Anda di halaman 1dari 11

Kasus Diabetes Mellitus

Seorang pasien perempuan usia 57 tahun menderita DM hiperglikemia dengan kadar glukosa darah
sewaktu 420 mg/dL.Riwayat penyakit hipertensi 170/110 mmHg. Riwayat pengobatan glukodex 2 kali
sehari & untuk hipertensi diltiazem 30mg 3x sehari, Captopril 25 mg 3x sehari dan aspirin 100mg 1x
sehari.

Istilah Asing dalam kasus :

1. Hiperglikemia : kadar gula darah tinggi adalah kondisi ketika kadar gula di dalam darah melebihi batas
normal.

2. Glukosa : bentuk karbohidrat sederhana atau monosakarida.

3. Glukodex : obat antidiabetes dengan kandungan Gliclazide yang termasuk dalam golongan
sulfonilurea.

4. Diltiazem : obat untuk menurunkan tekanan darah pada hipertensi dan mencegah terjadinya nyeri
dada (angina).

5. Captopril : suatu obat yang digunakan untuk pengobatan hipertensi, gagal jantung kongestif, dan
pecegahan remodelisasi ventrikel pasca-MI.

6. Aspirin : obat turunan dari salisilat yang sering digunakan sebagai analgesik, antipiretik, dan anti-
inflamasi

Pertanyaan :

1. Mengapa kadar gula darah tetap 420 mg/dL ?

Karena pemberian glukodex yang tidak tepat indikasi nya bagi pasien

2. Apa hubungan DM dengan hipertensi dan gagal ginjal ?

DM DENGAN HIPERTENSI = Peningkatan volume cairan: diabetes akan meningkatkan jumlah total cairan
dalam tubuh, yang cenderung meningkatkan tekanan darah. Peningkatan kekuatan arteri: diabetes
dapat menurunkan kemampuan pembuluh darah untuk meregang, meningkatkan tekanan darah rata-
rata.

DM DENGAN GAGAL GINJAL = kadar gula darah yang tidak terkontrol pada pasien diabetes bisa memicu
kerusakan glomerulus (pembuluh darah halus yang merusakan tempat penyaringan darah di ginjal).
Kondisi ini jika dibiarkan terus bisa menyebabkan ginjal kehilangan kemampuan menyaring darah
sehingga terjadi gagal ginjal

3. Apa yang harus dimonitoring untuk pasien ?

- TD ( < 130/80 mmHg )


- LDL Kolesterol ( < 100 mg/dl )

- penggunaan aspirin untuk pasien DM dengan hipertensi dan resiko jantung

- Pemeriksaan mata, kaki,gigi ( 1x/tahun )

- Vaksinasi influenza dan pneumokokal .

TEORI

1. PENGERTIAN DM

Diabetes (diabetes melitus) adalah suatu penyakit metabolik yang diakibatkan oleh meningkatnya kadar
glukosa atau gula darah. Gula darah sangat vital bagi kesehatan karena merupakan sumber energi yang
penting bagi sel-sel dan jaringan.

2. PENYEBAB DM

Diabetes disebabkan karena adanya gangguan dalam tubuh, sehingga tubuh tidak mampu menggunakan
glukosa darah ke dalam sel, sehingga glukosa menumpuk dalam darah.

Pada diabetes tipe 1, gangguan ini disebabkan sistem kekebalan tubuh yang biasanya menyerang virus
atau bakteri berbahaya lainnya, malah menyerang dan menghancurkan sel penghasil insulin. Akibatnya,
tubuh kekurangan atau bahkan tidak dapat memproduksi insulin sehingga gula yang seharusnya diubah
menjadi energi oleh insulin menyebabkan terjadinya penumpukan gula dalam darah.

Sedangkan pada diabetes tipe 2, tubuh bisa menghasilkan insulin secara normal, tetapi insulin tidak
digunakan secara normal. Kondisi ini dikenal juga sebagai resistensi insulin.

3. TANDA GEJALA DM

Pradiabetes atau diabetes tipe 2 biasanya tidak menunjukkan gejala pada awalnya. Sementara itu, gejala
atau ciri diabetes tipe 1 dapat berkembang dengan cepat. Beberapa tanda dan gejala diabetes tipe 1 dan
tipe 2 adalah:

- Meningkatnya haus

- Sering buang air kecil

- Rasa lapar yang ekstrem

- Turun berat badan tanpa sebab

- Kelelahan

- Pandangan kabur
- Luka yang lama sembuh

- Sering mengalami infeksi, seperti pada gusi, kulit, vagina

4. KLASIFIKASI DM

Penyakit ini dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu:

- Diabetes tipe 1, di mana sistem daya tahan tubuh menyerang dan menghancurkan sel beta di pankreas
yang memproduksi insulin.

- Diabetes tipe 2, di mana sel beta di pankreas tidak memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup,
atau sel-sel tubuh tidak menunjukkan respons terhadap insulin yang diproduksi.

- Diabetes gestasional, yakni diabetes yang terjadi saat kehamilan.

- Diabetes tipe lain, yang dapat timbul akibat kelainan hormon, imunologi, infeksi, atau genetik lainnya.

5. KOMPLIKASI DM

1. Hiperglikemia dan hipoglikemia

Akibat diabetes hiperglikemia , Jika diabetesi (penderita diabetes) tidak dapat mengontrol penyakitnya,
kadar gula dalam darah bisa melonjak tinggi atau bahkan turun sangat rendah. Kondisi nilai gula darah
yang terlalu tinggi dari batas normal (bisa mencapai 500 mg/dL) disebut hiperglikemia. Sebaliknya, jika
terlalu rendah (kurang dari 60 mg/dL) dinamakan hipoglikemia. Penderita diabetes tipe 1 dapat
mengalami hiperglikemia jika tidak melakukan suntik insulin sebelum makan. Ini karena tubuh akan
kekurangan insulin yang berfungsi dalam proses perubahan glukosa menjadi energi. Sementara itu,
orang yang rutin mengonsumsi obat diabetes juga bisa mengalami hipoglikemia jika tidak memantau
kadar glukosa darahnya dengan baik. Jika tidak ditangani dengan baik, keduanya bisa mengancan jiwa
karena dapat mengarah pada stroke, koma (mati otak) atau dikenal dengan diabetes koma, dan
kematian.

2. Rambut rontok

Kerontokan rambut terjadi akibat kerusakan pembuluh darah sehingga aliran darah segar penuh nutrisi
ke folikel rambut jadi terhambat. Folikel yang kekurangan nutrisi dan oksigen pada akhirnya melemah
dan tidak dapat mendukung pertumbuhan rambut sehat. Selain itu, kondisi ini juga ikut berdampak pada
cara kerja sistem endokrin. Sistem endokrin menghasilkan hormon androgen yang mengatur
pertumbuhan rambut serta kesehatan folikel rambut. Ketika sistem endokrin bermasalah, kesehatan
folikel rambut juga bisa ikut terpengaruh sehingga rambut jadi mudah rontok. Kerontokan akibat
penyakit gula ini nantinya bisa menyebabkan kebotakan. Tidak hanya pada rambut di kepala, tapi juga di
lengan, kaki, alis, dan bagian tubuh lainnya.

3. Masalah gigi dan mulut


Komplikasi diabetes melitus selanjutnya adalah masalah gigi dan mulut. Komplikasi ini umumnya muncul
akibat kadar gula darah tinggi yang tidak terkendali. Kondisi tersebut dapat memicu infeksi dan berbagai
masalah pada mulut, termasuk gangguan pada gigi, gusi, serta lidah. Air liur mengandung gula alami.
Ketika diabetes tidak terkontrol, tak hanya glukosa dalam darah saja yang meningkat tapi juga glukosa
pada air liur. Air liur yang tinggi gula akan mengundang bakteri untuk tumbuh dan berkembang di dalam
mulut. Nantinya, bakteri yang berkumpul di dalam mulut akan memicu pembentukan plak pada
permukaan gigi. Plak yang semakin menebal dapat membuat gusi dan daerah di sekitar mulut menjadi
meradang dan terinfeksi. Beberapa masalah gigi dan mulut yang sering dialami oleh para diabetesi
meliputi radang gusi (gingivitis), penyakit gusi (periodontitis), mulut kering, hingga candidiasis (infeksi
jamur di mulut).

4. Disfungsi ereksi pada pria dan infeksi jamur vagina pada wanita

Banyak orang yang tidak sadar bahwa impotensi (disfungsi ereksi) termasuk komplikasi diabetes melitus
pada pria. Hampir sebanyak 1 dari 3 pria yang terkena diabetes mengalami disfungsi ereksi. Pada
wanita, diabetes melitus dapat menimbulkan masalah seks akibat infeksi jamur vagina. Efek diabetes
pada pria berupa disfungsi ereksi menyebabkan ketidakmampuan mencapai atau mempertahankan
ereksi. Ini terjadi karena rusaknya pembuluh darah dan saraf. Padahal, organ penis dipenuhi oleh
pembuluh darah dan saraf.

Diabetes bisa membahayakan fungsi saraf tertentu pada tubuh, yakni autonomic nervous system (ANS).
Sistem saraf ini mengontrol pelebaran dan pembatasan pembuluh darah. Jika pembuluh darah dan saraf
pada penis pria rusak karena efek diabetes, hal ini dapat berdampak pada disfungsi ereksi. Masalah saraf
lainnya yang juga menjadi efek diabetes pada pria adalah ejakulasi terbalik. Kondisi ini berdampak pada
sperma yang keluar mengarah ke dalam kandung kemih bukan sebaliknya. Ejakulasi terbalik juga bisa
mengurangi produksi semen selama ejakulasi.

Sementara pada wanita, gejala infeksi jamur vagina dapat membuat seks tidak menyenangkan. Infeksi
jamur pada organ intim diakibatkan oleh ketidakseimbangan bakteri akibat tingginya kadar gula dalam
tubuh.

5. Kerusakan saraf

Neuropati diabetik adalah jenis kerusakan saraf yang terjadi akibat komplikasi diabetes melitus.
Menurut American Academy of Family Physicians, 10-20% pengidap diabetes mengalami nyeri saraf.
Kadar gula darah tinggi dapat merusak saraf-saraf yang ada di tubuh. Pada kebanyakan kasus, komplikasi
diabetes melitus ini menyerang saraf tangan dan kaki. Komplikasi ini menyebabkan mati rasa, atau
kesemutan pada jari-jari tangan dan kaki. Gejala lainnya yaitu timbulnya nyeri, kesemutan, kebas atau
baal, hingga sensasi terbakar.

6. Kerusakan mata

Bahaya komplikasi akibat diabetes melitus tidak hanya menyerang saraf di kaki dan tangan saja, tapi
juga mata. Pada mulanya, komplikasi ini ditandai dengan penglihatan kabur selama beberapa hari atau
minggu dan akan hilang setelah kadar gula yang tinggi kembali normal. Namun, ketika kadar gula darah
terus-terusan tinggi, pembuluh darah kecil yang ada di belakang mata bisa rusak. Pembuluh darah yang
rusak akibat diabetes melitus ini dapat melemahkan saraf, bahkan menimbulkan adanya pembengkakan
dan berisi cairan. Selain itu, pembuluh darah ini dapat mengalami perdarahan di bagian tengah mata,
yang memicu pertumbuhan jaringan parut atau menyebabkan tekanan tinggi di dalam mata Anda.

Beberapa gangguan penglihatan akibat diabetes melitus yang mungkin terjadi, antara lain:

- Retinopati diabetik

- Edema makula diabetik

- Glaukoma

- Katarak diabetik

7. Penyakit kardiovaskuler

Kadar gula darah tinggi dapat menyebabkan lemak menumpuk di dinding pembuluh darah. Seiring
waktu, kondisi ini bisa menghambat sirkulasi darah yang pada akhirnya meningkatkan risiko
aterosklerosis pada pasien diabetes melitus. Aterosklerosis akibat komplikasi diabetes menandakan
adanya pengerasan pembuluh darah yang dapat menimbulkan bahaya kesehatan, seperti serangan
jantung atau stroke.

Selain itu, orang yang memiliki diabetes juga berisiko terkena aritmia. Kondisi ini merujuk pada detak
jantung yang tidak normal; bisa lebih cepat, lebih lambat, atau tidak teratur.

Aritmia bisa menyebabkan jantung yang tidak memompa dengan benar sehingga sirkulasi darah pada
otak dan organ-organ penting di dalam tubuh terhambat. Komplikasi ini juga bisa menyebabkan
diabetesi mengalami stroke dan gagal jantung. Lambat laun, akibat penyakit gula ini bisa membuat
jantung rusak dan lemah.

8. Kerusakan ginjal (nefropati diabetik)

Kerusakan ginjal akibat diabetes dalam istilah medis disebut dengan nefropati diabetik. Kondisi ini dapat
menyerang orang dengan jenis diabetes melitus tipe 1 ataupun tipe 2. Nefropati diabetik terjadi ketika
diabetes merusak pembuluh darah dan sel-sel yang ada di ginjal Anda. Gula darah yang tinggi dapat
menyebabkan ginjal bekerja terlalu keras sehingga memicu terjadinya kerusakan pembuluh darah kecil
(glomeruli) di ginjal. Lambat laun, pembuluh darah pada ginjal yang rusak dapat menurunkan fungsi
ginjal.

9. Kaki diabetik (diabetic foot)

Komplikasi diabetes melitus ini terjadi karena tingginya kadar gula darah dapat menghambat sirkulasi
darah ke bagian kaki serta kerusakan saraf kaki. Akibatnya sel-sel kaki kesulitan untuk memperbaiki
jaringan dan saraf yang rusak. Selain itu, kerusakan saraf pada kaki diabetik juga dapat menyebabkan
mati rasa atau sensai kebas di bagian kaki.

10. Ketoasidosis diabetik

Menurut American Diabetes Association, ketoasidosis lebih sering terjadi pada orang dengan diabetes
tipe 1.Kondisi ini terjadi ketika tubuh menghasilkan terlalu banyak asam darah, yang disebut keton.
Ketika tubuh tidak menghasilkan cukup insulin untuk menyerap gula darah, tubuh akan memecah lemak
sebagai energi. Proses pemecahan lemak menjadi energi akan menghasilkan keton.

Keton yang dihasilkan berlebihan akan menumpuk di dalam darah dan menimbulkan gejala dehidrasi
berat seperti haus berlebihan, sering buang air kecil, dan tubuh lemas. Tak jarang, ketoasidosis bisa
sampai menyebabkan koma.

6. FATOFISIOLOGI DM

- Patofisiologi diabetes mellitus tipe 1 berupa penurunan sekresi insulin akibat autoantibodi yang
merusak sel-sel pulau Langerhans pada pankreas.

Kerusakan Sel Pulau Langerhans Pankreas akibat Mekanisme Autoimun

Kerusakan sel pulau Langerhans pankreas pada diabetes mellitus tipe 1 terjadi akibat terbentuknya
autoantibodi. Mekanisme autoimun ini masih tidak diketahui penyebabnya, tetapi diduga berhubungan
dengan faktor genetik dan paparan faktor lingkungan. Autoantibodi yang terbentuk akan merusak sel-sel
β pankreas di dalam pulau-pulau Langerhans pankreas disertai terjadinya infiltrasi limfosit. Kerusakan sel
β pankreas ini tidak terjadi dalam jangka pendek tetapip dapat terjadi hingga bertahun-tahun tanpa
diketahui karena gejala klinis baru muncul setelah setidaknya 80% sel β pankreas mengalami kerusakan.

- Patofisiologi diabetes mellitus tipe 2 terjadi sebagai akibat kombinasi beberapa aspek yang
berlangsung lama, dapat bertahun-tahun secara subklinis. Aspek-aspek tersebut adalah penurunan
sekresi insulin, resistensi insulin, dan ominous octet.

Penurunan Sekresi Insulin

Penurunan sekresi insulin terjadi akibat disfungsi sel-sel β pankreas. Suatu penelitian menemukan
bahwa gangguan fungsi sel pankreas ini terjadi secara dini bahkan sebelum adanya resistensi insulin.

7. PATHWAY DM
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG DM

- Pemeriksaan Gula Darah

Diabetes mellitus didiagnosa berdasarkan kadar gula darah sewaktu > 200 mg/dL atau kadar gula darah
puasa di atas 126 mg/dL. Jika kadar gula darah di bawah angka tersebut tapi pasien memiliki gejala klasik
diabetes (polidipsi, poliuria, polifagia), lakukan pemeriksaan ulang. Jika hasil tetap di bawah batas di
atas, lakukan pemeriksaan toleransi glukosa.

Pada pasien yang tidak memiliki gejala klasik diabetes, jika kadar gula darah puasa di antara 100-125
mg/dL atau kadar gula darah sewaktu antara 140-199 mg/dL, lakukan pemeriksaan toleransi glukosa.
Pasien tanpa gejala klasik dengan kadar gula darah puasa <100 mg/dL atau kadar gula darah sewaktu
<140 mg/dL dapat langsung didiagnosis sebagai tidak terkena diabetes mellitus.

- Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)

Tes toleransi glukosa oral dilakukan dengan mengukur kadar gula darah puasa. Pasien kemudian
diberikan larutan glukosa oral 75 gram dan kembali diukur kadar gula darahnya 2 jam setelah meminum
larutan glukosa tersebut. Pada diabetes gestasional, pengukuran juga dilakukan pada 1 jam pasca
meminum larutan glukosa.
Hasil tes toleransi glukosa oral sebesar >200 mg/dL dikategorikan sebagai diabetes mellitus, 140-199
mg/dL toleransi glukosa terganggu, dan di bawah angka tersebut dikategorikan sebagai normal.

- Hemoglobin A1c (HbA1c)

HbA1C merupakan pengukuran gold standard terhadap kontrol diabetes dalam keberhasilan tata
laksana diabetes. Walau demikian, pemeriksaan ini juga sudah dianjurkan oleh sebagian literatur
sebagai alat diagnostik diabetes mellitus.

Kadar HbA1C menggambarkan perkiraan kadar glukosa selama tiga bulan yang lalu sehingga tepat
digunakan untuk monitor keberhasilan terapi, dan memprediksi progres komplikasi diabetes
mikrovaskular. Hal inilah yang menjadikannya jauh lebih unggul untuk kontrol diabetes dibandingkan
dengan pemeriksaan kadar gula darah yang hanya dapat melihat kadar gula darah pada satu waktu dan
tidak dapat memprediksi komplikasi. Nilai rujukan untuk pasien diabetik adalah HbA1c ≥ 6.5%

Pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan pada pasien dengan:

- sel darah merah abnormal seperti pada anemia hemolitik, atau anemia defisiensi besi

- Anak-anak dengan perkembangan penyakit DM 1 yang cepat

Diabetes neonatal

Pemeriksaan untuk Membedakan Diabetes Mellitus Tipe 1 dan 2

Untuk membedakan diabetes mellitus tipe 1 dan 2, pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:

- Kadar insulin

- Kadar C-peptide: dibentuk selama konversi proinsulin ke insulin

- Kadar insulin atau C-peptide < 0,6 ng/mL mengarah kepada diabetes mellitus tipe 1

- Kadar C-peptide puasa > 1 ng/dL pada penderita diabetes sekitar lebih dari 1-2 tahun mengarah
kepada diabetes mellitus tipe 2

- Marker auto antibodi untuk penentuan tipe diabetes mellitus, contohnya glutamic acid decarboxylase
(GAD)

Pemeriksaan Laboratorium Lainnya

Pemeriksaan laboratorium lain yang dapat dilakukan berupa hitung jenis leukosit, kultur darah, dan urin
bila ada kecurigaaan infeksi atau sepsis. Kadar plasma aseton, yaitu β-hidroksibutirat bermanfaat untuk
menilai ada tidaknya ketoasidosis diabetik, nilai normalnya < 0,4-0,5 mmol. Pemeriksaan terhadap
ketoasidosis diabetik juga dapat dilakukan berdasarkan kadar keton darah. Pada ketoasidosis diabetik,
perlu juga dilakukan pemeriksaan elektrolit karena sering kali ditemukan gangguan kalium.

Pemeriksaan laboratorium lain yang perlu dilakukan adalah pemeriksaan kadar kolesterol darah serta
pemeriksaan fungsi ginjal jika dicurigai adanya komplikasi nefropati.

9. PENGOBATAN DM

Dalam penanganan diabetes, para ahli kesehatan menggunakan istilah “5 Pilar” yang mencakup:

1.Edukasi

Edukasi yang dilakukan mencakup pemberian informasi mengenai perubahan gaya hidup yang dapat
dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar penderita diabetes merasa termotivasi serta mendapatkan
informasi mengenai perilaku hidup sehat. Informasi tersebut mencakup pemantauan gula darah
mandiri, tanda dan gejala dari komplikasi yang dapat timbul, serta cara mengatasinya.

2.Pengaturan pola makan

Terapi ini dapat disesuaikan untuk setiap penderita diabetes, seusai kebutuhan masing-masing. Namun,
hal-hal yang perlu ditekankan adalah pentingnya keteraturan dalam pola makan termasuk jadwal
makan, jenis makanan, serta jumlahnya. Bila penderita diabetes berkonsultasi dengan dokter, juga dapat
dilakukan perhitungan berat badan ideal, asupan kalori yang disarankan setiap harinya, serta proporsi
dari lemak, protein, dan karbohidrat yang dapat dikonsumsi.

3.Olahraga

Penderita diabetes disarankan berolahraga secara teratur, setidaknya 3–4 kali seminggu selama minimal
30 menit. Selain menjaga kesehatan, olahraga juga dapat membantu menurunkan berat badan dan
memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga memperbaiki kendali glukosa darah. Jenis-jenis olahraga yang
disarankan adalah aktivitas aerobik seperti berjalan kaki, bersepeda, berlari, maupun berenang.

4 Obat-obatan

Pemberian obat-obatan pada penderita diabetes dapat mencakup obat minum (oral) atau suntik. Untuk
diabetes tipe 1, pengobatan dapat berupa insulin yang diberikan melalui suntikan.

Untuk diabetes tipe 2, terdapat beberapa golongan obat oral yang dapat diberikan sesuai indikasi oleh
dokter. Namun, pada kasus-kasus tertentu, insulin suntik juga dapat diberikan untuk diabetes tipe 2.

5.Pemantauan gula darah mandiri

Saat ini, banyak tersedia alat pengukur kadar gula darah yang mudah dipakai. Hasil yang didapat
umumnya dapat dipercaya bila kalibrasi dari alat dilakukan dengan baik dan pemeriksaan dilakukan
sesuai cara yang dianjurkan. Waktu yang dianjurkan untuk pemantauan gula darah mandiri adalah
sesaat sebelum makan, 2 jam setelah makan, menjelang tidur, atau ketika mengalami gejala-gejala
tertentu.
10. PENCEGAHAN DM

Diabetes tipe 1 tidak dapat dicegah karena pemicunya belum diketahui. Sedangkan, diabetes tipe 2 dan
diabetes gestasional dapat dicegah, yaitu dengan pola hidup sehat. Beberapa hal yang dapat dilakukan
untuk mencegah diabetes, di antaranya adalah:

- Mengatur frekuensi dan menu makanan menjadi lebih sehat

- Menjaga berat badan ideal

- Rutin berolahraga

- Rutin menjalani pengecekan gula darah, setidaknya sekali dalam setahun

11 FAKTOR RESIKO DM

Seseorang akan lebih mudah mengalami diabetes tipe 1 jika memiliki faktor-faktor risiko, seperti:

- Memiliki keluarga dengan riwayat diabetes tipe 1.

- Menderita infeksi virus.

- Orang berkulit putih diduga lebih mudah mengalami diabetes tipe 1 dibandingkan ras lain.

- Bepergian ke daerah yang jauh dari khatulistiwa (ekuator).

- Diabetes tipe 1 banyak terjadi pada usia 4-7 tahun dan 10-14 tahun, walaupun diabetes tipe 1 dapat
muncul pada usia berapapun.

Sedangkan pada kasus diabetes tipe 2, seseorang akan lebih mudah mengalami kondisi ini jika memiliki
faktor-faktor risiko, seperti:

- Kelebihan berat badan.

- Memiliki keluarga dengan riwayat diabetes tipe 2.

- Kurang aktif. Aktivitas fisik membantu mengontrol berat badan, membakar glukosa sebagai energi, dan
membuat sel tubuh lebih sensitif terhadap insulin. Kurang aktif beraktivitas fisik menyebabkan
seseorang lebih mudah terkena diabetes tipe 2.

- Usia. Risiko terjadinya diabetes tipe 2 akan meningkat seiring bertambahnya usia.

- Menderita tekanan darah tinggi (hipertensi).

- Memiliki kadar kolesterol dan trigliserida abnormal. Seseorang yang memiliki kadar kolesterol baik atau
HDL (high-density lipoportein) yang rendah dan kadar trigliserida yang tinggi lebih berisiko mengalami
diabetes tipe 2.
Khusus pada wanita, ibu hamil yang menderita diabetes gestasional dapat lebih mudah mengalami
diabetes tipe 2. Selain itu, wanita yang memiliki riwayat penyakit polycystic ovarian syndrome (PCOS)
juga lebih mudah mengalami diabetes tipe 2.

Anda mungkin juga menyukai