Anda di halaman 1dari 4

Nama : Sholahudin Aprilivaldo

Kelas : KP1C
NIM : 2206086

Diabetes Insipidus
Definisi
Diabetes insipidus adalah kondisi yang ditandai dengan selalu merasa haus dan sering buang
air kecil dalam jumlah banyak, bahkan hingga 20 liter dalam sehari. Meski nama dan gejala utamanya
mirip dengan diabetes melitus, kedua kondisi ini sebenarnya sangat berbeda.
Diabetes insipidus dan diabetes mellitus sama-sama menimbulkan gejala sering minum
dan sering buang air kecil. Namun, tidak seperti diabetes melitus, diabetes insipidus tidak terkait
dengan kadar gula dalam darah. Proses munculnya kondisi ini juga tidak terkait dengan pola
makan atau gaya hidup seperti diabetes melitus pada umumnya

Penyebab Diabetes Insipidus


Hormon antidiuretik atau ADH merupakan hormon yang berperan untuk membatasi
pembuangan cairan tubuh berupa urine dilihat dari tingkat kebutuhan cairan tubuh. Apabila
tubuh memerlukan cairan lebih banyak, hormon ini akan mulai bekerja dan tubuh bisa
memproduksi urine lebih sedikit.
Diabetes insipidus bisa muncul saat tubuh mengalami kekurangan hormon ADH atau
apabila kinerja hormon tersebut mengalami gangguan. Artinya, semua keadaan yang menjadi
penyebab kurangnya atau terganggunya kinerja hormon ini bisa berujung pada diabetes
insipidus. Adapun penyebab diabetes insipidus dilihat dari jenisnya:

Diabetes Insipidus Kranial


Disebut juga diabetes insipidus sentral, diabetes insipidus kranial terjadi karena kerusakan
pada kelenjar pituitari atau hipotalamus. Bagian ini berfungsi untuk membuat hormon ADH,
sementara kelenjar pituitari bertugas untuk menyimpan hormon tersebut. Rusaknya kelenjar
pituitari atau hipotalamus akan mengakibatkan terganggunya produksi ADH. Penyebabnya bisa
karena:

 Cedera kepala berat.


 Tumor otak.
 Operasi pada otak atau kelenjar pituitari.
 Adanya kelainan genetik, seperti sindrom Wolfram.
 Adanya infeksi pada otak, seperti meningitis atau ensefalitis.
 Terjadinya kerusakan pada otak karena kurangnya aliran darah maupun oksigen, seperti
saat mengalami stroke atau tenggelam.
Namun, sepertiga dari semua kasus diabetes insipidus kranial tidak diketahui penyebabnya.
Diduga, ini karena adanya masalah autoimun, suatu kondisi ketika sistem imunitas tubuh
mengalami masalah dan menyerang sel sehat yang membuat hormon ADH.
Diabetes Insipidus Nefrogenik
Jenis diabetes insipidus ini terjadi karena kelainan pada struktur organ ginjal, sehingga
organ tersebut tidak mampu merespons hormon ADH dengan optimal. Masalah ini bisa terjadi
karena kelainan genetik yang terjadi sejak lahir atau congenital nephrogenic diabetes insipidus.
Tak hanya itu, diabetes insipidus jenis ini juga bisa terjadi karena masalah kesehatan lain yang
muncul setelah seseorang berusia dewasa atau acquired nephrogenic diabetes insipidus.
Misalnya:

 Dampak dari pemakaian lithium dalam jangka waktu yang lama.


 Penyumbatan pada saluran kemih.
 Kadar kalsium dalam tubuh berlebih atau hiperkalsemia.
 Kadar kalium dalam tubuh berlebih atau hipokalemia.
 Penyakit ginjal yang sifatnya kronis.

Diabetes Insipidus Dipsogenik


Diabetes insipidus dipsogenik disebabkan karena masalah pada pengiriman sinyal dari otak
yang berkaitan dengan rasa haus. Hal ini membuat pengidapnya selalu merasa haus dan minum
dalam jumlah lebih banyak, bahkan melebihi kebutuhan harian tubuhnya. Tak berbeda dengan
diabetes insipidus kranial, jenis diabetes insipidus ini juga terjadi karena:

 Cedera pada kepala.


 Peradangan atau infeksi.
 Tumor otak.
 Pernah menjalani operasi otak.
Selain itu, diabetes insipidus dipsogenik atau polidipsia primer juga diyakini berhubungan
dengan konsumsi obat tertentu atau kelainan mental, seperti skizofrenia.

Diabetes Insipidus Gestasional


Diabetes insipidus gestasional hanya terjadi pada ibu hamil. Masalah kesehatan ini
muncul saat plasenta memproduksi enzim yang mengakibatkan kerusakan pada hormon ADH.
Tak hanya itu, produksi hormon prostaglandin yang mengalami peningkatan turut
mengakibatkan ginjal menjadi kurang sensitif terhadap hormon ADH. Kondisi ini bisa dibilang
jarang terjadi dan bisa membaik setelah ibu melahirkan. Meski demikian, tetap perlu waspada
karena masalah kesehatan ini bisa berulang pada kehamilan berikutnya.

Gejala Diabetes Insipidus


Umumnya, pengidap diabetes insipidus akan mengalami beberapa gejala berikut ini.

 Selalu merasa haus meski telah banyak minum.


 Sering buang air kecil dalam volume yang lebih banyak.
 Urine memiliki warna pucat atau tidak berwarna.
 Sering bangun pada malam hari hanya untuk buang air kecil atau justru mengompol saat
tidur.
 Sulit berkonsentrasi dan menjadi lebih mudah marah.
Sementara itu, diabetes insipidus yang menyerang bayi dan anak cenderung lebih sulit dikenali,
terlebih pada anak yang belum dapat berkomunikasi dengan baik. Meski demikian, bayi dan
anak yang menunjukkan diabetes biasanya mengalami beberapa gejala berikut:

 Suhu tubuh meningkat atau mengalami hipertermia.


 Susah buang air besar atau sembelit.
 Susah tidur.
 Mengompol ketika tidur.
 Mudah marah dan rewel.
 Berat badan menurun tanpa sebab.
 Pertumbuhan menjadi lebih lambat

Komplikasi
Apabila tidak terdeteksi dan tidak mendapatkan penanganan sebagaimana mestinya,
diabetes insipidus bisa berujung pada komplikasi yang cukup serius, di antaranya:

Gangguan Keseimbangan Elektrolit


Elektrolit merupakan mineral seperti sodium, kalsium, magnesium, kalium, dan bikarbonat
yang berada di dalam darah. Semua mineral tersebut memiliki peran penting dalam menjaga
keseimbangan cairan di dalam tubuh sekaligus berperan dalam fungsi sel. Apabila tubuh
mengalami defisiensi elektrolit, gejala yang muncul berupa:

 Tubuh mengalami kelelahan.


 Sakit kepala.
 Kram pada otot.
 Mual dan muntah.
 Hilang nafsu makan.
 Dehidrasi

Dehidrasi
Tubuh pengidap diabetes insipidus tak mampu mempertahankan kadar cairan tubuh yang
normal. Dampaknya, pengidap sangat rentan mengalami dehidrasi yang ditandai dengan kondisi
berikut:

 Mulut dan bibir terasa kering.


 Kulit kering, keriput, dan kehilangan elastisitasnya.
 Sakit kepala.
 Mudah marah dan tampak kebingungan.
Dehidrasi ringan bisa ditangani dengan mengonsumsi oralit. Namun, dehidrasi yang parah perlu
segera ditangani di rumah sakit untuk mendapatkan tambahan cairan melalui infus.

Pengobatan
Penanganan diabetes insipidus dilakukan bergantung pada penyebab yang mendasarinya.
Pengobatan dilakukan untuk membantu mengurangi frekuensi berkemih dan mengendalikan
tanda dan gejala yang muncul.
 Pengobatan Diabetes Insipidus Kranial
Diabetes insipidus kranial dikatakan ringan apabila pengidap berkemih sebanyak 3 hingga 4 liter
sehari. Kondisi ini tidak membutuhkan penanganan khusus. Meski begitu, gejala bisa dikurangi
dengan mengonsumsi air putih setidaknya sebanyak 2,5 liter setiap hari untuk mencegah
terjadinya dehidrasi.
Sementara itu, pengidap diabetes insipidus kranial berat akan ditangani dengan pemberian obat
yang fungsinya serupa dengan hormon antidiuretik atau ADH. Obat yang disebut desmopressin
ini memiliki tujuan mengontrol produksi urine, mencegah dehidrasi, dan menjaga kadar cairan
tubuh.
Perlu diingat bahwa konsumsi desmopressin berlebihan dapat berdampak pada penumpukan
cairan tubuh dan kadar sodium di dalam darah menjadi lebih rendah. Kondisi ini tentu sangat
berbahaya, sehingga dianjurkan untuk tidak mengonsumsi obat tersebut tanpa resep dokter.

 Pengobatan Diabetes Insipidus Nefrogenik


Pengobatan diabetes nefrogenik bertujuan untuk mengurangi produksi urine pada organ ginjal.
Biasanya, dokter akan menganjurkan pengidap untuk mengonsumsi makanan rendah garam dan
mengonsumsi air putih lebih banyak untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
Apabila kondisi yang terjadi disebabkan karena penggunaan lithium, dokter akan menghentikan
pemakaian obat tersebut dan meresepkan obat lain untuk menggantikannya. Sementara itu, untuk
membantu meredakan gejala yang muncul, dokter bisa meresepkan beberapa obat lainnya untuk
membantu menurunkan produksi urine sehingga frekuensi berkemih pun akan berkurang.

 Pengobatan Diabetes Insipidus Dipsogenik


Sayangnya, tidak ada metode penanganan yang spesifik untuk mengatasi masalah diabetes
insipidus dipsogenik. Meski begitu, pengidap bisa mengonsumsi permen untuk membantu
meningkatkan produksi air liur, sehingga keinginan untuk minum bisa dikurangi. Sementara
pada pengidap yang sering terbangun pada malam hari untuk berkemih, dokter bisa meresepkan
obat desmopressin dalam dosis yang rendah.
Lalu, untuk kasus diabetes insipidus dipsogenik yang terjadi karena masalah mental tertentu,
dokter akan merujuk pengidap ke ahli kesehatan jiwa supaya masalah kesehatan mental bisa
ditangani terlebih dahulu.

 Pengobatan Diabetes Insipidus Gestasional


Pengidap diabetes insipidus gestasional akan ditangani dengan obat desmopressin selama
kehamilan. Setelah melahirkan, biasanya kondisi ini akan membaik dengan sendirinya, sehingga
pengobatan atau konsumsi obat desmopressin sudah tidak diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai