Disusun Oleh: Asriani Ayu Ristika Dewi Sufirman Ulfia Muriza
Universitas Mulawarman Samarinda Fakultas Ilmu Keperawatan Tahun 2014/2015
2
Kata Pengantar
Alhamdulillah hirobbil Alamin Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas ridho-Nya jualah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Iriyani K, S.KM,M.Gizi, selaku dosen mata kuliah Ekologi pangan dan gizi, berkat tugas yang beliau berikan kami semakin paham dan mengerti terhadap xerosis conjungtiva dan Bitot spot. Kami mohon maaf apabila dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat kedepannya. Dan akhir kata kami ucapkan Selamat Membaca.
Samarinda, Mei 2014 Hormat Kami,
Kelompok 4
3
Daftar Isi
Halaman Judul ...................................................................................................................... 1 Kata Pengantar ..................................................................................................................... 2 Daftas Isi ............................................................................................................................... 3 Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang ......................................................................................................... 4 B. Tujuan ...................................................................................................................... 4 Bab II Tinjauan Pustaka A. Pengertian ............................................................................................................... 5 B. Etiologi ..................................................................................................................... 5 C. Tanda dan gejala ...................................................................................................... 5 D. Patofisiologi ............................................................................................................ 6 E. Penanggulangan ...................................................................................................... 7 Bab III Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan .............................................................................................................. 9 B. Saran ........................................................................................................................ 9 Daftar Pustaka ...................................................................................................................... 10
4
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang Di tahun 2014 ini indonesia masih juga menjadi negara berkembang. Banyak sekali persoalan yang di hadapi oleh negara yang sedang merangkak maju ini, dari mulai ekonomi, sosial, budaya, kependudukan, kesehatan, dan sebagainya. Sehingga banyak sekali pekerjaan rumah indonesia saat ini. Khusus di bidang kesehatan indonesia masih juga menghadapi masalah-masalah kekurangan gizi kurang seperti; Gagngguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kekurangan Energi Protein (KEP), Kekurangan Vitamin A (KVA). Dan ditambah masalah gizi berlebih seperti; Obesitas. Sangat miris sekali ketika anak-anak indonesia masih ada yang mengalami defisit vitamin A (KVA). Direktorat Bina Gizi Masyarakat bekerja sama dengan SEAMEO-RECFON (South East Asia Ministers of Education Organization - Regional Center for Food and Nutrition) Universitas Indonesia, UNICEF dan Micronutrient Initiative pada tahun 2007 melakukan survei di 3 provinsi terpilih yaitu Kalimantan Barat, Lampung dan Sulawesi Tenggara untuk melihat cakupan suplementasi Vitamin A dan mengevaluasi manajemen program Vitamin A. Hasil survei menunjukkan bahwa di provinsi Kalimantan Barat cakupan Vitamin A pada bayi (6-11 bulan) adalah sebesar 55,8% dan anak balita (12-59 bulan) sebesar 56,6%, sementara untuk provinsi Lampung cakupan pada bayi adalah 82,4% dan anak balita 80,4%, dan Sulawesi Tenggara adalah 70,5% pada bayi dan anak balita sebesar 62,2%. Hasil survei juga menemukan bahwa sebanyak 70,2% bayi umur 6- 11 bulan dan 13,9% anak balita umur 12-59 bulan mendapatkan suplementasi Vitamin A dengan dosis yang tidak sesuai umur. Rendahnya cakupan suplementasi vitamin A ini mengindikasikan bahwa manajemen dan sosialisasi program vitamin A tingkat kabupaten/ kota belum berjalan optimal. Karena rendahnya cakupan Vitamin A ke masyarakat akibanya anak balita di wilayah tersebut memiliki resiko untuk mengalami penyakit akibat KVA, salah satunya adalah Xerosis Conjungtiva dan Bitot Spot.
B. Tujuan Tujuan ditulisnya makalah ini adalah: 1. Menegtahui pengertian dari Xerosis Conjungtiva dan bitot spot 2. Mengetahui Faktor penyebab (etiologi) dari Xerosis Conjungtiva dan Bitot spot 3. Mengetahui tanda dan gejala dari Xerosis Conjungtiva dan Bitot spot 4. Mengetahui Patofisiologi terjadinya Bitot spot 5. Mengetahui penanggulangan dari Xerosis Conjungtiva dan Bitot spot
5
Bab II Tinjauan pustaka
A. Pengertian Xerosis konjungtiva dan bitot spot merupakan stadium ke II dari Xeroftalmia. Xeroftalmia adalah gangguan pada mata yang di akibatkan oleh devisit vitamin A. xeroftalmia merupakan penyebab utama kebutaaan pada anak di indonesia. Xerosis Konjungtiva merupakan kekeringan pada selaput konjungtiva (selaput putih) yang disebabkan oleh devisit Vitamin A, dimana mata akan terlihat kering, berkeriput, berpigmentasi, berwarna kecoklatan dan sering disertai dengan bercak bitot (bitot Spot) pada mata. Bitot spot yaitu masa putih berbusa pada konjungtiva bulbydi daerah fisura palpebra yang khas berbentuk segitiga dengan puncaknyake arah luar kornea.
B. Etiologi Penyebab dari Xerosis conjungtiva dan bitot spot ini adalah kekurangan vitamin A. Normalnya dalam sehari kebutuhan kita akan vitamin A adalah sebesar:
o Bayi < 10 Tahun : 1200 2400 IU o Dewasa : 3500 4000 IU o Pada penderita Xerosis conjungtiva dan bitot spot kadar vitamin A kurang dari standar yang di standarkan diatas, bahkan jauh dari standar. Defisit vitamin A ini biasanya sering juga ditemukan pada penderita mal nutrisi energi protein. Xerosis conjungtiva dan bitot spot merupakan stadium lebih lanjut dari Hemeralopia (buta senja/kotok ayam).
C. Tanda dan Gejala Bintik Bitot/Bercak Bitot Terdapat bercak putih seperti busa sabun atau keju terutama di daerah celah mata sisi luar. Seluruh permukaan konjunctiva tampak kering. Konjuctiva tampak menebal, berlipat dan berkerut. Mata tampak bersisik.
6
Xerosis Conjunctiva/Kekeringan Konjungtiva Selaput lendir bola mata kurang mengkilap atau terlihat sedikit kering, berkeriput, dan berpigmentasi. Mata berubah warna jadi kecoklatan.
D. Patofisiologi Defisit vitamin A ini akan menyebabkan Xeroftalmia. Dimana xeroftalmia ini terbagi menjadi 4 stadium. Yakni: Stadium I : Hemeralopia Stadium II : Xerosis Conjungtiva dengan atau tanpa hemeralopia dengan atau tanpa bercak bitot Stadium III : stadium II ditambah dengan Xerosis Kornea dan sering disertai ulkus kornea Stadium IV : Keratomalasi yang timbul pada anak dengan defisiensi vitamin A kronis yang menderita campak atau penyakit berat lainnya. Kondisi ini akan menyebabkan kebutaan permanen apabila tidak segera ditangani. Dan semakin terlambat menangani defisiensi vitamin A ini maka akan semakin sulit pengobatannya. Berikut adalah skema dari Xerosis conjungtiva dan Bitot Spot.
7
E. penanggulangan Upaya penanggulangan masalah xeropthalmia di Indonesia telah digalakkan sejak tahun 1970-an, dengan cara pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi 200.000 IU kepada semua anak yang berusia 12-59 bulan dan kapsul 100.000 IU kepada anak yang berusia 6-11 bulan di seluruh Indonesia setiap bulan Februari dan Agustus melalui Puskesmas. Grafik dibawah ini menunjukkan kecenderungan cakupan pemberian kapsul vitamin A pada anak 6-59 bulan menurut propinsi pada tahun 2007 dan 2013. Cakupan pemberian vitamin A meningkat dari 71,5 persen (2007) menjadi 75,5 persen (2013). Persentase anak umur 6-59 bulan yang menerima kapsul vitamin A selama enam bulan terakhir tertinggi di Nusa Tenggara Barat (89,2%) dan terendah di Sumatera Utara (52,3%).
Kecenderungan Cakupan pemberian kapsul vitamin A pad anak 6-59 bulan, Indonesia 2007 dan 2013. Sumber : RISKESDAS 2013
Berikut adalah pedoman penanggulangan Xerosis Conjungtiva dan Bitot spot, yakni: Pengobatan segera : Vitamin A (Retinil Palmitat) 100.000 si p.o Diulangi hari kedua Bila muntah atau diare : Injeksi Intra Muskular Pengobatan pemeliharaan : Minyak hati ikan 1 sendok teh. Minyak hati lain 3 x sehari (beberapa minggu). Pencegahan Kapsul vitamin A 66. 000 ug (4-6 bulan sekali). Atau Pemberian kapsul vitamin A 100.000 IU untuk anak usia 6-11 bulan dan pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU untuk anak usia 12-59 bulan di bulan februari dan agustus. Pencegahan di rumah Selain melakukan pencegahanyang dilakukan oleh tim medis dengan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi, ada baiknya kita melakukan pencegahan secara individu di rumah masing-masing menggunakan vitamin A alami. Vitamin A alami ini
8
bisa didapatkan dari makanan yang mengandung vitamin A. berikut adalah sumber vitamin A alami yaitu: Sumber Vitamin A hewani : o Minyak Ikan o Hati o Susu o telur Sumber Vitamin A karoten (Provitamin A) o Ubi Jalar Berwarna o Sayuran berwarna hijau tua seperti Bayam o Buah-buahan dan sayuran berwarna mencolok atau berwarna kuning kemerahan. Seperti; Wortel (Carrot), pepaya, dan sebagainya o Minyak Kelapa Sawit Sebaiknya dalam mengolah makanan ini tidak dimasak terlalu lama, atau sebaiknya suhu sayuran hanya sekitar 48c. ada baiknya menggunakan minyak kelapa sawit sekitar 2 sendok makan (jangan berlebihan) untuk menumis makanan yang mengandung vitamin A. karena vitamin A mudah diserap oleh tubuh ketika bersentuhan dengan minyak goreng.
9
Bab III Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan Xerosis Conjungtiva dan bitot spot adalah kekeringan pada mata yang disertai bercak putih berbusa yang disebabkan oleh defisiensi vitamin A. ini merupakan stadium II dari Xeroftalmia. Ciri khas xerosis conjungtiva adalah Selaput lendir bola mata kurang mengkilap atau terlihat sedikit kering, berkeriput, dan berpigmentasi. Mata berubah warna jadi kecoklatan. Sedang ciri bitot spot adalah Terdapat bercak putih seperti busa sabun atau keju terutama di daerah celah mata sisi luar. Seluruh permukaan konjunctiva tampak kering. Konjuctiva tampak menebal, berlipat dan berkerut. Mata tampak bersisik. Pedoman penanggulangan dari defisiensi vitamin A ini adalah: Pengobatan segera : Vitamin A (Retinil Palmitat) 100.000 si p.o Diulangi hari kedua Bila muntah atau diare : Injeksi Intra Muskular Pengobatan pemeliharaan : Minyak hati ikan 1 sendok teh. Minyak hati lain 3 x sehari (beberapa minggu). Pencegahan Kapsul vitamin A 66. 000 ug (4-6 bulan sekali). Atau Pemberian kapsul vitamin A 100.000 IU untuk anak usia 6-11 bulan dan pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU untuk anak usia 12-59 bulan di bulan februari dan agustus. Pencegahan di rumah Memberikan makanan yang mengandung vitamin A
B. Saran Bila melihat masih adanya kejadian xerosis conjungtiva dan bitot spot di indonesia berarti masih ada masyarakat yang mengalami mal nutrisi. Ini merupakan pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk memperluas pemberian Cakupan Vitamin A pada bayi dan balita sehingga tidak ada lagi bayi dan balita yang menderita gangguan pada mata ini.
10
Daftar Pustaka
FKUI 1985; Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak; Jakarta; 2000
Kementerian Kesehatan RI; Hasil RISKESDAS 2013; Jakarta; 2013
Ramadhan, M.Arbi; Gambaran Cakupan Suplementasi Kapsul Vitamin A Pada Balita Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan Tahun 2010; Jakarta Selatan; 2010
Anonim, Defisiensi Vitamin A,
Dra.Yustini Alioes,Apt,MSi ; Vitamin; Faculty Of Medicine Andalas Univercity; 2010
Iriyani K, S.KM, M.Gizi ; Kekurangan Vitamin A (KVA) ; Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman ; 2014