Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
DI RUANG PENYAKIT DALAM ( AR-RAZZAQ)
RSUD RATU ZALECHA MARTAPURA

A. Konsep Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


Cairan dan elektrolit merupakan komponen tubuh yang berperan dalam
memelihara fungsi tubuh dan proses hemeostatis. Tubuh kita terdiri atas sekitar 60%
air yang tersebar di dalam sel maupun di luar sel. Namun demikian, besarnya
kandungan air tergantung dari usia, jenis kelamin, dan kandungan lemak.
Total jumlah volume cairan tubuh (total body water – TBW) kira-kira 60% dari
berat badan pria dan 50% dari berat badan wanita. Jumlah volume ini tergantung pada
kandungan lemak badan dan usia. Lemak jaringan sangat sedikit menyimpan cairan,
dimana lemak pada wanita lebih banyak dari pria sehingga jumlah volume cairan
lebih rendah dari pria. Usia juga berpengaruh terhadap TBW dimana makin tua usia
makin sedikit kandungan airnya. Sebagai contoh, bayi baru lahir memiliki TBW 70-
80% dari BB; usia 1-12 tahun 64% dari BB; usia pubertas sampai dengan 39 tahun
untuk pria 60% dari BB dan wanita 52% dari BB; usia 40-60 tahun untukpria 55%
dari BB dan wanita 47% dari BB; dan pada usia di atas 60 tahun untuk pria 52% dari
BB dan wanita 46% dari BB.

B. Komposisi Cairan Tubuh


Cairan tubuh mengandung :
1. Oksigen yang berasal dari paru-paru
2. Nutrisi yang berasal dari saluran pencernaan
3. Produk metabolism seperti karbon dioksida ( CO2 ) Ion-ion elektrolit.
+¿
Misalnya : Sodium klorida dipecah menjadi sodium ( Na ¿ ) dan satu ion
−¿
klorida ( Cl ¿ ). Ion yang bermuatan positif disebut kation, sedangkan ion
yang bermuatan negatif disebut anion.

C. Fungsi Cairan
Beberapa fungsi cairan dalam tubuh adalah :
1. Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperature tubuh
2. Transpor nutrisi ke sel
3. Transpor hasil sisa metabolisme
4. Transpor hormone
5. Pelumas antar organ
6. Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam system kardiovaskular

D. Konsentrasi Cairan Tubuh


1. Osmolaritas
Osmolaritas adalah konsentrasi larutan diukur dalam miliosmol. Osmolaritas
ditentukan oleh jumlah partikel terlarut per kilogram air. Dengan demikian,
osmolaritas menciptakan tekanan osmotic sehingga memengaruhi pergerakan
cairan.
2. Tonisitas
Merupakan osmolaritas yang menyebabkan pergerakan air dari kompartemen
ke kompartemen yang lain. Beberapa istilah yang terkait tonisitas :
a) Larutan isotonik yaitu larutan yang mempunyai osmolaritas sama
dengan plasma darah, misalnya normal saline/NS (NaCl 0,9%), D 5
W (5% dekstrose dalam air), D5 NS ( 5% dekstrose dalam normal
saline), dan Ringer Laktat (RL)
b) Larutan hipertonik yaitu larutan yang mempunyai osmolaritas lebih
besar dari plasma darah, misalnya larutan 3% NS dan 5% NS
c) Larutan hipotonik adalah larutan yang mempunyai osmolaritas efektif
lebih kecil dari plasma darah, misalnya larutan 5% dekstrose dalam
1
0,45% normal saline ( D5 NS), dan 5% dekstrose dalam Ringer
2
Laktat ( D 5 RL)

E. Keseimbangan Cairan
Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake cairan dan output cairan. Intake cairan
berasal dari makanan dan minuman. Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800-2.500
ml/hari. Sementara pengeluaran cairan melalui ginjal dalam bentuk urine, feses, dan
IWL (Invisible Water Loss).
Berikut adalah faktor-faktor yang memengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit.
1. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolism yang
diperlukan, dan berat badan, semakin muda usianya semakin banyak total
cairan tubuh. Pada usia bayi dan lansia pergerakan cairan lebih mudah terjadi
sehingga mudah dehidrasi.
2. Suhu lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat sehingga pengeluaran cairan
akan lebih banyak. Seseorang dapat kehilangan NaCl melalui keringat
sebanyak 15-30 gram/hari.
3. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi
yang menyebabkan pergerakan cairan dari interstisial ke intraseluler. Makanan
juga mengandung cairan. Pada keadaan normal, sekitar 1.000 ml air berasal
dari makanan, dengan demikian intake makanan yang kurang akan
memengaruhi jumlah cairan tubuh.
4. Stress
Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolism sel, konsentrasi darah, dan
glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air.
Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urine.
Secara fisiologis, stress sangat penting dalam keseimbangan cairan, stress
dapat menstimulasi kelenjar hipofisis untuk menghasilkan ADH. Keadaan ini
sesungguhnya merupakan pertahanan tubuh untuk jangka pendek.
5. Mual dan muntah
Mual mengakibatkan intake makanan dan minuman menjadi berkurang
sedangkan muntah terjadi pengeluaran cairan, muntah yang lama dan banyak
berpotensi terjadinya ketidakseimbangan asam basa, pasien akan mengalami
kehilangan ion hydrogen sehingga menjadi alkalosis.
6. Diare
Diare dapat mengeluarkan cairan dan elektrolit, natrium dan potassium
menjadi keluar mengakibatkan dehidrasi.
7. Penggunaan diuretic
Diuretik beperan dalam peningkatan ekskresi cairan dan elektrolit tubuh.
Biasanya digunakan oleh pasien dengan edema pada pasien gagal jantung dan
gagal ginjal.
8. Kehamilan
Wanita hamil dapat mengaalmi hyperemesis pada awal kehamilan sehingga
pengeluaran cairan dan elektrolit berlebihan. Keadaan hamil juga
mengakibatkan bendungan vema terutama pada ekstremitas sehingga edema
bisa terjadi,

F. Pengaturan Keseimbangan Cairan


Pengaturan keseimbangan cairan dilakukan oleh suatu mekanisme tubuh yang
sempurna sehingga jumlah dan konsentrasi cairan tubuh tetap stabil atau dalam
kondisi seimbang. Beberapa mekanisme tubuh untuk mengatur keseimbangan cairan
diantaranya adalah adanya rasa haus atau dahaga, pengaruh hormon seperti
antidiuretik hormone (ADH), aldosterone, prostaglandin, dan glukokortikoid.

G. Cara Pengeluaran Cairan


Pengeluaran cairan dapat terjadi melalui organ-organ berikut ini.
1. Ginjal
a) Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170
liter darah untuk disaring setiap hari
b) Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam
c) Pada orang dewasa produksi urine sekitar 1,5 liter/hari
d) Jumlah urine yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan
aldosterone
2. Kulit
a) Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang
merangsang aktivitas kelenjar keringat.
b) Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot,
temperatur lingkungan yang meningkat, dan demam.
c) Pengeluaran cairan melalui kulit dan paru-paru atau IWL sekitar 15-20
ml/24 jam
3. Paru-paru
a) Menghasilkan IWL sekitar 20 ml/hari
b) Meningkatnya cairan yang hilang sebagai respon terhadap perubahan
kecepatan dan kedalaman napas akibat pergerakan atau demam
4. Gastrointestinal
a) Dalam kondisi yang normal cairan yang hilang dari gastrointestinal
sekitr 100-200 ml setiap hari
b) Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15 cc/kgBB/24 jam
dengan kenaikan 10% dari IWL pada setiap kenaikan temperatur 1°C

H. Elektrolit
Elektrolit merupakan komponen kimia dalam suatu partikel atau larutan, ion yang
bermuatan positif disebut kation dan ion yang bermuatan negatif disebut anion.
1. Natrium (Sodium)
+¿
Merupakan kation yang paling banyak pada cairan ekstrasel, Na¿
memengaruhi keseimbangan air, hantaran impuls saraf, dan kontraksi otot,
normalnya sekitar 135-148 mEq/liter.
2. Kalium (Pottasium)
Merupakan kation utama di intrasel, berfungsi sebagai eksitabilitas
neuromuscular dan kontraksi otot. Diperlukan dalam pengaturan
keseimbangan asam basa, normalnya 3,5-5,5 mEq/liter.
3. Kalsium (Ca)
Merupakan cairan ekstraselulerm berguna untuk pembekuan darah, serta
pembentukan tulang dan gigi.
4. Magnesium (Mg)
Merupakan kation kedua terbanyak pada cairan intrasel, penting untuk
aktivitas enzim dan eksitabilitas muscular.
5. Klorida (Cl)
Memperthankan asam basa, mempertahankan osmolaritas cairan ekstrasel,
terdapat di ekstrasel maupun intrasel.
6. Bikarbonat (HCO3)
Bufer yang terdapat dalam tubuh dan di cairan ekstrasel dan intrasel, diatur
oleh ginjal dan kadar normalnya 22-26 mEq/L.
7. Fosfat
Anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel, berfungsi meningkatkan
kegiatan neuromuscular, metabolism karbohidrat, dan pengaturan asam basa,
jika kadar fosfat tinggi maka kadar kalsium rendah.

I. Ketidakseimbangan Elektrolit
Ketidakseimbangan satu atau lebih elektrolit pada suatu kompartemen akan
memengaruhi komartemen lain sehingga akan terjadi mekanisme kompensasi untuk
mempertahankan hemeostatis.
Gangguan Elektrolit Penyebab Tanda dan Gejala
+¿  Diare  Kelemahan
Sodium ( Na ¿ )
 Keringat berlebihan  Pusing
Hiponatremia
 Luka bakar berat  Vertigo
Na<135 mEq/L
 Penggunaan  Hipotensi
diuretik  Takikardi
 Oliguria
Hipernatremia  Heartstroke  Rasa haus
Na>145 mEq/L  Kelebihan  Jumlah urine
aldosterone meningkat
 Meningkatkan IWL  Demam
 Dieresis osmotik  Nyeri kepala
 Kelebihan  Kejang
pemberian cairan  Kulit kering
hipertonik atau
isotonik saline
 Menurunnya intake
cairan
+¿  Diare  Kelemahan otot
Potasium ( K ¿ )
 Stress  Aritmia jantung
Hipokalemia
 Penggunaan  Distensi abdomen
K<3,5 mEq/L
diuretic  Reflex tendon
 Alkalosis metabolic dalam kurang
 Intake makanan
yang kurang
 Hipomagnesemia
Hiperkalemia  Gagal ginjal  Iritabilitas
K>5,5 mEq/L  Hemolisis sel darah  Cemas
merah  Kelemahan otot
 Trauma jaringan  Aritmia jantung
 Asidosis metabolic  Mual dan muntah
 Overdosis  Diare
pemberian kalium
+¿  Menurunnys intake  Tetanus otot
Kalsium ( Ca ¿ )
nutrisi  Reflex cepat
Hipokalsemia  Kekurangan  Kram otot
Ca<4,3 mEq/L vitamin D  Aritmia jantung
 Diare berat  Penurunan
 Hipomagnesemia, pembekuan darah
hiperfosfotemia  Fraktur patologis
 Hipoparatiroid  Gangguan status
 Malnutrisi protein mental
 Gagal ginjal
Hiperkalsemia  Hiperparatiroid  Nyeri tulang dan
Ca> 5,3 mEq/L  Kanker payudara sendi
dan paru  Letargia
 Kerusakan  Mual
metastasis tulang  Kelemahan otot
 Menurunnya intake  Aritmia jantung
fosfat  Hiporefleks
 Rasa haus
+¿  Kecanduan alcohol  Spastik otot
Magnesium ( Mg¿ )
kronis  Tetani, kejang
Hipomagnesemia  Penyakit ginjal  Tremor
Mg<1,5 mEq/L kronis  Kelemahan
 Malnutrisi,  Reflex cepat
malabsorbsi  Aritmia jantung
 Diare
Hipermagnesemia  Gagal ginjal  Depresi
Mg>2,5 mEq/L  Kelebihan antacid pernafasan
 Penggunaan laksatif  Letargi
 Bradikardia
2−¿  Ketosidosis diabetic  Emosi tidak stabil
Fosfat ( )
HSO 4 ¿  Malabsorbsi  Anoreksia
Hipofosfatemia  Malnutrisi berat  Paresthesia
HSO 4 < 1,7 mEq/L  Penggunaan  Kelemahan
antasida berlebih  Kerusakan tulang
Hiperfosatemia  Gagal ginjal  Kejang otot
H 2 PO 4 > 2,6  Hiperparatiroid  Kelemahan otot
mEq/L  Takikardia
 Kram abdomen
 Diare
Klorida (Cl)  Muntah  Iritabilitas
Hipokloremia  Penyakit paru  Hipotensi
Cl<95 mEq/L kronis  Letargia
 Penggunaan  Takikardi
diuretic
 Alkalosis metabolik
Hiperkloremia  Dehidrasi berat  Kelemahan
Cl> 105 mEq/L  Asidosis  Letargia
 Pernapasan cepat
dan dalam

J. Keseimbangan Asam Basa


Keseimbangan asam basa ditentukan oleh kadar ion hidrogen dalam cairan tubuh
yang dimanifestasikan oleh pH. Ion hidrogen secara normal diproduksi oleh tubuh
secara terus menerus dan masuk dalam cairan tubuh. Ion hidrogen berasal dari
+¿
pembentukan asam karbonat yang sebagian akan berdisosiasi menjadi ion H ¿ dan
bikarbonat, berasal dari katabolisme zat organic dan hasil disosiasi asam organic,
+¿
seperti asam lemak dan asam laktat. Jika konsentrasi ion H ¿ tinggi, maka pHnya
+¿
menjadi rendah, keadaan ini disebut asidosis, sedangkan jika konsentrasi H ¿
rendah, maka pH menjadi meningkat atau alkalosis. Nilai Ph netral adalah 7,
sedangkan pH plasma normalnya 7,35-7,45.

K. Konsep Asuhan Keperawatan


Pengkajian

1. Riwayat keperawatan
a. Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral, parenteral)
b. Tanda umum masalah elektrolit
c. Tanda kekurangan dan kelebihan elektrolit
d. Pengobatan tertentu yang sedang dijalani yang mengganggu status
cairan
e. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan hemostatis cairan dan
elektrolit
2. Pengukuran klinis
a. Berat badan
Kehilangan atau bertambahnya berat badan menunjukkan ada masalah
keseimbangan cairan :
1) ± 2% : ringan
2) ± 5% : sedang
3) ± 10% : berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama.
b. Keadaan umum
1) Pengukuran tanda vital
2) Tingkat kesadaran
c. Pengukuran masukan cairan
1) Cairan oral : NGT dan oral
2) Cairan parenteral termasuk obat-obatan IV
3) Makanan yang cenderung mengandung air
4) Irigasi kateter atau NGT
d. Pengukuran pengeluaran cairan
1) Urine : volume, kejernihan, atau kepekatan
2) Feses : jumlah dan konsistensi
3) Muntah
4) Tube drainase
5) IWL
e. Ukur keseimbangan cairan dengan akurat antara intake dan output
normalnya sekitar ± 200 cc.
3. Pemeriksaan fisik
Difokuskan kepada :
a. Integumen : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot,
tetani dan sensasi rasa.
b. Kardiovaskular : distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin,
dan bunyi jantung.
c. Mata : cekung, air mata kering
d. Neurologi : reflex, gangguan motorik dan sensoris, serta tingkat
kesadaran
e. Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah, dan
bising usus.
4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan elektrolit, darah lengkap, pH, berat jenis urine, dan analisis gas
darah.
Diagnosis Keperawatan dan Intervensi
1. Risiko kekurangan volume cairan ( NANDA, 2012-2014)
Definisi : kondisi dimana pasien mengalami risiko terjadi kekurangan cairan
pada intraseluler, interstisial, dan intravascular. (NANDA, 2012)

Berhubungan dengan :
a. Kehilangan cairan secara berlebihan
b. Berkeringat secara berlebihan
c. Diare
d. Penggunan diuretic
e. Pendarahan
Data yang ditemukan :
a. Hipotensi
b. Takikardia
c. Pucat
d. Kelemahan
e. Diare
f. Muntah
g. Turgor kulit lambat
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :
a. Koma
b. Muntah, diare
c. Intake cairan tidak adekuat
d. Penyakit diabetes mellitus
Tujuan yang diharapkan :
a. Mempertahankan keseimbangan cairan
b. Menunjukkan adanya keseimbangan cairan seperti output urine
adekuat, tekanan darah stabil, dan turgor kulit baik.
c. Secara verbal, pasien dpaat mengatakan penyebab kekurangan cairan
Intervensi Rasional
1. Identifikasi kemungkinan faktor 1. Penanganan kekurangan cairan
penyebab kekurangan volume cairan tergantung dari factor penyebabnya
2. Lakukan pemeriksaan : turgor kulit, 2. Menentukan status cairan atau derajat
mukosa mulut, kecekungan mata dehidrasi
3. Cek tanda vital setiap 4 jam atau 3. perubahan tanda vital dapat terjadi
sesuai kebutuhan dengan sangat cepat pada kekurangan cairan
seperti hipotensi, peningkatan nadi,
pernapasan maupun suhu tubuh
4. anjurkan pasien minum 2.000- 3.000 4. meningkatkan intake cairan tubuh
ml/hari sesuai batas toleransi
5. kolaborasi dengan dokter dalam 5. memenuhi kebutuhan cairan tubuh
pemberian cairan intravena
6. berikan pendidikan kesehatan tentang 6. meningkatkan informasi dan kerja sama
tanda dan gejala dehidrasi, intake dan output pasien
cairan, serta terapi yang diberikan

Anda mungkin juga menyukai