Anda di halaman 1dari 16

KMB II

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES INSIPIDUS


Dosen Pembimbing :
Chrisnawati,BSN.,MSN

Kelompok 10
Albert Fernando Putra Jefry
David Abraham Nathanael Esra
Desiana Boru Sihombing
Ester Elizabeth Kartini
Mia
DEFINISI DIABETES INSIPIDUS

Diabetes Insipidus
suatu kelainan dimana terdapat kekurangan hormon
antidiuretik yang menyebabkan rasa haus yang
berlebihan (polidipsi)
dan pengeluaran sejumlah besar air kemih (poliuri)

penurunan pembentukan kadar hormon


hormon antidiuretik normal tetapi
antidiuretik (vasopresi) ginjal tidak memberikan
respon yang normal
ETIOLOGI

Penyebab Diabetes Insipidus secara umum :


- Hipotalamus mengalami kelainan fungsi
- Kelenjar hipofisa gagal melepaskan
hormon antidiuretik
- Kerusakan hipotalamus
- Cedera otak (terutama patah tulang di
dasar tengkorak)
- Aneurisma
- meningitis
Berdasarkan Etiologinya
Diabetes Insipidus
Diabetes Insipidus Sentral Nefrogetik
- Kerusakan kelenjar - Penyakit ginjal kronik
karena tumor pada area - Gangguan elektrolit
hipotalamus - Obat – obatan
- trauma, - Penyakit sickle cell
- proses infeksi
- gangguan aliran darah
MANIFESTASI KLINIS
Keluhan dan gejala utama diabetes insipidus
adalah :
a. Poliuri 5-15 liter / hari
b. Polidipsi
c. Berat jenis urine sangat rendah 1001-1005
d. Peningkatan osmolaritas serum > 300 m.
Osm/kg
e. Penurunan osmolaritas urine < 50-200m.
Osm/kg
PATOFISIOLOGI
Pemeriksaan Penunjang
1. Fluid deprivation menurut martin Goldberg
2. Uji haus
3. Uji nikotin
4. Uji Vasopresin
5. water deprivation test
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
1. Terapi cairan parenteral
2. Jika hanya kekurangan ADH, dapat diberikan obat
Clorpropamide, clofibrate.
3. Jika berat diberikan ADH melalui semprotan
hidung dan diberikan vasopressin atau desmopresin
asetat (dimodifikasi dari hormon antidiuretik).
4. Obat-obat tertentu dapat membantu, seperti
diuretik tiazid dan obat-obat anti peradangan non-
steroid.
5. Pada DIS yang komplit, biasanya diperlukan terapi
hormone pengganti (hormonal replacement)
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian

Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama


gatal-gatal pada kulit yang disertai bisul/lalu tidak
sembuh-sembuh, kesemutan/rasa berat, mata kabur,
kelemahan tubuh. Disamping itu klien juga mengeluh
poli urea, polidipsi, anorexia, mual dan muntah, BB
menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut,
kramotot, gangguan tidur/istirahat, haus-haus, pusing-
pusing/sakit kepala, kesulitan orgasme pada wanita
dan masalah impoten pada pria.
Lanjutan
Riwayat Kesehatan Dahulu
• Riwayat hipertensi/infark miocard akut dan diabetes
gestasional
• Riwayat ISK berulang
• Penggunaan obat-obat seperti steroid, dimetik
(tiazid), dilantin dan penoborbital.
• Riwayat mengkonsumsi glukosa/karbohidrat
berlebihan

Riwayat Kesehatan Keluarga


Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita DM
DIAGNOSA
Diagnosa Keperawatan
a.    Kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotik,
kehilangan gastrik berlebihan, masukan yang terbatas.

b.    Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan ketidak cukupan insulin penurunan masukan oral, status
hipermetabolisme.

c.    Resti infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan


fungsi leukosit, perubahan sirkulasi.

d.    Resti perubahan sensori perseptual berhubungan dengan


perubahan kimia endogen (ketidak seimbangan glukosa/insulin dan
elektrolit.

e.    Ketidakberdayaan berhubungan dengan ketergantungan pada


orang lain, penyakit jangka panjang.

f.    Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan


pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
INTERVENSI
1.    Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, kehilangan gastrik berlebihan, masukan
yang terbatas.

Data yang mungkin muncul :


Peningkatan haluaran urin, urine encer, haus, lemah, BB , kulit kering, turgor buruk.

Hasil yang diharapkan :


Tanda vital stabil, turgor kulit baik, haluaran urin normal, kadar elektrolit dalam batas normal.

• Intervensi    Rasional
Mandiri
1.    Pantau tanda vital    Hipovolemia dapat ditandai dengan hipotensi dan takikardi.
2.    Kaij suhu, warna kulit dan kelembaban.    Demam, kulit kemerahan, kering sebagai cerminan dari dehidrasi.
3.    Pantau masukan dan pengeluaran, catat bj urin    Memberikan perkiraan kebutuhan akan
cairanpengganti, fungsi ginjal dan keefektifan terapi.
4.    Ukur BB setiap hari    Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dan status cairan yang sedang
berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan pengganti.
5.    Pertahankan cairan 2500 cc/hari jika pemasukan secara oral sudah dapat diberikan.  
 Mempertahankan hidrasi/volume sirkulasi
6.    Tingkatkan lingkungan yang nyaman selimuti dengan selimut tipis    Menghindari pemanasan yang
berlebihan pada pasien yang akan menimbulkan kehilangan cairan.
7.    Catat hal-hal yang dilaporkan seperti mual, nyeri abdomen, muntah, distensi lambung.    Kekurangan
cairan dan elektrolit mengubah motilitas lambung, yang sering menimbulkan muntah sehingga terjadi
kekurangan cairan atau elektrolit.
Kolaborasi
8.    Berikan terapi cairan sesuai indikasi
Tipe dan jumlah cairan tergantung pada derajat kekurangan cairan dan respons pasien secara individual.
9.    Pasang selang NGT dan lakukan penghisapan sesuai dengan indikasi.    Mendekompresi lambung dan
dapat menghilangkan muntah
INTERVENSI
2.    Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak cukupan insulin,
penurunan masukan oral, hipermetabolisme
Data : Masukan makanan tidak adekuat, anorexia, BB , kelemahan, kelelahan, tonus otot buruk,
diare.
Kriteria Hasil : Mencerna jumlah nutrien yang tepat, menunjukkan tingkat energi biasanya, BB
stabil/ .
Intervensi    Rasional
Mandiri
1.    Timbang BB setiap hari    Mengkaji pemasukan makananyang adekuat (termasuk absorpsi)
.
2.    Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang
dihabiskan pasien.    Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan.
3.    Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri, abdomen, mual, muntah.    Hiperglikemi dapat
menurunkan motilitas/ fungsi lambung (distensi atau ileus paralitik) yang akan mempengaruhi
pilihan intervensi.
4.    Identifikasi makanan yang disukai.    Jika makanan yang disukai dapat dimasukkan dalam
pencernaan makanan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.
5.    Libatkan keluarga pada perencanaan makan sesuai indikasi.    Memberikan informasi
pada keluarga untuk memahami kebutuhan nutrisi pasien.
6.    Kolaborasi dengan ahli diet    Sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diet
untuk memenuhi kebutuhan pasien.
INTERVENSI
• 3.    Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan fungsi lekosit/
perubahan sirkulasi.
Data : –
Kriteria hasil : Infeksi tidak terjadi
Intervensi    Rasional
Mandiri
1.    Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.    Pasien mungkin masuk dengan infeksi
yang biasanya telah mencetuskan keadaan ketuasidosis atau infeksi nasokomial.
2.    Tingkatkan upaya pencegahan dengan mencuci tangan bagi semua orang yang
berhubungan dengan pasien, meskipun pasien itu sendiri.    Mencegah timbulnya infeksi
nasokomial.
3.    Pertahankan teknik aseptik prosedur invasif.    Kadar glukosa tinggi akan menjadi media
terbaik bagi pertumbuhan kuman.
4.    Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sugguh, massage daerah yang
tertekan. Jaga kulit tetap kering, linen tetap kering dan kencang.    Sirkulasi perifer bisa
terganggu yang menempatkan pasien pada peningkatan resiko terjadinya iritasi kulit dan
infeksi.
5.    Bantu pasien melakukan oral higiene.    Menurunkan resiko terjadinya penyakit mulut.
6.    Anjurkan untuk makan dan minum adekuat.    Menurunkan kemungkinan terjadinya infeksi.
7.    Kolaborasi tentang pemberian antibiotik yang sesuai    Penanganan awal dapat membantu
mencegah timbulnya sepsis.

Anda mungkin juga menyukai