Oleh:
Aulia Ninggar Monica
15710006
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
RST SOEPRAOEN MALANG
2016
KASUS
Di poli kandungan salah satu rumah sakit di Malang,
terdapat dua dokter spesialis kandungan dibantu satu
dokter umum dan beberapa bidan. Kebiasaan poli
kandungan tersebut yaitu apabila ada pasien yang
berobat, terlebih dahulu akan dianamnesa oleh bidan,
kemudian diperiksa oleh dokter umum. Apabila dokter
umum dapat memberikan terapi, pasien tidak akan
ditangi oleh dokter spesialis kandungan tetapi bila
pasien memerlukan untuk dilakukan pemeriksaan
dengan USG, pasien akan dilanjutkan diperiksa dokter
spesialis obgyn.
Pada hari itu, datang seorang ibu rumah tangga, umurnya
sekitar 33 tahun. Pasien merupakan pasien BPJS.
Pasien mengeluhkan beberapa bulan terakir
menstruasinya tidak lancar, beberapa hari menstruasi,
beberapa hari tidak dan diluar jadwalnya menstruasi.
Pasien mengatakan tidak mengonsumsi obat apapun,
pasien menggunakan KB. Setelah dilakukan
pemeriksaan oleh dokter umum yang didampingi bidan,
dokter umum mengatakan agar pasien menunggu
antrian untuk dilakukan pemeriksaan USG oleh dokter
spesialis kandungan.
Saat itu merupakan waktu jaga poli dokter spesialis AL. Di
dalam ruang USG ada dokter AL, dokter umum, bidan
dan dokter muda.
Tibalah giliran ibu tersebut untuk diperiksa.
Dr AL: sini buk, tidur disitu (menunjuk tempat periksa
pasien).
DU: ibunya mengeluh menstruasinya tidak lancar dok, ibunya
pakai KB.
Dr AL: (sambil melihat monitor dan memeriksa pasien) ini
siap dibuka kapan?
Px: dibuka apa dok?
Dr AL: dioperasi, penyakitnya diambil. Besok siap?
Px: harus operasi dok? Kalau obat saja tidak operasi tidak
bisa dok?
Dr AL: tidak datang kesini juga tidak apa-apa (denga nada
ketus).
Px: saya perlu ijin suami saya dulu dok
Dr AL: (diam, melihat dokter umum seperti memberi kode)
DU: iya bu ditunggu di luar dulu ya, nanti dijelaskan
bidannya, mungkin mau ijin suaminya dulu.
Px: terima kasih dok
DU & dr al: (diam)
Pasien diantar keluar oleh bidan ke ruang KIE.
Dr AL: ada pasien lagi gak mil?
Du: tidak ada dok.
Di ruanga USG DU dan dr AL berbincang sembari tertawa,
dokter muda hanya menyimak.
Beberapa saat kemudian terdengar ketukan pintu, bidan
menyampaikan bahwa pasien tersebut bersama suaminya
ingin bertemu. Di dampingi bidan, pasien dan suaminya
masuk ke ruang usg.
Suami: (hormat, duduk)
Dr AL: gimana?
Suami: mohon ijin, apa sakit istri saya dok?
Dr AL: ini penyakitnya (menunjuk gambar di monitor).
Suami: apa harus dioperasi dok?
Dr AL: iya perlu dioperasi ini (tanpa menjelaskan alasan
mengapa harus dioperasi, diagnosa penyakit px, terapi
lain selain harus operasi)
Suami: (sedikit berfikir dan melihat istri) Siap! Saya ikut
petunjuk dokter, kalau memang itu yang terbaik. (suami
pasien memberi ijin dilakukan operasi tanpa bertanya
secara mendetail dan lebih lanjut pada dokter, tampak
sedikit kekecewaan dan batasan antara atasan dengan
bawahan)
Dr AL: besok ya saya operasi, sudah diurus dulu sana.
Pasien dan suaminya diantar keluar oleh bidan>
DU: DM udah selesai ya, boleh keluar.
Dokter muda mengikuti pasien ke ruang KIE, bidan
memberikan penjelasan tentang administrasi yang harus
dilengkapi, menjelaskan isi informed consent yang harus
diisi.
BENEFICENCE
Kriteria Ada Tidak
ada
1.Utamakan alturisme (menolong tanpa pamrih, rela √
berkorban)
2.Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia √
3.Memandang pasien/keluarga dan sesuatu tak sejauh √
menguntung dokter
Prima facia:
Justice
LANDASAN TEORI
4-BOX METHOD OF CLINICAL
ETHICS
MEDICAL CLIENT
INDICATIONS PREFERENCES
QUALITY OF CONTEXTUAL
LIFE FEATURES
4 box method
Medical indication:
Pasien ibu rumah tangga usia sekitar 33 tahun datang
ke poli kandungan dengan keluhan beberapa bulan
terakhir menstruasi tidak lancar, pasien tidak
mengonsumsi obat-obatan, pasien menggunakan KB.
Quality of life:
Setelah dilakukan operasi diharapkan kondisi pasien
membaik.
Client preference:
Pasien merupakan ibu rumah tangga usia sekitar 33
tahun. Ibu tersebut masih memiliki suami, hak otonomi
sepenuhnya ada di tangan suami,
Contextual feature:
Pasien merupakan pasien BPJS.
Prinsip Profesionalisme
Excelence :
Dokter tidak menjaga mutu pelayanan tinggi
Accountability :
Dokter bertanggung jawab terhandap kondisi pasien
Alturism :
Dokter mementingkan dirinya sendiri.
Duty :
Dapat dihubungi dan responsif bila sedang dinas
Respect :
Dokter tidak memperhatikan pasien
Humanity :
Dokter tidak ada perasaan belas kasih dan empati
terhadap pasien