Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH SEMINAR KMB 1

DENGAN KASUS DIABETES INSIPIDUS

DISUSUN OLEH
NAMA :OKTAVIANUS JONI LOBO KODI
NIM : 5303203191084
KODE MA :WAT 5.02
NAMA PEMBIMBING :ESTER RADANDIMA,S.Kep, Ns, M.kep
TANGGAL PENGAMPULAN:

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG


PRODI KEPERAWATAN WAINGAPU
TAHUN AJARAN 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Saat ini banyak ditemukan penyakit yang sifatnya degeneratif. Karena banyaknya
komunikasi yang dilakukan oleh masyarakat kepada masyarakat luar negeri dan adanya
ketertarikan masyarakat terhadap gaya hidup masyarakat luar negeri sehingga banyak
bermunculan penyakit-penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskuler dan diabetes
insipidus akibat gaya hidup yang tidak sehat. Penyakit diabetes insipidus ini
kemungkinan besar akan megalami peningkatan jumlah penderitanya di masa datang
akibat adanya gaya hidup yang tidak sehat yang dilakukan oleh masyarakat saat ini.
Diabetes insipidus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh penurunan
produksi, sekresi, dan fungsi dari Anti Diuretic Hormone (ADH) serta kelainan ginjal
yang tidak berespon terhadap kerja ADH fisiologis, yang ditandai dengan rasa haus yang
berlebihan (polidipsi) dan pengeluaran sejumlah besar air kemih yang sangat encer
(poliuri). Polidipsia dan poliuria dengan urin encer, hipernatremia, dan dehidrasi adalah
keunggulan dari diabetes insipidus. Pasien yang memiliki diabetes insipidus tidak dapat
menghemat air dan dapat menjadi sangat dehidrasi bila kekurangan air. Poliuria melebihi
5 mL / kg per jam, urin encer. Kondisi ini menimbulkan polidipsia dan poliuria.
Jumlah pasien diabetes insipidus dalam kurun waktu 20 – 30 tahun kedepan akan
mengalami kenaikan jumlah penderita yang sangat signifikan. Dalam rangka
mengantisipasi ledakan jumlah penderita diabetes insipidus, maka upaya yang paling
tepat adalah melakukan pencegahan salah satunya dengan mengatur pola makan dan gaya
hidup dengan yang lebih baik. Dalam hal ini peran profesi dokter, perawat, dan ahli gizi
sangat ditantang untuk menekan jumlah penderita diabetes melitus baik yang sudah
terdiagnosis maupun yang belum. Selain itu dalam hal ini peran perawat sangat penting
yaitu harus selalu mengkaji setiap respon klinis yang ditimbulkan oleh penderita diabetes
insipidus untuk menentukan Asuhan Keperawatan yang tepat untuk penderita Diabetes
Insipidus.

B. Tujuan
Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan
mengenai penyakit diabetes insipidus dan untuk mengetahui asuhan keperawatan dari
diabetes insipidus.
Khusus
1. Untuk mengetahui definisi dari diabetes insipidus
2. Untuk mengetahui epidemiologi diabetes insipidus
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari diabetes insipidus
4. Untuk mengetahui etiologi dari diabetes insipidus
5. Untuk mengetahui faktor resiko dari diabetes insipidus
6. Untuk mengetahui patofisiologi dari diabetes insipidus
7. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari diabetes insipidus
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari diabetes insipidus
9. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari diabetes insipidus
10. Untuk mengetahui prognosis diabetes insipidus
11. Untuk mengetahui komplikasi dari diabetes insipidus
12. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari diabetes insipidus

C. Manfaat

BAB II
TINJUAN TEORI

A. Pengertian
Diabetes insipidus adalah kondisi yang cukup langka, dengan gejala selalu merasa
haus dan pada saat bersamaan sering membuang air kecil dalam jumlah yang sangat
banyak. Jika sangat parah, penderitanya bisa mengeluarkan air kencing sebanyak 20 liter
dalam sehari.
Diabetes insipidus sendiri berbeda dengan diabetes melitus. Diabetes melitus
adalah penyakit jangka panjang yang ditandai dengan kadar gula darah di atas normal.
Diabetes insipidus, pada lain sisi tidak terkait dengan kadar gula dalam darah.
B. Etiologi
Penyebab diabetus insipidus mungkin :
1.Sekunder yang berhubungan dengan trauma kepala, tumor otak, atau pembedahan
ablasi atau iradiasi kelenjar hipofisis juga infeksi sistem saraf pusat atau tumor metastasis
(payudara, paru)
2.Nefrologis yang berhubungan dengan kegagalan tubulus renalis untuk berespons
terhadap ADH
3.Nefrogenik yang berhubungan dengan obat yang disebabkan oleh berbagai pengobatan
(mis : litium, demeklosiklin)
4.Primer, hereditas dengan gejala-gejala kemungknan saat lahir (kelainan pada kelenjar
hipofisis)
Penyakit ini tidak dapat dikontrol dengan membatasi masukan cairan, karena
kehilangan volume urine dalam jumlah yang besar berlanjut terus bahkan tanpa
penggantian cairan sekalipun. Upaya membatasi cairan menyebabkan pasien mengalami
suatu kebutuhan akan cairan yang tiada henti-hentinya dan mengalami hipernatrimia serta
dehidrasi berat.
C. Tanda dan gejala
Gejala utama dari diabetes insipidus adalah selalu merasa haus dan sering buang air kecil
dalam jumlah banyak. Anda akan selalu dihantui perasaan haus meski sudah minum
banyak sekali air.

Jumlah urine yang dikeluarkan penderita diabetes insipidus tiap harinya adalah sekitar 3-
20 liter, mulai dari kasus diabetes insipidus yang ringan hingga kasus yang paling parah.
Kencing yang dialami penderita kondisi ini bisa sebanyak 3-4 kali per jam.

Gejala yang muncul di atas bisa mengganggu aktivitas sehari-hari maupun pola tidur
Anda. Akibatnya akan muncul rasa lelah, mudah marah, dan sulit untuk berkonsentrasi
dalam melakukan kegiatan sehari-hari.

Diabetes insipidus pada anak-anak mungkin lebih sulit untuk dikenali, apalagi anak
tersebut belum bisa berkomunikasi dengan baik. Gejala pada anak yang menderita dengan
diabetes insipidus adalah:

1. Mengompol pada waktu tidur.


2. Mudah terusik atau marah.
3. Menangis secara berlebihan.
4. Suhu tubuh tinggi atau hipertermia.
5. Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
6. Kehilangan selera makan.
7. Merasa kelelahan dan keletihan.
8. Pertumbuhan lebih lambat.

Pastikan untuk segera memeriksakan diri ke dokter jika Anda mengalami dua
gejala utama dari diabetes insipidus, yaitu selalu merasa haus dan sering buang air kecil
dalam jumlah banyak.
D. Patofisiologi
Diabetes insipidus (DI) adalah istilah untuk penyakit yang ditandai dengan
poliuria dan polidipsia. Kondisi ini bisa bersifat herediter atau didapat, dan berhubungan
dengan tidak adekuatnya sekresi arginine vasopressin (AVP) atau tidak adanya respon
ginjal terhadap AVP. Pada diabetes insipidus (DI), terjadi pengeluaran volume urin
dalam jumlah besar (>3 L/24 jam) dalam bentuk yang terdilusi (< 300 mOsm/kg).
Diabetes insipidus dapat dibagi menjadi dua golongan utama yaitu cranial
diabetes insipidus (CDI) dan nephrogenic diabetes insipidus (NDI). CDI adalah diabetes
insipidus yang disebabkan penurunan sekresi AVP. Sedangkan NDI adalah penurunan
kemampuan untuk mengonsentrasikan urin karena terjadi resistensi terhadap AVP di
ginjal.
Bentuk lain diabetes insipidus yang lebih jarang adalah gestational diabetes
insipidus dan primary polydipsia. Gestational diabetes insipidus muncul hanya di masa
kehamilan ketika enzim yang diproduksi oleh plasenta menghancurkan antidiuretic
hormone (ADH) ibu. Sementara itu, primary polydipsia adalah kondisi produksi urin
terdilusi dalam jumlah besar yang disebabkan karena pasien meminum air dalam jumlah
berlebihan. Keadaan ini dapat terjadi akibat rusaknya sistem regulasi rasa haus di
hipotalamus atau pada orang dengan gangguan kejiwaan seperti schizophrenia.
E. Pathway
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada Diabetes Insipidus adalah : (Talbot,
Laura, dkk.1997)
1.Hickey-Hare atau Carter-Robbins test.
Pemberian infuse larutan garam hipertonis secara cepat pada orang normal akan
menurunkan jumlah urin. Sedangkan pada diabetes insipidus urin akan menetap atau
bertambah. Pemberian pitresin akan menyebabkan turunnya jumlah urin pada pasien
DIS dan menetapnya jumlah urin pada pasien DIN.
2.Fluid deprivation menurut Martin Golberg.
Sebelum pengujian dimulai, pasien diminta untuk mengosongkan kandung
kencingnya kemudian ditimbah berat badannya, diperiksa volum dan berat jenis atau
osmolalitas urin pertama. Pada saat ini diambil sampel plasma untuk diukur
osmolalitasnya.
·  Pasien diminta buang air kecil sesering mungkin paling sedikit setiap jam
·  Pasien ditimbang setiap jam bila diuresis lebih dari 300 ml/jam atau setiap 3 jam bila
dieresis kurang dari 300 ml/jam.
·  Setiap sampel urin sebaiknya diperiksa osmolalitasnya dalam keadaan segar atau
kalau hal ini tidak mungkin dilakukan semua sampel harus disimpan dalam botol yang
tertutup rapat serta disimpan dalam lemari es.
·  Pengujian dihentikan setelah 16 jam atau berat badan menurun 3-4 % tergantung
mana yang terjadi lebih dahulu. Pengujian ini dilanjutkan dengan :
3.Uji nikotin
·  Pasien diminta untuk merokok dan menghisap dalam-dalam sebanyak 3 batang dalam
waktu 15-20 menit.
·  Teruskan pengukuran volume, berat jenis dan osmolalitas setiap sampel urine sampai
osmolalitas/berat jenis urin menurun dibandingkan dengan sebelum diberikan nikotin.
4.Uji Vasopresin :
·  Berikan pitresin dalam minyak 5 m, intramuscular.
·  Ukur volume, berat jenis, dan osmolalitas urin pada dieresis berikutnya atau 1 jam
kemudian.
Laboraturium: darah, urinalisis fisis dan kimia.
Jumlah urin biasanya didapatkan lebih dari 4-10 liter dan berat jenis bervariasi dari
1,001-1,005 dengan urin yang encer. Pada keadaan normal, osmolalitas plasma kurang
dari 290 mOsml/l dan osmolalitas urin osmolalitas urin 300-450 mOsmol/l. pada
keadaan dehidrasi, berat jenis urin bisa mencapai 1,010, osmolalitas plasma lebih dari
295 mOsmol/l dan osmolalitas urin 50-150 mOsmol/l. urin pucat atau jernih dan kadar
natrium urin rendah. Pemeriksaan laboraturium menunjukkan kadar natrium yang tinggi
dalam darah. Fungsi ginjal lainnya tampak normal.
Tes deprivasi air diperlukan untuk pasien dengan diabetes insipidus dengan defisiensi
ADH parsial dan juga untuk membedakan diabetes insipidus dengan polidipsia primer
pada anak. Pemeriksaan harus dilakukan pagi hari. Hitung berat badan anak dan periksa
kadar osmolalitas plasma urin setiap 2 jam. Pada keadaan normal, osmolalitas akan naik
(<300) namun output urin akan berkurang dengan berat jenis yang baik (800-1200).
Radioimunoassay untuk vasopressin
Kadar plasma yang selalu kurang drai 0,5 pg/mL menunjukkan diabetes insipidus
neurogenik berat. Kadar AVP yang subnormal pada hiperosmolalitas yang menyertai
menunjukkan diabetes insipidus neurogenik parsial. Pemeriksaan ini berguna dalam
membedakan diabetes insipidus parsial dengan polidipsia primer.
Rontgen cranium
Rontgen cranium dapat menunjukkan adanya bukti tumor intrakranium seperti
kalsifikasi, pembesaran slla tursunika, erosi prosesus klinoid, atau makin melebarnya
sutura.
MRI
MRI diindikasikan pada pasien yang dicurigai menderita diabetes insipidus. Gambaran
MRI dengan T1 dapat membedakan kelenjar pitutaria anterior dan posterior dengan
isyarat hiperintense atau disebut titik terang atau isyarat terang.
G. penatalaksanaan medis
Menajaman kolaboratif
Obat pilihan untuk pasien dengan diabetes insipidus adalah vasopressin. Diabetes
insipidus transien akibat trauma kapitis atau bedah tranfenoidal juga diberi obat
vasopressin 5-10 IU intramuscular (IM) atau subkutan. Vasopresin mempunyai efek
antidiuretik.
Pengobatan yang lazim dipakai untuk pasien dengan diabetes insipidus.
Nefrogenik adalah diet rendah natrium, rendah protein, dan obat diuretic (Thiaside). Diet
yang rendah garam dengan obat diuretik diharapkan dapat menyebabkan sedikit
pengurangan volume cairan. Sedikit pengurangan volume cairan dapat meningkatkan
reabsorpsi natrium klorida dan air pada tubula renal sehingga sedikit air yang
diekskresikan. Diuretic dapat meningkatkan osmolaritas pada ruang interstitial medular
sehingga lebih banyak air yang diabsorpsi dalam tubulus koligentes. Terapi yang lain
untuk menangani diabetes insipidus nefrogenik adalah pemberian obat anti-inflamasi
nonsteroid. Obat ini mencegah produksi prostaglandin oleh ginjal dan bisa menambah
kemampuan ginjal untuk mengonsentrasi urine.
Apabila pasien menunjukkan tand-tanda hipernatremia disertai dengan tanda-
tanda gangguan SSP, misalnya letargi, disorentasi, hipertermia, pasien dapat diberikan
dekstrosa dalam air atau minum air biasa kalau ia bisa minum. Penggantian air yang
hilang dilakukan dalam 48 jam dengan hati-hati karena bisa mengakibatkan edema
serebral dan kematian.

Manajemen keperawatan
Fokus intervensi keperawatan adalah mempertahankan keseimbangan cairan dan
elektrolit, istirahat, dan penyuluhan kesehatan mengenai:
1.    Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
a.    Pantau asupan dan haularan, berat badan setiap hari, berat jenis urine, tanda vital
(ortostatik), turgor kulit, status neurologis setiap 1-2 jam selama fase akut, kemudian
setiap 4-8 jam sampai pasien pulang.
b.    Harus selalu ada air yang siap diminum oleh pasien. Letakkan air dekat dengan
pasien.
2.    Beri cukup waktu untuk istirahat. Pasien sering terganggu tidurnya karena poliuria
dan nokturia.
3.    Penyuluhan pasien:
a.    Uji diagnostic: Tujuan, prosedur, dan pemantauan yang diperlukan.
b.    Obat : Manajemen mandiri, cara pemakaian, dosis, frekuensi, serta efek samping.
H. Pendidikan kesehatan

Ketidak patuhan merupakan salah satu hambatan untuk tercapainya tujuan pengobatan
pasien Diabetes isipidus. Pendidikan kesehatan diperlukan karena penyakit diabetes
insipidus adalah penyakit yang berhubungan dengan gaya hidup sehingga diperlukan
peningkatan pengetahuan untuk merubah gaya hidup. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang diet diabetes insipidus terhadap
peningkatan pengetahuan, tentang penyakit insipidus. Desain penelitian menggunakan quasi
experiment pre-post test with control group. Sampel penelitian pada masing-masing
kelompok intervensi dan kelompok kontrol sebanyak 37 responden. Teknik penarikan
sampel dengan cara cluster random sampling. Hasil penelitian menunjukkan terdapat
pengaruh yang signifikan pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan tentang
diet, penyakit insipidus sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol. Media pendidikan kesehatan bagi pasien diabetes insipidus seperti leaflet,
lembar balik dapat dimanfaatkan untuk penyuluhan kesehatan di Puskesmas atau Posbindu
PTM

BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian
A. Identitas
1.    Biodata klien
a.    Nama                               : tidak mempengaruhi
b.    Tempat tanggal lahir       : tidak mempengaruhi
c.    Umur                               : beresiko pada usia diatas 30 tahun
d.   Jenis kelamin                   : tidak mempengaruhi
e.    Pekerjaan                         : tidak mempengaruhi
f.     Suku bangsa                    :tidak mempengaruhi
g.    Status perkawinan           :tidak mempengaruhi
h.    Pendidikan                      :  Bagi orang yang tingkat pendidikan rendah atau
minim mendapatkan pengetahuan penyakit ini maka
akan mengabaikan bahayanya penyakit ini
i.      Status ekonomi               :  Lebih banyak dimiliki status ekonomi menegah ke
bawah
j.      Alamat                            : tidak mempengaruhi
k.    Tanggal masuk                : tidak mempengaruhi
l.      No. register                     : tidak mempengaruhi
2.    Penanggung jawab
a.    Nama                               : -
b.    Alamat                            : -
c.    Umur                               : -
d.   Jenis Kelamin                  : -
e.    Pendidikan                      : -
f.     Tempat/Tanggal Lahir     : -
g.    Hubungan dengan klien  : -

B.Riwayat kesehatan
1.        Keluhan utama                          
Biasanya klien menyatakan bahwa klien sering haus dan sering kencing (poliuria)
2.        Riwayat penyakit sekarang
Demam klien mengalami penurunan berat badan lebih (misalnya: sebulan yang lalu
berat badan pasien 65 kg sekarang 55 kg), sering kencing output 10 liter/hari
3.         Riwayat kesehatan masa lalu
Klien pernah mengalami trauma pada kepalanya karena jatuh
4.        Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga saat ini tidak ada yang menderita diabetes insipidus

C. Pengkajian fungsional gordon


1.      Pola persepsi kesehatan – pemeliharaan kesehatan
Keluarga mengatakan kesehatan merupakan hal yang penting, jika ada keluarga yang
sakit maka akan segera dibawah ke pelayanan kesehatan terdekat
2.      Pola metabolisme nutrisi
Makan : seperti biasa 1 porsi habis
Minum : sering minum sekitar 8 liter/hari
3.      Pola eliminasi
BAK : poliuria 10 liter/hari
BAB : konstipasi
4.      Pola aktivitas
Aktivitas yang dilakukan klien tidak banyak karena klien merasa lemas, lemah dan
mudah lelah
5.      Pola istirahat – tidur
Biasanya terdapat gangguan tidur (insomnia)

6.      Pola kognitif – persepsi


Klien merasa takut bila penyakitnya tidak bisa sembuh
7.      Pola persepsi diri – konsep diri
Klien menyatakan ingin cepat sembuh dan cepat pulang ke rumah
8.      Pola hubungan – peran
Klien hanya berkomunikasi dengan keluarga dekat
9.      Pola seksual – reproduksi
Klien berjenis kelamin laki laki tidak mengalami gangguan genetalia/ organ
reproduksi
10.  Pola penanganan masalah – strees – toleransi
Mal adaptif, kalau ada masalah klien lebih banyak diam dan menyendiri di kamar.
11.  Pola keyakinan – nilai-nilai
Klien  beragama islam. Keluarga yakin semuanya sudah diatur oleh Allah.

D. Pemeriksaan Fisik
1.Penampilan atau keadaan umum
Ekspresi wajah pasien pucat dan gelisah, kesehatan tidak begitu
baik, badan tubuhnya kurang baik dan panas.
2. Tingkat kesadaran
Kesadaran klien composmentis, mata : 2, Respon Verbal : 5, Respon motor : 4, indra
penciuman terganggu, ketajaman terganggu, berjalan sempoyongan, tidak bisa
seimbang.
3. Tanda-Tanda Vital
1)        Suhu Tubuh           : Normotermik
2)        Tekanan Darah       : Hipotensi postural
3)        Nadi                       : Lemah dan hampir tidak teraba
4)        RR                         : Menurun
4.Head to toe
Kulit terlihat kering, kebersihan kulit saat dikaji normal
a.       Rambut : kotor, hitam, penyebaran merata dan mudah dicabut
b.      Mata : Konjungtiva an anemis, ukuran kedua mata simetris, fungsi penglihatan
baik
c.       Hidung : tidak ada polip, fungsi penciuman normal, tidak ada sekret
d.      Telinga : Tidak ada cairan yang keluar, fungsi pendengaran baik, tidak ada
benjolan
e.       Mulut : Tidak ada perdarahan digusi, gigi masih lengkap, kotor, bibir kering,
lidah kotor, membrane mukosa kering.
f.       Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena
jugularis
g.      Dada : bentuk normal, pengembangan dada simetris, tidak ada retraksi dinding
dada.
h.      Jantung : tidak tampak ictus cordis,perkusi pekak,tidak ada pembesaran
jantung,tidak ada suara bising, gallop.
i.        Paru paru : pengembangan paru kanan-kiri simetris, sonor seluruh lapang
pandang, pernafasan vesikuler, tidak menggunakan O2, napas cepat
j.        Abdomen : Tidak terasa nyeri, tampak kurus, timfani saat perkusi
k.      Eksrtimitas :
Atas : Pergerakan bebas
                            Bawah : Tidak ada kelainan, pergerakan bebas
l.        Kulit : Kulit terlihat kering, turgor kulit tidak elastic
B. Analisis Data
N WAKT DATA ETIOLOGI PROBLEM TT
O U D
1 Klienn biasanya mengatakan lema penurunan Kekurangan
s dan sering kencing pembentuka Volume
Do:Biasanya adanya urine pasien n ADH Cairan
meningkat air kemih
tidak
terkontrol
poliuria
output
berlebihan
2 klien biasanya  menyatakan tidak Gangguan Kurangnya
ingin melihat bagian tubuh yang fungsi pengetahua
dibedah hipotalamus
n
Do: Pasien biasanya menangis,  
putus asa, marah, dan menarik diri
dari kontak sosial

Deuresis
osmotik

poliuri
 

Tidak
adanya
informasi
tentang
proses
penyakit

3 Pasien biasanya   mengatakan Cedera otak Resiko


gampang lelah Penurunan penurunan
Do:Biasanya adanya penurunan pembentuka curah
tekanan darah menurun.  n ADH jantung
kurang
pengetahuan
 
Shock
hipovelemik

C .Analisis data
1. Kekurangan Volume Cairan b.d output berlebihan daripada intake, serta
menurunnya anti diuretik hormon.
2. Kurangnya pengetahuan b.d tidak adanya informasi tentang proses penyakit.
3. Resiko penurunan curah jantung b.d syok hipovolemik.
D. Rencana keperawatan
Tgl No Tujuan dan KH Intervensi Rasional TTD
/ Dx
Jam
1. Tujuan : O: Observasi 1.    Untuk
Setelah dilakukan pemasukan dan pemenuhan
tindakan keperawatan pengeluaran cairan kebutuhan cairan
selama 1x24 jam dan mencegah
diharapkan tidak adanya odem.
terjadi gangguan
keseimbangan cairan N: Anjurkan pasien 2.  Untuk
Kriteria hasil : untuk banyak pemenuhan
K: Pasien mengetahui minum  2,5 liter / kebutuhan cairan
penyebab kebutuhan 24 jam 3. Untuk
cairan in adekuat E: Berikan pemenuhan
A:Pasien mampu penjelasan tentang kebutuhan cairan
mengatasi kebutuhan pentingnya yang tidak
cairan in adekuat kebutuhan cairan terpenuhi (secara
P:Turgor kulit pada pasien dan parenteral).
meningkat keluarga 4.    Untuk
P:Wajahtidaknampak C:Kolaborasi dengan mempermudah
pucat, Tanda dokter untuk terapi pemberian cairan
dehidrasi cairan (oral / (minum) pada
parenteral) pasien.
2. Tujuan : O:Observasi tingkat 1.    Sebagai data
Setelah dilakukan pengetahuan orang dasar dalam
tindakan asuhan tua klien tentang menentukan
keperawatan selama 1 proses penyakit dan intervensi
x 24 jam diharapkan penanganan penyakit selanjutnya
keluarga klien anaknya
terpajan informasi. N:Jelaskan dengan
Kriteria Hasil: baik kepada klien
K : Keluarga klien dan orang tua
mengetahui  penyeba tentang proses 2.    Menigkatkan
b kurang terpajan penyakit dan pemahaman
informasi. prosedur klien dan  orang
A : klien dapat penanganannya tua klien tentang
memahami cara E:Berikan penyakitnya
mengatasi kurang kesempatan kepada anaknya.
terpajan informasi. klien untuk bertanya. 3.    Memberikan
P : klien mampu jalan untuk
mengatasi kurang mengekspresikan
terpajan informasi perasaannya dan
dengan  cara mengetahui
P: pemahaman
-        Orang tua klien orang tua klien
tampak tenang tentang penyakit
-        Orang tua klien anaknya.
dapat menjelaskan C:Kolaborasi dengan 4.    Dukungan
proses penyakit dan tim medis dalam yang positif
prosedur penanganan memberikan dapat
penyakit anaknya dukungan positif memberikan
kepada orang tua semangat kepada
klien dan pada klien orang tua untuk
menerima
penyakit anaknya
dan membantu
proses
perawatan.
3. Tujuan : O : observasi TTV 1.     Untuk
Setelah dilakukan mengetahui
tindakan keperawatan keadaan umum
selama 2x24 jam pasien
diharapkan curah
jantung normal. N: batasi aktifitas 2.    Agar tidak
Kriteria Hasil: klien terjadi
K:Klien peningkatan
mengetahui  penyeba aktifitas jantung
b penurunan curah 3.    Untuk
jantung. E: ajarkan tirah mengurangi
A: Klien memahami baring gangguan kerja
cara mengatasi jantung
penurunan curah 4.    Mengerti
jantung. C: kolaborasi dengan tentang obat
P : Klien mampu tim medis  dalam yang diberikan
mengatasi penurunan pemberian obat
curah jantung dengan
cara
P:Klien mengalami
peningkatan curah
jantung.
E. IMPLEMENTASI
Tgl / No Implementasi Respon Pasien TTD
Waktu Dx
Senin Ds : Klien
25/05/2015 bersedia
07.00 dilakukan
Melakukan observasi
08.00 observasi Do : Klien paham
F. 1 pemasukan dan dan mengerti Efaluasi
pengeluaran cairan
Memberikan
Tgl/Jam No Dx Evaluasitentang
penjelasan TTD
pentingnya
1 S : Klien mengatakan
kebutuhan cairan masih terasa
lemas
pada dandan
pasien sering kencing
O :
keluargaUrine meningkat
09.00 1 A : Masalah belum teratasi
Menganjurkan Ds : Klien
P : Intervensi
pasien untuk Dilanjutkan
mengatakan sudah
banyak minum agak membaik
10.00 23 S  : Klien biasanya tidak
Mengajarkan ingin melihat
pasien Do : Klien terlihat
bagian tubuh
tirah baring yang dibedah
tenang
O : Klien menangis, putus asa, dan
marah
10.30 3 A : Masalah belum teratasi
Melakukan Ds : Klien
11.00 2 P : Intervensi
observasi TTV Dilanjutkan
mengatakan
Memberikan bersedia untuk
3 S  : Klien kepada
kesempatan mengatakan masih sering
dilakukan
lelah
klien untuk observasi
O: Adanya penurunan
bertanya Dotekanan
: Klien darah
menurun antusias dan
A : Masalah belum teratasi
tenang
12.00 3 P : Intervensi Dilanjutkan
Membatasi aktifitas Ds : Klien
12.45 2 pasien mengatakan
Melakukan bersedia untuk
kolaborasi dengan dilakukan
tim medis dalam kolaborasi
memberikan Do : Klien
dukungan positif mengerti BAB IV
kepada orang tua
pasien dan pada
pasien

13.00 2 Menjelaskan Ds : Klien mengatakan


dengan baik kepada mengerti tentang
pasien dan orang penyakit dan
tua tentang proses prosedur
13.55 1 penyakit dan penanganannya
prosedur Do : Klien semangat
penanganannya untuk sembuh 
Melakukan
kolaborasi dengan
tim dokter untuk
terapi cairan
14.00 3 Melakukan Ds :
kolaborasi denganDo : Klien sedikit
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Diabetes insipidus merupakan kelainan pada lobus posterior hipofisis yang
disebabkan oleh defisiensi vasopresin yang merupakan hormon antidiuretik (ADH) yang
ditandai dengan gejala klinis utama yaitu polidipsi dan poliuri. Kejadian diabetes
diperkirakan kasus tiap 25.000 populasi. Di Indonesia sendiri belum ada laporan angka
kejadian diabetes insipidus.
Diabetes insipidus dibagi menjadi diabetes insipidus sentral, diabetes insipidus
nefrogenik, diabetes insipidus gestasional, dan diabetes insipidus dipsogenik. Diabetes
insipidus disebabkan oleh kondisi yang mengganggu pembuatan, penyimpanan, dan
pelepasan ADH. Selain itu dapat disebabkan juga oleh adanya gangguan struktur atau
fungsi ginjal, baik permanen maupun sementara, akibat penyakit ginjal (penyebab
tersering), obat-obatan, atau kondisi lain yang akhirnya dapat menurunkan sensitivitas
ginjal terhadap ADH.
Hormon antidiureutik (ADH) berperan penting dalam sistem regulasi volume
cairan dan osmolalitas plasma tubuh. ADH diproduksi oleh hipotalamus, kemudian
disimpan di hipofisis posterior, dan disekresikan saat diperlukan, yaitu jika osmolalitas
plasma meningkat. Setelah disekresikan, ADH akan merangsang duktus kolektikus di
nefron ginjal untuk menyerap kembali cairan, mengakibatkan osmolalitas urin meningkat
dan osmolalitas plasma menurun. Bila osmolalitas plasma turun, sekresi ADH akan
berkurang. Segala kondisi yang mengakibatkan penurunan sekresi ADH atau
berkurangnya respons nefron ginjal terhadap ADH akan menimbulkan diabetes insipidus.
Dalam mendiagnosis diabetes insipidus dapat dilakukan dengan pemeriksaan
fisik, radiologi, pemeriksaan laboratorium, water deprivation test, dan tes desamin d-
arginie vasopressin atau desmopresin (DDAVP).
Adapun penatalaksanaan medis diabetes insipidus antara lain terapi
DDAVP, Carbamazepine, dan Chlorpropamide. Pada umumnya diabetes insipidus jarang
menyebabkan kematian. Namun pada beberapa kasus penggunaan obat kronis dapat
menyebabkan kondisi diabetes insipidus permanen.
Selain itu, diabetes insipidus dapat menyebabkan beberapa komplikasi antara lain
ketidakseimbangan elektrolit, hipovelemia, hipotensi, syok dan dehidrasi berat.

B. Saran
Walaupun diabetes insipidus jarang menyebabkan kematian, diagnosis dan terapi
yang tepat akan membantu meningkatkan kualitas hidup pasien. Penentuan jenis dan
etiologi diabetes insipidus sangat penting untuk menentukan rencana terapi yang tepat
bagi pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Alodokter. 2016. Diabetes Insipidus. Diperoleh 27 Mei 2017, dari


http://www.alodokter.com/diabetes-insipidus/komplikasi
Black, Joyce M. 2009. Keperawatan Medikal Bedah untuk Hasil yang Diharapkan. Edisi 8.
Buku 2. Singapura: Elsevier
Batticaca, Fransisca B., 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika
Bulechek, Gloria, et al. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi 6. Singapor
Kusmana, Felix. 2016. Diabetes Insipidus–Diagnosis dan Terapi. CDK. Vol. 43, No. 11
Nanda International. 2015. Nanda International Inc. Nursing Diagnoses: Definitions and
Classifications 2015-2017. Edisi 10. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Volume 2. Jakarta: EGC
Bulechek, Gloria, et al. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi 6. Singapor

Lihat otline pembuatan makalah pada RPS

Anda mungkin juga menyukai