat merupakan elektrolit
lemah, yaitu asam lemah atau basa
lemah. Dalam air elektrolit lemah ini
akan terionisasi menjadi bentuk
ionnya. Derajat ionisasi obat
bergantung pada konstanta ionisasi
obat (pKa) dan pada pH larutan
dimana obat berada.
K.nida

Difusi Pasif
Pada difusi pasif hanya bentuk non ion
yang mempunyai kelarutan lemak
yang dapat berdifusi, sedangkan
bentuk ion tidak dapat berdifusi karena
tidak mempunyai kelarutan lemak.

K.nida

Difusi Pasif
Pada asam lemah

Pada basa lemah :

K.nida

Transport Aktif
Transport aktif merupakan transport
yang difasilitasi oleh pembawa.
Karakteristik dari transport aktif adalah
pemindahan obat melawan gradien
konsentrasinya dimana obat dengan
dari tempat dengan konsentrasi
rendah dibawa ke daerah dengan
konsentrasi tinggi, oleh karena itu
diperlukan energi untuk transport aktif.
K.nida

Difusi Difasilitasi
Difusi difasilitasi merupakan transport
yang difasilitasi oleh pembawa.
Perbedaannya dengan transport aktif
adalah obat bergerak melalui gradien
konsentrasi (dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah) sehingga tidak
memerlukan energi.

K.nida

K.nida

Transport Vesikular
Transport vesikular adalah proses
penelanan partikel atau zat terlarut oleh
sel. Pinositosis dan fagositosis adalah
bentuk dari transport vesikuler. Selama
pinositosis atau fagositosis membran sel
mengelilingi material dan menelannya
dan melepaskan disisi lainnya. Transport
vesikular digunakan untuk absorbsi
vaksin volio dan protein berukuran besar.
K.nida

Transport Vesikuler

K.nida

Pore Transport
Molekul yang sangat kecil seperti urea,
air, dan gula dapat dengan cepat
menembus membran bila membran
memiliki pori-pori.

K.nida

Pembentukan Ion Pair


Obat yang bersifat elektrolit kuat atau
molekul yang terionisasi kuat, dengan
pKa yang ekstrim dapat menembus
membran dengan membentuk ikatan
dengan molekul dengan muatan yang
berlawanan sehingga muatan
keseluruhan netral. Kompleks netral ini
berdifusi dengan lebih mudah
melewati membran.
K.nida

Bioavailabilitas adalah jumlah obat yang


dapat mencapai sirkulasi sistemik dalam
bentuk utuh atau aktif. Hal ini terjadi karena
untuk obat-obat tertentu tidak semua yang
diabsorbsi dapat mencapai dari tempat
pemberian akan mencapai sirkulasi sistemik.
Sebagian akan dimetabolisme oleh enzim
didinding usus pada pemberian oral atau
pada hati pada lintasan pertamanya.
Metabolisme ini disebut metabolisme atau
eliminasi lintas pertama (first pass
metabolisme / first pass elimination).
K.nida

Gamb
ar

DISTRIBUSI
Dalam darah obat akan diikat oleh protein
plasma dengan berbagai ikatan lemah (ikatan
hidrofobik, van der waals, hidrogen dan ionik).
Ada beberapa macam protein plasma :
Albumin : mengikat obat asam dan obat
netral (misalnya steroid) serta bilirubin dan
asam-asam lemak.
-glikoprotein : mengikat obat basa.
CBG (corticosteroid binding globulin) : khusus
mengikat kortikosteroid.
SSBG (sex steroid binding globulin) : khusus
mengikat hormon kelamin.
K.nida

Obat yang terikat oleh protein plasma


akan dibawa oleh darah ke seluruh tubuh.
Karena ikatan obat dengan protein plasma
merupakan ikatan reversibel, maka jika
obat bebas telah masuk kedalam jaringan
menyebabkan obat yang terikat protein
akan menjadi bebas sehingga distribusi
berjalan terus sampai habis.
Obat + Protein
ObatProtein
K.nida

K.nida

DISTRIBUSI cont
Obat yang berikatan pada pada tempat
yang sama pada protein plasma dapat
saling bersaing untuk dapat berikatan.
Karena tempat ikatan pada protein plasma
tersebut terbatas maka obat yang pada
dosis terapi dapat menjenuhkan protein
plasma dapat menggeser obat lain yang
berikatan pada protein yang sama
sehingga obat bebas ini akan menimbulkan
efek farmakologi atau dieliminasi tubuh.
K.nida

DISTRIBUSI cont
Interaksi pergeseran protein akan
bermakna secara klinik bila obat yang
digeser memenuhi 3 syarat berikut :
Ikatan protein tinggi : 85%
Vd kecil 0.15L/Kg
Margin of safety kecil
Contoh: fenilbutazon (PP 98%) dan
warfarin (PP 99%) dapat menyebabkan
pendarahan.
K.nida

Volume Distribusi (VD) adalah volume dimana


obat terdistribusi dalam kadar plasma

dimana F = bioavailabilitas; D = Dosis obat; C


= kadar obat dalam plasma
Jadi Vd bukanlah volume yang sebenarnya,
tapi hanya volume semu yang
menggambarkan luasnya distribusi obat
dalam tubuh.
K.nida

K.nida

Distribusi cont
Sawar darah otak
merupakan sawar antara darah dan otak yang
berupa sel endotel pembuluh darah kapiler di
otak membentuk tight junction dan pembuluh
kapiler ini dibalut oleh tangan-tangan astrosit
otak yang merupakan berlapis-lapis membran
sel. Dengan demikian hanya obat-obat yang larut
dalam lemak yang dapat melewatinya.
Akantetapi obat larut lemak yang merupakan
substrat P-gp (P glikoprotein) dan MRP (multidrug
resistance protein) yang terdapat pada membran
akan dikeluarkan dari otak (loperamid).
K.nida

Distribusi cont
Sawar Uri (placenta barrier)
terdiri dari satu lapis epitel vili dan
satu lapis sel endotel kapiler dari fetus,
jadi mirip sawar lapisan cerna. Karena
itu obat yang dapat diabsorbsi melalui
pemberian oral juga dapat memasuki
fetus melalui sawar uri. Terdapat P-gp
pada sawar uri seperti pada sawar
darah otak.
K.nida

METABOLISME
Metabolisme obat terutama terjadi di
hati yakni di membran retikulum
endoplasma dan sitosol. Tempat
metabolisme ekstrahepatik adalah
dinding usus, ginjal, paru, darah, otak,
kulit dan lumen kolon.

K.nida

Tujuan metabolisme obat adalah


mengubah obat yang non polar
menjadi polar agar dapat di ekskresi
melalui ginjal atau empedu. Dengan
perubahan ini umumnya obat diubah
dari aktif menjadi inaktif, tapi sebagian
berubah menjadi lebih aktif (prodrugs),
kurang aktif, atau menjadi toksik.

K.nida

Reaksi metabolisme terdiri dari fase I dan


reaksi fase II :
Reaksi fase I terdiri dari oksidasi, reduksi
dan hidrolisis yang mengubah obat
menjadi lebih polar dengan akibat menjadi
inaktif, lebih aktif atau kurang aktif.
Reaksi fase II merupakan konjugasi
dengan substrat endogen yaitu asam
glukoronat, asam sulfat, asam asetat atau
asam amino dengan akibat obat menjadi
sangat polar, dengan demikian hampir
selalu tidak aktif.
K.nida

Fase I

K.nida

Fase II

K.nida

Reaksi metabolisme yang terpenting


adalah oksidasi oleh enzin cytochrom
P450 (CYP) dalam retikulum
endoplasma hati, sedangkan reaksi
fase II yang terpenting adalah
glukuronidase oleh enzim UDPglukuroniltransferase (UGT) yang
terutama terjadi dalam mikrosom hati
dan jaringan ekstrahepatik.

K.nida

K.nida

Jika enzim metabolisme mengalami


kejenuhan pada kisaran dosis terapi,
maka peningkatan dosis obat akan
terjadi lonjakan kadar obat dalam
plasma yang disebut farmakokinetik
non linier (aspirin).

K.nida

Interaksi dalam metabolisme obat berupa


induksi atau inhibisi enzim metabolisme.
Induksi berarti peningkatan sintesis enzim
metabolisme sehingga terjadi peningkatan
metabolisme obat yang menjadi substrat
enzim bersangkutan, akibatnya diperlukan
peningkatan dosis obat tersebut (toleransi
farmakokinetik). Karena melibatkan
sintesis enzim maka diperlukan pajanan
beberapa hari (3-7 hari) sebelum dicapai
efek yang maksimal. Contoh rifampisin
K.nida

Inhibisi enzim metabolisme adalah


terhambatnya aktivitas dari enzim
metabolisme disebabkan oleh obat-obat
tertentu. Persenyawaan obat-enzim
tersebut mengikat enzim secara
kompetitif sehingga menghambat
substrat atau obat lain yang berikatan
pada enzim yang sama. Untuk mencegah
toksisitas diperlukan penurunan dosis
obat bersangkutan atau tidak boleh
diberikan bersama penghambatnya.
Contoh ketokenazol
K.nida

Metabolisme obat akan terganggu


pada pasien penyakit hati seperti
sirosis, hati berlemak dan kanker hati.
Pada sirosis yang parah, metabolisme
obat dapat berkurang antara 30-50%.
Enzim-enzim metabolisme fase I dan
fase II mencapai kematangan setelah
tahun pertama kehidupan, kecuali
enzim UGT untuk bilirubin yang
mencapai dewasa pada dekade kedua
kehidupan.
K.nida

EKSKRESI
Organ terpenting untuk ekskresi obat
adalah ginjal. Obat diekskresikan ginjal
dalam bentuk utuh atau dalam bentuk
metabolitnya. Ekskresi melalui ginjal
melibatkan 3 proses :
1.Filtrasi glomerulus
2.Reabsorbsi
3.Sekresi aktif
K.nida

Filtrasi glomerulus
Filtrasi glomerulus menghasilkan ultra
filtrat, yaitu plasma minus protein. Jadi
semua obat bebas akan keluar dalam
ultra filtrat sedangkan yang terikat
protein tetap tinggal dalam darah

K.nida

Reabsorbsi
Reabsorbsi pasif terjadi disepanjang
tubulus untuk bentuk bentuk non ion
obat yang larut dalam lemak. Oleh
karena itu derajat ionisasi tergantung
dari pH larutan. Fenomena ini
dimanfaatkan untuk pengobatan
keracunan suatu obat asam atau basa.

K.nida

Reabsorbsi
Misalnya keracunan fenobarbital (asam
pKa=7.2) atau asam salisilat (asam
pKa=3.0) diberikan NaHCO3 untuk
membasakan urin sehingga ionisasi
meningkat, sedangkan amfetamin (basa
pKa=9.8) diberikan NH4Cl untuk
meningkatkan ekskresinya. Ditubulus distal
juga terdapat protein transporter untuk
reabsorbsi aktif dari lumen tubulus kembali
kedarah untuk senyawa endogen
K.nida

Sekresi aktif
Sekresi aktif dari darah menuju tubulus
proksimal terjadi melalui transporter
membran P-glikoprotein (P-gp) dan MRP
(multidrug-resistence protein) dengan
selektivitas yang berbeda. Yaitu MRP
untuk anion organik dan konjugat
(penisilin, probenesid, glukoronat, ect)
dan P-gp untuk kation organik dan zat
netral (kuinidin, digoksin, ect).
K.nida

K.nida

K.nida

Ekskresi obat utama yang kedua


adalah melalui empedu kedalam usus
dan keluar bersama feses. Obat hasil
metabolisme yang dikeluarkan melalui
empedu dapat diuraikan oleh flora usus
menjadi obat awal yang dapat diserap
kembali dari usus kedalam aliran darah
yang disebut siklus enterohepatik.
Ekskresi obat juga dapat melalui paru
(anastetik umum), ASI, saliva, keringat,
dan air mata (minor).
K.nida

K.nida

FARMAKODINAMIK
Mekanisme kerja obat :
1. Secara fisis c/: anastetika terbang, laksansia, diuretika osmotik
Aktifitas anastetika inhalasi berhubungan langsung dengan
sifat lipofilnya, obat ini diperkirakan melarut dalam membran
sel dan mempengaruhi transport normal oksigen dan zat gizi
akibatnya hilangnya perasaan.
2. Secara kimiawi c/: antsida, zat chelator
Zat-zat chelator mengikat ion logam berat sehingga tidak
toksik lagi dan mudah diekskresikan oleh ginjal.
3. Melalui proses metabolisme
Amoksisilin mengganggu pembentukan dinding sel kuman
4. Secara kompetisi
Kompetisi untuk reseptor spesifik atau enzim
K.nida

FARMAKODINAMIK
RESEPTOR
Protein merupakan reseptor obat yang penting.
Sedangkan reseptor fisiologik merupakan protein
seluler yang secara normal berfungsi sebagai
reseptor bagi ligan endogen seperti hormon,
neurotransmiter, dan growth factor. Ikatan obat
dengan reseptor dapat berbentuk ikatan ion,
hidrogen, hidrofobik, van der Walls, atau kovalen.
Suatu zat (obat/ligan endogen) dapat mengenali
reseptornya dengan tepat karena hanya obat
dengan bentuk molekul tertentu saja yang dapat
berikatan dengan reseptor (key and lock).

K.nida

FARMAKODINAMIK
INTERAKSI OBAT RESEPTOR
Hubungan Kadar/Dosis dengan Intesitas Efek
D + R DR efek
Menurut teori pendudukan reseptor
(receptor occupancy), intesitas efek obat
berbanding lurus dengan fraksi reseptor
yang diduduki atau diikatnya, dan intesitas
efek maksimal jika seluruh reseptor
diduduki oleh obat.
K.nida

K.nida

FARMAKODINAMIK
1/Kd menunjukan afinitas obat
terhadap reseptor, yang artinya
kemampuan obat berikatan dengan
reseptornya.Jadi semakin besar KD
semakin kecil afinitas obat dengan
reseptornya. E max menunjukan
aktivitas intrinsik/efektivitas obat yaitu
kemampuan obat-reseptor untuk
menimbulkan efek farmakologi.
K.nida

EFFECT

Maximal Effect

EFEKTIVITAS
AFINITAS
ED50

Log Log
[Dose]
[Dose]

K.nida

EFFECT

Log [Dose]
AFINITAS: A > B > C > D
K.nida

C
B

RESPONSE

AFINITAS: A > B > C > D


EFEKTIVITAS: A = C > B > D
K.nida

FARMAKODINAMIK
Hubungan Dosis Obat dengan Persen
Responsif
Telah disebutkan bahwa untuk
menimbulkan efek obat dibutuhkan
suatu kisaran dosis. Jika dibuat
distribusi frekuensi dari individu yang
responsif (dalam %) pada kisaran
dosis tersebut maka akan didapat
kurva disribusi normal.
K.nida

K.nida

FARMAKODINAMIK
Jika kurva distribusi tersebut dibuat
kumulatif maka akan didapat kurva
berbentuk sigmoid yang disebut kurva
log dosis persen responsif (log DPC).
Jadi log DPC menunjukan variasi
individual dari dosis yang diperlukan
untuk menghasilkan suatu efek
tertentu
K.nida

K.nida

Indeks Terapi
Margin of Savety

Ideal :

Sehingga :

K.nida

FARMAKODINAMIK
Agonis adalah bila obat yang
menduduki reseptornya dapat
menimbulkan efek farmakologi.
Antagonis adalah bila sifat obat yang
pertama dikurangi atau ditiadakan
oleh obat kedua.

K.nida

FARMAKODINAMIK
Antagonisme dapat dibedakan menjadi 2 :
1.Antagonisme fisiologik, yaitu antagonisme
pada sistem fisiologi yang sama, tapi pada
sistem reseptor yang berlainan. c/: efek
katabolik hormon glukokortikoid (gula darah
meningkat) dapat dilawan oleh insulin.
2.Antagonisme pada reseptor, yaitu
antagonisme melalui sistem reseptor yang
sama, efek histamin pada reaksi alergi dapat
dicegah dengan pemberian anti histamin
yang menduduki reseptor yang sama.
K.nida

FARMAKODINAMIK
Antagonisme pada reseptor dapat bersifat kompetitif
atau non kompetitif.
1.Antagonis kompetitif
Dua obat bersaing untuk dapat berikatan pada
reseptor yang sama. Pada antagonis kompetitif
reversibel efek agonis dapat ditingkatkan dengan
meningkatkan dosis obat agonis.
2.Antagonis non kompetitif
Antagonis mengikat reseptor bukan pada tempat
ikatan reseptor agonis, sehingga afinitas obat tidak
berubah namun efek maksmalnya berkurang.
K.nida

ANTAGONIS KOMPETITIF

K.nida

ANTAGONIS NON KOMPETITIF

K.nida

FARMAKODINAMIK
Agonis parsial adalah agonis yang
mempunyai aktivitas intrinsik atau
efektivitas yang rendah sehingga
menimbulkan efek maksimal yang
lemah. Obat ini akan mengurangi efek
maksimal yang ditimbulkan agonis
penuh. Oleh karena itu agonis parsial
disebut juga antagonis parsial.
K.nida

BIOFARMASI
Sebelum obat yang diberikan pada pasien
tiba pada tempat kerjanya dalam tubuh
obat harus mengalami banyak proses.
Dalam garis besarnya, proses-proses ini
dapat dibagi dalam tiga tingkat, yaitu
fase biofarmasi, farmakokinetik, dan
farmakodinamik.
Biofarmasi adalah ilmu yang bertujuan
menyelidiki pengaruh pembuatan sediaan
obat atas kegiatan terapetiknya.
K.nida

BIOFARMASI
Faktor formulasi yang dapat mempengaruhi
efek obat dalam tubuh adalah :
1.Bentuk fisik zat aktif (amorf, kristal, dan
kehalusannya)
2.Keadaan kimiawi (ester, garam, kompleks)
3.Zat pembantu (pengisi, pengikat, pelicin,
pelindung, dll)
4.Proses teknis pembuatan sediaan
(tekanan mesin tablet, dll)

K.nida

ISTILAH FARMAKOLOGI
Suatu obat dikatakan spesifik bila
kerjanya terbatas pada satu jenis
reseptor, dan dikatakan selektif jika
menghasilkan hanya satu efek pada
dosis rendah dan efek lain baru timbul
pada dosis yang lebih tinggi. Selain
tergantung pada dosis selektivitas
obat juga tergantung pada cara
pemberian.
K.nida

ISTILAH FARMAKOLOGI
Plasebo adalah sediaan obat tanpa
kegiatan farmakologi.
Efek samping adalah segala sesuatu
khasiat yang tidak diinginkan untuk
tujuan terapi yang dimaksudkan pada
dosis yang dianjurkan.
Toleransi adalah keadaan hiporeaktif
akibat pajanan obat bersangkutan
sebelumnya.
K.nida

ISTILAH FARMAKOLOGI
Takifilaksis adalah toleransi yang terjadi
dengan cepat setelah pemberian
beberapa dosis obat tersebut.
Resisten adalah jika toleransi timbul
akibat pembentukan antibodi terhadap
obat.
Idiosinkrasi adalah bila suatu obat
meberikan efek yang berlainan dari
efek normalnya.
K.nida

PENGEMBANGAN DAN
PENILAIAN OBAT BARU
UJI PRAKLINIK
UJI KLINIK
1.
2.
3.
4.

Fase
Fase
Fase
Fase

I
II
III
IV

K.nida

UJI PRAKLINIK
Suatu senyawa yang baru ditemukan
terlebih dahulu diuji dengan
serngkaian uji farmakologi pada organ
terpisah dan hewan coba.
Jika ditemukan aktivitas farmakologi
yang mungkin bermanfaat maka
senyawa yang lolos penyaringan akan
diteliti lebih lanjut.
K.nida

PRAKLINIK
Sebelum calon obat dapat dicobakan
pada manusia dilakukan penelitian
sifat farmakokinetik, farmakodinamik,
dan efek toksiknya pada hewan coba.

K.nida

PRAKLINIK
Uji toksikologi pada hewan coba meliputi :
Toksisitaas akut, efek-efek dosis tunggal
yang besar hingga letal.
Toksisitas kronis, efek-efek dosis bertingkat
pada penggunaan yang panjang
Teratogenisitas
Karsinogenisitas
Mutagnisitas
Uji ketergantungan
K.nida

UJI KLINIK FASE I


Biasanya dilakukan pada
sukarelawan sehat
Subjek 20-50 org
Yang diteliti keamanan dari obat
Diteliti sifat farmakodinamik dan
farmakokinetik pada manusia
Dilakukan terbuka dan tanpa
pembanding oleh dokter ahli
K.nida

UJI KLINIK FASE II


Dilakukan pada pasien yang kelak akan diobati oleh
obat ini, tanpa penyakit penyerta.
Subjek 100-200 pasien
Yang diteliti efek terapi (khasiat obat pada manusia)
Studi kisaran dosis, untuk menetapkan dosis optimal
Keamanan obat
Obat baru dibandingkan dengan plasebo atau obat
standar, secara acak dan tersamar ganda.
Dilakukan oleh dokter ahli

K.nida

UJI KLINIK FASE III


Dilakukan pada pasien yang kelak akan diobati
oleh obat ini, dengan penyakit penyerta.
Subjek paling sedikit 500 pasien
Memastikan efek terapi, dan efek samping lain
yang tidak terlihat pada fase II
Keamanan obat
Obat baru dibandingkan dengan obat sama
dengan dosis berbeda, plasebo, obat standar.
Pengujian dilakukan secara acak dan tersamar
ganda.
Dilakukan oleh dokter yang kurang ahli
K.nida

UJI KLINIK FASE IV


Pengamatan terhadap obat yang beredar
dipasaran. Yang diamati :
Efek samping pada frekuensi penggunaan
rendah atau bertahun-tahun
Efektivitas obat pada pasien berpenyakit
berat, ganda, anak-anak, usia lanjut,
penggunaan berkalikali,
Efek obat terhadap morbiditas, dan
mortalitas
Efek baru dari obat
K.nida

K.nida

REGULASI OBAT
Obat merupakan bahan yang
diregulasi oleh pemerintah, dalam hal
ini oleh Badan POM. Tujuan regulasi
adalah melindungi konsumen dari efek
yang merugikan karena kualitas atau
keamanannya.

K.nida

REGULASI OBAT
Di Indonesia obat yang beredar dikelompokkan dalam 5
kelompok :
Obat daftar G (Obat Keras)
Obat daftar O
Obat daftar W (Obat bebas terbatas)
Obat bebas
Obat tradisional
Jamu, yaitu obat yang masih berbentuk simplisia
Herbal Terstandar, Obat herbal terstandar adalah sediaan
obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan
bakunya telah di standarisasi.
Fitofarmaka, Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam
yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah
dengan uji praklinik dan uji klinik, bahan baku dan produk
jadinya telah di standarisasi.
K.nida

Obat tradisional :
a)Jamu, yaitu obat yang masih
berbentuk simplisia
b)Herbal Terstandar, sediaan obat bahan
alam yang telah dibuktikan keamanan
dan khasiatnya secara ilmiah dengan
uji praklinik dan bahan bakunya telah
di standarisasi.
c)Fitofarmaka, sediaan obat bahan alam
yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uji
praklinik dan uji klinik, bahan baku dan
produk jadinya telah di standarisasi
K.nida

Juga dikenal obat wajib apotik yaitu


obat daftar G yang boleh diberikan
oleh apoteker pada pasien yang
sebelumnya telah mendapatkannya
dari dokter, biasanya untuk
penggunaan jangka panjang dan atau
kondisi tertentu.

K.nida

Anda mungkin juga menyukai