An. Furla, perempuan, 7 tahun, dibawa orangtuanya ke poliklinik anak RSU Raden Mataher
dengan keluhan pucat yang sudah berlangsung lama. Tidak terdapat riwayat perdarahan.
Anak tampak mudah lelah dan mengalami gangguan konsentrasi belajar. Anak tidak nafsu
makan, dan beberapa bulan terakhir menunjukkan perilaku pica, sering memakan makanan
yang tidak biasa (es batu).
Pemeriksaan fisik :
KU : compos mentis, tampak sakit ringan, RR 20x/menit, HR 100x/menit regulaer dan isi
cukup. T 36,7° C, BB 16 kg, TB 105 cm.
Konjungtiva pucat, mata tidak ikterik. Mukosa mulut lembab, tampak stomatitis di sudut
bibir, lidah tampak halus dan kemerahan. Tidak tampak tanda-tanda perdarahan. Tidak
ditemukan pembesaran KGB. Toraks simetris, retraksi (-/-), suara pernapasan vesikuler.
Abdomen : tidak terdapat organomegali, rata, supel, timpani, BU normal. Turgor kulit
normal.
Pemeriksaan tambahan :
Darah rutin : Hb 8,5 g/dl , Ht 26%, leukosit 6.500/ mm3, trombosit 215.000, differential
count 0/1/16/48/35/0, MCV 75 fL. MCH 23 pg, MCHC 30%, RDW 15%. Apa yang dialami
Anak furla? Bagaimana tatalaksananya?
1. Pucat : Perubahan warna dari kuning menjadi putih akibat hilangnya pigmen.
2. Pica : Dorongan untuk makan barnag-barang yang bukan bahan nutrisi,
seperti es (pagophagia), debu (geophagia), kerikil,kelupasan cat atau plester, tanah
liat, rambut (trichophagia) atau laundry starch (amylophagia).
3. Stomatitis : Radang pada mukosa mulut akibat faktor-faktor lokal atau sistemik,
yang dapat mengenai mukosa pipi & bibir, palatum, lidah, dasar mulut & gusi.
4. MCV (Mean Corpuscular Volume) : Volume eritrosit rata-rata.
5. MCH(Mean Cell Hemoglobin) : Jumlah hemoglobin dalam tiap eritrosit.
Identifikasi masalah
1. Apa makna klinis pucat yang berlangsung lama dan tidak disertai perdarahan?
2. Apa penyebab pucat yang berlangsung lama pada anak-anak?
3. Adakah hubungan keluhan utama (pucat) dengan mudah lelah dan gangguan
konsentrasi belajar An. Furla?
4. Adakah hubungan dan makna klinis keluhan utama dengan perilaku pica dan tidak
nafsu makan An. Furla?
5. Apa saja penyebab timbulnya perilaku pica?
6. Apa saja penyakit yang disertai perilkau pica?
7. Apa dampak dari perilaku pica?
8. Bagaimana cara menghilangkan perilaku pica?
9. Apa interpretasi pemeriksaan fisik dan tanda vital?
10. Apa interpretasi dan makna klinis pemeriksaan lab?
11. Apa saja DD keluhan An. Furla?
12. Bagaimana penegakan diagnsosis keluhan An. Furla?
13. Apa yang terjadi pada An. Furla?
14. Apa yang dimaksud dengan anemia defisiensi besi dan apa saja faktor penyebabnya?
15. Apa yang dimaksud dengan eritropoesis?
16. Bagaimana metabolisme besi itu?
17. Bagaimana patofisiologi penyakit An. Furla ?
18. Bagaimana patogenesis penyakit An. Furla?
19. Apa saja klasifikasi anemia?
20. Apa yang dimaksud dengan anemia pada kehamilan?
21. Apa yang dimaksud dengan anemia megaloblastik?
22. Bagaimana tata laksana keluhan An. Furla?
1. Apa makna klinis pucat yang berlangsung lama dan tidak disertai perdarahan?
Jawab :
Pucat yang ringan hingga sedang, dapat merupakan dari stress, ketakutan dan sinkop
vasomotor, penyebab pentingnya adalah
- Anemia
- Gagal jantung kongestif
- Sinkop
- Mixedema, hipopitutiari, dan hipogonadisme
- Anemia
- Penyakit sistemik
- Beberapa tingkatan syok
- Feokromositoma 3
Apabila penyebab pucat karena anemia disingkirkan, dapat dipikirkan penyebab lain.
Syok, gagal jantung kongestif, dan arteriosklerosis dapat menyebabkan pucat karena
buruknya sirkulasi darah ke kulit. Pasien dengan hipertensi dapat menjadi pucat
karena spasme refleks vasomotor pada arteriole yang memperdarahi kulit. Regugirtasi
aorta dan stenosis, seperti stenosis mitral, menyebabkan pucat dengan mekanisme
yang sama. 4,5
3. Adakah hubungan keluhan utama (pucat) dengan mudah lelah dan gangguan
konsentrasi belajar An. Furla?
Jawab :
Ada.
Selain dibutuhkan untuk pembentukan hemoglobin yang berperran dalam
penyimpanan dan pengangkutan oksigen, zat besi juga terdapat dalam beberapa enzim
yang berperan dalam metabolisme oksidatif, sintesis DNA, neurotransmitter dan
proses katabolisme yang dalan bekerjanya membutuhkan ion besi. Dengan demikian,
kekurangan besi mempunyai dampak yang merugikan bagi pertumbuhan dan
perkembangan anak, menurunkan daya tahan tubuh, menurunkan konsentrasi belajar
dan mengurangi aktivitas kerja. 6
Defisiensi besi menimbulkan penurunan fungsi mioglobin, enzim sitokrom
dan gliserofosfat oksidase, menyebabkan gangguan glikolisis yang berakibat
penumpukan asam laktat sehingga mempercepat kelelahan otot. Defisiensi besi
terbukti menurunkan kesegaran jasmani, sedangkan pada buruh pemetik teh terbbukti
menurunkan produktivitas kerja.
Defisiensi besi menimbulkan gangguan perkembangan kognitif pada anak dan
bayi sehingga dapat menurunkan kapasitas belajar. Hal ini diperkirakan karena
gangguan pada enzim aldehid oksidase yang menyebabkan penumpukan serotonin,
serta enzim monooksidase yang menyebabkan penumpukan katekolamin dalam otak.7
4. Adakah hubungan dan makna klinis keluhan utama dengan perilaku pica dan tidak
nafsu makan An. Furla?
Jawab :
Pica merupakan konsumsi bahan makanan non nutrisi secara kompulsif yang berulang
pada pasien defisiensi besi. Patofisiologi pasti dari timbulnya pica belum diketahui
hingga saat ini, tetapi ini diduga dapat disebabkan oleh defisiensi besi oleh sistem
saraf pusat. Penderita sering mengkonsumsi es batu, tanah liat, dan tepung kanji. Baik
tanah liat maupun tepung kanji akan mengikat besi pada traktus gastrointestinal yang
akan memperberat terjadinya defisiensi. Pagophagia sendiri akan mengurangi nyeri
akibat stomatitis. 8
Ht 26 % 42-70 % Menurun
Differential Count :
Basofil 0 0-1 Normal
Eusinofil 1 1-3 Normal
Neutrofil batang 16 2-6 Meningkat
Neutrofil segmen 48 50-70 Menurun
Limfosit 35 20-40 Normal
Monosit 0 2-8 Menurun
Anemia hipokromik mikrositer pada apusan darah tepi, atau MCV < 80 fl dan MCHC
<31 % dengan salah satu parameter dari a,b,c, atau d
Variabel Keterangan
Usia Defisiensi besi jarang timbul bila tidak
terjadi kehilangan darah sebelum usia 6
bulan pada bayi cukup bulan atau sebelum
mencapai 2x berat lahir pada bayi
prematur
Anemia neonatus dengan retikulosis
memberi kesan hemolisis atau kehilangan
darah; dengan retikulositopenia, memberi
kesan kegagalan sumsum tulang
Anemia sel sabit dan talasemia –β muncul
saat hemoglobin janin menghilang (usia
4-8 bulan)
Pertimbangan riwayat keluarga dan Terkait X : defisiensi G6PD
< 79 Mikrositik
> 96 Makrositik
< 27 Hipokrom
> 32 Hiperkrom
< 32 Hipokrom
Besi serum turun dan daya ikat besi total (TIBC) meningkat sehingga
TIBC <10% tersaturasi. Hal ini berlawanan dengan anemia penyakit
kronik yang kadar besi serum dan TIBC-nya turun, serta anemia hipokrom
lain yang kadar besi besi serumnya normal atau bahkan meningkat.
Anemia megaloblastik
a. Asam folat drah/eritrosit
b. Vitamin B12
Anemia hemolitik
a. Hitung retikulosit
b. Tes coombs
c. Elektroforesis Hb
Anemia pada leukemia akut : pemeriksaan sitokimia
5. Pemeriksaan lab non hematologik
a. Faal ginjal
b. Faal endokrin
c. Asam urat
d. Faal hati
e. Biakan kuman
6. Pemeriksaan penunjang lain
a. Biopsi kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi
b. Radiologi : toraks, bone survey, USG, limfangiografi
c. Pemeriksaan sitogenetik
d. Pemeriksaan biologi molekuler : PCR (polymerase chain reaction), FISH
(fluorescence in situ hybridization)
14. Apa yang dimaksud dengan anemia defisiensi besi dan apa saja faktor penyebabnya?
ADB adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi tubuh (depleted
iron store) sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang, yang pada
akhirnya pembentukan hemoglobin berkurang. 7,12
Etiologi 6
a. Kebutuhan yang meningkat secara fisiologi
- Pertumbuhan
Pada pertumbuhan periode cepat yaitu pada umur satu tahun pertama dan
masa remaja kebutuhan besi akan meningkat, sehingga pada periode ini
insiden ADB meningkat. Pada bayi umur 1 tahun, berat badannya meningkat
3x dan massa Hb dalam sirkulasi mencapai 2x lipat dibanding saat lahir. Bayi
a. Proeritoblast
Sel eritrosis paling muda dan karenanya, paling besar. Inti bulat, bewarna ungu
tua, struktur kromatin padat dan merata, dengan 3-5 nukleolus yang tampak tidak
jelas. Sitoplasma bewarna biru seperti bunga di ladang gandum dengan daerah
terang yang berbeb\ntuk bercak atau seperti bulan sabit, yang analog dengan zona
golgi dan mitokondria yang yang berisi lipoid.
b. Normoblast, basofilik
Diameter sel mengecil dibandingkan proeritoblast.inti bulat tanpa nukleoli yang
dapat dikenali. Kondensasi spesifik dan sebaran kromatin yang sangat kontras
(alur terang diantara gumpalan-gumpalan kromatin bewarna ungu) yang disebut
jari-jari roda. Sitoplasmanya tampak basofilik sedang.
Retikulosit
a. Polikromasia
Setiap eritrosit akan bewarna ungu tinctura setelah dipulas menurut cara
pappenheim. Hal ini sesuai dengan gambaran suatu titik baasofilik halus. Selain
itu, hal tersebut merupakan fenomena regeneratorik. Eritrosit polikromatik sering
kali lebih besar daripada normosit; membrannya beberapa kali melekuk ke dalam
atau terlipat.
b. Basophilic stippling
Tersebar difus di dalam sel, berup[a titik-titik halus bewarna biru hitam, hanya
dapat dikenali dengan pemulasan pappenheim yang konvensional. Eritrosit
dengan basophilic stippling hampir tidak dapat dilihat dalam darah normal.
Kemunculan yang semakin sering selalu terjadi bersamaan dengan retikulosis dan
Eritrosit (normosit)
Berbentuk cakram bewarna merah kekuningan, dengan ukuran yang hampir sama besar
tanpa struktur internal (diameter 7-8 µm). Bagian terang ditengah disebabkan bentuk
cakram yang bikonkaf.
a. Badan jolly
Sisa inti yang mengandung DNA dalam eritrosit. Merupakan pertanda tidak berfungsinya
limpa karena sel-sel ini umumnya dihancurkan di limpa.
b. Cincin cabot
Badan inklusi dalam eritrosit yang berbentuk pita dan bersifat patologis pada
diseritropoesis atau pembentuk darah ekstramedular.
c. Siderosit
Sel ini mengandung granula besi, yang dapat dilihat dengan pulasan biru berlin
(mitokondria berisi besi), kebanyakan dapat terlihat dalam retikulosi. Temuan ini tidak
memiliki arti diagnostik penting. 1
Eritrosit imatur
Dipakai untuk
eritropoesis lagi Eritrosit matur
Biliverdin + CO Globin
CO paru-paru
Penyebab pucat :
Besi tak hanya penting untuk pembentukan hemoglobin, namun juga elemn penting
lainnya (contohnya mioglobin, sitokrom, sitokrom oksidase, peroksidase, katalase).
Jumlah total besi rata-rata dalam tubuh 4 sampai 5 gr, dan kira-kira 65% dijumpai
dalam bentuk hemoglobin. 4% nya dalam bentuk mioglobin, 1% dalam bentuk
variase senyawa heme yang memicu oksidasi intarsel; 0,1 % bergabung dengan
protein transferin dalam plasma darah, dan 15-30% disimpan untuk penggunaan
selanjutnya terutama di RES dan sel parenkim hati, khususnya dalam bentuk feritin. 17
Ketika besi diabsorbsi dari usus halus,besi tersebut bergabung di dalam plasma
darah dengan beta globulin yaitu apotransferin, untuk membentuk transferin yang
selanjutnya diangkut dalam plasma. Besi ini berikatan secara longgar di dalam
transferin dan akibatnya dapat dilepaskan ke dalam sel jaringan setiap tempat dalam
Dalam sitoplasma sel, besi ini bergabung terutama dengan suatu protein, yakni
apoferitin untuk membentuk feritin. Apoferitin mempunyai berat molekul kira-kira
460.000 dan berbagai jumlah besi dapat bergabung dalam bentuk kelompok radikal
besi dengan molekul besar ini. Oleh karena itu, feritin mungkin hanya mengandung
sedikit besi atau bahkan sejumlah besar besi. Besi yang disimpan sebagai feritin ini
disebut besi cadangan.
Di tempat cadangan, terdapat besi yang disimpan dalam jumlah yang lebih
sedikit dan bersifat sangat tidak larut, disebut hemosiderin. Hal ini terjadi bila jumlah
total besi dalamtubuh melebihi jumlah yang dapat ditampung tempat penyimpanan
apoferitin. Hemosiderin membentuk kelompok bear dalam sel yang dapat dilihat
secara mikroskopis sebagai partikel besar. Sebaliknya partikel feritin begitu kecil
sehingga biasanya hanya dapat dilihat hanya menggunakan mikroskop elektron.
Bial jumlah besi dalam plasma sangat rendah, beberapa besi yang terdapat di
tempat penyimpanan feritin dilepaskan dengan mudah dan diangkut dalam bentuk
tarnsferin di dalam plasma ke area tubuh yang membuthkan. Karaketristik unik dari
molekul transferin adalah bahwa molekul ini berikatan erat dengan reseptor pada
membran sel eritroblast di sumsum tulang. Selanjutnya bersama dengan besi yang
terikat, transferin masuk ke dalam eritroblast dengan cara endositosis. Di dalam
eritroblast, transferin melepaskan besi secara langsung ke mitokondria, tempat heme
disintesis. Pada orang-orang yang tidak mempunyai transferin dalam jumlah cukup di
dalam darahnya, kegagalan pengangkutan besi ke eritroblas dengan cara tersebut
dapat menyebabkan anemia hipokrom yang sangat berat- yakni sel darah merah
mengandung lebih sedikit hemoglobin daripada sel yang normal.
Bila masa hidup sel darah merah telah habis dan sel darah merah telah
dihancurkan, maka Hb yang dilepaskan dari sel akan dicerna oleh sel makrofag
monosit. Di sini terjadi pelepasan besi bebas, dan disimpan terutama di tempat
penyimpanan feritin yang akan digunakan sesuai kebutuhan untuk pembentukan Hb
baru. 17
1. Fase luminal
Besi dalam makanan diolah dalam lambung kemudian siap diserap di duodenum. Besi
dalam makanan terdapat dalam makanan terdapat dalam 2 bentuk sbb :
a. Besi heme : terdapat dalam daging dan ikan, proporsi absorbsinya tinggi, tidak
dihambat bahan penghambat sehingga mempunyai bioavabilitas tinggi.
b. Besi non heme : berasal dari sumber tumbuh-tumbuhan, proses absorbsinya
rendah, dipengaruhi oleh bahan pemacu atau penghambat sehingga
bioavabilitasnya rendah.
Tergolong sebagai bahan pemacu absorbsi besi adalah “meat factors” dan vitamin C,
sedangkan yang tergolong sebagai bahan penghambat adalah tanat, phytat, dan serat
(fibre)
Dalam lambung karena pengaruh asam lambung maka besi dilepaskan dari ikatanya
dengan senyawa lain. Kemudian terjadi reduksi darei besi bentuk feri ke fero yang
siap diserap.
2. Fase mukosal
Proses penyerapan dalam mukosa usus yang merupakan proses aktif. Penyerapan besi
terutama melalui mukosa duodenum dan jejenum proksimal. Penyerapan terjadi
secara aktif melalui proses yang sangat kompleks. Dikenal adanya mucosal block,
suatu mekanisme yang dapat mengatur penyerapan besi melalui mukosa usus.
3. Fase korporeal
Meliputi proses transportasi besi dalam sirkulasi, utilisasi besi oleh sel-sel yang
memerlukan, serta penyimpanan besi (storage) oleh tubuh.
Besi setelah diserap oleh eritrosit (epitel usus), melewati bagian besar epitel usus,
memasuki kapiler usus, kemudian dalam darah diikat oelh apotransferin menjadi
transferin. Transferin akan melepaskan besi pada sel RES melalui proses pinositosis.
12
Hipochromic
Stage RE Iron Plasma Anemia Other Feature
Microcytosis
Normal Normal Normal None None
Prelatent Reduced Normal None None Increased iron
Deficiency absorbtion
Latent Absent Reduced None Usually none Increased FEP
Deficiency (free
erythrocyte
protoporphyrin)
Early Iron Absent Reduced Mild to In some cell
Deficiency moderate indices normal
Anemia
Late Iron Absent Reduced Severe Severe Epithelial
Deficiency reduced MCV, Changes
Anemia MCHC
Anemia secara praktis didefinisikan sebagai kadar Ht, Konsentrasi Hb, atau
hitung eritrosit di bawah batas normal. Namun nilai normal yang akurat untuk ibu
hamil sulit dipastikan karena ketiga nilai laboratorium tersebut bervariasi selama
periode kehamilan. Umumnya ibu hamil dianggap anemis jika kadar hemoglobin di
bawah 11 g/dl atau hemaotkrit kurang dari 33%. Namun CDC membuat nilai batas
khusus berdasarkan trimester kehamilan, seperti tabel di bawah ini (CDC, 1989).
Ekspansi volume plasma dimulai pada minggu ke-6 kehamilan dan mencapai
maksimum pada minggu ke-24 kehamilan (Lund dan Donovan, 1967), tetapi dapat
terus meningkat sampai minggu ke-37 (Mani dan Duffy, 1995). Pada titik puncaknya,
volume plasma sekitar 40% lebih tinggi pada ibu hamil dibandingkan perempuan
yang tidak hamil. Penurunan hematokrit, konsentrasi hemoglobin, dan hitung eritrosit
biasanya tampak pada minggu ke-7 sampai minggu ke-8 kehamilan dan terus
menurun hingga minggu ke-16 sampai minggu ke-22 ketika titik keseimbangan
tercapai. (Peritchard, 1965)
Patologis
b. Transfusi darah
Transfusi darah hanya diberikan pada keadaan anemia sangat berat atau yang
disertai infeksi yang dapat emmpengaruhi respons terapi. Koreksi anemia berat
dengan transfusi tidak perlu secepatnya, malah akan membahayakan karena akan
menyebabkan hipervolemia dan dilatasi jantung. Pemberian PRC dilakukan secara
perlahan dalam jumlah yang cukup untuk menaikkan kadar hb sampai tingkat
aman sambil menunggu respon terapi besi. Secara umum, untuk penderita anemia
berat dengan kadar Hb <4g/dl hanya diberi PRC dengan dosis 2-3 ml/kgBB
persatu kali pemberian diuretik seperti furosemid. Jika terdapat gagal jantung
yang nyata dapat dipertimbangkan pemberian transfusi tukar menggunakan PRC
yang segar. 6
Jenis darah yang diberikan adalah PRC (packed red cell) untuk mengurangi
bahaya overload. Sebagai premedikasi dapat dipertimbangkan pemberian
furosemid IV 7
c. Pengobatan lain
Vitamin C
Eritropoiesis
RedBloodCell
Defisiensi
Klasifikasibe
KelainanM
Anemia rdasarkanpe
orfologik
nyebab
A.HipokromikMikrositik Defisiensi
A.NormokromikNormositik Hemolitik
A.NormokromikMakrositik Aplastik
PascaPendar
ahan
Keganasan
Penegakan
Diagnosis
Penatalaksanaan
Hipotesis
An. Furla (7 tahun) mengalami anemia defisiensi besi