Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN

SEX EDUCATION PADA ANAK USIA DINI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Keperawatan Anak I

Pembimbing:
Paul Joae Bret Nitto, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Disusun Oleh :
Kelompok 3

1. Ivana Itasia Putri 11194561920096


2. M. Wildan Rianda 11194561920097
3. Merry Lidya 11194561920099
4. Mitha Ariani 11194561920100
5. Muhammad Jamaludin 11194561920101
6. Ni Kadek Dwi Eva Lestari 11194561920103

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2019
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Data dari official journal of the American Academy of Pediatrics dengan judul
Global Prevalence of Past-year Violence Against Children: A Systematic Review
and Minimum Estimates, 2016. Rata rata 50% atau diperkirakan lebih dari 1 juta
miliar anak anak didunia berusia 2-17 tahun, mengalamin kekerasan fisik,
seksual, emosional dan penelataran dikawasan Afrika, Asia dan Amerika Utara
mengalami kekerasaran dalam satu tahun terakhi (Fathurrofiq,2016).

Data dari WHO September 2016:


1. 1 dari 4 orang dewasa melaporkan pernah mengalami kekerasan saat usia
anak atau remaja
2. 1 dari 5 perempuan dan 1 dari 13 laki laki melaporkan pernah mengalami
kekerasan seksual saat usia anak atau remaja
3. 12% anak-anak di dunia mengalami kekerasan seksual pada satu tahun
terakhir
4. 37% dari Negara anggota WHO menerapkan intervensi pencegahan kejadian
kekerasan seksual pada skala yang lebih besar
Sumber bank data KPAI 2011-2015

Menurut data di P2TP2A Intan Biduri Kalsel pada tahun 2014 ada 43 kasus,
2015 ada 39 kasus, 2016 ada 43 kasus, 2017 ada 54 kasus dan tahun 2018
sejak januari hingga agustus ini sudah ada 20 kasus kekerasan. Keresahan
orangtua terhadap perkembangan free sex sudah sampai pada kondisi
darurat yang harus mendapatkan penanganan khusus dari berbagai pihak
terutama tokoh agama, aktivis pendidikan, dan pemerintah yang
mendapatkan amanah dari rakyat untuk menyejahterakan dan
membahagiakan kehidupan warga-bangsanya. Perhatian harus ditingkatkan
karena perkembangan media dan fasilitas yang menjurus ke free sex saat ini
semakin canggih, lengkap, dan mudah diakses oleh masyarakat miskin
sekalipun. Fasilitas dan media yang berpotensi merusak moralitas generasi ini
tidak berimbang denga kebijakan dan tanggap darurat yang dimiliki oleh
pemerintah juga tokoh-tokoh pendidikan dan agama. Perebutan dominasi ke
arah kebebasan negatif dimungkinkan akan terjadi jika tidak segera dilakukan
antisipasinya dengan cerdas (Fathurrofiq,2016).
Media elektronik semacam TV, video, CD, film, internet, HP, dan media
cetak seperti koran, majalah, tabloid, brosur, foto, kartu, kertas stensilan yang
berbau porno dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat, dan semakin
terbuka dan mudah, tanpa ada pengendalian yang memadai. Orangtua dan
pemerintah semakin permisif dan seakan memberikan tempat
remangremang, konsultasi seks lewat sms, dan telepon, sampai pada
pemanfaatan tempat rekreasi dan hotel atau penginapan. Sudah menjadi
rahasia umum, kondisi ini didiamkan oleh pemerintah atau anggota legislatif
yang menangani penertiban dan penyembuhan penyakit masyarakat itu.
Teguran Tuhan dengan menurunkan berbagai penyakit kelamin yang ganas
dan mematikan seperti HIV/AIDS belum direspon baik oleh manusia sehingga
semua komponen belum kompak tergugah untuk bergerak bersama
menyelamatkan bangsa dan generasi muda. “dukungan”, karenanya produk
“kelam” ini cukup laris di pasaran. Pelayanan mudah terkait dengan yang serba
mesum bisa dipuaskan lewat lokalisasi, Beberapa waktu yang lalu,
membuka sebagian kecil pentas free sex, dan perdagangannya ini
menembus lapisan masyarakat elite di negeri ini dan diberitakan besar-besaran
oleh media massa. Sorotan tajam dan terbuka menggelinding ke massa, di
antaranya karena pelaku laki-laki memiliki background sebagai anggota
DPR, mantan aktivis mahasiswa, dan koordinator bidang kerohanian partai,
sedangkan pelaku perempuan alumni SMAN 2 Sidoarjo dan sebagai
penyanyi dangdut, yang berarti keduanya sebagai public figure
(Fathurrofiq,2016).
Masyarakat seakan sudah ada konsensus bahwa eksploitasi seks
tersebut bertentangan dengan agama dan norma budaya bangsa.
Realitasnya, hal tersebut seakan diakui wajar dilakukan oleh laki-laki dan
perempuan dewasa karena keduanya tetap bisa diterima oleh masyarakat,
meskipun hukuman sosial dirasakan amat berat. Seks yang disanjung itu telah
merambah ke berbagai kalangan. Karena itu, seks amat penting untuk disikapi
lebih serius, terutama bagi anak-anak yang masih rentan dan mudah
terpengaruh. Dengan demikian pentingnya memberikan pendidikan seks pada
anak usia dini, sekitar usia prasekolah, sekolah dan remaja (Fahmi, 2016).
Pendidikan seks merupakan upaya transfer pengetahuan dan nilai
(knowledge and values) tentang fisik-genetik dan fungsinya khususnya yang
terkait dengan jenis (sex) laki-laki dan perempuan sebagai kelanjutan dari
kecenderungan primitif makhluk hewan dan manusia yang tertarik dan
mencintai lain jenisnya. Pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran,
dan penerangan tentang masalah-masalah seksual yang diberikan pada anak,
dalam usaha menjaga anak terbebas dari kebiasaan yang tidak Islami serta
menutup segala kemungkinan ke arah hubungan seksual terlarang. Pengarahan
dan pemahaman yang sehat tentang seks dari aspek kesehatan fisik, psikis dan
spiritual. Pendidikan seks merupakan upaya menindaklanjuti kecenderungan
insting manusia, melalui pendidikan akan berkembang rasa cinta karena ada
pengetahuan, pengenalan dan pengertian yang baik terhadap jenis lain
(Fahmi, 2016).

B. TUJUAN

1. Membantu anak mengetahui topik-topik biologis seperti pertumbuhan, masa


puber, dan kehamilan
2. Mencegah anak-anak dari tindak kekerasan
3. Mengurangi rasa bersalah, rasa malu, dan kecemasan akibat tindakan
seksual
4. Mencegah remaja perempuan di bawah umur dari kehamilan
5. Mendorong hubungan yang baik
6. Mencegah remaja di bawah umur terlibat dalam hubungan seksual (sexual
intercourse)
7. Mengurangi kasus infeksi melalui seks

C. KRITERIA PESERTA PENYULUHAN


Peserta penyuluhan merupakan anak yang berusia 3-6 tahun dan orangtua
anak.
D. DAFTAR PESERTA PENYULUHAN

No Nama Umur TTD


E. WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN
Hari Dan Tanggal : Kamis, 20 Juni 2019
Jam : 10.30 Sampai Selesai
Tempat : Ruang 9 Lantai 3 Gedung D

F. SETTING
Keterangan :
A A : Pemateri
B : Moderator
B C : Fasilitator
C D : Peserta
F : Observer
D D D

F F F

G. STRUKTUR PELAKSANA

1. MODERATOR : Merry Lidya


2. PEMATERI : M.Wildan Rianda
3. FASILITATOR : Muhammad Jamalludin
4. OBSERVER : Ni Kadek Dwi Eva Lestari, Mitha Ariani,
Ivana Itasia Putri

H. ALAT

1. Lcd 4. Laptop
2 Leafleat 5. Toa + mic
3. Pointer

I. METODE

Kegiatan ini berupa ceramah dan tanya jawab dengan peserta penyuluhan
J. LANGKAH LANGKAH KEGIATAN

No. Tahap Kegiatan


1. Pendahuluan  Menyampaikan salam
(5 menit)  Pembukaan dan perkenalan
 Melakukan kontrak waktu yang disepakati
 Menyampaikan tujuan
2. Isi  Menjelaskan materi dan leafleat atau serring
Interaksi  Tanya jawab atau interaksi antar pemateri
(20 menit) dengan peserta
3. Penutup  mengakhiri pertemuan
(5 menit)  Memberikan reinforcement positif

K. LAPORAN HASIL KEGIATAN


1. INPUT (tempat,pengaturan ruangan)
2. PROSES (bagaimana peran perawat,bagaimana pelaksanaan
kegiatan,masalah yang timbul dan cara mengatasinya)
3. HASIL (presentasi kegiatan berdasarkan prilaku yang diharapkam dari
klien,presentasi klien yang mengikuti kegiatan)
Lampiran 1 Materi
a. Definisi
Pendidikan seks adalah upaya memberikan pengetahuan tentang
perubahan biologis, psikologis, dan psikososial sebagai akibat pertumbuhan
dan perkembangan kejiwaan manusia6. Dengan kata lain, pendidikan
pendidikan seks pada hakikatnya merupakan usaha untuk membekali
pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi denga menanamkan moral,
etika serta agama agar tidak terjadi penyalahgunaan organ reproduksi
tersebut. Pendidikan seks bisa dikatakan suatu pesan moral.Dalam agama
Islam pendidikan seks mempunyai nilai yang tidak bisa dipisahkan dari
agama dan bahkan harus sepenuhnya dibangun di atas landasan agama,
Dalam Surat An-Nur ayat 58-59, Allah SWT menjelaskan dasar-dasar
pendidikan bagi keluarga yang mencakup adab anak kecil yang meminta izin
ketika mereka hendak masuk ke dalam kamar orang tuanya. Pertama, tidak
boleh masuk kamar orang tuanya sebelum masuk waktu shalat shubuh.
Mungkin saat itu orang tua masih terlelap tidur. Kedua, ketika orang tua
menanggalkan pakaianya tengah hari atau sesudah shalat dzuhur. Ketiga,
sesudah shalat Isya. Waktu-waktu tersebut dilarang anak menerobos kamar
orang tua karena dikhawatirkan mereka seda ng bercampu (Fahmi, 2016).
b. Tingkatan Penyampaian Pendidikan Seks Sesuai Dengan Umur
Dalam penyampaian pendidikan seks oleh orang tua kepada anaknya
ada beberapa tingkatan sesuai dengan umurnya (Fahmi, 2016).
1. Pendidikan seks pada usia balita (0-5 tahun)
Dalam fikih pendidikan seks pada usia balita tidak jauh dengan
pendidikan lainnya, seperti aqidah dan akhlak. Pendidikan seks kepada
balita merupakan sebuah proses pendidikan tentang masalah-masalah
seks yang harus diketahui oleh anak sejak dini. Pada saat ini yang
diperlukan oleh anak adalah penanaman dan penguatan nilai-nilai agama.
Adapun masalah seksual yang diajarkan kepada anak pada usia ini
sebatas pengenalan dan penguatan dirinya sebagai laki-laki atau
perempuan. Sehingga kelak saat dia dewasa sadar dan mampu
bertanggung jawab atas dirinya. Pada usia ini anak sudah memiliki semua
unsur-unsur yang ideal untuk diajari tentang sesuatu. Anak mulai
mengembangkang diri untuk lebih mengetahui terhadap identitas dirinya
dan lingkungannya. Kemudian setelah bertambah umurnya dia akan lebih
banyak bertanya tentang sesuatu yang ingin ia ketahui. Contohnya anak
mulai dibiasakan memakai kerudung atau rok untuk anak perempuan agar
setelah besar mampu terbiasa berpakaian yang menutup aurat.
2. Pendidikan seks pada usia tamyiz ( 6-10 tahun)
Usia tamyiz adalah masa yang sangat penting untuk mempersiapkan
dan membiasakan anak menerima tugas-tugasnya sebagai hamba Allah
SWT. Pada usia ini, anak diajarkan untuk mulai mengetahui perbedaan
yang ada antara jenis lai-laki dan perempuan. Anak mulai diberi
pemahaman tentang menstruasi, sebelum menstruasi terjadi
pemberitahuan lebih awal akan memberi efek positif terhadap anak.
Para perumus hukum Islam dan para ilmuwan sepakat tentang
pentingnya mendidik anak mumayiz sebelum balig dengan memberikan
dasar-dasar pengetahuan seksual beserta hukum fikihnya.22 Contohnya
orang tua sudah mulai memberikan pengetahuan tentang tanda-tanda
baligh supaya anak-anak ketika kelak mengalaminya mampu
menganggap semua itu sebagai hal yang wajar dan qodrati.
3. Pendidikan seks pada usia remaja (10-20 tahun)
Masa ini merupakan masa peralihan atau transisi dari anak menuju
masa dewasa. Yaitu masa yang menentukan terhadap masa depan
anak.23 Pada masa ini mungkin orang tua akan selalu dipusingkan
dengan perubahan perilaku anak-anaknya. Maka dari itu tidak ada alasan
bagi orang tua untuk tidak mendiskusikan masalah seks kepada anaknya
yang telah menginjak dewasa. Pada masa ini akan terjadi perkembangan
fisik dan mental yang berbeda pada anak laki-laki dan perempuan ketika
tumbuh menjadi dewasa. Sehingga pendidikan seks akan sangat penting
untuk diajarkan pada masa ini.
Para pemerhati masalah remaja berpendapat bahwa penyebaran
seks bebas salah satunya disebabkan karena minimnya pengetahuan
remaja tentang seksualitas. Oleh karena itu perlua bagi remaja muslim
untuk mengetahui permasalahan seputar seks secara benar dan penuh
tanggung jawab sesuai dengan pandangan Islam. Dalam konteks
pendidikan seks pada usia remaja tidak lagi seputar identifikasi laki-laki
dan perempuan atau identifikasi balig saja, namu lebih luas lagi bahkan
sampai pada masalah moral. Contohnya mulai memberikan pengetahuan
tentang bahayanya pergaulan bebas dan hubungan seks tanpa ikatan
pernikahan yang sah.
c. Cara Mengenalkan Pendidikan Seks Sejak Dini Kepada Anak
Beberapa cara yang digunakan untuk mengenalkan pendidikan seks sejak dini
pada anak yaitu (Fahmi, 2016) :
1. Kenalkan bagian tubuh yang tidak boleh dilihat dan disentuh orang lain
Kenalkan anak bagian-bagian tubuh dan fungsinya, kemudian berikan
penjelasan ada bagian tubuh tertentu yang tidak boleh dilihat dan
disentuh orang alin . bagian tubuh tersebut antara lain dad, bibir,organ
reproduksi dan pantat
2. Ajarkan konsep perbedaan jenis kelamin kepada anak
Orangtua perlu mengajarkan anak tentang perbedaan jenis kelamin
antara perempuan dan laki-laki. Memberikan contoh bahwa laki-laki
nantinya akan seperti ayah dan perempuan seperti ibu. Konsep
perbedaan jenis kelamin ini juga berfungsi untuk mengajarkan anak
menggunakan toilet dan pakaian sesuai dengan jenis kelaminnya
3. Tanamkan budaya malu kepada anak
Penting bagi ornagtua mengajarkan rasa malu kepada anak agar dapat
menghargai dirinya sendiri. Mengajarkan batasan-batasan dalam
bermain dengan lawan jenis dan memberi arahan untuk tidak melepas
dan mengganti pakaian ditempat umum.
4. Membatasi aktivitas menonton pada anak
5. Jauhkan Gadget dari anak
6. Tumbuhkan rasa percaya anak kepada orangtua
Tumbuhkan rasa percaya anak kepada orangtua . ajarkan anak tidak
menyembunyikan apapundari orangtua apabila ada perlakuan yang tidak
pantas yang diterima atau yang terlihat oleh anak meskipun anak
mendapatkan anacaman dari si pelaku.
7. Bicara seks kepada anak dengan mengajak diskusi sederhana
Pendidikan seks dapat ditanamkan orangtua dengan mengajak anak
berdiskusi sederhana dan menyenangkan. Menjawab pertanyaan anak
dengan lemah lembut, menejlaskan fakta-fakta yang terjadi dilapangan
dengan bahasa yang tidak vulgar dan tidak terkesan menaku-nakuti
anak
DAFTAR PUSTAKA

Fathurrofiq. (2016). Sexual Quotient Mengenal Kecerdasan Seksual Sejak Dini


(Cetakan pertama). Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
Awaludin, Latief. (2018) Cerdas Seksual Sex Education For Teenagers (cetakan
pertama). Bandung : Shofie Media
Anggraini, Trinita (2017) Pendidikan Seks Untuk Anak Usia 4-5 Tahun Di Paud IT
QURROTA A’YUN KOTA BANDAR LAMPUNG
Afra, Afifah. Dan Supriyanto Ahmad. (2016). Pendidikan Seks Untuk Remaja.
Surakarta: Gizone Publishing.
Elizar. (2016) Persepsi Remaja tentang Gaya Pengasuhan Orang Tua dengan
Perilaku Seksual Remaja SMU di Kota Lhoksumawe. Thesis, Universitas
Gadjah Mada.
Fahmi, (2016). Pendidikan seks anak usia dini di lingkungan keluarga: Jurnal
Qathrunâ vol. 3 no. 2
Fajar D. A, Jurnal Litbang -strategi optimalisasi peran pendidikan seks usia dini di
paud dalam menanggulangi pelecehan seks terhadap anak di pekalongan,
2014, 2016.
Yafie Evani, Jurnal CARE (Children Advisory Research and Education) Peran Orang
Tua Dalam Memberikan Pendidikan Seksual Anak Usia Dini. Volume 4
Nomor 2 Januari 2017
Fadhlina, D. (2016). Pendidikan Seks pada Anak Secara Dini. Sijunjung: Dinas
Kesehatan Kabupaten Sijunjung.
Daftar Pustraka

Anda mungkin juga menyukai