Anda di halaman 1dari 8

Diabetes Insipidus

Definisi
Diabetes insipidus adalah kelainan yang menyebabkan ketidakseimbangan
cairan dalam tubuh. Kondisi ini dapat mengakibatkan frekuensi buang air
kecil bertambah dan rasa haus yang berlebihan.

Penyakit ini dapat membuat tidur malam terganggu dan sulit menahan
kencing, hingga mengompol. Walaupun gejalanya mirip dengan diabetes
melitus, penyebab penyakit ini berbeda.
Diabetes melitus disebabkan karena masalah insulin dan kadar gula darah
yang tinggi. Sementara itu, penyakit diabetes insipidus dipengaruhi kerja
ginjal Anda terhadap urine. Keduanya tidak berhubungan.
Kondisi ini tidak dapat disembuhkan. Namun, ada berbagai pilihan
pengobatan sesuai penyebab penyakit. Pengobatan dilakukan untuk
meringankan gejala dan mengurangi risiko terjadinya komplikasi.
Seberapa umumkah penyakit ini?
Diabetes insipidus adalah kondisi yang jarang terjadi. Namun, pria lebih
sering mengalami penyakit yang menyerang fungsi ginjal ini dibandingkan
wanita. Selain itu, kondisi ini juga dapat terjadi di semua usia, termasuk bayi
dan anak.
Anda dapat mengurangi kemungkinan terkena penyakit ini dengan
mengurangi faktor risikonya.

Tanda-tanda & gejala


Ada berbagai gejala yang dapat muncul ketika seseorang terkena penyakit
ini. Salah satunya adalah lebih sering buang air kecil dan sering merasa
haus. Mengapa demikian?

Sering buang air kecil


Para penderita diabetes insipidus mungkin akan terlalu sering buang air
kecil. Dikutip dari Mayo Clinic, ginjal biasanya menyaring sekitar 120-150
liter darah untuk menghasilkan 1-2 liter urine setiap harinya.
Sementara itu, pasien dengan penyakit ini dapat mengeluarkan urine harian
sebanyak 3-20 liter. Kondisi ini yang menyebabkan mereka buang air kecil
lebih sering, yaitu sekitar 3-4 kali per jam. Selain itu, urine yang mereka
keluarkan umumnya lebih encer, terlihat pudar, dan tidak berbau.

Mudah merasa haus


Jika akhir-akhir ini Anda sering merasa cepat haus, mungkin perlu berhati-
hati. Pasalnya, mudah dan sering merasa haus dapat menjadi tanda dan
gejala dari diabetes insipidus.

Kondisi ini dapat terjadi akibat Anda lebih banyak mengeluarkan urine.
Semakin banyak urine yang dikeluarkan, semakin banyak pula asupan
cairan yang dibutuhkan tubuh. Akibatnya, orang dengan kondisi ini bisa
terus-menerus merasa haus, meskipun telah minum banyak air.

Selain kedua gejala di atas, ada beberapa tanda lain dari diabetes insipidus
yang mirip dengan penyakit ginjal, seperti:
 rasa lemas, lesu, dan tidak bertenaga,
 kurang tidur akibat sering terbangun di malam hari untuk buang air kecil,
 sembelit,
 kulit kering,
 susah berkonsentrasi, serta
 kerap mengompol.

Ciri ciri diabetes insipidus pada anak


Penyakit ini tidak hanya menyerang orang dewasa, melainkan bayi dan
anak-anak juga dapat mengalaminya. Lantas, apa saja gejala yang perlu
orangtua waspadai?

 Demam.
 Muntah dan diare.
 Rewel tidak beralasan atau terus menangis.
 Berat badan turun drastis.
 Pertumbuhan anak terlambat.
 Kulit kering dan tubuh terasa dingin.
Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas.
Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu,
konsultasikanlah dengan dokter Anda.
Kapan saya harus periksa ke dokter?
Segera hubungi dokter jika Anda lebih sering buang air kecil daripada
biasanya, merasa haus yang berlebihan, atau gejala lainnya. Setiap orang
mungkin mengalami gejala yang berbeda. Oleh sebab itu, Anda perlu
berdiskusi dengan dokter untuk memilih jenis pemeriksaan dan solusi yang
paling tepat.

Penyebab
Diabetes insipidus adalah gangguan pada fungsi ginjal yang disebabkan
oleh masalah pada kelenjar hipofisis atau hormon antidiuretik. Hormon
antidiuretik yang tidak bekerja menyebabkan ketidakseimbangan cairan di
dalam tubuh.

Normalnya, hormon antidiuretik (ADH) yang dikenal sebagai vasopresin


bertugas menjaga keseimbangan cairan di dalam tubuh. Hormon ini
diproduksi oleh kelenjar hipotalamus otak yang bertugas mendukung
fungsi ginjal dalam menyerap dan mengeluarkan cairan tubuh.

Jika tubuh dehidrasi, kelenjar hipofisis akan mengeluarkan hormon ADH ke


ginjal untuk menahan cairan dan mengurangi produksi urine. Namun,
hormon tersebut tidak bekerja, sehingga mengganggu jumlah cairan di
dalam tubuh.

Berikut ini beberapa jenis diabetes insipidus berdasarkan penyebabnya.

1. Diabetes insipidus sentral


Diabetes insipidus sentral disebabkan oleh kerusakan pada kelenjar
hipotalamus atau hipofisis. Hal ini mengakibatkan proses produksi,
penyimpanan, serta pelepasan hormon vasopresin terganggu. Kerusakan
bisa disebabkan oleh meningitis, tumor, cedera kepala, atau operasi otak.

2. Diabetes insipidus nefrogenik


Kondisi ini dapat terjadi ketika ginjal tidak merespons vasopresin dan terus
mengeluarkan terlalu banyak cairan dari aliran darah. Kelainan pada tubulus
ginjal ini juga dapat disebabkan oleh kelainan genetik dan kondisi lainnya,
seperti:

 gagal ginjal kronis,


 kadar kalium rendah dalam darah,
 terlalu banyak kalsium dalam darah,
 saluran kemih tersumbat, serta
 penggunaan obat-obatan tertentu, seperti lithium dan demeclocyline.

3. Diabetes insipidus gestasional


Diabetes insipidus gestasional biasanya hanya terjadi pada ibu hamil. Jenis
penyakit yang satu ini diakibatkan oleh enzim yang dihasilkan oleh plasenta
bayi merusak hormon ADH atau vasopresin pada tubuh ibu.
Pada beberapa kasus, penyakit ini timbul karena ibu hamil menghasilkan
lebih banyak prostaglandin atau hormon yang mengurangi sensitivitas
ginjal terhadap vasopresin. Diabetes gestasional terbilang cukup ringan dan
tidak menyebabkan gejala yang parah.

4. Polidipsia primer
Konsumsi cairan yang berlebihan ternyata dapat menyebabkan polidipsia
primer. Hal ini terjadi akibat adanya kerusakan pada mekanisme tubuh yang
merespons rasa haus.

Kerusakan tersebut menghasilkan peningkatan rasa haus dan keinginan


untuk minum. Penambahan asupan cairan akhirnya menekan sekresi
vasopresin dan membuat Anda lebih sering buang air kecil. Ada beberapa
faktor yang menyebabkan kerusakan pada saraf yang terletak di
hipotalamus ini, yaitu:

 pernah menjalani operasi,


 infeksi dan peradangan, dan
 tumor dan cedera di kepala.

Faktor-faktor risiko
Terlepas dari usia dan jenis kelamin, siapa saja dapat terkena diabetes
insipidus. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko
seseorang terhadap penyakit ini yaitu sebagai berikut.
 Jenis kelamin, pria lebih berisiko dibandingkan wanita.
 Faktor genetik, orangtua dengan penyakit ini dapat menurunkan gen ke
anaknya.
 Pernah mengalami cedera di kepala.
 Riwayat penyakit tumor di otak.
 Pernah menjalani operasi di otak.
 Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti lithium.
 Riwayat penyakit bawaan pada ginjal.
 Riwayat penyakit atau infeksi tertentu.

Diagnosis
Demi mendeteksi penyakit diabetes insipidus, dokter akan melakukan
beberapa pemeriksaan, termasuk tes fungsi ginjal. Selain itu, dokter juga
akan memeriksa riwayat medis pada anggota keluarga lainnya. Berikut
beberapa jenis tes yang dilakukan untuk mendiagnosis kondisi ini.
1. Tes urine
Dengan mengumpulkan sampel urine pasien, pihak laboratorium dapat
melihat apakah urine encer atau terkonsentrasi. Tes ini juga dilakukan untuk
menunjukkan glukosa yang membedakan diabetes insipidus dengan
diabetes mellitus.
Selain itu, tes urine juga dapat dijadikan patokan untuk mengukur jumlah
total urine yang diproduksi oleh ginjal selama 24 jam.
2. Tes darah
Sampel darah yang diambil dari pemeriksaan membantu dokter
menunjukkan kadar natrium. Jumlah natrium yang ada di tubuh nantinya
membantu dokter menentukan hasil diagnosis dan jenis penyakitnya.

3. Tes deprivasi air


Tes ini umumnya dilakukan untuk mengukur perubahan berat badan dan
konsentrasi urine pasien setelah membatasi asupan cairan. Pada orang
sehat, mereka hanya akan buang air kecil lebih sedikit dengan konsentrasi
urine yang lebih pekat.

Jika Anda mengalami diabetes insipidus, volume urine mungkin lebih


banyak dan lebih sering, meskipun asupan cairan telah dibatasi.
Setelah tes deprivasi dilakukan, dokter mungkin akan menyuntikkan
hormon antidiuretik. Metode ini dilakukan untuk menentukan jenis diabetes
insipidus. Jika hormon yang disuntikkan membuat ginjal mengurangi
produksi urine, artinya Anda mengalami diabetes insipidus.

Sementara itu, jika produk urine masih tetap banyak, Anda mungkin
mengalami penyakit ginjal atau diabetes insipidus nefrogenik.

4. MRI (magnetic resonance imaging)


Pemeriksaan dengan teknologi magnet dan gelombang radio ini memang
tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis diabetes inspidus. MRI
dilakukan untuk memperlihatkan, apakah hipotalamus atau kelenjar
hipofisis pada ginjal bermasalah.

Dengan demikian, dokter lebih mudah menentukan apakah penyakit ini


merupakan kemungkinan penyebab munculnya gejala pada pasien.

Obat & pengobatan


Diabetes insipidus tidak dapat disembuhkan. Penyakit ini bersifat permanen
dan akan terus ada seumur hidup. Bahkan, hingga saat ini belum ada obat

yang dapat menyembuhkan diabetes insipidus.

Walaupun demikian, ada sejumlah pengobatan atau penanganan yang


dapat dilakukan untuk meringankan gejala dan mengurangi risiko
komplikasi.

Jenis pengobatan untuk mengatasi diabetes insipidus pun beragam dan


dapat disesuaikan dengan penyebabnya. Berikut ini terapi yang bisa Anda
pilih:

1. Terapi desmopressin
Bagi penderita diabetes insipidus sentral, dipsogenik, dan gestasional yang
sudah parah, dokter biasanya akan merekomendasikan terapi
desmopressin. Hal ini berlaku ketika memperbanyak air putih tidak kunjung
meredakan gejala yang dialami.
Terapi yang bekerja seperti ADH ini membantu ginjal memproduksi urine.
Ada dua jenis obat desmopressin yang tersedia, yaitu semprotan hidung
dan tablet.
Penggunaan semprotan hidung biasanya dilakukan cukup satu hingga dua
kali dalam sehari. Hal ini dikarenakan obat dapat menyerap dengan cepat
dalam aliran darah. Oleh sebab itu, obat ini tidak direkomendasikan ketika
pasien pilek.

Sementara itu, desmopressin dalam bentuk tablet bisa dikonsumsi lebih


dari dua kali sehari. Pasalnya, obat ini tidak diserap secara efektif oleh usus
dibandingkan lewat saluran hidung. Agar mendapat efek yang sama, tablet
desmopressin perlu digunakan lebih banyak.

Terapi ini tergolong aman dengan sedikit efek samping, seperti sakit kepala
hingga mimisan. Jika digunakan terlalu sering, pasien mungkin akan merasa
kembung dan kekurangan natrium dalam darah (hiponatremia).
2. Terapi diuretik
Berbeda dengan ketiga jenis diabetes insipidus lainnya, diabetes nefrogenik
tidak dapat dikendalikan dengan terapi desmopresin. Pilihan pengobatan
bagi penderita penyakit ini adalah terapi diuretik.

Umumnya, dokter akan meresepkan obat kombinasi, yaitu diuretik thiazide


dan obat anti-inflamasi non-steroid (NSAID). Kedua obat tersebut
digabungkan untuk mengurangi jumlah urine yang diproduksi ginjal.
Walaupun thiazide termasuk jenis obat yang dapat meningkatkan produksi
urine (bersifat diuretik), ada kalanya penggunaan obat ini membantu
mengurangi laju ginjal saat menyaring darah. Artinya, jumlah urine yang
dikeluarkan tubuh akan berkurang.

Walaupun aman, obat ini juga memiliki efek samping, seperti pusing,
masalah pencernaan, dan gangguan ereksi. Pengobatan diabetes insipidus
dengan obat NSAID, seperti ibuprofen dapat mendukung kinerja obat
diuretik thiazide.

Namun, penggunaan NSAID dalam jangka panjang dapat menyebabkan


tukak lambung, sehingga diperlukan obat tambahan, yaitu proton pump
inhibitor (PPI). Obat ini membantu mengurangi risiko masalah lambung.

3. Mengobati penyebab
Jika gejala yang Anda alami disebabkan oleh obat, dokter akan mengubah
obat-obatan ke alternatif lainnya. Sementara itu, diabetes insipidus yang
disebabkan oleh gangguan mental pun akan diobati terlebih dahulu.
Apabila penyebabnya adalah tumor, dokter mungkin akan
mempertimbangkan, apakah tumor perlu diambil atau tidak.

Pengobatan di rumah
Sambil mendapatkan perawatan dari dokter, ada beberapa pengobatan
rumahan yang dapat membantu Anda mengatasi diabetes insipidus, yaitu
sebagai berikut.

Minum air yang cukup saat haus


Salah satu pengobatan rumahan yang perlu dilakukan oleh pasien diabetes
insipidus adalah minum air yang cukup saat haus. Hal ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya komplikasi berupa dehidrasi. Dokter atau ahli
endokrin biasanya akan menyarankan Anda untuk minum air setidaknya 2,5
liter per hari.

Jika tengah menjalani terapi desmopressin, tanyakan kepada dokter berapa


kebutuhan cairan yang tepat untuk Anda. Pasalnya, kebanyakan asupan air
justru dapat menyebabkan penumpukan cairan berlebih. Alhasil, kondisi
kesehatan Anda dapat memburuk akibat beban kerja ginjal yang lebih
berat.
Penanganan lainnya
Selain minum air yang cukup saat haus, ada beberapa hal lainnya yang
perlu diperhatikan ketika menderita diabetes insipidus:

 Konsumsi obat sesuai anjuran dokter.


 Beritahu dokter jika ada perubahan pada kondisi Anda.
 Segera pergi ke rumah sakit terdekat jika mengalami demam tinggi, diare,
atau lebih sering buang air kecil.

Anda mungkin juga menyukai