1
MODUL 1
ANEMIA DEFISIENSI DAN ANEMIA APLASTIK
2
Ditempat lain di RS A, seorang pasien perempuan, Diana, 30 tahun datang ke IGD
dengan keluhan pucat, dari anamnesis diketahui pasien sudah dua tahun mengkonsumsi
obat tiamazol terus menerus. Pasien terlihat kelelahan dan mengalami epistaksis masif.
Pemeriksaan fisik menunjukkan kulit pucat, hematom pada kulit (tangan dan kaki) dan suhu
tubuh yang tinggi 39°C. Pada pemeriksaan laboratorium apusan darah tepi didapatkan
pansitopenia dengan konsentrasi Hemoglobin 7.5 gr/dl, Leukosit 1000/mm3 dan Trombosit
5000/mm3, differential count menunjukkan limfosit 91%, monosit 1% dan neutrofil 8%.
Sitologi sumsum tulang dan temuan patohistologis didapatkan hiposelularitas hebat, dan
hanya 10% dari jaringan hematopoietik yang aktif. Dokter memulai pengobatan dengan
prednison dan danazol. Selama pengobatan Diana menderita epistaksis, perdarahan
gastrointestinal dan infeksi herpes. Karena terlihat tidak perbaikan dan menunjukkan
kegagalan terapi, akhirnya dokter memutuskan untuk memberikan terapi siklosporin A
selama 21 hari.
Bagaimana anda menjelaskan keluhan utama yang dikeluhkan oleh kedua pasien di
atas, serta bagaimanakah pengelolaan kasus ini?
3
JUMP 1
TERMINOLOGI
4
1. Anemia defisiensi besi : anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah,
artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena terganggunya
pembentukan sel-sel darah merah akibat kurangnya kadar zat besi dalam darah.
2. Anemia aplastik : suatu sindroma kegagalan sumsum tulang yang dikarakterisasi
dengan adanya pansitopenia perifer, hipoplasia sumsum tulang dan makrositosis oleh
karena terganggunya eritropoesis dan peningkatan jumlah fetal hemoglobin.
3. Retikulosit : Eritrosit yang masih muda atau belum matang. Sebanyak 1%
4. MCHC : Mean corpuscular hemoglobin concentration atau MCHC adalah konsentrasi
hemoglobin rata-rata untuk setiap sel darah merah. Nilai MCHC dihitung dengan
membagi hemoglobin dengan massa sel darah merah (Hematokrit) sehingga didapatkan
hasil dalam satuan persen (%) atau gram/desiliter (g/dL).
5
5. MCV : Volume Eritrosit Rata-Rata (VER) atau mean corpuscular
volume (MCV) mengukur besar rata-rata sel darah merah.
6. Ferritin : protein intraseluler yang menyimpan zat besi
7. Pica : suatu gangguan makan yang memakan suatu benda yang tidak seharusnya
dimakan. Misalnya debu, Es batu, kerikil, dan tanah liat
8. Pansitopenia : keadaan berkurangnya jumlah sel dari semua jalur sel darah
utama dari eritrosit, leukosit, dan trombosit. Penurunan sel darah merah ditandai
dengan menurunnya tingkat hemoglobin dan hematokrit. Keadaan tersebut sebagai
akibat meningkatnya destruksi perifer atau menurunnya produksi sumsum tulang.
9. Hematopoietik : yang berhubungan dengan pemecahan dan pembentukan sel
darah.
6
JUMP 2 & 3
RUMUSAN MASALAH & HIPOTESA
1. Apakah ada hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan ny.stefi?
Jawab : perempuan produktif→meningkar 9-10%. Perempuan > laki-laki
2. Mengapa stefi mengalami keluhan pucat, kelelahan dan hoyong?
Jawab : pucat & kelelahan -. Gejala umum anemia → penurunan kadar hb yg menyebabkan
anoksia organ target, dan merupakan bentuk kompensasi dari penurunan hb.
Hoyong : anoxia pada sistem kardiovaskuler
Pucat : anoxia pada epitel
3. Apa hubungan kebiasaan stefi konsumsi batu kapur dengan keluhannya?
Jawab : konsumsi batu kapur → pica (mengkonsumsi makanan yg tak lazim) → salah satu
gejala khas anemia defisiensi zat besi → hilangnya sensasi pengecapan & gangguan neurologis
4. Interpretasi dari pemeriksaan penunjang?
Jawab : hb : rendah, mcv : menurun, mchc : meningkat, retikulosit : meningkat, ferritin :
menurun, soluble transfer reseptor : tinggi
5. Hub penampaka helycobacter pylori dgn keluhannya?
Jawab : infeksi Hp → berhubungan dgn pica → menyebar melalui makanan → iritasi lambung
8
6. Apa dx dan dd pada ny.stefi?
Jawab :
dx : anemia defisiensi zat besi et causa gastritis
dd : anemia defisiensi as.folat, anemia karena penyakit kronis
7. Apa tatalaksana yg dapat dilakukan pada ny.stefi?
Jawab :
TL → terapi causal : atasi infeksi
pemberian preparat fe, pemberian vit c
8. Hubungan mengkonsumsi tiamazol dgn keluhan diana?
Jawab : hubungannya yaitu usus gagal mengabsorbsi besi
9. Mengapa ny. Diana mengalami kelelahan & epiktasis masif?
Jawab : kelelahan → gejala anemia
epiktasis masif → Adanya trombositopenia → pendarah pada mukosa, pendarahan
pada gusi, konjungtiva
9
10. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pada ny.diana?
Jawab :
px fisik :
-pucat → anoxia di epitel kulit
-hematom → trombositopenia
-suhu meningkat → neutropeni menurun → infeksi → suhu meningkat
px lab :
-hb → rendah
-leukosit → menurun
-trombosit → meningkat
monosit → menurun
neutrofil → menurun
11. Apa dx dan dd pada ny.diana?
Jawab :
dx : anemia aplastik
dd : leukemia aleukemik, sindrom mielodisplastik, purpura trombositopenia
10
12. Mengapa ny.diana mengkonsumsi prednison dan danazol?
Jawab : prednison & danazol → gol steroid
kerjanya -> sistem imun ditekan → gejala lain keluar → dilatasi
siklosforin
13. Tatalaksana untuk ny.diana selaim siklosforin A ?
Jawab :
-terapi kausal → atasi penyebab
-PRC
-transfusi sumsum tulang
11
JUMP 4
SKEMA
Anemia defisiensi dan Anemia
aplastik
Anemia Defisiensi
Anemia aplastik
Fe
Tatalaksana Tatalaksana
13
JUMP 5
LO
1. Anemia defisiensi Fe, As. folat
2. Anemia aplastik
15
ANEMIA DEFISIENSI BESI
WHO ( INDONESIA )
• 2/3 ibu hamil : Hb rendah
• Kejadian BBLR : 20%
18
METABOLISME BESI
Zat besi
Dalam makanan Fe+++
HCL Fe+++
lambung
Ferritin
Vit C
usus Hemosiderin
Fe++
Myoglobin
Transferin enzim
Sintesa Hb
( sumsum tulang )
19
KEBUTUHAN TERHADAP BESI
• 5 – 10 mgr / hari
• Meningkat pada :
– Bayi Pertumbuhan
– Prasekolah meningkat
– Remaja / pubertas
– Penyakit infeksi
Sangat sedikit
Pengeluaran besi Deskuamasi: sel-sel kulit, sal cerna
Keringat, urine & empedu
20
FAKTOR PENYEBAB
INTAKE KURANG
Gizi buruk
Makanan tambahan
ABSORBSI KURANG
Diare KEBUTUHAN MENINGKAT
Sindr malabsorbsi Pertumbuhan
Gizi buruk Infeksi kronis / berulang
21
DERAJAT DEFISIENSI BESI
22
MANIFESTASI KLINIK
Konsentrasi kurang
Prestasi sekolah menurun
23
LABORATORIUM
Lab lainnya :
Darah tepi : – Hb rendah
1. Mikrositer, – Hematokrit rendah
Hipokrom – SI menurun, TIBC meningkat
2. Anisositosis, – Ferritin menurun
Poikilositosis – Saturasi transferin
– FEP ( Free erytrhrocyt Phorphyrin )
24
PENGOBATAN
• Pengobatan kausal
• Pemberian preparat besi :
– Ferro sulfat, fosfat, fumarat
– Suplementasi besi
– Fortifikasi besi
• Transfusi darah
25
TRANSFUSI DARAH
• Tidak sering dilakukan
• Indikasi khusus :
– Keadaan umum yang buruk
– Infeksi berat ( Bronkopneumonia )
– Gagal jantung
• Pemberian transfusi: sedikit dan berulang
26
PROGNOSIS
• Sangat bergantung kepada kausal
( kausal diobati, pemberian preparat besi,Prognosa baik )
• Defisiensi besi saja, jarang menimbulkan kematian
• Defisiensi besi sejak lahir / sejak kecil, konsentrasi
belajar menurun, prestasi menurun
27
ANEMIA DEFISIENSI ASAM FOLAT
Epidemiology
A study in the National Health and Nutrition
Examination Survey (NHANES) identified that women of
childbearing age and non-black Hispanic women were at
high risk of folic acid deficiency due to an inadequate folic
acid intake.
29
Asam folat berfungsi sebagai Pembentukan DNA inti sel, akibat dari
gangguan sintesis DNA
1. Maturasi inti sel lebih lambat sehingga kromatin lebih longgar.
2. Sel menjadi lebih besar karena pembelahan sel lambat
Etiology
Folic acid deficiency can arise from multiple causes including inadequate
dietary intake. Heating during cooking destroys folic acid. Folate is absorbed
in the jejunum by active and passive transport mechanisms across the
intestinal wall. Hence, diseases such as celiac disease, tropical sprue,
short bowel syndrome, amyloidosis, gastric bypass or mesenteric
vascular insufficiency can inhibit folate absorption resulting in a deficiency.
30
Gambaran klinis
31
Treatment
• oral folic acid (1 to 5mg daily) suffices to treat folate deficiency . Intravenous, subcutaneous
or intramuscular formulations of folic acid can be used for patients unable to tolerate oral
medications.
• Duration of therapy depends on whether the cause of initial deficiency persists. Patients
with malabsorption or short gut syndromes may typically require long-term treatment.
• In patients who have concomitant vitamin B12 deficiency, it is imperative to replete vitamin
B12 as well. Folate treatment alone does not improve neurological symptoms and signs due
to B12 deficiency which, if untreated, may likely progress and cause permanent neurological
damage
32
Differential Diagnosis
• Vitamin B12 deficiency, alcohol liver disease, hypothyroidism, aplastic anemia.
Prognosis
• Prognosis is favorable with treatment and generally reverses most clinical and
biochemical abnormalities seen with folic acid deficiency.
Complications
• Untreated folic acid deficiency can lead to megaloblastic anemia and
pancytopenia. In addition, it can cause glossitis, angular stomatitis and oral
ulcers [2]. Neuropsychiatric manifestations including depression, irritability,
insomnia, cognitive decline, fatigue and psychosis are also known to occur with
folic acid deficiency
33
ANEMIA APLASTIK
34
Definisi
Gangguan hematopoisis yang ditandai oleh penurunan
produksi eritroid, mieloid dan megakariosit dlm sumsum
tulang
Pansitopenia pada darah tepi
Tidak ada keganasan sistem hematopoitik atau kanker
metastatik
35
• Dapat terjadi pada satu, dua atau tiga sistim
hematopitik
• Eritropoitik anemia hipoplastik
(eritroblastopenia)
• Granulopoitik agranulositosis
• Megakariosit purpura trombositopenik
amegakariosit
36
Etiologi
• Kongenital
Sindroma Fanconi
• Didapat:
- Bhn kimia: benzene, insektisida
- Obat: kloramfenikol, antirematik, anti tiroid,
antikonvulsan, sitostatik
- Infeksi: hepatitis, TBC milier
- Radiasi
- Transfusion-associated graft-versus-host disease
37
Klasifikasi Anemia Aplastik
Klasifikasi Kriteria
Anemia Aplastik Berat
Selularitas sumsum tulang < 25%
Sitopenia sedikitnya dua dari tiga seri Hitung neutrofil < 500/ml
sel darah Hitung trombosit < 20.000/ml
Hitung retikulosit absolut
< 60.000/ml
Anemia Aplastik Sangat Berat Sama seperti diatas kecuali hitung neutrofil < 200/ml
Anemia Aplastik Tidak Berat Sumsum tulang hiposelular namun sitopenia tidak
memenuhi kriteria berat
38
Patofisiologi
1. Kerusakan sel induk hematopoisis
2. Kerusakan mikro sumsum tulang
3. Proses imunologik
39
Gejala klinis dan Hematologi
• Sumsum tulang
aplasia sistim eritropoitik, granulopoitik &
trombopoitik
• Darah tepi
retikulositopenia, rendahnya Hb, Ht & MCV
• Klinis: pucat, lemah, anoreksia, palpitasi, sesak
• Tidak dijumpai ikterus, organomegali
40
Gambaran darah tepi
• Jenis anemianya adalah normokrom normositer
• Adanya eritrosit muda atau leukosit muda dalam
darah tepi menandakan bukan anemia aplastic
• Granulosit dan trombosit ditemukan rendah
• Presentase retikulosit umumnya normal atau
rendah
41
• Apusan Darah Tepi Anemia Aplastik
42
Biopsi Sumsum Tulang
43
Diagnosis
• IAAS :
Hb < 10 g/dl atau Ht < 30, trombosit <
50.000/mm3, lekosit < 3.500/mm3 atau
granulosit < 1,5 x 109/L
• BMP : aplasia sistim eritropoitik, granulopoitik
dan trombopoitik
44
Diagnosis Banding
• PTI (Purpura Trombositopenik Imun)
Dan PTA (Plasma Tromboplastin Antecedent )
• Leukemia akut
• Stadium praleukemik dari leukemia akut
45
Terapi
• Transplantasi sumsum tulang
• Oksimetolon
• Transfusi darah
• Atasi infeksi
46
Algoritma
penatalaksanaan
anemia aplastik
berat
47