Pembimbing:
Paul Joae Bret Nitto, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Disusun Oleh :
Kelompok 3
Menurut data di P2TP2A Intan Biduri Kalsel pada tahun 2014 ada 43 kasus,
2015 ada 39 kasus, 2016 ada 43 kasus, 2017 ada 54 kasus dan tahun 2018
sejak januari hingga agustus ini sudah ada 20 kasus kekerasan. Keresahan
orangtua terhadap perkembangan free sex sudah sampai pada kondisi
darurat yang harus mendapatkan penanganan khusus dari berbagai pihak
terutama tokoh agama, aktivis pendidikan, dan pemerintah yang
mendapatkan amanah dari rakyat untuk menyejahterakan dan
membahagiakan kehidupan warga-bangsanya. Perhatian harus ditingkatkan
karena perkembangan media dan fasilitas yang menjurus ke free sex saat ini
semakin canggih, lengkap, dan mudah diakses oleh masyarakat miskin
sekalipun. Fasilitas dan media yang berpotensi merusak moralitas generasi ini
tidak berimbang denga kebijakan dan tanggap darurat yang dimiliki oleh
pemerintah juga tokoh-tokoh pendidikan dan agama. Perebutan dominasi ke
arah kebebasan negatif dimungkinkan akan terjadi jika tidak segera dilakukan
antisipasinya dengan cerdas (Fathurrofiq,2016).
Media elektronik semacam TV, video, CD, film, internet, HP, dan media
cetak seperti koran, majalah, tabloid, brosur, foto, kartu, kertas stensilan yang
berbau porno dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat, dan semakin
terbuka dan mudah, tanpa ada pengendalian yang memadai. Orangtua dan
pemerintah semakin permisif dan seakan memberikan tempat
remangremang, konsultasi seks lewat sms, dan telepon, sampai pada
pemanfaatan tempat rekreasi dan hotel atau penginapan. Sudah menjadi
rahasia umum, kondisi ini didiamkan oleh pemerintah atau anggota legislatif
yang menangani penertiban dan penyembuhan penyakit masyarakat itu.
Teguran Tuhan dengan menurunkan berbagai penyakit kelamin yang ganas
dan mematikan seperti HIV/AIDS belum direspon baik oleh manusia sehingga
semua komponen belum kompak tergugah untuk bergerak bersama
menyelamatkan bangsa dan generasi muda. “dukungan”, karenanya produk
“kelam” ini cukup laris di pasaran. Pelayanan mudah terkait dengan yang serba
mesum bisa dipuaskan lewat lokalisasi, Beberapa waktu yang lalu,
membuka sebagian kecil pentas free sex, dan perdagangannya ini
menembus lapisan masyarakat elite di negeri ini dan diberitakan besar-besaran
oleh media massa. Sorotan tajam dan terbuka menggelinding ke massa, di
antaranya karena pelaku laki-laki memiliki background sebagai anggota
DPR, mantan aktivis mahasiswa, dan koordinator bidang kerohanian partai,
sedangkan pelaku perempuan alumni SMAN 2 Sidoarjo dan sebagai
penyanyi dangdut, yang berarti keduanya sebagai public figure
(Fathurrofiq,2016).
Masyarakat seakan sudah ada konsensus bahwa eksploitasi seks
tersebut bertentangan dengan agama dan norma budaya bangsa.
Realitasnya, hal tersebut seakan diakui wajar dilakukan oleh laki-laki dan
perempuan dewasa karena keduanya tetap bisa diterima oleh masyarakat,
meskipun hukuman sosial dirasakan amat berat. Seks yang disanjung itu telah
merambah ke berbagai kalangan. Karena itu, seks amat penting untuk disikapi
lebih serius, terutama bagi anak-anak yang masih rentan dan mudah
terpengaruh. Dengan demikian pentingnya memberikan pendidikan seks pada
anak usia dini, sekitar usia prasekolah, sekolah dan remaja (Fahmi, 2016).
Pendidikan seks merupakan upaya transfer pengetahuan dan nilai
(knowledge and values) tentang fisik-genetik dan fungsinya khususnya yang
terkait dengan jenis (sex) laki-laki dan perempuan sebagai kelanjutan dari
kecenderungan primitif makhluk hewan dan manusia yang tertarik dan
mencintai lain jenisnya. Pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran,
dan penerangan tentang masalah-masalah seksual yang diberikan pada anak,
dalam usaha menjaga anak terbebas dari kebiasaan yang tidak Islami serta
menutup segala kemungkinan ke arah hubungan seksual terlarang. Pengarahan
dan pemahaman yang sehat tentang seks dari aspek kesehatan fisik, psikis dan
spiritual. Pendidikan seks merupakan upaya menindaklanjuti kecenderungan
insting manusia, melalui pendidikan akan berkembang rasa cinta karena ada
pengetahuan, pengenalan dan pengertian yang baik terhadap jenis lain
(Fahmi, 2016).
B. TUJUAN
F. SETTING
Keterangan :
A A : Pemateri
B : Moderator
B C : Fasilitator
C D : Peserta
F : Observer
D D D
F F F
G. STRUKTUR PELAKSANA
H. ALAT
1. Lcd 4. Laptop
2 Leafleat 5. Toa + mic
3. Pointer
I. METODE
Kegiatan ini berupa ceramah dan tanya jawab dengan peserta penyuluhan
J. LANGKAH LANGKAH KEGIATAN