Anda di halaman 1dari 18

Laporan Tutorial

Blok IKD-III

Ilmu Saraf

Disusun Oleh : Fahala Lamboi Sihaloho 219 – 218 – 002

Grup Tutor A5

Fasilitator

dr. Suryati Sinurat, MKM, AIFO-K

Fakultas Kedokteran

Universitas Methodist Indonesia

2020/21

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karunia-nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan hasil
Laporan Tutorial blok IKD 3 ini sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Dalam penyusunan laporan tutorial blok IKD 3 ini, penulis menyadari sepenuhnya
banyak terdapat kekurangan di dalam penyajiannya. Hal ini disebabkan terbatasnya
kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, penulis menyadari bahwa tanpa adanya
bimbingan dan bantuan dari semua pihak tidaklah mungkin hasil laporan tutorial blok IKD
3ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa. Atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikanlaporan dengan baik.
2. dr. Suryati Sinurat, MKM, AIFO-K. Selaku dosen atas segala masukkan,
bimbingan dan
kesabaran dalam menghadapi segala keterbatasan penulis.

Akhir kata, segala bantuan serta amal baik yang telah diberikan kepada penulis,
mendapatkan balasan dari Tuhan, serta Laporan Tutorial blok IKD 3 ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya, dan para pembaca umumnya.

Medan, 6 Februari 2020

Fahala Lamboi Sihaloho

2
Skenario:

Seorang pasien laki laki berusia 52 tahun datang ke poliklinik neurologi.

Sewaktu dilakukan anamnesa, diperoleh informasi bahwa pasien mengalami lemah badan
sebelah kiri sudah sejak 6 bulan yang lalu. Kelumpuhan dialami os secara tiba-tiba saat os
bangun tidur.

Keluhan tambahan: disisi yang sama dengan kelemahan os mengalami rasa panas seperti
kena cabai yang tidak berkurang dengan obat-obatan. Rasa panas ini sangat mengganggu os
sehingga os sulit tidur.

Riwayat penyakit terdahulu : Hipertensi lebih kurang 5 tahun dan tidak teratur minum obat.
Os juga seorang perokok dan gaya hidup tidak sehat.

Pemeriksaan Fisik :

Sensorium : Compos Mentis

Tekanan Darah : 150/90 mmHg

HR/Pols : 72 x/menit, regular

Respiratory Rate : dalam batas normal

Pemeriksaan Neurologi :

Sensorium : Compos Mentis

Hemiperase Sinistra type Upper Motor Neuron(UMN)

Parase N VII Sinistra Type UMN

Parase N XII Sinistra Type UMN

Kekuatan Otot : Ekstrimitas Superior Sinistra et Dextra : 33322

33322

3
I.Klarifikasi Masalah

1. Hemipase

2. Upper Motor Neuron(UMN)

II. Identifikasi Masalah

1. Lemah badan sebelah kiri sudah sejak 6 bulan

2. Ada rasa panas sehingga susah tidur

3. Hipertensi

III.Analisa Masalah

1.Pasien mengalami kelumpuhan

2.Parase Nervus

3.Gaya hidup tidak sehat dan tidak teratur minum obat hipertensi

IV.Kerangka Konsep

♂ 52 Tahun

Anamnesis Pemeriksaan fisik


Pemeriksaan neurologi

Sensorium:compos mentis
Keluhan Riwayat tekanan darah 150/90 Parase nervus
utama penyakit mmHg
dahulu HR/Pols: 72x/mnt,regular
lemah respiratory rate:dalam
sebelah batas normal.
Hipertensi
kiri dan gaya
dan rasa hidup tidak
panas sehat

Kelumpuhan

4
V.Learning Objective

1. Menjelaskan tentang kelumpuhan

2. Menjelaskan 12 fungsi saraf kranial

3. Menjelaskan diagnosis banding

4. Defenisi Stroke

5. Gejala klinis Stroke

6. Jenis-jenis Stroke

7. Pemeriksaan fisik Stroke

8. Tatalaksana Stroke

9. Edukasi pada pasien Stroke

VI. Pembahasan Klarifikasi Masalah

1. Hemiperase

Hemiparesis adalah istilah medis untuk menggambarkan suatu kondisi adanya


kelemahan pada salah satu sisi tubuh atau ketidakmampuan untuk menggerakkan anggota
tubuh pada satu sisi. Istilah ini berasal dari kata hemi yang berarti separuh, setengah, atau
satu sisi dan paresis yang berarti kelemahan. 

Perlu diingat bahwa hemiparesis berbeda dengan lumpuh, karena ini hanya kelemahan
bukan kelumpuhan (plegia). Hemiparesis juga sering disebut hemiparese.1

2. Upper Motor Neuron(UMN)

Upper Motor Neuron (UMN) adalah  neuron-neuron motorik yang berasal dari korteks
motorik serebri atau batang otak yang seluruhnya (dengan serat saraf-sarafnya ada di dalam
sistem saraf pusat. Lower motor neuron (LMN) adalah neuron-neuron motorik yang berasal
dari sistem saraf pusat tetapi serat-serat sarafnya keluar dari sistem saraf pusat dan
membentuk sistem saraf tepi dan berakhir di otot rangka.1

5
VII. Pembahasan Learning Objective

1. Menjelaskan tentang kelumpuhan

Otot berperan penting dalam mengendalikan setiap gerakan tubuh manusia. Dalam
menggerakkan tubuh, otot bekerja sama dengan tulang, saraf, dan jaringan penghubung
antara otot, saraf, dan tulang. Ketika salah satu jaringan tersebut mengalami gangguan, maka
kelumpuhan dapat terjadi.1

2. Menjelaskan 12 fungsi saraf kranial2

2.1 Nervus Olfaktori (N.I):

- Fungsi : Saraf sensorik, untuk penciuman

- Cara Pemeriksaan : Pasien memejamkan mata, disuruh membedakan bau yang


dirasakan (kopi, teh, dll)

2.2 Nervus Optikus (N.II):

- Fungsi : Saraf sensorik, untuk penglihatan

- Cara Pemeriksaan : Dengan Snelend card, dan periksa lapang pandang

2.3 Nervus Okulomotoris (N.III):

- Fungsi : Saraf motoric, untuk menangkat kelopak mata keatas,


kontriksi pupil dan sebagian gerakan ekstraokuler

- Cara Pemeriksaan : Tes putaran bola mata, menggerakkan konjungtiva, reflex


pupil dan inspeksi kelopak mata

2.4 Nervus Trochlearis (N.IV):

- Fungsi : Saraf motoric, gerakan mata kebawah dan kedalam

- Cara Pemeriksaan : Tes putaran bola mata, menggerakkan konjungtiva, reflex


pupil dan inspeksi kelopak mata

6
2.5 Nervus Trigeminus (N.V):

- Fungsi : Saraf motoric, gerakan mengunyah, sensasi wajah, lidah dan


gigi, refleks kornea dan reflex kedip

- Cara Pemeriksaan : Menggerakkan rahang ke semua sisi, pasien memejamkan


mata, sentuh dengan kapas pada dahi atau pipi. Menyentuh
kornea dengan kapas

2.6 Nervus Abdusen (N.VI):

- Fungsi : Saraf motoric, deviasi mata ke lateral

- Cara Pemeriksaan : Tes putaran bola mata, menggerakkan konjungtiva, reflex


pupil dan inspeksi kelopak mata

2.7 Nervus Fasialis (N.VII):

- Fungsi : Saraf motoric, untuk ekspresi wajah

- Cara Pemeriksaan : Senyum, bersiul, mengangkat alis mata, menutup kelopak


mata dengan tahanan, menjulurkan lidah untuk membedakan
gula dan garam

2.8 Nervus Verstibulocochlearis (N.VIII):

- Fungsi : Saraf sensorik, untuk pendengaran dan keseimbangan

- Cara Pemeriksaan : Test Webber dan Rinne

2.9 Nervus Glosofaringeus (N.IX):

- Fungsi : Saraf sensorik dan motoric, untuk sensasi rasa

- Cara Pemeriksaan : Membedakan rasa manis dan asam

2.10 Nervus Vagus (N.X):

- Fungsi : Saraf sensorik dan motoric, reflex muntah dan menelan

7
- Cara Pemeriksaan : Menyentuh faring posterior, pasien menelan saliva, disuruh
mengucap ah. . .

2.11 Nervus Asesoris (N.XI):

- Fungsi : Saraf motoric, untuk menggerakkan bahu

- Cara pemeriksaan : Suruh pasien untuk menggerakkan bahu dan lakukan tahanan
sambil pasien melawan tahanan tersebut.

2.12 Nervus Hipoglosus (N.XII):

- Fungsi : Saraf motoric, untuk gerakan lidah

- Cara Pemeriksaan : pasien disuruh menjulurkan lidah dan menggerakkan dari sisi
ke sisi

3. Menjelaskan diagnosis banding

3.1 Stroke Iskemik ec Emboli

Stroke iskemik yang disebabkan karena emboli pada umumnya memiliki gambaran
klinis yang sama dengan stroke iskemik karena trombosis. Yang menjadi pembeda disini
adalah asal dari sumber iskemik tersebut. Stroke embolik berkembang setelah oklusi arteri
oleh emboli yang terbentuk di luar otak. Secara umum embolus yang menyebabkan stroke
adalah jantung setelah infark miokardium atau fibrilasi atrium, dan embolus yang merusak
arteri karotis komunis atau aorta. Patofisiologi stroke emboli sama dengan stroke iskemik
karena trombosis. Dimana terjadi infark karena kurangnya suplai darah ke otak. Untuk
penatalaksanaan stroke iskemik yang disebabkan oleh emboli memiliki penatalaksanaan yang
sama dengan stroke iskemik akibat trombosis, yaitu dapat diberikan trombolitik, antiplatelet
dan antihipertensi bila diperlukan. Sumber embolisasi dapat terletak di arteria karotis atau
vertebralis akan tetapi dapat juga di jantung dan sistem vaskuler sistemik. Embolus yang
dilepaskan oleh arteria karotis atau vertebralis, dapat berasal dari “plaque athersclerotique”
yang berulserasi atau dari trombus yang melekat pada intima arteri akibat trauma tumpul
pada daerah leher.3

3.2 Stroke Hemoragik

8
Stroke hemoragik memiliki tingkat insiden lebih kecil daripada stroke iskemik. Stroke
hemoragik terjadi apabila pembuluh darah di otak pecah sehingga menyebabkan iskemia
(penurunan aliran) dan hipoksia di sebelah hilir. Penyebab stroke hemoragik adalah
hipertensi, pecahnya aneurisma, atau malformasi arterivenosa (hubungan yang abnormal).
Hemoragik dalam otak secara signifikasn meningkatkan tekanan intrakranial, yang
memperburuk cedera otak yang dihasilkannya. Stroke hemoragik diklasifikasikan menjadi 2
yaitu: (1) Perdarahan intraserebral (PIS) yaitu perdarahan primer yang berasal dari pembuluh
darah parenkim otak; (2) Perdarahan subaraknoid (PSA) yaitu keadaan terdapatnya atau
masuknya darah ke dalam ruangan subaraknoid karena pecahnya aneurisma, AVM, atau
sekunder dari PIS. Gejala klinis antara keduanya berbeda (Tabel 4). CT scan merupakan alat
diagnostik utama pada stroke hemoragik.3

Tabel 1. Evaluasi untuk Stroke Hemoragik4

(Dewanto G, Suwono WJ, Riyanto B, Turana Y. Panduan praktis diagnosis dan tatalaksana
penyakit saraf. Jakarta: EGC; 2009.h.29.)

3.3 Tumor Otak

Tumor otak merupakan kondisi yang ditandai dengan tumbuhnya sel-sel abnormal di
dalam atau di sekitar otak. Sel-sel abnormal itu tumbuh tak wajar dan tidak terkendali.
Namun, tumor di dalam otak ini tidak selalu berubah menjadi tumor ganas atau kanker.

9
Tingkatan tumor otak terbagi dari tingkat 1-4. pengelompokkannya berdasarkan perilaku
tumor tersebut. Misalnya, dinilai dari kecepatan pertumbuhan dan cara penyebarannya. Untuk
tingkat 1 dan 2, tumor otak tergolong jinak, dan tidak berpotensi menjadi ganas.

Sementara itu pada tingkat 3 dan 4 berbeda lagi. Di tingkat ini, tumor biasanya berpotensi
menjadi kanker. Oleh sebab itu, kondisi ini sering disebut sebagai tumor otak ganas atau
kanker otak.4

4. Defenisi Stroke

Stroke adalah penyakit serebrovaskular mangacu pada setiap gangguan neurologic mendadak
yang terjadi akibat pembatasan atau terhentinya aliran darah melalui sistem suplai arteri otak.
Stroke diklasifikasikan menjadi dua kategori utama, yaitu stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Stroke iskemik disebabkan oleh sumbatan pada pembuluh darah, dibagi dua,
akibat trombotik dan embolik. Sedangkan stroke hemoragik disebabkan perdarahan, baik
perdarahan intraserebral maupun subarachnoid.5

Gambar 1 : Gambaran Jenis Stroke

Sumber : http://www.heartandstroke.com/

Iskemik otak mengakibatkan perubahan dari sel neuron secara bertahap :2

Tahap 1: a. Penurunan aliran darah

b. Pengurangan 02

10
c. Kegagalan energi

d. Termina; depolarisasi dan kegagalan homeostasis ion

Tahap 2 : a. Eksitoksisitas dan kegagalan homeostasis ion

b. Spreading depression

Tahap 3 : Inflamasi

Tahap 4 : Apoptosis

5. Gejala klinis Stroke

Manifestasi klinis berdasarkan pada neuroanatomi dan vaskularisasinya. Gejala klinis


dan defisit neurologik yang ditemukan berguna untuk menilai lokasi iskemik:

Sebagian besar kasus stroke terjadi secara mendadak, sangat cepat dan menyebabkan
kerusakan otak dalam beberapa menit (completed stroke). Kemudian stroke menjadi
bertambah buruk dalam beberapa jam sampai 1-2 hari akibat bertambah luasnya jaringan otak
yang mati (stroke in evolution).

Perkembangan penyakit biasanya (tetapi tidak selalu) diselingi dengan periode stabil,
dimana perluasan jaringan yang mati berhenti sementara atau terjadi beberapa perbaikan.
Gejala stroke yang muncul pun tergantung dari bagian otak yang terkena. Membaca isyarat
stroke dapat dilakukan dengan mengamati beberapa gejala stroke. Manifestasi klinis
berdasarkan lokasi lesinya:3,6

1. arteri serebri anterior : menyebabkan hemiparesis dan hemipistesi kontralateral


yang terutama melibatkan tungkai

2. arteri serebri media : menyebabkan hemiparesis dan hemipestesi kontralateral


yang terutama mengenai lengan disertai gangguan fungsi luhur berupa afasia (bila
mengenai area otak dominan) hemipastial neglect (bila mengenai area otak
nondominan)

3. arteri serebri posterior : menyebabkan hemianopsi homonim atau kuandratanopsi


kontralateral tanpa disertai gangguan motorik dan sensoris. Gangguan daya ingat
terjadi bila terjadi infark pada lobus temporalis medial. Agnosia dan prosopagnosia

11
(ketidakmampuan mengenali wajah) timbul akibat infark pada korteks
temporooksipitalis inferior

4. Korteks : Gejala terlokalisasi, mengenai daerah lawan dari letak lesi, hilangnya
sensasi kortikal (stereonogsis, diskriminasi 2 titik), kurang perhatian terhadap
rangasang sensorik

5. Kapsula : Lebih luas, sensasi primer menghilang, bicara dan penglihatan mungkin
terganggu.

6. Batang otak : menyebabkan gangguan saraf kranial seperti diplopia, dan vertigo ;
gangguan serebelar seperti ataksia atau hilang keseimbangan; penurunan kesadaran.

7. Infark lakunar merupakan merupakan infark kecil dengan klinis gangguan murni
motorik atau sensorik tanpa gangguan fungsi luhur (afasia).

6. Jenis-jenis Stroke

Dikenal bermacam-macam klasifikasi stroke berdasarkan atas patologi anatomi(lesi),


stadium dan lokasi (sistem pumbuluh darah) . Klasifikasi Modifikasi Marshall :4

I. Berdasarkan patologi anatomi dan penyebabnya:

1. Stroke iskemik

a. Transient Ischemic Attack (TIA)

b. Trombosis Serebri

c. Emboli Serebri

2. Stroke hemoragik

a. Perdarahan Intraserebral

b. Perdarahan Subarakhnoid

II. Berdasarkan stadium

1. TIA

2. Stroke in evolution

12
3. Completed Stroke

III. Berdasarkan lokasi (sistem pembuluh darah)

1. Tipe Karotis

2. Tipe Vetebrobasiler

7. Pemeriksaan fisik Stroke

Hal pertama yang perlu dipastikan dalam pemeriksaan fisik adalah memastikan apakah
pasien sakit ringan atau berat. Selain itu perlu juga dilihat jalan napas pasien dimana jalan
napas pasien harus stabil dan terjaga. Mungkin posisi perlu diubah menjadi posisi pemulihan
atau intubasi. Beri oksigen dan pastikan pernapasan serta sirkulasi dipertahankan. Periksa
pula tingkat kesadaran pasien dengan menggunakan Skor Koma Glasgow (Tabel 2).

Tabel 2. Skala Koma Glasgow

(Rubenstein D, Wayne D, Bradley J. Lecture notes: Kedokteran klinis. Edisi 6. Jakarta:


Erlangga; 2007.h.104.)

13
Nilailah juga bicara. Periksa pemahaman pasien akan perintah dan dengarkan saat pasien
berbicara. Jika tampak ada kesulitan, minta pasien menyebut nama obyek tertentu. Minta
pasien mengulangi suatu frase yang diucapkan. Adakah diatria dan disfasia ( reseptif atau
ekspresif).

Nilai postur pasien, apakah pasien normal, hemiplegik, desebrasi atau dekortikasi.
Lakukan pemeriksaan fisik neurologis lengkap. Khususnya adakah defisit neurologis fokal
(misal kelemahan di satu sisi). Periksa tonus otot pasien. Tonus otot pasien bisa normal atau
sedikit melemah pada awal stroke atau baru sembuh dari stroke akibat lesi neuron motorik
atas (upper motor neuron, UMN), tetapi biasanya tonus akan meningkat sampai tingkat
abnormal.

Apakah kekuatan berkurang, jika ya, adakah distribusi piramidalis yaitu pada lengan
fleksor lebih kuat sedangkan pada tungkai ekstensor yang lebih kuat. Periksa pula adakah
gangguan koordinasi, adakah tanda – tanda lesi serebelar. Periksa pula adakah ada tanda
neurologis menunjukkan lesi pada bagian SSP tertentu atau gangguan suplai arteri tertentu.
Nilai derajat diabilitas dengan Indeks Barthel untuk aktivitas Harian (Tabel 3).5

Tabel 3. Indeks Barthel untuk Aktivitas Harian

(Gleadle J. At a
glance: anamnesis dan
pemeriksaan fisik.
Jakarta: Erlangga;
2007.h.177.)

14
Pemeriksaan arteri karotis dan bruit juga perlu dilakukan. Periksa apakah terjadi
peningkatan pulsasi arteri karotis eksterna pada wajah sesisi dengan kelemahan (arteria
temporalis superfisialis, arteria angularis, arteria pada kening/ alis), yang menunjukkan
adanya suatu sirkulasi kolateral di sekitar arteria karotis interna yang mengalami
penyumbatan.7

8. Tatalaksana Stroke

Pasien dengan disabilitas neurologis yang signifikan harus dirawat, terutama di unit
spesialistik. CT scan segera dapat membedakan lesi stroke iskemik atau hemoragik. Berikan
perawatan umum untuk mempertahankan kenyamanan dan jalan napas yang adekuat.
Pastikan pasien bisa menelan dengan aman dan jaga agar pasien tetap mendapat hidrasi dan
nutrisi. Menelan harus dinilai (perhatikan saat pasien mencoba untuk minum), dan jika
terdapat kesulitan, cairan harus diberikan melalui intravena. Pemakaian kateter menetap
hanya pada keadaan khusus seperti kesadaran menurun, demensia.

Pada stroke iskemik dapat diberikan aspirin 300 mg per hari. Selain itu dapat pula
diberikan kombinasi dipiridamol dan aspirin yang terbukti lebih efektif daripada pemberian
aspirin tunggal. Dosis dipiridamol yang dipakai adalah 25 mg dua kali sehari, dan
ditingkatkan bertahap (selama 7-14 hari) hingga 200 mg dua kali sehari. Monoterapi dengan
klopidogrel 75 mg perhari diberikan bila pasien tidak dapat mentoleransi aspirin.6,3,8

Terapi spesifik stroke iskemik akut:

Trombolisis dengan rt-PA (recombinant tissue-plasminogen activator) merupakan satu-


satunya pengobatan yang sudah terbukti dan direkomendasikan untuk memulihkan iskemia
pada stroke akut dengan syarat-syarat khusus yaitu tidak ada kelainan darah. 3 Obat rt-PA
yaitu asetosal (asam asetil salisilat) digunakan dengan dosis berkisar antara 80-300 mg/hari
sublingual. Atau Trombolisis rt-PA intravena/intraarterial pada ≤ 3 jam setelah awitan stroke
dengan dosis 0,9 mg/kg (maksimal 90 mg). Sebanyak 10% dosis awal diberi sebagai bentuk
bolus, sisanya dilanjutkan melalui infus dalam waktu 1 jam. Kemudian bias diberikan :

1. Antiplatelet : asam salisilat (Aspirin) 160-300 mg/hari, diberikan 48 jam setelah


awitan stroke atau clopidogrel 75mg/hari

15
2. Berikan obat neuroprotektif. Mencegah perburukan neurologis yang berhubungan
dengan stroke yang masih berkembang dengan obat neuroprotector yaitu citicoline
dan methylcobalamine.
3. Kendalikan hipertensi yang umum dijumpai pada stroke iskemik: tekanan darah
sistolik > 180 mmHg harus diturunkan sampai 150-180 mmHg dengan labetalol
20 mg iv dalam 2 menit, ulangi 40-80 mg iv dalam interval 10 menit sampai
tekanan yang diinginkan atau golongan ACE inhibitor (misalnya: kaptopril 12,5-
25 mg, 2-3 kali/hari) atau golongan antagonis kalsium (misalnya: nifedipin oral 4
kali 10 mg atau nicardipin iv 5 mg/hr, dan titrasi 2,5 mg/jam tiap 5-15 menit).3

4. Antikoagulan

Warfarin dan heparin sering digunakan pada TIA dan stroke yang mengancam. Suatu
fakta yang jelas adalah antikoagulan tidak banyak artinya bilamana stroke telah terjadi, baik
apakah stroke itu berupa infark lakuner. Keadaan yang memerlukan penggunaan heparin
adalah trombosis arteri basilaris.

a. Penatalaksanaan Non Medikamentosa.3,6

1. Nutrisi pasien diperhatikan : pengkajian gangguan menelan dan tata cara


pemberian nutrisi bila terdapat gangguan menelan. Seringkali pemberian makanan
peroral aktif atau dengan sonde diberikan pada pasien yang berbaring
2. Hidrasi intravena : Koreksi dengan NaCl 0.9% jika hipovolemik
3. Hiperglikemi : koreksi dengan insulin skala luncur. Bila stabil, beri insulin reguler
subkutan
4. Neurorehabilitasi : Secepatnya setelah pasien melewati masa kritis, stimulasi dini
dan fisioterapi gerak anggota badan aktif dan pasif, terapi wicara untuk pasien
dengan gangguan bicara, terapi ocupasi (dilakukan untuk memperbaiki fungsi
kehidupan sehari-hari dalam beraktivitas).
5. Rehabilitas Mental : Sebagian besar penderita stroke mengalami masalah
emosional yang dapat mempengaruhi mental mereka, misalnya reaksi sedih,
mudah tersinggung, tidak bahagia, murung dan depresi. Oleh karena dapat dirujuk
untuk di tangani oleh dokter spesialis jiwa.
6. Perawatan kandung kemih : kateter menetap hanya pada keadaan khusus
(keasadaran menurun)

16
9. Edukasi pada pasien Stroke

1. Menghindari : rokok, stress mental, alcohol, kegemukan, konsumsi garam


berlebih,obat-obatan golongan amfetamin, kokain, dan sejenisnya.
2. Mengurangi : kolesterol dan lemak dalam makanan
3. Mengendalikan : hipertensi

Untuk rehabilitasi dapat dilakukan fisioterapi yang berkesinambungan, terapi


okupasional dan terapi wicara, serta keterlibatan petugas sosial dapat membantu pasien
meraih kemandirian dalam aktivitas dan fungsinya sehari – hari.6

VII. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan uraian diatas mengenai skenario dapat ditarik kesimpulan
bahwa pasien menderita Stroke Iskemik Akut (Non-Hemoragic) dan berdasarkan hasil
pemeriksaan neurologi parase N.VII dan N.XII dapat disimpulkan kelebih spesifik bahwa
pasien terkena Stroke Hemisferik.

17
VIII.Daftar Pustaka

1. Yadav RK, et al. 2016. Efficacy of modified constraint induced movement therapy in the
treatment of hemiparetic upper limb in stroke patients: A randomized study.
2. Evelyn C. Pearce. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.2009.h.91-3.
3. Aziz, Faisal M.D. Rethinking The Six Weeks Waiting Approach To Carotid Intervention
After Ischemic Stroke . The Internet Journal of Surgery. 2009 Volume 11 Number 1.
Department of General Surgery. New York Medical College. [Online]. Available from:
http://www.ispub.com/journal/the_internet_journal_of_surgery/volume_11_number_1/arti
cle/rethinking_the_six_weeks_waiting_approach_to_carotid_intervention_after_ischemic_
stroke.html
4. Dewanto G, Suwono WJ, Riyanto B, Turana Y. Panduan praktis diagnosis dan tatalaksana
penyakit saraf. Jakarta: EGC; 2009.h.34.77.
5. Gleadle J. At a glance: Anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2007.h.176-7.
6. Ginsberg L. Lecture notes: neurologi. Edisi 8. Jakarta: Erlangga; 2008.h.91-5.106-
111.133.
7. Barnett, Henry dkk. Drugs and Surgery in the Prevention of Ischemic Stroke. [Online].
Available from: http://content.nejm.org/cgi/content/full/332/4/238/journal
8. Hassmann KA. Stroke Ischemic. [Online]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/793904-followup

18

Anda mungkin juga menyukai