Anda di halaman 1dari 21

SATUAN ACARA PENYULUHAN

KANKER DARAH (LEUKIMIA )

OLEH :

KELOMPOK 2

ANDI ENDANG KUNIAWAN

KARMILA

NURMANINGSIH

NUR ILMY

RESKY AMELIA

RIKA RAHIM

TARISA F HARTANTI

SAHRUL ARISANDI

TRI INDRI MUTHMAINNAH

REZKI MUTIARA KARINA ARTAB

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA

DOMISILI SELAYAR
SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENYAKIT LEUKIMIA ( KANKER DARAH)

Pokok Bahasan : Penyakit Leukimia

Sub Pokok Bahasan : 1. Pengenalan Penyakit Kanker Darah

2. Pola Hidup untuk Mencegah Penyakit Kanker Darah

3. Aktivitas Jasmani

4. pemeriksaan kesehatan

5. pencegahan Secara Primer, Sekunder, Tersier

Sasaran : masyarakat(ibu-ibu)

Waktu : 30 menit

Hari/Tanggal : 26 Desember 2021

Tempat : Selayar,Matalalang

A. Latar Belakang
Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel
darah putih yang diproduksi oleh sum-sum tulang (bone marrow) (Padila, 2013).
Leukemia adalah poliferasi sel lekosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk
leukosit yang lain dari pada normal, jumlahnya berlebihan dan dapat menyebabkan
anemia, trombositopeni dan diakhiri dengan kematian (Nurarif & Kusuma, 2015).
Leukimia, kanker pada jaringan pembentuk darah, adalah bentuk kanker pada
masa kanak-kanak yang paling sering ditemukan. Insidensi per tahunnya adalah 3
hingga 4 kasus per 100.000 anak-anak kulit putih yang berusia di bawah 15 tahun.
Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan
yang berusia di atas 1 tahun, dan awitan puncaknya terjadi antara usia 2 dan 6
tahun. Leukimia merupakan salah satu bentuk kanker yang memperlihatkan
peningkatan angka keberhasilan hidup secara dramatis. Keberhasilan hidup tanpa
penyakit untuk jangka waktu lama yang dijumpai akhir-akhir ini pada anak-anak yang
menderita Leukimia Limfoid Akut mendekati angka 75%. (Wong, 2009)
Berdasarkan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS), di Indonesia kanker menjadi
penyebab kematian no.3 dengan kejadian 7,7 % dari seluruh penyebab kematian
karena penyakit tidak menular. Sementara itu leukimia merupakan jenis kanker
tertinggi pada anak di seluruh RS di Indonesia dengan proporsi sebesar 10,4 %.
Selain itu, sejak tahun 2010 pengendalian kanker nasional telah mengembangkan
program kanker pada anak melalui upaya pengenalan tanda dan gejala yang
dikembangkan di puskesmas dan pos pembinaan terpadu Penyakit Tidak Menular
(Posbindu PTM) di masyarakat. (Depkes, 2013).
Berdasarkan hasil statistik diatas diatas, penyuluhan ini penting dilakukan untuk
upaya peningkatan pengetahuan masyarakan khususnya kepada orang tua yang
memiliki anak dibawah 15 tahun tentang deteksi dini penyakit kanker darah, pola
hidup sehat untuk mencegah penyakit kanker darah, dan pencegahan penyakit
kanker darah.
B. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan peserta dapat
mengetahui, mengerti tentang penyakit kanker darah, dan mampu mengaplikasikan
pola hidup sehat sertan melakukan aktivitas jasmani untuk mencegah penyakit
kanker darah.
C. Tujuan Kusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta mampu :
1. Mengetahui apa itu penyakit kanker darah ( leukemia )
2. Mengetahui pola hidup untuk mencegah penyakit kanker darah ( leukemia )
3. Mengetahui aktivitas jasmani untuk mencegah penyakit kanker darah
( leukemia)
4. Mengetahui pemeriksaan kesehatan yang dilakukan untuk mendeteksi penyakit
kanker darah ( leukemia )
5. Mengetahui pencegahan secara primer, skunder, tersier pada penyakit kanker
darah ( leukemia )
D. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
E. Media dan Alat
1. Leaflet
2. Power point
3. LCD ( Proyektor)
4. Laptop
F. Waktu dan Tempat
1. Hari : Senin
2. Tanggal : 21 Oktober 2019
3. Jam : 07.30- 08.05 WITA
4. Tempat : Banjar ITEKES Bali
G. Setting tempat
K Keteranangan :

: Penyuluh

: Peserta

H. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta


1 5 menit Pembukaan : 1. Menjawab salam
1. Mengucapkan salam 2. Memperhatikan
2. Perkenalan mahasiswa 3. Memperharika
3. Menjelaskan tujuan 4. Memperhatikan
4. Kontrak waktu
a.

2 10 menit Pelaksanaan : Menyimak dan


Menjelaskan materi penyuluhan mendengarkan
secara berurutan dan teratu
Materi penyuluhan :
1. pengertian kanker darah
2. penyebab kanker darah
3. tanda dan gejala kanker darah
4. pola hidup untuk mencegah
kanker darah
5. aktivitas jasmani yang dilakukan
untuk mencegak kanker darah
6. pemeriksaan kesehatan
7. pencegahan secara primer,
skunder, dan tersier
3 10 menit Diskusi : 1. Memberikan
1. Memberikan kesempatan kepada pertanyaan
peserta untuk memberikan 2. Mendengar dan
pertanyaan atau penjelasan yang memperhatikan
tidak dipahami 3. Menjawab
2. Menjawab pertanyaan yang pertanyaan yang
diajukan diajukan
Evaluasi :
Meminta kepada peserta untuk
menjelaskan kembali atau menyebutkan :
1. pengertian kanker darah
2. penyebab kanker darah
3. tanda dan gejala kanker darah
4. pola hidup untuk mencegah
kanker darah
5. aktivitas jasmani yang dilakukan
untuk mencegak kanker darah
6. pemeriksaan kesehatan
7. pencegahan secara primer,
skunder, dan tersier
memberikan reinforcement positif atas
jawaban yang diberikan peserta

4 5 menit Penutup :              Menjawab salam


1. Mengucapkan terima kasih
2. Mengucapkan salam

I. Evaluasi Hasil
a. Evaluasi struktur
1. Peserta mengikuti penyuluhan dari awal sampai akhir
2. Selama kegiatan berlangsung suasana lingkungan tenang dan tidak ada yang
mondar-mandir
b. Evaluasi proses
1. Peserta dapat menyebutkan pengertian kanker darah
2. Peserta dapat menyebutkan penyebab kanker darah
3. Peserta dapat menyebutkan tanda dan gejala kanker darah
4. Peserta dapat menyebutkan pola hidup untuk mencegah kanker darah
5. Peserta dapat menyebutkan aktivitas jasmani yang dilakukan untuk mencegak
kanker darah
6. Peserta dapat menyebutkan pemeriksaan kesehatan untuk mengetahui
kanker darah
7. Peserta dapat menyebutkan pencegahan kanker daran secara primer,
skunder, dan tersier

MATERI PENYULUHAN

PENYAKIT KANKER DARAH ( LEUKIMIA )


A. Pengertian Leukemia
Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel
darah putih yang diproduksi oleh sum-sum tulang (bone marrow) (Padila, 2013).
Leukemia adalah poliferasi sel lekosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk
leukosit yang lain dari pada normal, jumlahnya berlebihan dan dapat menyebabkan
anemia, trombositopeni dan diakhiri dengan kematian (Nurarif & Kusuma, 2015).
B. Penyebab Leukimia ( Kanker Darah )
Penyebab dari penyakit leukemia tidak diketahui secara pasti. Faktor yang
diduga mempengaruhi frekuensi terjadinya leukemia (Padila, 2013) yaitu:
a) Radiasi
Berdasarkan laporan riset menunjukkan bahwa :
1) Para pegawai radiologi berisiko untuk terkena leukemia.
2) Pasien yang menerima radioterapi berisiko terkena leukemia.
3) Leukemia ditemukan pada korban hidup kejadian bom atom Hiroshima dan
Nagasaki, Jepang.
b) Faktor Leukemogenik
Terdapat beberapa zat kimia yang telah diidentifikasi dapat mempengaruhi
frekuensi leukemia :
1) Racun lingkungan seperti benzena : paparan pada tingkat-tingkat yang
tinggi dari benzene pada tempat kerja dapat menyebabkan leukemia.
2) Bahan kimia industri seperti insektisida dan Formaldehyde.
3) Obat untuk kemoterapi : pasien-pasien kanker yang dirawat dengan
obat-obat melawan kanker tertentu adakalanya dikemudian hari
mengembangkan leukemia. Contohnya, obat-obat yang dikenal sebagai
agen-agen alkylating dihubungkan dengan pengembangan leukemia
bertahun-tahun kemudian.
c) Herediter
Penderita sindrom down, suatu penyakit yang disebabkan oleh kromosom,
kromosom abnormal mungkin meningkatkan risiko leukemia, yang memiliki
insidensi leukemia akut 20 kali lebih besar dari orang normal.
d) Virus
Virus dapat menyebabkan leukemia seperti retrovirus, virus leukemia feline,
HTLV-1 pada dewasa..
C.     Tanda dan Gejala
Gejala klinis yang terjadi pada leukemia pada anak disebabkan kurangnya
sel darah yang normal, karena berlebihannya sel darah normal yang membentuk
sel darah baru pada sumsum tulang belakang. Akibatnya anak tidak memiliki sel
darah merah, sel darah putih, dan platelet yang cukup. Hal-hal tersebut dapat
diketahui pada pemeriksaan darah, namun dapat juga menyebabkan suatu
gejala. Adapun beberapa tanda dan gejala yang ditimbulkan pada anak dengan
leukemia adalah: (American Cancer Society, 2013)
a) Lemah dan kulit yang pucat
Tanda-tanda ini merupakan tanda anemia(kurangnya sel darah merah).
Hal ini menyebabkan anak merasa lemah, lelah, pusing, dan nafas yang
pendek. Hal ini juga dapat menyebabkan kulit menjadi pucat(American
Cancer Society, 2013).
b) Infeksi dan demam
Gejala yang sering ditimbulkan leukemia pada anak adalah demam. Hal
ini sering disebabkan infeksi, bahkan hal ini tidak berpengaruh setelah
diberikan antibiotik sekalipun(American Cancer Society, 2013).
c) Mudah berdarah
Pada penderita leukemia sering terjadi mimisan,gusi berdarah, dan
bahkan perdarahan besar pada luka gores yang kecil. Pada kulit terlihat
bercak-bercak kemerahan yang disebabkan perdarahan pada pembuluh
darah yang kecil. Hal ini disebabkan karena kurangnya platelet normal yang
berfungsi memberhentikan perdarahan(American Cancer Society, 2013).
d) Nyeri pada tulang atau sendi
Nyeri pada tulang dan sendi disebabkan penumpukan sel-sel darah muda
pada tulang ataupun sendi(American Cancer Society, 2013).
e) Perut yang membesar
Gejala yang jelas terlihat adalah hepatomegali dan spleenomegali. Hal ini
terjadi karena penumpukan sel-sel leukemia menumpuk pada limpa dan
hati(American Cancer Society, 2013).
f) Penurunan selera makan, Penurunan berat badan
Gejala penurunan selera makan dan penurunan berat badan disebabkan
pembesaran dari organ pada abdomen penderita. Sehingga banyaknya
makanan yang bisa masukpun juga berkurang(American Cancer Society,
2013).
g) Kelenjar limph yang membengkak
Sel-sel leukemia dapat menyebar pada kelenjar limph. Hal ini
menyebabkan terlihat pembengkakan pada leher, ketiak, atau tempat
lainnya. Untuk mengetahui penyebab pasti biasanya dilakukan
biopsi(American Cancer Society, 2013).
h) Batuk atau gangguan bernafas
Sel T limfosit pada leukemia juga melibatkan kelenjat timus yang berada
di belakang sternum dan di depan trakea. Pembesaran dari kelenjar limph
dapat menyebabkan batuk(American Cancer Society, 2013).
i) Pembesaran pada wajah dan tangan
Pada leukemia, terjadi Superior Vena Cava (SVC) syndrome. Hal ini
disebabkan karena pembesaran kelenjar timus yang dilalui oleh vena cava
superior sehingga menyebabkan pembengkakan wajah dan tangan
penderita(American Cancer Society, 2013).
j) Nyeri kepala, kejang, muntah
Pada leukemia, terjadi penyebaran ke seluruh tubuh. Nyeri kepala yang di
timbulkan karena sel-sel leukemia telah menyebar hingga otak. Selain itu
pandangan kabur juga menjadi gejala leukemia yang menyebar hingga
sistem saraf pusat(American Cancer Society, 2013).

k) Ruam, Masalah gusi


Pada penderita leukemia mieloblastik akut terjadi pembesaran gusi karena
sel-sel leukemia menyebar pada gusi (American Cancer Society, 2013).
l) Kelemahan pada alat gerak
Gangguan ini jarang ditemukan. Namun hal ini terjadi karena
penumpukan sel-sel leukemia yang sangat banyak pada
exxtremitas(American Cancer Society, 2013).

D. Pola Hidup untuk Mencegah Penyakit Kanker Darah


( Hanifah, Erma. 2011), Kanker dapat dikatakan sebagai penyakit gaya hidup
karena dapat dicegah dengan melakukan gaya hidup yang sehat dan menjauhi
factor-faktor resiko terserang kanker. Berikut beberapa cara pencegahan kanker
secara dini :
1. Hindari makanan tinggi lemak, makanan instan yang mengandung bahan
pengawet dan bahan pengawet, serta makanlah makanan dengan gizi
seimbang
2. Hindari asap rokok dan berhenti merokok
3. Hindari mengkonsunsi minuman beralkohol
4. Hindari stress yang berkepanjangan
5. Hindari terkena sinar matahari yang berlebihan
6. Konsumsi vitamin A, C, dan E
7. Periksakan kesehatan secara berkala
8. Rutin berolahraga
E. Aktivita Jasmani untuk Mencegah Kanker Darah
Latihan aktivitas jasmani dapat membantu mengurangi resiko kanker darah atau
leukemia. Berikut beberapa latihan jasmani yang dapat dilakukan :
1. Jalan sehat
Salah satu latihan terbaik mencegah kanker adalah berjalan. Ini karena berjalan
dapat menjaga jantung dan pikiran dari stress. Maka berjalanlah paling tidak 30
menit setiap harinya.
2. Jogging
Jogging atau berlari selama 45 menit adalah cara terbaik menjauhkan risiko
kanker. Jogging akan membuat jantung berdetak dengan lebih cepat. Keringat
yang banyak dihasilkan seusai jogging juga dapat membantu menghilangkan
racun-racun dari tubuh.
3. Berenang
Berenang merupakan olahraga yang dapat dilakukan oleh segala usia. Rutinlah
berenang selama satu atau dua jam dan gaya hidup pun berubah menjadi lebih
sehat.
4. Bersepeda
Bersepeda dipagi hari yang segar baik untuk paru-paru. Kegiatan tersebut akan
membersihkan paru-paru dan menjauhkannya dari kanker.
5. Yoga
Bentuk meditasi ini baik untuk pikiran, jiwa, dan tubuh. Latihan yoga juga
mampu menghilangkan racun-racun dari tubuh dan menurunkan risiko kanker.

F. Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan kesehatan sangat penting untuk mengetahuin apakah seseorang
dapat dikatakan menderita penyakit kanker darah ( leukemia ) ada beberapa
pemeriksaan kesehatan yang akan dilakukan yaitu :
1. Anamesis dan pemerikaan fisisk
Pada anamesis, dokter mencari tanda dan gejala leukemia. Dokter juga
menanyakan apakah ada paparan dari factor resiko yang dilami pada pasien.
Dokter juga menanyakan apakah dikeluarga ada yang memiliki penyakit
keganasan.
Pada pemerikassan fisik, dokter focus dengan adanya pembesaran
kelenjar limph, melihat apakah adanya tanda-tanda infeksi. Pemeriksaaan
abdomen juga merupakan pemeriksaan yang penting untuk melihat adanya
pembesaran hati atau limph (American cencer society, 2013).
2. Tes darah
Tes darah yang dilakukan diambil dari vena lengan atau diri jari tangan
perifer. Pemeriksaan darah dilakukan untuk melihat kadar hematologi
pasien. Pemeriksaan apusan darah tepi juga dilakukan untuk melihat
morfologi dari sel darah. Pada pasien dengan leukemia, akan ditemukan sel
darah putih yang sangat banyak dibandingkan sel darah merah dan platelet
yang sedikit (American cencer society, 2013 ).
3. Aspirasi sumsum tulang belakang dan biopsy
Aspirasi sumsum tulang dan biopsy dilakuakn secara bersamaan. Aspirasi
sumsum tulang dan biopsy untuk mendiagnosa leukemia dan diulang
kembali untuk melihatrespon pengobatan ( American cencer society, 2013 ).
4. Lumbal pungsi
Lumbal pungsi dilakukan untuk melihat apakah ada selleukimia pada CSF.
Pada anak dengan leukemia, limbal pungsi dilakukansebagai terapi
metastasis ke CNS untuk kemoterapi ( American cencer society, 2013 ).
5. Biopsy kelenjar limph
Biopsy kelenjar limph penting untuk mendiagnosa lymphoma pada anak
dengan leukemia hal ini jarang dilakukan. Biopsy kelenjar limph dilakuakn
bersamaan dengan proses pembedahan untuk pengobatan atas indikasi
tertentu ( American cencer society, 2013 ).
G. Pencegahan Secara Primer, Sekunder, dan Tersier
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan kejadian
suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi.
a) Pengendalian Terhadap Pemaparan Sinar Radioaktif Pencegahan ini
ditujukan kepada petugas radiologi dan pasien yang penatalaksanaan
medisnya menggunakan radiasi. Untuk petugas radiologi dapat dilakukan
dengan menggunakan baju khusus anti radiasi, mengurangi paparan
terhadap radiasi, dan pergantian atau rotasi kerja. Untuk pasien dapat
dilakukan dengan memberikan pelayanan diagnostik radiologi serendah
mungkin sesuai kebutuhan klinis.
b) Pengendalian Terhadap Pemaparan Lingkungan Kimia. Pencegahan ini
dilakukan pada pekerja yang sering terpapar dengan benzene dan zat aditif
serta senyawa lainnya. Dapat dilakukan dengan memberikan pengetahuan
atau informasi mengenai bahan-bahan karsinogen agar pekerja dapat
bekerja dengan hati-hati. Hindari paparan langsung terhadap zat-zat kimia
tersebut.
c) Mengurangi frekuensi merokok Pencegahan ini ditujukan kepada kelompok
perokok berat agar dapat berhenti atau mengurangi merokok. Satu dari
empat kasus LMA disebabkan oleh merokok. Dapat dilakukan dengan
memberikan penyuluhan tentang bahaya merokok yang bisa menyebabkan
kanker termasuk leuke mia (LMA).
d) Pemeriksaan Kesehatan Pranikah Pencegahan ini lebih ditujukan pada
pasangan yang akan menikah. Pemeriksaan ini memastikan status kesehatan
masing-masing calon mempelai. Apabila masing-masing pasangan atau salah
satu dari pasangan tersebut mempunyai riwayat keluarga yang menderita
sindrom Down atau kelainan gen lainnya, dianjurkan untuk konsultasi dengan
ahli hematologi. Jadi pasangan tersebut dapat memutuskan untuk tetap
menikah atau tidak.
2. Pencegahan Sekunder
SekunderPencegahan sekunder bertujuan untuk menghentikan perkembangan
penyakit atau cedera menuju suatu perkembangan ke arah kerusakan atau
ketidakmampuan. Dapat dilakukan dengan cara mendeteksi penyakit secara dini
dan pengobatan yang cepat dan tepat.
a. Diagnosis dini
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik untuk jenis LLA yaitu ditemukan splenomegali
(86%), hepatomegali, limfadenopati, nyeri tekan tulang dada, ekimosis,
dan perdarahan retina. Pada penderita LMA ditemukan hipertrofi gusi
yang mudah berdarah. Kadang-kadang ada gangguan penglihatan yang
disebabkan adanya perdarahan fundus oculi. Pada penderita leukemia
jenis LLK ditemukan hepatosplenomegali dan limfadenopati. Anemia,
gejala-gejala hipermetabolisme (penurunan berat badan, berkeringat)
menunjukkan penyakitnya sudah berlanjut.Pada LGK/LMK hampir
selalu ditemukan splenomegali, yaitu pada 90% kasus. Selain itu Juga
didapatkan nyeri tekan pada tulang dada dan hepatomega li. Kada ng-
kadang terdapat purpura, perdarahan retina, panas, pembesaran
kelenjar getah bening dan kadang-kadang priapismus.
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan
darah tepi dan pemeriksaan sumsum tulang.
a) Pemeriksaan darah tepiPada penderita leukemia jenis LLA ditemukan
leukositosis (60%) dan kadang-kadang leukopenia (25%). Pada
penderita LMA ditemukan penurunan eritrosit dan trombosit. Pada
penderita LLK ditemukan limfositosis lebih dari 50.000/mm3,
sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan leukositosis lebih dari
50.000/mm3.
b) Pemeriksaan sumsum tulangHasil pemeriksaan sumsum tulang pada
penderita leukemia akut ditemukan keadaan hiperselular. Hampir
semua sel sumsum tulang diganti sel leukemia (blast), terdapat
perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel yang matang tanpa sel
antara (leukemic gap). Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti dalam
sumsum tulang. Pada penderita LLK ditemukan adanya infiltrasi merata
oleh limfosit kecil yaitu lebih dari 40% dari total sel yang berinti.
Kurang lebih 95% pasien LLK disebabkan oleh peningkatan limfosit B.
Sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan keadaan hiperselular
dengan peningkatan jumlah megakariosit dan aktivitas granulopoeisis.
Jumlah granulosit lebih dari 30.000/mm3.

b. Penatalaksanaan Medis.
1. Kemoterapi
1) Kemoterapi pada penderita LLAPengobatan umumnya terjadi secara
bertahap, meskipun tidak semua fase yang digunakan untuk semua
orang.
a) Tahap 1 (terapi induksi)
Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk
membunuh sebagian besar sel-sel leukemia di dalam darah dan
sumsum tulang.Terapi induksi kemoterapi biasanya memerlukan
perawatan di rumah sakit yang panjang karena obat
menghancurkan banyak sel darah normal dalam proses
membunuh sel leukemia. Pada tahap ini dengan memberikan
kemoterapi kombinasi yaitu daunorubisin, vincristin, prednison
dan asparaginase.
b) Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi)
Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi
intensifikasiyang bertujuan untuk mengeliminasi sel leukemia
residual untuk mencegah relaps dan juga timbulnya sel yang
resisten terhadap obat. Terapi ini dilakukan setelah 6 bulan
kemudian.
c) Tahap 3 ( profilaksis SSP)
Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan
pada SSP. Perawatan yang digunakan dalam tahap ini sering
diberikan pada dosis yang lebih rendah. Pada tahap ini
menggunakan obat kemoterapi yang berbeda, kadang-kadang
dikombinasikan dengan terapi radiasi, untuk mencegah leukemia
memasuki otak dan sistem saraf pusat.
d) Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)
Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan
masa remisi. Tahap ini biasanya memerlukan waktu 2-3
tahun.Angka harapan hidup yang membaik dengan pengobatan
sangat dramatis. Tidak hanya 95% anak dapat mencapai remisi
penuh, tetapi 60% menjadi sembuh. Sekitar 80% orang dewasa
mencapai remisi lengkap dan sepertiganya mengalami harapan
hidup jangka panjang, yang dicapai dengan kemoterapi agresif
yang diarahkan pada sumsum tulang dan SSP.
2) Kemoterapi pada penderita LMA
a) Fase induksiFase induksi adalah regimen kemoterapi yang
intensif, bertujuan untuk mengeradikasi sel-sel leukemia secara
maksimal sehingga tercapai remisi komplit. Walaupun remisi
komplit telah tercapai, masih tersisa sel-sel leukemia di dalam
tubuh penderita tetapi tidak dapat dideteksi. Bila dibiarkan, sel-
sel ini berpotensi menyebabkan kekambuhan di masa yang akan
datang.
b) Fase konsolidasiFase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut
dari fase induksi. Kemoterapi konsolidasi biasanya terdiri dari
beberapa siklus kemoterapi dan menggunakan obat dengan jenis
dan dosis yang sama atau lebih besar dari dosis yang digunakan
pada fase induksi.Dengan pengobatan modern, angka remisi 50-
75%, tetapi angka rata-rata hidup masih 2 tahun dan yang dapat
hidup lebih dari 5 tahun hanya 10%.

3) Kemoterapi pada penderita LLK


Derajat penyakit LLK harus ditetapkan karena menetukan
strategi terapi dan prognosis. Salah satu sistem penderajatan yang
dipakai ialah klasifikasi Rai :
a) Stadium 0 : limfo sitosis darah tepi dan sumsum tulang.
b) Stadium I : limfositosis da n limfade nopati.
c) Stadium II : limfositosis dan splenomegali/ hepatomegali.
d) Stadium III : limfositosis dan anemia (Hb < 11 gr/dl).
e) Stadium IV : limfositosis dan trombositopenia
<100.000/mm3dengan/tanpa gejala pembesaran hati, limpa,
kelenjar.
Pada stadium I atau II, pengamatan atau kemoterapi
adalah pengobatan biasa. Pada stadium III atau IV diberikan
kemoterapi intensif. Angka ketahanan hidup rata-rata adalah
sekitar 6 tahun dan 25% pasien dapat hidup lebih dari 10 tahun.
Pasien dengan sradium 0 atau 1 dapat bertahan hidup rata-rata 10
tahun. Sedangkan pada pasien dengan stadium III atau IV rata-rata
dapat bertahan hidup kurang dari 2 tahun.
4) Kemoterapi pada penderita LGK/LMK
a) Fase Kronik Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan
yag mampu menahan pasien bebas dari gejala untuk jangka
waktu yang lama.Regimen dengan bermacam obat yang
intensif merupakan terapi pilihan fase kronis LMK yang tidak
diarahkan pada tindakan transplantasi sumsum tulang.
b) b.Fase Akselerasi, Sama dengan terapi leukemia akut, tetapi
respons sangat rendah.
2. Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk
membunuh sel-sel leukemia. Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap
limpa atau bagian lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel
leukemia.Energi ini bisa menjadi gelombang atau partikel seperti proton,
elektron, x-ray dan sinar gamma. Pengobatan dengan cara ini dapat
diberikan jika terdapat keluhan pendesakan karena pembengkakan
kelenjar getah bening setempat.
3. Transplantasi Sumsum
TulangTransplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti
sumsum tulang yang rusak dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum
tulang yang rusak dapat disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau
terapi radiasi. Selain itu, transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk
mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker.Pada penderita LMK,
hasil terbaik (70-80% angka keberhasilan) dicapai jika menjalani
transplantasi dalam waktu 1 tahun setelah terdiagnosis dengan donor
Human Lymphocytic Antigen(HLA) yang sesuai.
Pada penderita LMA transplantasi bisa dilakukan pada penderita
yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan dan pada penderita
usia muda yang pada awalnya memberikan respon terhadap pengobatan.
4. Terapi Suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yag
ditimbulkan penyakit leukemia dan mengatasi efek samping obat.
Misalnya transfusi darah untuk penderita leukemia dengan keluhan
anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi perdarahan dan antibiotik
untuk mengatasi infeksi.
3. Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier ditujukan untuk membatasi atau menghalangi
perkembangan kemampuan, kondisi, atau gangguan sehingga tidak
berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan perawatan intensif.
Untuk penderita leukemia dilakukan perawatan atau penanganan oleh
tenaga medis yang ahli di rumah sakit.Salah satu perawatan yang diberikan
yaitu perawatan paliatif dengan tujuan mempertahankan kualitas hidup
penderita dan memperlambat progresifitas penyakit. Selain itu perbaikan di
bidang psikologi, sosial dan spiritual. Dukungan moral dari orang-orang
terdekat juga diperlukan.

DAFTAR PUSTAKA

1. American Cancer Society. (2013). Leukemia- Acute Lymphocytic. Atlanta: American Cancer
Society.
2. Atikah, P dan Erna.2011.Ilmu untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
3. Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
4. Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
5. Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam.Yogyakarta: Nuha Medika.
6. Wong, D. L. (2009). Buku ajar keperawatan pediatrik, volume 2 edisi 6. Jakarta: Penerbit
buku kedokteran: EGC.
7. Anwar, Cindy dan Made Ayu Widyaningsih. 2012. “ ACUTE MYELOID LEUKAEMIA”. Dalam

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/ae97d96d7b3a36c778ca436020f6
7ca5.pdf. Diunduh tanggal 9 Oktober 2019.

Anda mungkin juga menyukai