OLEH :
KELOMPOK 2
KARMILA
NURMANINGSIH
NUR ILMY
RESKY AMELIA
RIKA RAHIM
TARISA F HARTANTI
SAHRUL ARISANDI
DOMISILI SELAYAR
SATUAN ACARA PENYULUHAN
3. Aktivitas Jasmani
4. pemeriksaan kesehatan
Sasaran : masyarakat(ibu-ibu)
Waktu : 30 menit
Tempat : Selayar,Matalalang
A. Latar Belakang
Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel
darah putih yang diproduksi oleh sum-sum tulang (bone marrow) (Padila, 2013).
Leukemia adalah poliferasi sel lekosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk
leukosit yang lain dari pada normal, jumlahnya berlebihan dan dapat menyebabkan
anemia, trombositopeni dan diakhiri dengan kematian (Nurarif & Kusuma, 2015).
Leukimia, kanker pada jaringan pembentuk darah, adalah bentuk kanker pada
masa kanak-kanak yang paling sering ditemukan. Insidensi per tahunnya adalah 3
hingga 4 kasus per 100.000 anak-anak kulit putih yang berusia di bawah 15 tahun.
Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan
yang berusia di atas 1 tahun, dan awitan puncaknya terjadi antara usia 2 dan 6
tahun. Leukimia merupakan salah satu bentuk kanker yang memperlihatkan
peningkatan angka keberhasilan hidup secara dramatis. Keberhasilan hidup tanpa
penyakit untuk jangka waktu lama yang dijumpai akhir-akhir ini pada anak-anak yang
menderita Leukimia Limfoid Akut mendekati angka 75%. (Wong, 2009)
Berdasarkan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS), di Indonesia kanker menjadi
penyebab kematian no.3 dengan kejadian 7,7 % dari seluruh penyebab kematian
karena penyakit tidak menular. Sementara itu leukimia merupakan jenis kanker
tertinggi pada anak di seluruh RS di Indonesia dengan proporsi sebesar 10,4 %.
Selain itu, sejak tahun 2010 pengendalian kanker nasional telah mengembangkan
program kanker pada anak melalui upaya pengenalan tanda dan gejala yang
dikembangkan di puskesmas dan pos pembinaan terpadu Penyakit Tidak Menular
(Posbindu PTM) di masyarakat. (Depkes, 2013).
Berdasarkan hasil statistik diatas diatas, penyuluhan ini penting dilakukan untuk
upaya peningkatan pengetahuan masyarakan khususnya kepada orang tua yang
memiliki anak dibawah 15 tahun tentang deteksi dini penyakit kanker darah, pola
hidup sehat untuk mencegah penyakit kanker darah, dan pencegahan penyakit
kanker darah.
B. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan peserta dapat
mengetahui, mengerti tentang penyakit kanker darah, dan mampu mengaplikasikan
pola hidup sehat sertan melakukan aktivitas jasmani untuk mencegah penyakit
kanker darah.
C. Tujuan Kusus
Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan peserta mampu :
1. Mengetahui apa itu penyakit kanker darah ( leukemia )
2. Mengetahui pola hidup untuk mencegah penyakit kanker darah ( leukemia )
3. Mengetahui aktivitas jasmani untuk mencegah penyakit kanker darah
( leukemia)
4. Mengetahui pemeriksaan kesehatan yang dilakukan untuk mendeteksi penyakit
kanker darah ( leukemia )
5. Mengetahui pencegahan secara primer, skunder, tersier pada penyakit kanker
darah ( leukemia )
D. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
E. Media dan Alat
1. Leaflet
2. Power point
3. LCD ( Proyektor)
4. Laptop
F. Waktu dan Tempat
1. Hari : Senin
2. Tanggal : 21 Oktober 2019
3. Jam : 07.30- 08.05 WITA
4. Tempat : Banjar ITEKES Bali
G. Setting tempat
K Keteranangan :
: Penyuluh
: Peserta
H. Kegiatan Penyuluhan
I. Evaluasi Hasil
a. Evaluasi struktur
1. Peserta mengikuti penyuluhan dari awal sampai akhir
2. Selama kegiatan berlangsung suasana lingkungan tenang dan tidak ada yang
mondar-mandir
b. Evaluasi proses
1. Peserta dapat menyebutkan pengertian kanker darah
2. Peserta dapat menyebutkan penyebab kanker darah
3. Peserta dapat menyebutkan tanda dan gejala kanker darah
4. Peserta dapat menyebutkan pola hidup untuk mencegah kanker darah
5. Peserta dapat menyebutkan aktivitas jasmani yang dilakukan untuk mencegak
kanker darah
6. Peserta dapat menyebutkan pemeriksaan kesehatan untuk mengetahui
kanker darah
7. Peserta dapat menyebutkan pencegahan kanker daran secara primer,
skunder, dan tersier
MATERI PENYULUHAN
F. Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan kesehatan sangat penting untuk mengetahuin apakah seseorang
dapat dikatakan menderita penyakit kanker darah ( leukemia ) ada beberapa
pemeriksaan kesehatan yang akan dilakukan yaitu :
1. Anamesis dan pemerikaan fisisk
Pada anamesis, dokter mencari tanda dan gejala leukemia. Dokter juga
menanyakan apakah ada paparan dari factor resiko yang dilami pada pasien.
Dokter juga menanyakan apakah dikeluarga ada yang memiliki penyakit
keganasan.
Pada pemerikassan fisik, dokter focus dengan adanya pembesaran
kelenjar limph, melihat apakah adanya tanda-tanda infeksi. Pemeriksaaan
abdomen juga merupakan pemeriksaan yang penting untuk melihat adanya
pembesaran hati atau limph (American cencer society, 2013).
2. Tes darah
Tes darah yang dilakukan diambil dari vena lengan atau diri jari tangan
perifer. Pemeriksaan darah dilakukan untuk melihat kadar hematologi
pasien. Pemeriksaan apusan darah tepi juga dilakukan untuk melihat
morfologi dari sel darah. Pada pasien dengan leukemia, akan ditemukan sel
darah putih yang sangat banyak dibandingkan sel darah merah dan platelet
yang sedikit (American cencer society, 2013 ).
3. Aspirasi sumsum tulang belakang dan biopsy
Aspirasi sumsum tulang dan biopsy dilakuakn secara bersamaan. Aspirasi
sumsum tulang dan biopsy untuk mendiagnosa leukemia dan diulang
kembali untuk melihatrespon pengobatan ( American cencer society, 2013 ).
4. Lumbal pungsi
Lumbal pungsi dilakukan untuk melihat apakah ada selleukimia pada CSF.
Pada anak dengan leukemia, limbal pungsi dilakukansebagai terapi
metastasis ke CNS untuk kemoterapi ( American cencer society, 2013 ).
5. Biopsy kelenjar limph
Biopsy kelenjar limph penting untuk mendiagnosa lymphoma pada anak
dengan leukemia hal ini jarang dilakukan. Biopsy kelenjar limph dilakuakn
bersamaan dengan proses pembedahan untuk pengobatan atas indikasi
tertentu ( American cencer society, 2013 ).
G. Pencegahan Secara Primer, Sekunder, dan Tersier
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan kejadian
suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi.
a) Pengendalian Terhadap Pemaparan Sinar Radioaktif Pencegahan ini
ditujukan kepada petugas radiologi dan pasien yang penatalaksanaan
medisnya menggunakan radiasi. Untuk petugas radiologi dapat dilakukan
dengan menggunakan baju khusus anti radiasi, mengurangi paparan
terhadap radiasi, dan pergantian atau rotasi kerja. Untuk pasien dapat
dilakukan dengan memberikan pelayanan diagnostik radiologi serendah
mungkin sesuai kebutuhan klinis.
b) Pengendalian Terhadap Pemaparan Lingkungan Kimia. Pencegahan ini
dilakukan pada pekerja yang sering terpapar dengan benzene dan zat aditif
serta senyawa lainnya. Dapat dilakukan dengan memberikan pengetahuan
atau informasi mengenai bahan-bahan karsinogen agar pekerja dapat
bekerja dengan hati-hati. Hindari paparan langsung terhadap zat-zat kimia
tersebut.
c) Mengurangi frekuensi merokok Pencegahan ini ditujukan kepada kelompok
perokok berat agar dapat berhenti atau mengurangi merokok. Satu dari
empat kasus LMA disebabkan oleh merokok. Dapat dilakukan dengan
memberikan penyuluhan tentang bahaya merokok yang bisa menyebabkan
kanker termasuk leuke mia (LMA).
d) Pemeriksaan Kesehatan Pranikah Pencegahan ini lebih ditujukan pada
pasangan yang akan menikah. Pemeriksaan ini memastikan status kesehatan
masing-masing calon mempelai. Apabila masing-masing pasangan atau salah
satu dari pasangan tersebut mempunyai riwayat keluarga yang menderita
sindrom Down atau kelainan gen lainnya, dianjurkan untuk konsultasi dengan
ahli hematologi. Jadi pasangan tersebut dapat memutuskan untuk tetap
menikah atau tidak.
2. Pencegahan Sekunder
SekunderPencegahan sekunder bertujuan untuk menghentikan perkembangan
penyakit atau cedera menuju suatu perkembangan ke arah kerusakan atau
ketidakmampuan. Dapat dilakukan dengan cara mendeteksi penyakit secara dini
dan pengobatan yang cepat dan tepat.
a. Diagnosis dini
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik untuk jenis LLA yaitu ditemukan splenomegali
(86%), hepatomegali, limfadenopati, nyeri tekan tulang dada, ekimosis,
dan perdarahan retina. Pada penderita LMA ditemukan hipertrofi gusi
yang mudah berdarah. Kadang-kadang ada gangguan penglihatan yang
disebabkan adanya perdarahan fundus oculi. Pada penderita leukemia
jenis LLK ditemukan hepatosplenomegali dan limfadenopati. Anemia,
gejala-gejala hipermetabolisme (penurunan berat badan, berkeringat)
menunjukkan penyakitnya sudah berlanjut.Pada LGK/LMK hampir
selalu ditemukan splenomegali, yaitu pada 90% kasus. Selain itu Juga
didapatkan nyeri tekan pada tulang dada dan hepatomega li. Kada ng-
kadang terdapat purpura, perdarahan retina, panas, pembesaran
kelenjar getah bening dan kadang-kadang priapismus.
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan
darah tepi dan pemeriksaan sumsum tulang.
a) Pemeriksaan darah tepiPada penderita leukemia jenis LLA ditemukan
leukositosis (60%) dan kadang-kadang leukopenia (25%). Pada
penderita LMA ditemukan penurunan eritrosit dan trombosit. Pada
penderita LLK ditemukan limfositosis lebih dari 50.000/mm3,
sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan leukositosis lebih dari
50.000/mm3.
b) Pemeriksaan sumsum tulangHasil pemeriksaan sumsum tulang pada
penderita leukemia akut ditemukan keadaan hiperselular. Hampir
semua sel sumsum tulang diganti sel leukemia (blast), terdapat
perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel yang matang tanpa sel
antara (leukemic gap). Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti dalam
sumsum tulang. Pada penderita LLK ditemukan adanya infiltrasi merata
oleh limfosit kecil yaitu lebih dari 40% dari total sel yang berinti.
Kurang lebih 95% pasien LLK disebabkan oleh peningkatan limfosit B.
Sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan keadaan hiperselular
dengan peningkatan jumlah megakariosit dan aktivitas granulopoeisis.
Jumlah granulosit lebih dari 30.000/mm3.
b. Penatalaksanaan Medis.
1. Kemoterapi
1) Kemoterapi pada penderita LLAPengobatan umumnya terjadi secara
bertahap, meskipun tidak semua fase yang digunakan untuk semua
orang.
a) Tahap 1 (terapi induksi)
Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk
membunuh sebagian besar sel-sel leukemia di dalam darah dan
sumsum tulang.Terapi induksi kemoterapi biasanya memerlukan
perawatan di rumah sakit yang panjang karena obat
menghancurkan banyak sel darah normal dalam proses
membunuh sel leukemia. Pada tahap ini dengan memberikan
kemoterapi kombinasi yaitu daunorubisin, vincristin, prednison
dan asparaginase.
b) Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi)
Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi
intensifikasiyang bertujuan untuk mengeliminasi sel leukemia
residual untuk mencegah relaps dan juga timbulnya sel yang
resisten terhadap obat. Terapi ini dilakukan setelah 6 bulan
kemudian.
c) Tahap 3 ( profilaksis SSP)
Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan
pada SSP. Perawatan yang digunakan dalam tahap ini sering
diberikan pada dosis yang lebih rendah. Pada tahap ini
menggunakan obat kemoterapi yang berbeda, kadang-kadang
dikombinasikan dengan terapi radiasi, untuk mencegah leukemia
memasuki otak dan sistem saraf pusat.
d) Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)
Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan
masa remisi. Tahap ini biasanya memerlukan waktu 2-3
tahun.Angka harapan hidup yang membaik dengan pengobatan
sangat dramatis. Tidak hanya 95% anak dapat mencapai remisi
penuh, tetapi 60% menjadi sembuh. Sekitar 80% orang dewasa
mencapai remisi lengkap dan sepertiganya mengalami harapan
hidup jangka panjang, yang dicapai dengan kemoterapi agresif
yang diarahkan pada sumsum tulang dan SSP.
2) Kemoterapi pada penderita LMA
a) Fase induksiFase induksi adalah regimen kemoterapi yang
intensif, bertujuan untuk mengeradikasi sel-sel leukemia secara
maksimal sehingga tercapai remisi komplit. Walaupun remisi
komplit telah tercapai, masih tersisa sel-sel leukemia di dalam
tubuh penderita tetapi tidak dapat dideteksi. Bila dibiarkan, sel-
sel ini berpotensi menyebabkan kekambuhan di masa yang akan
datang.
b) Fase konsolidasiFase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut
dari fase induksi. Kemoterapi konsolidasi biasanya terdiri dari
beberapa siklus kemoterapi dan menggunakan obat dengan jenis
dan dosis yang sama atau lebih besar dari dosis yang digunakan
pada fase induksi.Dengan pengobatan modern, angka remisi 50-
75%, tetapi angka rata-rata hidup masih 2 tahun dan yang dapat
hidup lebih dari 5 tahun hanya 10%.
DAFTAR PUSTAKA
1. American Cancer Society. (2013). Leukemia- Acute Lymphocytic. Atlanta: American Cancer
Society.
2. Atikah, P dan Erna.2011.Ilmu untuk Keperawatan dan Gizi Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
3. Depkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
4. Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
5. Padila. 2013. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam.Yogyakarta: Nuha Medika.
6. Wong, D. L. (2009). Buku ajar keperawatan pediatrik, volume 2 edisi 6. Jakarta: Penerbit
buku kedokteran: EGC.
7. Anwar, Cindy dan Made Ayu Widyaningsih. 2012. “ ACUTE MYELOID LEUKAEMIA”. Dalam
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/ae97d96d7b3a36c778ca436020f6
7ca5.pdf. Diunduh tanggal 9 Oktober 2019.